Anda di halaman 1dari 11

SINERGITAS ANTARA PENANGGULNGAN BENCANA DAN

PERENCANAAN ANGGARAN BPBD KAB. LEBAK


Nandi1, Airfani2, dan Feri Fadli Rizki3
Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Dan Politik Banten Raya
nandilagiaja@gamail.com

Abstrak

Kebijakan adalah sebuah payung hukum untuk melaksanaan segala sesuatu, seperti
kebijakan penanggulangan bencana adalah merupakan payung hukum untuk melakukan kerja-
kerja penanggulangan bencana. Dalam kegiatan penanggulangan bencana tidak bisa di pisahkan
dari kebijakan lainnya., seperti kebijakan sistem perencanaan pembangunan, kebijakan tentang
pengelolaan keuangan. Kebijakan tentang organisasi perangkat daerah dan lain sebagainya.
Belum adanya sinergitas antar kebijakan satu dengan kebijakan lainnya menjadi salah satu
kendala bagi pemerintah daerah pada khususnya pemerintah daerah dalam penyelenggaraan
penanggulangan bancana. Hal ini sudah banyak di rasakan oleh beberapa aparatur pemerintah
daerah yang memahami tentang kebijakan, sehingga mereka harus hati-hati untuk bertindak.
Salah satu contoh kehati-hatian pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana
adalah dalam pengalokasian anggaran untuk penanggulangan bencana, selanjutnya analisa data
di lakukan secara descritif dengan harapan menggambarkan secara jelas dalam kebijakan
pengelolaan keuangan daerah urusan kebencanaan belum menjadi salah satu urusan wajib
maupun urusan pilihan, sedangkan dalam kebijakan penanggulangan bancana pemerintah dan
pemerintah daerah wajib menyedikan anggaran penanggulagan bencana secara memadai.
Kata kunci : Sinergitas, Penanggulangan Bancana, Perencanaan Anggaran, BPBD Kabupaten Lebak

Abstrak
Policy is a legal umbrella for implementing everything, such as disaster management policy is a
legal umbrella for carrying out disaster management work. Disaster management activities cannot be
separated from other policies, such as development planning system policies, policies on financial
management. Policies on regional apparatus organizations and so on. The absence of synergy between
one policy and another has become one of the obstacles for local governments, especially local
governments in the implementation of disaster management. This has been felt by several local
government officials who understand the policy, so they must be careful to act. One example of the
government's prudence in the implementation of disaster management is in the allocation of the budget
for disaster management, then data analysis is carried out descriptively with the hope of clearly
describing in the regional financial management policy disaster affairs have not become one of the
mandatory and optional affairs, while in government and local government disaster management policies
are required to provide adequate disaster management budgets.

Ketword : Synergy, Disaster Management, Buget Planning, BPBD Lebak Regency


Pendahuluan nomor 22 tahun 23 tahun 2008 tentang
pendanaan dan bantuan bencana, PP 23
Wilayah Indonesia merupakan super market
tahun 23 tahun 2008 tentang peraserta
bencana, dengan kata lain tidak ada wilayah
lembaga internasional dan lembaga asing
yang sama sekali tidak mempunyai potensi
non pemerintah dalam penanggulangan
ancaman bencana. Data kejadian dan
bencana. Selain itu ada juga peraturan
dampak bencana menunjukan beberapa
peresiden (perpres) nomor 8 tahun 2008
ancaman bencana yang dominan di
tentang badan nasional penanggulangan
Indonesia yaitu gempa bumi dan tsunami,
bencana (BNPB), peraturan mentri dalam
tanah longsor, letusan gunung api banjir dan
negri (permendagri) nomor 46 tahun 2008
kekeringan. Beberapa daerah mempunyai
tentang pedoman organisasi dan tata kerja
potensi tinggi terhadap ancaman bencana.
badan penanggulangan bencana (BNPB).
Potensi ancaman bencana gempa bumi
Dari berbagai kebijakan yang telah di
terjadi di 22 provinsi dengan 184
lakukan oleh pemerintah, satu kebijakan
kabupaten/kota. Untuk ancaman bencana
kelembagaan telah di laksanankan dengan di
tsunami di prediksikan dapat terjadi di 16
bentuknya Badan Nasional Penanggulangan
provinsi dengan 60 kabupaten/kota. Adapun
Bencana (BNPB) yang di lingkup kerjanya
ancaman letusan gunung api terdapat di 17
di wilayah nasional, sistem otonomi
provinsi dengan 79 kabupaten/kota.
daerahpun menyambut dengan pendirian
Sedangkan 24 provinsi dengan 152
kelembagaan tersebut di daerah yaitu Badan
kabupaten/kota mempunyai ancaman yang
Penanggulangan Bancana Daerah (BPBD).
tinggi terhadap bencana kekeringan.
Harapannya dengan adanya kebijakan
Kemudian dengan ancaman bencana banjir
penanggulangan bencana dan di bentuk
berpotensi tinggi terjadi hampir di seluruh
kelembagaan. Penyelenggaraan bencana bisa
wilayah Indonesia, yaitu berpotensi terjadi
di laksanakan dengan optimal sehingga
di 30 provinsi dengan 174 kabupaten/kota.
resiko yang di timbulkan akan semakin
Ancaman gerakan tanah atau lebih banyak di
kecil.
kenal tanah longsor berpotensi terjadi di 24
provinsi yang mencakup 154 Adapun di Kabupaten Lebak Sendiri
kabupaten/kota. (RAN PRB 1010-2012) beberapa bencana yang sering terjadi
robohnya rumah yang sudah lapuk di akibat
Banyaknya kejadian bencana di Indonesia
cuaca eksrim hujan deras dan di setai angin
yang telah menelan korban jiwa dan
kencang, kebakaran akibat konsleting arus
mengakibatkan banyaknya kerusakan dan
listrik pendek, banjir akibat hujan dengan
kerugian. Kondisi ini mendorong
instensitas tinggi dan saluran darinase yang
pemerintah mengeluarkan kebijakan
kurang baik, dan gempa bumi dengan
penanggulangan bencana undang-undang
kekuatan sampai 6,6 SR (52 KM Sumur-
nomor 24 tahun 2007 tentang
Banten) mampu mengakibatkan 25
penanggulangan bencana telah di sahkan
kecamatan dan 91 desa terdampak, serta 214
pada tanggal 26 april 2007, yang kemudian
rumah mengalami kerukan dengan rincian
di ikuti dengan kebijakan- kebijakan
15 rusak berat, 73 rusak sedang dan 126
turunnya. Selantjutnya di keluarkan
rusak ringan selain itu terdapat juga
peraturan pemerintah (PP) nomor 21 tahun
kerusakan pada lembaga pendidikan, tempat
2001 tentang penyelenggaraan bencana PP
ibadah dan perkantoran. Bencana tersebut
menjadi bahan perhatian serta tugas penting Ada beberapa isu spesifik terkait
bagi BPBD di Kapupaten Lebak. penanggulangan bencana munculnya saat
terjadi bencana, pengelolaan dana tak
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
terduga, perencanaan yang tidak tersambung
(BPBD) merupakan lembaga pemerintah
dengan penganggaran, status bencana local
non departemen yang melaksanakan tugas
atau nasional, ego sectoral dalam
penanggulangan bencana di daerah baik
kelembagaan yang berwenag dalam
provinsi maupun kabupaten atau kota seiring
kebencanaan. Semua itu merupakan
dengan berubahnya bakornas
makanan sehari-hari para pegiat
penanggulangan bencana menjadi BNPB
penanggulangan bencana.Seharusnya
perubahan tersebut juga terjadi kepada
kerumitan-kerumitan yang menambah
satuan koordinator pelaksanaan
kerentanan ini tidak perlu terjadi. Namun
penanggulangan bencana yang berubah
dalam kenyataannya. Karut marut tregulasi,
menjadi BPBD di tingkat provinsi dan
penelolaan sumber daya manusia,
satuan pelaksana penanggulangan bencana
kelembagaan, koordinasi antar lembaga dan
yang telah berubah menjadi BPBD di tingkat
perencanaan penganggaran, baik yang
kabupaten atau kota BPBD provinsi maupun
terjadi sebelum, saat, dan pasca bencana
kabupaten atau kota berorientasi dan
justru menjadi pelengkap kelemahan tata
mengacu pada peraturan daerah (Perda) di
kelola pengurangan resiko bencana di
setiap wilayahnya masing-masing dengan
beberapa daerah.
koordinasi terpusat ke BNPB sebagai
koordinator dan platform penanggulangan Inilah tantangan-tantangan baru yang perlu
bencana nasional. BPBD tersebar ke seluruh di jawab agar pengurangan resiko bencana
wilayah di Indonesia, sejumlah 34 BPBD di di waktu yang akan datang semakin menjadi
provinsi dan 462 BPBD di kabupaten atau semakin memadai. Bukan saja oleh
kota yang tercatat hingga 2015 pemerintah, tantangan ini di jawab juga oleh
semua pihak yang terlibat dalam
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
pengelolaan penanggulangan bencana
(BPBD) memiliki institusi yang bertanggung
seperti masyarakat dan swasta.Sebagai
jawab kepada tiap kebijakan dan wilayah
mengurangi resiko dengan cara meredam
masing-masing. Fungsi tersebut
ancaman, mengurangi kerentanan, dan
mengalokasikan dan menyediakan dana
meningkatkan kapasitas, baik di tingkat
penanggulangan bencana APBD dengan
masyarakat, swasta, maupun pemerintah,
alokasi yang memadai untuk setiap tahapan
maka perlu untuk di ketahuan tata kelola
pra bencana, tanggap darurat dan panca
pengurangan resiko bencana, subangsi ini di
bencana fungsi lainya adalah
harapkan bisa menjadi pelengkap untuk
mengintegrasikan upaya pengurangan resiko
menjawab tatantangan pada pengelolaan
bencana dan penanggulangan bencana dalam
resiko bencana di waktu yang akan datang,
Rencana Pembangunan Jangka Panjang
poko permasalahan selama ini yang di alami
Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan
sebagian besar masyarakat yang terdampak
Jangka Menengah Daerah (RPJMD). BPBD
bencana dan masih terjadi kurang optimal
juga diharuskan menyusun, menetapkan dan
dalan sinergitas antara penganggulangan
meninjau rencana penanggulangan bencana
bencana dan perencanaan penganggaran
di daerahnya.
BPBD kabupaten Lebak berdasarkan
permasalahan ini maka penelitian ini akan Kabupaten Lebak untuk melakukan
mebahas bagaimana memahami regulasi perubahan dalam penyelenggaraan
terkait dengan penyelenggaraan penanggulangan bencana. Diskursus yang
penanggulangan bencana dan perencanaan konstruktif mengenai penanggulangan
penganggaran menganalisis regulasi yang bencana itu berlangsung sangat cepat dan
sinergi anrata kebijakan penanggulangan dinamis, baik pada tantangan civil society,
bencana dan kebijakan perencanaan pemerintah dan lembaga perguruan tinggi.
penganggaran solusi dari disinergitas Perjalanan perubahan paradigma di mulai
regulasi kebijakan penanggulangan bencana dari pandangan klasik yang menganggap
dan perencanaan penganggaran. Yang di bencana sebagai takdir semata. Manusia
jalankan oleh BPBD kabupaten Lebak. tidak mempunyai kontribusi yang signifikan
terkait dengan terjadinya bencana.
Metode penelitian
Keterlibatan manusia hanya sebatas
Penulisan artikel ini penulis menggunakan menerima tanpa syarat dan tidak
metode deskritif analisis yaitu suatu cara mempertanyakan takdir musibah yang
penelitian dengan mengamati langsung pada melimpah manusia. Kepasrahan di maknai
objek penelitian untuk memperoleh data sebagai sesuatu yang bernilai tinggi di
yang sebenarnya terjadi pada saat penelitian banding dengan pertanyaan kritis yang
berlangsung kemudian di analisa dan di mempersoalkan pemaknaan takdir itu. Pada
susun secara sistematis. Sedangkan upaya arus bencana dilihat sebagai peroses alamiah
untuk mempetajam pendekatan kualitatif belaka. Ketika alam tidak mampu menahan
tentunya sangat sesuai apabila menggunakan beban pergerakan maka terjadilah kejadian
deskritif. Penulis bermaksud yang luar biasa. Dalam konteks pandangan
mendeskripsikan suatu kejadian atau ini, peran manusia hanya sekedar
pristiwa yang di pejari selama penulis menanggapi kejadian yang sudah terjadi
melakukan penelitian. Penelitian ini di dengan melakukan respon darurat.
lakukan jam 13:00 di Kantor dinas BPBD Pandangan alamiah seperti ini dalam
kab.Lebak.Demikian memulai penelitian perkembangannya di rasa tidak memberikan
dengan deskritif kualitatif ini hanya solusi bagi pengurangan dampak yang
berusaha untuk menggambarkan menimpa pada aset kehidupan dan
permasalahan, prosedur dan upaya yang ada penghidupan.
kaitannya dengan”sinergitas anrata
Ditengah pencarian paradigma alternatif
penanggulangan bencana dengan
yang bersifat komprehensif, muncul
perencanaan pengaggaran BPBD kabupaten
pendekatan baru dalam melihat bencana.
lebak” dan menganalisanya sampai pada
Paradigma itu adalah cara pandang dalam
suatu kesimpulan yang absolut.
mengelola bencana yang melihat secara
Hasil Dan Pembahasan untuk mulai sebab ancaman sampai dampak
yang mungkin terjadi. Pendekatan ini di
Konsep Dasar Penanggulangan Pencana kenal dengan pendekatan pengurangan
Realitas bencana dan dampaknya tersebut resiko bencana. Pendekatan ini melihat
memberikan dorongan yang kuat pada bencana sebagai bagian kewajaran, ketiak
seluruh komponen yang ada di daerah elemen kerentanan bertemu dengan
ancaman.
Bencana bukan di lihat dari teguran apalagi terarah dan terpadu, dengan landasan
takdir, pun demikian bencana bukan di lihat manajemen penanggulangan bencana.
sebagai fenomena alamiah semata yang Secara berurutan, regulasi itu berisi isi
melupakan dampak yang di timbulkan. Di antara lain. Setatus kebencanaan, badan
Indonesia perubahan peradigma di tanggal penyelenggara BNPB atau BPBD maupun
darurat kearah peradigma pengurangan mengendalikan peranan dan kewajiban
resiko bencana sangat nyata tertuang dalam masyarakat dan lembaga swasta dalam
undang-undang No.24 tahun 2007. penyelenggaraan penanggulangan bencana,
Penanggulangan bencana di tekankan pada pendanaan penanggulangan bencana, dan
aspek pengurangan resiko bencana pengawasan.
merupakan sistem perencanaan
Ada perbedaan yang cukup signifikan antara
penanggulangan bencana yang di mulai dari
BNPB dan BPBD, walaupun kedua instansi
pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan,
tersebut merupakan satu kesatuan dalam
peringatan dini dan lain lain dengan
menjalankan fungsi manajemen bencana,
melibatkan seluruh stakeholder pemerintah,
namun BPBD lebih fokus terhadap
masyarakat, lembaga swasta. Prinsip
pelaksanaan dan upaya penanggulangan
partisipasi menjadi nilai utama. Perlintasan
bencana di daerahnya dengan acuan atau
semua unsur terima masyarakat dalam
platform nasional dari BNPB dan platform
semua kegiatan pengurangan resiko bencana
dari pemerintah daerahnya. Sehingga bisa
menjadi keniscayaan. Perubahan paradigma
dikatakan bahwa BPBD bekerja lebih
yang cukup baik di tingkat kebijakan dengan
spesifik dalam ranah kebencanaan daerah
lahirnya regulasi yang mendukung
masing—masing. Koordinasi yang
management pengurangan resiko bencana,
dilakukan juga lebih masif ke antar BPBD,
diikuti oleh peroses kelembagaan yang
terutama koordinasi vertikal antara BPBD
menopang kegiatan pengurangan resiko
kabupaten/kota ke BPBD provinsi.
bencana.
Indonesia menyadari bahwa masalah kebencanaan
BPBD sebagai pusat kegiatan kebencanaan
harus ditangani secara serius sejak terjadinya sekaligus menjadi pelaksana dalam berbagai
gempabumi dan disusul tsunami yang menerjang upaya pengurangan bencana di provinsi dan
Aceh dan sekitarnya pada 2004. Kebencanaan kabupaten/kota memiliki hak khusus untuk
merupakan pembahasan yang sangat komprehensif mengatur fungsi dan tujuan dari masing-
dan multi dimensi. Menyikapi kebencanaan yang masing BPBD. Meskipun memiliki landasan
frekuensinya terus meningkat setiap tahun,
dan tujuan kebencanaan yang sama, namun
pemikiran terhadap penanggulangan bencana harus
dipahami dan diimplementasikan oleh semua
kebutuhan, upaya dan tantangan dalam
pihak. Bencana adalah urusan semua pihak. Secara pengurangan risiko bencana di setiap daerah
periodik, Indonesia membangun sistem nasional berbeda. Hal ini dikarenakan oleh berbagai
penanggulangan bencana. Sistem nasional ini faktor yaitu geografis, sumber daya manusia
mencakup beberapa aspek antara lain legislasi, dan potensi bencana yang berbeda di setiap
kelembagaan dan pendanaan. daerah.
Di dalam UU no. 34 tahun 2007 tentang Koordinasi yang dilakukan oleh BPBD juga
penanggulangan bencana tersebut, Poko memiliki kesamaan dengan BNPB di tingkat
pengaturan dan subtansi kebijakan nasional yaitu koordinasinya terhadap
penanggulangan bencana secara jelas lebih
pemerintah, badan usaha, dan masyarakat melihat sisi pengurangan resiko bencana
dikarenakan BPBD sebagai poros dan partisipatif sebagai fokus dalam
pemberi instruksi dalam penanggulangan perencanaan. Selain itu penanggulangan
bencana di tingkat provinsi maupun bencana di lakukan dengan mengacu pada
kabupaten/kota. Dengan adanya koordinasi SOP yang sudah di tentukan oleh setiap
di tingkat daerah seperti ini upaya Badan Penanggulangan Bancna Daerah
pengurangan risiko bencana menjadi lebih (BPBD), SOP yang di maksud ada beberapa
efektif terutama dalam pemilihan prioritas macam salah satunya SOP persiapan
aksinya. Pengelolaan dan pemberian tugas pengerahan relawan bancana, SOP
pada setiap aktor yang terkait menjadi lebih pengerahan relawan bencana, SOP
mudah dan diuntungkannya BPBD dalam penetapan setatus bancana, SOP
aspek komunikasi yang merata di setiap pembentukan pos komando tanggap darurat,
sektor. SOP pencarian korban bencana, SOP
pertolongan korban bancana, SOP evakuasi
Penyelenggaraan penanggulangan bencana
korban bancana, dan SOP tanggap darurat
masyarakat patut untuk mendapat perhatian
bencana makro. Hal itu di realisasikan
yang kuat, karna subtansi penanggulangan
Badan Penanggulangan Bencana (BPBD)
bencana di dalam UU no 24 tahun 2007 ini
sehingga efektif saat menanggulangi
telah merubah peradigma yang semula
bencana.
penanggulangan bencana hanya di level
penanganan pada saat emergensy atau yang Perencanaan perencanaan dan penganggaran
populer di sebut dengan tanggal darurat. berbasis pengurangan resiko bencana akan
Ditransformasikan dengan pada memberikan keuntungan yang cukup
penanggulangan yang terarah, menyeluruh signifikan bagi kelangsungan pembangunan,
dari berbagai aspek. Diantaranya tercakup antara lain memperpanjang usia infrastuktur,
orientasi kebijakan penanggulangan bencana melindungi manusia sebagai penerima
pada pra bencana, tanggap darurat dan masa manfaat pembangunan, melindungi Sember
rehabilitasi yang aturan pelaksanan secara saya alam dan lainnya. Pendekatan ini akan
lebih lanjut di atur kemudian di dalam manfaat dengan nilai besar yang jangka
peraturan pemerintah. Itulah tiga fase yang panahan karena resiko yang terjadi semakin
perlu di pertimbangkan, agar kerangka kecil.
subtansi dan arah regulasi di dalam
Perencanaan Dan Penganggaran
peraturan daerah memperhatikan aspek
Penanggulangan Bencana
tersebut.
Beberapa daerah yang telah mempunyai
Perubahan paradigma penanggulangan
kebijakan dan kelembagaan penaggulangn
bencana yang sistematis dan terpadu, pada
bencana tidak secara otomatis telah mampu
tataran implementasi teknis akan
menyelenggarakan penanggulangan bencana
menampakan hasil yang signifikan kalau di
secara baik. Slaah satu indikator bahwa
ikuti oleh perencanaan penganggaran dan
pemerintah daerah telah mempunyai sistem
pembangunan yang yang berperspektif pada
penyelenggaraan penanggulangan bencana
pengurangan resiko bencana. Pendekatan
dengan baik adalah adanya berbagai
yang menekankan pentingnya perencanaan
program kegiatan penanggulangan bencana
penganggaran dan pembangunan yang
alokasi anggaran yang menjadi dari analisis dasarkan pada potensi dan pihak-pihak yang
kebijakan perencanaan pembangunan dan berkepentingan untuk mencapai sasaran
penganggaran. tertentu dalam jangka waktu tertentu.
Perencanaan adalah peruses mendefinisikan Sedangkan anggaran merupakan penyataan
tujuan organisasi, membuat stategi ntuk mengenai estimasi kenerja yang hendak
mencapai tujuan iyu, dan mengembangkan dicapai selama priode waktu tertentu yang di
rencana aktivitas kerja organisasi, Menurut nyatakan dalam ukuran financial, sedangkan
Prof. Sjafirizal (2009) perencanaan pada penganggaran adalah proses atau metode
dasarnya merupakan cara, teknik atau untuk mempersiapkan suatu anggaran.
metode untuk mencapa tujuan yang Daam sector public, penganggaran
diingnkan secra tepat, terarah dan efisiensi merupakan suatu proses politik, berbeda
dengan sumberdaya yang tersedia. Di dalam dengan sector swasta yang anggaranya
perencanaan, terkandug rumusan megenai merupakan bagian dari rahasia perusahaan
tujuan-tujuan atau sasaran yang ingn di yang tertutup yang publik anggaran justru
capai, pendayaangunaan segenap sumber harus diinformasikan kepada public untk
daya, baik manusia maupun meteril (human kritik, didiskusikan dan diberi masukan
and materiel resoures) serta waktu (time). (Mardiasmo, 2009)
Sebagai fungsi utama, maka selurhb
Suparmoko (2000), memberikan pengertian
kegiatan managemen tidak akan terlepas
anggaran yakni, suatu daftar atau pernyataan
dari perencanaan. Keberhasilan aktvitas
yang terperinci tentang penerimaan dan
organisasi di tentukan oleh berbagai
pengeluaran negara yang di harapkan dalam
perencanaan itu disusun.
jangka waktu tertentu.M Sedangkan
Literatur ilmiah memberikn pengertian shoulder dan Freeman (2003). Anggaran
tentang perecaan dalam dalam bentuk adalah sebuah proses yang di lakukan
berbagai definisi. Tjokrominoto (1992) organisasi sektor publik untuk
mendefinisikan perencanaan sebagai suatu mengalokasikan sumber daya yang di
cara perencanaan sebagai suatu cara milikinya pada kebutuhan kebutuhan yang
bagaimana mencapai tujuan sebaik-baknya tidak terbatas. Anggaran juga bisa di
(mximum output) dengan sumber- sumber katakan sebagai pernyataan mengenai
yang ada supaya lebih efisien dan efektif.M estimasi kinerja yang hendak di capai
Sedangkan Michael Todaro (2000). selama priode waktu tertentu dalam ukuran
Perencanaan adalah sesuatu upaya finansial.
pemerintah secara sengaja untuk melakukan
Dari pendapat para ahli di atas, dapat di
koordinasi pengambilan keputusan dalam
definisikan pengangguran merupakan
jangka panjang untuk mempengaruhi secara
perencanaan keuangan yang secara
langsung maupun tidak langsung tingkat
sistematis alokasi sumber daya manusia,
pertumbuhan maupun perubahan.
material, dan sumber daya lainya yang di
Dari pendapat para ahli di atas perencanaan milikinya pada kebutuhan yang tidak
dapat di definisikan sebagai rumusan terbatas selama priode waktu tertentu yang
sistematis tentang langkah-langkah yang dalam ukuran finansial.
akan di lakukan di masa depan yang di
Proses perencanaan dan penganggaran dikategorikan oleh BPBD Kabupaten Lebak
keuangan merupakan suatu entitas dalam tahap prabencana karena kejadian bencana
siklus pembangunan. Konsep demikian telah belum benar-benar terjadi.
di tuangkan dalam krangka hukum Undang-
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian
Undang Nomor 25 tahun 2004 entang
kegiatan yang dilakukan dengan segera pada
system perencanaan pembangunan Nasional
saat kejadian bencana untuk menangani
dan peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun
dampak buruk yang ditimbulkan, yang
2005 Tentang pengelolaan keuangan daerah.
meliputi kegiatan penyelamatan dan
Penerapan Undang-undangan Nomor 25
evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
Tahun 2004 menuntut setiap pemerintah
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan
daerah untuk siap melaksanakan
pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan
perencanaan pembangunan dengan
prasarana dan sarana.Pada tahap tanggap
dukungan penganggaran secara efsien dan
darurat, sumber pendanaannya dapat berasal
efektif. Dalam penjelasan umum peraturan
dari tiga sumber pertama adalah dana
pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 dengan
penanggulangan bencana yang telah
tegas mengemukakan sala satu aspek
dialokasikan dalam APBN atau APBD
penting yang di atur dalam peratran ini
untuk masing-masing instansi, kedua adalah
adalah adanya keterkaitan antara kebijakan
dana siap pakai dalam APBN yang telah
public perencanaan (palaning), dengan
dialokasi dalam anggaran BNPB dan ketiga
penganggran (budgeting) leh pemerintahan
adalah dana siap pakai dalam APBD yang
daerah agar sikron dengan bebagai
telah dialokasikan dalam anggaran BPBD
kebijakan pemerintah sehingga tidak
Kabupaten Lebak.
menimbulkan tumpang tindih pelaksanaan
program dan kegiatan oleh pemerintah psat Tahap Pascabencana dibagi menjadi dua
dengan pemerintah daerah. kegiatan, yaitu kegiatan rehabilitasi dan
kegiatan rekonstruksi. Rehabilitasi adalah
Sinergitas Penanggulangan Bencana Dan
perbaikan dan pemulihan semua aspek
Perencanaan Anggaran
pelayanan publik atau masyarakat sampai
Dana Kontinjensi adalah dana yang telah tingkat yang memadai pada wilayah
dicadangkan untuk menghadapi pascabencana dengan sasaran utama untuk
kemungkinan terjadinya bencana tertentu, normalisasi atau berjalannya secara wajar
yaitu dalam bentuk kegiatan kesiapsiagaan. semua aspek pemerintahan dan kehidupan
Kegiatan kesiapsiagaan sendiri merupakan masyarakat pada wilayah pascabencana.
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk Sedangkan rekonstruksi adalah
mengantisipasi bencana melalui pembangunan kembali semua prasarana dan
pengorganisasian serta melalui langkah yang sarana, kelembagaan pada wilayah
tepat guna dan berdaya guna, misalnya pascabencana, baik pada tingkat
evakuasi penduduk, pemenuhan kebutuhan pemerintahan maupun masyarakat
dasar berupa penampungan sementara, Kabupaten Lebak dengan sasaran utama
pemberian bantuan pangan dan non-pangan, tumbuh dan berkembangnya kegiatan
layanan kesehatan dan lain-lain, yang perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya
dilaksanakan dalam keadaan terdapat hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran
potensi terjadinya bencana. Tahap ini serta masyarakat dalam segala aspek
kehidupan bermasyarakat pada wilayah Sebaliknya, apabila ada bencana tetapi tidak
pascabencana. dinyatakan sebagai sebuah bencana, maka
penggunaan anggaran dana siap pakai tidak
Pada tahap tanggap darurat, pemerintah atau
bisa dikeluarkan, dan mengakibatkan
pemerintah daerah segera menentukan status
meningkatnya jumlah korban maupun
keadaan darurat bencana yang ditetapkan
kerugian harta benda lainnya.
berdasarkan tingkatan/skala bencana. Sesuai
dengan bunyi ketentuan pada Pasal 51 ayat Penggunaan dana penanggulangan bencana
(2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 dibedakan berdasarkan tahapan
tentang Penanggulangan Bencana, untuk penanggulangan bencana, yaitu prabencana,
bencana dalam skala nasional penetapan tanggap darurat, dan pascabencana. Untuk
status keadaan darurat ditetapkan oleh tahap prabencana pembiayaan dilakukan
presiden, untuk skala wilayah provinsi dengan dana yang disediakan melalui
ditetapkan oleh Gubernur dan untuk anggaran normal dari APBD dan dana
Kabupaten/Kota ditetapkan oleh kontinjensi yang disediakan melalui APBN.
Bupati/Walikota BPBD Kabupaten Lebak di Sedangkan pada masatanggap darurat
terapkan langsung oleh bupati. Status bencana pembiayaannya didanai dengan
Keadaan Darurat Bencana adalah suatu dana penanggulangan bencana yang telah
keadaan yang ditetapkan oleh pemerintah dialokasikan dalam APBN atau APBD
untuk jangka waktu tertentu atas dasar untuk masing-masing instansi dan dana siap
rekomendasi lembaga yang diberi tugas pakai yang ada pada APBN dan atau APBD.
untuk menanggulangi bencana (dalam hal Untuk tahap pasca bencana, pembiayaan
ini BNPB atau BPBD) yang dimulai sejak dapat menggunakan dana yang telah
status Siaga Darurat, Tanggap Darurat, dan dialokasikan dalam APBD, Dana bantuan
Transisi Darurat ke Pemulihan. sosial berpola hibah yang diberikan
pemerintah kepada daerah serta dana darurat
Penetapan status bencana dan tingkat
untuk bencana yang berskala
bencana memuat indikator yang meliputi
nasional/peristiwa luar biasa yang diberikan
jumlah korban, kerugian harta benda,
dalam kerangka hubungan pusat-daerah.
kerusakan prasarana dan sarana, cakupan
Sistem pertanggung jawaban masing-masing
luas wilayah yang terkena bencana dan
pembiayaaan atas kegiatan penanggulangan
dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan.
bencana pada akhir tahun sama halnya
Pasal 7 ayat (3) Undang-Undang Nomor 24
dengan kegiatan lainnya, yaitu sudah harus
Tahun 2007 tentang Penanggulangan
dipertanggungajawabkan pada tahun
Bencanamengamanatkan pengaturan lebih
anggaran berjalan. Dikecualikan dari hal
lanjut mengenai penetapan status dan tingkat
tersebut adalah pertanggungawaban dana
bencana.dalam peraturan presiden. Akan
siap pakai atas kondisi tanggap darurat dan
tetapi sampai saat ini, peraturan dimaksud
dana darurat untuk rehabilitasi dan
belum disusun dan diterbitkan, sehingga ada
rekonstruksi pada tahap pascabencana. Dana
kekhawatiran apabila tidak ada ukuran yang
siap pakai baik yang berasal dari APBN
jelas (misal, kejadian biasa tetapi ditetapkan
maupun dari APBD dapat
sebagai bencana), aparat bisa secara
dipertanggungjawabkan paling lama 3 (tiga)
sewenang-wenang menggunakan anggaran
bulan setelah tahap tanggap darurat berakhir
yang sebenarnya tidak boleh dikeluarkan.
dan beralih ke tahap pasca bencana.
Sedangkan untuk dana darurat dapat rencana dan sistem kerja dalam Badan
dipertanggungjawabkan selambat-lambatnya Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
pada akhir bulan anggaran berikutnya. Kabupaten Lebak mengacu kepada
Dalam menetapkan status tanggap darurat Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Lebak
bencana harus diperhatikan beberapa dan dirumuskan dalam Rencana
indikator yang ditentukan dalam Undang- Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Undang Penanggulangan Bencana. Akan (RPJMD) sehingga ada perbedaan
tetapi, pengaturan lebih lanjut mengenai perumusan dan kerja penanggulangan
penetapan status dan tingkat bencana bencana di setiap daerahnya. Hal tersebut
tersebut sampai dengan saat ini belum memudahkan Badan Penanggulangan
disusun dan diterbitkan sebagaimana Bencana Daerah (BPBD) untuk menilai
diamanatkan pasal 7 ayat (3) Undang- kebijakan dan prioritas serta menilai
Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang kapasitas di setiap daerah dalam
Penanggulangan Bencana. pengurangan risiko bencana. Hingga saat ini
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kesimpulan
(BPBD) memegang peranan kunci dalam
Pengaturan masalah penanggulangan pelaksanaan upaya pengurangan risiko
bencana secara pokok diatur dalam Undang- bencana di tiap wilayah dan daerah
Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Kabupaten Lebak. Dengan lengkapnya
Penanggulangan Bencana, beserta peraturan platform dan landasan hukum kebencanaan,
pelaksanaannya, yaitu Peraturan Pemerintah BPBD mampu menampung pelaksanaan
Nomor 21 Tahun 2008 tentang kegiatan kebencanaan yang efektif dan
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana berkelanjutan. Sistematika pendanaan dan
dan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun perumusan rencana penanggulangan
2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan bencana yang disesuaikan dengan wilayah
Bantuan Bencana, Peraturan Presiden masing-masing memungkinkan BPBD
Nomor 8 Tahun 2008 Tentang BNPB serta memiliki keleluasaan dalam menangani
peraturan pelaksanaan lainnya. kerentanan bencana yang terjadi dan
menentukan langkah dalam penanggulangan
Pembuatan rencana dan sistem kerja dalam risiko bencana di setiap wilayah yang ada di
Badan Penanggulangan Bencana Daerah kabupaten Lebak.
(BPBD) Kabupaten Lebak mengacu kepada
Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Lebak Agar sinergitas Penanggulangan dan
dan dirumuskan dalam Rencana perencanaan anggaran BPBD Kabupaten
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Lebak tetap terpelihara maka penulis
(RPJMD) sehingga ada perbedaan menyarankan
perumusan dan kerja penanggulangan
1. Terus pertahankan peningkatan
bencana di setiap daerahnya. Hal tersebut
kualitas SDM fungsional perencana
memudahkan Badan Penanggulangan
SKPD agar dapat melaksanakan
Bencana Daerah (BPBD) untuk menilai
seluruh tahapan perencanaan dan
kebijakan dan prioritas serta menilai
penganggaran.
kapasitas di setiap daerah dalam
2. Perencanaan penanggulangan
pengurangan risiko bencana. Pembuatan
bencana tahapan pra bencana,
tanggap darurat, pasca bencana, dan Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten
status tanggap bencana di Lebak Data Kejadian Bencana
realisasikan dengan mengacu pada Kabupaten Lebak 2022
dokumen yang di terapkan secara Lancana dan Hakim Sistem
sistematis dan pembuatan Penyelenggaraan Penanggulangan
pertanggungjawaban sebagai acuan Bencana, cetakan pertama
evaluasi mendatang. Yogyakarta 2012
3. Mencari informasi dan data
Sunarja dan Lukman Integrasi RAM-PRB
perencanaan penganggaran oleh
Dalam Perencanaan
pusat melalui informasi dan
Pembangunan, cetakan pertama
dokumen perencanaan Yogyakarta 2012
4. Dalam penyusunan APBD di
harapkan SKPD mengacu kepada Sejafrijal (2009) Teknik Praktis
surat edaran bupati tentang pedoman Penyusunan Rencana
penyusunan RKA-SKPD Pembangunan Daerah Cetakan
pertama Badouse media, Padang
Daftar Pustaka
Suparmoko M (2000) Keuangan Negara
Anggun, Gina (2015) Analisis konsistensi Dalam Teori Dan Praktek, edisi
Perencaan Dan Penganggaran ketiga Salemba empat, Jakarta.
Pada Badan Penanggulangan
Tjokcokromidjojo, Bintoro (1995)
Bencana Daerah STIE KBP Padang
Perencanaan Pembangunan
Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten cetakan Kedua PT Gunung Agung,
Lebak SOP Penanggulangan Jakarta
Bencana, Kabupaten Lebak.

Anda mungkin juga menyukai