DI KAWASAN MENEJEMEN
SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-
PULAU KECIL DI INDONESIA
• Dalam pengelolaan sumberdaya pesisir laut dan pulau- pulau kecil yang
pembangunannya pesat sering muncul konflik antara berbagai pihak
yang berkepentingan. Dari hasil penelusuran, terdapat 21 Undang-
undang dan 6 ketentuan internasional, baik yang telah diratifikasi
maupun hanya sebagai acuan (soft law).
• Peraturan perundang-undangan tersebut memberi mandat kepada 14
sektor pembangunan dalam mengatur pemanfaatan sumberdaya pesisir
laut dan pulau-pulau kecil, baik secara langsung maupun tidak langsung.
• Keempat belas sector tersebut yaitu meliputi pertanahan, pertambangan,
perindustrian, perhubungan, perikanan, pariwisata, pertanian,
kehutanan, konservasi, tata ruang, pekerjaan umum, pertahanan,
keuangan dan pemerintahan daerah.
• Berdasarkan peraturan sektoral tersebut, terjadi
konflik kepentingan antar institusi dalam mengelola
sumberdaya pesisir laut dan pulau-pulau kecil.
Bahkan, seiring dengan era otonomi daerah, ada
kecenderungan pemerintah daerah membuat
peraturan-peraturan daerah berdasarkan
kepentingannya dalam meningkatkan pendapatan asli
daerah (PAD).
• Oleh karenanya, hal ini dikhawatirkan menimbulkan
ketidakpastian hukum dalam pembangunan di wilayah
pesisir laut dan pulau-pulau kecil yang dapat berujung
pada kerusakan sumberdaya dan lingkungan (Ditjen
P3K-DKP, 2001).
• Lebih lanjut, Ditjen P3K-DKP mengelompokan
permasalahan hukum yang terkait dengan
pengelolaan pesisir laut dan pulau- pulau kecil,
yaitu:
– (1) konflik antar undang-undang,
– (2) konflik antara undang-undang dengan hukum adat,
dan
– (3) kekosongan hukum.
• Ketiga masalah tersebut bermuara pada
ketidakpastian hukum, konflik kewenangan dan
pemanfaatan, serta kerusakan bio-geofisik
sumberdaya pesisir.
PERMASALAHAN HUKUM
A. Permasalahan terkait Aspek Materi Hukum
(2) sesuaidenganperkembanganmasyarakat,
(2) Sesuai dengan perkembangan
masyarakat,
Kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak
tradisionalnya dipandang sesuai dengan perkembangan
masyarakat apabila:
a. keberadaannya telah diakui berdasarkan undang-undang
yang berlaku sebagai pencerminan perkembangan nilai
yang dianggap ideal dalam masyarakat dewasa ini, baik
undang- undang yang bersifat umum maupun bersifat
sektoral; dan
b. substansi hak tradisional tersebut diakui dan dihormati oleh
warga kesatuan masyarakat yang bersangkutan dan
masyarakat yang lebih luas serta tidak bertentangan dengan
hak asasi manusia.
(3) sesuai pula dengan prinsip Negara
Kesatuan RI.
Suatu kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak
tradisionalnya sesuai dengan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia apabila kesatuan masyarakat hukum
adat tersebut tidak mengganggu keberadaan Negara
Kesatuan Republik lndonesia sebagai sebuah kesatuan
politik dan kesatuan hukum yang:
a. tidak mengancam kedaulatan dan integritas Negara
Kesatuan Republik lndonesia; dan
b. substansi norma hukum adatnya sesuai dan tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
• Nyata jelas konstitusi kita
mengisyaratkan bahwa
kepentingan negara, yang
diidentifikasi pula sebagai
kepentingan nasional sebagaimana
yang harus dijaga oleh kekuasaan
nasional yang sentral, tetaplah
harus didahulukan.
1. Masalah bentuk peraturan
perundang-undangan
untuk pengaturan
pengakuan dan
penghormatan
masyarakat hukum adat
oleh Negara.
• Pengakuan dan penghormatan Negara terhadap kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya, diatur
dalam undang-undang.
• Hal ini berarti bahwa baju hukum untuk sistem pengakuan dan
pe0nghormatan masyarakat hukum adat dalam bentuk undang-
undang.
• Selain merupakan perintah konstitusi, pengaturan “dalam undang-
undang” ini karena materi muatan pengakuan dan penghormatan
kesatuan masyarakat hukum adat terkait dengan hak asasi manusia.
• Bahwa melindungi hak-hak masyarakat hukum adat adalah sebagai
hak asasi manusia agar dapat hidup aman, tumbuh, dan
berkembang sebagai kelompok masyarakat sesuai dengan harkat
dan martabat kemanusiaannya serta terlindungi dari tindakan
diskriminasi
• Ekstsitensi hukum adat telah mendapatkan
pengakuannya dalam bnetuk undang-undang salah
satunya melalui UU No. 5 tahun 1960 tentang
Ketentuan Pokok-Pokok Agraria.
• Pada Tahun 2014, Kemendagri mengeluarkan
Peratruan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 tentang
Pedoman Pengakuan dan Perlindungan
Masyarakat Hukum Adat (selanjutnya disebut
dengan Permendagri PPMHA).
Menurut Permendagri PPMHA, Masyarakat
Hukum Adat itu: