Anda di halaman 1dari 22

Harmonisasi Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Pesisir

Lampung dalam Rezim Pengelolaan Berbasis Masyarakat


Mashuril Anwar1 dan Maya Shafira2

Abstrak
Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir merupakan suatu ke-
niscayaan untuk mewujudkan pengelolaan wilayah pesisir yang berkelanjutan dan
menyejahterakan. Konsekuensinya, keserasian antar kebijakan pengelolaan wilayah
pesisir terkait keterlibatan masyarakat menjadi penting, guna mewujudkan kepasti-
an hukum bagi masyarakat untuk berperan aktif dalam pengelolaan wilayah pesisir.
Oleh karena itu, artikel ini akan menganalisis keserasian antara kebijakan pengelolaan
wilayah pesisir Lampung dengan peraturan perundang-undangan yang lebih ting-
gi maupun yang setara, khususnya ketentuan mengenai pelibatan masyarakat dalam
pengelolaan wilayah pesisir. Kajian ini berkesimpulan bahwa kebijakan pemerintah
Provinsi Lampung terkait keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir
masih disharmoni dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi maupun
yang setara. Disharmoni ini menimbulkan ketidakpastian hukum, kesenjangan da-
lam peruntukan dan pemanfaatan sumber daya pesisir, dan keterbatasan akses ma-
syarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan wilayah Pesisir Lampung. Sehingga
kebijakan pengelolaan wilayah pesisir Provinsi Lampung perlu direvisi melalui har-
monisasi secara vertikal maupun horizontal, guna mewujudkan pengelolaan wilayah
pesisir berbasis masyarakat.
Kata kunci: Lampung, Harmonisasi Kebijakan, Pengelolaan Pesisir
Abstract
Community involvement in the management of coastal areas is a necessity to realize sustai-
nable and prosperous coastal management. Consequently, harmony between coastal area ma-
nagement policies related to community involvement is important to realize legal certainty for
the community to play an active role in coastal area management. Therefore, this article will
analyze the harmony between Lampung’s coastal management policy and higher or equiva-
lent regulations, specifically the provisions of community involvement in coastal management.
This article concludes, Lampung’s Provincial government policies of community involvement
in coastal management are still in disharmony with higher and equivalent regulations. This
disharmony raises legal uncertainty, gaps in the allocation and utilization of coastal resources,
and limitation on community access to participate in the coastal management of Lampung Pro-

Penulis adalah Mahasiswa Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Lampung.
1

Penulis adalah Dosen dan mahasiswa program Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas
2

Lampung.

266
Mashuril Anwar dan Maya Shafira
Harmonisasi Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Pesisir Lampung dalam Rezim Pengelolaan
Berbasis Masyarakat

vince. Thus, Lampung’s Province policy of coastal management needs to be revised through
vertical and horizontal harmonization, to realize community-based coastal management.
Keywords: Lampung, Harmonization, Policy, Coastal Management

I. Pendahuluan WP-3-K), Peraturan Menteri Kelautan


Luas perairan laut Provinsi Lampung dan Perikanan Nomor 40/PERMEN-
diperkirakan mencapai 24.820 km de- -KP/2014 tentang Peran Serta dan Pem-
ngan garis pantai sekitar 1.105 km, yang berdayaan Masyarakat Dalam Pengelo-
terdiri dari empat wilayah pesisir yaitu laan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Pantai Barat (210 km), Pantai Timur (270 Kecil, dan Peraturan Menteri Kelautan
km), Teluk Semangka (200 km), serta Te- dan Perikanan Nomor 23/PERMEN-
luk Lampung dan Selat Sunda (160 km).3 -KP/2016 tentang Perencanaan Penge-
Selain itu jumlah penduduk yang mendi- lolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
ami wilayah pesisir Lampung diperkira- Kecil. Peran serta masyarakat dalam pe-
kan mencapai 4.557.574 jiwa.4 Mengingat ngelolaan wilayah pesisir bertujuan un-
luasnya wilayah pesisir Lampung yang tuk melaksanakan pengelolaan wilayah
tersebar di beberapa kabupaten/kota pesisir dengan tepat dan berdaya guna.
dan banyaknya penduduk yang bermu- Oleh karena itu, pemerintah berkewajib-
kim di wilayah pesisir, maka peran ser- an memberdayakan masyarakat pesisir
ta masyarakat sangat diperlukan untuk berdasarkan potensi, karakteristik, dan
mewujudkan pengelolaan wilayah pesi- kebutuhannya, sehingga mereka dapat
sir yang optimal dan berkelanjutan. menentukan pilihan terbaik dalam me-
manfaatkan sumber daya pesisir.5 Lebih
Secara nasional, keterlibatan masya-
lanjut, mengingat potensi pesisir Lam-
rakat dalam pengelolaan wilayah pe-
pung sebagai aset pembangunan daerah
sisir diatur dalam beberapa instrumen
dan semakin maraknya permasalahan
hukum, antara lain: Undang-Undang
dalam pengelolaan wilayah pesisir an-
Nomor 27 Tahun 2007 Juncto Undang-
tar sektor dan pemangku kepentingan6,
-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang
maka rencana pembangunan kawasan
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
pesisir menjadi sangat penting untuk di-
-Pulau Kecil (selanjutnya disebut UU
3
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Lampung 2015-2019, hlm. 15.
4
Ibid., hlm. 31.
5
Anak Agung Istri Ari Atu Dewi, “Model Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat: Com-
munity Based Development,” Jurnal Penelitian Hukum De Jure, Vol. 18, No. 2, Juni (2018), hlm. 172.
6
Eksekutif Daerah WALHI Lampung, Pesisir Laut dan Pulau-Pulau Kecil Lampung, Kertas posisi isu
pengelolaan wilayah pesisir laut dan pulau-pulau kecil Lampung, (Bandar Lampung: Eksekutif Daerah
WALHI Lampung), hlm. 1.

267
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 6, No. 2, 2020: Halaman 266 - 287

integrasikan. Berdasarkan UU WP-3-K, lau-Pulau Kecil Provinsi Lampung 2018-


pemerintah daerah Provinsi dan Kabu- 2038 (selanjutnya disebut Perda Provinsi
paten/Kota melibatkan masyarakat da- Lampung No. 1 Tahun 2018). Peraturan
lam penyusunan rencana pengelolaan Daerah ini memuat arah kebijakan lin-
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.7 tas sektor dalam pembangunan wilayah
Selain itu, Undang-Undang Nomor 23 pesisir dan pulau-pulau kecil di Provinsi
Tahun 2014 sebagaimana telah diubah Lampung dalam upaya meningkatkan
dengan Undang-Undang Nomor 9 Ta- kesejahteraan masyarakat yang meng-
hun 2015 tentang Pemerintahan Daerah, gantungkan kehidupannya di wilayah
menentukan pengelolaan wilayah pesi- pesisir.9 Namun, terdapat permasalah-
sir laut dan pulau-pulau kecil sejauh 12 an ketidakharmonisan antar peraturan
mil di luar minyak dan gas bumi meru- perundang-undangan dalam peraturan
pakan kewenangan pemerintah daerah perencanaan pembangunan.10 Berbagai
provinsi.8 Selanjutnya, berdasarkan Su- kegiatan di wilayah pesisir seperti pa-
rat Dirjen Pengelolaan Ruang Laut No. riwisata, lingkungan, perikanan, tata
B-962/PRL/XI/2016 tanggal 23 Novem- ruang, pertambangan dan sebagainya
ber 2016 perihal Akselerasi Penetapan terkadang saling bertentangan,11 akibat
Perda RZWP-3-K, Gubernur menetap- tumpang-tindihnya peraturan perun-
kan RZWP-3-K dengan Peraturan Dae- dang-undangan.12
rah. Oleh karena itu, pemerintah Provin- Kerusakan di wilayah pesisir Lam-
si Lampung menetapkan Perda Provinsi pung sendiri sudah cukup marak seper-
Lampung Nomor 1 Tahun 2018 tentang ti abrasi, pencemaran, kekumuhan, dan
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pu- kerusakan ekosistem terumbu karang.13
7
Indonesia. Undang-Undang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, UU No. 27 Tahun
2007, LN No. 84 Tahun 2007, TLN No. 4739, ps. 14 ayat (2) menyatakan mekanisme penyusunan RSWP-
-3-K, RZWP-3-K, dan RAPWP-3-K pemerintah Provinsi dan pemerintah daerah Kabupaten/Kota dila-
kukan dengan melibatkan masyarakat.
8
Indonesia. Undang-Undang Pemerintahan Daerah, UU No. 23 Tahun 2014, LN No. 244 Tahun 2014,
TLN No. 5587, ps. 27 dan Lampiran huruf Y.
9
Indonesia. Pemerintah Provinsi Lampung, Peraturan Daerah Provinsi Lampung tentang Rencana Zo-
nasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Perda Provinsi Lampung No. 1 Tahun 2018, LD No. 1 Tahun
2018, penjelasan umum.
10
Maret Priyanta. ”Pembaharuan dan Harmonisasi Peraturan Perundang-Undangan Bidang Ling-
kungan dan Penataan Ruang Menuju Pembangunan Berkelanjutan,” Hasanudin Law Review, Vol. 1, No.
3 (Desember 2015), hlm. 340.
11
Tommy Cahya Trinanda. “Pengelolaan Wilayah Pesisir Indonesia dalam Rangka Pembangunan Ber-
basis Pelestarian Lingkungan,” Matra Pembaharuan: Jurnal Inovasi Kebijakan, Vol. 1, No. 2 (2017), hlm. 81.
12
Luky Adrianto dkk, Analisis dan Evaluasi Hukum tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan HAM RI, 2015), hlm. 11.
13
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor (LPPM IPB),
Kajian Gerakan Membangun Pesisir Lampung Berdaya Guna “GERBANG PELANA”, (Bogor: LPPM IPB,
2017), hlm. 1.

268
Mashuril Anwar dan Maya Shafira
Harmonisasi Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Pesisir Lampung dalam Rezim Pengelolaan
Berbasis Masyarakat

Salah satu penyebab kerusakan wilayah II. Kerangka Konseptual Harmoni-


pesisir Lampung adalah kebijakan yang sasi Hukum
kurang memperhatikan keterlibatan ma- Harmonisasi hukum merupakan
syarakat sebagai aktor utama dalam pe- upaya penciptaan keselarasan antar
ngelolaan wilayah pesisir.14 Oleh karena norma hukum dalam peraturan perun-
itu, artikel ini akan menganalisis kesera- dang-undangan ke dalam satu kesatuan
sian antara kebijakan pengelolaan wila- kerangka hukum nasional.15 Penciptaan
yah pesisir Lampung yang dimuat dalam produk hukum yang selaras bukanlah
Perda Provinsi Lampung Nomor 1 Ta- perkara mudah, karena harus menggali
hun 2018, dengan peraturan perundang- nilai-nilai dalam masyarakat yang me-
-undangan yang lebih tinggi maupun merlukan waktu dan biaya. Pada umum-
yang setara terkait keterlibatan masyara- nya, pengharmonisan hukum di Indone-
kat dalam pengelolaan wilayah pesisir. sia dilakukan dengan cara sebagai beri-
Guna menjawab permasalahan tersebut, kut:16
artikel ini dibagi menjadi beberapa ba-
1. Memastikan rancangan peraturan
gian. Pada bagian II akan diuraikan ke-
perundang-undangan memuat nilai-
rangka konseptual harmonisasi hukum.
-nilai Pancasila;
Bagian III akan menganalisis harmoni-
2. Memastikan ketentuan UUD Tahun
sasi kebijakan pengelolaan wilayah pe-
1945 yang memerintahkan pemben-
sisir Lampung dalam rezim pengelolaan
tukan peraturan perundang-undang-
berbasis masyarakat. Selanjutnya, pada
an telah dimuat dalam rancangan
bagian IV akan menguraikan urgensi
peraturan perundang-undangan dan
harmonisasi kebijakan pengelolaan wi-
selaras dengan prinsip penyelengga-
layah pesisir Lampung terkait pelibatan
raan negara dalam UUD Tahun 1945;
masyarakat dalam pengelolaan wilayah
pesisir. Terakhir, tulisan ini ditutup de- 3. Menggunakan istilah hukum secara
ngan kesimpulan pada bagian V. baik dan konsisten;
4. Meneliti secara cermat keserasian anta-
ra materi muatan rancangan peraturan
perundang-undangan dengan peratur-

14
Anak Agung Isteri Ari Atu Dewi, Op. Cit., hlm. 173.
15
Indriati Amarini. “Evaluasi Aktualisasi Pancasila Melalui Harmonisasi Hukum,” Jurnal Kosmik
Hukum, Vol. 17, No. 2 (Juni 2017), hlm. 86.
16
Insan Tajali Nur. “Memantapkan Landasan Hukum Formil Sebagai Alat Sinkronisasi Dan Har-
monisasi Peraturan Perundang-Undangan,” Yuriska: Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 10, No. 2 (Agustus 2018),
hlm. 162.

269
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 6, No. 2, 2020: Halaman 266 - 287

an perundang-undangan lain yang le- yakni harmonisasi vertikal dan harmo-


bih tinggi maupun yang setara; nisasi horizontal. Harmonisasi vertikal
5. Memastikan asas peraturan perun- merupakan upaya penyerasian antara
dang-undangan telah terakomodasi peraturan perundang-undangan dalam
dengan baik dalam rancangan pera- hierarki yang berbeda. Harmonisasi ver-
turan perundang-undangan; tikal didasarkan pada asas lex superior de-
6. Memastikan bahwa penyusunan rogat legi inferiori, yang berarti peraturan
rancangan peraturan perundang- perundang-undangan yang lebih tinggi
-undangan telah sesuai dengan tek- menyampingkan peraturan perundang-
nik perancangan peraturan perun- -undangan yang lebih rendah.18 Harmo-
dang-undangan; dan nisasi vertikal dilakukan dengan cara
menelaah norma-norma peraturan yang
7. Memastikan bahasa yang digunakan
lebih tinggi, sehingga materi yang dia-
dalam perumusan norma telah sesu-
tur dalam penyusunan peraturan per-
ai dengan kaidah bahasa Indonesia
undang-undangan tidak bertentangan
yang baik dan benar.
dengan peraturan perundang-undangan
Idealnya, harmonisasi hukum di-
di atasnya.19 Harmonisasi vertikal per-
lakukan ketika perancangan peraturan
aturan perundang-undangan berperan
perundang-undangan. Harmonisasi hu-
penting untuk membentuk peraturan
kum meliputi dua aspek, yaitu: pertama,
perundang-undangan yang saling ter-
pengharmonisan materi muatan ran-
kait dan mencegah judicial review yang
cangan undang-undang dengan Pancasi-
membutuhkan biaya, waktu, pikiran,
la, UUD RI Tahun 1945, undang-undang,
dan tenaga.20
dan asas pembentukan peraturan perun-
Sedangkan, harmonisasi horizon-
dang-undangan; kedua, pengharmoni-
tal adalah upaya penyerasian terha-
san rancangan undang-undang dengan
dap peraturan perundang-undangan
teknik penyusunan peraturan perun-
yang setara.21 Harmonisasi horizontal
dang-undangan.17 Upaya pengharmo-
berangkat dari asas lex posterior derogat
nisan itu sendiri dibagi menjadi dua,

17
Ibid., hlm. 162.
18
Ari Iswahyuni. “Kedudukan Ancaman Pidana Minimal Dalam Undang-Undang Nomor 35 Ta-
hun 2009 tentang Narkotika Pasca Dikeluarkannya Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun
2015,” Jurnal Panorama Hukum, Vol. 3, No. 1 (Juni 2018), hlm. 21.
19
Novira Maharani Sukma. “Analisis Yuridis Pembatalan Perda Oleh Menteri Dalam Negeri,” Jur-
nal Ilmiah Galuh Justisi, Vol. 5, No. 1, (Maret 2017), hlm. 6.
20
Ibid.
21
Sapto Budoyo, “Konsep Langkah Sistemik Harmonisasi Hukum dalam Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan,” Jurnal Ilmiah Civis, Vol. IV, No. 2 (Juli 2014), hlm. 607.

270
Mashuril Anwar dan Maya Shafira
Harmonisasi Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Pesisir Lampung dalam Rezim Pengelolaan
Berbasis Masyarakat

legi priori, yang berarti peraturan per- selaras atau tidak tumpang tindih antar
undang-undangan yang baru menyam- peraturan perundang-undangan yang
pingkan peraturan perundang-undang- setara.26 Sehingga setiap peraturan per-
an yang lama.22 Selain itu, harmonisasi undang-undangan menjadi bagian inte-
horizontal juga didasarkan pada asas gral dari keseluruhan sistem legislasi.27
lex specialis derogat legi generalis, yakni
III. Harmonisasi Kebijakan Penge-
peraturan perundang-undangan yang lolaan Wilayah Pesisir Lampung
khusus menyampingkan peraturan per- Dalam Rezim Pengelolaan Ber-
undang-undangan yang umum.23 Da- basis Masyarakat
lam praktiknya, harmonisasi horizon-
Harmonisasi hukum terkait penge-
tal berdasarkan asas lex posterior derogat
lolaan wilayah pesisir berbasis masyara-
legi priori dilakukan terhadap peraturan
kat mempunyai peranan penting untuk
perundang-undangan yang berada pada
menghindari pertentangan dan tumpang
hierarki yang setara dan diatur dalam
tindih peraturan.28 Berdasarkan hasil
ketentuan penutup.24 Sedangkan, har-
identifikasi, saat ini terdapat 28 produk
monisasi horizontal berdasarkan asas lex
hukum nasional yang mengatur penge-
specialis derogat legi generalis diperlukan
lolaan wilayah pesisir.29 Produk hukum
guna membentuk peraturan perundang-
tersebut terdiri dari 2 Undang-Undang, 3
-undangan yang berkarakter khusus un-
Peraturan Presiden, 2 Peraturan Menteri,
tuk mencapai tujuan tertentu.25 Harmo-
dan 21 Peraturan Daerah Provinsi, ter-
nisasi horizontal dilakukan dengan cara
masuk Provinsi Lampung, sebagaimana
memastikan norma yang diatur dalam
grafik berikut ini:
suatu peraturan perundang-undangan

22
Ferry Irawan Febriansyah. “Konsep Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Di Indone-
sia,” Jurnal Perspektif, Vol. 21, No. 3 (September 2016), hlm. 223.
23
Angreime Igir. “Pembatalan Terhadap Peraturan Daerah Menurut Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2104,” Lex Privatum, Vol. 5, No. 3 (Mei 2017): hlm. 62.
24
Soegiyono, “Pentingnya Harmonisasi Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan”, https://
puskkpa.lapan.go.id/files_arsip/Soegiyono_Pentingnya_Harmoniasi_2015.pdf, diakses tanggal 1 Ap-
ril 2020.
25
Sapto Budoyo, Op. Cit., hlm. 616.
26
Soegiyono, Op. Cit.
27
Heryandi dkk. “Harmonization of Village Development Planning Law in Lampung Coastal in
the Spatial Planning Regime,” Journal of Law, Policy, and Globalization, Vol. 70, (2018), hlm. 17.
28
Sapto Budoyo, Op. Cit., hlm. 620.
29
UU No. Tahun 2007 juncto UU No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
-Pulau Kecil, Perpres No. 121 Tahun 2012 tentang Rehabilitasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,
Perpres No. 122 Tahun 2012 tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, PERPRES
No. 73 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Koordinasi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Tingkat Nasional, Permen Kelautan dan Perikanan Nomor 40/PERMEN-KP/2014 tentang Peran Serta
Dan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil, Permen

271
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 6, No. 2, 2020: Halaman 266 - 287

Gambar 2. Grafik produk hukum nasional pengelolaan wilayah pesisir


Sumber: Data diolah, 2019

Pelibatan masyarakat dalam penge- 40/PERMEN-KP/2014 tentang Peran


lolaan wilayah pesisir diatur dalam be- Serta dan Pemberdayaan Masyarakat
berapa produk hukum nasional, yaitu dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007 Pulau-Pulau Kecil, Peraturan Mente-
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan ri Kelautan dan Perikanan Nomor 23/
Pulau-Pulau Kecil, Undang-Undang No- PERMEN-KP/2016 tentang Perencanaan
mor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-
atas Undang-Undang Nomor 27 tahun -Pulau Kecil. Secara umum, peraturan
2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pe- perundang-udangan tersebut akan diu-
sisir dan Pulau-Pulau Kecil, Peraturan raikan secara singkat pada bahasan ber-
Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor ikut:

Kelautan dan Perikanan Nomor 23/PERMEN-KP/2016 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pe-
sisir Dan Pulau-Pulau Kecil. Selanjutnya terdapat 21 peraturan daerah (Perda) tentang rencana zonasi
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yakni Perda Provinsi Sulawesi Utara No. 1 Tahun 2017, Perda
Provinsi Sulawesi Tengah No. 10 Tahun 2017, Perda Provinsi Sulawesi Barat No. 6 Tahun 2017, Perda
Provinsi Sumatera Barat No. 10 Tahun 2017, Perda Provinsi Nusa Tenggara Timur No. 4 Tahun 2017,
Perda Provinsi Nusa Tenggara Barat No. 12 Tahun 2017, Perda Provinsi Lampung No. 1 Tahun 2018,
Perda Provinsi Jawa Tengah No. 13 Tahun 2018, Perda Provinsi Sulawesi Tenggara No. 9 Tahun 2018,
Perda Provinsi Gorontalo No. 4 Tahun 2018, Perda Provinsi Kalimantan Selatan No. 13 Tahun 2018, Per-
da Provinsi Maluku Utara No. 2 Tahun 2018, Perda Provinsi Maluku No. 1 Tahun 2018, Perda Provinsi
Jawa Timur No. 1 Tahun 2018, Perda Provinsi Diy No. 9 Tahun 2018, Perda Provinsi Kalimantan Utara
No. 4 Tahun 2018, Perda Provinsi Sulawesi Selatan No. 2 Tahun 2019, Perda Provinsi Jawa Barat No. 5
Tahun 2019, Perda Provinsi Sumatera Utara No. 4 Tahun 2019, Perda Provinsi Kalimantan Barat No. 1
Tahun 2019, Dan Perda Provinsi Kalimantan Tengah No. 1 Tahun 2019.

272
Mashuril Anwar dan Maya Shafira
Harmonisasi Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Pesisir Lampung dalam Rezim Pengelolaan
Berbasis Masyarakat

1. Undang-Undang Nomor 27 Ta- itu, pemerintah wajib memberdayakan


hun 2007 juncto Undang-Undang masyarakat dalam pengelolaan wilayah
Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pe- pesisir.35 Berdasarkan uraian di atas, ke-
ngelolaan Wilayah Pesisir dan Pu-
tentuan Undang-Undang Nomor 27 Ta-
lau-Pulau Kecil
hun 2007 sesuai dengan prinsip co-mana-
Pembentukan Undang-Undang No- gement. Co-management atau pendekatan
mor 27 Tahun 2007 didasari oleh keren- kemitraan merupakan bentuk partisipasi
tanan kerusakan wilayah pesisir akibat aktif semua anggota masyarakat dan pi-
aktivitas manusia dalam memanfaatkan hak terkait lainnya. Pada dasarnya Prin-
sumber daya pesisir.30 Sehingga, salah sip co-management merupakan perenca-
satu tujuannya adalah untuk mening- naan, pengorganisasian, pelaksanaan,
katkan kesejahteraan sosial, ekonomi, dan pengawasan secara integratif.36 Co-
dan budaya masyarakat pesisir.31 Tujuan -management menghendaki berbagai pe-
itu dapat dicapai dengan salah satunya mangku kepentingan, pemerintah, dan
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau- masyarakat terlibat dalam pengelolaan
-pulau kecil yang berasaskan pada peran sumber daya pesisir. Konsep ini mensya-
serta masyarakat yang terdiri dari ma- ratkan adanya kolaborasi antara peme-
syarakat adat dan masyarakat lokal yang rintah dan pemangku kepentingan khu-
bermukim di wilayah pesisir.32 susnya masyarakat lokal dalam pengelo-
Peran serta masyarakat dalam pe- laan wilayah pesisir.37
ngelolaan wilayah pesisir dimulai dari Pada tahun 2014, undang-undang
tahap penyusunan rencana, pelaksana- ini mengalami perubahan dengan diun-
an, pengawasan, hingga pengendalian dangkannya Undang-Undang Nomor 1
pengelolaan wilayah pesisir.33 Hak, ke- Tahun 2014. Undang-Undang Nomor
wajiban, dan peran serta masyarakat 1 Tahun 2014 mengharuskan pemerin-
dalam pengelolaan wilayah pesisir pun tah daerah Provinsi dan Kabupaten/
sudah diatur di dalamnya.34 Tidak hanya Kota untuk melaksanakan perencanaan
30
Indonesia. Undang-Undang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, UU No. 27 Tahun
2007, LN No. 84 Tahun 2007, TLN No. 4739, ketentuan umum.
31
Ibid., ps. 4 huruf d.
32
Ibid., ps. 3 huruf g.
33
Ibid., ps. 4 huruf d.
34
Ibid., bab XI ps. 60-62.
35
Ibid., ps. 63.
36
Taufik Kurniawan, “Co-Management Intern Stakeholder As A Public-Private Partnership Model in
Development Program for Rural Infrastructure,” Jurnal Adbispreneur, Vol. 2, No. (Agustus 2017), hlm. 153.
37
Siti Arieta, “Co-Management dalam Arena Perikanan Napoloen Wrasse di Kabupaten Kepulau-
an Anambas Tinjaun Teoritis dalam Mewujudkan Keberlanjutan Lingkungan Maritim,” Jurnal PPNS,
Vol. 4, No. 1 (Desember 2019), hlm. 124.

273
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 6, No. 2, 2020: Halaman 266 - 287

pengelolaan kawasan pesisir dan pulau- kesejahteraan masyarakat pesisir yakni


-pulau kecil secara terpadu, dengan me- dengan mendorong kegiatan usahanya
libatkan pemangku kepentingan terkait, sebagai bagian pemberdayaan masyara-
terutama masyarakat sebagai pengguna kat pesisir yang umumnya menyangkut
langsung rencana strategis, rencana zo- pemberian keterampilan, kesempatan,
nasi, rencana kelola, dan rencana aksi. dan pengetahuan.41
Selain itu, Undang-Undang Nomor 1 Ta-
2. Peraturan Menteri Kelautan dan
hun 2014 ini sejalan dengan konsep pem- Perikanan Nomor 40/PERMEN-
bangunan berbasis masyarakat lokal.38 -KP/2014 tentang Peran Serta
Hal ini dapat dilihat dari pasal 60 Un- dan Pemberdayaan Masyarakat
dang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 yang Dalam Pengelolaan Wilayah Pe-
mengatur mengenai hak masyarakat un- sisir dan Pulau-Pulau Kecil
tuk mengusulkan wilayah penangkapan Peraturan Menteri Kelautan dan Per-
ikan secara tradisional dan mengusulkan ikanan Nomor 40/PERMEN-KP/2014
wilayah masyarakat hukum adat dalam (Permen KP Nomor 40/PERMEN-
RZWP-3-K. Artinya masyarakat berhak -KP/2014) merupakan respons akan
mengambil bagian dalam penyusunan pentingnya peran serta masyarakat da-
RZWP-3-K.39 Lebih lanjut, pemerintah lam pengelolaan wilayah pesisir.42 Per-
dan pemerintah daerah berkewajiban men ini dibentuk dengan memperhati-
mendorong kegiatan usaha masyarakat kan dinamika peran serta dan pember-
melalui pemberian akses teknologi dan dayaan masyarakat dalam pengelolaan
informasi, peningkatan kapasitas, per- wilayah pesisir.43 Oleh karena Permen
modalan, jaminan pasar, infrastruktur, ini merupakan satu-satunya peraturan
dan sebagainya.40 Ketentuan ini merupa- yang secara khusus memuat keterlibatan
kan salah satu cara untuk meningkatkan masyarakat dalam pengelolaan wilayah

38
Aprillia Theresia dkk, Pembangunan Berbasis Masyarakat: Acuan bagi Praktisi, Akademisi, dan Pemer-
hati Pengembangan Masyarakat, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 28.
39
Indonesian Center for Environmental Law. “Kerangka Hukum: Pelibatan Masyarakat dalam
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,” https://icel.or.id/wp-content/
uploads/lembar-informasi-pelibatan-masyarakat.pdf, diakses pada 3 April 2020.
40
Indonesia. Undang-Undang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. UU No. 1 Tahun
2014. LN No. 2 Tahun 2014. TLN No. 5490, ps. 63 ayat (2).
41
Sopyan, Y. “Corporate Social Responsibility (CSR) Sebagai Implementasi Fikih Sosial Untuk
Pemberdayaan Masyarakat,” AHKAM : Jurnal Ilmu Syariah, Vol. 14, No. 1 (Januari 2014), hlm. 57.
42
Anak Agung Istri Ari Atu Dewi. “Model Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat: Com-
munity Based Development,” Jurnal Penelitian Hukum De Jure, Vol. 18, No. 2 (Juni 2018), hlm. 171.
43
Indonesia. Undang-Undang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, UU No. 27 Tahun
2007, LN No. 84 Tahun 2007, TLN No. 4739, bagian menimbang.

274
Mashuril Anwar dan Maya Shafira
Harmonisasi Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Pesisir Lampung dalam Rezim Pengelolaan
Berbasis Masyarakat

pesisir, Permen ini seyogianya menjadi kan kerusakan wilayah pesisir dan pu-
dasar setiap peraturan daerah di bidang lau-pulau kecil, melakukan kegiatan
pengelolaan wilayah pesisir.44 pengelolaan sumber daya pesisir dan
Hal itu juga terlihat secara jelas da- pulau-pulau kecil memperhatikan ke-
lam tujuan Permen KP Nomor 40/PER- beradaan masyarakat hukum adat dan
MEN-KP/2014 yang menyatakan bahwa tidak bertentangan dengan ketentuan
maksud Permen ini adalah menjadi dasar peraturan perundang-undangan, men-
bagi pemerintah dan pemerintah daerah, pe- jaga, memelihara dan meningkatkan
mangku kepentingan dan masyarakat untuk efisiensi dan efektivitas serta kelestarian
mewujudkan peran serta dan pemberdayaan fungsi lingkungan di wilayah pesisir dan
masyarakat dalam PWP-3-K.45 Permen ini pulau-pulau kecil, memantau pelaksana-
juga mengamanatkan bahwa masyara- an rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir
kat mempunyai kesempatan yang sama dan Pulau- Pulau Kecil, dan memberikan
untuk berperan serta dalam pengelolaan informasi atau laporan dalam pelaksa-
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil naan pemanfaatan terhadap PWP-3-K.48
(PWP-3-K), mulai dari tahap perencana- Sementara, pada tahap pengawasan, ma-
an, pelaksanaan, hingga pengawasan.46 syarakat berperan dalam melaporkan ke-
Pada tahap perencanaan, masyarakat rugian yang menimpa dirinya yang ber-
berperan dalam mengusulkan penyu- kaitan dengan pelaksanaan Pengelolaan
sunan RSWP-3-K, RZWP-3-K, RPWP- Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,
-3-K, dan RAPWP-3-K dan menyusun melaporkan dugaan pencemaran, pen-
RSWP-3-K, RZWP-3-K, RPWP-3-K, dan cemaran, dan/atau perusakan Wilayah
RAPWP-3-K.47 Sedangkan, pada tahap Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang me-
pelaksanaan, masyarakat berperan da- rugikan kehidupannya, dan melaporkan
lam menjaga konsistensi pada perenca- terjadinya bahaya, pencemaran, dan/
naan PWP-3-K yang telah disepakati, atau kerusakan lingkungan di Wilayah
melakukan mitigasi bencana terhadap Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.49
kegiatan yang berpotensi mengakibat-

44
Anak Agung Istri Ari Atu Dewi, Op. Cit., hlm. 72.
45
Indonesia. Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Peraturan Menteri Kelautan
dan Perikanan tentang Peran Serta dan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pu-
lau-Pulau Kecil, Permen KP No. 40/PERMEN-KP/2014, BN Tahun 2014 No. 1369, Pasal 3 ayat (1).
46
Ibid., ps. 4.
47
Ibid., ps. 5 huruf a.
48
Ibid., ps. 8.
49
Ibid., ps. 9.

275
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 6, No. 2, 2020: Halaman 266 - 287

Lebih lanjut, Pemerintah berkewajib- upaya-upaya pembinaan tersebut belum


an menyelenggarakan pembinaan dalam terealisasi secara maksimal.54
rangka peningkatan peran serta masya-
3. Peraturan Menteri Kelautan dan
rakat dalam pengelolaan wilayah pesi- Perikanan Nomor 23/PERMEN-
sir.50 Pembinaan tersebut dilakukan me- -KP/2016 tentang Perencanaan
lalui bimbingan, bantuan hukum, sosia- Pengelolaan Wilayah Pesisir
lisasi, pendidikan, pelatihan, dan penyu- dan Pulau-Pulau Kecil
luhan.51 Pemerintah Provinsi Lampung Peraturan Menteri Kelautan dan Per-
sendiri telah melakukan beberapa upaya ikanan Nomor 23/PERMEN-KP/2016
pembinaan guna meningkatkan peran (Permen KP No. 23/PERMEN-KP/2016)
serta masyarakat dalam pengelolaan merupakan tindak lanjut dari ketentuan
wilayah pesisir Lampung, di antaranya Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor
adalah program GERBANG PELANA 27 Tahun 2007 juncto Undang-Undang
(Gerakan Membangun Masyarakat Pesi- Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelo-
sir yang Berdaya Guna), pengembangan laan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
kapasitas masyarakat, program penge- Kecil.55 Permen KP No. 23/PERMEN-
lolaan pesisir berbasis masyarakat, dan -KP/2016 bertujuan untuk mewujudkan
program keberlanjutan daerah pengem- Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesi-
bangan laut berbasis masyarakat.52 Na- sir dan Pulau-pulau Kecil secara terpadu
mun, apabila dilihat dari kondisi wila- pada tingkat Pemerintah Daerah provin-
yah pesisir Lampung yang masih dalam si.56 Dalam mewujudkan tujuan tersebut,
posisi marginal,53 minim infrastruktur, Permen ini menganut beberapa prinsip,
belum berkembangnya perekonomian yang salah satunya, pelibatan peran ser-
masyarakat, dan belum berdayanya ke- ta masyarakat setempat.57 Artinya dalam
hidupan masyarakat pesisir Lampung, pengelolaan wilayah pesisir masyarakat
50
Ibid., ps. 19 ayat (1).
51
Ibid., ps. 19 ayat (2).
52
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor (LPPM IPB),
Kajian Gerakan Membangun Pesisir Lampung Berdaya Guna “GERBANG PELANA”, (Bogor: LPPM IPB,
2017), hlm. 4.
53
Arif Satria, Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia,
2015), hlm. 1.
54
LPPM IPB., Op. Cit. hlm. 2.
55
Indonesia. Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Peraturan Menteri Kelaut-
an dan Perikanan tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Permen KP No.
23/PERMEN-KP/2016, BN Tahun 2016 No. 1138, Pasal 7 ayat (2) menyatakan norma, standar, dan
pedoman penyusunan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil diatur dengan
peraturan menteri.
56
Ibid., ps. 2 ayat (2).
57
Ibid., ps. 3 huruf d.

276
Mashuril Anwar dan Maya Shafira
Harmonisasi Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Pesisir Lampung dalam Rezim Pengelolaan
Berbasis Masyarakat

harus selalu diberitahu mengenai apa 2029, Perda Provinsi Lampung Nomor
yang sedang dan telah direncanakan.58 6 Tahun 2011 tentang Kepariwisataan,
Aspirasi masyarakat merupakan sumber dan Perda Provinsi Lampung Nomor 6
data primer dalam penyusunan rencana Tahun 2012 tentang Rencana Induk Pem-
zonasi wilayah pesisir.59 Oleh karena itu, bangunan Pariwisata Daerah (RIPPDA)
peran serta masyarakat setempat perlu Provinsi Lampung. Perda Provinsi Lam-
dikedepankan dalam perencanaan pe- pung Nomor 1 Tahun 2010 mengatur
ngelolaan wilayah pesisir.60 Lebih lanjut, bahwa, masyarakat berhak ikut serta da-
dalam penyusunan RZWP-3-K peme- lam perencanaan tata ruang, pada proses
rintah provinsi mengacu pada wilayah perencanaan, pemanfaatan, dan pengen-
masyarakat hukum adat dan kearifan lo- dalian pemanfaatan ruang, termasuk pe-
kal.61 Demikian pula dalam penyusunan manfaatan wilayah pesisir.63 Selain itu
peraturan pemanfaatan ruang, wilayah RZWP-3K diintegrasikan dengan Ren-
masyarakat hukum adat dan kearifan lo- cana Tata Ruang Wilayah (RTRW),64 ka-
kal di perairan pesisir dan pulau-pulau rena kebijakan yang tidak sesuai dengan
kecil harus diperhatikan.62 kaidah tata ruang akan menyebabkan
Lebih jauh lagi, pelibatan masyara- degradasi wilayah pesisir.65 Sementara,
kat dalam pengelolaan wilayah pesisir Perda Provinsi Lampung Nomor 6 Ta-
juga diatur dalam beberapa peraturan hun 2011 telah memberikan kesempatan
daerah Provinsi Lampung, yaitu: Per- kepada masyarakat untuk berpartisipasi
da Provinsi Lampung Nomor 1 Tahun dalam kegiatan pariwisata, yakni dalam
2010 tentang Rencana Tata Ruang Wi- proses pengembangan dan pengawasan
layah Provinsi Lampung Tahun 2009- bidang usaha pariwisata.66 Peran serta
masyarakat dalam kegiatan pariwisa-

58
Siti Hajar dkk, Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat Pesisir, (Medan: Lembaga Penelitian dan
Penulisan Ilmiah AQLI, 2018), hlm. 13.
59
Indonesia. Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Peraturan Menteri Kelautan
dan Perikanan tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Permen KP No. 23/
PERMEN-KP/2016, BN Tahun 2016 No. 1138, ps. 8 ayat (1).
60
Ibid., ps. 3 huruf d.
61
Ibid., ps. 17 huruf h.
62
Ibid., ps. 37 ayat (2) huruf b.
63
Indonesia. Pemerintah Provinsi Lampung, Peraturan Daerah Provinsi Lampung tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung Tahun 2009 Sampai 2029, Perda Provinsi Lampung No. 1 Tahun
2010, LD No. 1 Tahun 2010, ps. 157.
64
Indonesia. Undang-Undang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, UU No. 27 Tahun
2007, LN No. 84 Tahun 2007, TLN No. 4739, ps. 9 ayat (2).
65
Rudianto, Buku Ajar Pengelolaan Wilayah Pesisir dan laut Terpadu (PWPLT), (Ponorogo: Uwais In-
spirasi Indonesia, 2019), hlm. 7.
66
Indonesia. Pemerintah Provinsi Lampung, Peraturan Daerah Provinsi Lampung tentang Kepariwisa-
taan, Perda Provinsi Lampung No. 6 Tahun 2011, LD No. 6 Tahun 2011, ps. 58 ayat (1).

277
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 6, No. 2, 2020: Halaman 266 - 287

ta dilakukan melalui: peningkatan desa Lampung yang di dasarkan pada prinsip


wisata; partisipasi aktif dalam pengem- pengembangan berbasis masyarakat,70
bangan pariwisata; penyampaian saran, dan memberikan kesempatan yang sama
pendapat, dan aspirasi dalam rangka kepada masyarakat untuk terlibat dalam
pengembangan pariwisata; penggalian perencanaan, pelaksanaan, dan penga-
potensi dan sumber daya ekonomi, ke- wasan terhadap rencana induk pemba-
wirausahaan, sosial, seni dan budaya, ngunan pariwisata daerah.71
serta teknologi untuk mendukung kepa- Di sisi lain, Perda Provinsi Lampung
riwisataan; pembentukan organisasi aso- Nomor 1 Tahun 2018 memuat arah kebi-
siasi industri dan profesi serta lembaga jakan lintas sektor dalam pembangunan
kemasyarakatan lain untuk mendukung pesisir dan pulau-pulau kecil, yang meli-
pengembangan pariwisata; serta penye- puti kegiatan perencanaan, pengelolaan,
lenggaraan pendidikan dan pelatihan pengawasan, dan pengendalian terhadap
kepariwisataan.67 Partisipasi masyarakat interaksi manusia dalam memanfaatkan
ini diharapkan dapat mewujudkan pem- sumber daya serta proses alamiah seca-
bangunan pariwisata secara berkelanjut- ra berkelanjutan dalam upaya mening-
an. Oleh karena itu, masyarakat harus katkan kesejahteraan masyarakat.72 Per-
dijadikan subjek dalam pembangunan da Provinsi Lampung Nomor 1 Tahun
pariwisata.68 Lebih lanjut, melalui Per- 2018 mewajibkan, pemerintah daerah
da Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun menyosialisasikan RZWP-3-K73 agar ma-
2012, pemerintah daerah berupaya men- syarakat dapat berperan serta dalam pe-
dorong berkembangnya industri kecil nyusunan RZWP-3-K dan pemanfaatan
masyarakat lokal untuk mendukung pe- ruang wilayah pesisir, dan pengendalian
ngembangan pariwisata di wilayah pe- pemanfaatan ruang wilayah pesisir.74 Le-
sisir.69 Upaya ini dilakukan dengan stra- bih lanjut, dalam penyusunan RZWP-3-K
tegi pengembangan pariwisata Provinsi masyarakat dapat memberikan masukan

Ibid., Pasal 59 ayat (1).


67

Isye Susana Nurhasanah dkk. “Perwujudan Pariwisata Berkelanjutan Melalui Pemberdayaan


68

Masyarakat Lokal di Pulau Pahawang, Pesawaran, Provinsi Lampung,” Jurnal Tata Loka, Vol. 19, No. 2,
(Mei 2017), hlm. 118.
69
Indonesia. Pemerintah Provinsi Lampung, Peraturan Daerah Provinsi Lampung tentang Rencana In-
duk Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Provinsi Lampung, Perda Provinsi Lampung No. 6 Tahun
2012, LD No. 6 Tahun 2012, TLD No. 369 Tahun 2012, Pasal 16 huruf c.
70
Ibid., ps. 50 huruf b.
71
Ibid., ps. 56 ayat (1).
72
Indonesia. Pemerintah Provinsi Lampung, Peraturan Daerah Provinsi Lampung tentang Rencana
Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Lampung Tahun 2018-2038, Perda Provinsi Lampung
Nomor 1 Tahun 2018, LD No. 1 Tahun 2018, ketentuan umum.
73
Ibid., ps. 80 ayat (2).
74
Ibid., ps. 82 ayat (2).

278
Mashuril Anwar dan Maya Shafira
Harmonisasi Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Pesisir Lampung dalam Rezim Pengelolaan
Berbasis Masyarakat

mengenai persiapan penyusunan RZWP- sunan RZWP-3-K, dan belum mengatur


-3-K, penentuan arah pengembangan kewajiban pemerintah daerah untuk me-
wilayah pesisir, pengidentifikasian po- nyelenggarakan pembinaan dalam rang-
tensi dan masalah, perumusan konsepsi ka peningkatan peran serta dan pember-
RZWP-3-K, dan penetapan RZWP-3-K.75 dayaan masyarakat dalam pengelolaan
Masyarakat juga dapat melakukan kerja wilayah pesisir.79 Sedangkan secara ho-
sama dengan pemerintah, pemerintah rizontal ketidakharmonisan itu terjadi
daerah, maupun dengan sesama unsur karena, Perda Provinsi Lampung Nomor
masyarakat.76 Sedangkan, dalam peman- 1 Tahun 2018 tidak mengatur secara je-
faatan wilayah pesisir dan pulau-pulau las peran serta masyarakat dalam setiap
kecil, masyarakat dapat memberikan kegiatan pembangunan di wilayah pesi-
masukan dan kerja sama dengan peme- sir seperti pemanfaatan ruang wilayah
rintah dan pemerintah daerah atau sesa- pesisir dan kegiatan pariwisata di wila-
ma unsur masyarakat.77 Namun, Perda yah pesisir. Terlebih lagi, Perda Provin-
Provinsi Lampung Nomor 1 Tahun 2018 si Lampung Nomor 1 Tahun 2018 tidak
masih disharmoni dengan peraturan mengatur secara tegas kewajiban peme-
yang lebih tinggi maupun yang setara. rintah daerah untuk mendorong industri
Secara vertikal ketidakharmonisan itu kecil masyarakat lokal dalam kegiatan
berupa tidak diaturnya secara tegas ke- pariwisata di wilayah pesisir.
wajiban pemerintah daerah untuk mem- Berdasarkan uraian di atas, kebijak-
fasilitasi masyarakat lokal dan tradisi- an pemerintah Provinsi Lampung yang
onal, belum diaturnya secara tegas tata direpresentasikan dalam Perda Provinsi
cara dan bentuk partisipasi masyarakat Lampung Nomor 1 Tahun 2018 belum
dalam memberikan usulan RZWP-3-K, sepenuhnya mengakomodasi hak dan
dan belum diaturnya kewajiban peme- peran serta masyarakat, sebagaimana
rintah untuk mendorong kegiatan usa- diamanatkan oleh peraturan perundang-
ha masyarakat pesisir dalam RZWP-3-K -undangan yang lebih tinggi maupun
dalam Perda Provinsi Lampung Nomor yang setara, yang pada intinya menghen-
1 Tahun 2018.78 Perda Provinsi Lampung daki pelibatan masyarakat dalam setiap
Nomor 1 Tahun 2018 juga belum meng- kegiatan pengelolaan wilayah pesisir
atur secara tegas mengenai peran serta dan pulau-pulau kecil, baik pada tahap
masyarakat dalam pengusulan penyu- perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
75
Ibid., ps.83 huruf a.
76
Ibid., ps. 83.
77
Ibid., ps. 85.
78
Ibid., ps. 63 ayat (1).
79
Ibid., ps. 83.

279
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 6, No. 2, 2020: Halaman 266 - 287

evaluasi, serta menyampaikan aspirasi pembangunan perekonomian pesisir,


sebagai bahan pertimbangan dalam se- dan memberikan kesempatan sebesar-
tiap pengambilan keputusan.80 Hal ini -besarnya kepada masyarakat untuk ber-
menyebabkan minimnya akses bagi ma- peran aktif dalam pengelolaan wilayah
syarakat untuk terlibat dalam pengelo- pesisir.83 Dengan demikian, seharusnya
laan wilayah pesisir Lampung. Tingkat hak dan peran serta masyarakat dalam
kesejahteraan masyarakat pesisir yang pengelolaan wilayah pesisir yang diatur
masih rendah merupakan implikasi dari oleh peraturan perundangan-undangan
minimnya ruang bagi masyarakat un- yang lebih tinggi84 dan peraturan perun-
tuk terlibat dalam pengelolaan wilayah dang-undangan yang setara85 tercermin
pesisir.81 Implikasi tersebut muncul ka- dalam Perda Provinsi Lampung No. 1
rena peran serta masyarakat hanya seka- Tahun 2018.
dar alat public relation, atau masyarakat
IV. Urgensi Harmonisasi Kebijakan
hanya digunakan sebagai sarana untuk Pengelolaan Wilayah Pesisir
mencapai tujuan.82 Ketidakcermatan Lampung
penyusun kebijakan menyebabkan ter-
Pengelolaan wilayah pesisir Lam-
batasnya akses bagi masyarakat untuk
pung yang di atur dalam Perda Provinsi
terlibat dalam pengelolaan wilayah pe-
Lampung Nomor 1 Tahun 2018 belum
sisir, sehingga hak-hak dan kepentingan
sepenuhnya harmonis dalam mengako-
masyarakat pesisir terabaikan. Oleh ka-
modasi partisipasi masyarakat dalam
rena itu, integrasi antar peraturan perun-
pengelolaan wilayah pesisir,86 sebagai-
dang-undangan diperlukan untuk mem-
mana diamanatkan oleh peraturan per-
berikan kepastian hukum, memperkuat
80
Anak Agung Istri Ari Atu Dewi. “Model Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat: Com-
munity Based Development,” Jurnal Penelitian Hukum De Jure, Vol. 18, No. 2, (Juni 2018), hlm. 172.
81
Endang Sutrisno. “Implementasi Pengelolaan Sumber Daya Pesisir Berbasis Pengelolaan Wila-
yah Pesisir Secara Terpadu Untuk Kesejahteraan Nelayan,” Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 14, No. 1, (Ja-
nuari 2014), hlm. 2.
82
Lalu Subardi. “Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Menurut Un-
dang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,” Jur-
nal Yustisia, Vol. 3, No. 1, (Januari-April 2014), hlm. 78.
83
Cornelia Mirwantini Witomo. “Coastal Management Using Economic Instruments Approach:
Theoretical Review and Its Opportunity,” Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan,
Vol. 5, No. 1, (Juni 2019), hlm. 42.
84
UU WP-3-K, Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 40/PERMEN-KP/2014 dan Peratur-
an Menteri Kelautan dan Perikanan No. 23/PERMEN-KP/2016.
85
Perda Provinsi Lampung Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Lampung Tahun 2009-2029, Perda Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2011 tentang Kepariwisataan,
dan Perda Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2012 tentang Rencana Induk Pembangunan Pariwisata
Daerah (RIPPDA) Provinsi Lampung.
86
Indonesia. Undang-Undang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, UU No. 1 Tahun
2014, LN No. 2 Tahun 2014, TLN No. 5490, Pasal 60 ayat (1) huruf b dan huruf c serta Pasal 63 ayat (2)

280
Mashuril Anwar dan Maya Shafira
Harmonisasi Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Pesisir Lampung dalam Rezim Pengelolaan
Berbasis Masyarakat

undang-undangan yang lebih tinggi ma- vinsi Lampung selaras dengan penge-
upun yang setara. Oleh karena itu, Perda lolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau
Provinsi Lampung No. 1 Tahun 2018 me- kecil, peran serta dan pemberdayaan
merlukan harmonisasi, baik secara verti- masyarakat dalam pengelolaan wilayah
kal maupun horizontal mengenai keter- pesisir dan pulau-pulau kecil, dan peren-
libatan masyarakat dalam pengelolaan canaan pengelolaan wilayah pesisir dan
wilayah pesisir. pulau-pulau kecil. Apabila harmonisasi
Perda Provinsi Lampung Nomor vertikal ini gagal, maka akan menim-
1 Tahun 2018 memerlukan harmonisa- bulkan tumpang tindih peraturan dan
si vertikal karena belum sepenuhnya memberikan peluang untuk dilakukan
selaras dengan peraturan perundang- judicial review88 terhadap Perda Provinsi
-undangan yang lebih tinggi.87 Hal ini Lampung Nomor 1 Tahun 2018. Lebih
karena Perda Provinsi Lampung Nomor lanjut, harmonisasi vertikal Perda Pro-
1 Tahun 2018 belum mengatur secara vinsi Lampung Nomor 1 Tahun 2018 di-
tegas kewajiban pemerintah daerah un- perlukan guna mencegah konflik antar
tuk memfasilitasi masyarakat lokal dan kepentingan. Terlebih di era otonomi
tradisonal dalam pengelolaan wilayah daerah ini, dalam menetapkan peratur-
pesisir, belum memuat secara jelas me- an pemerintah daerah cenderung berda-
ngenai hak masyarakat atas wilayah sarkan kepentingannya untuk mening-
penangkapan ikan tradisional dan hak katkan pendapatan asli daerah (PAD).
masyarakat untuk memperoleh pembi- Kondisi ini dikhawatirkan menimbulkan
naan dalam rangka peningkatan peran ketidakpastian hukum dalam pengelola-
serta dan pemberdayaan masyarakat da- an wilayah pesisir yang dapat berujung
lam pengelolaan wilayah pesisir. Oleh pada kerusakan sumber daya dan eko-
karena itu, reformulasi Perda Provinsi sistem pesisir.89
Lampung Nomor 1 Tahun 2018 perlu Selain itu, Perda Provinsi Lampung
memperhatikan peraturan perundang- Nomor 1 Tahun 2018 memerlukan har-
-undang yang derajatnya lebih tinggi. monisasi horizontal karena masih dishar-
Hal ini penting agar rencana zonasi wi- moni dengan peraturan sektoral Provin-
layah pesisir dan pulau-pulau kecil Pro- si Lampung.90 Perda Provinsi Lampung

87
. UU WP-3-K, Permen KP No. 40/PERMEN-KP/2014, dan Permen KP No. 23/PERMEN-KP/2016
88
Soegiyono, Pentingnya Harmonisasi Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, (Jakarta: Pusat
Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa, 2015), hlm. 13.
89
Luky Adrianto dkk, Laporan Analisis dan Evaluasi Hukum tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil, (Jakarta: Pusat Perencanaan Pembangunan Hukum Nasional Badan Pembinaan Hu-
kum Nasional, 2015), hlm. 24-25.

281
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 6, No. 2, 2020: Halaman 266 - 287

Nomor 1 Tahun 2018 belum memuat se- sisir Lampung selaras dengan rencana
cara jelas peran serta masyarakat dalam tata ruang dan pariwisata. Apabila har-
setiap kegiatan pembangunan di wila- monisasi horizontal ini gagal, maka akan
yah pesisir baik mengenai penyusunan terjadi tumpang tindih peraturan antar
rencana tata ruang, pengawasan peman- sektor93 yang menyebabkan inkonsisten-
faatan ruang, dan kegiatan pariwisata di si dalam interpretasi dan implementasi.94
wilayah pesisir. Kondisi ini menyebabkan ketidakpastian
Seharusnya, pada saat penyusunan hukum dan ambiguitas dalam penerap-
Perda Provinsi Lampung No. 1 Tahun annya. Selain itu, harmonisasi horizontal
2018, dilakukan koordinasi dengan in- Perda Provinsi Lampung No. 1 Tahun
stansi terkait mengenai substansi hukum 2018 dengan peraturan sektoral Pro-
yang akan diatur.91 Hal ini tentunya bisa vinsi Lampung mengenai keterlibatan
dikoreksi pada saat peninjauan kemba- masyarakat dalam pengelolaan wilayah
li/revisi Perda Provinsi Lampung No. pesisir, berfungsi untuk menghindari
1 Tahun 2018 yang dilakukan setiap 5 dualisme peraturan yang dapat meng-
(lima) tahun.92 Nantinya, reformulasi gagalkan tujuan negara untuk mencip-
Perda Provinsi Lampung No. 1 Tahun takan kesejahteraan sosial bagi seluruh
2018 harus memperhatikan peraturan rakyat Indonesia.95 Mengingat Perda
sektoral di Provinsi Lampung. Hal ini Provinsi Lampung Nomor 1 Tahun 2018
penting agar rencana zonasi wilayah pe- telah diundangkan pada tahun 2018,

90
Perda Provinsi Lampung Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provin-
si Lampung Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2029, Perda Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2011
tentang Kepariwisataan, dan Perda Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2012 tentang Rencana Induk
Pembangunan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Provinsi Lampung.
91
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor (LPPM IPB),
Kajian Gerakan Membangun Pesisir Lampung Berdaya Guna “GERBANG PELANA”, (Bogor: LPPM IPB,
2017), hlm. 24.
92
Indonesia. Undang-Undang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, UU No. 27 Tahun
2007, LN No. 84 Tahun 2007, TLN No. 4739, ps. 9 ayat (4).
93
Contoh Kementerian Dalam Negeri RI merasa memiliki kompetensi dalam memberikan advis
terhadap Perda tentang Organisasi Pemerintahan Daerah. Padahal Kementerian lain sepatutnya perlu
dimintai pendapat terkait pemisahan, penggabungan, atau penghilangan bidang-bidang dalam penye-
lenggaraan pemerintah daerah. Fakta lainnya menunjukkan beberapa Perda Provinsi, Kabupaten/Kota
di Kalimantan Timur disharmonis, diantaranya Perda tentang Pembentukan Peraturan Daerah, Perda
tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah, Perda tentang Penyelenggaraan Jalan Umum dan Jalan Khu-
sus untuk Kegiatan Pengangkutan Batubara dan Kelapa Sawit, dan Perda tentang Pengelolaan Barang
Milik Daerah Provinsi Kalimantan Timur.
94
Ida Bagus Rahmadi Supanca, Berbagai Perspektif Harmonisasi Hukum Nasional dan Hukum Interna-
sional, (Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, 2019), hlm. 2.
95
Elviandri dkk, “Quo Vadis Negara Kesejahteraan: Meneguhkan Ideologi Walfare State Negara
Hukum Kesejahteraan Indonesia”, Mimbar Hukum, Vol. 31, No. 2 (Juni 2019), hlm. 253.

282
Mashuril Anwar dan Maya Shafira
Harmonisasi Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Pesisir Lampung dalam Rezim Pengelolaan
Berbasis Masyarakat

maka harmonisasi dilakukan pada saat V. Penutup


peninjauan kembali. Peninjauan kembali Berdasarkan uraian di atas, Perda
terhadap Perda RZWP-3-K merupakan Provinsi Lampung No. 1 Tahun 2018
amanat Undang-Undang Nomor 27 Ta- belum sepenuhnya selaras dengan per-
hun 2007 yang dilakukan setiap 5 (lima) aturan perundang-undangan yang lebih
tahun.96 Ketentuan ini kemudian diadop- tinggi (disharmoni vertikal) yakni UU
si oleh Perda Provinsi Lampung Nomor WP-3-K, Permen KP No. 40/PERMEN-
1 Tahun 2018, yang menyatakan bahwa -KP/2014, dan Permen KP No. 23/PER-
peninjauan kembali RZWP-3-K dilaku- MEN-KP/2016. Selain itu Perda Provinsi
kan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.97 Lampung Nomor 1 Tahun 2018 belum
Namun peninjauan kembali terhadap sepenuhnya selaras dengan peraturan
RZWP-3-K dapat dilakukan lebih dari perundang-undangan yang setara (dis-
satu kali dalam lima tahun apabila terja- harmoni horizontal) yaitu Perda Provin-
di bencana alam skala besar, perubahan si Lampung Nomor 1 Tahun 2010, Perda
batas teritorial negara, dan perubahan Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2011,
batas wilayah daerah yang ditetapkan dan Perda Provinsi Lampung Nomor 6
dengan undang-undang.98 Karena ke- Tahun 2012.
tiga kondisi tersebut tidak terjadi pada
Disharmoni ini menimbulkan be-
saat ini, maka Tahun 2023 adalah mo-
berapa dampak dalam pengelolaan wi-
mentum untuk melakukan perubahan
layah pesisir Lampung. Pertama, tum-
dengan pengharmonisan Perda Provinsi
pang-tindihnya peraturan menimbulkan
Lampung Nomor 1 Tahun 2018 dengan
ketidakpastian hukum bagi masyarakat
peraturan perundang-undangan yang
untuk berperan aktif dalam pengelolaan
lebih tinggi, maupun pengharmonisan
wilayah pesisir. Kedua, mengakibatkan
dengan peraturan perundang-undangan
kesenjangan dalam hal peruntukan dan
yang setara terkait pelibatan masyarakat
pemanfaatan sumber daya pesisir. Kon-
dalam pengelolaan wilayah pesisir.
disi ini berpotensi menimbulkan konflik
antar pemangku kepentingan (masya-
rakat, pemerintah, dan pengusaha). Ke-
tiga, terbatasnya akses masyarakat un-

96
Indonesia. Undang-Undang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, UU No. 27 Tahun
2007, LN No. 84 Tahun 2007, TLN No. 4739, ps. 9 ayat (4).
97
Indonesia. Pemerintah Provinsi Lampung, Peraturan Daerah Provinsi Lampung tentang Rencana
Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Lampung Tahun 2018-2038, Perda Provinsi Lampung
Nomor 1 Tahun 2018, LD No. 1 Tahun 2018, ps. 5 ayat (2).
98
Ibid., ps. 5 ayat (3).

283
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 6, No. 2, 2020: Halaman 266 - 287

tuk berperan serta dalam pengelolaan ngelolaan wilayah pesisir yang berbasis
wilayah pesisir Lampung. Kondisi ini masyarakat, Perda Provinsi Lampung
menyebabkan pengelolaan wilayah pe- Nomor 1 Tahun 2018 perlu diperbaiki
sisir Lampung tidak optimal dan tidak melalui harmonisasi norma hukum, baik
terintegrasi dengan kebutuhan masya- secara vertikal maupun horizontal terka-
rakat di wilayah pesisir.99 Dengan mi- it keterlibatan masyarakat dalam penge-
nimnya peran serta masyarakat, penge- lolaan wilayah pesisir. Mengingat Perda
lolaan wilayah pesisir Lampung secara Provinsi Lampung Nomor 1 Tahun 2018
berkelanjutan sulit untuk diwujudkan, telah berlaku, maka upaya harmonisasi
karena masyarakat adalah unsur penting ini dapat dilakukan pada saat peninjau-
dalam pembangunan berkelanjutan.100 an kembali atau revisi.
Oleh karena itu guna mewujudkan pe-

Aris Subagiyo, Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, (Malang: Universitas Brawijaya
99

Press, 2017), hlm. 12.


100
Anak Agung Istri Ari Atu Dewi. “Community Based Development: Community-Based Coastal
Area Management Model,” Jurnal Penelitian Hukum De Jure, Vol. 18, No. 2, (Juni 2018), hlm. 174.

284
Mashuril Anwar dan Maya Shafira
Harmonisasi Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Pesisir Lampung dalam Rezim Pengelolaan
Berbasis Masyarakat

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Perundang-Undangan _______. Pemerintah Provinsi Lampung.


Peraturan Daerah Provinsi Lampung
Indonesia. Undang-Undang Pengelolaan
tentang Kepariwisataan. No. 6 Tahun
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
2011.
UU No. 27 Tahun 2007. LN No. 84
_______. Pemerintah Provinsi Lampung.
Tahun 2007. TLN No. 4739.
Peraturan Daerah Provinsi Lampung
_______. Undang-Undang Pengelolaan
tentang Rencana Induk Pembangunan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Pariwisata Daerah (RIPPDA). No. 6
UU No. 1 Tahun 2014. LN No. 2
Tahun 2012.
Tahun 2014. TLN No. 5490.
Buku
_______. Undang-Undang Pemerintahan
Daerah. UU No. 23 Tahun 2014. LN Adrianto, Luky dkk, Analisis dan Evaluasi
No. 244 Tahun 2014. TLN No. 5587. Hukum tentang Pengelolaan Wilayah
_______. Menteri Kelautan dan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Jakarta:
Perikanan. Peraturan Menteri Badan Pembinaan Hukum Nasional
Kelautan dan Perikanan tentang Kementerian Hukum dan HAM RI,
Peran Serta Dan Pemberdayaan 2015.
Eksekutif Daerah WALHI Lampung.
Masyarakat Dalam Pengelolaan
Pesisir Laut dan Pulau-Pulau Kecil
Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau
Lampung. Kertas posisi isu
Kecil. No. 40 Tahun 2014.
pengelolaan wilayah pesisir laut dan
_______. Menteri Kelautan dan
pulau-pulau kecil Lampung. Bandar
Perikanan. Peraturan Menteri
Lampung: Eksekutif Daerah WALHI
Kelautan dan Perikanan tentang
Lampung.
Perencanaan Pengelolaan Wilayah
Hajar, Siti dkk, Pemberdayaan dan
Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil. No.
Partisipasi Masyarakat Pesisir, Medan:
23 Tahun 2016.
Lembaga Penelitian dan Penulisan
_______. Pemerintah Provinsi Lampung. Ilmiah AQLI, 2018.
Peraturan Daerah Provinsi Lampung Lembaga Penelitian dan Pengabdian
tentang Rencana Zonasi Wilayah Kepada Masyarakat Institut
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Pertanian Bogor (LPPM IPB). Kajian
Provinsi Lampung 2018-2038. No. 1 Gerakan Membangun Pesisir Lampung
Tahun 2018. Berdaya Guna “GERBANG PELANA”.
_______. Pemerintah Provinsi Lampung. Bogor: LPPM IPB. 2017.
Peraturan Daerah Provinsi Lampung Supanca, Ida Bagus Rahmadi, Berbagai
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Perspektif Harmonisasi Hukum Nasional
(RTRW) Provinsi Lampung Tahun dan Hukum Internasional, Jakarta:
2009 Sampai Dengan 2029. No. 1 Universitas Katolik Indonesia Atma
Tahun 2010. Jaya, 2019.

285
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 6, No. 2, 2020: Halaman 266 - 287

Rudianto, Buku Ajar Pengelolaan Wilayah Budoyo, Sapto. “Konsep Langkah


Pesisir dan laut Terpadu (PWPLT), Sistemik Harmonisasi Hukum Dalam
Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, Pembentukan Peraturan Perundang-
2019. Undangan,” Jurnal Ilmia CIVIS, Vol.
Satria, Arif , Pengantar Sosiologi Masyarakat 4, No. 2, Juli 2014.
Pesisir, Jakarta: Yayasan Pustaka Elviandri dkk, “Quo Vadis Negara
Obor Indonesia, 2015. Kesejahteraan: Meneguhkan Ideologi
Soegiyono, Pentingnya Harmonisasi Walfare State Negara Hukum
Pembentukan Peraturan Perundang- Kesejahteraan Indonesia”, Mimbar
Undangan, Jakarta: Pusat Kajian Hukum, Vol. 31, No. 2, Juni 2019.
Kebijakan Penerbangan dan Febriansyah, Ferry Irawan. “Konsep
Antariksa, 2015. Pembentukan Peraturan Perundang-
Subagiyo, Aris, Pengelolaan Wilayah Undangan Di Indonesia,” Jurnal
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Malang: Pespektif, Vol. 21, No. 3, September
Universitas Brawijaya Press, 2017. 2016.
Theresia, Aprillia dkk, Pembangunan Heryandi dkk. “Harmonization of
Berbasis Masyarakat: Acuan bagi Village Development Planning Law
Praktisi, Akademisi, dan Pemerhati in Lampung Coastal in the Spatial
Pengembangan Masyarakat, Bandung: Planning Regime,” Journal of Law,
Alfabeta, 2014. Policy, and Globalization, Vol. 70, 2018.
Igir, Angreime. “Pembatalan Terhadap
Artikel Jurnal
Peraturan Daerah Menurut Undang-
Amarini, Indriati. “Evaluasi Aktualisasi Undang Nomor 23 Tahun 2104,” Lex
Pancasila Melalui Harmonisasi Privatum, Vol. 5, No. 3, Mei 2017.
Hukum,” Jurnal Kosmik Hukum, Vol. Iswahyuni, Ari. “Kedudukan Ancaman
17, No. 2, Juni 2017. Pidana Minimal Dalam Undang-
Ari Atu Dewi, Anak Agung Istri. “Model Undang Nomor 35 Tahun 2009
Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis tentang Narkotika Pasca
Masyarakat: Community Based Dikeluarkannya Surat Edaran
Development,” Jurnal De Jure, Vol. Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun
18, No. 2, Juni 2018. 2015,” Jurnal Panorama Hukum, Vol. 3,
Arieta, Siti. “Co-Management dalam No. 1, Juni 2018.
Arena Perikanan Napoloen Wrasse Nur, Insan Tajali. “Memantapkan
di Kabupaten Kepulauan Anambas Landasan Hukum Formil sebagai
Tinjaun Teoritis dalam Mewujudkan Alat Sinkronisasi dan Harmonisasi
Keberlanjutan Lingkungan Maritim,” Peraturan Perundang-undangan,”
Jurnal PPNS, Vol. 4, No. 1, Desember Yuriska: Jurnal Ilmiah Hukum, Vol. 10,
2019. No. 2, 2018.

286
Mashuril Anwar dan Maya Shafira
Harmonisasi Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Pesisir Lampung dalam Rezim Pengelolaan
Berbasis Masyarakat

Nurhasanah, Isye Susana. “Perwujudan Trinanda, Tommy Cahya. “Pengelolaan


Pariwisata Berkelanjutan Melalui Wilayah Pesisir Indonesia dalam
Pemberdayaan Masyarakat Lokal di Rangka Pembangunan Berbasis
Pulau Pahawang , Pesawaran, Pelestarian Lingkungan,” Matra
Provinsi Lampung,” Jurnal Tata Loka, Pembaharuan: Jurnal Inovasi Kebijakan,
Vol. 19, No. 2, Mei 2017. Vol. 1, No. 2, 2017.
Priyanta, Maret. ”Pembaharuan dan Witomo, Cornelia Mirwantini. “Coastal
Harmonisasi Peraturan Perundang- Management Using Economic
Undangan Bidang Lingkungan dan Instruments Approach: Theoretical
Penataan Ruang Menuju Review and Its Oppurtunity,” Buletin
Pembangunan Berkelanjutan,” Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan
Hasanudin Law Review, Vol. 1, No. 3, dan Perikanan, Vol. 5, No. 1, Juni 2019.
Desember 2015.
Lain-Lain
Sopyan, Y. “Corporate Social
Responsibility (Csr) Sebagai Indonesian Center for Environmental
Implementasi Fikih Sosial Untuk Law. “Kerangka Hukum: Pelibatan
Pemberdayaan Masyarakat,” Masyarakat dalam Penyusunan
AHKAM : Jurnal Ilmu Syariah, Vol. 14, Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan
No. 1, Januari 2014. Pulau-Pulau Kecil,” https://icel.or.
id/wp-content/uploads/lembar-
Sukma, Novira Maharani. “Analisis
informasi-pelibatan-masyarakat.pdf,
Yuridis Pembatalan Perda Oleh
diakses pada 3 April 2020.
Menteri Dalam Negeri,” Jurnal Ilmiah
Galuh Justisi, Vol. 5, No. 1, Maret Rencana Pembangunan Jangka
2017. Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi
Lampung 2015-2019.
Sutrisno, Endang. “Implementasi
Pengelolaan Sumber Daya Pesisir Soegiyono, “Pentingnya Harmonisasi
Berbasis Pengelolaan Wilayah Pesisir Pembentukan Peraturan Perundang-
Secara Terpadu Untuk Kesejahteraan Undangan”,https://puskkpa.lapan.
Nelayan,” Jurnal Dinamika Hukum, go.id/files_arsip/Soegiyono_
Vol. 14, No. 1, Januari 2014. Pentingnya_Harmoniasi_2015.pdf,
diakses tanggal 1 April 2020.

287

Anda mungkin juga menyukai