Laporan Akhir
BUKU 4
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas tersusunnya Executive Summary Laporan
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
ini. Laporan Akhir ini merupakan bentuk tanggung jawab PT. Mursinsay Consultans berkaitan
dengan laporan kemajuan kegiatan sesuai dengan kerangka kerja yang telah ditetapkan.
Laporan Akhir ini dibuat untuk memenuhi kewajiban pelaporan kegiatan sesuai dengan
kerangka kerja yang telah ditetapkan. Draft Laporan Akhir ini terdiri dari 5 jilid buku dengan
rincian sebagai berikut:
Buku.1 : Pra Studi Kelayakan
Laporan ini disusun dengan melibatkan berbagai pihak dan instansi terkait sehingga
diharapkan dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan selanjutnya. Ucapan terima kasih
juga kami sampaikan kepada pihak-pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam
penyusunan laporan ini.
ii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1-1 Kerangka Pikir .................................................................................................................. 1-7
Gambar 2-1 Peta Wilayah Pualu Misool .......................................................................................... 2-2
Gambar 2-2 Grafik Jumlah Penduduk di Pulau Misool Tahun 2012 2032 .................. 2-3
Gambar 2-3 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha (Jutaan Rupiah) Tahun 2009-2010 ..................................... 2-4
Gambar 2-4 Wisata Alam dan Resort di Kabupaten Raja Ampat ....................................... 2-5
Gambar 2-5 Kondisi Jaringan Jalan di Kampung Waigama dan Linmalas ...................... 2-7
Gambar 2-6 Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Pulau Misool .................................... 2-8
Gambar 2-7 Rencana Pengembangan Transportasi Udara Pulau Misool Berdasarkan
RTRW Kabupaten Raja Ampat Tahun 2010-2030............................................ 2-9
Gambar 2-8 Rencana Pengembangan Transportasi Laut Pulau Misool Berdasarkan
RTRW Kabupaten Raja Ampat Tahun 2010-2030......................................... 2-10
Gambar 4-2 Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Raja Ampat............................................ 4-4
Gambar 4-3 Sebaran Wisatawan di Wilayah Raja Ampat ....................................................... 4-5
Gambar 4-4 Grafik Pergerakan Kendaraan Menggunakan Angkutan Penyeberangan
Lintas Wahai-Pulau Misool .......................................................................................... 4-7
Gambar 5-1 Peta Topo dan Bathymetri Lokasi Alternatif 1 di Waigama ........................ 5-4
Gambar 5-2 Sketsa Lokasi Alternatif 1 Pengembangan Pelabuhan .................................. 5-5
Gambar 5-3 Sisi Darat Lokasi Pengembangan Pelabuhan P.Misool Alternatif 1 ......... 5-5
Gambar 5-4 Sisi Perairan Lokasi Pengembangan Pelabuhan P.Misool Alternatif 1 ... 5-6
Gambar 5-5 Sketsa Lokasi Alternatif 2 Pengembangan Pelabuhan ................................... 5-6
Gambar 5-6 Peta Topo dan Bathymetri Lokasi Alternatif 2 di Lenmalas ........................ 5-7
Gambar 5-7 Sisi Daratan Lokasi Pengembangan Pelabuhan P.Misool Alternatif 2 .... 5-8
Gambar 5-8 Sisi Perairan Lokasi Pengembangan Pelabuhan P.Misool Alternatif 2 ... 5-8
Gambar 5-9 Sketsa Lokasi Alternatif 3 Pengembangan Pelabuhan ................................... 5-9
Gambar 5-10 Peta Topo dan Bathymetri Lokasi Alternatif 3 di Folley ............................ 5-10
Gambar 5-11 Sisi Daratan Lokasi Pengembangan Pelabuhan P.Misool Alternatif 3 . 5-11
Gambar 5-12 Sisi Perairan Lokasi Pengembangan Pelabuhan P.Misool Alternatif 3 5-12
Gambar 9-1 Layout Pelabuhan Penyeberangan Jangka Pendek ......................................... 9-8
Gambar 9-2 Layout Pelabuhan Penyeberangan Jangka Menengah................................... 9-9
Gambar 9-3 Layout Pelabuhan Penyeberangan Jangka Panjang ..................................... 9-10
DAFTAR TABEL
Pelabuhan penyeberangan sebagai simpul penghubung jaringan transportasi (KA, jalan raya)
dalam kerangka tatanan transportasi nasional berfungsi untuk menyatukan wilayah yang terdiri
dari ribuan pulau. Angkutan Penyeberangan sebagai salah satu moda transportasi merupakan
sub sistem dari angkutan darat sangat penting dikembangkan di wilayah Indonesia, terutama
ditujukan untuk menghubungkan antara dua pulau yang dipisahkan oleh laut, danau atau sungai
serta daerah-daerah terpencil yang belum terlayani oleh angkutan lainnya. Mengingat kondisi
geografis dan demografis wilayah Indonesia yang terdiri dari 17.508 pulau-pulau besar kecil
yang membentang di khatulistiwa dengan garis pantai sepanjang 43.624 mil laut, maka
angkutan penyeberangan wajib untuk dikembangkan karena memiliki peranan sangat penting
dalam sistem transportasi nasional.
Sehubungan dengan uraian di atas, maka dalam rangka pengembangan sarana dan prasarana
angkutan penyeberangan untuk menghubungkan wilayah-wilayah di Region / Sub Region
wilayah studi khususnya lintasan yang menghubungkan wilayah studi dengan wilayah lainnya,
perlu dilakukan studi yang mendalam, baik secara mikro maupun secara makro. Studi yang
dilakukan secara makro, adalah menyangkut kondisi sosial ekonomi pada masa kini serta
kecenderungannya dimasa datang yang meliputi potensi-potensi dan permasalahan-
permasalahan yang ada, yakni pengaruhnya terhadap daerah belakang (hinterland), seperti
perdagangan, kemungkinan-kemungkinan sistem perhubungan darat yang berpengaruh
terhadap angkutan penyeberangan, kebijaksanaan (wisdom) dan kebijakan (policy) yang
diterapkan, baik yang berasal dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Studi-studi
makro dilaksanakan dalam berbagai kegiatan seperti studi pendukung, studi pra kelayakan,
studi kelayakan, studi masterplan, studi lingkungan, dll.
Studi mikro (detil) yang dilakukan adalah dengan menentukan lokasi pelabuhan penyeberangan
yang aman dari pengaruh dan sifat-sifat perairan (angin, gelombang, arus pasang surut dan lain-
lain), kedalaman kolam pelabuhan, alur pelayaran, kriteria-kriteria navigasi serta pemenuhan
terhadap standar-standar keselamatan yang berlaku, termasuk didalamnya perumusan
dokumen-dokumen pra konstruksi, penilaian konstruksi dan kegiatan sipil pelabuhan lainnya.
Kajian yang dilaksanakan diarahkan pada kegiatan studi kelayakan dan penyusunan rencana
induk (masterplan) kawasan pelabuhan penyeberangan yang akan dibangun serta
memperhatikan aspek-aspek : tatanan kepelabuhan Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten / Kota dan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi, kelayakan teknis, kelayakan
ekonomis, pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial, kelayakan lingkungan,
keterpaduan intra dan antar moda, adanya aksesibilitas terhadap hinterland, keamanan dan
keselamatan pelayaran, serta pertahanan dan keamanan negara.
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Beberapa pertimbangan yang diambil terkait pelaksanaan pekerjaan studi Pradesain Pelabuhan
Penyeberangan di P. Missol (Lintas Wahai P. Missol), antara lain:
a) simpul pelabuhan penyeberangan di P. Missol, di Lintas Wahai P. Missol belum
memiliki rencana terkait pelabuhan penyeberangan namun sudah memiliki indikasi
demand dan lokasi untuk pengembangan pelabuhan penyeberangan;
b) berkembangnya transportasi penyeberangan di P. Missol yang membutuhkan prasarana
pelabuhan penyeberangan yang memadai untuk dilayari sepanjang musim dengan
orientasi pergerakan di Lintas Wahai P. Missol;
c) kedua simpul belum memiliki rencana induk, kajian lingkungan dan rencana desain
konstruksi;
Kajian ini diharapkan dapat menjadi masukan serta acuan dalam pengembangan
infrastruktur transportasi serta mendukung visi kesatuan dan keterhubungan jaringan jalan
raya di dalam kepulauan Indonesia.
1.2.1 Maksud
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari Pekerjaan Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai
Pulau Missol) ini adalah menyusun dan mengkaji pra kelayakan, kelayakan, masterplan dan
lingkungan pengembangan di simpul transportasi yang dirujuk beserta peranannya sebagai
pusat pergantian moda transportasi.
Sasaran merupakan langkah-langkah yang dirumuskan dalam upaya mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Sasaran pekerjaan Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol
(Lintas Wahai Pulau Missol), meliputi :
A. Tersedianya data untuk kebutuhan analisis yang diperoleh melalui kegiatan survey,
terdiri dari :
Survey Pendahuluan;
Survei Aspirasi, Kebijakan dan Kebutuhan Transportasi;
1-2
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
1-3
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Ruang lingkup wilayah studi Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas
Wahai Pulau Missol) meliputi wilayah Pulau Missol yang berada di Kabupaten Kepulauan Raja
Ampat dengan lintas penyeberangan Wahai Pulau Missol.
Ruang lingkup perarturan yang akan dikaji dalam penyusunan Pradesain Pelabuhan
Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) ini adalah sebagai berikut :
a) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
b) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran
c) Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
d) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
e) Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
f) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang
g) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2010 Tentang Angkutan Di
Perairan
h) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2009 tentang
Kepelabuhanan
1-4
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
i) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional
j) Peraturan Menteri Perhubungan No. 60 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Perhubungan
k) Kepmen LH No.13 tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan UKL-UPL
l) Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 2006 tentang Pedoman Perencanaan
Perhubungan
m) Keputusan Menteri Perhubungan no. 53 Tahun 2004 Tentang Tatanan Kepelabuhanan
Nasional
n) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL
o) Keputusan Presiden, Keputusan Menteri dan Peraturan Pemerintah lainnya yang khusus
mengatur wilayah studi tertentu.
Kegiatan yang dilakukan dalam studi ini mengacu pada Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor 31 Tahun 2006 tentang Proses Perencanaan di Lingkungan Kementerian Perhubungan
adalah :
1. Penyusunan dokumen Pra Kelayakan yang sekurangnya merinci :
Indikasi dan potensi demand terkait pembangunan pelabuhan penyeberangan di
lokasi yang dimaksud
Indikasi kelayakan ekonomi di lokasi yang dimaksud
Alternatif solusi dan pengembangan jaringan transportasi penyeberangan di sekitar
wilayah studi
Implementasi/solusi pembangunan prasarana transportasi penyeberangan di
wilayah studi
2. Penyusunan dokumen kelayakan yang sekurangnya merinci :
Potensi demand aktual dan estimasi demand di masa akan datang
Kelayakan teknis, kelayakan ekonomi, kelayakan finansial dan kelayakan
operasional
Pemilihan lokasi pembangunan dan rujukan lokasi serta indikasi biaya
pembangunan dan estimasi pengaruh pembangunan terhadap lingkungan fisik dan
non fisik
Pola implementasi pembangunan transportasi penyeberangan dan pelabuhan
penyeberangan
3. Penyusnan rencana induk pelabuhan penyeberangan yang sekurangnya merinci :
1-5
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
1.3.4 Batasan
1-6
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Tinjau 5 Tahun
CETAK BIRU
KEBIJAKAN
T
RUPP
(Rencana Umum PRA EKONOMI
LAYAK?
Pengembangan KELAYAKAN (Makro)
Perhubungan)
POTENSI
Y
STUDI POTENSI
Studi Berikutnya T
EKONOMI
ASPEK (Mikro) IJIN
PENTING LAYAK? PRINSIP
TEKNIS
FINANSIAL
PERENCANAAN
PERANCANGAN
IJIN
RENCANA
OK? LOKASI
INDUK
RTPP REKAYASA
(Rencana Teknis
Pengembangan Y
Perhubungan) TAHAPAN
PEMBANGUNAN
T
Perbaikan
DED
KONTRUKSI
PASCA
KONTRUKSI
Pekerjaan pradesain merupakan kajian lanjutan terhadap studi makro yang telah dilaksanakan
sebelumnya. Pekerjaan pradesain dibagi menjadi 3 bagian pekerjaan yang saling berkaitan yaitu
kajian pra kelayakan, kajian kelayakan serta kajian rencana induk pelabuhan penyeberangan.
Hasil yang diharapkan dari masing-masing kajian yaitu analisa dan kelayakan terhadap
pengembangan lintas, simpul maupun operasional pelabuhan sesuai dengan kebijakan maupun
aspirasi masyarakat dan stakeholder terkait.
1-7
BAB 2
IDENTIFIKASI LOKASI KEGIATAN
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol)
Pulau Misool memiliki luas wilayah sebesar 1840,85 km dan terbagi menjadi 4 distrik yaitu
Distrik Misool, Distrik Misool Timur, Distrik Misool Selatan dan Distrik Misool Barat.
Pulau Misool merupakan bagian dari wilayah Raja Ampat, wilayah ini sejak masa lampau
menjadi tempat pertemuan dua budaya Austronesia dan budaya Melanesia. Berdasarkan data
BPS Kabupaten Raja Ampat tahun 2011, distrik di Pulau Misool terbagi menjadi 21 kampung.
Kampung yang terdapat di Distrik Misool Selatan adalah: Harapan Jaya, Yellu, Dabatan,
Kayarepop, Fafanlap;
Kampung yang terdapat di Distrik Misool Barat adalah: Biga, Gamta, Mage, Lilinta dan
Kapacol;
Kampung yang terdapat di Distrik Misool adalah: Adhuei, Waigama, Salafen, Solal dan
Atkari;
Kampung yang terdapat di Distrik Misool Timur adalah: Linmalas Timur, Linmalas
Barat, Folley, Usaha Jaya, Audam dan Tomolol.
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Sebagian besar wilayah Pulau Misool merupakan kawasan hutan yang masih alami, sedangkan
pusat-pusat permukiman penduduk menyebar di sepanjang wilayah pantai.
Masyarakat Kepulauan Raja Ampat umumnya nelayan tradisional yang berdiam di kampung-
kampung kecil yang letaknya berjauhan dan berbeda pulau. Sebagian besar masyarakat di
P.Missol merupakan pemeluk Islam dan Kristen dan seringkali di dalam satu keluarga atau
marga terdapat anggota yang memeluk salah satu dari dua agama tersebut. Hal ini menjadikan
masyarakat Raja Ampat tetap rukun walaupun berbeda keyakinan.
Untuk mengetahui perkembangan penduduk sebagai objek dan subjek perencanaan di wilayak
Pulau Misol maka dilakukan proyeksi dengan metode perhitungan bunga berganda. Secara
matematis metode bunga berganda ditulis sebagai berikut:
Pt = Po x (1 + r)t
Ket: Pt = Jumlah Penduduk pada tahun t
Po = Jumlah Penduduk pada tahun dasar
1 = Bilangan Ketetapan/konstan
2-2
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
4500
4000
3500
3000
Misool Selatan
2500
Misool Barat
Misool 2000
1000
500
0
2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035
Gambar 2-2 Grafik Jumlah Penduduk di Pulau Misool Tahun 2012 2032
2-3
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Jumlah penduduk Pulau Misool sampai dengan tahun 2032 adalah sebesar 12.048 jiwa. Jika
dibandingkan dengan jumlah wilayah Pulau Misoolyaitu seluas 1840,85 km2, maka tingkat
kepadatan penduduk relatif jarang yakni 6,5 jiwa per km 2.
2.3.1 PDRB
Berdasarkan data BPS tahun 2011, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB kabupaten Raja Ampat
yaitu sebesar 49,95%. PDRB Kabupaten Raja Ampat dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2-3 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha
(Jutaan Rupiah) Tahun 2009-2010
Bangunan
Gambar 2-3 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha
(Jutaan Rupiah) Tahun 2009-2010
2-4
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Peningkatan perekonomian Kabupaten Raja Ampat saat ini diarahkan pada sektor industri
pariwisata karena besarnya potensi alam bahari, keragaman tradisi budaya, dan perjalanan
sejarah di gugusan pulau di kabupaten yang 80 persen wilayahnya adalah laut. Pengembangan
industri jasa pariwisata dilakukan di empat pulau besarnya, Pulau Waigeo, Misool, Batanta, dan
Salawati, serta kepulauan kecil-kecil di sekitarnya.
Kepulauan Raja Ampat merupakan tempat yang sangat berpotensi untuk dijadikan objek wisata,
terutama wisata bahari (penyelaman). Perairan Raja Ampat menurut berbagai sumber,
merupakan salah satu dari 10 perairan terbaik untuk diving site di seluruh dunia.
Tabel 2-4 Jumlah Kunjungan Wisata Raja Ampat
Komoditas pertanian yang terdapat di Kabupaten Raja Ampat meliputi padi, jagung, kedelai,
kacang tanah, kacang-kacangan, dan Ubi. Populasi ternak yang terdapat di Kabupaten Raja
Ampat yakni Sapi, Kerbau dan Babi. Sektor industri yang terdapat di Kabupaten Raja Ampat
umumnya adalah industri kecil yang umumnya merupakan industri pengolahan hasil hutan dan
tambang.
Sebagai daerah kepulauan yang dikelilingi oleh lautan dan relatif masih alami, maka Kabupaten
Raja Ampat memiliki terumbu karang yang indah dan sangat kaya akan berbagai jenis ikan dan
moluska. Hasil penelitian LIPI dan lembaga lainnya telah mengidentifikasi 450 jenis terumbu
karang, 950 jenis ikan karang dan 600 jenis moluska disekitar Pulau Batanta, Waigeo dan Pulau
Gam.
2-5
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Salah satu sumber daya kelautan yang dominan di wilayah perairan Kabupaten Raja Ampat
adalah perikanan. Banyak jenis ikan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat, yaitu diantaranya : Ikan Pelagis antara lain Tuna, Cakalang, Kembung, Tongkol dan
Tenggiri; Ikan Karang antara lain Ikan ekor Kuning, Ikan Pisang Pisang, Ikan Napoleon, Ikan
kakatua, Kerapu, Kakap, dan Baronang; dan udang, kepiting dan Rajungan. Hutan Mangrove
merupakan habitat yang sangat baik bagi sumberdaya ikan sebagai daerah pemijahan,
persemaian serta daerah mencari ikan dari berbagai biota perairan seperti udang, ikan, kepiting
dan kerangkerangan baik yang hidup diperairan pantai maupun yang dilepas pantai.
Pemanfaatan hutan mangrove pada waktu ini dilakukan oleh masyarakat maupun perusahaan
dengan memanfaatkan hasil kayu untuk bahan konstruksi, kayu bakar, serta bahan arang.
Terumbu karang di Kabupaten Raja Ampat tersebar diseluruh Kepulauan Raja Ampat. Terumbu
Karang yang terbesar terdapat di Distrik Waigeo Barat, Waigeo Selatan, Ayau, Samate dan
Misool Selatan. Terumbu karang di Pulau Ayau seluas 168.380 Ha, Kepulauan Asia 125.750 Ha.,
Pulau Sayang 96.000 Ha., Pulau Aljui 25.750 Ha, Pulau Kofiau 16.676 Ha, dan Pulau Sausapor
10.405 Ha. Sedangkan terumbu karang lainnya seperti Pulau Matan, Pulau Senapan, dan Pulau
Jefman luasnya dibawah 10.000 ha.
Komoditas andalan ekspor lainnnya adalah rumput laut dan mutiara di daerah ini sangat
menjanjikan, karena laut di daerah ini di kelilingi pulau-pulau kecil yang berpenghuni, sehingga
memudahkan dalam pengawasan dan pemantauan.
Potensi untuk wisata bahari yang memanfaatkan sumber daya perairan (banyaknya pulau dan
pantai termasuk terumbu karangnya) sangat berpotensi untuk dikembangan di wilayah
Kabupaten Raja Ampat ini. Bahkan keunggulan potensi ini dapat menjadikan wilayah
perencanaan sebagai obyek unggulan Indonesia untuk level internasional.
Jaringan jalan yang di wilayah Pulau Misool masih sangat terbatas, dimana jaringan jalan yang
ada masih berupa jalan tanah dan jalan batu.
Tabel 2-5 Panjang Jalan menurut Tingkat Pemerintahan yang Berwenang Tahun 2010 (Km)
Menurut kewenangannya, jaringan jalan yang terdapat di Pulau Misool adalah jalan kabupaten
dan jalan kampung. Jalan Kabupaten terdapat di Kampung Folley distrik Misool Timur dan
Kampung Dabatan Distrik Misool Selatan.
2-6
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Jaringan jalan yang terdapat di Pulau Misool belum terintegrasi, dalam artian jaringan jalan
yang tersedian belum menghubungkan antara satu kampung dengan kampung lainnya. Pada
masa yang akan datang pemerintah berencana membangun jaringan jalan yang dapat
menghubungkan semua wilayah di Pulau Misool sehingga dapat meningkatkan aksesibilitas
lokal yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
Rencana pengembangan ruas jalan di Pulau Misool sepanjang 364 km berdasarkan RTRW
Kabupaten Raja Ampat Tahun 2010-2030dengan perincian sebagai berikut:
Ruas jalan Limalas Foley (20 km)
Ruas jalan Foley Dabatan (36 km)
Ruas jalan Dabatan Fafaniap (47 km)
Ruas jalan Fafaniap Gamta (27 km)
Ruas jalan Gamta Magei Biga Lilinta Kapacoi Aduwei (133 km)
Ruas jalan Aduwei Salafen (18,4 km)
Ruas jalan Salafen Solai Adkari Limalas (82 km)
Jalan yang dibangun minimal berstatus Jalan Kabupaten dengan perkerasan aspal atau beton.
Rencana pengembangan jaringan jalan di Pulau Misool dapat dilihat pada gambar berikut ini:
2-7
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Moda angkutan jalan yang ada di keseluruhan Pulau Misool ada sejumlah 2 unit kendaraan roda
4 dan 5 unit sepeda motor. Kendaraan roda 4 dan roda 2 hanya terdapat di Distrik Misool, untuk
kendaraan roda 2 difungsikan sebagai angkutan paratransit (ojek) sedangkan kendaraan roda 4
yaitu mobil ambulance dan kendaraan dinas. Dengan adanya pembangunan jalan di wilayah
Pulau Misool diharapkan dapat mendorong pertumbuhan kendaraan untuk menunjang aktivitas
penduduk.
Transportasi udara untuk wilayah Pulau Misool masih pada tahap perencanaan. Rencana lokasi
pengembangan bandara di Pulau Msiool adalah di Waigama.
2-8
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Gambar 2-7 Rencana Pengembangan Transportasi Udara Pulau Misool Berdasarkan RTRW
Kabupaten Raja Ampat Tahun 2010-2030
Jalur penerbangan yang direncanakan akan melayani wilayah Pulau Misool adalah Ambon-
Waigama-Sorong. Pengembangan transportasi udara diharapkan dapat menunjang bisnis dan
pariwisata. Transportasi udara merupakan moda yang sangat cepat untuk menangani kondisi
darurat seperti bencana serta untuk mengatasi kendala alam lainnya seperti tinggi gelombang
yang tidak memungkinkan pelayaran.
Transportasi laut merupakan transportasi utama di wilayah Pulau Misool.. Pulau Misool Kondisi
transporasi laut terkini di Pulau Misool masih sangat terbatas baik dari aspek sarana maupun
prasarana transportasi laut. Orientasi pergerakan menggunakan moda laut hampir sebagian
besar menuju Kota Sorong.
Jarak antara Pulau Misool dengan Kota Sorong adalah 120 mil laut sedangkan ke Kota Wahai
(Pulau Seram) adalah 75mil laut. Jika melihat jarak dengan wilayah yang menjadi pusat aktivitas
lainnya, maka wilayah yang lebih dekat dengan Pulau Misool adalah Kota Wahai. Namun karena
layanan angkutan laut sebagian besar menuju Kota Sorong maka pergerakan masyarakat di
Pulau Misool berorientasi menuju Kota Sorong.
2-9
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Gambar 2-8 Rencana Pengembangan Transportasi Laut Pulau Misool Berdasarkan RTRW
Kabupaten Raja Ampat Tahun 2010-2030
Jadwal pelayanan kapal di wilayah pulau Misool pada umumnya adalah 1 (satu) kali seminggu,
sedangkan prasarana pelabuhan yang tersedia sebagian besar merupakan pelabuhan rakyat
dengan konstruksi kayu.
2-10
BAB 3 RENCANA TATA RUANG DAN
KEBIJAKAN TRANSPORTASI
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol)
Berdasarkan Berdasarkan RTRW Nasional Tahun 2008, Kabupaten Raja Ampat yang menjadi
kabupaten induk wilayah Misool dalam sistem perkotaan berperan sebagai Pusat Kegiatan
Lokal (PKL) yaitu kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.
PKL untuk Provinsi Papua Barat ditentukan di kota Terminabuan (Sorong Selatan), Aimas
(Kabupaten Sorong), Kaimana, Bintuni Waisai (Raja Ampat), Raisei (Teluk Wondama) dengan
fungsi sebagai berikut:
Pusat pelayanan wilayah pengembangan yang berfungsi sebagai pusat perdagangan, jasa,
perumahan dan permukiman serta industri kecil dengan skala pelayanan satu wilayah
pengembangan
Sebagai pusat layanan wilayah yang ada disekitarnya
Pusat pelayanan pemerintahan lokal yang meliputi pelayanan kegiatan kegiatan sosial,
perdagangan dan jasa.
Pembangkit kegiatan pada lingkup kabupatennya sekaligus memberikan pelayanan
pelayanan kepada wilayah kabupaten tersebut.
1. KABUPATEN RAJA AMPAT
Selanjutnya berdasarkan rencan tata ruang kabupaten Raja Ampat, Pulau Misool memiliki
arahan pengembangan sebagai kawasan agropolitan dan budidaya kelautan.
Tabel 3-1 Kluster Pengembangan Kawasan di Kabupaten Raja Ampat
Wilayah Kabupaten Maluku Tengah merupakan wilayah kepulauan, dimana terdiri dari 53
pulau, dimana yang dihuni sebanyak 17 buah sedangkan yang tidak dihuni sebanyak 36 buah.
Dalam merencanakan wilayah pengembangannya, dikaitkan dengan wilayahnya yang
merupakan kepulauan , maka pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan Clustering Pulau-
pulau Kecil. Dari pendekatan konsep Clustering Pulau-pulau Kecil diatas, maka Wilayah
Kabupaten Maluku Tengah dibagi atas 5 (lima) Wilayah Pengembangan (WP) dengan
pengelompokkan berdasarkan pendekatan konsep Clustering Pulau-pulau Kecil. Clustering
Pulau-pulau Kecil ini memiliki hirarki pusat-pusat pelayanan, yang dianalisa menurut
potensinya.
Tabel 3-2 Rencana Wilayah Pengembangan Dan Pusat Pengembangan
Di Kabupaten Maluku Tengah
Kebijakan dan Rencana pengembangan Transportasi pada wilayah Studi antara Lain:
1. Rencana Pengembangan Sistem Pelayanan dan Prasarana Transportasi Darat
Sistem pelayanan transportasi darat saat ini belum dilaksanakan melalui angkutan umum.
Kendaraan yang ada, baik roda 2 maupun roda 4 masih milik pribadi atau kantor pemerintah.
Kendaraan roda 4 hanya terdapat di Pulau Waigeo, Misool dan Salawati, sedangkan di pulau lain
belum ada. Hal ini disebabkan karena panjang jalan yang ada juga masih terbatas serta luas
pulau yang tidak terlalu luas.
3-2
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Pengembangan jaringan jalan di Pulau Misool belum berkembang akibat aktivitas ekonomi
antar kampung belum ada, kalaupun ada masih kecil dan dilayani oleh angkutan laut. Walaupun
demikian, beberapa ruas jalan perlu direncanakan untuk dikembangkan yaitu :
a. Ruas jalan di Pulau Misool sepanjang 364 km dengan perincian sebagai berikut:
Ruas jalan Limalas Foley (20 km)
Ruas jalan Foley Dabatan (36 km)
Ruas jalan Dabatan Fafaniap (47 km)
Ruas jalan Fafaniap Gamta (27 km)
Ruas jalan Gamta Magei Biga Lilinta Kapacoi Aduwei (133 km)
Ruas jalan Aduwei Salafen (18,4 km)
Ruas jalan Salafen Solai Adkari Limalas (82 km)
3-3
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Waigama Waisai
Waigama Foley Waigama (keliling pulau)
Waigama Samate Sorong
3-4
BAB 4 ANALISIS PERMINTAAN
TRANSPORTASI
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol)
Perkiraan besaran bangkitan barang di wilayah Pulau Misool ditentukan berdasarkan data
eksisting pergerakan angkutan penyeberangan (KMP. Kurisi)dengan menggunakan angka
indeks pergerakan. Dalam menghitung bangkitan pergerakan, terdapat tiga komponen guna
lahan yang mempengaruhi, yaitu:
1. Intensitas (berkorelasi pada kepadatan penduduk)
2. Luasan (berkorelasi pada luas wilayah) serta
3. Tipe (berkorelasi pada tingkat kekotaan)
Berkaitan dengan lokasi studi di wilayah Pulau Misool, maka dapat dirumuskan beberapa
asumsi yang dapat mempermudah proses perhitungan besaran pergerakan:
Karakteristik wilayah yang diwakili oleh dianggap sama, yaitu merupakan wilayah
kepulauan.
Jumlah bangkitan barang maupun penumpang untuk lintas Wahai - Pulau Misool
mempunyai karakteristik yang sama dengan lintas Sorong Pulau Misool.
Data awal yang digunakan adalah data penumpang eksisting lintas Sorong - Waigama
(Pulau Misool) dengan menggunakan kapal penyeberangan KMP.Kurisi.
Persentase besaran pergerakan lintas Wahai Pulau Misool terhadap pergerakan
eksisting (lintas Sorong-Pulau Misool) adalah sebesar 75%.
Berdasarkan asumsi di atas, maka variabel intensitas (yang diwakili oleh besaran dan intensitas
penduduk) dianggap memiliki korelasi yang kuat terhadap variabel pergerakan (Y), dimana
secara umum dapat disimpulkan bahwa peningkatan jumlah penduduk pada suatu zona akan
diikuti oleh peningkatan jumlah pergerakan dari dan ke zona tersebut.
Model pergerakan yang diperoleh berdasarkan analisis regresi linier yaitu:
Dengan:
Y = Bangkitan
X1 = Jumlah Penduduk
X2 = PDRB
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Jumlah Pergerakan
Tahun Penduduk PDRB Penumpang
2012 43.772 546.820,46 1.729,89
2013 44.417 549.882,65 1.747,02
2014 45.073 552.961,99 1.764,38
2015 45.738 556.058,58 1.781,98
2016 46.412 559.172,51 1.799,84
2017 47.097 562.303,87 1.817,94
2018 47.792 565.452,78 1.836,30
2019 48.497 568.619,31 1.854,92
2020 49.213 571.803,58 1.873,80
2021 49.939 575.005,68 1.892,95
2022 50.676 578.225,71 1.912,36
2023 51.423 581.463,78 1.932,05
2024 52.182 584.719,97 1.952,02
2025 52.952 587.994,40 1.972,27
2026 53.733 591.287,17 1.992,81
2027 54.526 594.598,38 2.013,64
2028 55.330 597.928,13 2.034,76
2029 56.147 601.276,53 2.056,18
2030 56.975 604.643,68 2.077,90
2031 57.815 608.029,68 2.099,93
2032 58.668 611.434,65 2.122,27
Sumber: Hasil Perhitungan Konsultan, 2012
4-2
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
1. Sembilan Bahan Pokok atau sering disingkat Sembako adalah sembilan jenis kebutuhan
pokok masyarakat menurut keputusan Menteri Industri dan Perdagangan
no.115/mpp/kep/2/1998 tanggal 27 Februari 1998 meliputi beras, daging, minyak
goreng, susu, jagung, minyak tanah, dan garam.
2. Konsumsi daging adalah 20 kg per org per tahun
3. Konsumsi Beras adalah 0,5 kg 0,5 kg per org per hari
4. Minyak Goreng adalah 12,5 kg per kk per tahun
5. Konsumsi Susu adalah 12,8 liter per kk per tahun
6. Konsumsi Jagung adalah 28,4 kg per kk per tahun
7. Konsumsi Minyak Tanah adalah 1 liter per kk per hari
8. Konsumsi garam adalah 0,000015 mg per org per hari
Berdasarkan asumsi tersebut maka dapat dihitung kebutuhan konsumsi penduduk di Pulau
Misool yang merupakan potensi pergerakan barang yang dapat didistribusikan dengan
menggunakan angkutan penyeberangan. Perkiraan besaran pergerakan barang (sembako)
samapi dengan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4-2 Proyeksi Besaran Pergerakan Barang di Pulau Misool Tahun 2011-2032
4-3
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat, sebagian besar
wisatawan yang berkunjung ke wilayah Raja Ampat merupakan wisatawan manca negara yang
berasal dari berbagai negara. Pada tahun 2001 jumlah kunjungan wisatawan di wilayah Raja
Ampat adalah sebesar 3.833 orang dengan persentase 82% turis asing dan 18% wisatawan
lokal.
18%
82%
Berdasarkan objek wisata serta aktivitas yang menarik bagi para wisatawan di Kabupaten Raja
Ampat, maka dapat diperkirakan sebaran pergerakan wisatawan dimana sebesar 40% menuju
Pulau Waigeo sedangkan yang menuju wilayah Pulau Misool sebesar 4% dari total wisatawan
mancanegara maupun wisatawan lokal. Sebaran pergerakan wisatawan di Wilayah Raja Ampat
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
4-4
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Pulau Misool
Pulau Salawati
4%
12% Pulau Waigeo
Pulau Batanta 40%
8%
Pulau Saonek
8%
Pulau Kri
8%
Objek-bjek wisata yang berkembang di Wilayah Raja Ampat sebagian besar terdapat di Waigeo
Utara, Waigeo Selatan Waigeo barat, Batanta, Kofiau, dan pulau-pulau kecil yang tersebar
hampir di seluruh wilayah Raja Ampat. Sedangkan untuk wilayah Misool yang lokasinya relatif
jauh dari Kota Sorong atau Kota Waisai (ibukota Kabupaten Raja Ampat) jika dibandingkan
dengan wilayah lainnya di Kabupaten Raja Ampat memiliki potensi wisata pemandangan goa,
pulau-pulau karst, dan melakukan aktivitas penyelaman atau snorkeling. Proyeksi pergerakan
wisatawan menuju Pulau Misool pada tahun 2032 diperkirakan sebesar 587orang.
Jumlah kendaraan roda 4 maupun roda 2 di Pulau Misool relatif masih sangat sedikit dan hanya
terdapat di Distrik Misool yaitu sebanyak 2 unit mobil dan 5 unit sepeda motor. Perhitungan
pergerakan kendaraan di wilayah Pulau Misool didapatkan melalui kriteria penentuan
kebutuhan kendaraan sebagai berikut:
4-5
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Hasil perhitungan terhadap pergerakan kendaraan lintas Wahai-Pulau Misool dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Roda 4
Tahun Roda 2 Truk 8 ton
(pribadi)
2013 386 97 346
2014 388 97 351
2015 391 98 356
2016 393 98 361
2017 395 99 367
2018 397 99 372
2019 399 100 378
2020 402 100 383
2021 404 101 389
2022 406 102 395
2023 408 102 401
2024 411 103 406
2025 413 103 412
2026 415 104 419
2027 418 104 425
2028 420 105 431
2029 422 106 437
2030 425 106 444
2031 427 107 450
2032 430 107 457
Sumber: Hasil Analisis Konsultan Tahun 2012
4-6
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
500
450
400
350
300
250
200
150
100
50
-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Wilayah Pulau Misool diarahkan menjadi daerah tujuan wisata khususnya wisata bahari dan
wisata alam. Hal tersebut berdampak pada peningkatan arus kendaraan, dimana pada beberapa
kampung direncanakan menjadi kampung wisata sehingga ada kebijakan pembatasan
pergerakan kendaraan di wilayah tersebut. Perkiraan pergerakan kendaraan di wilayah Pulau
Misool adalah kendaraan jenis truk yang berfungsi sebagai alat transportasi yang
mendistribusikan bahan kebutuhan sehari-hari.
4-7
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Pengukuran dilakukan dengan Pola Poligon tertutup dimana awal dan akhir dari pengukuran
bertemu pada titik yang sama. Titik-titik Poligon digunakan sebagai kerangka horizontal
pengukuran.
Berdasarkan hasil survei dan pengukuran dilapangan diketahui kondisi topografi secara umum
berupa dataran yang topographinya bergunung-gunung dan berbukit dengan derajat
kemiringan sampai 45O. Permukaan tanah kritis dan gundul sehingga peka terhadap erosi.
Namun pada hamparan dataran rendah merupakan lahan yang subur dan luas dimana biasanya
penduduk terkonsentrasi disana. Sebagian besar wilayah di Pulau Misool kondisinya masih
berupa lahan yang kosong dan penduduknya relatif sedikit dan terkonsentrasi dipesisir pantai.
Koordinat Bench Mark (BM), hasil pengukuran ini adalah sebagai berikut:
Referensi ketinggian didapat dari hasil perhitungan pasang surut selama 15 hari.
5-2
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Pada umumnya kondisi perairan di Pulau Misool terkenal dengan perairan dangkal dan kaya
akan terumbu karang. Kondisi gelombang yang cukup tinggi terjadi pada musim selatan
ataupun musim barat. Untuk lokasi pekerjaan sendiri secara umum sampai kedalaman 10m
sejauh 100 200m dari pinggir pantai, dan langsung terdapat palung/tumbir di depannya
dengan kedalaman sampai 40m . Hambatan bagi pelayaran terkait kondisi perairan yaitu
terdapatnya pulau-pulau kecil serta perairan yang dangkal disekitar pulau tersebut.
5-3
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
5-4
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
A. Sisi Daratan
Lokasi pengembangan cukup luas dan telah direncanakan dalam Draft RTRW Kabupaten
Raja Ampat Tahun 2010-2030.
Telah tersedia akses jalan yang cukup baik dari dan menuju dermaga berupa jalan beton
sepanjang 500 m dan akses jalan menuju kampung masih berupa jalan batu.
Status lahan merupakan milik pemerintah seluas 2 Ha yang sudah dibebaskan dari
kepemilikan adat dan didukung oleh surat pembebasan lahan.
Telah tersedia dermaga eksisiting dengan tiang pancang baja, namun perlu pemasangan
ramdoor dan perbaikan tiang pancang karena sebagian tiang sudah goyang apabila
perahu bersandar.
Bangunan dermaga memiliki panjang trestle 107 m dengan lebar 5,5 m dan panjang
dermaga 52 m.
B. Sisi Perairan
Kondisi perairan cukup tenang karena berada di wilayah teluk serta terlindungi oleh
keberadaan pulau-pulau kecil di sebelah utara lokasi alternatif.
5-5
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
5-6
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
5-7
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
B. Sisi Perairan
Dermaga sebagai tempat sandar kapal dengan kedalaman laut -7 m berada pada jarak
400 m
Tidak bisa disandari kapal setiap saat, karena pada musim angin selatan kondisi
perairan berombak dan arus cukup kencang.
Lokasi merupakan wilayah perairan dangkal sehingga ketika air surut maka lokasi
sangat sulit untuk disandari oleh kapal.
5-8
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
5-9
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
5-10
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
B. Sisi Perairan
Kondisi perairan relatif tenang dan dapat difungsikan sepanjang tahun.
Kedalaman -7 berada sejauh 81,4 m dari tepi pantai.
Merupakan wilayah pantai berlumpur.
5-11
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemerintah Kabupaten Raja Ampat, maka lokasi Folley
menjadi salah satu lokasi yang sangat direkomendasikan untuk pengembangan pelabuhan
penyeberangan. Selain adanya dukungan dari rencana tata ruang, kondisi perairan di wilayah
ini sangat mendukung baik dari kedalaman perairan, areal pengembangan di darat serta dapat
dilayari sepanjang tahun.
5-12
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Berdasarkan matrik penilaian di atas, maka diperoleh nilai yang tertinggi berada di lokasi
alternatif 1 dengan nilai 6,90. Nilai tersebut tidak jauh berbeda dengan alternatif 3 namun
karena status lahan serta tersedianya fasilitas pendukung menyebabkan pengembangan
pelabuhan penyeberangan di prioritaskan pada lokasi ini.
5-13
BAB 6 KELAYAKAN EKONOMI DAN
FINANSIAL
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol)
Tujuan analisis ini untuk menilai kelayakan secara finansial dari implementasi proyek yang
meliputi konstruksi dan operasional dari rencana pembangunan pelabuhan ini. Analisis yang
dilakukan berdasarkan estimasi penerimaan dan biaya konstruksi serta operasi dan
pemeliharan.
Sebagai alat evaluasi di sini digunakan indikator evaluasi konvensional yaitu Net Present Value
(NPV), Benefit Cost Ratio (B/C) dan Internal Rate of Return (IRR) sebagai banyak dikenal dalam
analisis kelayakan proyek. Asumsi umum lainnya yang menjadi dasar adalah lebih pada
penekanan apa yang terjadi dengan proyek pada rentang 20 tahun (bukan merupakan umur
proyek), jadi tidak diperhatikan di sini masalah nilai sisa proyek.
Perkiraan luasan fasilitas serta biaya infestasi pembangungan fasilitas pelabuhan serta
pengembangan dermaga penyeberangan di lokasi Waigama Distrik Misool dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Kebutuhan / Dimensi
FASILITAS DERMAGA STANDAR YANG DIGUNAKAN Unit
2012-2016 2017-2022 2023-2032
Luas Pendekatan
FASILITAS DARAT
Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang
(2012-2016) (2017-2022) (2023-2032)
TERMINAL
-ruang tunggu 9x8 9 x 10 10 x 10
-areal Kios/kantin 3X4 4x4 4x4
-areal Kantor Administrasi 3x4 4x4 4x4
-areal kebutuhan lainnya seperti ruang
ibadah, toilet, tempat tiket, tempat telepon,
dan sebagainya (utilitas) 5x5 5x6 5x7
-areal Public Hall 3X4 3x4 3x5
PARKIR KENDARAAN 25 x 30 30 x 30 30 x 30
PARKIR PENJEMPUT 13 x 14 14 x 14 14 x 15
Sumber: Hasil Perhitungan Tahun 2012
Komponen biaya investasi pengembangan transportasi penyeberangan dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
6-2
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
6-3
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Biaya operasional langsung terdiri atas: Biaya tetap, yaitu biaya penyusutan kapal, biaya bunga
modal, asuransi kapal, serta biaya awak kapal dan biaya tidak tetap, yaitu biaya untuk
pengoperasian kapal seperti biaya BBM, biaya pelumas, biaya gemuk, biaya air tawar, biaya di
lingkungan pelabuhan, biaya perniagaan dan promosi, dan biaya perawatan kapal, serta biaya
untuk pengoperasian dan perawatan pelabuhan. Sementara biaya operasional tidak langsung
terdiri atas biaya pegawai darat, biaya operasional kantor dan biaya manajemen dan
pengelolaan.
Tabel 6-5 Biaya Operasional dan Kenaikannya (Rp)
6-4
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Tabel diatas menunjukkan kenaikan biaya operasional dengan asumsi kenaikan sebesar 2%
setiap tahunnya. Persentase kenaikan biaya operasional berdasarkan perkiraan rata-rata
kenaikan tingkat inflasi pada akhir tahun 2011.
6-5
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Usulan tarif berdasarkan hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 6-7 Perhitugan Tarif
KENDARAAN
Golongan I Rp. / unit 233.005 1.000 234.005 235.000
Golongan II Rp. / unit 407.759 1.000 408.759 409.000
Golongan III Rp. / unit 815.518 1.000 816.518 817.000
Golongan IV
- Kendaraan Penumpang Rp. / unit 3.149.940 5.000 3.154.940 3.155.000
- Kendaraan Barang Rp. / unit 2.618.397 5.000 2.623.397 2.624.000
Golongan V
- Kendaraan Penumpang Rp. / unit 5.445.042 15.000 5.460.042 5.461.000
- Kendaraan Barang Rp. / unit 4.594.573 10.000 4.604.573 4.605.000
Golongan VI
- Kendaraan Penumpang Rp. / unit 9.215.359 25.000 9.240.359 9.241.000
- Kendaraan Barang Rp. / unit 7.620.729 20.000 7.640.729 7.641.000
Golongan VII
- Kendaraan Penumpang Rp. / unit 9.615.836 20.000 9.635.836 9.636.000
- Kendaraan Barang Rp. / unit 14.380.794 20.000 14.400.794 14.401.000
Golongan VIII Rp. / unit 21.571.920 20.000 21.591.920 21.592.000
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2012
Tarif
Tarif Kendaraan Tarif Kendaraan Tarif Kendaraan
Tahun Penumpang
Golongan II (Rp) Golongan IV (Rp) Golongan V (Rp)
(Rp)
2012 147.000 409.000 3.155.000 4.605.000
2013 154.350 429.450 3.312.750 4.835.250
2014 162.068 450.923 3.478.388 5.077.013
2015 170.171 473.469 3.652.307 5.330.863
2016 178.679 497.142 3.834.922 5.597.406
2017 187.613 521.999 4.026.668 5.877.277
6-6
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Tarif
Tarif Kendaraan Tarif Kendaraan Tarif Kendaraan
Tahun Penumpang
Golongan II (Rp) Golongan IV (Rp) Golongan V (Rp)
(Rp)
2018 196.994 548.099 4.228.002 6.171.140
2019 206.844 575.504 4.439.402 6.479.697
2020 217.186 604.279 4.661.372 6.803.682
2021 228.045 634.493 4.894.441 7.143.866
2022 239.448 666.218 5.139.163 7.501.060
2023 251.420 699.529 5.396.121 7.876.113
2024 263.991 734.505 5.665.927 8.269.918
2025 277.190 771.230 5.949.223 8.683.414
2026 291.050 809.792 6.246.684 9.117.585
2027 305.602 850.282 6.559.018 9.573.464
2028 320.883 892.796 6.886.969 10.052.137
2029 336.927 937.435 7.231.318 10.554.744
2030 353.773 984.307 7.592.884 11.082.482
2031 371.462 1.033.523 7.972.528 11.636.606
2032 390.035 1.085.199 8.371.154 12.218.436
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2012
Usulan tarif untuk lintas dihitung berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM. 58
Tahun 2003 tentang Mekanisme Penetapan dan Formulasi Perhitungan Tarif Angkutan
Penyeberangan. Perkiraan muatan yang diangkut meliputi penumpang dan kendaraan golongan
II, Golongan IV dan golongan V.
6-7
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
NPV =
(Net Benefit) (DF)
t=0
Keterangan :
Bt = benefit pada tahun ke- t
Ct = biaya pada tahun ke-t
DF = discount factor
i = tingkat bunga yang berlaku
n = lamanya periode waktu
NPV +
IRR = i1 + (i2 - i1)
NPV+ - NPV-
Keterangan :
i1 = Discount Factor ( Tingkat Bunga ) pertama dimana diperoleh NPV Positif
i2 = Discount Factor (Tingkat Bunga) kedua dimana diperoleh NPV Negatif
Dengan menggunakan persamaan diatas, maka dapat diperoleh nilai FIRR sebesar -38,53%
Berdasarkan perhitungan tersebut maka diperoleh nilai FIRR -38,5% yang berarti bahwa factor
diskonto lebih rendah dari 15% yakni faktor diskonto awal yang telah ditetapkan. Hal tersebut
berarti bahwa proyek yang dilaksanakan tidak dapat diterima secara finansial.
6-8
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
NPV'' = Rp (58.644.162.226,60)
NPV' = Rp (57.548.762.927,77)
IRR= -38,5%
6-9
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Penumpang Kendaraan
Total Pendapatan
Tahun Jumlah Tarif Pendapatan Kendaraan Gol. II Kendaraan Gol. IV Kendaraan Gol. V Tarif Kendaraan (Rp) Tarif Kendaraan (Rp) Tarif Kendaraan (Rp) Pendapatan
(Org) (Rp) (Rp) unit unit unit (Gol II) (Gol IV) (Gol V) (Rp) (Rp)
2012 1.729,89 147.000 254294480 54 6 213 409.000 3.155.000 4.605.000 1.022.223.044 1.276.517.524
2013 1.747,02 154.350 269651863 54 7 216 429.450 3.312.750 4.835.250 1.091.856.541 1.361.508.404
2014 1.764,38 162.068 285948246 55 7 219 450.923 3.478.388 5.077.013 1.163.129.222 1.449.077.468
2015 1.781,98 170.171 303241679 55 8 223 473.469 3.652.307 5.330.863 1.242.159.874 1.545.401.552
2016 1.799,84 178.679 321593833 56 8 226 497.142 3.834.922 5.597.406 1.323.235.925 1.644.829.758
2017 1.817,94 187.613 341070233 56 9 229 521.999 4.026.668 5.877.277 1.412.926.911 1.753.997.144
2018 1.836,30 196.994 361740496 57 9 233 548.099 4.228.002 6.171.140 1.505.141.474 1.866.881.971
2019 1.854,92 206.844 383678592 57 10 236 575.504 4.439.402 6.479.697 1.606.925.476 1.990.604.069
2020 1.873,80 217.186 406963116 58 10 240 604.279 4.661.372 6.803.682 1.711.794.410 2.118.757.527
2021 1.892,95 228.045 431677581 58 11 243 634.493 4.894.441 7.143.866 1.827.296.347 2.258.973.928
2022 1.912,36 239.448 457910727 59 11 247 666.218 5.139.163 7.501.060 1.946.540.595 2.404.451.322
2023 1.932,05 251.420 485756851 59 12 250 699.529 5.396.121 7.876.113 2.077.603.408 2.563.360.260
2024 1.952,02 263.991 515316161 60 12 254 734.505 5.665.927 8.269.918 2.213.176.649 2.728.492.810
2025 1.972,27 277.190 546695143 60 13 258 771.230 5.949.223 8.683.414 2.361.890.549 2.908.585.692
2026 1.992,81 291.050 580006962 61 13 262 809.792 6.246.684 9.117.585 2.516.010.567 3.096.017.529
2027 2.013,64 305.602 615371884 61 14 265 850.282 6.559.018 9.573.464 2.684.746.202 3.300.118.087
2028 2.034,76 320.883 652917723 62 14 269 892.796 6.886.969 10.052.137 2.859.930.474 3.512.848.197
2029 2.056,18 336.927 692780319 62 15 273 937.435 7.231.318 10.554.744 3.051.376.554 3.744.156.873
2030 2.077,90 353.773 735104045 63 15 277 984.307 7.592.884 11.082.482 3.250.482.632 3.985.586.677
2031 2.099,93 371.462 780042349 63 16 281 1.033.523 7.972.528 11.636.606 3.467.688.597 4.247.730.946
2032 2.122,27 390.035 827758328 64 16 286 1.085.199 8.371.154 12.218.436 3.693.959.914 4.521.718.242
LAPORAN KELAYAKAN
6-10
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
LAPORAN KELAYAKAN
6-11
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Berdasarkan perhitungan tersebut maka diperoleh nilai FIRR -63,43% yang berarti bahwa
factor diskonto lebih rendah dari 15% yakni faktor diskonto awal yang telah ditetapkan. Hal
tersebut berarti bahwa proyek yang dilaksanakan tidak dapat diterima secara finansial.
6-12
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
6-13
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
6-14
BAB 7 KELAYAKAN LINGKUNGAN
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol)
Pulau Misool merupakan pulau non vulkanik yang berbukit-bukit dan sebagian besar masih
ditutupi oleh hutan hujan tropis. Selain memiliki hutan tropis yang luas, Pulau Misool
merupakan salah satu pulau dengan mangrove terluas di Kabupaten Raja Ampat. Pulau Misool
merupakan kawasan konservasi cagar alam yang berada di Misool Selatan berdasarkan SK
Mentan 716/Kpts/Um/10/82.
2. Keaneka Ragaman Hayati
Pulau Misool memiliki keanekaragaman hayati baik biota laut maupun darat. Pulau Misool
merupakan kawasan konservasi cagar budaya yang menyimpan berbagai macam spesies
tumbuhan serta beragam burung yang diantaranya merupakan satwa dilindungi seperti Burung
Gosong (Eulipoa wallacei). Selain kaya akan ragam spesies hewan dan tumbuhan darat, Pulau
Misool merupakan salah satu surga bagi jenis biota perairan khusunya laut.
Di Pulau Misool terdapat lebih dari 540 jenis karang keras (75% dari total jenis didunia), lebih
dari 1.000 jenis ikan karang, 700 jenis moluska, dan catatan tertinggi bagi gonodactyloid
stomatopod crustaceans. Pulau Misool memiliki komoditi perikanan tangkap seperti ikan, udang,
cumi-cumi, kerang dan teripang yang cukup potensial. Jenis ikan yang paling banyak ditangkap
di daerah perairan Pulau Misool yaitu ikan tenggiri (Scomberomorus sp), cakalang (Katsuwonus
pelamis) dan ikan tuna (Thunus sp). Adapun sumberdaya terumbu karang dan ikan karang yang
terdapat di Pulau Misool umumnya berupa karang tepi (fringing reef) dengan kemiringan cukup
curam. Selain itu terdapat juga tipe terumbu karang penghalang (barrier reef). Kabupaten Raja
Ampat memiliki 1.104 jenis ikan karang yang terdiri dari 91 famili. Selain itu juga ditemukan
699 jenis hewan lunak (Moluska) yang terdiri dari 530 jenis siput-siputan (Gastropoda), 159
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
jenis kekerangan (Bivalva), 2 jenis Scaphopoda, 5 jenis cumi-cumian (Chepalopoda, dan 3 jenis
Chiton.
3. Sumberdaya Hutan
Pulau Misool merupakan pulau non vulkanik yang berbukit-bukit dan sebagian besar masih
ditutupi oleh hutan hujan tropis yang cukup lebat. Selain pulau dengan hutan hujan tropis
terbesar, Pulau Misool juga merupakan pulau yang memiliki sebaran hutan mangrove terluas di
Kabupaten Rana Ampat. Hutan mangrove ini didominasi oleh famili Rhizophoraceae dan famili
Sonneratiaceae. Hutan mangrove umumnya dijumpai di dataran rendah dengan muara dan
sungai-sungai pasang surut yang menyediakan habitat yang cocok bagi asosiasi-asosiasi
Bruguiera-Rhizophora. Komunitas yang terbaik terdapat di Pulau Misool, selain itu komunitas
mangrove terdapat juga pada bagian hulu misalnya jenis Rhizophoro mucronoto, Ceriops togol,
Bruguiem gymnorrhizo, Nypo fruticons, dan juga terdapat pada akhir aliran air tawar misalnya
jenis Xylopcorpus gronotum, Dolichondrone spothoceo, dan Heritiero littorolis.
Berdasarkan indikasi awal kelayakan lingkungan, dapat disimpulkan bahwa ditinjau dari aspek
kelayakan lingkungan, maka pengembangan pelabuhan penyeberangan di Pulau Misool dapat
dilakukan karena luasan terbangun tidak berpengaruh signifikan terhadap ketersediaan luasan
kawasan lindung (lokasi alternatif pelabuhan berada dekat dengan kawasan permukiman di
masing-masing wilayah).
Tahap
Jenis Dampak Sumber Dampak
Pengembangunan
Terjadi dampak berupa keresahan rakyat apabila dalam
Pra Konstruksi Penduduk
sosialisasi pembangunan tidak dilakukan dengan hati-hati.
Perubahan Perbaikan jalan masuk, pembangunan dermaga, fasilitas
bentuk medan penunjang, dan pengerukan
Kebisingan dan
Kegiatan konstruksi berupa pengoperasian alat berat
getaran
Geofisika- Kegiatan konstruksi berupa pengoperasian alat berat dan
Kualitas udara
kimia pengangkutan material (semen, tanah, batu, dll)
Pembangunan dermaga dan pengeruka alur pelayaran layar/
Kualitas air laut
kolam labuh
Peningkatan arus lalulintas akibat pengangkutan material ke
Transportasi
lokasi proyek
Pematangan dan penataan lahan, mobilisasi peralatan dan
Biologi Biologi
Konstruksi pembangunan pelabuhan beserta fasilitas pendukungnya
Kesempatan
Rekruitmen tenaga kerja
kerja
Kenyamanan Kesobukan kegiatan proyek dan rusaknya jalan
Sosekbud Persepsi
Kegiatan rekrutmen tenaga kerja dan aktivitas konstruksi
masyarakat
Aktivitas pembangunan dermaga dengan berbagai material di
Keamanan
lingkungan proyek
Terjadinya
Kesehatan
insidensi/ Kegiatan mobilisasi alat, personil dan material serta
masyaraka
prevalensi pembangunan dermaga dan fasilitas pendukungnya.
t
penyakit dan
7-2
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Tahap
Jenis Dampak Sumber Dampak
Pengembangunan
kecelekaan kerja
Hasil pembakaran bahan bakar kapal, kendaraan darat, dan
Kualitas udara
mesin lainnya
Aktivitas pelabuhan seperti maneuver kapal, bongkar muat
Kebisingan
barang, kendaraan darat, dan aktivitas lainnya
Peningkatan air Alih fungsi lahan menjadi terbangun meningkatkan koefisien
Geofisika- limpasan run-off
kimia Hidrooseanografi Pembangunan breakwater, kolam labuh dan pengerukan alur
Kualitas air laut Buangan berbagai zat dari kapal berupa limbah cair
Transportasi
Kegiatan operasional pelabuhan
darat dan laut
Pemanfaatan ruang yang tidak terkendali akibat munculnya
Tata ruang
stimulant pengembangan kawasan
Rekruitmen tenaga kerja dalam rangka operasional
Ketenagakerjaan
pelabuhan
Operasi
Kesempatan Kesempatan berusaha di bidang jasa terkait makin
berusaha meningkatnya aktivitas operasional pelabuhan
Operasional pelabuhan seperti kapal, mesin angkat,
Sosekbud Kenyamanan kendaraan pengangkut barang, kendaraan penumpang
pribadi/umum, sepeda motor dan lain-lain
Budaya Interaksi antara pendatang dengan penduduk setempat
Aktivitas pelabuhan dan sekitarnya seperti bongkar muat
Keamanan barang/penumpang, pengangkutan, keberadaan jasa dan
sektor informal lainya
Terjadinya
Kesehatan insidensi/preval Kegiatan operasional pelabuhan seperti bongkarmuat
masyaraka ensi penyakit barang/penumpang, pengangkutan barang, packing, lalu-
t dan kecelakaan lintas dari dan ke pelabuhan dan sebainya
kerja
7-3
BAB 8 KELAYAKAN SOSIAL BUDAYA
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol)
Dalam upaya untuk mencapai pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat, perlu dilakukan penilaian/analisis aspek sosial budaya
di kawasan andalan. Penilaian/analisis aspek sosial budaya dapat diperoleh melalui hasil
pengukuran beberapa indikator sosial (urban social indicator) misalnya struktur sosial budaya,
pelayanan sarana dan prasarana budaya atau potensi sosial budaya masyarakat.
Penduduk wilayah Pulau Misool terdiri dari beberapa suku yang berasal dariluar pulau
maupun penduduk asli Pulau Misool. Penduduk suku asli Pulau Misool yakni suku Matbat,
Misool dan Biga sedangkan suku yang berasal dari luar pulau Misool maupun pendatang
yakni suku Biak, Moi, Ternate, Tidore, Tobelo, Seram, Bugis dan Buton.
Pengembangan pelabuhan penyeberangan dapat meningkatkan interaksi masyarakat antar
Misool dengan pulau-pulau lain di kawasan Raja Ampat.
Pembangunan pelabuhan penyeberangan di Pulau Misool dilaksanakan dengan melibatkan
masyarakat setempat baik pada tahap pembangunan maupun pengelolaan.
Pembangunan memberikan kontribusi yang positif terhadap peningkatan aksesibilitas yang
manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat dari berbagai golongan.
Adanya dukungan dari berbagai stakeholder dan dilengkapi dengan regulasi yang tepat
dapat menjamin kelayakan pengembangan transportasi penyeberangandi wilayah studi.
BAB 9 RENCANA INDUK PELABUHAN
PENYEBERANGAN
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol)
Sesuai dengan Rencana Induk Pelabuhan Penyeberangan, yang yang mengacu dalam Peraturan
Pemerintah (PP) No 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan maka pelaksanaan konstruksi
pembangunan fasilitas pelabuhan yang direncanakan ini akan dibagi dalam 3 (tiga) tahapan
pembangunan (jangka waktu pembangunan), yaitu:
1. Pembangunan Jangka Pendek (Tahun 2013 - 2017)
2. Pembangunan Jangka Menengah (Tahun 2018 - 2022)
3. Pembangunan Jangka Panjang (Tahun 2023 - 2032)
Mengingat banyaknya fasilitas yang harus dibangun dan besarnya biaya yang harus disediakan,
maka pelaksanaan pembangunan untuk setiap tahap, dilakukan dalam beberapa anggaran.
Fasilitas Perairan
Pembangunan dermaga/ Peningkatan dermaga pelabuhan Peningkatan dermaga
pelabuhan penyeberangan. penyeberangan. pelabuhan penyeberangan.
Area untuk sandar dan olah Alur pelayaran. Alur pelayaran.
gerak kapal. Area pengembangan kawasan Area pengembangan kawasan
perairan. perairan.
Area fasilitas pemeliharaan Area fasilitas pemeliharaan
kapal. kapal.
Rambu-rambu perairan Peningkatan rambu-rambu
perairan
Fasilitas Daratan
Reklamasi Area Darat Peningkatan terminal Peningkatan terminal
Pembangunan terminal /shelter penumpang. penumpang.
penumpang. Peningkatan kantor administrasi Peningkatan kantor
Pembangunan kantor pelabuhan. administrasi pelabuhan.
administrasi pelabuhan. Peningkatan instalasi air bersih Peningkatan instalasi air bersih
Pembangunan Rumah Dinas dan listrik dan listrik
Instalasi air bersih dan listrik Pembangunan fasilitas
pemadam kebakaran
Karakteristik perairan;
Jumlah angkutan (penumpang dan barang);
Kelengkapan prasarana pelabuhan dan navigasi.
Ada beberapa jenis kapal ferry yang digunakan sesuai fungsi dan kebutuhan, kapal ferry jenis
Ro-Ro adalah kapal ferry yang secara operasional efektif efisien dan ekonomis, dimana secara
prinsip pergerakan kapal Ro-Ro adalah horizontal yaitu penumpang, muatan barang dan
kendaraan bisa langsung keluar masuk pelabuhan dari haluan dan buritan kapal tanpa harus
dipindahkan dengan alat angkat (lift), khusus penumpang naik turun melalui pintu
samping.Berdasarkan kondisi perairan Indonesia, JICA-Japan International Cooperation Agency
(1993) mengklasifikasikan kapal penyeberangan menjadi 5 (lima) tipe (Nasution: 2003) sebagai
berikut:
Tabel 9-2 Tipe-Tipe Kapal Penyeberangan
9-2
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Kapal penyeberangan yang direncanakan untuk melayani lintas Wahai Pulau Misool adalah
jenis kapal ro-ro dengan kapasitas 750 GT. Karakteristik kapal penyeberangan 750 GT adalah:
Type : Roro
Panjang : 54,5 M
Lebar : 14 M
Sarat Air : 2,45 M
GRT : 750 GRT
Penumpang : 282 orang
Kendaraan : 22 Unit/ Campuran
Mesin Utama :2 x 829 PK
Mesin Bantu :2 x 124 PK
Speed : 12 knot
Berdasarkan data terakhir di media online, menyatakan bahwa Kementerian Perhubungan telah
meluncurkan kapal penyeberangan KM Tatihu (750 GT) senilai Rp 34 miliar yang akan
dioperasikan untuk penyeberangan lintas Maluku Utara-Papua.
Dalam rencana operasional pelabuhan penyeberangan yang dikaji akan menyesuaikan dan
mengikuti lintasan eksisitng yang sekarang sudah mulai beroperasi di lokasi pekerjaan. Adapun
rencana lintasan dan perhitungan Block Time yang akan dilayani pada lintasan penyeberangan
di lokasi pekerjaan adalah sebagai berikut :
Kondisi alur pelayaran di wilayah perairan Papua maupun Maluku memiliki gelombang relatif
besar pada waktu-waktu tertentu, sehingga dibutuhkan armada yang mampu melayani
sepanjang musism. Dalam merekomendasikan pola operasional pelayanan angkutan
penyeberangan diperhitungkan adanya hambatan gelombang dan lain sebagainya. Adapun
perhitungan block time operasional kapal adalah sebagai berikut:
Jarak tempuh perjalanan kapal sejauh 75 mil
Kecepatan kapal Bis Air = 20 Km/jam.
Waktu manuver + 10 menit (0,17 jam).
Faktor sampingan (kondisi alam, cuaca, dan lainnya) + 10 menit (0,17 jam).
Berdasarkan asumsi perhitungan waktu di atas, maka total block time perjalanan Kapal ro-ro
750 GT adalah: Waktu Tempuh = 7 jam + 0.17 + 0.17 = 7 jam 20 menit
Berdasarkan asumsi di atas, maka satu kali perjalanan yang menghubungkan Wahai dengan
Pulau Misool harus ditempuh selama 7 jam 20 menit. Dengan asumsi waktu istirahat kapal di
tempat tujuan selama 40 menit, maka total perjalanan angkutan penyeberangan antara Wahai
Pulau Misool harus ditempuh selama 8 jam. Dengan demikian maka pelayanan angkutan
penyeberangan untuk jangka pendek dalam satu tahun yaitu 55 trip-hari (dengan jumlah
trip/hari = 1 trip dan menggunakan kapal ukuran 750 GRT). Diasumsikan waktu keberangkatan
kapal pada pukul 08.00 WIT maka akan tiba di tempat tujuan pada pukul 14.00 WIT.
9-3
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Dalam perencanaan dan perancangan konfigurasi dan alur pelayaran serta kolam
pelabuhan, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Kondisi alam (arus, ombak, pasang surut).
Desain ukuran kapal.
Kondisi pelapisan tanah dasar perairan.
Dimensi alur pelayaran dan kolam pelabuhan untuk berlabuh dan bertambat disajikan
pada tabel berikut ini.
Tabel 9-3 Lebar Alur Pelayaran.
Lebar Alur
Panjang Alur Pelayaran Kondisi Lalu Lintas
(meter)
Alur satu jalur Kapal tidak berpapasan 4.8B
Alur pelayaran dua jalur relatif Kapal-kapal sering berpapasan 6.6B + B
panjang Kapal-kapal jarang berpapasan 4B + 30
Alur pelayaran dua jalur relatif Kapal-kapal sering berpapasan 9B + 30
panjang Kapal-kapal jarang berpapasan 6B + 30
Sumber : Pelabuhan Indonesia, 2007
Perairan kolam harus memiliki kedalaman yang cukup supaya kapal-kapal dapat keluar
masuk dengan aman pada saat air surut terendah (LWS). Kedalaman kolam dihitung
dengan mempertimbangkan hal berikut:
9-4
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Kolam putar merupakan daerah perairan di dalam kolam pelabuhan yang mengalami
pelebaran sehingga kapal dapat berputar 180. Adapun untuk mencari luasannya mengacu
pada rumusan yang terdapat dalm KM No.52 Tahun 2004. Kolam putar ditempatkan pada
ujung alur pelayaran dengan kedalaman - 3 meter.
Ketenangan Kolam (Harbor Tarnquilty)
Kondisi kolam yang tenang menjamin efisiensi operasi pelabuhan. Beberapa prinsip untuk
menambah ketenangan kolam pelabuhan adalah:
Areal kolam pelabuhan harus cukup luas.
Perencanaan yang sesuai terhadap bentuk, batu lapis lindung, panjang, dan elevasi
puncak pemecah gelombang. Penyediaan bangunan peredam energi untuk mengurangi
pengaruh difraksi, overtopping, dan pantulan gelombang.
Menyediakan sarana peredam energi gelombang (misalnya revetment) pada bagian
pantai yang berhadapan langsung dengan mulut pelabuhan.
Jika mungkin mendesain dinding batas kolam pelabuhan berbentuk miring untuk
mengurangi energi pantulan gelombang.
2. Fasilitas Penunjang Pelabuhan Dalam
Fasilitas penunjang pelabuhan dalam menunjang kegiatan operasional dapat terdiri dari:
Jalan Pelabuhan
Jalan direncanakan dapat menampung lalu lintas untuk aktivitas keluar masuk
pelabuhan. Disamping itu lebar jalan juga harus memberikan ruang gerak untuk
kendaraan-kendaraan pengangkut barang atau penumpang. Disamping itu jalan juga
harus mampu menahan beban vertikal dari kendaraan-kendaraan yang mengangkut
barang-barang yang berasal atau menuju pelabuhan. Adapun peraturan-peraturan
atau standar perencanaan untuk jalan adalah:
Standar Perencanaan Jalan Bina Marga.
Peraturan dari American Association for State Highway and Transportation
Officials (ASHTO).
Drainase
9-5
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Drainase dibuat untuk menjaga agar lokasi aktivitas serta daerah sekitarnya tidak
tergenang pada saat hujan. Perencanaan drainase didasarkan pada intensitas hujan
maksimum 10 tahun yang dinyatakan dalam kurva Intensity Duration Curve (IDC).
Bangunan gedung (perkantoran, workshop, dan lain-lain)
Dibuat sedemikian rupa sehingga pada saat pasang tinggi air tidak melimpas ke
permukaan dermaga.
Struktur Dermaga
Dermaga di desain sedemikian rupa sehingga mampu menahan gaya tumbuk kapal
(gaya lateral), mampu menahan beban aktivitas dan peralatan bongkar muat (beban
vertikal).
Panjang Dermaga
9-6
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Panjang dermaga ditentukan berdasarkan jumlah kapal yang akan merapat di dermaga
tersebut dengan ketentuan jarak antar kapal 15 meter dan jarak ke tepi dermaga 25
meter. Jumlah kapal tersebut ditentukan oleh kebutuhan pergerakan barang dan
strategi pengembangan kepelabuhan.
Sedangkan menurut strukturnya, dermaga dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
Dermaga konstruksi terbuka, dimana lantai dermaga didukung oleh tiang-tiang pancang.
Dermaga konstruksi tertutun atau solid, seperti dinding massa, kaison, turap dan
dinding penahan tanah.
Dermaga tipe tertutup biasanya berimpit dengan garis pantai dan juga berfungsi sebagai
penahan tanah di belakangnya. Jenis struktur yang akan digunakan sangat ditentukan oleh
kondisi tanah subsurface, khususnya kedalaman tanah keras dan kedalaman air. Tipe tertutup
biasanya digunakan bila kedalaman air dangkal sampai pertengahan dan kedalaman tanah
keras tidak terlalu besar. Untuk kedalaman yang jauh lebih besar maka dermaga konstruksi
terbuka cocok digunakan. Dermaga konstruksi terbuka berupa deck di atasnya, dengan
revetment yang ditempatkan dibawah deck untuk melindungi kemiringan tanah dari efek
gelombang yang datang.
Rencana pengembangan dermaga penyeberangan adalah dengan meningkatkan atau
mengembangkan dermaga eksisting sehingga dapat berfungsi sebagai sarana berlabuh armada
penyeberangan kapasitas 750 GT.
9-7
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
9-8
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
9-9
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
9-10
BAB 10 KESIMPULAN DAN
REKOMENDASI
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol)
10.1 KESIMPULAN
5. Lingkungan
Secara umum, pengembangan transportasi penyeberangan memberikan dampak baik
positif maupun negatif terhadap lingkungan. Perkiraan dampak terhadap lingkungan
sekitar yang terjadi meliputi kebisingan, pencemaran air, dana lain-lain. Dampak positif
yang diberikan berupa pengurangan tingkat pengangguran, peningkatan pendapatan
masyarakat, aksesibilitas dan lain-lain.
10.2 REKOMENDASI
10-2
DAFTAR PUSTAKA