Anda di halaman 1dari 38

Revisi

Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)


Kabupaten Bangkalan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara daratan dan lautan yang
batasnya dapat didefinisikan baik dalam konteks struktur administrasi pemerintah maupun
secara ekologis. Sebagai negara kepulauan, laut dan wilayah pesisir memiliki nilai strategis
dengan berbagai keunggulan komparatif dan kompetitif sehingga berpotensi menjadi prime
mover pengembangan wilayah nasional. Bahkan secara historis menunjukkan wilayah
pesisir ini telah berfungsi sebagai pusat kegiatan masyarakat karena berbagai keunggulan
fisik dan geografisnya. Agar pemanfaatan sumber daya laut dan pesisir dapat terselenggara
secara optimal, diperlukan upaya penataan ruang sebagai salah satu bentuk intervensi
kebijakan dan penanganan khusus dari pemerintah dengan memperhatikan kepentingan
stakeholders yaitu masyarakat termasuk dunia usaha.
Sesuai dengan UU Nomor 27 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah dengan UU
Nomor 1 Tahun 2014, terdapat 3 (tiga) struktur yang menyusun pengelolaan pesisir dan
pulau-pulau kecil, yaitu perencanaan, pemanfaatan, serta pengawasan dan pengendalian.
Struktur perencanaan memuat perencanaan yang bersifat spasial (keruangan) yaitu
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RZWP-3-
K. Pada pasal 7 ayat (3) disebutkan bahwa “Pemerintah daerah wajib menyusun Rencana
Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) sesuai dengan kewenangan
masing-masing”. RZWP-3-K merupakan arahan pemanfaatan sumber daya di Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Sesuai dengan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah pasal 407, bahwa :

“Segala peraturan perundang-undangan yang berkaitan secara langsung dengan


daerah wajib mendasarkan dan menyesuaikan pengaturannya pada undang-undang ini”

Sehingga kewenangan pengelolaan laut 0-12 mil sepenuhnya berada di provinsi.


Atas dasar peraturan-peraturan tersebut, Pemerintah Daerah Provinsi berwenang menyusun
RZWP-3-K provinsi dan Rencana Zonasi Bagian Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(RZBWP-3-K), serta dapat menyusun Rencana Zonasi Rinci pada zona tertentu. Kegiatan
ini merupakan penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-

Laporan Awal I-1


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

3-K), yaitu pendetailan dari Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil pada
sebagian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. RZBWP-3-K ini ekivalen dengan RZWP-3-K
Kabupaten/Kota sebelum ditetapkannya Undang-Undang Pemerintahan Daerah yang
berdampak pada kewenangan pengelolaan WP-3-K.
Dari 22 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur, ada 16 kabupaten/kota telah
menyusun RZWP-3-K Kabupaten/Kota. Akan tetapi mayoritas dokumen tersebut disusun
sebelum perubahan peraturan perundangan tentang pesisir maupun perundangan
pemerintahan daerah sehingga perlu dilakukan revisi agar relevan dengan peraturan yang
baru. Selain itu dokumen-dokumen RZWP-3-K Kabupaten/Kota tersebut akan memberikan
pengaturan yang lebih detail sebagai kepanjangan tangan dari RZWP-3-K Provinsi. Maka
perlu menyusun revisi RZWP-3-K 16 kabupaten/kota di Jawa Timur.
Untuk mengakeselarasi penyusunan revisi RZWP-3-K di daerah, maka Dinas
Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur memfasilitasi implementasi UU 27 tahun 2007
jo. UU No. 1 tahun 2014. Salah satu program yang dilaksanakan menyangkut hal tersebut
adalah memfasilitasi daerah dalam penyusunan revisi RZWP-3-K. Kegiatan Fasilitasi Revisi
Dokumen RZWP-3-K 16 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur ini diharapkan dapat
mempercepat pembangunan wilayah pesisir dan pulau‐pulau kecil secara optimal.
Kabupaten Bangkalan merupakan salah satu wilayah Kabupaten/ Kota di Provinsi
Jawa Timur yang terdampak pada perubahan perundang – undangan mengenai
pengelolaan kepesisiran. Ditinjau dari fungsi pengelolaan saat ini, sepanjang pesisir/ pantai
di Kabupaten Bangkalan sebagian digunakan untuk aktivitas nelayan, pelabuhan
penyeberangan, alur pelayaran baik untuk penangkapan ikan maupun pelayaran Nasional,
pariwisata bahari, budidaya perikanan, tambak, hutan mangrove dan hutan
lindung.pengeboran minyak dan gas, alur pipa migas bawah tanah, hingga untuk
pertahanan dan keamanan.
Penyusunan RZWP-3-K wilayah pesisir Kabupaten Bangkalan dimaksudkan untuk
mengantisipasi perkembangan pada kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang mengalami
perubahan secara menerus dalam jangka waktu tertentu akibat adanya intensitas kegiatan
yang dilakukan oleh penduduk pesisir khususnya untuk Kabupaten Bangkalan.
Perkembangan tersebut dapat bergerak menuju ke arah yang lebih baik, tetapi dapat pula
mengakibatkan terjadinya penurunan efisiensi dan keefektifan struktur dan bentuk kota
dalam mendukung kegiatan kehidupan masyarakat, penurunan keserasian struktur dan
bentuk arsitektural, penurunan kualitas lingkungan hidup, penurunan kesejahteraan
masyarakat dan sebagainya. Penyusunan rencana zonasi bagian wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil tersebut sangat diperlukan untuk menentukan pemanfaatan ruang bagi kawasan-
kawasan yang menurut pemerintah daerah setempat sangat strategis, serta mengamankan

Laporan Awal I-2


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

kawasan-kawasan yang memerlukan perlindungan dari adanya pembangunan yang tidak


terkendali.

1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran


Maksud dari kegiatan ini adalah menyusun Revisi Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) di Kabupaten Bangkalan di Provinsi Jawa Timur.
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah:
a. Mereview dan membandingkan dokumen RZWP-3-K dengan peraturan perundangan
maupun standar teknis yang telah disahkan dan merevisi dokumen tersebut sehingga
konsisten dan relevan dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana telah diubah
dengan UU Nomor 1 Tahun 2014 dan UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah;
b. Mendorong kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan
melalui keterlibatan dalam proses revisi dokumen perencanaan;

Agar tujuan di atas dapat dicapai, maka perlu dicapai beberapa tahapan yang
tertuang dalam sasaran pekerjaan penyusunan RZWP-3-K Wilayah Pesisir Kabupaten
Bangkalan sebagai berikut:
1) Melakukan identifikasi potensi sumberdaya meliputi sumberdaya hayati, non hayati,
buatan dan jasa lingkungan;
2) Mengidentifikasi kondisi sosial, ekonomi, dan budaya;
3) Mengindentifikasi isu-isu strategis pemanfaatan kawasan;
4) Menyusun peta dasar dan peta-peta tematik di kawasan;
5) Memformulasikan tujuan, kebijakan dan strategi pengelolaan kawasan;
6) Menyusun rencana alokasi ruang untuk pemanfaatan ruang kawasan;
7) Menyusun arahan pemanfaatan di masing-masing zona/subzona di kawasan;
8) Menyusun rencana kawasan prioritas pemanfaatan kawasan laut untuk tujuan
konservasi, sosial budaya, ekonomi, transportasi laut, industri strategis, pertahanan
dan keamanan;
9) Menyusun peraturan pemanfaatan ruang kawasan;
10) Memformulasikan indikasi program pemanfaatan KawasRZWP3K dan;
11) Menyusun Rencana pola interaksi regional, nasional dan internasional untuk
mendukung kegiatan investasi yang akan dikembangkan di kawasan.

Laporan Awal I-3


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

1.3 Ruang Lingkup


1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah
Lokasi pekerjaan berada di pada wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (WP-3-K)
Kabupaten Bangkalan Provinsi Jawa Timur sampai batas perairan 4 mil. Wilayah ini terdiri
atas 18 Kecamatan yang memilki 8 Kelurahan dan 273 Desa dengan kecamatan pesisir
yang berjumlah 10 yakni Kecamatan Arosbaya, Bangkalan, Kamal, Klampis, Kwayar,
Labang, Modung, Sepulu, Socah Dan Kecamatan Tanjung Bumi. .

1.3.2 Ruang Lingkup Substansi Pembahasan


Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil wajib disusun pada sebagian
wilayah perairan pesisir dan pulau-pulau kecil yang menjadi kewenangan provinsi, dengan
skala minimal 1:50.000 Permen KP No. 23/PERMEN-KP/2016 Pasal 19 ayat (3)). Adapun
lingkup substansi pembahasan penyusunan RZWP-3-K Wilayah Pesisir Kabupaten
Bangkalan ini terdiri atas:
1. Melakukan identifikasi kelengkapan data
Berdasarkan tinjauan terhadap UU No 27 Tahun 2007 jo UU No 1 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil didapatkan informasi mengenai
kelengkapan data dan informasi yang hendaknya ada dalam sebuah dokumen
perencanaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil terdiri atas 13 data-set, artinya
ke-13 data-set ini harus ada didalam sebuah dokumen RZWP-3-K agar mampu
menghasilkan dokumen perencanaan yang harmonis dengan kondisi pesisir. Ke-13
data-set tersebut antara lain:
1) Data terrestrial (tanah, topografi, kemiringan);
2) Data bathimetri;
3) Data geologi dan geomorfologi laut;
4) Data oseanografi (arus, pasang surut, gelombang, kualitas air, biologi perairan);
5) Data ekosistem pesisir (terumbu karang, mangrove, lamun);
6) Data sumberdaya ikan;
7) Data penggunaan lahan dan status lahan;
8) Data pemanfaatan wilayah laut;
9) Data sumber daya air;
10) Data infrastruktur;
11) Data demografi dan sosial;
12) Data ekonomi wilayah; dan
13) Data risiko bencana dan pencemaran.

Laporan Awal I-4


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

2. Melakukan analisis
Tahap ini merupakan tahap analisis kembali terhadap jenis data yang telah melalui
proses identifikasi pada tahap sebelumnya. Kegiatan analisis ini menyesuaikan
dengan tingkat kebutuhan kawasan. Beberapa upaya analisis yang dapat dilakukan
berdasarkan jenis datanya adalah sebagai berikut.
3. Penentuan Alokasi Ruang
Menyusun draft peta Rencana Zonasi Bagian Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
BWP3K 3 Kabupaten/Kota Pesisir Kabupaten Bangkalan Provinsi Jawa Timur
sebagai penuangan akhir dari keseluruhan proses analisis ke dalam rumusan alokasi
ruang kawasan/zona/subzona.
4. Penyusunan Peraturan Pemanfaatan Ruang
Menyusun peraturan pemanfaatan ruang yang memuat ketentuan-ketentuan
pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendalian yang disusun untuk setiap zona
peruntukan.
5. Penyusunan Indikasi Program
Menyusun indikasi program yang memuat rangkaian program pembangunan jangka
panjang (20 tahun) yang tersusun dalam tahapan jangka menengah dan institusi
yang menjadi leading sector. Dalam desain rancangan program tersebut termasuk
mencantumkan lokasi, sumber pendanaan, dan besaran biaya yang dibutuhkan serta
indikasi program utama atau prioritasi program.

1.3.3 Ruang Lingkup Waktu Perencanaan


Ruang lingkup waktu perencanaan penyusunan RZWP-3-K Wilayah Pesisir
Kabupaten Bangkalan adalah selama 20 (dua puluh) tahun, dimana setiap indikasi program
yang dilakukan akan disusun dimulai tahun pertama hingga tahun keduapuluh. Setiap 5
(lima) tahun dapat dilakukan evaluasi untuk meninjau ketidaksesuaian rencana dengan
pelaksanaan.

1.4 Dasar Hukum


Landasan hukum yang menjadi dasar pertimbangan dalam kegiatan ini adalah:
1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Timur
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1950 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Propinsi Jawa Timur;
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia;
3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara;

Laporan Awal I-5


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah


diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan;
5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
7. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
8. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Antar
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Kabupaten/Kota;
9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;
10. Undang-Undang Nomor Tahun 2009 tentang Pertambangan, Mineral dan Batubara;
11. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan;
12. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
13. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana
telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah;
14. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Zonasi
pesisir dan pulau-pulau kecil;
16. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
dan/atau Perusakan Laut;
17. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk
Penataan Ruang Wilayah;
18. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota;
19. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan;
20. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan;
21. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian;
22. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan;
23. Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2010 tentang Pemanfaatan Pulau-Pulau
Kecil Terluar;

Laporan Awal I-6


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

24. Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2010 tentang Mitigasi Bencana di Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
25. Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil
Terluar;
26. Peraturan Presiden Nomor 121 Tahun 2012 tentang Rehabilitasi Wilayah Pesisir Dan
Pulau-Pulau Kecil:
27. Peraturan Presiden Nomor 122 Tahun 2012 tentang Reklamasi Di Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil;
28. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.17/MEN/ 2008 tentang
Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
29. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.20/MEN/ 2008 tentang
Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil dan Perairan di Sekitarnya;
30. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER. 12/MEN/2010 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:
PER.05/MEN/2008 tentang Usaha Perikanan Tangkap;
31. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER. 02/MEN/2011 tentang Jalur
Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu
Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia;
32. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.18/MEN/2011 tentang
Pedoman Umum Minapolitan;
33. Peraturan Menteri Perhubungan No.PM 68 Tahun 2011 tentang Alur Pelayaran di
Laut;
34. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.05/MEN/2012 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor:
PER.02/MEN/2011 tentang Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat
Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan
Perikanan Negara Republik Indonesia;
35. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No PER.08/MEN/2012 tentang
Kepelabuhanan Perikanan;
36. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.27/MEN/2012 tentang
Pedoman Umum Industrialisasi Kelautan dan Perikanan;
37. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.29/MEN/2012 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Perikanan di Bidang Penangkapan
Ikan;
38. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 76 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penegasan Batas Daerah;

Laporan Awal I-7


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

39. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 57/PERMEN-KP/2014 tentang


Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.
30/MEN/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Negara
Republik Indonesia;
40. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 49/PERMEN-KP/2014 tentang
Usaha Pembudidayaan Ikan;
41. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 23/PERMEN-KP/2016 tentang
Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
42. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 97 Tahun 2011 tentang Rencana Strategis
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Tahun 2011-2030
43. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
dan Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Tahun 2012; dan
44. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 80 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 77 Tahun 2010 tentang Pemanfaatan Ruang
pada Kawasan Pengendalian Ketat Skala Regional di Provinsi Jawa Timur;

1.5 Kedudukan Dokumen


Secara hierarki rencana tata ruang dan rencana zonasi kawasan pesisir dan pulau-
pulau kecil dapat dilihat pada gambar 1.3. sebagai berikut:

Gambar 1.1. Hirarki Rencana Tata Ruang dan Rencana Zonasi


Sumber: DKP Provinsi Jawa Timur, 2016

Laporan Awal I-8


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil adalah sebagai berikut:
a) Merupakan arahan pemanfaatan sumber daya di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil Pemerintah Provinsi untuk RZWP3K dan Pemerintah Kabupaten/Kota untuk
RZBWP3K.
b) RZWP-3-K atau RZBWP-3-K diserasikan, diselaraskan, dan diseimbangkan dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) pemerintah provinsi dan/atau pemerintah
kabupaten/kota.
c) Perencanaan RZWP-3-K dilakukan dengan mempertimbangkan:
1. Alokasi Ruang untuk akses publik;
2. Alokasi Ruang untuk kepentingan nasional;
3. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan dengan RTRW provinsi dan RTRW
kabupaten/kota;
4. keterkaitan antara ekosistem darat dan ekosistem laut dalam satu bentang alam
ekologis (bioekoregion);
5. kawasan, zona, dan/atau alur laut provinsi yang telah ditetapkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
6. kajian lingkungan hidup strategis;
7. ruang penghidupan dan akses kepada nelayan kecil, nelayan tradisional,
pembudidaya ikan kecil, dan petambak garam kecil;
8. wilayah masyarakat hukum adat dan kearifa lokal; dan
9. peta risiko bencana.

d) Jangka waktu berlakunya RZWP-3-K selama 20 (dua puluh) tahun dan dapat ditinjau
kembali setiap 5 (lima) tahun.
e) RZWP-3-K ditetapkan dengan Peraturan Gubernur ditetapkan dengan Peraturan
Daerah.

Penyusunan Rencana Zonasi meliputi kegiatan berikut ini:


a. pengalokasian ruang dalam Kawasan Pemanfaatan Umum, Kawasan Konservasi,
Kawasan Strategis Nasional Tertentu, dan alur laut;
b. keterkaitan antara Ekosistem darat dan Ekosistem laut dalam suatu Bioekoregion;
c. penetapan pemanfaatan ruang laut; dan
d. penetapan prioritas Kawasan laut untuk tujuan konservasi, sosial budaya, ekonomi,
transportasi laut, industri strategis, serta pertahanan dan keamanan.

Laporan Awal I-9


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

1.6 Profil Wilayah kawasan


1.6.1 Letak Geografis dan Administratif
Kabupaten Bangkalan merupakan salah satu daerah yang terletak di Pulau Madura
yang merupakan wilayah administrasi di Provinsi Jawa Timur mempunyai luas wilayah
126.181 Ha. Secara geografis posisinya berada di antara 112 040’06”–1130 08’04”BT dan 60
51’39”–70 11’39”LS.
Kabupaten Bangkalan terdiri atas 18 kecamatan, yang dibagi lagi atas 273 desa dan
8 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Bangkalan, dengan batas-batasnya sebagai
berikut :
 Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa
 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sampang
 Sebelah Selatan Berbatasan dengan Selat Madura, dan
 Sebelah Barat Berbatasan dengan Selat Madura.

Laporan Awal I-10


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

1.6.2 Kondisi Fisik Wilayah


1.6.2.1 Topografi
Secara topografis, daratan Kabupaten Bangkalan memiliki topografi dataran rendah
hingga berbukit dengan ketinggian antara 0-100 m di atas permukaan air laut (dpl), dengan
sebagian besar wilayahnya merupakan wilayah datar. Dari luas Kabupaten Bangkalan
seluas 126.182 Ha, 68.454 Ha (atau 54,25%) diantaranya adalah dataran rendah dengan
ketinggian 2-10 m dpl dan daerah berbukit seluas 719 Ha (0,57%), sedangkan sisanya
daerah yang bergelombang.
Bila dilihat dari segi morfologisnya, kontur morfologi Kabupaten Bangkalan terdiri dari
morfologi dataran dan morfologi perbukitan.
Area di wilayah pesisir yang mencakup 10 kecamatan, seperti Kecamatan Sepulu,
Bangkalan, Socah, Kamal, Modung, Kwanyar, Arosbaya, Klampis, Tanjung Bumi, Labang
dan Kecamatan Burneh mempunyai ketinggian antara 2 – 10 m dpl.
Sedangkan wilayah kecamatan non-pesisir yang terletak di bagian tengah mempunyai
ketinggian antara 19 – 100 m dpl, dimana kecamatan tertinggi adalah Kecamatan Geger
dengan ketinggian sampai 100 m dpl.
Di wilayah pantai dan laut, menurut Siswanto (2010), perairan Kabupaten Bangkalan
terutama bagian barat topografi lautnya umumnya relatif landai, dengan kemiringan rata-rata
0.033 dengan kedalaman (bathymetri) yang relative dangkal. Sampai jarak 100 meter dari
garis pantai, umumnya kedalaman laut masih kurang dari 5 meter. Dasar perairan umumnya
merupakan daerah. perairan yang sebagian besarnya bersubstrat berupa lumpur, beberapa
diantaranya pasir sangat halus. Tipe pasang surut di Kabupaten Bangkalan adalah tipe
campuran cenderung/condong ke harian ganda.
Jika dilihat dari kemiringan lahannya, maka sebagian besar wilayah daratan
Bangkalan memiliki kemiringan 2 – 15 % yang mencakup sekitar 50,45 % wilayahnya atau
63.002 Ha, sedangkan wilayah dengan kemiringan 0 – 2 % sekitar 45,43 % atau 56.738 Ha,
sedangkan kemiringan di atas 40% hanya 0,58 % atau 721 ha. Kondisi lengkap kemiringan
tanah di wilayah di Kabupaten Bangkalan disajikan pada tabel dibawah ini
Tabel 1.1 Kemiringan Lereng Tanah Di Kabupaten Bangkalan
No Kemiringan Tanah Luas (ha) Persentase (%)
1 0-2 % 56.738 45,43
2 2-15% 63.002 50,45
3 15-40% 4.427 3,54
4 >40% 721 0,58
Jumlah 124.888 100,00
Sumber : BPS Kab. Bangkalan, 2010
Jika dilihat dari sebaran per wilayah, kondisi topografi wilayah pesisir bagian selatan
berbeda-beda untuk setiap kecamatan. Kecamatan Kamal dan Labang mempunyai lereng

Laporan Awal I-11


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

yang bervariasi antara 0 – 2%, kecamatan Socah mempunyai kemiringan 2-15%,


sedangkan Kecamatan Kwanyar mempunyai kemiringan 0%-40%.
Sedangkan di pesisir utara, topografi wilayahnya juga berbeda beda lahannya.
Kecamatan Bangkalan, Kondisi topografinya tergolong landai atau datar dengan ketingggian
24 meter diatas permukaan air laut, dengan tingkat kelerengan lahan tidak lebih dari 10 %,
Kecamatan Arosbaya tergolong landai atau datar dengan ketingggian 4 meter diatas
permukaan air laut dengan kelerengan sekitar 0 - 2 %. Di Kecamatan Klampis, untuk bagian
utara Kecamatan Klampis topografinya relatif datar dengan kemiringan 0% - 2%, sedangkan
bagian selatan merupakan daerah perbukitan yang kemiringan tanahnya berkisar antara
15% - 35%, dengan ketinggian berkisar antara 4-17 m diatas permukaan air laut. Di
Kecamatan Sepulu topografinya tergolong landai atau datar dengan ketinggian 2 meter
diatas permukaan laut dengan kelerengan sekitar 0 - 2 %, dan Kecamatan Tanjung Bumi
merupakan dataran dengan ketinggian 0 -3 dpl, dengan kelerengan 0 – 2 %.

1.6.2.2 Geologi
Dilihat dari tekstur bahan penyusunnya, mayoritas (93,10%) tanah adalah tanah
bertekstur sedang, sedangkan yang bertekstur kasar hanya 0,48 % sedangkan yang halus
6,42 %. Sedangkan dilihat dari jenisnya umumnya tanah di kabupaten Bangkalan adalah
tanah komplek Mediteran, Grumosal, Regusal Litosal yang meliputi 32,18% (36.966 ha),
sedangkan yang paling sedikit adalah jenis tanah litosal yang hanya mencakup 2,05%
(2.360 ha).
Tabel 1.2 Tabel geologi Kabupaten Bangkalan
Luas
No Kemiringan Tanah Persentase (%)
(ha)
1 Alufial Hidromurf 9.495 8,27
2 Alufial Kelabu Kekuningan 3.250 2,83
3 Assosiasi Hidromurf 9.775 8,51
4 Litosal 2.360 2,05
5 Regusal Coklat Kekuningan 2.415 2,10
6 Komplek Graund Gorset Kelabu 18.203 15,85
7 Grumosal Kelabu 2.360 2,05
8 Komplek Grumosal Kelabu Litosal 2.581 2,25
9 Komplek Mediteran Coklat dan Litosal 14.719 12,81
10 Komplek Mediteran Merah dan Litosal 12.753 11,10
11 Komplek Mediteran, Grumosal, Regusal Litosal 36.966 32,18
Sumber : BPS Kab. Bangkalan, 2010
Sedangkan bila dilihat dari jenis batuan induknya, 37,87 % wilayah Kabupaten
Bangkalan disusun oleh batuan Fliose, Fasies Batu Gamping yang meliputi luasan 47.294
ha, sementara yang lainya disusun dari jenis batuan induk Elistosin, Fasies, Sedimen seluas
35.594 (28,50%), jenis batuan induk Allufium seluas 24.400 ha (19,54%) dan jenis yang
paling kecil adalah jenis Miosen, Fasies Sedimen dengan luas 17.600 (14,09%).

Laporan Awal I-12


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

1.6.3 Kondisi Kependudukan


1.6.3.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Lokasi perencanaan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(RZWP3K) Kabupaten Bangkalan mencakup 10 (sepuluh) wilayah kecamatan, yakni
Kecamatan Kamal, Labang, Kwanyar, Modung, Socah, Bangkalan, Arosbaya, Tanjung
Bumi, Sepulu, dan Klampis, serta wilayah desa yang berada di Pulau Karang Manjuang.
Dari total jumlah penduduk Kabupaten Bangkalan tersebut, ternyata terdapat sekitar
53,92% atau 525.044 jiwa penduduk menempati wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang
tersebar di Kecamatan Kamal, Labang, Kwanyar, Modung, Socah, Bangkalan, Arosbaya,
Tanjung Bumi, Sepulu, dan Klampis, serta wilayah desa yang berada di Pulau Karang
Manjuang. Secara rinci keadaan jumlah dan kepadatan penduduk wilayah perencanaan
RZWP3K di Kabupaten Bangkalan yang mencakup 10 wilayah administrasi kecamatan
tersebut disajikan dalam tabel dibawah ini
Tabel 1.3 Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Wilayah Rzwp3k Kabupaten Bangkalan
Tahun 2009
Penduduk (Jiwa) Rasio
Luas
Kepadatan Jenis
No Kecamatan Wilayah
L P Jumlah (jiwa/km2) Kelamin
(Km2)
(%)
A PESISIR
1 Kamal 3.925 16855 21942 38797 937,13 76,82
2 Labang 3.523 22109 23120 45229 1283,82 95,63
3 Kwanyar 4.778 19516 21525 41041 858,42 90,67
4 Modung 7.888 16077 20377 36449 462,61 78,87
5 Socah 5.384 18655 21812 40467 751,90 85,53
6 Bangkalan 3.501 49451 53425 102 876 2937,64 92,56
7 Arosbaya 4.127 26280 29505 55785 1313,82 89,07
8 Tanjung
Bumi 6.734 28623 31557 60180 891,69 90,70
9 Sepulu 6.907 20142 21294 41436 565,68 94,59
10 Klampis 6.710 30528 32256 62784 935,68 94,64
JUMLAH 47438 248236 276813 422168 109,38 88,90
Sumber : Kabupaten Bangkalan Dalam Angka, 2009

Wilayah kecamatan pesisir dan pulau-pulau kecil yang paling banyak penduduknya
terdapat di Kecamatan Bangkalan (24,36%) dan terendah di Kecamatan Modung (8,63%).
Apabila ditinjau dari kepadatan penduduknya, maka Kecamatan Bangkalan merupakan
wilayah yang terpadat penduduknya (2938 jiwa/km 2) dan yang terendah kepadatannya
berada di Kecamatan Modung (463 jiwa/km 2). Dan jika dibandingkan antara jumlah
penduduk wilayah pesisir dengan penduduk wilayah lainnya di Kabupaten Bangkalan, maka
jumlah penduduk pesisir jauh lebih kecil (43,36%) yang menempati ruang wilayah seluas
178,38 km2 (14,16%) sedangkan jumlah penduduk wilayah bukan pesisir (56,64%) yang

Laporan Awal I-13


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

menempati ruang wilayah seluas 11081,76 km 2 (85,84%) dari total luas wilayah daratan
wilayah Kabupaten Bangkalan.

1.6.3.2 Mata Pencaharian


Sejalan dengan perkembangan penduduk, jumlah angkatan kerja di Kabupaten
Bangkalan mengalami kenaikan dari 567.122 orang pada tahun 2007 menjadi 584.755
orang pada tahun 2008, atau hanya meningkat 3.01 persen dari tahun sebelumnya. Dari
seluruh angkatan kerja tahun 2008 tersebut yang bekerja sebanyak 555.308 orang
sedangkan sisanya sebanyak 29.447 orang merupakan penduduk pencari kerja. Jumlah
pencari kerja tahun 2008 sebanyak itu terutama disebabkan kelompok penduduk tamatan
SLTA semakin berminat mencari pekerjaan. Sedangkan jumlah pencari kerja yang terdaftar
terdiri atas 1097 orang berpendidikan Sarjana, 601 orang berpendidikan Diploma, 549 orang
berpendidikan SLTA dan sisanya berpendidikan SD dan SLTP.
Masyarakat WP3K Kabupaten Bangkalan pada umumnya bermata pencaharian
sebagai petani, nelayan dan bekerja pada industri-industri pengolahan, serta perkebunan,
kehutanan dan pertambangan (penggalian) mengingat di daerah ini merupakan kawasan
industri dari berbagai kegiatan industri skala kecil dan menengah.
Kegiatan lain yang mendominasi mata pencaharian penduduk di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil adalah kegiatan usaha penangkapan ikan maupun budidaya perikanan
yang dilakukan oleh para nelayan-nelayan maupun kelompok tertentu, khsususnya
penduduk yang tersebar di wilayah pesisir seperti Kecamatan Bangkalan, Socah, Kamal,
Labang, Kwanyar, Arosbaya, Klampis, Sepulu, Tanjung Bumi.
Hasil pendataan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangkalan (tahun 2009)
menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja petani ikan dan nelayan di Kabupaten Bangkalan
pada tahun 2009 berjumlah 5.253 orang (2.315 RTP) sebagai nelayan dan sekitar 2796
orang adalah petani ikan.
Dari total jumlah kelompok petani ikan yang ada di wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil Kabupaten Bangkalan, kelompok petani yang berstatus sebagai pendega memiliki
jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah kelompok petani yang ikan berstatus
sebagai pemilik, Kelompok petani ikan (pemilik dan pandega) tersebut lebih banyak tersebar
pada wilayah pesisir terutama pada Kecamatan Bangkalan, Socah, Kwanyar dan Sepulu.
Adapun jenis usaha kelompok petani di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
Kabupaten Bangkalan dapat dibagi menjadi 2 (dua) kategori utama, yaitu : 1).Usaha
perikanan tangkap, yaitu kegiatan penangkapan ikan dilaut, dan 2).Usaha perikanan
budidaya, terdiri dari; budidaya di perairan umum, tambak payau, tambak tawar, kolam,
waduk dan saluran tambak. Kemudian berdasarkan sektor lapangan usahanya, Dinas

Laporan Awal I-14


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

Tenaga Kerja Kabupaten Bangkalan mengelompokkan sektor lapangan usaha tahun 2008
menjadi 10 kategori utama, yakni;
1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan perikanan,
2. Pertambangan dan penggalian,
3. Industri pengolahan,
4. Listrik , gas dan air minum
5. Konstruksi,
6. Perdagangan, rumah makan dan Jasa akomodasi
7. Angkutan, penggudangan dan komunikasi,
8. Lembaga Keuangan, Real Estate, usaha persewaan, dan jasa perusahaan,
9. Jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan
10. Lainnya.

1.6.3.3 Adat Istiadat dan Kearifan Lokal


Adat istiadat dan kearifan lokal terkait yang berkaitan dengan perilaku dan kebiasaan
masyarakat pesisir di Kabupaten Bangkalan baik di pesisir dan pulau-pulau kecil maupun
wilayah daratan lainnya, lebih dominan dengan pengaruh agama Islam. Hampir di setiap
rumah memiliki Langgar/mushalla. Dan bangunan Masjid banyak dijumpai disetiap
Kampung. Apabila kita berjalan menyusuri Kota Bangkalan ke arah Arosbaya - Klampis-
Sepulu - Tanjung Bumi atau sebaliknya ke pantai utara (Bangkalan – Socah - Labang-
Kwanyar - Modung), banyak dijumpai bangunan Masjid yang megah dan beberapa Pondok
Pesantren. Kondisi tersebut sebagai tanda bahwa masyarakat Madura umumnya dan
Bangkalan khususnya adalah masyarakat yang agamis.
Sebagai Pulau yang letaknya yang berada di sebelah utara Pulau Jawa, Madura atau
lebih dikenal dengan pulau garam, mempunyai masyarakat sendiri, dalam arti, mempunyai
corak, karakter dan sifat yang berbeda dengan masyarakat jawa. Masyarakatnya yang
santun, membuat masyarakat Madura disegani, dihormati bahkan “ditakuti” oleh masyarakat
yang lain. Kebaikan yang diperoleh oleh masyarakat atau orang Madura akan dibalas
dengan serupa atau lebih baik. Namun, jika dia disakiti atau diinjak harga dirinya, tidak
menutup kemungkinan dia akan membalas dengan yang lebih kejam. Ada sebuah adagium
masyarakat Madura, yang sampai sekarang sudah mendarah daging, ” lebbi baek pote
tolang dari pada pote mata”. Banyak orang yang mengatakan bahwa masyarakat Madura
itu unik, estetis dan agamis. Bahkan, ada yang mengenal masyarakat “pulau garam” ini
adalah masyarakat santri, nan sopan tutur katanya dan kepribadiannya. Kita mungkin
mengenal CAROK …. ? Carok dan celurit laksana dua sisi mata uang. Hal ini muncul di
kalangan orang-orang Madura sejak zaman penjajahan Belanda abad 18 M. Carok
merupakan simbol kesatria dalam memperjuangkan harga diri (kehormatan). Pada zaman

Laporan Awal I-15


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

Cakraningrat, Joko Tole dan Panembahan Semolo di Madura, tidak mengenal budaya
tersebut. Budaya yang ada waktu itu adalah membunuh orang secara kesatria dengan
menggunakan pedang atau keris. Senjata celurit mulai muncul pada zaman legenda Pak
Sakera. Bahkan pada masa pemerintahan Penembahan Semolo, putra dari Bindara Saud
putra Sunan Kudus di abad ke-17 M tidak ada istilah carok. Munculnya budaya carok di
pulau Madura bermula pada zaman penjajahan Belanda, yaitu pada abad ke-18 M. Setelah
Pak Sakerah tertangkap dan dihukum gantung di Pasuruan, Jawa Timur, orang-orang
bawah mulai berani melakukan perlawanan pada penindas. Senjatanya adalah celurit.
Karena provokasi Belanda itulah, golongan blater yang seringkali melakukan carok pada
masa itu. Celurit digunakan Sakera sebagai simbol perlawanan rakyat jelata terhadap
penjajah Belanda. Sedangkan bagi Belanda, celurit disimbolkan sebagai senjata para
jagoan dan penjahat. Upaya Belanda tersebut rupanya berhasil merasuki sebagian
masyarakat Madura dan menjadi filsafat hidupnya. Bahwa kalau ada persoalan,
perselingkuhan, perebutan tanah, dan sebagainya selalu menggunakan kebijakan dengan
jalan carok. Senjata yang digunakan selalu celurit. Padahal sebenarnya tidak semua
masyarakat Madura demikian. Masyarakat Madura yang memiliki sikap halus, tahu sopan
santun, berkata lembut, tidak suka bercerai, tidak suka bertengkar, tanpa menggunakan
senjata celurit, dan sebagainya adalah dari kalangan masyarakat santri. Mereka ini
keturunan orang-orang yang zaman dahulu bertujuan melawan penjajah Belanda. Setelah
sekian tahun penjajah Belanda meninggalkan pulau Madura, budaya carok dan
menggunakan celurit untuk menghabisi lawannya masih tetap ada, baik itu di Bangkalan,
Sampang, maupun Pamekasan. (www.Kabar Madura.com)
Masyarakat pesisir pantai dan pulau-pulau kecil sangat berpotensi memiliki suatu
adat istiadat dan kearifan lokal tersendiri sehingga pada saat festival yang digelar di Pantai
Wisata Bentar (Kabupaten Situbondo) Kabupaten Bangkalan merupakan salah satu peserta
festival tersebut yang tergabung dalam 14 Kabupaten dan Kota yang ada di Jawa Timur,
antara lain Kabupaten Bangkalan, Pasuruan, Tuban, Kabupaten Probolinggo, Situbondo,
Sidoarjo, Pamekasan, Sumenep, Kota Pasuruan, Lamongan, Sampang, Surabaya dan Kota
Probolinggo.

1.6.4 Kondisi Perekonomian


1.6.4.1 Pertumbuhan Ekonomi
Kegiatan perekonomian di Kabupaten Bangkalan pada umumnya sangat dipengaruhi
oleh sektor Primer (Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Pertambangan) sehingga tidaklah
mengherankan jika sektor pertanian menjadi sektor andalan dalam perolehan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bangkalan. Kabupaten Bangkalan dan sekitarnya
merupakan kawasan penyangga Kota Surabaya bersama dengan kabupaten lain yang ada

Laporan Awal I-16


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

disekitarnya yang tergabung dalam Kawasan Andalan Nasional GERBANGKERTOSUSILA.


(Gresik – Bangkalan – Mojokerto – Surabaya – Sidoarjo – Lamongan).
Untuk melihat tingkat perekonomian daerah wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di
Kabupaten Bangkalan dapat digambarkan di dalam Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) yang dinilai pada setiap tahunnya. Sektor lapangan usaha sebagaimana yang telah
diuraikan sebelumnya menggambarkan struktur ekonomi yang ada di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil Kabupaten Bangkalan. Walaupun penilaian PDRB ini mencakup seluruh
wilayah Kabupaten Bangkalan, namun hal ini dianggap dapat menggambarkan kondisi
perekonomian RZWP3K Kabupaten Bangkalan, mengingat wilayah kecamatan seperti
Bangkalan, Socah, Kamal, Labang, Kwanyar, Modung, Arosbaya, Kalmpis, Sepulu, dan
Tanjung Bumi merupakan kecamatan yang menurut Letak geografisnya adalah Kecamatan
pesisir (berbatasan dengan Laut).
Sebagaimana hasil pendataan dari BPS Kabupaten Bangkalan (Bangkalan Dalam
Angka, 2010), menunjukkan bahwa nilai Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) di
Kabupaten Bangkalan berdasarkan harga dasar berlaku mengalami peningkatan dari tahun
2005 sampai dengan 2009 rata-rata sebesar Rp 5.397.970,90 (harga berlaku) dan Rp
2.975.790.76 (harga konstan).
Untuk melihat perkembangan PDRB (harga berlaku dan konstan) Kabupaten
Bangkalan sejak 2005-2009 dapat dilihat dalam TABEL 3-9 Berdasarkan data PDRB
tersebut, dapat dilihat bahwa sektor lapangan usaha Industri Pengolahan memiliki kontribusi
yang terbesar terhadap peningkatan PDRB Kabupaten Bangkalan pada setiap tahunnya.
Adapun jenis dan rata-rata besarnya proporsi (dalam kurun waktu 5 tahun terakhir)
dari masing-masing sektor lapangan usaha yang berkontribusi terhadap peningkatan PDRB
(harga berlaku dan konstan) Kabupaten Bangkalan (2005-2009) tersebut, dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Pertanian (39,62%) dan (35,81%)
2. Pertambangan dan penggalian (1,48%) dan (1,31%)
3. Industri pengolahan (82,75%) dan (3,96%)
4. Listrik, Gas dan Air Bersih (1,63%) dan (0,80%)
5. Bangunan (8,03%) dan (6,01%)
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran (29,68%) dan (25,06%)
7. Pengangkutan dan komunikasi (9,97%) dan (6,28%)
8. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (5,67%) dan (92,57%), serta
9. Jasa-jasa lainnya (17,81%) dan (14,20%).

Sektor lapangan usaha yang menduduki posisi kedua adalah lapangan usaha
Perdagangan, Hotel dan Restoran dan disusul oleh sektor lapangan usaha jasa-jasa

Laporan Awal I-17


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

lainnya. Sektor Lapangan usaha Perdagangan, Hotel dan Restoran dalam kontribusinya
terhadap PDRB Kabupaten Bangkalan menempati posisi kedua yang mencapai rata-rata
sebesar 29,68% dari rata-rata total PDRB dalam kurun waktu 2005-2009. Hal ini dapat
dipahami, mengingat di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil ini terdapat keunikan Jembatan
Suramadu dan lokasi wisata lainnya.
Sementara itu, untuk kegiatan di bidang perikanan tergabung dalam sektor lapangan
usaha pertanian, dimana sub sektor perikanan ini menduduki posisi ketiga dalam
kontribusinya terhadap sektor lapangan usaha pertanian. Besaran proporsi kontribusi sub
sektor perikanan tersebut rata-rata mencapai 6,53% (harga berlaku) dan 4,53% (harga
konstan) dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir (2005-2009). Konstribusi sub sektor
perikanan ini selalu mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Dari tahun 2006
meningkat sebesar Rp 7.342,45 atau 3,78% dan setiap tahun meningkat terus, pada tahun
2008 meningkat sebesar Rp 23.636 atau 9,55% dari tahun sebelumnya.

1.6.4.2 Kontribusi Sektor Kelautan dan Perikanan


Kontribusi sub sektor perikanan pada PDRB Kabupaten Bangkalan atas Dasar Harga
Berlaku pada tahun 2009, dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 1.4 Kontribusi Sub Ssektor Perikanan Pada Pdrb Kabupaten Bangkalan Atas Dasar
Harga Berlaku Pada Tahun 2005-2009

Lapangan Usaha Pertanian Persentase (%) PDRB tahun:


No
(Sub Sektor):
2005 2006 2007 2008 2009
1 Tanaman Bahan Makanan 24,47 23,67 22,24 23,57 23,75
2 Tanaman Perkebunan 1,65 1,59 1,54 1,42 1,39
Peternakan dan
3 4,50 4,36 4,49 3,89 3,82
Hasil-hasilnya
4 Kehutanan 1,48 1,45 1,34 1,35 1,32
5 Perikanan 2,24 2,12 2,10 2,23 2,24
Jumlah 34,34 33,20 31,71 32,46 32,52
Sumber: Bangkalan Dalam Angka, 2010

Jika dibandingkan dengan sub sektor lainnnya (Tanaman, peternakan, dan


kehutanan) sub sektor perikanan menempati urutan ke-3 dalam persentasenya di Sektor
Pertanian. Selama kurun waktu tahun 2005-2009, grafiknya fluktuatif, dan kembali pada
nilai persentase yang sama (tahun 2005 dan 2009).

1.6.4.3 Perekonomian Kegiatan Perikanan


Beberapa potensi investasi di sektor kelautan dan perikanan yang dapat
dikembangkan di Kabupaten Bangkalan, antara lain :
A. Perikanan Budidaya

Laporan Awal I-18


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

Perikanan darat yang dihasilkan di kabupaten Bangkalan adalah: Ikan Mas, Mujair,
Bandeng, Tawes dan Udang Windu. Hasil perikanan darat tersebut merupakan peluang
yang baik bagi investasi dan perdagangan. Karena ketersediaan suplai yang kontinyu
sepanjang tahun sesuai musim. Lokasi utama penghasil perikanan adalah: Kec. Klampis,
Sepulu, Tanjung Bumi, Kwanyar. Hasil lain di sektor perikanan adalah rumput laut dengan
sentra produksi di Kecamatan Klampis.
Berbagai peluang investasi yang dapat dikembangkan di bidang kelautan dan
perikanan adalah investasi pada budidaya laut, budidaya air payau dan budidaya air tawar.
Berdasarkan informasi data statistic perikanan Kabupaten Bangkalan Tahun 2009, ragam
potensi budi daya kelautan dan perikanan yang dapat dikembangkan lebih jauh dan
diekplorasi secara maksimal, yaitu :
1) Rumput laut, luas potensi 60 hektar dari areal potensi baru terkelola sebanyak 10
hektar dengan produksi 48 ton terdapat di wilayah Kecamatan Bangkalan, Kwanyar,
dan Tanjung Bumi. Berarti 50 hektar areal potensi belum termanfaatkan dengan
melihat kapasitas produksi per hektar sebanyak 4,8 ton maka ada sekitar 240 ton
produksi rumput laut yang dapat dihasilkan jika sisa areal potensi dapat
dimanfaatkan secara maksimal.
2) Udang dan Bandeng (polikultur), potensi lahan 2.254 hektar areal potensi baru
terkelola sebanyak 2.210 hektar (tradisonal) dengan produksi 569,4 ton untuk udang,
77,1 ton untuk bandeng, dan 391,9 untuk blanak. Terdapat di wilayah Kecamatan
Blanak, Socah, Sepuluh, dan Kwanyar. Ada sekitar 2.244 hektar areal potensi yang
belum termanfaatkan dengan tambak intensif.
3) Budi daya Nila, Gurame, Lele, dan Lobster, seluas kurang lebih 10 hektar areal
potensi dan sebagian besar telah dimanfatkan dengan produksi: nila 5,9 ton,
gurame 0,7 ton, lele 39 ton, dan lobster air tawar 0,3 ton. Terdapat di Kecamatan
Bangkalan, Socah, Sepulu. Untuk itu peluang usaha yang dapat dilakukan adalah:
4) Budidaya Nila, Mujair, Tawes dan Bandeng di Sawah Tambak, seluas kurang lebih
95 hektar areal potensi dan 45 hektar telah dimanfatkan dengan produksi: nila 8,3
ton, mujair 0,9 ton, tawes 3,3 ton, dan bandeng 10,9 ton. Terdapat di Kecamatan
Bangkalan.

B. Perikanan Tangkap
Potensi perikanan baik laut maupun darat di Kabupaten Bangkalan sangatlah besar
karena memiliki wilayah laut cukup luas. Selain itu didukung pula sentra-sentra
penangkapan ikan (nelayan) dan perikanan darat yang tersebar disepanjang garis pantai
Kabupaten Bangkalan. Produk perikanan laut andalan Kabupaten Bangkalan adalah:
Udang, Cumi, Tongkol, Ikan Layang, Kakap, Rajungan dan Pari. Berdasarkan hasil

Laporan Awal I-19


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

pengamatan dan pencermatan terhadap kondisi eksisting penggunaan ruang laut di wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Bangkalan dapat menunjukkan bahwa potensi
perikanan yang dapat dikembangkan di Kabupaten Bangkalan (Bangkalan dalam angka,
2010), mencakup wilayah Kecamatan Kamal, Labang, Kwanyar, Socah, Bangkalan,
Arosbaya, Tanjung Bumi, Sepulu, dan Kalmpis.
Di wilayah kecamatan Tanjung Bumi, terdapat Syahbandar (pelabuhan) Karantina
pertanian (peternakan) dan Kehutanan. Pelabuhan tidak tertata dengan baik, sehingga
menyulitkan kapal dan perahu untuk bersandar. Untuk mencapai daratan, dibutuhkan
perahu penghubung, karena terlalu rendahnya kedalaman perairan. Potensi perikanan
tangkap terbesar terdapat di Desa Banyu Sangka, dengan jenis alat dan kapal yang
bervariasi, rata-rata sekala menengah ke atas.
Tabel 1.5 Produksi Ikan Menurut Kecamatan Dan Sub Sektor Perikanan (Ton)
Kecamata Budidaya Jumlah
N Penangkapa
n Budidaya Budidaya Perairan (Budidaya
o n di Laut Kolam
Payau Tawar Umum )
1 Kamal 93,50 22,00 - 1,10 - 227,10
2 Labang 638,00 - - - - 638,00
3 Kwanyar 3250,80 28,10 - - 10,90 39,00
4 Modung - 13,50 - - 10,70 24,20
5 Blega - 313,50 - 4,50 27,90 345,90
7 Konang - - - - - -
8 Galis - - - - - -
9 Tan. Merah - - - - - -
10 Tragah - - - - - -
11 Socah 1.683,80 309,90 - - - 309,90
12 Bangkalan 3.087,10 155,20 - - 35,50 190,70
13 Burneh - - - 5,10 15,80 20,90
14 Arosbaya 2.736,30 156,30 - - - 156,30
15 Geger - - - 0,40 - 0,40
16 Tanjung 5.446,90 117,70 - - 20,60 138,30
Bumi
17 Sepulu 2.968,60 76,00 - - 12,60 88,60
18 Klampis 3.648,30 163,50 - - - 163,50
Sumber: Bangkalan Dalam Rangka , 2010

C. Industri Perikanan
Industri hasil perikanan di Kabupaten Bangkalan adalah pengolahan hasil perikanan
berupa penggaraman ikan. Penggaraman ikan meliputi: ikan kering (ikan dan rebon), ikan
asap, ikan pindang, terasi, dan kerupuk ikan/udang.

1.6.5 Kondisi Wilayah Pesisir


1.6.5.1 Bentuk dan Tipe Pantai
Pantai di 10 (sepuluh) kecamatan di Kabupaten Bangkalan memiliki karakteristik
pantai yang hampir sama yaitu tipe pantai landai berlumpur sampai berpasir. Pantainya
merupakan pantai yang melandai ke arah laut. Kedalaman 5 meter dapat dicapai hingga

Laporan Awal I-20


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

ratusan hingga ribuan meter ke arah laut. Dasar perairan umumnya berupa lumpur hasil
endapan sedimentasi dan sebagian memiliki dasar pasir terutama di pantai bagian utara.
Dasar berlumpur terutama dijumpai di sekitar muara sungai (di Kabupaten Gresik bermuara
sekitar 26 sungai besar dan kecil sebagaimana dijelaskan pada sub bab hidologi).
Konsekwensinya adalah besarnya sedimen yang masuk ke laut sehingga mempengaruhi
tipe pantai yang terbentuk.
Secara tipologi, bentuk dan tipe pantai Kabupaten Bangkalan di bagi kedalam 3 tipe
pantai yaitu :
a. Tipe pantai berlumpur
b. Tipe pantai berpasir
c. Tipe pantai berkarang
Jika dikategorikan berdasar lokasi, maka daerah pantai selatan dan barat dicirikan sebagai
pantai berlumpur atau lumpur berpasir, lokasinya antara lain di Kecamatan Kwanyar,
Modung dan . Daerah ini banyak ditumbuhi oleh vegetasi mangrove karena memang sesuai
untuk pertumbuhan mangrove. Sedangkan untuk pantai yang ada di sebelah utara seperti
Kecamatan Arosbaya, Socah dan Sepulu dan Tanjungbumi merupakan pantai berpasir atau
pantai berkarang atau gabungan berpasir berkarang, daerah ini daratan pantainya dicirikan
ditumbuhi vegetasi yang membentuk formasi pes-caprae dan barringtonia, sedangkan di
dasar perairan cenderung ada terumbu karang. Formasi vegetasi yang membentuk pantai
terdiri dari Formasi Mangrove dan Formasi Barringtonia.

1.6.5.2 Hidro-Oseanografi
Oseanografi adalah cabang dari ilmu bumi yang mempelajari segala aspek dari
samudera dan lautan. Secara sederhana oseanografi dapat diartikan sebagai gambaran
atau deskripsi tentang laut. Dalam bahasa lain yang lebih lengkap, oseanografi dapat
diartikan sebagai studi dan penjelajahan (eksplorasi) ilmiah mengenai laut dan segala
fenomenanya. Dalam bagian ini akan dikemukakan kondisi fenomena oseanografi dan
beberapa parameter fisika di perairan Kabupaten Bangkalan yang meliputi Laut Jawa di
bagian utara dan Selat Madura di bagian barat dan selatan. Berikut adalah hasil pengukuran
parameter hidro oseanografi yang meliputi pasang surut, salinitas, suhu, kecerahan,
kedalaman (bathymetri), dan arus. Bagian berikut akan menjelaskan aspek oseanografi
perairan Kabupaten Bangkalan yang meliputi : pasang surut, arus laut, gelombang, suhu
perairan, salinitas, suhu permukaan, kecerahan, kedalaman (bathymetri).

A. Pasang Surut
Keadaan pasang surut (pasut) di wilayah perairan Nusantara ditentukan oleh
penjalaran pasang surut dari Samudra Pasifik dan India serta morfologi pantai dan Batimeri

Laporan Awal I-21


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

perairan yang kompleks, dimana terdapat banyak selat, palung dan laut yang dangkal
sampai sangat dalam. Pasang surut (pasut) di perairan sekitar Kabupaten Bangkalan
dipengaruhi oleh rambatan pasut dari dua lautan yaitu Laut Jawa di bagian utara yang
berasal dari Samudera Pasifik melalui Laut Sulawesi dan Selat Madura di bagian selatan
yang merupakan rambatan dari Samudera Hindia melalui Selat Bali dan Lombok. Tipe
pasang surut di sekitar perairan Kabupaten Bangkalan adalah tipe pasut campuran
cenderung/condong ke harian ganda (Mixed Tide Prevailing Semidiurnal).

B. Arus Laut
Arus perairan disebabkan oleh berbagai faktor seperti angin, pasut, keseimbangan
antara gradien tekanan dan gaya corilois. Besarnya kontribusi masing-masing faktor
terhadap kekuatan dan arah arus yang ditimbulkannya tergantung pada tipe perairan (pantai
atau laut lepas) dan keadaan geografisnya. Arus laut yang dibangkitkan oleh angin, sirkulasi
anginnya umumnya menggambarkan keadaan angin daerah tropis dan sekaligus wilayah
musim, termasuk di perairan Bangkalan. Keadaan angin yang demikian dicerminkan pula
oleh arus lautnya terutama di permukaan. Pada musim barat di atas perairan Laut Jawa
bertiup angin dari barat ke timur sehingga arus Laut Jawa secara umum mengalir dari barat
ke timur. Sedangkan pada musim timur arus Laut Jawa mengalir sebaliknya dari arah timur
ke barat. Hasil pengukuran kecepatan arus di perairan Bangkalan menunjukkan kecepatan
arus berkisar 0,06-0,58 m/detik.

C. Gelombang
Data besaran gelombang untuk Selat Madura sangat terbatas. Di perairan Bangkalan
pada sisi Laut Jawa tinggi gelombangnya rata-rata kurang dari 1 m, kecuali pada musim
barat dimana angin dari barat terjadi di mana gelombang dengan tinggi antara 1-2 meter
lebih sering terjadi. Pada bulan bulan tertentu, seperti Januari, Pebruari, Juli, Agustus, dan
September gelombang dengan ketinggian lebih 2 m lebih sering ditemui di perairan Laut
Jawa. Bulan bulan tersebut adalah puncak musim barat dan musim timur di mana angin
berhembus lebih kencang dari normal. Sedangkan di sisi Selat Madura di sisi barat dan
selatan gelombang lebih kecil karena adanya selat sempit yaitu Selat Madura, kecuali jika
musim timur, sehingga angin bertiup dari timur ke barat yang menyebabkan arus kuat ke sisi
barat Selat Madura yang juga menimbulkan gelombang, tetapi tidak lebih dari 1,5 meter.

D. Suhu Perairan

Laporan Awal I-22


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

Kisaran suhu permukaan laut perairan Bangkalan rata-rata 30,290C dengan kisaran
28.3-32.5 0C. Berdasar data pada tabel 3.x di atas terlihat jelas perbedaan kisaran suhu-
suhu rata-rata antara lokasi yang dipengaruhi daerah industri Surabaya dan Gresik dan juga
Muara Sungai Brantas di Surabaya menunjukan kisaran suhu yang lebih tinggi (Stasiun 1-4)
dibandingkan dengan lokasi yang dipengaruhi Laut Jawa (Stasiun 8-12). Dimungkinkan hal
ini karena di sekitar Surabaya dan Gresik banyak buangan kegiatan industri masuk ke laut
sehingga lebih hangat sementara pengaruh Oseanik lebih sedikit yang masuk, sedangkan
di bagian utara Madura/Laut Jawa yang dominan adalah pengaruh oseanik.

E. Salinitas
Nilai rata-rata salinitas di perairan bangkalan adalah 22,58 0/00, sedangkan nilai
kisaran salinitas pemukaan di daerah yang dipenguhi Kota Surabaya dan Gresik serta
0
Muara Sungai Brantas adalah 20-25 /00 sedangkan kisaran salinitas daerah yang
dipengaruhi laut adalah 25,5-28 0/00. Nilai salilitas tersebut termasuk cukup rendah dan di
bawah kisaran baku mutu air laut dan biota laut sesuai KepmenLH No. 51/2004 yang
mensyaratkan kisaran 33-34 0/00. , bahkan nilainya di bawah 30 0/00 yang merupakan nilai
umumnya di Pantura Jawa dengan kondisi masukan air tawar cukup banyak. Perbedaan
nilai kisaran tersebut dipengaruhi oleh masing-masing kondisi perairan yang ada. Untuk
daerah yang dipengaruhi oleh aliran sungai, salinitas lebih rendah karena pengaruh
percampuran air tawar yang masuk perairan wilayah muara sungai Brantas dari daratan
Jawa Timur. Nilai Salinitas cenderung menurun ke arah barat sesuai dengan pengaruh arah
aliran air tawar Muara Sungai Brantas yang masuk ke laut Selat Madura

F. Bathymetri
Di wilayah pantai dan laut, menurut Siswanto (2010), perairan Kabupaten Bangkalan
terutama bagian barat topografi lautnya umumnya relative sangat landai, dengan kemiringan
rata-rata 0.033 dengan kedalaman (bathymetri) yang relative dangkal. Sampai jarak 100
meter dari garis pantai, umumnya kedalaman laut masih kurang dari 5 meter. Pada titik
pengamatan, kedalaman terdalam adalah 15 m, sementara yang paling dangkal adalah 1,2
m.
Dasar perairan Kabupaten Bangkalan umumnya merupakan daerah perairan yang
sebagian besarnya substrat lumpur dengan tekstur utama liat dengan bervariasi mulai liat
berdebu sampai lempung liat berpasir, satu diantaranya berpasir yang ditemukan di stasiun
12 di daerah perairan Tanjungbumi.

G. Kualitas Air

Laporan Awal I-23


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

Dari hasil pengukuran di lapangan pada saat survei lapang, telah diperoleh data
beberapa parameter kualitas air seperti yang tercantum di dalam Tabel 3.6 untuk paremeter
kimia dan 3.7. untuk parameter lainnya seperti di bawah ini. Dalam kedua tabel tersebut
nampak terlihat daftar beberapa parameter kualitas air dari 12 buah stasiun pengukuran.
Stasiun pengukuran terletak di sepanjang perairan Selat Madura, sisi barat dan selatan
kearah timur, hingga di perbatasan dengan Kabupaten Sampang serta di bagian utara Laut
Jawa sampai timur ke perbatasan Kabupaten Sampang.
Tabel 1.6 Parameter Kimia Kualitas Air Di Beberapa Stasiun Pengukuran
Kode BOD DO COD NH3 NO3 NO2 PO4
pH
contoh (mg/L) (mg) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L) (mg/L)
ST. 1 7.8 9.20 5,04 344 0.91 0.073 0.018 0.21
ST. 2 8.2 6.30 8,15 218 1.07 0.046 0.016 0.14
ST. 3 7.9 9.50 4,11 401 0.97 0.279 0.027 0.58
ST. 4 8.2 9.00 5,82 286 0.78 0.093 0.019 0.28
ST.5 7.7 16.10 6,5 313 0.91 0.048 0.012 0.23
ST.6 7.7 15.80 5,91 266 0.91 0.002 0.002 0.13
ST.7 7.4 15.6H0 6,0 234 0.93 0.006 0.002 0.16
ST.8 7.3 14.20 6,10 225 0.86 0.022 0.001 0.1
ST.9 7.2 15.40 5,82 180 0.85 0.003 0.001 0.21
ST.10 7.2 10.50 5,99 304 0.85 0.008 tt 0.03
ST.11 7.1 10.70 5,45 290 0.96 0.005 0.002 0.08
ST.12 7.1 8.80 6,32 438 0.81 0.004 0.006 0.11
Sumber : Data Primer , 2010

1.6.5.3 Ekosistem Pesisir


Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara ekosistem daratan dan lautan
(perairan) yang menyatu menjadi satu kesatuan ekosistem unik, dengan demikian wilayah
pesisir memadukan keterkaitan antara aktifitas dan habitat di daratan dan lautan sebagai
sebuah domain. Sedangkan wilayah Kabupaten Bangkalan merupakan wilayah pesisir yang
kaya akan sumberdaya alam dan berbagai ekosistem. Beberapa ekosistem penting yang
ada di wilayah pesisir Kabupaten Bangkalan adalah mangrove, lahan basah pesisir, terumbu
karang, dan padang lamun.
Tidak semua jenis ekosistem /habitat tersebut terdapat di dalam suatu wilayah
pesisir. Sangat jarang suatu wilayah pesisir yang dapat dikelola secara efektif (efective
manageleble) terdapat seluruh jenis habitat tersebut. Secara ekologis ekosistem -
ekosistem di wilayah pesisir ini saling terkait dan mempengaruhi. Kegiatan di daratan yang
berpotensi menimbulkan pencemaran dan kerusakan akan mempengaruhi kualitas
kehidupan di perairan laut. Sebaliknya banyak organisme laut yang hidupnya sangat
tergantung oleh bahan makanan (nutrient) limpasan dari daratan. Beberapa organisme
daratan juga memanfaatkan biota laut sebagai makanan.

Laporan Awal I-24


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

Selain ada keterkaitan antara daratan dan lautan di wilayah pesisir, terdapat pula
keterkaitan spasial antar bagian di perairan itu sendiri seperti arus, kedalaman/ bathymetry,
gelombang, salinitas dan kualitas air. Arus laut dapat membawa bahan pencemar ataupun
makanan dari suatu tempat ke tempat lain. Ikan sebagai salah satu organisme perairan
seringkali berimigrasi ke tempat lain yang cukup jauh. Oleh karena itu secara spasial
wilayah perairan di pesisir juga merupakan wilayah yang saling terkait.
Jenis ekosistem pesisir dan laut yang terdapat di Kabupaten Bangkalan adalah pantai
dengan berbagai tipe, mangrove, terumbu karang, dan lamun.

A. Mangrove
Hutan mangrove merupakan ekosistem vegetasi pantai tropis dan sub tropis yang di
dominasi oleh satu atau lebih jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang
pada daerah pasang surut pantai. Ekosistem mangrove merupakan jenis ekosistem yang
lebih sering kita jumpai di daerah perbatasan darat dan laut dengan jenis tanah berlumpur
sampai dengan berpasir. Mangrove merupakan salahsatu ekosistem alamiah yang unik dan
mempunyai nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. Disamping menghasilkan bahan dasar
untuk kehidupan rumah tangga dan industri yang dalam konteks ekonomi mengandung nilai
komersial tinggi, hutan mangroe juga memiliki fungsi-fungsi ekologis yang sangat penting
yaitu sebagai penyedia nutrient, tempat memijah ikan dan biota laut (spawning ground),
tempat pengasuhan (nursery ground), dan tempat mencari makanan (feeding ground),
selain itu untuk kepentingan pertahanan daratan hutan mengrove juga berperan besar untuk
menahan abrasi, mencegah dari gempuran ombak dan mengurangi resiko tsunami.

a b

Gambar 1.2. Foto Hutan Mangrove Alamiah Dalam Kondisi Cukup Baik (A) Dan Hasil
Rehabilitasi (B) Yang Ada Di Kecamatan Arosbaya

Kabupaten Bangkalan mempunyai sumberdaya Mengrove yang cukup besar.


Laporan Dinas Kehutanan danPerkebunan Kabupaten Bangkalan melaporkan bahwa di
seluruh Kabupaten Bangkalan terdapat 2.195, 71 ha mangrove dengan berbagai kondisi

Laporan Awal I-25


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

yang tersebar di 9 (Sembilan) kecamatan pesisir. Jenis yang ditemukan cukup banyak dan
beragam. Menurut Eva Ardianah (2007), terdapat 14 spesies dari 9 famili mangrove yang
dijumpai di Kabupaten Bangkalan. Menurut Laporan DInas Kehutanan dan Perkebunan
serta DInas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangkalan, kondisi mangrove di Kabupaten
Bangkalan sebagaimana disajikan pada table dibawah ini
Tabel 1.7 Luasan Dan Spesies Dominan Mangrove Di Kabupaten Bangkalan Menurut
Kecamatan Dan Desa/Kelurahan
No. Kecamatan Desa/Kelurahan Luas (Ha) Dominasi Spesies
1 BANGKALAN Bancaran 35.58 Rhizopora sp
Sabiyan 22.96 Rhizopora sp
Gebang 69.50 Rhizopora sp/Avicennia sp
Pejagan 39.67 Na
Pangeranan 44.50 Rhizopora sp
Martajasah 55.35 Na
Kramat 13.78 Rhizopora sp/Avicennia sp
Sembilangan 8.66 Rhizopora sp/Avicennia sp
Mlajah 6.79 Rhizopora sp/Avicennia sp
Kemayoran 5.92 Tda
2 AROSBAYA Tengket 290.00 Rhizopora sp
Lajing 75.00 Rhizopora sp
Arosbaya - Bruguiera gymnorrhiza*
3 SEPULUH Maneron 20.00 Rhizopora sp
Labbuan 20.00 Rhizopora sp
4 SOCAH Buluh 43.00 Na
Socah 69.00 Avicennia marina
Jung Anyar 80.00 Rhizopora sp
Dakiring 65.00 Rhizopora sp/Avicenia
Pernajuh 61.00 Rhizopora sp/ Rhizopora mucronata
Petaonan 24.00 Na
Keleyan 15.00 Na
Bilaporah 9.00 Na
5 KAMAL Banyuajuh 52,00 Rhizopora sp
Gili Barat 20,00 Rhizopora sp
Telang 70,00 Rhizopora sp
6 LABANG Sukolilo Barat 4,50 Na
Sukolilo Timur 7,25 Rhizopora sp
7 KWANYAR Batah Barat 29,50 Rhizopora sp
Batah Timur 48,50 Rhizopora sp
Karang Anyar 46,25 Rhizopora sp/Bruguirea gymnorrhiza
Pesanggrahan 67,00 Bruguiera gymnorrhiza
Patereman 100,65 Na
8 MODUNG Pangpajung 100.55 Avicennia sp/ Rhizopora stylosa
Serabi Barat 50.75 Na
Patengtengan 81.70 Rhizopora sp/ Sonneratia alba
Langpanggang 90.35 Rhizopora sp/ Rhizopora apiculata

Laporan Awal I-26


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

No. Kecamatan Desa/Kelurahan Luas (Ha) Dominasi Spesies


Suwa'an 76.00 Rhizopora sp/ Sonneratia alba
Karang Anyar 101.00 Rhizopora apiculata
Modung 101,00 Rhizopora sp
Patereman 6,0 Na
9 KLAMPIS Bulakagung 21,00 Rhizopora sp
Laangan Glintong 11,00 Rhizopora sp/Avicennia sp
Mrandung 16,00 Rhizopora sp/Avicennia sp
Ko'ol 11,00 Rhizopora sp/Avicennia sp
Tenggun Daya 14,00 Rhizopora sp/Avicennia sp
Larangan Sorjan 2,00 Rhizopora sp
Klampis * - Rhizopora mucronata
Bator* - Rhizopora stylosa
Jumlah 2.195,71
Keterangan : na = tidak tersedia data
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan serta Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
Bangkalan, 2009

Dari studi terhadap ekosistem mangrove di Kabupaten Bangkalan yang pernah


dilakukan, ditemukan berbagai informasi mengenai formasi dominan dan juga nilai indeks
keanekaragaman yang bervariasi. Ekosistem mangrove yang terdapat di Kecamatan Socah
membentuk zonasi Avicennia spp., Rhizophora spp., dan Sonneratia spp., dimana
susunannya berurutan dari arah darat ke laut dengan indeks keanekaragaman sebesar
1,469. Avivennia marina adalah spesies dominan pada kategori pohon dengan dominansi
relatif 58,85 %, sedangkan Ceriops decandra dominan pada kategori anakan dengan
dominansi relatif 58,14 %.
Di Kecamatan Bangkalan, komunitas mangrove membentuk komunitas campuran
antara Rhizophora mucronata dan Nypha fruticans, dan berasosiasi dengan jenis lainnya
dengan indeks keanekaragaman 1,371. Rhizophora mucronata merupakan spesies dominan
dengan nilai dominansi relatif pada kategori pohon dan anakan 66,67 % dan 57,68 %.
Sedangkan di Kecamatan Klampis hanya terdapat zona Rhizophora spp. dengan tegakan
dominan adalah Rhizophora stylosa. Nilai dominansi relatif pada kategori anakan dan pohon
adalah 66,67% dan 57,68%. Indeks keanekaragaman di Kecamantan Klampis 0,579.
Namun sekarang kondisi hutan mangrovenya cukup memprihatinkan, karena
mangrove cenderung berkurang luasannya diduga akibat meningkatnya kebutuhan lahan
untuk berbagai kepentingan seperti pembukaan tambak yang cukup intensif tahun 1980-an,
dan kegiatan lain terutama pasca dibukanya jembatan Suramadu. Hasil berbagai penelitian
menunjukkan luasan yang cenderung menurun dari data resmi pemerintah. Penelitian
Hidayat (2009) dengan mengggunakan aplikasi citra satelit 2007 misalnya menunjukkan di
Kecamatan Kwanyar, saat ini luasan mangrove di Desa Batah barat hanya 23,07 ha dari

Laporan Awal I-27


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

data resmi DInas Kehutanan sebesar 29,50 ha. Lebih jelas lagi perbedaanya adalah di Desa
batanh Timur yang hanya tinggal 9,86 ha jauh menurun dibandingkan data dari Dinas
Kehutana sebesar 48,50 ha. Sementara di Desa Karanganyar dari 46,26 sekarang tercatat
menurun menjadi 32,24 ha dan di Desa Pesanggrahan dari 67 ha menjadi 63,78 ha.
Berdasarkan analisis citra satelit menggunakan ALOS Avnir tahun 2008 jumlah
luasan tutupan ekosistem mangrove eksisting di Kabupaten Bangkalan hanya tinggal sekitar
820,4 ha. Artinya ditemukan perbedaan luasan mangrove eksisting dengan data resmi
pemerintah daerah, dimana luasan mangrove telah berkurang sebanyak 1.374,77 ha.

B. Ekosistem Terumbu Karang


Ekosistem terumbu karang adalah salah satu ekosistem subur dan produktif yang
terdapat di wilayah ini. Ekosistem ini dibentuk oleh komunitas karang dan berbagai biota
laut yang berasosiasi dengan karang. Ekosistem terumbu karang terbentuk dari kemampuan
hewan karang yang menghasilkan kapur (CaCO3) dengan bantuan hewan zooxanthellae
yang bersimbise secara mutualisme dengannya. Simbiose yang bersifat mutualisme ini
menyebabkan apa yang dibutuhkan oleh hewan karang dari lingkungan juga dibutuhkan
oleh simbionnya, karena itu kualitas lingkungan amat menentukan kualitas kehidupan hewan
karang beserta simbionnya. Keutuhan suatu bentang terumbu karang amat tergantung dari
hal ini. Kebutuhan hidup yang substansial dari hewan karang terhadap faktor lingkungan
juga diperlukan oleh simbionnya. Kebutuhan akan faktor-faktor lingkungan antara keduanya
ternyata tidak saja terkait dengan upaya-upaya mempertahankan hidup semata, akan tetapi
juga menyangkut aspek transfer energi.
Penilaian akan kondisi suatu ekosistem terumbu karang hingga sekarang masih
ditentukan oleh penutupan karang hidup yang ada. Kuantitas penutupan karang ini
dipresentasikan dalam bentuk persen penutupan (percent coverage) berbagai bentuk
pertumbuhan karang penyusun suatu ekosistem terumbu karang. Gomez dan Yap (1988)
memberikan kriteria penilaian terhadap ekosistem ini sebagai berikut; ekosistem dikatakan
buruk apabila mempunyai tutupan karang hidup sebesar 0 – 24,9 %, sedang apabila
mempunyai tutupan karang hidup sebesar 25 – 49,9 %, bagus apabila mempunyai tutupan
karang hidup sebesar 50 – 74,9 % dan sangat bagus apabila mempunyai tutupan karang
hidup > 75 %.
Salah satu eksistem sumberdaya alam pesisir dan lautan yang terdapat di
Kabupaten Bangkalan adalah terumbu karang. Gugusan terumbu ini umumnya tersebar di
perairan pantai bagian utara dan pulau Karang Jamuang. Melihat kriteria di atas, kondisi
tutupan karang pada ekosistem terumbu di Kabupaten Bangkalan bervariasi dari suatu
daerah ke daerah lain dengan kategori buruk hingga sangat sedang. Sedangkan di sebelah
selatan tidak dijumpai terumbu karang karena perairan yang sangat keruh.

Laporan Awal I-28


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

Pengamatan ekosistem terumbu karang dilakukan di sekitar perairan Pulau Karang


Nyamuan dengan luasan pengamatan 30 x 30 meter dan kedalaman rata-rata 1-2,5 meter.
Hasil pengukuran di perairan karang Jamuang menunjukkan hasil disajikan pada tabel
dibawah ini
Tabel 1.8 Hasil Pengamatan Terumbu Karang Di Perairan Pulau Karang Jamuang
Kategori
No Stasiun
HC SC DCA DC Rock Rubble Alga Sand

P. Karang
1 10% 40% 5% 0 0% 0 40% 5%
Jamuang

Sumber : Data Primer, 2010


Keterangan : HC= Hard Coral (karang keras); SC= Soft Coral (karang lunak); DCA=Dead Coral Alga;
DC=Dead Coral; Rock=Batu; Rubble=pecahan karang; Sand=pasir; dan Alga.

Dari tabel di atas diketahui bahwa persentase penutupan Hard Coral atau karang
keras sebesar 10%, dimana didominasi oleh jenis Porites dengan pertumbuhan massive dan
hidup secara soliter, sedangkan Soft Coral persentase penutupan sebesar 50% . DCA
(Dead Coral Alga) sebesar 5%,hal ini dapat terlihat karena karang yang diamati warnanya
sudah berubah dan ditumbuhi alga. Persentase penutupan Alga juga cukup tinggi di lokasi
pengamatan ini yakni 40% dimana makro alga yang dijumpai dari jenis Halimeda dan
turbinaria. Sementara kategori Sand (pasir) dilokasi pengamatan ini hanya 5%. Dengan
demikian perairan Pulau Karang Nyamuan dengan kondisi terumbu karangnya termasuk
kategori rusak, hal ini dapat dilihat karena perairan cukup keruh dan tingkat sedimentasi
yang cukup tinggi sehingga karang sangat sulit untuk tumbuh di perairan ini. Selain itu
banyaknya makro alga dan soft coral yang dijumpai pada perairan ini menyebabkan
tingginya persaingan untuk mendapatkan substrat sebagai tempat tumbuh sehingga karang
pada perairan ini sangat sulit untuk hidup dan bertahan.
Karena tingkat kekeruhan yang cukup tinggi di selat Madura di bagian selatan dan
barat, potensi sumberdaya terumbu karang hanya dapat ditemukan di Pulau Karang
Jamuang dan perairan bagian utara Bangkalan yang kecerahanya relative bagus,
sedangkan di perairan sebelah selatan bangkalan (Selat Madura tidak ditemukan terumbu
karang). Secara umum tipe terumbu karang yang terdapat di Kabupaten Bangkalan adalah
karang tepi, sedangkan karang pengahalang dan atoll tidak ditemukan.

C. Lamun
Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya
menyesuaikan diri untuk hidup terbenam di dalam laut. Lamun hidup di perairan dangkal
agak berpasir dan di terumbu karang. Secara ekologis memiliki fungsi penting bagi wilayah

Laporan Awal I-29


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

pesisir, yaitu: (1) sumber utama produktivitas primer, (2) sumber makanan bagi organisme,
seperti penyu, (3) menstabilkan dasar yang lunak, (4) tempat berlindung organisme, (5)
tempat pembesaran beberapa spesies, (6) peredam arus, (7) tudung pelindung sinar panas
matahari bagi penghuninya.
Parameter lingkungan utama yang mempengaruhi pertumbuhan lamun adalah :
kecerahan dengan kedalaman kurang dari 10 meter, kisaran temperature optimum 28° ~ 30°
C, salinitas optimum 35 psu, substrat campuran Lumpur dan fine mud, serta kecepatan arus
optimal sekitar 0.5 m/detik.
Padang Lamun (seagrass-meadows) atau hamparan Lamun ditemukan tersebar
hampir di seluruh Kepulauan Derawan dengan kondisi yang berbeda, dengan rata-rata
kerapatan 10-20 %. Ekosistem padang lamun secara ekologi dan ekonomi sangat penting,
namun keberadaanya terancam oleh gangguan dan kegiatan manusia. Sampai saat ini
upaya restorasi dan konservasi Lamun belum banyak dilakukan, padahal keanekaragaman
hayati wilayah pesisir sangat tergantung kepada stabilitas ekosistem lamun.
Ancaman terhadap ekosistem lamun umumnya terjadi di negara-negara Asia
Tenggara, tidak terkecuali perairan Bangkalan dikarenakan oleh peningkatan hunian di
pesisir, kegiatan industri dan aktifitas lain di daratan yang menyebabkan peningkatan
kandungan sedimen yang pada gilirannya meningkatkan kandungan nutrien di perairan
pesisir. Dari hasil survei diketahui bahwa di wilayah perairan selatan kondisi lamun sudah
sangat memprihatinkan karena tingginya sedimen dan kekeruhan perairan, sedangkan di
perairan sebelah utara masih ditemukan ekosistem lamun yang masih bagus.

D. Pulau-pulau Kecil
Menurut definisi DKP (2001), Pulau kecil merupakan pulau yang memiliki luas area
kurang dari aau sama dengan 10.000 km2 atau lebarnya kurang dari 10 km. Jika pulau kecil
itu luasnya kurang dari 2.000 km2 maka dikategorikan sebagai pulau sangat kecil.
Kabupaten Bangkalan hanya memiliki 1 (satu) buah pulau kecil yaitu Pulau Karang
Jamuang yang terletak di LS 6° 55' 40'' BT 112° 43' 44'', namun karena ukurannya sangat
kecil maka pulau tersebut kurang dianggap sebagai potensi yang strategis. Padahal sekecil
apapun suatu pulau, harus dianggap sebagai kunci karena daratan di tengah alaut adalah
titik pangkal pengukuran batas wilayah, selain potensi sumberdaya hayatinya seperti
terumbu karang, lamun, dan ikan.
Meski masih statusnya juga masih diperebutkan dengan Kabupaten Gresik, tetapi
secara riil berbagai aktifitas masyarakat Bangkalan telah berlangsung di sekitar pulau ini
seperti memancing, tempat berlindung nelayan jika cuaca buruk dan fungsi lainnya.
Pulau seluas 4 (empat) hektare ini jaraknya sekitar 35 kilometer dari Pelabuhan
Tanjung Perak atau 10,3 kilometer atau 6,3 mil laut dari Kota Bangkalan. Pulau ini pada

Laporan Awal I-30


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

jaman belanda adalah pulau yang digunakan untuk berdirinya menara suar pemandu
pelayaran. Jejak-jejak administrator pelabuhan kolonial Belanda masih terlihat di pulau ini
berupa puing bangunan mess petugas pemandu pelayaran dan Plengsengan yang
panjangnya hamper 2 km mengelilingi pulau ini, yang dibangun sejak jaman Belanda.
Plengsengan ini yang menhubungkan 2 pulau yang tadinya terpisah menjadi menyatu.
Hingga saat ini plengsengan tersebut masih berdiri kokoh di sana untuk menjaga agar
ombak tidak menggerus pulau tersebut.
Saat ini sebuah mercusuar dengan ketinggian sekitar 80 meter berdiri di sana serta
kantor navigasi untuk panduan kapal-kapal yang ingin masuk ke Pelabuhan Tanjung Perak
dan Pelabuhan Gresik.
Selain fungsi navigasi/pemanduan kapal yang melewati Selat Madura, Pulau Karang
Jamuang memiliki vegetasi seperti hutan mangrove di bagian selatan pulau, burung-burung
yang singgah, biawak dan juga pasir putihnya sangat indah.

Gambar 1.3. Foto Situasi Pulau Karang Jamuang Dengan Pasir Putihnya (A) Dan Pulau
Karang Jamuang Dari Foto Satelit (B)

a b
E. Biota Air
Jenis biota air yang ada di Perairan Kabupaten Bangkalan dapat dibagi menjadi 3
(tiga) jenis yaitu plankton, benthos dan nekton. Plankton adalah organisme yang melayang-
layang di kolom air dan tidak memiliki kemampuan bergerak secara aktif. Benthos adalah
organisme yang berdiam didasar perairan. Sedangan nekton adalah organisme yang berada
di kolom perairan dan memiliki kemampuan untuk bergerak secara aktif.
1) Plankton
Organisme planktonik di kolom air terdiri dari phytoplankton dan zooplankton.
Phytoplankton adalah organisme planktonik yang memiliki klorofil sebagaimana
layaknya tumbuhan. Zooplankton adalah organisme planktonik yang memiliki sifat
seperti hewan. Dalam piramida makanan phytoplankton berada di dasar piramida.
Sehingga keberadaan organisme ini dapat mengindikasikan keberadaan organisme

Laporan Awal I-31


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

yang berada di atasnya dalam piramida makanan. Sehingga keberadaan konsentrasi


phytoplankton dapat menjadi indikator keberadaan ikan. Daerah yang konsentrasi
phytoplanktonnya tinggi dapat disimpulkan merupakan fishing ground yang baik.
Produktifitas plankton di perairan Kabupaten Bangkalan relatif baik, dan kondisi
plankton dipengaruhi oleh kegiatan manusia di sekitar perairan tersebut. Kelimpahan
fitoplankton di perairan berbanding lurus dengan tingkat hunian penduduk atau
muara sungai terdekat tempat pengambilan contoh dilakukan karena pulau
berpenduduk lebih banyak memberikan kontribusi nutrien lebih besar ke perairan.
Penyuburan nutrien tersebut menyebabkan pemangsaan zooplankton tidak dapat
mengontrol populasi fitoplankton. Karena penyebaran kegiatan manusia di pesisir
Kabupaten Bangkalan tidak menyebar merata, maka Kelimpahan fitoplankton dan
zooplankton relatif menunjukkan perbedaan antara stasiun yang satu dengan
lainnya, dan terlihat tidak linear dengan pola kelimpahannya.
Membandingkan pola kelimpahan fitoplankton dan zooplankton, terlihat hanya pada
beberapa stasiun yang cenderung berbanding lurus, sementara kebanyakan stasiun
memperlihatkan pola yang tidak sama antar stasiun dan menujukkan perbedaan
secara signifikan. Jenis fitoplankton yang paling dominan dan menyebar rata di
semua stasiun dalam arti memiliki kelimpahan cukup tinggi dan tersebar merata di
semua stasiun adalah jenis Rhizosolenia stliformis dan Coscinodiscus sp, sementara
jenis lainnya menyebar tidak merata antar stasiun dengan kelimpahan yang
bervariasi juga. Sementara untuk zooplankton hanya jenis Acartia sp yang memiliki
kelimpahan paling tinggi dan menyebar rata di semua stasiun pengamatan.
2) Benthos
Organisme benthos banyak menempati daerah berlumpur di sekitar hutan mangrove
yang kaya akan serasah. Beberapa jenis benthos ini merupakan pengurai serasah.
Jenis benthos yang dijumpai di kawasan hutan mangrove Kecamatan Sepulu dan
daerah Arosbaya antara lain Polychaeta (Euphrosine sp, Glicera sp), Gastropoda
(Littorina sp, Pyramidella sp, Policines sp, Amauropsis sp), Bivalvia (Lyonsia sp,
Thracia sp), dan Crustacea (Palicus sp, Dissodactylus sp). Beberapa jenis dari
makro fauna ini saat dewasa berkembang menjadi kepiting bakau, udang dan
kerang.
3) Nekton
Organisme yang tergolong dalam kelompok nekton diantaranya adalah berbagai
jenis sumberdaya ikan. Di Perairan Kabupaten Bangkalan, jenis ikan dapat dibagi
menjadi jenis ikan pelagis dan jenis ikan demersal. Jenis ikan pelagis adalah jeins
ikan yang berada di kolom air. Jenis ini biasanya memiliki daya jelajah yang tinggi.
Bahkan ada kelompok ikan pelagis yang beruaya hingga lintas benua.

Laporan Awal I-32


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

ikan pelagis yang sering tertangkap nelayan di Perairan Kabupaten Bangkalan


antara lain: tongkol, cumi-cumi, teripang, layang, pari, manyung, bawal hitam/dorang,
kembung, tengin, dan layur. Sedangkan jenis ikan demersal yang sering tertangkap
nelayan di perairan Gresik antara lain : Udang putih, rajungan, kakap merah,
gulamah, kakap putih, pari, pepetek, baronang, smadar, kerapu, dan kakap putih.
Tabel 1.9 Jenis Kelimpahan Fitoplanton Hasil Pengambilan Sampel
Jenis Kelimpahan (dalam Liter Sampel)
Stasiun
Pengamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A. Fitop
lankt
on
6520.
Ceratium furca 0 5807.5 0 4646 0 3484.5 0 5244 0 2691 0 5
Thalassiosira 1161 11511 12661. 2532 1150 19285. 1812
sp 5 23230 .5 0 0 5 3 0 0 0 5 4
2555 11626. 1393
Ditylum sp 3 12776.5 0 0 5 25438 8 0 15605.5 14191 0 0
Bacteriastrum 1150
delicatulum 0 0 12650 23230 12650 0 0 0 0 0 11615 0
Euchampia sp 0 11500 23000 11500 0 0 0 0 0 0 0 0
Biddulphia 1150 1161
favus 0 0 0 12650 0 0 5 0 0 11500 0 0
Coscinodiscus 6969 1265 1162 37271. 5248
sp 0 46460 58075 34845 23230 11615 0 6.5 26967.5 5 14168 6
Chaetocinna 1150
sp 0 0 0 11500 0 11500 0 0 0 12650 0 0
Skeletonema 1265
sp 0 0 11615 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Thalassionem 1150
a sp 0 11615 0 0 12650 0 0 0 0 0 0 0
2530
Guinardia sp 0 11500 0 11615 23023 12650 0 0 13938 23230 0 0
1150
Asterionella sp 0 0 12650 0 0 0 0 0 0 0 11615 0
Leptocylindric 1161
us sp 5 0 0 11500 0 12650 0 0 14041.5 0 0 0
Rhizosolenia 9292 112780. 11754 11628 10453 14043 1784 1742 116161. 139391 127776 1162
stliformis 0 5 1.5 8 5 8 22.5 36.5 5 .5 .5 88
Ceratium 1161 3795 2323 1265
tripos 5 23230 0 0 11615 25300 0 0 0 0 34845 0
Cyclotella 1161 2530
operculata 5 0 25300 0 23230 0 0 0 0 0 0 0
Pleurosigma 1521
sp 0 0 12650 0 0 11615 0 0 14179.5 0 0 4.5
Peridinium 1265 1150 2323 126
excentricum 0 11615 0 0 0 0 0 50 0 0 0 0
B. Zoop
lankt
on
116 348 1265 1161 2530 379 232 232
Acartia sp 15 23230 45 0 5 0 50 30 11615 25300 37950 30
116 253 2323 253
Temora sp 15 0 00 0 0 0 00 0 0 0 0 0
152
126 1161 14179 14.
Calanus sp 0 0 50 0 0 5 0 0 .5 0 0 5
Echinocardium 1265 1150 2323 126
cordatum 0 11615 0 0 0 0 0 50 0 0 0 0
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium (Data Primer), 2010

Laporan Awal I-33


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

1.6.6 Penggunaan Lahan


Kabupaten Bangkalan memiliki luas total mencapai 1.260,14 km2 dengan panjang
pantai mencapai 125 km, terdiri dari 10 kecamatan pesisir dan 8 kecamatan non pesisir.
Luas wilayah kecamatan pesisir mencakup 542,37 km2 atau 43,04 persen wilayah
Kabupaten Bangkalan. Wilayah pesisir yang subur dan merupakan muara dari sekitar 25
sungai akan merupakan wilayah yang produktif dan akan mempengaruhi produktifitas di
daratan. Penggunaan lahan di wilayah ini masih didominasi untuk pertanian, sedangkan
pemanfaatan lahan pantai untuk perikanan masih belum berkembang. Hanya terdapat
78.369,87 ha (6,2 %) lahan yang diusahakan untuk kegiatan agraris produktif, yang terdiri
dari pertanian tanaman pangan, hutan, tambak ikan, tambak garam , sedangkan sebagian
besar penggunaan lahan daratan lainnya tidak ada data dan penjelasan pemanfaatannya,
tetapi dari realitas di lapangan pemanfaatan untuk pemukiman, jalan, industri dan fasilitas
umum masih belum dijelaskan. Sedangkan lahan di perairan laut yang produktif digunakan
untuk daerah penangkapan, alurpelayaran, pipa bawah laut, konsensi migas (rig/platform)
dan rumput laut yang sudah mulai diusahakan di Kecamatan Tanjung Bumi seluas 60 ha.

1.6.6.1 Lokasi Sentra Permukiman


Sesuai dengan kebiasaan dimana wilayah untuk bertempat tinggal diharapkan dekat
dengan tempat mencari nafkah (bekerja), hal tersebut berlaku juga untuk masyarakat di
wilayah pesisir Kabupaten Bangkalan yang meliputi 10 ( sepuluh) Kecamatan. Dimana
sebagain besar masyarakatnya mendiami wilayah pesisir Kabupaten Bangkalan, baik itu
wilayah Peissir Utara (Kecamatan Socah, Bangkalan, Arosbaya, Klampis, Sepulu dan
Kecamatan Tanjung Bumi) maupun wilayah Pesisir Selatan (Kecamatan Kamal, Labang,
Kwanyar dan Kecamatan Modung).
Tabel 1.10 Lokasi Sentra Permukiman Di Wp3 Kabupaten Bangkalan
No. Kecamatan Lokasi Sentra Permukiman
1 Kamal Talang
2 Labang Sukolilo Timur, Sukolilo Timur dan Labang
Tebul, Karanganyar, Pesanggrahan, Kwanyar Barat, Batah
3 Kwanyar Barat dan batah Timur

4 Modung Pang Pateraman, Lanpanggang, Suwa'an, Modung


5 Socah Dak Iring, Jung Anyar, Socah dan Pernajuh
Sembilangan, Kramat, Ujung Piring, Mertajasah, Kel.
Mlajah, Kel. Pangeranan, Kel. Pejagan, Kel. Bancaran,
6 Bangkalan Sabiyan, Gebang
7 Arosbaya Gebang, Lajing, Arosbaya, Tengket

Laporan Awal I-34


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

8 Tanjung Bumi Banyusangkah, Macajah, Talango, Bumianyar


9 Sepulu Sepulu, Prancak, Labuhan

10 Klampis Moarah, Bulukagung, Klampis Barat, Klampis Timur


Sumber : DKP Kabupaten Bangkalan, 2010

1.6.6.2 Lokasi Sentra Industri


Industri kecil dan kerajinan rakyat memiliki jumlah usaha yang cukup banyak dan
memiliki peran penting dalam meningkatkan perekonomian rakyat. Pengembangannya akan
terus dilakukan melalui pemberdayaan terutama untuk menjadi pendukung industri besar di
masa yang akan datang. Pengembangan dilakukan melalui pembinaan, perkuatan modal
dan mengupayakan adanya 'bapak angkat', sehingga nilai produksi dan investasi dapat
meningkat.
Tabel 1.11 Lokasi Sentra Industri Di Wp3 Kabupaten Bangkalan
No Industri Lokasi (kecamatan)
1 Batik Tulis Tanjung bumi, Kokop, Blega, dan Socah
2 Terasi Arosbaya, Klampis, Tanjung Bumi, dan Bangkalan
3 Emping Melinjo Burneh
4 Kerupuk Udang Modung, Kwanyar, Kamal, Bangkalan, Tanah Merah,
Socah, dan Blega
5 Sangkar Burung Galis, Socah, Konang, dan Tanah Merah
6 Jamu Tradisional Bangkalan, Tanjung Bumi, dan Labang
7 Kerajinan Batu-batuan Tragah
8 Pande Besi Tersebar merata
9 Anyaman Tikar Pandan Konang
10 Genteng Tersebar merata
11 Ukiran Kayu Tersebar merata
12 Gragu Tersebar merata
13 Kapur Socah dan Burneh
14 Keranjang Tersebar merata
15 Kasur Tanah Merah, Galis, Burneh, Konang dan Kwanyar
16 Konveksi Bangkalan, Kamal, Labang, Kwanyar, Arosbaya dan
Tanah merah
17 Minyak Kelenteng Tersebar merata
18 Gerabah Klampis dan Geger
19 Welit Tersebar merata
20 Gula Siwalan Sepuluh dan Klampis
21 Pecut Galis, Blega, Konang, dan Modung
22 Kerupuk Opak Kwanyar, Tanah Merah, Galis, Tragah dan Labang
23 Kerupuk Terung Socah, Kamal, Bangkalan, Arosbaya, Sepulu, dan Tanjung
Bumi
24 Petis Udang Socah, Kamal, Bangkalan, Arosbaya, Klampis, dan Sepulu
25 Tali Agel Tersebar merata
Sumber: Download,bpm.jatimprov.go.id, 2010

Laporan Awal I-35


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

1.7 Sistematika Penyajian laporan


Adapun sistematika penyajian Laporan Pendahuluan Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) Wilayah Pesisir Kabupaten Bangkalan adalah
sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan memuat latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup perencanaan,
dasar hukum, kedudukan dokumen, dan profil wilayah.

BAB II DESKRIPSI POTENSI


Bab ini menijelaskan potensi-potensi sumberdaya di wilayah pesisir serta jenis-jenis
kegiatan pemanfaatan pesisir dan kelautan

BAB III ISU STRATEGIS


Bab ini memuat gambaran aspek-aspek isu strategis terkait pengelolaan pesisir dan pulau
kecil secara umum pada wilayah studi yaitu pada wilayah pesisir Kabupaten Bangkalan

BAB IV TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENGELOLAAN P3K


Bab ini memuat tujuan, kebijakan, dan strategi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil Kabupaten Bangkalan mengacu pada dokumen rencana strategis wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil

Laporan Awal I-36


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran...........................................................................................3
1.3 Ruang Lingkup....................................................................................................................4
1.4 Dasar Hukum.......................................................................................................................5
1.5 Kedudukan Dokumen.........................................................................................................8
Gambar 1.1. Hirarki Rencana Tata Ruang dan Rencana Zonasi.................................8
1.6 Profil Wilayah kawasan....................................................................................................10
1.6.1 Letak Geografis dan Administratif................................................................................10
1.6.2 Kondisi Fisik Wilayah....................................................................................................11
1.6.2.1 Topografi..................................................................................................................11
Tabel 1.1 Kemiringan Lereng Tanah Di Kabupaten Bangkalan....................................11
1.6.2.2 Geologi.....................................................................................................................12
Tabel 1.2 Tabel geologi Kabupaten Bangkalan............................................................12
1.6.3 Kondisi Kependudukan................................................................................................13
1.6.3.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk............................................................................13
Tabel 1.3 Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Wilayah Rzwp3k Kabupaten Bangkalan
Tahun 2009......................................................................................................................13
1.6.3.2 Mata Pencaharian....................................................................................................14
1.6.3.3 Adat Istiadat dan Kearifan Lokal...............................................................................15
1.6.4 Kondisi Perekonomian.................................................................................................16
1.6.4.1 Pertumbuhan Ekonomi............................................................................................16
1.6.4.2 Kontribusi Sektor Kelautan dan Perikanan...............................................................18
Tabel 1.4 Kontribusi Sub Ssektor Perikanan Pada Pdrb Kabupaten Bangkalan Atas
Dasar Harga Berlaku Pada Tahun 2005-2009.................................................................18
1.6.4.3 Perekonomian Kegiatan Perikanan..........................................................................18
Tabel 1.5 Produksi Ikan Menurut Kecamatan Dan Sub Sektor Perikanan (Ton).........20
1.6.5 Kondisi Wilayah Pesisir................................................................................................20
1.6.5.1 Bentuk dan Tipe Pantai............................................................................................20
1.6.5.2 Hidro-Oseanografi....................................................................................................21
Tabel 1.6 Parameter Kimia Kualitas Air Di Beberapa Stasiun Pengukuran.................24
1.6.5.3 Ekosistem Pesisir......................................................................................................24
Gambar 1.2. Foto Hutan Mangrove Alamiah Dalam Kondisi Cukup Baik (A) Dan
Hasil Rehabilitasi (B) Yang Ada Di Kecamatan Arosbaya............................................25

Laporan Awal I-37


Revisi
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)
Kabupaten Bangkalan

Tabel 1.7 Luasan Dan Spesies Dominan Mangrove Di Kabupaten Bangkalan Menurut
Kecamatan Dan Desa/Kelurahan....................................................................................26
Tabel 1.8 Hasil Pengamatan Terumbu Karang Di Perairan Pulau Karang Jamuang....29
Gambar 1.3. Foto Situasi Pulau Karang Jamuang Dengan Pasir Putihnya (A) Dan
Pulau Karang Jamuang Dari Foto Satelit (B)...............................................................31
Tabel 1.9 Jenis Kelimpahan Fitoplanton Hasil Pengambilan Sampel..........................33
1.6.6 Penggunaan Lahan.......................................................................................................34
1.6.6.1 Lokasi Sentra Permukiman.......................................................................................34
Tabel 1.10 Lokasi Sentra Permukiman Di Wp3 Kabupaten Bangkalan.......................34
1.6.6.2 Lokasi Sentra Industri...............................................................................................35
Tabel 1.11 Lokasi Sentra Industri Di Wp3 Kabupaten Bangkalan................................35
1.7 Sistematika Penyajian laporan........................................................................................36

Laporan Awal I-38

Anda mungkin juga menyukai