PERATURAN
Bab ini menjelaskan tentang kebijakan dan peraturan terkait pengembangan transportasi laut di wilayah
Kabupaten Bengkalis. Uraian kebijakan, khususnya rencana tata ruang wilayah merupakan salah satu
pedoman dan acuan dalam penyusunan Rencana Induk Pelabuhan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan.
MP3EI berisikan arahan pengembangan kegiatan ekonomi utama yang sudah lebih spesifik,
lengkap dengan kebutuhan infrastruktur dan rekomendasi perubahan/revisi terhadap peraturan
perundang-undangan yang perlu dilakukan maupun pemberlakuan peraturan-perundangan baru
yang diperlukan untuk mendorong percepatan dan perluasan investasi. Selanjutnya MP3EI
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. MP3EI
bukan dimaksudkan untuk mengganti dokumen perencanaan pembangunan yang telah ada
seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 (UU No. 17 Tahun 2007) dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, namun menjadi dokumen yang terintegrasi
dan komplementer yang penting serta khusus untuk melakukan percepatan dan perluasan
pembangunan ekonomi.
Yang dimaksud Locally Integrated adalah pengintegrasian sistem konektivitas untuk mendukung
perpindahan komoditas, yaitu barang, jasa, dan informasi secara efektif dan efisien dalam wilayah
NKRI. Oleh karena itu, diperlukan integrasi simpul dan jaringan transportasi, pelayanan inter-
moda tansportasi, komunikasi dan informasi serta logistik.
Simpul-simpul transportasi (pelabuhan, terminal, stasiun, depo, pusat distribusi dan kawasan
pergudangan serta bandara) perlu diintegrasikan dengan jaringan transportasi dan pelayanan
sarana inter-modatransportasi yang terhubung secara efisien dan efektif. Jaringan komunikasi
dan informasi juga perlu
Selain itu, sistem tata kelola arus barang, arus informasi dan arus keuangan harus dapat dilakukan
secara efektif dan efisien, tepat waktu, serta dapat dipantau melalui jaringan informasi dan
komunikasi (virtual) mulai dari proses pengadaan, penyimpanan/ pergudangan, transportasi,
distribusi, dan penghantaran barang sesuai dengan jenis, kualitas, jumlah, waktu dan tempat
yang dikehendaki produsen dan konsumen, mulai dari titik asal (origin) sampai dengan titik tujuan
(destination).
Visi ini mencerminkan bahwa penguatan konektivitas nasional dapat menyatukan seluruh wilayah
Indonesia dan mendorong pertumbuhan ekonomi secara inklusif dan berkeadilan serta dapat
mendorong pemerataan antar daerah.
Sedangkan yang dimaksud globally connected adalah sistem konektivitas nasional yang efektif
dan efisien yang terhubung dan memiliki peran kompetitif dengan sistem konektivitas global
melalui jaringan pintu internasional pada pelabuhan dan bandara (international
gateway/exchange) termasuk fasilitas custom dan trade/industry facilitation.
Efektivitas dan efisiensi sistem konektivitas nasional dan keterhubungannya dengan konektivitas
global akan menjadi tujuan utama untuk mencapai visi tersebut.
Sebagai dokumen kerja, MP3EI berisikan arahan pengembangan kegiatan ekonomi utama yang
sudah lebih spesifik, lengkap dengan kebutuhan infrastruktur dan rekomendasi perubahan/revisi
terhadap peraturan perundang-undangan yang perlu dilakukan maupun pemberlakuan
perundang-undangan baru yang diperlukan untuk mendorong percepatan dan perluasan
investasi. Selanjutnya MP3EI menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional. MP3EI bukan dimaksudkan untuk mengganti dokumen perencanaan
pembangunan yang telah ada seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025
(UU No. 17 Tahun 2007) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, namun menjadi
dokumen yang terintegrasi dan komplementer yang penting serta khusus untuk melakukan
percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi. MP3EI juga dirumuskan dengan
memperhatikan Rencana Aksi Nasional Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) karena merupakan
komitmen nasional yang berkenaan dengan perubahan iklim global. Posisi MP3EI di dalam
Rencana Pembangunan Pemerintah dapat dilihat pada Error! Reference source not found..
Koridor Ekonomi Sumatera mempunyai tema Sentra Produksi dan Pengolahan Hasil Bumi dan
Lumbung Energi Nasional. Secara geostrategis, Sumatera diharapkan menjadi “Gerbang ekonomi
nasional ke Pasar Eropa, Afrika, Asia Selatan, Asia Timur, serta Australia”.
Secara umum, Koridor Ekonomi Sumatera berkembang dengan baik di bidang ekonomi dan sosial
dengan kegiatan ekonomi utama seperti perkebunan kelapa sawit, karet serta batubara. Namun
demikian, Koridor Ekonomi Sumatera juga memiliki beberapa hal yang harus dibenahi, antara lain:
Adanya perbedaan pendapatan yang signifikan di dalam koridor, baik antar perkotaan dan
perdesaan ataupun antar provinsi-provinsi yang ada di dalam koridor;
Pertumbuhan kegiatan ekonomi utama minyak dan gas bumi (share 20 persen dari PDRB
koridor) yang sangat rendah dengan cadangan yang semakin menipis;
Investasi yang menurun dalam beberapa tahun terakhir;
Infrastruktur dasar yang kurang memadai untuk pengembangan industri, antara lain jalan
yang sempit dan rusak, rel kereta api yang sudah rusak dan tua, pelabuhan laut yang kurang
efisien serta kurangnya tenaga listrik yang dapat mendukung industri.
Di dalam strategi pembangunan ekonominya, Koridor Ekonomi Sumatera berfokus pada tiga
kegiatan ekonomi utama, yaitu kelapa sawit, karet, serta batubara yang memiliki potensi yang
sangat besar untuk menjadi mesin pertumbuhan ekonomi koridor ini. Selain itu, kegiatan
ekonomi utama pengolahan besi baja yang terkonsentrasi di Banten juga diharapkan menjadi
salah satu lokomotif pertumbuhan koridor ini, terutama setelah adanya upaya pembangunan
Jembatan Selat Sunda.
Dalam jangka panjang, pengembangan koridor ekonomi di Koridor Ekonomi Sumatera di arahkan
pada empat kegiatan ekonomi utama pengembangan koridor yaitu kegiatan ekonomi utama
kelapa sawit, karet, batubara dan besi baja.
Kelapa sawit
Kegiatan utama kelapa sawit di Sumatera memegang peranan penting bagi suplai kelapa sawit di
Indonesia dan dunia. Indonesia adalah produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia sejak
2007, disusul oleh Malaysia, yang sebelumnya adalah produsen minyak kelapa sawit terbesar di
dunia.
Kelapa sawit adalah sumber minyak nabati terbesar yang dibutuhkan oleh banyak industri di
dunia. Selain itu permintaan kelapa sawit terus mengalami pertumbuhan sebesar 5% per tahun.
Pemenuhan permintaan kelapa sawit dunia didominasi oleh produksi Indonesia. Indonesia
memproduksi sekitar 43% dari total produksi minyak mentah sawit (Crude Palm Oil, CPO) di dunia.
Pertumbuhan produksi kelapa sawit di Indonesia, yang sebesar 7,8% per tahun, juga lebih baik
dibandingkan dengan Malaysia, yang sebesar 4,2% per tahun.
Di Sumatera, kegiatan utama kelapa sawit memberikan kontribusi ekonomi yang besar, karena
sekitar 70% lahan penghasil kelapa sawit di Indonesia berada di Sumatera. Selain kontribusi
ekonomi, sektor kelapa sawit juga membuka lapangan pekerjaan yang luas. Hal ini terutama
karena sekitar 42% lahan kelapa sawit dimiliki oleh petani kecil.
Secara umum, di rantai nilai perkebunan, ada dua hal yang dapat dilakukan, yaitu meningkatkan
luas lahan perkebunan dan meningkatkan produktivitas. Namun demikian, karena terbatasnya
ruang untuk peningkatan area perkebunan, fokus untuk meningkatkan produksi CPO adalah
melalui peningkatan produktivitas lahan tanam kelapa sawit, dan hal ini memungkinkan untuk
dilakukan. Peningkatan produksi dapat dilakukan melalui ekstensifikasi perkebunan kelapa sawit
secara terbatas serta melaksanakan penanaman ulang bibit sawit tanaman rakyat. Pemerintah
dapat membantu meningkatkan produktivitas lahan, terutama petani kecil, dengan menyediakan
bantuan keuangan, melalui kemitraan dengan swasta dan lembaga pendidikan yang akan
membantu petani kecil dalam penggunaan bibit, alat-alat, dan metode pertanian yang lebih maju.
Meskipun bagian hilir rantai nilai kegiatan utama ini kurang menarik karena margin yang rendah,
bagian hilir tetap menjadi penting dan perlu menjadi perhatian karena dapat menyerap banyak
produk hulu yang bermargin tinggi, misalnya dengan diversifikasi produk hilir kelapa sawit. Untuk
melaksanakan strategi umum tersebut, ada beberapa hal yang harus dilakukan, antara lain:
- Peningkatan kepastian tata ruang untuk pengembangan kegiatan hulu kelapa sawit
(perkebunan dan penggilingan/pabrik kelapa sawit;
- Perbaikan regulasi, insentif, serta disinsentif untuk pengembangan pasar hilir industri
kelapa sawit;
- Peningkatan riset untuk memproduksi bibit sawit kualitas unggul dalam rangka
peningkatan produktivitas kelapa sawit;
- Penyediaan bantuan keuangan, pendidikan dan pelatihan, terutama untuk pengusaha kecil;
dan
- Pembentukan pusat penelitian dan pengendalian sistem pengelolaan sawit nasional.
Selain hal tersebut, pemenuhan kebutuhan infrastruktur juga menjadi sangat penting untuk
perkembangan kegiatan utama kelapa sawit,yaitu:
- Peningkatan kualitas konektivitas jalan (lebar jalan dan kekuatan tekanan jalan) sepanjang
perkebunan menuju penggilingan kelapa sawit dan kemudian ke kawasan industri maupun
pelabuhan yang perlu disesuaikan dengan beban lalu lintas angkutan barang. Tingkat
produktivitas CPO sangat bergantung pada waktu tempuh dari perkebunan ke
penggilingan, sebab kualitas TBS (Fresh Fruit Brunch, FFB) akan menurun dalam 48 jam
setelah pemetikan;
- Peningkatan konektivitas rel kereta api di beberapa lokasi untuk mengangkut CPO dari
penggilingan sampai ke pelabuhan; dan
- Peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan pelabuhan untuk mengangkut produksi CPO.
Saat ini terjadi kepadatan di Pelabuhan sehingga menyebabkan waktu tunggu yang lama
(3-4 hari).
Karet
Indonesia merupakan negara kedua penghasil karet alam di dunia (sekitar 28% produksi karet
dunia di tahun 2010), dengan hanya sedikit di belakang Thailand (sekitar 30%). Di masa depan,
permintaan akan karet alam dan karet sintetik masih cukup signifikan, karena didorong oleh
pertumbuhan industri otomotif yang tentunya memerlukan ban yang berbahan baku karet
sintetik dan karet alam.
Harga karet sintetik yang terbuat dari minyak bumi akan sangat berfluktuasi terhadap perubahan
harga minyak dunia. Demikian pula dengan harga karet alami yang bergantung pada harga
minyak dunia, karena karet alam dan karet sintetik adalah barang yang saling melengkapi
(complement goods). Terlebih dengan penggunaan minyak bumi sebagai sumber energi untuk
pengolahan kedua jenis karet tersebut, tentunya harga karet alam dan karet sintetik sangat
bergantung pada kondisi harga minyak dunia. Dengan semakin meningkatnya industri automotif
di kawasan Asia dan kawasan lain di dunia, diharapkan hal ini juga meningkatkan permintaan akan
karet alam. Dalam produksi karet mentah dari perkebunan, Sumatera adalah produsen terbesar
di Indonesia dan masih memiliki peluang peningkatan produktivitas. Koridor Sumatera
menghasilkan sekitar 65% produksi karet nasional.
Penggunaan karet alam di Indonesia didominasi oleh industri ban, dengan 61% dari penggunaan
karet di industri hilir dan sisanya dipakai oleh industri sarung tangan dan sepatu. Hal ini selaras
dengan penggunaan karet alam di industri hilir dunia. Di Indonesia, potensi industri ban masih
sangat signifikan. Ekspor ban bertumbuh rata-rata 22 % setiap tahunnya. Ditambah dengan
cukupnya suplai bahan mentah, industri ban Indonesia mempunyai keuntungan kompetitif.
Menurut MP3EI, terdapat lima fokus utama dalam pengembangan kegiatan utama karet, yaitu:
1. Melakukan kajian Peraturan Pemerintah yang belum dilaksananakan dengan efektif, seperti
Permendag No. 1 Tahun 2007 tentang Jenis Bahan Olah dan Produk Yang Tidak Boleh
Diekspor.
2. Meningkatkan produktivitas hulu (perkebunan) perkebunan karet rakyat dengan melakukan
penanaman kembali peremajaan tanaman karet rakyat secara besar-besaran dan bertahap
serta terprogram, penyediaan bantuan subsidi bunga kredit bank, penyediaan kualitas bibit
yang unggul disertai pemberian insentif yang mendukung penanaman kembali, penyuluhan
budidaya dan teknologi pasca panen karet (penyadapan, penggunaan mengkok sadap, pisau
sadap, pelindung hujan, bahan penggumpal dan wadah penggumpalan) yang memadai;
serta bantuan Badan Pertanahan Nasional (BPN) melakukan pendataan kepemilikan lahan
dan pemberian sertifikat lahan.
3. Meningkatkan efisiensi rantai nilai pengolahan dan pemasaran, dengan melaksanakan
Undang-undang No. 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan, Peraturan Menteri Pertanian No. 38
Tahun 2008, dan Peraturan Menteri Perdagangan No. 53 Tahun 2009. Pembentukan badan
karet juga dapat berguna sebagai pusat riset dan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
kualitas produk bahan olah karet sehingga terjadi efisiensi pengolahan karet selanjutnya dari
para pedagang dan perantara;
4. Menyusun strategi hilirisasi industri karet dengan memperhatikan incentive-disincentive,
Domestic Market Obligation (DMO), jenis industri dan ketersediaan bahan baku dan bahan
bantu/penolong yang dapat memperkuat daya saing industri hilir karet;
5. Menyediakan kemudahan bagi investor untuk melakukan investasi di sektor industri hilir
karet dengan penyediaan informasi disertai proses dan prosedur investasi yang jelas dan
terukur.
Untuk dapat mendukung strategi umum tersebut, ada beberapa infrastruktur dasar yang harus
dibenahi, melalui:
- Pengembangan kapasitas pelabuhan untuk mendukung industri karet, baik hulu maupun
hilir. Hasil produksi karet membutuhkan pelabuhan sebagai pintu gerbang ekspor
maupun konsumsi dalam negeri dengan waktu tunggu di pelabuhan yang lebih efisien;
- Penambahan kapasitas listrik yang saat ini masih dirasakan kurang memadai untuk
mendukung industri karet di Sumatera;
- Pengembangan jaringan logistik darat antara lokasi perkebunan, sentra pengolahan dan
akses ke pelabuhan.
Batubara
Indonesia merupakan negara yang kaya akan batubara dan pengekspor batubara termal terbesar
di dunia (sekitar 26% dari ekspor dunia) disusul oleh Australia dengan 19% dari ekspor dunia. Dari
total cadangan sumber daya batubara (104,8 miliar ton) di Indonesia, sebesar 52,4 miliar ton
berada di Sumatera, dan sekitar 90% cadangan di Sumatera tersebut berada di Sumatera Selatan.
Dengan produksi batubara sekitar 200 juta ton/tahun, Indonesia memiliki cadangan batubara
untuk jangka waktu panjang.
Meskipun Sumatera memiliki cadangan batubara yang sangat besar, namun produksi batubara di
Sumatera masih sangat rendah, yaitu sekitar 20 juta ton per tahun atau sekitar 10% dari total
produksi batubara di Indonesia. Hal ini disebabkan, salah satunya, oleh karena dari sepuluh
perusahaan produsen batubara terbesar di Indonesia, hanya satu perusahaan yang mempunyai
lahan olahan yang besar di Sumatera. Secara umum batubara merupakan kegiatan utama yang
sangat menarik di Indonesia karena kuatnya permintaan dari Asia Pasifik, permintaan dalam
negeri yang bertumbuh pesat, serta biaya transportasi yang lebih kompetitif. Namun demikian,
kegiatan utama batubara di koridor Sumatera ini memiliki beberapa tantangan yang membuat
produksi di koridor Sumatera rendah, yaitu:
1. Sebagian besar pertambangan batubara berada di tengah pulau, jauh dari pelabuhan laut
dan garis pantai. Hal ini membuat transportasi ke pelabuhan menjadi tidak efisien
mengingat kondisi infrastruktur transportasi darat saat ini yang tidak cukup baik. Hal ini
mengakibatkan biaya transportasi untuk tambang-tambang di tengah pulau semakin
tinggi;
2. Rata-rata cadangan batubara di Sumatera memiliki kualitas yang lebih rendah (Calorie
Value, CV, rendah) dibandingkan dengan batubara Kalimantan. Jumlah cadangan
batubara CV rendah di Sumatera mencapai 47%, sementara di Kalimantan hanya 5%;
3. Infrastruktur dasar pendukung pertambangan batubara di Koridor Sumatera masih
kurang memadai. Jaringan rel kereta api pengangkut batubara di Sumatera sangat
terbatas. Transportasi jalan raya yang digunakan angkutan batubara menjadi mudah
rusak sehingga akan mempersulit angkutan batubara. Selain itu kapasitas pelabuhan yang
terbatas juga menjadi bottleneck untuk pengembangan industri batubara.
Selain itu, sulitnya akuisisi lahan, rendahnya kualitas sumber daya manusia, serta kebijakan
pemerintah yang kurang jelas mengenai penggunaan batubara juga merupakan tantangan yang
harus dihadapi. Untuk menghadapi tantangan tersebut, terdapat beberapa strategi utama yang
dirumuskan, yaitu:
1. Pembangunan rel kereta api yang digunakan untuk membawa batubara dari pedalaman ke
pelabuhan. Pembangunan rel kereta ini membuat penambangan batubara yang ada di
daerah pedalaman menjadi lebih ekonomis;
2. Pengaturan kebijakan batubara sebagai bahan bakar utama untuk tenaga listrik di Sumatera.
Diperkirakan sekitar 52% bahan bakar untuk pembangkit listrik di Sumatera akan
menggunakan batubara pada tahun 2020. Hal ini akan membuat ketertarikan para investor
untuk melakukan kegiatan penambangan batubara;
3. Peningkatan utilisasi batubara. Batubara yang digali di Sumatera sebaiknya tidak langsung
diekspor sebagai komoditas mentah, tetapi diolah menjadi produk bernilai tambah lebih
tinggi, seperti konversi listrik (PLTU mulut tambang), upgraded coal, atau produk petrokimia.
PLTU mulut tambang patut dipertimbangkan karena lebih efisien dan tidak ada biaya
pengangkutan;
4. Penerbitan regulasi mengenai kebijakan yang lebih operasional dalam pemanfaatan
batubara CV rendah untuk pengadaan listrik nasional dan jika dimungkinkan dilakukan
penerapan metode penunjukan langsung bagi perusahaan yang memiliki IUP Batubara 30
tahun dan berminat memanfaatkannya untuk pembangkit tenaga listrik;
5. Percepatan penetapan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk dapat menentukan Harga
Patokan Batubara (HPB) secara berkala sesuai lokasi dan nilai kalorinya;
6. Standarisasi metode pengukuran dan pelaporan besaran produksi (hasil tambang), alokasi
ekspor dan Domestic Market Obligation (DMO) untuk penambangan batubara yang
mendapatkan Izin Usaha Penambangan (IUP) dari Kementerian ESDM maupun pemerintah
daerah;
7. Penertiban penambangan ilegal tanpa izin (PETI -Illegal Mining).
Untuk dapat mendukung strategi umum tersebut, beberapa enabler yang perlu dilakukan, antara
lain, adalah:
1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan. Kurangnya
tenaga kerja terlatih merupakan salah satu hambatan dalam pertambangan batubara.
Pendidikan dan pelatihan perlu ditingkatkan. Untuk mencapai produksi batubara sebesar
10 juta ton/tahun, diperlukan sekitar 2.500 pekerja dan 10-15% diantaranya merupakan
tenaga manajerial;
2. Peningkatan tata kelola usaha agar investasi di pertambangan batubara menjadi lebih
menarik; dan
3. Penguatan regulasi dan kebijakan pertanahan untuk menyelesaikan persoalan
kompensasi tanah.
Selain hal tersebut, pemenuhan kebutuhan infrastruktur juga menjadi sangat penting untuk
perkembangan kegiatan batubara di Sumatera, karena:
1. Penambangan batubara di wilayah Sumatera Selatan bagian tengah memerlukan
infrastruktur rel kereta api yang dapat digunakan untuk mengangkut batubara,
mengingat pengangkutan batubara CV rendah dengan menggunakan transportasi jalan
tidak ekonomis. Dengan menggunakan kereta api, biaya transportasi akan menurun
sampai dengan tingkat yang menguntungkan untuk penambangan batubara CV rendah
tersebut;
2. Peningkatan kapasitas pelabuhan di Lampung dan Sumatera Selatan dibutuhkan untuk
meningkatkan pengiriman batubara ke luar Sumatera.
3. Tinjau ulang Tatrawil Provinsi Riau dalam Mendukung Percepatan Pembangunan
Ekonomi di Koridor I Sumatera ini akan dilaksanakan dengan menggunakan pedoman dan
petunjuk teknis penyusunan Tatrawil yang telah ada.
Untuk mendukung pengembangan setiap kegiatan ekonomi utama tersebut diperlukan upaya
peningkatan konektivitas, seperti pembangunan jalan raya dan jalur rel kereta api lintas timur,
dari Banten Utara sampai Aceh di ujung barat-laut. Penguatan konektivitas di Koridor Ekonomi
Sumatera juga dilakukan pada konektivitas intra koridor (konektivitas di dalam koridor),
konektivitas antar koridor (dari dan ke koridor), serta konektivitas internasional (konektivitas
koridor dengan dunia internasional).
Pembangunan struktur ruang di provinsi diarahkan untuk memahami pola pergerakan dari kebun
(karet dan sawit), dan tambang batubara sebagai kegiatan ekonomi utama menuju tempat
pengolahan dan atau kawasan industri yang selanjutnya menuju pelabuhan. Maka di setiap
provinsi, penentuan prioritas dan kualitas pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur jalan
dan jembatan, kereta api, pelabuhan dan bandar udara diarahkan untuk melayani angkutan
barang untuk menunjang kegiatan ekonomi utama.
Di samping itu, mengingat Pulau Sumatera bagi Indonesia adalah gerbang di sisi barat, maka hub
internasional berupa pelabuhan utama bagi pelayaran internasional perlu ditetapkan di pantai
timur Pulau Sumatera. Terkait dengan hal ini maka pelabuhan Kuala Tanjung dinilai dapat
memenuhi syarat sebagai Alternatif Pelabuhan Hub Internasional di sisi Barat Indonesia.
Pelabuhan utama yang berfungsi sebagai hub internasional di sisi Barat menjadi penting untuk
membuka dan memperbesar peluang pembangunan di luar Jawa dan pada saat yang sama
mengurangi beban Pulau Jawa.
Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang
aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan
Nasional. Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem (sistem wilayah dan sistem internal
perkotaan), fungsi utama kawasan (kawasan lindung dan kawasan budidaya), wilayah
administratif (penataan ruang wilayah nasional, provinsi dan kabupaten/kota), kegiatan kawasan
(kawasan perkotaan dan perdesaan) dan nilai strategis kawasan (kawasan strategis nasional,
provinsi dan kabupaten/kota). Kewenangan penyelenggaraan penataan ruang diberikan kepada
pemerintah dan pemerintah daerah.
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di
dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup dalam
melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya. Berdasarkan batasan ini, tata
ruang adalah pemetaan struktur ruang dan pola ruang. Batasan kedua konsep ini adalah sebagai
berikut:
a. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan
sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hierarkis memiliki hubungan fungsional.
b. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.
Muatan rencana tata ruang mencakup rencana struktur ruang (meliputi rencana sistem pusat
permukiman dan rencana sistem jaringan prasarana) dan rencana pola ruang (meliputi
peruntukan kawasan lindung dan kawasan budidaya). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
hal ini adalah sebagai berikut :
a. Perumusan kebijakan strategis operasional rencana tata ruang wilayah dan rencana tata
ruang kawasan strategis
b. Perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan struktur ruang dan pola ruang
wilayah dan kawasan strategis
c. Pelaksanaan pembangunan yang sesuai dengan program pemanfaatan ruang wilayah dan
kawasan strategis
Dalam pemanfaatan ruang tersebut, pelaksanaannya sesuai dengan standar pelayanan minimal
bidang penataan ruang, standar kualitas lingkungan, dan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup. Sementara pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan
peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi.
Rencana Tata Ruang Nasional mengacu kepada Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN). Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007, penyelenggaraan penataan
ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala internasional, nasional atau beberapa provinsi. PKN ditetapkan dengan kriteria
sebagai berikut:
a. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan
ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional
b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri
dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi
c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. PKW ditetapkan dengan kriteria sebagai
berikut:
a. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan
akspor-impor yang mendukung PKN
b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri
dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten
a. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri
dan jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan
b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul tranportasi yang
melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan
c. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) ditetapkan dengan kriteria sebagai berikut:
d. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan
negara tetangga
e. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang
menghubungkan dengan negara tetangga
f. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan
wilayah sekitarnya
g. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat
mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya
Kawasan-kawasan yang ditetapkan sebagai PKN, PKW dan PKSN ditampilkan pada Tabel dan
Gambar berikut:
No
Propinsi PKN PKW PKSN
1 Nanggroe Aceh Lhokseumawe Sabang, Banda Aceh, Langsa, Takengon, Sabang
Darussalam Meulaboh
2 Sumatera Utara Mebidangro Tebingtinggi, Sindikalang, Pematang Siantar,
Balige, Rantau Prapat, Kisaran, Gunung
Sitoli, Padang Sidempuan, Sibolga
3 Sumatera Barat Padang Pariaman, Sawahlunto, Solok Muarasiberut,
Bukittinggi
4 Riau Pekanbaru, Dumai Bangkinang, Teluk Kuantan, Bengkalis, Dumai
Bagan Siapi-api, Tembilahan, Rengat,
Pangkalan Kerinci, Pasir Pangarayan, Siak
Sri Indrapura
5 Kepulauan Riau Batam Tanjung Pinang, Terempa, Daik Lingga, Batam
Dabo-Pulau Singkep, Tanjung Balai KArimun
6 Jambi Jambi Kuala Tungkal, Sarolangun, Muarabungo,
Muara Bulian
7 Sumatera Selatan Palembang Muara Enim, Kayuagung, Baturaja,
Prabumulih, Lubuk Linggau, Sekayu, Lahat
8 Bengkulu - Bengkulu, Manna, Muko-muko, Curup
9 Bangka Belitung - Pangkal Pinang, Muntok, Tanjungpandan,
Manggar
No
Propinsi PKN PKW PKSN
10 Lampung Bandar Lampung Metro, Kalianda, Liwa, Menggala, Kotabumi,
Kota Agung
11 DKI Jakarta-Jabar- Kawasan Perkotaan
Banten Jabodetabek
12 Banten Serang, Cilegon Pandeglang, Rangkas Bitung
13 Jawa Barat Kawasan Perkotaan Sukabumi, Cikampek-Cikopo, Pelabuhan
Bandung Raya, Cirebon ratu, Indramayu, Kadipaten, Tasikmalayan,
Pangandaran
14 Jawa Tengah Surakarta, Kawasan Boyolali, Klaten, Salatiga, tegal, Pekalongan,
Perkotaan Semarang- Kudus, Cepu, Magelang, Wonosobo,
Kendal-Demak- Kebumen, Purwokerto
Ungaran- Purwodadi,
Cilacap
15 DI Yogyakarta Yogyakarta Bantul, Sleman
16 Jawa Timur Kawasan Perkotaan, Probolinggo, tuban, Kediri, Banyuwangi,
Malang Jember, Blitas, Pamekasan, Bojonegoro,
Pacitan
17 Bali Kawasan Perkotaan Singaraja, Semarapura, Negara
Denpasar-Bangli-
Gianyar-Tabanan
18 Nusa Tenggara Mataram Praya, Raba, Sumbawa Besar
Barat
19 Nusa Tenggara Kupang Soe, Kafemenanu, Ende, Maumere, Atambua,
Timur Waingapu, Ruteng, Labuan Bajo Kalabahi,
Kefamenanu
20 Kalimantan Barat Pontianak Mempawah, Singkawang, Sambas, Paloh-Aruk,
Ketapang, Putussibau, Entikong, Sanggau, Jagoibabang,
Sintang Nangabadau,
Entikong, Jasa
21 Kalimantan Tengah Palangkaraya Kuala Kapuas, Pangkalan Bun, Buntok,
Muarateweh, Sampit
22 Kalimantan Selatan Banjarmasin Amuntai, Martapura, Marabahan, Kotabaru
23 Kalimantan Timur Kawasan Perkotaan Tanjung Redep, Sangata, Nunukan, Tanjung Nunukan,
Balikpapan- Selor, Malinau, Tanlumbis, Tanah Grogot, Simanggaris,
Tenggarong- Sendawar Long Midang,
Samarinda-Bontang, Long Pahangai,
Tarakan Long Nawan
24 Gorontalo Gorontalo Isimu, Kuandang, Tilamuta
25 Sulawesi Utara Kawasan Perkotaan Tomohon, Tondano, Kotamobagu Melonguane,
Manado-Bitung Tahuna
26 Sulawesi Tengah Palu Poso, Luwuk, Buol, Kolonedale, Tolitoli,
Donggala
27 Sulawesi Selatan Kawasan Perkotaan Pangkajene, Jeneponto, Palopo, Watampone,
Makassar- Bulukumba, Barru, Pare-pare
Sungguminasa-Takalar-
Maros
28 Sulawesi Barat - Mamuju, Majene, Pasangkayu
29 Sulawesi Tenggara Kendari Unaaha, Lasolo, Bau-bau, Raha, Kolaka
30 Maluku Ambon Masohi, Werinama, Kairatu, Tual, Namlea, Saumlaki,
Wahai, Bula Ilwaki, Dobo
31 Maluku Utara Ternate Tidore, Tobelo, Labuha, Sanana Daruba
32 Papua Barat Sorong Fak Fak, Manokwari, Ayamaru
33 Papua Timika, Jayapura Biak, Nabire, Muting, Bade, Merauke, Sarmi, Jayapura,
Arso, Wamena Tanah Merah,
Merauke
Sumber: PP No. 26 Tahun 2008
Konsepsi struktur ruang wilayah Riau sampai dengan tahun 2026 sebagai berikut :
1. Sebagai antisipasi terhadap proses globalisasi yang terus berlangsung, struktur ruang
wilayah Riau pada saat ini maupun ke depan secara bertahap harus terbuka dan bersifat
orientasi keluar (outward looking). Namun, orientasi ke luar ini tidak boleh sampai
menyebabkan terputusnya basis perekonomian setempat pada proses perekonomian global
dan tercerabutnya akar sosial-budaya lokal. Investasi asing di wilayah Riau perlu diupayakan
agar senantiasa terkait dengan potensi SDA, penyerapan tenaga kerja, dan pemanfaatan
bahanbahan lain yang bersifat lokal atau setempat.
2. Orientasi ke luar, dimana struktur ruang wilayah Riau perlu ditunjang dengan pusat-pusat
permukiman perkotaan jenjang PKN (Pusat Kegiatan Nasional) dan PKW (Pusat Kegiatan
Wilayah), serta dilengkapi dengan simpul-simpul jaringan transportasi internasional berupa
pelabuhan laut, pelabuhan penyeberangan, dan bandar udara, yang tidak hanya handal
dalam pelayanan tetapi juga mampu bersaing dengan prasarana serupa di daerah dan negara
lain. Perkotaan jenjang PKN berfungsi sebagai “Gerbang Utama Antar Bangsa”, yang
dilengkapi dengan Bandar Udara jenjang Pusat Penyebaran Primer dan Pelabuhan Laut
jenjang Hub Internasional (International Hub)1, untuk meningkatkan aksesibilitas dan
interaksi ekonomi wilayah Riau ke negara-negara ASEAN dan Asia – Pasifik pada khususnya,
yang secara bertahap juga dikembangkan untuk melayani negara-negara belahan dunia
lainnya. Terdapat 2 (dua) PKN yakni Pekanbaru, Dumai dan 1 (satu) PKN yang akan
dipromosikan yakni Kuala Enok, ketiganya dilengkapi dengan prasarana dan sarana
transportasi internasional sebagaimana dimaksud.
3. Secara nasional sistem permukiman perkotaan ditata menurut jenjang fungsinya sebagai
PKN (Pusat Kegiatan Nasional), PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) dan PKL (Pusat Kegiatan
Lokal). Terkait pada sistem permukiman perkotaan nasional ini, untuk keperluan penataan
10. Pada tiap-tiap pusat permukiman (PKN, PKW, dan PKL) ditetapkan fungsi-fungsi utama
pelayanan perkotaan berdasarkan potensi sektor/subsektor unggulan kawasan dan peran
perkotaan yang bersangkutan dalam konteks eksternal maupun internal wilayah.
11. Untuk menciptakan interaksi ekonomi dan ruang (pola aliran barang dan penumpang) yang
efisien dan kompak di antara pusat-pusat, dan antara pusat dengan kawasan-kawasan
produksi di wilayah hinterland perlu dikembangkan sistem transportasi darat (utamanya
jaringan jalan) secara terpadu inter dan intra moda terhadap fasilitas pelabuhan laut,
pelabuhan sungai, pelabuhan penyeberangan dan bandar udara.
Tabel 4-2 Deskripsi Struktur Ruang Wilayah Bengkalis S/D 2026 berdasarkan RTRWP Riau 2007-2026
SISTEM PERKOTAAN
SIMPUL KEGIATAN TRANSPORTASI
(PUSAT-PUSAT PERMUKIMAN)
NAMA TRANSPORTASI TRANSPORTASI LAUT TRANSPORTASI UDARA
LAUT TRANSPORTASI JENJANG FUNGSI UTAMA
UDARA PUSAT FUNGSI PERKOTAAN NAMA JENJANG JENIS ANGK/ JARINGAN NAMA JENJANG JENIS JARINGAN
(LOKASI) PELABUHAN FUNGSI FAS PELAB. PELAYANAN BANDARA FUNGSI ANGKUTAN PELAYANAN
Bengkalis - PKW Bengkalis : 1. Bengkalis PR Pnp&brg/Konv. Domestik & LB
a. Pusat Perdagangan & Jasa 2. Buruk Bakul *) PKInd Pnp&brg/PetiKemas Dom,Internsl&LB
b. Pusat Pemerintahan
Kabupaten 3. Selat Baru 12) PP Pnp&brg/Konv. Domestik & LB
Buruk Bakul 10 PKW Buruk Bakul : 4. Kelemantan * PP Pnp&brg/Konv. Domestik
a. Pusat Perdagangan & Jasa 5. Teluk Belitung PL Pnp&brg/Konv. Domestik & LB
b. Kawasan Industri 6. Tjg. Medang 13) PKPar Pnp&brg/Konv. Domestik
7. Batu Panjang PP Pnp&brg/Konv. Domestik & LB
8. Dadap * PP Pnp&brg/Konv. Domestik
9.Meranti Bunting * PP Pnp&brg/Konv. Domestik & LB
(Lintas Batas)
Pnp &
Sei. Pakning PKL a. Pusat Perdagangan, Jasa 10. Sei. Pakning PN Khusus Domestik Sei Pakning PPTp Barang Domestik &
b. Kawasan Industri Minyak/Penumpang, /khusus Lintas Batas
Barang/ Konvensional Pertamina
Selat Panjang PKWp a. Pusat Perdagangan & Jasa 11. Selat Panjang PR Pnp&brg/Konv Domestik Selat Panjang*) PPTp Penumpang Domestik &
12. Tanj.Peranap (Lukit) PL Pnp&brg/Konv Domestik Barang Lintas Batas
13. Tanj. Samak PR Pnp&brg/Konv Domestik & LB
14. Tanj. Kedabu PN Pnp&brg/Konv Domestik
15. Bantar PP Pnp&brg/Konv Domestik
Duri 11) (Kab.Bengkalis) PKL a. Pusat Perdagangan & Jasa
b. Kawasan Industri
c. Pusat Kegiatan Migas
KETERANGAN :
*) : Pelabuhan laut dan bandar udara baru (direncanakan), penamaan sementara, mengikuti nama unsur alam atau tempat yang sudah dikenal (selat, tanjung, desa dll).
PKW = Pusat Kegiatan Wilayah PL = Pelabuhan Lokal PKInd = Pelabuhan Khusus Industri
PKL = Pusat Kegiatan Lokal PLS = Pelabuhan Lokal (sungai) PKBbm = Pelabuhan Khusus Bahan Bakar Minyak
PKWp = Promosi PKW Pkpar = Pelabuhan Pariwisata
10) Buruk Bakul diarahkan sebagai pusat perkotaan terpadu Bengkalis masa depan, dihubungkan oleh fas pelabuhan penyeberangan (Ferry / Roro) di kedua belah perkotaan, didukung dengan pelabuhan laut jenjang fungsi PR di Buruk Bakul.
11) Kota Duri tidak memiliki pelabuhan laut dan untuk fasilitas angkutan udara dilayani oleh Bandara Pinang Kampai – Dumai.
12) Pelabuhan Selat Baru akan dikembangkan sebagai pelabuhan umum dan penyeberangan yang akan menghubungkan secara menerus Buruk Bakul – Sei Putih – Selat Baru – Malaysia (Pelabuhan Muar, Klang, Batu Pahat).
13) Pelabuhan Tanjung Medang selain merupakan pelabuhan rakyat yang secara tradisional telah melakukan hubungan ekspor/impor ke Malaysia juga akan dikembangkan sebagai pelabuhan khusus pariwisata.
Sembilan perkotaan yaitu Perkotaan Bangkinang, Taluk Kuantan, Pasir Pangaraian, Siak Sri
Indrapura, Bengkalis, Pangkalan Kerinci, Bagan Siapi – Api, Tembilahan, Rengat, dan Siak Sri
Indrapura difungsikan pada jenjang PKW untuk mendukung PKN Pekanbaru dan Dumai dalam
ingkup pelayanan wilayah. Sedangkan Selat Panjang sebagai Ibukota Kabupaten Pemekaran baru
Perkotaan dengan jenjang fungsi PKL (Pusat Kegiatan Lokal), s/d th. 2026 yaitu Duri, Sei Pakning,
Bagan Batu, Perawang, Air Molek, Sungai Guntung dan Tanjung Buton. Perkotaan Bagansiapi-api
dan Bagan Batu di Kabupaten Rokan Hilir, perkotaan Duri, Sei Pakning yang terletak di Kabupaten
Bengkalis, perkotaan Perawang di Kabupaten Siak Sri Indrapura, perkotaan Air Molek di
Kabupaten Indragiri Hulu dan Perkotaan Sungai Guntung di Kabupaten Indragiri Hilir telah
menunjukkan perkembangan fisik dan sosial-ekonomi yang cukup pesat sehingga layak dijadikan
sebagai pusat pelayanan bagi wilayah sekitarnya.
Arahan lokasi-lokasi pelabuhan laut (umum) di wilayah Riau s/d 2026 juga terdapat pelabuhan-
pelabuhan yang merupakan pelabuhan baru, yaitu :
1. Kawasan Hutan Lindung (HL), tersebar terutama di wilayah perbatasan Riau bagian
Barat (Kab. Kuantan Singingi, Kab. Kampar dan Kab. Rokan Hulu), di Kab. Rokan Hilir,
perbatasan Kab. Siak-Kab. Bengkalis.
2. Kawasan Resapan Air (RA), berada di perbatasan Kab. Siak – Kab. Bengkalis (Kec. Bunga
Raya).
3. Kawasan Hutan Lindung Gambut (LGb), yang sudah bisa dideliniasikan tersebar di Kab.
Rokan Hilir (terutama Kec. Kubu), Kab. Bengkalis (Kec. Mandau, Kec. Bukit Batu), Kab.
Siak (Kec. Sungai Mandau), dan di perbatasan Kab. Indragiri Hilir-Indragiri Hulu.
Kawasan Penelitian dan Pengembangan Gambut (LitGb), diarahkan di 2 tempat
menempel pada kawasan Suaka Margasatwa (SM), yaitu pertama di Kec. Mandau, Kab.
Bengkalis (menempel di sebelah Utara SM Giam Siak Kecil), dan kedua di perbatasan
antara Kec. Teluk Meranti, Kab. Pelalawan dengan Kec. Rengat, Kab. Indragiri Hulu
(menempel di sebelah Timur SM Kerumutan).
4. Jalur Hijau Penahan Intrusi Air Laut (warna biru muda tanpa notasi huruf), hanya
terdapat di Kab. Indragiri Hilir.
5. Kawasan Sempadan Pantai (warna hijau muda tanpa notasi huruf), tersebar di
sepanjang Pantai Timur wilayah Riau dan pulau-pulau di Kab. Bengkalis, Kab. Pelalawan,
di luar Pulau-pulau Kecil Dipertahankan Sebagai Hutan Alam.
6. Kawasan Sempadan Sungai (hanya ditampilkan pada sungai-sungai besar), terdapat di
seluruh wilayah Kabupaten dan Kota yang memiliki sungai-sungai besar maupun kecil.
7. Kawasan Sekitar Danau/Waduk, tersebar terutama di Kab. Kampar (Waduk Koto
Panjang), dan di Kabupaten/Kota lain yang memiliki danau/waduk namun tidak
tergambarkan dengan jelas dalam peta skala 1 : 250.000, di luar danau/waduk yang
merupakan bagian dari Kawasankawasan Lindung yang lain.
8. Kawasan Sekitar Mata Air (tidak bisa ditampilkan dalam Peta Arahan Pemanfaatan
Ruang Daratan Wilayah Riau karena tampilan yang terlalu kecil pada skala peta 1 :
250.000), terdapat di seluruh wilayah Kabupaten/Kota yang memiliki sumber-sumber
mata air.
9. Kawasan Cagar Alam (CA), terdapat di Kab. Rokan Hilir (CA Pulau Barkey) dan Kab.
Kampar (CA Bukit Bungkuk).
10. Kawasan Suaka Margasatwa (SM), tersebar di Kab. Bengkalis, Kab. Siak, Kab. Pelalawan,
perbatasan Kab. Kampar dengan Kab. Kuantan Singingi (SM Bukit Rimbang Bukit
Baling), dan di perbatasan Kab. Pelalawan dengan Kab. Indragiri Hulu (SM Kerumutan)
dan SM Senepis–Buluala yang baru diresmikan di wilayah Kota Dumai – Kabupaten
Rokan Hilir.
11. Kawasan Taman Nasional (TN), terdapat di perbatasan Kab. Indragiri Hulu-Kab. Indragiri
Hilir yaitu TN Bukit Tiga Puluh, TN Zamrud di Kabupaten Siak dan TN. Teso Nillo di Kab.
Kampar.
12. Kawasan Hutan Wisata (HW), terdapat di Kota Dumai yaitu HW Sungai Dumai.
13. Kawasan Taman Hutan Raya/Tahura (THR), hanya terdapat di perbatasan Kab. Kampar
dengan Kab. Siak dan Kota Pekanbaru yaitu THR Sultan Syarif Hasyim serta Kawasan
Hutan yang diusulkan menjadi Tahura di Kabupaten Rokan Hulu.
14. Kawasan Hutan Mangrove/Bakau (Bk), tersebar terutama di wilayah Kabupaten/Kota
yang memiliki kawasan-kawasan pantai dataran rendah marine terpengaruhi pasang
surut air laut, yaitu Kab. Rokan Hilir, Kota Dumai, Kab. Bengkalis, Kab. Pelalawan, Kab.
Indragiri Hilir.
15. Kawasan Pusat Latihan Gajah (PLG), hanya terdapat di Kec. Mandau, Kab. Bengkalis.
16. Kawasan Peninggalan Sejarah / Budaya / Keagamaan / Ilmu Pengetahuan, terdapat
terutama di Kab. Siak, Kota Pekanbaru dan Kab. Kampar.
17. Kawasan Masyarakat Tradisional, terdapat di Kab. Bengkalis, Kab. Pelalawan dan Kab.
Indragiri Hulu.
Berdasarkan analisa yang bertumpu kepada peluang pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
kemampuan ekonomi masyarakat, kawasan strategis yang terkait dengan Kabupaten Bengkalis
berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau Tahun 2007-2026 terdiri atas:
Penetapan Kawasan Strategis di Provinsi Riau yang ditinjau berdasarkan pertumbuhan ekonomi
maka Kawasan Duri-Dumai-Rupat merupakan kawasan yang diharapkan dapat tumbuh sebagai
lokomotif pembangunan ekonomi di Provinsi Riau pada khususnya dan ekonomi regional pada
umumnya.
faktor lokasi tersebut, Kawasan Duri-Dumai-Rupat memiliki keunggulan yang belum tentu dimiliki
daerah lain. Dari faktor endowment, yaitu ketersediaan faktor produksi secara kualitatif dan
kuantitatif, telah dipenuhi oleh kawasan ini, yaitu dengan masih luasnya tersedia lahan untuk
pengembangan, banyaknya tersedia tenaga kerja dan banyaknya investor yang telah
menanamkan modal di Kawasan Duri-Dumai-Rupat. Faktor selanjutnya yaitu pasar dan harga,
dengan letak Kawasan Duri-Dumai-Rupat yang sangat strategis yaitu dekat dengan negara
tetangga Malaysia, Singapura dan negara ASEAN lainnya menjadi keuntungan tersendiri dalam
memasarkan produk yang dihasilkan pada kawasan ini.
Estimasi prioritas sektor unggulan perekonomian pada Kawasan Duri-Dumai-Rupat di masa yang
akan datang adalah :
i. Prioritas I adalah (1) Sektor Pertanian khususnya Sub sektor Perkebunan dan Kehutanan,
(2) Sektor Pertambangan dan Penggalian.
ii. Prioritas II adalah sektor (1) Industri Pengolahan.
Isu strategis lain yang berpengaruh terhadap pengembangan Kawasan Duri-Dumai-Rupat adalah
Kerjasama Ekonomi Sub Regional (KESR). KESR dikembangkan dalam kaitannya dengan berbagai
kepentingan ekonomi masingmasing yang bersifat komplementaritas untuk mempercepat arus
masuk investasi dengan kekuatan pendorong utamanya adalah sektor swasta dalam upaya
meningkatkan daya saing ekspor.
Secara geografis Selatpanjang mempunyai keunggulan sebagai daerah lintas antara Riau Pesisir
dengan Provinsi Kepulauan Riau dan Negara Malaysia – Singapura. Selain itu, daerah ini
mempunyai berbagai sumber daya alam baik hasil hutan, pertanian, perkebunan dan minyak/gas
bumi. Salah satu sumberdaya alam yang sangat potensial untuk dikembangkan adalah produksi
sagu dan hasil turunannya. Daerah Selat panjang dan sekitarnya memiliki karakteristik yang sesuai
dengan budidya tanaman sagu. Secara bertahap, masyarakat dan pemerintah daerah telah
berhasil mengembangkan budidaya tanaman sagu serta mendorong terbentuknya industri sagu
dan turunannya. Potensi Selat Panjang lainnya adalah minyak dan gas yang terus dikelola oleh
BUMN bekerjasama perusahaan swasta lainnya.
Struktur ruang wilayah Kabupaten Bengkalis 2011 - 2031 secara konseptual ditujukan untuk
mewujudkan percepatan pemerataan pembangunan wilayah, membentuk dan memperkuat
jejaring pusat - pusat kegiatan ekonomi Kabupaten Bengkalis dalam konstelasi regional dan
nasional, membentuk dan memperkuat fungsi pusat - pusat permukiman perkotaan dan
perdesaan secara berjenjang, terintegrasi dan terpadu. Dihubungkan dengan pelayanan sistem
transportasi, sarana dan prasarana dasar yang memadai, serta memperkuat hubungan fungsional
dan keterkaitan kegiatan ekonomi kawasan pusat dan hinterlandnya yang tersebar diwilayah
daratan, pesisir maupun kepulauan.
Konsep pengembangan struktur ruang wilayah Kabupaten Bengkalis yang akan dituju sampai
dengan 2031, dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Membangun dan memantapkan fungsi jalur/koridor kegiatan ekonomi utama yang mampu
menggerakkan dan menumbuhkembangkan pusat - pusat kegiatan ekonomi diwilayah
daratan, pesisir dan kepulauan (Bengkalis dan Rupat) secara terpadu dan terintegrasi;
2. Melakukan percepatan pembangunan pusat - pusat kegiatan ekonomi diwilayah daratan,
pesisir dan kepulauan dengan memperhatikan potensi sumberdaya lokal (wilayah darat dan
laut) dan sekaligus mempertimbangkan posisi geografis wilayah yang dapat menciptakan
peluang pasar perdagangan regional dan internasional (Dumai, Pekanbaru dan Malaysia);
3. Membentuk sistem pusat - pusat kegiatan ekonomi utama dan atau sistem pusat - pusat
permukiman diwilayah daratan, pesisir dan kepulauan (Bengkalis dan Rupat) secara
berjenjang dan terintegrasi yang mampu menggerakkan percepatan pembangunan
ekonomi wilayah hinterland-nya;
4. Mempersiapkan dan mempromosikan sistem pusat - pusat diwilayah daratan, pesisir dan
kepulauan, dengan pembagian fungsi, sebagai berikut :
a. Mempersiapkan pusat - pusat kegiatan ekonomi utama dan atau pusat - pusat
permukiman secara berjenjang dan terintegrasi diwilayah daratan (mainland), pesisir
dan kepulauan dalam satu koridor pembangunan ekonomi wilayah;
b. Memperkuat fungsi kawasan perkotaan Bengkalis sebagai Pusat Kegiatan Wilayah
(PKW) sekaligus sebagai pusat ibukota Kabupaten Bengkalis. Upaya pengembangan
kawasan perkotaan Bengkalis sebagai Pusat Kegiatan Wilayah perlu didukung
dengan pengembangan pusat - pusat kegiatan ekonomi dan pusat - pusat
permukiman diwilayah sekitarnya;
c. Memperkuat fungsi kawasan Buruk Bakul diwilayah pesisir sebagai Pusat Kegiatan
Lokal yang dikembangkan secara terpadu dengan kawasan perkotaan Sei Pakning.
Kawasan Buruk Bakul dan Sei Pakning akan berfungsi strategis. Dari satu sisi,
kawasan tersebut sebagai outlet atau simpul pertemuan koridor ekonomi wilayah
daratan dan kepulauan. Dari sisi lain, dapat berfungsi sebagai penggerak
pembangunan ekonomi wilayah pesisir. Pengembangan kawasan Buruk Bakul dan
Sei Pakning amat dipengaruhi oleh pengembangan jalur/koridor ekonomi Pekanbaru
- Siak Indrapura - Buruk Bakul - Dumai dikawasan pesisir dan koridor ekonomi Duri -
Buruk Bakul - Bengkalis diwilayah daratan, pesisir dan kepulauan;
d. Mendorong pengembangan kawasan perkotaan Bengkalis pada tahap pertama yang
didukung oleh pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa, pariwisata dan
kawasan pusat pendidikan yang maju di provinsi Riau. Pengembangan kawasan
perkotaan Bengkalis didukung oleh pengembangan kawasan Buruk Bakul dan Sei
Pakning yang diprioritaskan pada tahap kedua setelah kawasan perkotaan Bengkalis
mengalami perkembangan pembangunan ekonomi wilayah;
e. Mempromosikan kawasan Batu Panjang dan Tanjung Medang sebagai pusat kegiatan
lokal (PKLp), yang diharapkan mampu menggerakkan pembangunan pusat - pusat
kegiatan ekonomi dan atau pusat - pusat permukiman di Pulau Rupat yang didukung
oleh sektor pariwisata, pertanian, perkebunan, perikanan dan perdagangan serta
dikaitkan dengan pengembangan kawasan perkotaan Kota Terpadu Mandiri (KTM).
Pusat - pusat pengembangan di Pulau Rupat diorientasikan ke Dumai, Bengkalis dan
pesisir Barat Malaysia;
5. Membangun dan meningkatkan fungsi dan kondisi jalan kolektor dan lokal primer serta
meningkatkan pelayanan pelabuhan eksisting sebagai penghubung antar pusat - pusat
kegiatan ekonomi atau pusat - pusat permukiman perkotaan dan perdesaan diwilayah
Kabupaten Bengkalis sampai dengan tahun 2031.
Struktur ruang wilayah kabupaten ini menguraikan rencana pengembangan sistem pusat - pusat
permukiman diwilayah Kabupaten Bengkalis yang akan dituju sampai dengan 2030. Berdasarkan
kewenangannya, pengembangan sistem pusat - pusat permukiman Kabupaten Bengkalis
diarahkan, sebagai berikut :
Pusat kegiatan wilayah merupakan simpul kegiatan ekonomi regional yang ditetapkan oleh
pemerintah Provinsi Riau. Bengkalis sebagai kawasan perkotaan yang ditetapkan sebagai
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang didukung dengan pengembangan kawasan perkotaan
Buruk Bakul dan Sei Pakning. Fungsi utama kawasan perkotaan Bengkalis, adalah sebagai
pusat pemerintahan kabupaten, pusat niaga Asean (perdagangan dan jasa), pusat
pendidikan, pusat transito dan pusat pelestarian budaya Melayu. Pengembangan kawasan
perkotaan Bengkalis diorientasikan ke Dumai, Batam dan Pekanbaru yang ditetapkan
fungsinya sebagai Pusat Kegiatan Nasional serta diorientasikan ke pesisir Barat Malaysia
(Malaka, Muar dan Port Dicson) dalam rangka memperkuat kerjasama ekonomi regional
IMS–GT.
Pengembangan kawasan perkotaan Bengkalis sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) perlu
didukung oleh penerapan teknologi informasi (hightech) dan pelayanan sistem transportasi
darat, laut (pelabuhan) dan udara yang memadai, dalam rangka meningkatkan daya saing
Bengkalis sebagai kawasan perkotaan pintar dan efisien (smart city) serta terintegrasi
dengan wilayah hinterlandnya.
a) PKL Sei Pakning, sebagai pusat perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan
Kecamatan, pusat pemerintahan Kecamatan Bukit Batu, pengembangan permukiman
perkotaan dan lokasi pengembangan kawasan pelabuhan. Pengembangan kawasan
perkotaan Sei Pakning dan Buruk Bakul direncanakan secara terpadu dalam satu
kesatuan kawasan pengembangan.
b) PKL Duri, sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Bengkalis yang khusus melayani
administrasi pembangunan perkotaan, pusat transito dan niaga (perdagangan dan jasa)
dan lokasi pengembangan kawasan industri berbasis perkebunan dan pusat kegiatan
migas.
Bila dipandang dari sisi pengembangan wilayah, nampaknya kawasan Perkotaan Duri yang
cenderung mengalami perkembangan yang amat cepat, perlu dipromosikan sebagai Pusat
Kegiatan Wilayah (PKWp) yang dikembangkan secara terpadu dengan kawasan perkotaan
Bengkalis - Buruk Bakul. Pada masa mendatang, kawasan perkotaan Duri akan berperan
penting dalam mendorong perkembangan pusat -pusat permukiman disekitarnya. Oleh
karena itu, sebelum dokumen RTRW Provinsi Riau 2007 - 2026 ditetapkan sebagai Peraturan
Daerah, sebaiknya Pemerintah Kabupaten Bengkalis segera mengusulkan kepada
Pemerintah Provinsi Riau, untuk ditindaklanjuti kepada pemerintah pusat melalui BKTRN,
terkait upaya penyempurnaan rencana Struktur Ruang Provinsi Riau 2007 - 2026. Usulan
penyempurnaan ini harus tetap mengikuti mekanisme perubahan/revisi rencana secara
parsial.
b) Kawasan permukiman Batu Panjang di Pulau Rupat yang berhadapan dengan Dumai,
memiliki peluang untuk dipromosikan menjadi Pusat Kegiatan Lokal (PKLp). Upaya
pengembangan Batu Panjang direncanakan dalam satu koridor pengembangan
ekonomi (Dumai - Batu Panjang- Tanjung Medang). Fungsi perkotaan yang ditetapkan,
adalah: pusat permukiman perkotaan, perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan
kecamatan, gerbang wisata Tanjung Medang (main intrance) melalui Dumai dan area
parkir kapal diperairan Batu Panjang. Pengembangan PKLp Batu Panjang perlu didukung
pelayanan sistem transportasi darat dan laut (pelabuhan Ro Ro Dumai-Batu Panjang)
serta pengembangannya diorientasikan ke Dumai dan Bengkalis.
Hierarki Pelabuhan
No Nama Pelabuhan Wilayah Pelayanan Kegiatan Yang dilayani
(PP No.61 Tahun 2009)
1 Buruk Bakul Kawasan industri Buruk Bakul Komoditi industri dari Kawasan industri
dan seluruh Kabupaten Buruk Bakul. Pelabuhan Pengumpul
Bengkalis Berbagai komoditi pertanian
Kegiatan angkutan barang meliputi kegiatan distribusi berbagai komoditi yang dihasilkan daerah
belakangnya, sedangkan pelayanan angkutan penumpang melayani kebutuhan pergerakan
penduduk sehari - hari, baik jarak jauh maupun jarak dekat.
a) Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Riau Tahun 2007 - 2026, diwilayah
Kabupaten Bengkalis terdapat Pelabuhan Sei Pakning yang ditetapkan sebagai Pelabuhan
Nasional dan Pelabuhan Khusus Tanjung Medang sebagai Pelabuhan Pariwisata;
b) Menambah jumlah armada kapal Ro - Ro yang melayani Sei Selari – Air Putih dan Tanjung
Kapal – Dumai;
Perumusan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Bengkalis didasari hasil kajian kondisi
eksisting wilayah, peraturan dan perundang-undangan (Keputusan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 16/2009, tentang Pedoman Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten) kebijakan sektoral,
memperhatikan peta perijinan dan paduserasi serta melakukan penyelarasan rencana pola ruang
wilayah yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau 2007-2026 dan Rencana
Tata Ruang Wilayah kabupaten yang berbatasan dengan Kabupaten Bengkalis.
Rencana pola ruang Kabupaten Bengkalis dapat dilihat padagambar berikut ini:
Tabel 4-1 Luas Lahan Kawasan Budidaya di Wilayah Kabupaten Bengkalis 2011 - 2031
Kawasan strategis Kabupaten Bengkalis 2011-2031, sesuai dengan kondisi dan potensi wilayahnya
direncanakan, sebagai berikut :
Kawasan strategis ini merupakan kawasan cepat tumbuh (fast growing area) di Kabupaten
Bengkalis dengan karakteristik, sebagai berikut :
Kawasan strategis Duri, berfungsi sebagai pusat niaga skala regional, pusat pemerintahan
kabupaten Bengkalis, khususnya untuk dinas-dinas/SKPD yang melayani kegiatan perkotaan,
kawasan permukiman perkotaan, kawasan industri berbasis pertanian/perkebunan dan kawasan
Migas. Pengembangan kawasan strategis ini perlu dintegrasikan dengan pengembangan
kawasan perkotaan Bengkalis, Buruk Bakul dan Sei Pakning dalam satu koridor pengembangan
kegiatan ekonomi.
Untuk mewujudkan percepatan pembangunan kawasan strategis Duri pada masa mendatang
perlu didukung rencana pengembangan prasarana jaringan jalan Kolektor Primer 2 (K2) yang
menghubungkan kawasan perkotaan Duri dengan kawasan perkotaan Bengkalis, Buruk Bakul
dan Sei Pakning. Kawasan Strategis Duri memiliki peluang tumbuh cepat, karena didukung
potensi yang cukup, diantaranya adalah :
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau 2006-2027, Kawasan strategis ini ditetapkan
fungsinya sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). Kegiatan ekonomi yang potensial adalah
kegiatan sentra perniagaan Asean (perdagangan dan jasa), kawasan permukiman perkotaan,
pemerintahan kabupaten, pusat pendidikan, pusat budaya melayu, kawasan Industri dan
kawasan pariwisata yang didukung oleh pelayanan pelabuhan yang memadai. Potensi-potensi
lain yang akan mendukung percepatan pembangunan kawasan strategis Perkotaan Bengkalis,
Buruk Bakul dan Sei Pakning, adalah sebagai berikut :
a) Posisi geografis kawasan strategis terletak pada posisi yang amat menguntungkan. Dari satu
sisi, berhadapan dengan Malaysia sebagai pasar strategis produk lokal dan dari sisi lain,
merupakan simpul pertemuan dari Pekanbaru - Siak Sri Indrapura - Dumai melalui jalur pesisir
dan dari Kawasan Perkotaan Duri ke Bengkalis melalui jalur darat. Kondisi ini memperkuat
fungsi kawasan strategis Bengkalis - Buruk Bakul - Sei Pakning sebagai lokasi transito;
b) Pengembangan kawasan strategis didukung oleh ketersediaan kantong-kantong produksi
pertanian, perkebunan dan perikanan yang tersebar diwilayah daratan, pesisir dan
Kepulauan Bengkalis dan sekitarnya (Rupat, Padang, Rangsang dan Tebing Tinggi). Kantong-
kantong produksi ini akan mendukung upaya pengembangan kawasan industri pengolahan
di Kawasan Perkotaan Buruk Bakul.
c) Pengembangan kawasan strategis Perkotaan Bengkalis merupakan pusat Niaga Asean,
Lokasi Transito, Pusat Pendidikan dan Budaya Melayu, pusat pemerintahan ibukota
Kabupaten Bengkalis, permukiman perkotaan dan pariwisata.
Kawasan strategis ini merupakan kawasan cepat tumbuh (fast growing area) pada kawasan
koridor ekonomi regional yang mengikat perkembangan pusat-pusat pertumbuhan di pulau
Rupat. Kawasan strategis Rupat ditetapkan di Kawasan Perkotaan Tanjung Medang (Rupat
Utara). Kawasan strategis ini berhimpitan dengan kawasan strategis Provinsi Riau. Kewenangan
Pemerintah Provinsi Riau tentunya amat terkait dalam penyediaan sarana dan prasarana dasar
dengan status pengelolaan provinsi.
Prasarana dan sarana dasar yang perlu dipersiapkan untuk mendukung pengembangan kawasan
strategis Rupat (Tanjung Medang), diantaranya adalah: pengembangan gerbang wisata,
permukiman perkotaan, fasilitas pendukung wisata, pelabuhan, jaringan jalan lingkar (Lokal
Primer), air bersih, energi dan telekomunikasi serta penyediaan Bandar udara pariwisata Rupat.
Penyediaan prasarana dan sarana dasar ini perlu direalisasikan secara terpadu dengan
pengembangan kawasan Perkotaan Dumai-Batu Panjang
1. Mewujudkan wilayah perencanaan sebagai pusat pelayanan pemerintahan dan jasa yang
berpusat di Kota Bengkalis yang didukung oleh daerah belakangnya, yaitu Kecamatan
Bengkalis dan Kecamatan Bantan.
2. Mewujudkan wilayah perencanan sebagai pusat pendidikan untuk Kabupaten Bengkalis
dan sekitarnya.
Sedangkan Misi yang harus dilaksanakan guna mencapai visi di atas, selaras dengan maksud dan
tujuan penyusunan masterpan ini adalah :
1. Mewujudkan willayah perencanaan sebagai tempat tinggal (wisma), tempat bekerja (karya),
tempat bergerak (marga) dan tempat berekreasi (suka) yang teratur, sehat, aman dan
nyaman.
2. Mengembangkan wilayah perencanaan sebagai pusat pelayanan pemerintahan Kabupaten
Bengkalis yang didukung oleh daerah belakangnya, yaitu Kecamatan Bengkalis dan Bantan.
3. Mengembangkan wilayah perencanaan sebagai pusat pendidikan bagi wilayah Kabupaten
Bengkalis pada khususnya dan wilayah di sekitarnya pada umumnya.
4. Menyusun arahan pemanfaatan ruang wilayah perencanaan yang efektif dan efisien, yang
memungkinkan segala aktifitas masyarakat terakomodasi secara layak dan berkembang
sinergis dengan upaya mensejahterakan masyarakat.
5. Menyusun arahan pengelolaan pembangunan wilayah perencanaan, dengan merumuskan
urutan prioritas pembangunan sesuai permasalahan dan daya dukung sumberdaya yang
dimiliki.
Wilayah perencanaan, yaitu Kota Bengkalis, merupakan pengemban fungsi ibukota Kabupaten
Bengkalis. Untuk itu, titik pelayanan administrasi dan pemerintahan kabupaten yang diwujudkan
dalam penyediaan sarana pelayanan, akan beraglomerasi di wilayah perencanaan, yang didukung
oleh wilayah hinterlannya yang terdiri dari Kecamatan Bengkalis dan Bantan. Dengan demikian
fungsi dominan wilayah perencanaan adalah pelayanan jasa administrasi pemerintahan, yang
didukung kegiatan perumahan, pendidikan, perdagangan dan jasa, kesehatan dan pelayanan
umum lainnya. Secara khusus, wilayah perencaan memiliki potensi bagi pengembangan pusat
pendidikan dan pusat agribisnis.
Dalam konsep Pembangunan Wilayah Nasional, sebuah ibukota, termasuk ibukota kabupaten,
memiliki peran dan fungsi penting, yang mencakup aspek ekonomi, administrasi pemerintahan,
sosial dan budaya, sebagai berikut :
1. Aspek Ekonomi
a. Sebagai pusat pemasaran bagi wilayah belakangnya, termasuk pemasaran bagi
kawasan permukiman perdesaan. Kegiatan yang berkembang adalah berbagai
kegiatan distribusi, transfer, penyimpanan, perantara, kredit dan pelayanan
keuangan.
b. Sebagai pusat agro processing dan distribusi barang kebutuhan kegiatan
pertanian yang diperlukan masyarakat petani di daerah perdesaan atau
hinterland-nya.
c. Sebagai wilayah pendukung pengembangan pusat transito pelabuhan yang
dikembangkan sebagai pelabuhan regional bagi Kabupaten Bengkalis dan
sekitarnya.
d. Sebagai lokasi yang memungkinkan pengembangan industri kecil dan rumah
tangga yang berpotensi untuk dikembangkan di kawasan permukiman.
2. Aspek Pemerintahan
a. Sebagai home base untuk menciptakan kondisi pelayanan pemerintahan di
tingkat Kabupaten Bengkalis dan pemerintahan kelurahan dan desa yang ada di
dalamnya.
b. Sebagai perwujudan upaya memantaban sistem bottom up planning dalam
penyusunan program pembangunan yang sesuai kebutuhan nyata dengan
meningkatkan kemampuan atau pemberdayaan kelembagaan di daerah
(kabupaten).
3. Aspek Sosial
a. Menjadi wilayah transformasi sosial untuk mengurangi kesenjangan hidup
antara daerah perkotaan yang maju di Kota Bengkalis, dengan gaya hidup
perdesaan di wilayah sekitarnya..
b. Mendukung pemerataan kesejahteraan antar daerah di Pulau Bengkalis, karena
peranannya sebagai katalisator bagi pencapaian pertumbuhan ekonomi
regional, dengan menekankan pada pemerataan dan keadilan.
4. Aspek Budaya
a. Sebagai pendukung pengembangan Pusat Pendidikan bagi wilayah Kabupaten
Bengkalis dan sekitarnya.
b. b. Sebagai agent of social transformation untuk menjembatani pola
kehidupan perkotaan modern dengan perdesaan tradisional, guna mendukung
stabilitas nasional.
c. Sebagai wilayah transisi antara kota dengan desa, kota/kabupaten dapat
menjadi katalisator akulturasi nilai-nilai sosial budaya desa dan kota.
Konsep pengembangan makro adalah konsep arah kebijakan pengambangan Kota Bengkalis
yang terkait dengan kebijakan pengembangan wilayah yang lebih luas, dalam rangka untuk
mendukung keterpaduan pengembangan dengan wilayah yang lebih luas, yang meliputi
Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau dan wilayah ASEAN pada umumnya. Posisi wilayah
perencanaan yang terletak di kawasan perbatasan dengan negara Malaysia dan Singapura
menyebabkan pengembangannya dapat dipengaruhi dan mempengaruhi kawasan tersebut.
Menurut arah kebijakan pengembangan makro, khususnya RTRW Provinsi Riau dan RTRW
Kabupaten Bengkalis, Kota Bengkalis diarahkan untuk menjadi:
pusat niaga Asean (perdagangan dan jasa), pusat pendidikan, pusat transito dan
pusat pelestarian budaya Melayu. Pengembangan kawasan perkotaan Bengkalis
diorientasikan ke Dumai, Batam dan Pekanbaru yang ditetapkan fungsinya sebagai
Pusat Kegiatan Nasional serta diorientasikan ke pesisir Barat Malaysia (Malaka, Muar
dan Port Dicson) dalam rangka memperkuat kerjasama ekonomi regional IMS – GT.
Arah pengembangan mikro adalah arah dan kebijakan pengembangan yang terkait dengan
pengembangan internal wilayah perencanaan. Pengembangan mikro wilayah perencanaan
diarahkan untuk mengembangkan potensi wilayah perencanaan untuk mencapai tujuan
penyediaan kebutuhan penduduknya, dan sekaligus untuk mendukung perwujudan arah
kebijakan pengembangan makro atau ekstenal. Berikut ini adalah arah kebijakan mikro wilayah
perencanaan:
Konsep pengembangan mikro wilayah perencanaan memiliki 3 (tiga) fungsi utama, yaitu:
1. Fungsi Pusat Pemerintahan, yaitu sebagai kota ibukota Kabupaten Bengkalis, yang di
dalamnya terdapat berbagai kegiatan pemerintahan skala Kabupaten Bengkalis.
2. Fungsi Pusat Pendidikan, yaitu sebagai kota yang menjadi pusat kegiatan pelayanan
pendidikan yang unggul untuk wilayah Kabupaten Bengkalis dan sekitarnya, bahkan
untuk wilayah Provinsi Riau dan ASEAN.
3. Fungsi Pusat Perdagangan dan Jasa, yaitu sebagai kota yang menjadi pusat kegiatan
pelayanan perdagangan dan jasa bagi wilayah Kabupaten Bengkalis pada umumnya
dan khususnya Pulau Bengkalis.
Agar dapat berlangsung dengan baik, ketiga fungsi utama tersebut didukung oleh beberapa
fungsi pendukung, yaitu:
“Sistem kepelabuhanan yang efisien, kompetitif dan responsif yang mendukung perdagangan
internasional dan domestik serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan wilayah”.
Kriteria Pelabuhan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 tentang
Kepelabuhanan, pelabuhan laut di Indonesia dapat dikelompokkan berdasarkan hierarki yang
terdiri atas:
a. Pelabuhan Utama (yang berfungsi sebagai Pelabuhan Internasional dan Pelabuhan Hub
Internasional);
b. Pelabuhan Pengumpul; dan
c. Pelabuhan Pengumpan, yang terdiri atas:
1. Pelabuhan Pengumpan Regional;
2. Pelabuhan Pengumpan Lokal.
1. Pelabuhan Utama:
Hierarki
Kabupaten/Kota Pelabuhan/Terminal Pelabuhan/Terminal
2011 2015 2020 2030
Bengkalis Bandul PL PL PL PL
Bengkalis Melibur PL PL PL PL
Bengkalis Batu Panjang PL PL PL PL
Bengkalis Bengkalis PP PP PP PP
Bengkalis Sungai Pakning PP PP PP PP
Bengkalis Tanjung Medang PP PP PP PP
Sumber: Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : Kp 414 Tahun 2013 Tentang Penetapan Rencana Induk
Pelabuhan Nasional
Prinsip dasar penataan dan pembangunan jaringan transportasi antara lain sebagai berikut:
Arah pengembangan transportasi laut lebih dititikberatkan pada pengembangan jaringan sarana
serta prasarana pelabuhan bagi keperluan angkutan barang dan penumpang. Pengembangan
jaringan diarahkan untuk mendukung sentra produksi pangan, sentra produksi perkebunan serta
sentra produksi sumberdaya alam lainnya yang dikaitkan dengan simpul-simpul/pusat-pusat
pengembangannya. Sebagai bentuk upaya pengembangan jaringan pelayanan transportasi
nasional berupa program pembangunan trayek angkutan penyeberangan dengan menambahkan
rute pelayaran angkutan laut untuk mendukung pengembangan keterkaitan antar pusat produksi
pada kawasan andalan laut serta mendukung pengembangan kerjasama pada komoditi unggulan
yang berorientasi ekspor dan perdagangan antar pulau.
Peningkatan sumber daya manusia (SDM) diarahkan untuk menunjang peningkatan efektifitas
kinerja pelayanan angkutan laut yang menunjang produktifitas kegiatan pelabuhan.Kebijakan
pengembangan jaringan transportasi Provinsi Riau disusun sebagai program aksi yang
dilaksanakan oleh pusat, daerah, kerjasama antara pusat dan daerah, dan kerjasama antara
pemerintah dan swasta (KPS).
4.1 MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indoensia) ..... 4-1
4.3 RTRWP (RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI) RIAU ....................................... 4-18
Tabel 4-1 Luas Lahan Kawasan Budidaya di Wilayah Kabupaten Bengkalis 2011 - 2031 ............ 4-35
Gambar 4-1 Posisi MP3EI di dalam Rencana Pembangunan Pemerintah .................................. 4-4
Gambar 4-4 Rencana penetapan dan pengelolaan kawasan strategis Kabupaten Bengkalis
2011 – 2031 4-39