Anda di halaman 1dari 33

Pengelolaan Ruang Laut Pasca

UU No 23/2014 tentang Pemerintah


Daerah
Dr. Hendra Yusran Siry
Kasubdit MBL, Direktorat Pesisir dan Lautan

Disampaikan dalam
SEMINAR PENATAAN PESISIR DAN KELAUTAN PASCA UU 23 TAHUN 2014
HOTEL APITA JL. KEDAWUNG, CIREBON, 9-10 JUNI 2015

Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil

Alur Paparan
Tinjauan Pengelolaan Ruang Laut
UU 23/2014 dan Implikasinya
Pembagian Urusan Kelautan
Konsep Surat Edaran Bersama (SEB) MKP dan
Mendagri
Penutup

TINJAUAN
PENGELOLAAN
RUANG

TUJUAN

Pasal 42 Ayat (1) UU No 32/2014 tentang Kelautan

a)

Tujuan
Pengelolaan
Ruang Laut

b)

c)

melindungi sumber daya dan lingkungan dengan


berdasar pada daya dukung lingkungan dan
kearifan lokal;
memanfaatkan potensi sumber daya dan/atau
kegiatan di wilayah Laut yang berskala nasional
dan internasional; dan
mengembangkan kawasan potensial menjadi
pusat kegiatan produksi, distribusi, dan jasa.

K ONDISI PEMANFAATAN RUANG LAUT


(Perikanan, Pariwisata, Pertambangan, Konservasi)

Kawasan Potensi Tambang


Kawasan Konservasi

Kawasan Pertampalan Antara Pertambangan dengan Konservasi

Kawasan Potensi Wisata


Kawasan Pertampalan Antara Pertambangan, Konservasi, dan Wisata

Pelestarian Lingkungan/
Konservasi

Perikanan Tangkap

Budidaya Laut

Mineral dan Migas Laut

Pariwisata Bahari

Transportasi Laut

TATA RUANG LAUT SEBAGAI INTRUMEN SINERGITAS SPASIAL

Perencanaan Ruang Laut

RZWP-3K
(0-12 mil)
34 Perda Provinsi

Rencana Zonasi Kawasan Laut


1 : 500.000
(15 Perpres RZ KSN, 16 PerpresRZ
RZ Antar Wilayah (Laut, Selat,
Teluk), 42 Permen RZ PPKT)

Tata Ruang Laut Nasional


(Wilayah Perairan dan Wilayah Yurisdiksi)
Skala 1: 2.000.000
1 PP RTRLN

Pasal 43 Ayat (1) UU 32/2014


1. RZWP3K Provinsi Skala 1 : 250.000 1 Perda
Alokasi KPU (arahan pemanfaatan ruang); Kawasan
Konservasi; KSNT; Alur Laut
Penetapan pemanfaatan ruang laut
Penetapan prioritas kawasan laut untuk tujuan konservasi,
sosbud, ekonomi, transportasi laut, industri strategis,
serta hankam
Lampiran RZR 0-4 mil Skala 1 : 50.000 memuat zona
dan sub zona dalam KPU dan Konservasi atau Perda tersendiri
2. RZWP3K Provinsi Skala 1 : 50.000
Alokasi ruang dalam KPU dan Kawasan Konservasi
RZ Kawasan Laut Skala 1 : 500.000
Alokasi KPU (arahan pemanfaatan ruang); Kawasan
Konservasi; KSNT; Alur Laut
Penetapan pemanfaatan ruang laut
Penetapan prioritas kawasan laut untuk tujuan konservasi,
sosbud, ekonomi, transportasi laut, industri strategis,
serta hankam
Kerjasama penataan ruang laut antar Provinsi
RZR Skala 1 : 50.000

Rencana Struktur Ruang Laut Nasional (Pusat2


Pertumbuhan Ekonomi Kelautan; sistem konektivitas
maritim; infrastruktur maritim)
Rencana pola ruang laut nasional
Penetapan Kawasan Laut Strategis Nasional (KSN)
Penyelenggaraan Tata Ruang Laut Yurisdiksi (Zona
Tambahan; ZEEI; Landas Kontinen)
Kerjasama Penataan Ruang Laut antar Negara
Arahan Pemanfaatan Ruang Laut Nasional
Arahan Pengendalian Ruang Laut Nasional

STRUKTUR DAN POLA RUANG LAUT

Penjelasan Pasal 43 Ayat (1) UU32/2014

merupakan susunan pusat


pertumbuhan Kelautan dan sistem jaringan prasarana
dan sarana Laut yang berfungsi sebagai pendukung
kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hierarkis memiliki hubungan fungsional.

Struktur ruang

Laut

meliputi kawasan pemanfaatan


umum, kawasan konservasi, alur laut, dan kawasan
strategis nasional tertentu.

Pola ruang

Laut

K ONSEPSI RENCANA TATA RUANG LAUT


RENCANA
TATA RUANG
RENCANA
POLA RUANG

RENCANA
STRUKTUR RUANG
Terdiri dari sistem pusat dan
jaringan/konektivitas

Kaw.Pemanfaatan
Umum

KEG.
PRODUKSI

Pusat
Hirarkhi-III

KEG.
PENGOLAHAN

Pusat
Hirarkhi-II

KEG.
PEMASARAN

Pusat
Hirarkhi-I

Keterangan:
Sistem konektivitas (prasarana-sarana perhubungan)
Pusat pertumbuhan ekonomi (bisnis) kemaritiman
(perdagangan, industri, dan jasa2)
Wilayah pengaruh dan
layanan

Rencana tata ruang - menyiapkan


kawasan untuk membangun
infrastruktur sehingga tercipta
peluang2 investasi

T ATA RUANG LAUT NASIONAL


Rencana tata ruang laut nasional akan berfungsi sebagai landasan
dalam rangka penyelenggaraan:
Kebijakan dan strategi pembangunan kelautan nasional;
Keterpaduan berbagai kepentingan dan program sektor di
wilayah laut;
Pengelolaan kawasan perbatasan NKRI;
Arahan nasional dalam penyusunan dokumen rencana zonasi
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Daerah; dan
Kewenangan Pemerintah (Pusat) dalam pemberian Ijin
pemanfaatan ruang laut pada KSN, KSNT, lintas provinsi, dan
perairan laut di atas 12 mil dari garis pantai.

DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Rzwp-3-p prov
<12 mil

UU 23/2014 DAN
IMPLIKASINYA

Justifikasi Revisi UU 32/2004

Selama satu dekade pelaksanaan Otonomi Daerah, ternyata pembagian Urusan


Pemerintahan yang berdampak ekologis sulit untuk dibagi khususnya antara
Daerah Provinsi dengan Daerah Kabupaten/Kota. Urusan pemerintahan seperti
kehutanan, kelautan dan perikanan sering dalam praktek dibagi berdasarkan
batas-batas administrasi pemerintahan sedangkan Urusan-Urusan Pemerintahan
tersebut pengelolaannya akan lebih efektif dan efisien dikelola berdasarkan
pendekatan ekologis yang sering tidak sesuai dengan batas-batas administrasi
pemerintahan. Demikian juga halnya dalam pengelolaan laut yang berbasis 4 mil
untuk Kabupaten/Kota dan 4 mil sampai 12 mil untuk Provinsi, dalam realitas
sering banyak menimbulkan permasalahan sehingga mengganggu efektifitas
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di bidang kelautan. Untuk kelancaran
jalannya Pemerintahan Daerah, maka kewenangan pengelolaan Urusan
Pemerintahan yang berdampak ekologis akan lebih efektif diserahkan ke tingkat
provinsi. Namun untuk menjamin keadilan, kabupaten/kota mendapatkan bagi
hasil dari penerimaan yang dihasilkan dari penyelenggaraan urusan tersebut.
Sumber : Draft PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR ...
TAHUN ... TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH *Sekretariat DPR RI, 2014)

Pendapat Pakar
Definisi Wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah
peralihan antara ekosistem darat dan ekosistem laut di mana
kedua ekosistem tersebut saling mempengaruhi tidak jelas
sehingga tidak aplikabel untuk kebutuhan pengeloaan
Dalam UU No. 32 tersebut Pasal 4 disebutkan: Kewenangan
untuk mengelola sumberdaya di wilayah laut sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) paling jauh 12 (dua belas) mil laut
diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah
perairan kepulauan untuk provinsi dan 1/3 (sepertiga) dari
wilayah kewenangan provinsi untuk kabupaten/kota
DIUKUR DARI GARIS PANTAI PULAU INDUK DAN
SETIAP PULAU KECIL YANG TERDAPAT DI
DEKATNYA ATAU DIUKUR DARI PULAU-PULAU
KECIL TERLUAR ???
Sumber: Paparan Prof. Achmad Syafei Sidik, Pusat Kajian dan Inovasi
Perikanan dan Sumberdaya Pesisir (Puskip), Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Mulawarman. KEWENANGAN ATAS PERAIRAN LAUT
PESISIR DARI PERSFEKTIF AKADEMIS

FENOMENA DONAT

Sumber: Paparan Prof. Achmad Syafei Sidik, Pusat Kajian dan Inovasi Perikanan dan Sumberdaya Pesisir (Puskip),
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Mulawarman. KEWENANGAN ATAS PERAIRAN LAUT PESISIR
DARI PERSFEKTIF AKADEMIS, Disampaikan pada:PERTEMUAN PARA AHLI DAN PIHAK TERKAIT TENTANG
KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD) KABUPATEN BERAU, Tanjung Redeb, 1 Mei 2013

UU No.23/2014 Tentang Pemerintahan


Daerah
Pasal 14 ayat (1),

Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan bidang kehutanan, kelautan, serta


energi dan sumber daya mineral dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah
provinsi.

Pasal 14 ayat (5),


Daerah kabupaten/kota penghasil dan bukan penghasil mendapatkan bagi
hasil dari penyelenggaraan Urusan Pemerintahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
Pasal 14 ayat (6),
Penentuan Daerah kabupaten/kota penghasil untuk penghitungan bagi hasil
kelautan adalah hasil kelautan yang berada dalam batas wilayah 4 (empat) mil
diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan
kepulauan.
Pasal 27 ayat (1),
Daerah Provinsi diberi kewenangan untuk mengelola sumber daya alam di
laut yang ada di wilayahnya.

UU No.23/2014 Tentang Pemerintahan


Daerah
Pasal 14 ayat (1),

Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan bidang kehutanan, kelautan, serta


energi dan sumber daya mineral dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah
provinsi.

Pasal 14 ayat (5),


Daerah kabupaten/kota penghasil dan bukan penghasil mendapatkan bagi
hasil dari penyelenggaraan Urusan Pemerintahan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
Pasal 14 ayat (6),
Penentuan Daerah kabupaten/kota penghasil untuk penghitungan bagi hasil
kelautan adalah hasil kelautan yang berada dalam batas wilayah 4 (empat) mil
diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan
kepulauan.
Pasal 27 ayat (1),
Daerah Provinsi diberi kewenangan untuk mengelola sumber daya alam di
laut yang ada di wilayahnya.

UU No.23/2014 Tentang Pemerintahan


Daerah
Pasal 20
(1) Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Daerah provinsi
diselenggarakan:
a. sendiri oleh Daerah provinsi;
b. dengan cara menugasi Daerah kabupaten/kota berdasarkan
asas Tugas Pembantuan; atau
c. dengan cara menugasi Desa.
Pasal 21
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren diatur
dalam peraturan pemerintah.
Pasal 30
Ketentuan lebih lanjut mengenai kewenangan Daerah provinsi di laut sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 dan Daerah Provinsi yang Berciri Kepulauan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 dan Pasal 29 diatur dengan peraturan pemerintah.
Pasal 236
(1) Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan,
Daerah membentuk Perda.

UU No.23/2014 Tentang Pemerintahan


Daerah
Pasal 407
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua
peraturan perundang-undangan yang berkaitan
secara
langsung
dengan
Daerah
wajib
mendasarkan dan menyesuaikan pengaturannya
pada Undang-Undang ini.

Dinamika dan Implikasi


Belum terbitnya Peraturan Pelaksanaan UU
23/2014
Masih kurangnya proposrinal perimbangan
keuangan pusat dan daerah dalam sektor
migas
Belum sinkronnya peran UPT Kementerian
dengan kebijakan daerah
Pembagian kewenangan antara pusat dan
daerah dalam pengelolaan sumberdaya alam
bersifat sentralistik
Sumber: Kajian Penguatan Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah dalam rangka Meningkatn
Pemerintahan yang Efektif dan Efisien . Dewan Ketahanan Nasional, 2015/

PEMBAGIAN
URUSAN KELAUTAN

Pembagian Urusan Bidang Kelautan


(Lampiran UU 23/2014)
No.
1.

Sub Urusan
Kelautan,
Pesisir, dan
Pulau-Pulau
Kecil

Pemerintah Pusat
a.

b.

c.

d.

e.
f.

Pengelolaan ruang laut di


a.
atas 12 mil dan strategis
nasional.
Penerbitan izin
pemanfaatan ruang laut
nasional.
b.
Penerbitan izin
pemanfaatan jenis dan
genetik (plasma nutfah)
ikan antarnegara.
Penetapan jenis ikan yang
dilindungi dan diatur
c.
perdagangannya
secarainternasional.
Penetapan kawasan
konservasi.
Database pesisir dan pulaupulau kecil.

Daerah Provinsi
Pengelolaan ruang
laut sampai
dengan 12 mil di
luar minyak dan
gas bumi.
Penerbitan izin
dan pemanfaatan
ruang laut di
bawah 12 mil di
luar minyak dan
gas bumi.
Pemberdayaan
masyarakat pesisir
dan pulau-pulau
kecil.

Daerah
Kabupaten / Kota

No.
2.

Sub Urusan
Perikanan
Tangkap

Pemerintah Pusat
a.
b.

c.

d.

e.

f.

Pengelolaan penangkapan ikan di


wilayah laut di atas 12 mil.
Estimasi stok ikan nasional dan
jumlah tangkapan ikan yang
diperbolehkan (JTB).
Penerbitan izin usaha perikanan
tangkap untuk:
1. kapal perikanan berukuran
di atas 30 Gross Tonase
(GT);
2. di bawah 30 Gross Tonase
(GT) yang menggunakan
modal asing dan/atau
tenaga kerja asing.
Penetapan lokasi pembangunan
dan pengelolaan pelabuhan
perikanan nasional dan
internasional.
Penerbitan izin pengadaan kapal
penangkap ikan dan kapal
pengangkut ikan dengan ukuran
di atas 30 GT.
Pendaftaran kapal perikanan

di atas 30 GT.

Daerah Provinsi
a.

b.

c.

d.

e.

Pengelolaan
penangkapan ikan di
wilayah laut sampai
dengan 12 mil.
Penerbitan izin
usaha perikanan
tangkap untuk kapal
perikanan
berukuran di atas 5
GT sampai dengan
30 GT.
Penetapan lokasi
pembangunan serta
pengelolaan
pelabuhan
perikanan provinsi.
Penerbitan izin
pengadaan kapal
penangkap ikan dan
kapal pengangkut
ikan dengan ukuran
di atas 5 GT sampai
dengan 30 GT.
Pendaftaran kapal
perikanan di atas 5
GT sampai dengan
30 GT.

Daerah Kabupaten /
Kota
a.

b.

Pemberdayaan
nelayan kecil
dalam Daerah
kabupaten/kota
Pengelolaan dan
penyelenggaraan
Tempat
Pelelangan Ikan
(TPI).

No.

Sub Urusan

Pemerintah Pusat

Daerah Provinsi

3.

Perikanan
Budidaya

a. Sertifikasi dan izin edar


obat/dan pakan ikan.
b. Penerbitan izin pemasukan
ikan dari luar negeri dan
pengeluaran ikan hidup dari
wilayah Republik ndonesia.
c. Penerbitan Izin Usaha
Perikanan (IUP) di bidang
pembudidayaan ikan lintas
Daerah provinsi dan/atau
yang menggunakan tenaga
kerja asing.

4.

Pengawasa
n Sumber
Daya
Kelautan
dan
Perikanan

Pengawasan sumber daya dan


Pengawasan sumber
perikanan di atas 12 mil, strategis daya
nasional dan ruang laut tertentu. kelautan dan
perikanan
sampai dengan 12
mil.

Daerah Kabupaten /
Kota

Penerbitan IUP di
a. Penerbitan IUP
bidang
di bidang
pembudidayaan ikan
pembudidayaan
yang usahanya lintas
ikan yang
Daerah
usahanya dalam
kabupaten/kota
1 (satu) Daerah
dalam 1 (satu)
kabupaten/kota.
Daerah provinsi.
b. Pemberdayaan
usaha kecil
pembudidayaan
kan.
c. Pengelolaan
pembudidayaan
ikan.

---

No.
5.

6.

Sub Urusan
Pengolahan
dan
Pemasaran

Karantina
Ikan,
Pengendalian
Mutu dan
Keamanan
Hasil
Perikanan

Pemerintah Pusat
a. Standardisasi dan
sertifikasi pengolahan
hasil perikanan.
b. Penerbitan izin
pemasukan hasil
perikanan konsumsi dan
nonkonsumsi ke dalam
wilayah Republik
Indonesia.
c. Penerbitan izin usaha
pemasaran dan
pengolahan hasil
perikanan lintas Daerah
provinsi dan lintas negara.
Penyelenggaraan karantina
ikan, pengendalian mutu
dan keamanan hasil
perikanan.

Daerah Provinsi
Penerbitan izin
usaha
pemasaran dan
pengolahan
hasil perikanan
lintas Daerah
kabupaten/kota
dalam
1 (satu) Daerah
provinsi.

Daerah Kabupaten
/ Kota

---

---

No.

7.

Sub Urusan

Pemerintah Pusat

Pengembang a. Penyelenggaraan
an SDM
penyuluhan perikanan
Masyarakat
nasional.
Kelautan
b. Akreditasi dan sertifikasi
dan
penyuluh perikanan.
Perikanan
c. Peningkatan kapasitas
SDM masyarakat
kelautan dan perikanan.

Daerah Provinsi

---

Daerah Kabupaten
/ Kota

---

Surat Edaran Mendagri

DRAFT SURAT
EDARAN BERSAMA

Konsep Surat Edaran Bersama (SEB) MKP dan Mendagri (1)


Provinsi untuk melakukan :
koordinasi dengan kabupaten/kota terkait dengan pengalihan urusan
pemerintahan konkuren;
koordinasi dengan kementerian/lembaga terkait yang membidangi
masing-masing urusan pemerintahan dan dapat difasilitasi oleh
Kementerian Dalam Negeri;
Koordinasi dengan kabupaten/kota terkait dengan pengalihan urusan
pemerintahan konkuren bidang Konservasi, termasuk perhitungan P3D;
revisi rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang telah
ditetapkan melalui peraturan daerah provinsi dan menyesuaikan rencana
zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang sedang dalam proses;
penyusunan peraturan tentang tatacara perizinan terkait pemanfaatan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil;
Inventarisasi KKP dan KKP3K yang saat ini dikelola oleh kabupaten/kota,
dan memfasilitasi pengusulan penetapan kawasan konservasi kepada
Menteri Kelautan dan Perikanan;
Fasilitasi proses perubahan peraturan/keputusan Gubernur perihal
pengelolaan kawasan konservasi perairan, pesisir dan pulau pulau kecil
yang sebelumnya telah diatur/ditetapkan oleh Bupati/Walikota, antara
lain: Unit Organisasi Pengelola, dan Rencana Pengelolaan dan Zonasi.

Konsep Surat Edaran Bersama (SEB) MKP dan Mendagri (2)


Kabupaten/Kota agar :
Tidak melanjutkan proses kegiatan penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulaupulau Kecil (RZWP-3-K);
Menyerahkan dokumen Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K),
baik yang sudah ditetapkan dengan peraturan daerah maupun yang masih dalam proses,
kepada provinsi sebagai bagian dari penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulaupulau Kecil (RZWP-3-K) Provinsi;
Tetap memberlakukan izin-izin pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang telah
dikeluarkan sampai dengan habis berlakunya izin;
Tidak mengeluarkan izin baru terkait pemanfaatan perairan di wilayah pesisir dan pulaupulau kecil;
Tetap melaksanakan kegiatan pengelolaan KKP dan KKP3K yang telah diselenggarakan saat
ini sampai dengan diserahkannya P3D;
Berkoordinasi dengan provinsi untuk mengusulkan penetapan KKP dan KKP3K kepada
Menteri Kelautan dan Perikanan;
Menyelesaikan penyusunan dokumen penyelenggaraan pengelolaan KKP dan KKP3K yang
sedang dilaksanakan, antara lain: Identifikasi Potensi Calon Pencadangan, Unit Organisasi
Pengelola, Rencana Pengelolaan dan Zonasi, Usulan Penetapan, dan Proses Penataan Batas,
untuk selanjutnya diserahkan kepada Gubernur sesuai dengan kewenangannya.
Tetap melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat pesisir dan pengembangan usaha
termasuk pemberdayaan masyarakat lokal, masyarakat adat dan nelayan tradisional yang
sedang berjalan sampai dengan diserahkannya P3D;

Konsep Surat Edaran Bersama (SEB) MKP dan Mendagri (3)

Provinsi dan Kabupaten/Kota diminta untuk:


Menyelesaikan secara seksama inventarisasi personel,
pendanaan, prasarana dan sarana serta dokumen (P3D)
antar susunan atau tingkatan pemerintahan sebagai
akibat pengalihan urusan pemerintahan konkuren paling
lambat tanggal 31 Maret 2016 dan serah terima personel,
sarana dan prasarana serta dokumen (P2D) paling lambat
tanggal 2 Oktober 2016. Hasil inventarisasi P3D tersebut
menjadi dokumen dan dasar penyusunan RKPD,
KUA/PPAS dan Rancangan Peraturan Daerah tentang
APBD Provinsi/Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2017.
Provinsi, kabupaten/kota segera berkoordinasi terkait
dengan pengalihan urusan pemerintahan konkuren.
Melakukan koordinasi dengan pimpinan DPRD masingmasing.

Ikan Kakap, Ikan


Patin
Mohon Maaf Lahir
Bathin
Ikan Gurih Karena
Bumbunya
Terimakasih Atas
Perhatiannya

Anda mungkin juga menyukai