Anda di halaman 1dari 35

MATA KULIAH MANAJEMEN KELAUTAN

Strategi Pembangunan Ekonomi Kelautan Perikanan dan Pesisir di


Indonesia I

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Satya Negara Indonesia (USNI)
2020
Definisi Wilayah Pesisir
• Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut (Soegiarto,
1976; Dahuri et al, 2001)
– Ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang
masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan
perembesan air asin
– Ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses
alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun
yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan
dan pencemaran.
• Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:
KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir
Terpadu
– wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat
dan laut yang saling berinteraksi
• Ke arah laut 12 mil dari garis pantai untuk propinsi dan sepertiga dari
wilayah laut itu (kewenangan propinsi) untuk kabupaten/kota
• Ke arah darat batas administrasi kabupaten/kota.
Bab III
PROSES PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU
KECIL
Pasal 5
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil meliputi
kegiatan perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan
pengendalian terhadap interaksi manusia dalam memanfaatkan
Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta proses
alamiah secara berkelanjutan dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan Masyarakat dan menjaga keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
• Tujuan
• Cakupan kegiatan
RENCANA
• Tatanan pelaksanaan AKSI (RAWP-3-K)
•Manfaat • Rencana kerja
RENCANA
•dll • Pengaturan koordinasi
PENGELOLAAN
(RPWP-3-K) • Paket terpadu kegiatan
• Alokasi ruang
•Public campaign
• Pemilihan & RENCANA ZONASI
penempatan
Pasal 7 ayat 1
(RZWP-3-K)
kegiatan
• Isu pengelolaan
• Alokasi SDA
RENSTRA WILAYAH PESISIR • Visi, Misi
DAN PULAU-PULAU KECIL (RSWP-3-K) • Strategi, Kebijakan
•Rencana kerja
•Koordinasi
(1) Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

(2) Norma, standar, dan pedoman penyusunan perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
diatur dengan Peraturan Menteri.

(3) Pemerintah Daerah wajib menyusun semua rencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan
kewenangan masing-masing.
Data - Informasi untuk mendukung Rencana Zonasi

Thematic Dataset:
Baseline Dataset: 1. Penggunaan dan Status Lahan
1. Data terestrial 2. Pemanfaatan Wilayah Laut
3. Kesesuaian lahan dan SD Air
2. Batimetri 4. Ekosistem Pesisir
3. Geologi & geomorfologi 5. Infrastruktur
4. Oseanografi 6. Demografi dan Sosial Ekonomi
7. Ekonomi Kecamatan/
Penghasilan RT
8. Risiko dan Bencana
RENCANA STRATEGIS
WILAYAH PESISIR DAN
PULAU-PULAU KECIL
(RSWP-3-K)
Pasal 8

(1) RSWP-3-K merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rencana


pembangunan jangka panjang setiap Pemerintah Daerah.
(2) RSWP-3-K sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mempertimbangkan
kepentingan Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
(3) Jangka waktu RSWP-3-K Pemerintah Daerah selama 20 (dua puluh) tahun
dan dapat ditinjau kembali sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun sekali.
PUSAT

DAERAH

7
Rencana Strategi
Visi Gambaran yang ingin dicapai

Pernyataan menyeluruh mengenai tugas dan fungsi


Misi
Tujuan dan Pernyataan kebutuhan, keinginan atau suatu masa depan yang
Sasaran akan dicapai

Isu isu Identifikasi isu-isu penting, status bencana dan faktor kunci
Strategis keberhasilan

Panduan dalam pelaksanaan misi dan pencapaian visi


Kebijakan

Rumusan kegiatan pencapaian kebijakan dalam jangka


Program menengah antara 2 – 5 tahun

Penjelasan langkah kegiatan / cara dalam mewujudkan


Strategi program yang ditetapkan
Kegiatan yang dirumuskan dari strategi untuk membuat
Kegiatan rencana operasional maupun fungsional
Pasal 6

Tahapan penyusunan dokumen RSWP-3-K meliputi:


a. pembentukan kelompok kerja;--- SK Bupati
b. penyusunan dokumen awal; (Isu, Visi, Misi, Tujuan, Sasaran)
c. konsultasi publik;
d. penyusunan dokumen antara; (Strategi, Kebijakan, Program,
Indikator, Kegiatan)
e. konsultasi publik;
f. perumusan dokumen final; dan
g. penetapan.
RENCANA ZONASI
WILAYAH PESISIR DAN
PULAU-PULAU KECIL
(RZWP-3-K)
Zona adalah ruang yang Rencana Zonasi Rencana Zonasi
penggunaan-nya disepakati merupakan implikasi
bersama antara berbagai Rencana Zonasi adalah rencana
spasial (keruangan)
pemangku kepen- tingan dan telah yang menentu kan arah penggunaan
untuk kebijakan-
ditetapkan status hukumnya sumber daya tiap-tiap satuan
kebijakan rencana
perencanaan disertai dengan
strategis
penetapan struktur dan pola ruang
pada kawasan perenca-naan yang
memuat kegiatan yang boleh
dilakukan dan tidak boleh
dilakukan serta kegiatan yang hanya
da pat dilakukan setelah memperoleh
izin.

Zonasi adalah suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-
batas fungsional sesuai dengan potensisumber daya dan daya dukung serta proses-
proses ekologis yang berlangsung sebagaisatu kesatuan dalam Ekosistem pesisir.
UU 26/2007 TENTANG PENATAAN RUANG
Pasal 1 Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut,
dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai
satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain
hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan
hidupnya.

Pasal 6 (3) Penataan ruang wilayah nasional meliputi ruang wilayah


yurisdiksi dan wilayah kedaulatan nasional yang mencakup
ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang
di dalam bumi sebagai satu kesatuan.

Pasal 6 (4) Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota


meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 6 (5) Ruang laut dan ruang udara pengelolaannya diataur


dengan undang-undang tersendiri

Pasal 15 RTRWN, RTRWP, dan RTRWK mencakup ruang darat,


ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam
bumi.
26
TUJUAN ZONASI
- Membagi wilayah pesisir ke dalam zona-zona yang sesuai dengan
peruntukan dan kegiatan yang bersifat saling mendukung (compatible)
serta memisahkannya dari kegiatan yang bersifat bertentangan
(incompatible).
- Didasarkan pada data thematic dan baseline dan kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan untuk masing-masing zona
- Hasilnya dikonsultasipublikkan untuk mendapatkan kesepakatan antar
instansi sektor dan stakeholder
- Output meliputi peta zona dan pernyataan masing-masing zona

Rencana Zonasi merupakan implikasi spasial (keruangan) untuk


kebijakan-kebijakan rencana strategis
Konservasi

Resort Mendukung
Wisata
Konflik
Pelabuhan
Normal

Perikanan
Budidaya

Industri
Berat

Konserv Resort Pelabuha Perikana Industri


asi Wisata n n berat
Budidaya
RENCANA TATA RUANG WILAYAH

No UU 26/2007 UU 27/2007
POLA RUANG ZONASI
1 Kawasan Budidaya Kawasan Pemanfaatan Umum
2 Kawasan Lindung Kawasan Konservasi
3 Kawasan Strategis Nasional Kawasan Strategis Nasional
Tertentu

STRUKTUR RUANG
Alur Pelayaran Kawasan Alur (Alur Pelayaran,
Migrasi Ikan, Kabel laut)
DEFINISI TATA RUANG (UU 26/2007) DAN ZONASI (UU 27/2007)

No UU 26/2007 UU 27/2007
1 Pola ruang adalah distribusi Rencana Zonasi adalah rencana yang
peruntukan ruang dalam suatu menentukan arah penggunaan
wilayah yang meliputi sumber daya tiap-tiap satuan
peruntukan ruang untuk fungsi perencanaan disertai dengan
lindung dan peruntukan ruang penetapan struktur dan pola ruang
untuk fungsi budi daya. pada Kawasan perencanaan yang
memuat kegiatan yang boleh dilakukan
dan tidak boleh dilakukan serta
kegiatan yang hanya dapat dilakukan
Peraturan zonasi adalah ketentuan setelah memperoleh izin.
yang mengatur tentang persyaratan
pemanfaatan ruang dan
ketentuan pengendaliannya dan
disusun untuk setiap blok/zona
peruntukan yang penetapan zonanya
dalam rencana rinci tata ruang.
(PP 26 TAHUN 2008)
RENCANA TATA RUANG UU 26/2007

RENCANA POLA RUANG


• Kawasan lindung nasional
RENCANA STRUKTUR - Kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan bawahannya
RUANG - Kawasan perlindungan setempat
- Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan
cagar budaya
• Sistem perkotaan nasional - Kawasan rawan bencana alam
- Kawasan lindung geologi
• Sistem jaringan transportasi - Kawasan lindung lainnya
nasional (antara lain alur
pelayaran) • Kawasan budi daya
• Sistem jaringan energi nasional - Kawasan peruntukan hutan produksi
- Kawasan peruntukan pertanian
• Sistem jaringan telekomunikasi - Kawasan peruntukan perikanan
- Kawasan peruntukan pertambangan
nasional - Kawasan peruntukan industri
- Kawasan peruntukan pariwisata
• Sistem jaringan sumber daya air - Kawasan peruntukan pertanian
KAWASAN DAN ZONA
MENURUT PERMEN 16 tahun 2008 Pasal 15 ayat (1) s.d. (6)
No Kawasan Zona

1 Pemanfaatan umum Pariwisata, pemukiman, pelabuhan,


pertanian, hutan, pertambangan,
perikanan, budidaya, perikanan tangkap,
industri, infrastruktur umum, dan zona
pemanfaatan terbatas sesuai dengan
karakteristik biogeofisik lingkungannya
2 Konservasi konservasi perairan, konservasi pesisir
dan pulau-pulau kecil, konservasi
maritim, dan/atau sempadan pantai

3 Strategis Nasional Tertentu pertahanan keamanan, situs warisan


dunia, perbatasan dan pulau-pulau kecil
terluar
4 Alur Laut alur pelayaran, alur sarana umum, dan
alur migrasi ikan, serta pipa dan kabel
bawah laut
17
HARMONISASI UU 26/2007 DAN UU 27/2007

a. Secara prinsip, baik UU No 26/2007 maupun UU No 27/2007 menekankan perlunya


penataan ruang dan zonasi yang mempertimbangkan keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan. Bahkan secara eksplisit UU No 27/2007 mengamanatkan bahwa
rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil harus diserasikan, diselaraskan,
dan diseimbangkan dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW) pemerintah provinsi
atau kabupaten/kota.
b. Dengan demikian secara prinsip, dasar kedua UU tersebut memiliki kesamaan. Namun
demikian, terdapat perbedaan peristilahan zonasi yang perlu dipahami agar tidak
menimbulkan kesimpangsiuran dalam implementasinya.
c. Pada UU No 26/2007 misalnya, mengatur perencanaan zonasi sebagai alat pengendali
pemanfaatan ruang. Di sini terdapat dua istilah penting dalam rencana tata ruang,
yakni rencana struktur ruang dan rencana pola ruang.
d. Rencana struktur ruang mencakup rencana permukiman dan rencana jaringan sarana-
prasarana kegiatan sosial ekonomi. Rencana pola ruang berisi rencana distribusi
peruntukan ruang untuk kawasan lindung dan budidaya. Sementara itu, istilah zonasi
dalam tata ruang berisi persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan
pengendaliannya untuk setiap zona dalam rencana rinci tata ruang.
HARMONISASI UU 26/2007 DAN UU 27/2007

a. Pengertian ini berbeda dengan istilah rencana zonasi yang tertuang dalam
UU No 27/2007. Di sini, rencana zonasi berisi kawasan pemanfaatan umum,
kawasan konservasi, kawasan strategis nasional, dan alur laut.
b. Zonasi ini lebih mendekati definisi pola ruang dalam UU No 26/2007, yaitu
distribusi peruntukan ruang untuk budidaya dan lindung. UU No27/2007
menyatakan bahwa rencana zonasi merupakan arahan pemanfaatan sumber
daya di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
c. Perbedaan mendasar lainnya, secara nature UU No 26/2007 mengatur ruang
di darat dengan interkonektivitas sumber daya yang lebih statis. Sedangkan
UU No 27/2007 mengatur ruang di wilayah pesisir yang terdiri dari daratan
dan perairan dengan interkonektivitas sumber daya, antarpengguna, dan
kondisi alamiah yang dinamis.
HARMONISASI UU 26/2007 DAN UU 27/2007

a. Secara praktik, tentu saja yang paling ideal adalah baik zonasi
maupun tata ruang disusun dalam waktu yang bersamaan dan
dengan tim yang sama. Banyak keuntungan yang dapat
diperoleh. Selain efisiensi waktu, tenaga dan biaya, juga
memudahkan dalam harmonisasi dan integrasi. Keuntungan
lain, memberikan kepastian hukum yang lebih kuat. Dengan
kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah, penetapan
seperti itu tidaklah sulit dilakukan.
HARMONISASI UU 26/2007 DAN UU 27/2007
b. Secara konseptual, mengingat wilayah pesisir mencakup kawasan daratan dan perairan,
maka prinsip-prinsip pengelolaan pesisir terpadu harus diikuti dalam perencanaan
struktur ruang dan pola ruang di kawasan darat serta rencana zonasi di kawasan pesisir.
Prinsip integrasi antara ekosistem darat dan laut serta antara science dan management
menjadi acuan dalam penyusunan rencana tata ruang dan zonasi wilayah menyangkut:

• Mengetahui pola dan karakteristik wilayah pesisir yang akan disusun tata ruang dan
zonasinya secara ekobiofisik, sosial ekonomi, dan budaya.
• Menentukan pola ruang di darat apakah kompatibel atau tidak dengan zonasi di
kawasan perairan.
• Mengevaluasi dampak kegiatan dalam blok-blok zona tata ruang dengan zonasi kawasan
perairan dan habitat-habitat pesisir penting misalnya mangrove, terumbu karang, dan
lamun.
• Dampak skenario bencana alam untuk wilayah tersebut terhadap rencana struktur dan
pola ruang di kawasan daratan baik yang datang dari arah laut maupun daratan.
• Menentukan kawasan setback atau sempadan pantai yang perlu dialokasikan sebagai
kawasan lindung dalam rencana pola ruang terhadap ancaman bencana yang datang dari
laut.
MATERI POKOK PERATURAN ZONASI UU
26/2007 Tentang Tata Ruang
A. Unsur Peraturan Zonasi

1. Zoning text/zoning statement/legal text:


– berisi aturan-aturan (= regulation)
– menjelaskan tentang tata guna lahan dan kawasan,
permitted and conditional uses, minimum lot
requirements, standar pengembangan, administrasi
pengembangan zoning

2. Zoning map:
– berisi pembagian blok peruntukan (zona), dengan
ketentuan aturan untuk tiap blok peruntukan tersebut
– menggambarkan peta tata guna lahan dan lokasi tiap
fungsi lahan dan kawasan

22
• Arahan Perencanaan SD Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, dilakukan
di Kawasan :
a. Pemanfaatan Umum
b. Konservasi
c. Strategis Nasional Tertentu
d. Alur Laut
Setiap Kawasan dibagi atas Zona dan Zona di Bagi atas Sub-Zona,
dimana Arah Pemanfaatannya dibuat pada RZWP-3-K
Kabupaten/Kota dgn Skala Peta 1 : 50.000 atau Zona Rinci Lebih
Besar (1: 10.000)
• Khusus Penetapan Arahan Pemanfaatan SD Pulau-Pulau Kecil
dengan System Cluster dengan Mempertimbangkan Keterkaitan
Ekologi, Ekosistem dan Sos-bud.
• Pulau-Pulau Kecil Terluar yang Berada di Wilayah Perbatasan dgn
Negara Tetangga di Koordinasikan Dengan Instansi Terkait
SISTEMATIKA RZWP-3-K
 PENDAHULUAN
 GAMBARAN UMUM
a. Deskripsi Umum
b. Sumberdaya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
c. Pola Penggunaan Lahan dan Perairan
d. Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi
 ZONASI
 KESESUAIAN DENGAN RTRW DAN RENCANA PEMBANGUNAN
 PEMANTAUAN DAN EVALUASI RENCANA ZONASI
 REKOMENDASI PERUBAHAN ALOKASI RUANG
 PERUBAHAN RENCANA ZONASI
 PETA
RZWP-3-K Propinsi atau
/Kabupaten/Kota
a. Mengacu Kepada RSWP-3-K Propinsi atau Kabupaten /
Kota
b. Mengalokasikan Ruang dan Akses Publik
c. Mengalokasikan Ruang Utk Kepentingan Ekonomi
d. Serasi, Selaras, dan Seimbang dgn RTRW Propinsi atau
Kabupaten/Kota
e. Mengintegrasikan Ekosisten Darat dan Laut
f. Keseimbangan antara Perlindungan dan Pemanfaatan SD
Pesisir dan PPK, Jasa Lingkungan dan Bioekoregion
g. Dalam Kecamatan Pesisir antara RTRW & RZWP-3-K
dilakukan Proses Padu serasi
Lanjutan…..

h. RZWP-3-K dipaduserasikan Dengan Perencanaan


Pembangunan lainnya Seperti : Rencana tata ruang
Hutan, Kawasan rawan Bencana, Rencana Induk
Pengembangan Pariwisata

i. Melibatkan Peran serta Masyarakat dan Pemangku


Kepentingan Lainnya dalam Pengambilan Keputusan
TAHAPAN PENYUSUNAN RZWP-3-K
• Pembentukan Komite Pembina dan Kelompok
Kerja
• Survei Lapangan
• Identifikasi Potensi Wilayah
• Penyusunan Dokumen Awal
• Konsultasi Publik
• Perumusan Dokumen Final
• Penetapan
RENCANA
PENGELOLAAN
WILAYAH PESISIR DAN
PULAU-PULAU KECIL
(RPWP-3-K)
AMANAT UU PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN
PULAU-PULAU KECIL
Pasal 12

(1) RPWP-3-K berisi:


a. kebijakan tentang pengaturan serta prosedur administrasi penggunaan
sumber daya yang diizinkan dan yang dilarang;
b. skala prioritas pemanfaatan sumber daya sesuai dengan karakteristik
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
c. jaminan terakomodasikannya pertimbangan-pertimbangan hasil konsultasi
publik dalam penetapan tujuan pengelolaan Kawasan serta revisi
terhadap penetapan tujuan dan perizinan;
d. mekanisme pelaporan yang teratur dan sistematis untuk menjamin
tersedianya data dan informasi yang akurat dan dapat diakses;
serta
e. ketersediaan sumber daya manusia yang terlatih untuk
mengimplementasikan kebijakan dan prosedurnya.
 
(2) RPWP-3-K berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat ditinjau kembali sekurang-
kurangnya 1 (satu) kali.
RENCANA Aksi PENGELOLAAN
WILAYAH PESISIR DAN PULAU-
PULAU KECIL
(RAPWP-3-K)
AMANAT UU PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN
PULAU-PULAU KECIL

Pasal 13

(1) RAPWP-3-K dilakukan dengan mengarahkan


Rencana Pengelolaan dan Rencana Zonasi sebagai
upaya mewujudkan rencana strategis.

(2) RAPWP-3-K berlaku 1 (satu) sampai dengan 3 (tiga)


tahun.
AMANAT UU PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN
PULAU-PULAU KECIL

Bagian Kelima
Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Pasal 13
(1) RAPWP-3-K dilakukan dengan mengarahkan Rencana Pengelolaan dan
Rencana Zonasi sebagai upaya mewujudkan rencana strategis.
 
(2) RAPWP-3-K berlaku 1 (satu) sampai dengan 3 (tiga) tahun.
Yuandang Lagoon Clean Up
Before
Panoramic View of Yuandang Lagoon

After

Anda mungkin juga menyukai