Laporan Akhir
BUKU 1
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas tersusunnya Laporan Pra Kelayakan
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
ini. Laporan Pra Kelayakan ini merupakan bentuk tanggung jawab PT. Mursinsay Consultans
berkaitan dengan laporan kemajuan kegiatan sesuai dengan kerangka kerja yang telah
ditetapkan. Laporan Akhir ini dibuat untuk memenuhi kewajiban pelaporan kegiatan sesuai
dengan kerangka kerja yang telah ditetapkan. Laporan Akhir ini terdiri dari 5 jilid buku dengan
rincian sebagai berikut:
Laporan Pra Kelayakan ini merupakan laporan yang memaparkan kondisi umum dan data hasil
survei serta analisis pra kelayakan Pekerjaan Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau
Missol (Lintas Wahai Pulau Missol).
Laporan Pra Kelayakan ini disusun dengan melibatkan berbagai pihak dan instansi terkait
sehingga diharapkan dapat menjadi acuan dalam pelaksanaan kegiatan selanjutnya. Ucapan
terima kasih juga kami sampaikan kepada pihak-pihak yang terlibat langsung maupun tidak
langsung dalam penyusunan laporan ini.
ii
DAFTAR ISI
iv
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
v
DAFTAR GAMBAR
vii
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Gambar 4-17 Peta Topo dan Bathymetri Lokasi Alternatif 1 di Waigama ...................... 4-34
Gambar 4-18 Sisi Darat Lokasi Pengembangan Pelabuhan P.Misool Alternatif 1 ....... 4-35
Gambar 4-19 Sisi Perairan Lokasi Pengembangan Pelabuhan P.Misool Alternatif 1 4-36
Gambar 4-20 Peta Topo dan Bathymetri Lokasi Alternatif 2 di Lenmalas ..................... 4-37
Gambar 4-21 Sisi Daratan Lokasi Pengembangan Pelabuhan P.Misool Alternatif 2 . 4-38
Gambar 4-22 Sisi Perairan Lokasi Pengembangan Pelabuhan P.Misool Alternatif 2 4-39
Gambar 4-23 Peta Topo dan Bathymetri Lokasi Alternatif 3 di Folley............................. 4-40
Gambar 4-24 Sisi Daratan Lokasi Pengembangan Pelabuhan P.Misool Alternatif 3 . 4-41
Gambar 4-25 Sisi Perairan Lokasi Pengembangan Pelabuhan P.Misool Alternatif 3 4-42
Gambar 5-1 Manfaat Pengambangan Transportasi Penyeberangan ................................. 5-2
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2-1 Matriks Kawasan Pengembangan (KP) Provinsi Papua Barat .................... 2-3
Tabel 2-2 Kluster Pengembangan Kawasan di Kabupaten Raja Ampat ...................... 2-6
Tabel 2-3 Rencana Sistem Kota-Kota di Kabupaten Raja Ampat .................................... 2-7
Tabel 2-4 Rencana wilayah pengembangan dan pusat pengembangan di Kabupaten
Maluku tengah ................................................................................................................ 2-10
Tabel 2-5 Rencana Hirarki Pusat pelayanan di Kabupaten Maluku tengah ........... 2-11
Tabel 2-6 Pelabuhan Penyeberangan yang Beroperasi di Papua Barat ................... 2-15
Tabel 2-7 Rencana Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan
Tahun 2015-2019 ......................................................................................................... 2-16
Tabel 2-8 Zona Transportasi Kabupaten Raja Ampat ....................................................... 2-18
Tabel 2-9 Rencana Pengembangan Gerbang Wilayah Kabupaten Raja Ampat..... 2-19
Tabel 2-10 Rencana Pengembangan Terminal di Kabupaten Raja Ampat ................ 2-21
Tabel 2-11 Rencana Pengembangan Prasarana Transportasi Laut .............................. 2-26
Tabel 2-12 Rencana Pengembangan Bandara ......................................................................... 2-28
Tabel 2-13 Rencana Program Prioritas Perhubungan Kabupaten Raja Ampat ....... 2-32
Tabel 2-14 Rencana Program Prioritas Ekonomi Masyarakat Berbasis Potensi Bahari
Dan Sumberdaya Lainnya ......................................................................................... 2-34
Tabel 3-1 Luas Wilayah Kabupaten Raja Ampat ..................................................................... 3-7
Tabel 3-2 Jumlah Penduduk Kabupaten Raja Ampat Tahun 2010................................. 3-9
Tabel 3-3 Jumlah Kunjungan Wisata Raja Ampat................................................................ 3-11
Tabel 3-4 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha (Jutaan Rupiah) Tahun 2009-2010 .................................. 3-13
Tabel 3-5 Panjang Jalan menurut Tingkat Pemerintahan yang Berwenang dan
Distrik Tahun 2010 (Km) ......................................................................................... 3-14
Tabel 3-6 Luas Daerah Kabupate MalukuTengah Menurut Kecematan ................... 3-20
Tabel 3-7 Jumlah Penduduk Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2010 ..................... 3-21
Tabel 3-8 Statistik Tanaman Pangan Maluku Tengah ....................................................... 3-22
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Tabel 3-9 Jumlah Perkebunan, Yang Menghasilkan dan Produksi Menurut Jenis
Tanaman dan Kecamatan 2005-2010 ................................................................. 3-23
Tabel 3-10 PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Yang Berlaku Menurut Kabupaten /
Kota (Rupiah) Tahun 2006-20010 ....................................................................... 3-25
Tabel 3-11 Panjang Jalan Raya Menurut Penanganan
Dirinci per Kecematan 2010 .................................................................................... 3-26
Tabel 3-12 Jumlah Kendaraan Bermotor Kabupaten Maluku Tengah ...................... 3-27
Tabel 3-13 Luas Wialayah Pulau Misool ..................................................................................... 3-28
Tabel 3-14 Proyeksi Penduduk Kabupaten Raja Ampat Tahun 2012-2032 ............. 3-30
Tabel 3-15 Kondisi Gelombang di Kawasan P.Misool .......................................................... 3-32
Tabel 3-16 Panjang Jalan menurut Tingkat Pemerintahan yang Berwenang
Tahun 2010 (Km) .......................................................................................................... 3-32
Tabel 3-17 Pelabuhan Eksisting di Wilayah Pulau Misool ................................................. 3-36
Tabel 3-18 Luas Panen komoditas pertanian di Pulau Misool Tahun 2010.............. 3-39
Tabel 3-19 Nilai LQ komoditas pertanian di Pulau Misool Tahun 2010 ..................... 3-39
Tabel 4-1 Proyeksi pergerakan Angkutan Penyeberangan Lintas Sorong-Wahai
Tahun 2001-2027 ............................................................................................................ 4-7
Tabel 4-2 Kondisi Sarana dan Prasarana Angkutan Penyeberangan Lintas Wahai-
Pulau Misool..................................................................................................................... 4-10
Tabel 36 Pergerakan Penumpang Moda Gabungan Tahun 2011Wilayah Papua
Barat dan Maluku Tengah ......................................................................................... 4-11
Tabel 37 Pergerakan Barang Moda Gabungan Tahun 2011 Wilayah Papua Barat
dan Maluku Tengah ..................................................................................................... 4-11
Tabel 38 Perkembangan Arus Pergerakan Angkutan Penyeberangan di Wilayah
Maluku Tengah ............................................................................................................... 4-14
Tabel 39 Perkembangan Arus Pergerakan Angkutan Penyeberangan di Wilayah
Raja Ampat ....................................................................................................................... 4-16
Tabel 4-7 Jumlah Penumpang KMP.Kurisi Juli 2011-Juni 2012 Lintas Sorong-Pulau
Misool .................................................................................................................................. 4-16
Tabel 4-8 Proyeksi Penduduk-Pulau Misool Tahun 2012-2032 .................................. 4-19
Tabel 4-9 Proyeksi Bangkitan dan Tarikan Penumpang Angkutan Penyeberangan
Lintas Wahai-Pulau Misool Tahun 2012-2032 ............................................... 4-19
Tabel 43 Varibel Analisis Regresi .............................................................................................. 4-21
x
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol)
Pelabuhan penyeberangan sebagai simpul penghubung jaringan transportasi (KA, jalan raya)
dalam kerangka tatanan transportasi nasional berfungsi untuk menyatukan wilayah yang terdiri
dari ribuan pulau. Angkutan Penyeberangan sebagai salah satu moda transportasi merupakan
sub sistem dari angkutan darat sangat penting dikembangkan di wilayah Indonesia, terutama
ditujukan untuk menghubungkan antara dua pulau yang dipisahkan oleh laut, danau atau sungai
serta daerah-daerah terpencil yang belum terlayani oleh angkutan lainnya. Mengingat kondisi
geografis dan demografis wilayah Indonesia yang terdiri dari 17.508 pulau-pulau besar kecil
yang membentang di khatulistiwa dengan garis pantai sepanjang 43.624 mil laut, maka
angkutan penyeberangan wajib untuk dikembangkan karena memiliki peranan sangat penting
dalam sistem transportasi nasional.
Wilayah Kepulauan Raja Ampat merupakan salah satu wilayah kepulauan yang merupakan
rangkaian empat gugusan pulau yang berdekatan dan berlokasi di barat bagian Kepala Burung
(Vogelkoop) Pulau Papua. Secara administrasi, gugusan ini berada di bawah Kabupaten Raja
Ampat, Provinsi Papua Barat. Empat gugusan pulau yang menjadi anggotanya dinamakan
menurut empat pulau terbesarnya, yaitu Pulau Waigeo, Pulau Misool, Pulau Salawati, dan Pulau
Batanta.
Upaya peningkatan kegiatan ekonomi dan mobilitas arus penduduk/orang, barang dan
informasi di wilayah kepulauan Raja Ampat dapat dicapai dengan mengembangkan sistem
transportasi khususnya transportasi penyeberangan sebagai penghubung antar pulau. Tujuan
dari upaya ini adalah untuk mendukung perkembangan kegiatan ekonomi suatu wilayah
sehingga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi secara, lokal, regional dan bahkan global.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka transportasi penyeberangan (air) memegang
peranan penting dalam memperlancar arus barang dan jasa serta mobilitas manusia yang pada
akhirnya dapat membantu tercapainya pengalokasian sumber-sumber ekonomi secara merata.
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Sehubungan dengan uraian di atas, maka dalam rangka pengembangan sarana dan prasarana
angkutan penyeberangan untuk menghubungkan wilayah-wilayah di Region / Sub Region
wilayah studi khususnya lintasan yang menghubungkan wilayah studi dengan wilayah lainnya,
perlu dilakukan studi yang mendalam, baik secara mikro maupun secara makro. Studi yang
dilakukan secara makro, adalah menyangkut kondisi sosial ekonomi pada masa kini serta
kecenderungannya dimasa datang yang meliputi potensi-potensi dan permasalahan-
permasalahan yang ada, yakni pengaruhnya terhadap daerah belakang (hinterland), seperti
perdagangan, kemungkinan-kemungkinan sistem perhubungan darat yang berpengaruh
terhadap angkutan penyeberangan, kebijaksanaan (wisdom) dan kebijakan (policy) yang
diterapkan, baik yang berasal dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Studi-studi
makro dilaksanakan dalam berbagai kegiatan seperti studi pendukung, studi pra kelayakan,
studi kelayakan, studi masterplan, studi lingkungan, dll.
Studi mikro (detil) yang dilakukan adalah dengan menentukan lokasi pelabuhan penyeberangan
yang aman dari pengaruh dan sifat-sifat perairan (angin, gelombang, arus pasang surut dan lain-
lain), kedalaman kolam pelabuhan, alur pelayaran, kriteria-kriteria navigasi serta pemenuhan
terhadap standar-standar keselamatan yang berlaku, termasuk didalamnya perumusan
dokumen-dokumen pra konstruksi, penilaian konstruksi dan kegiatan sipil pelabuhan lainnya.
Kajian yang dilaksanakan diarahkan pada kegiatan studi kelayakan dan penyusunan rencana
induk (masterplan) kawasan pelabuhan penyeberangan yang akan dibangun serta
memperhatikan aspek-aspek : tatanan kepelabuhan Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah
1-2
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Kabupaten / Kota dan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi, kelayakan teknis, kelayakan
ekonomis, pertumbuhan ekonomi dan perkembangan sosial, kelayakan lingkungan,
keterpaduan intra dan antar moda, adanya aksesibilitas terhadap hinterland, keamanan dan
keselamatan pelayaran, serta pertahanan dan keamanan negara.
Beberapa pertimbangan yang diambil terkait pelaksanaan pekerjaan studi Pradesain Pelabuhan
Penyeberangan di P. Missol (Lintas Wahai P. Missol), antara lain:
Kajian ini diharapkan dapat menjadi masukan serta acuan dalam pengembangan
infrastruktur transportasi serta mendukung visi kesatuan dan keterhubungan jaringan jalan
raya di dalam kepulauan Indonesia.
1.2.1 Maksud
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari Pekerjaan Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai
Pulau Missol) ini adalah menyusun dan mengkaji pra kelayakan, kelayakan, masterplan dan
lingkungan pengembangan di simpul transportasi yang dirujuk beserta peranannya sebagai
pusat pergantian moda transportasi.
1-3
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Sasaran merupakan langkah-langkah yang dirumuskan dalam upaya mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Sasaran pekerjaan Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol
(Lintas Wahai Pulau Missol), meliputi :
A. Tersedianya data untuk kebutuhan analisis yang diperoleh melalui kegiatan survey,
terdiri dari :
Survey Pendahuluan;
Survei Aspirasi, Kebijakan dan Kebutuhan Transportasi;
Survey Kegiatan Transportasi di simpul penyeberangan yang dimaksud dan wilayah
belakang maupun tujuannya;
Survey Kondisi Topografi dan Bathymetri serta hidrologi di alternatif lokasi yang
dimaksud.
B. Analisis Demand dan Kondisi Transportasi Penyeberangan
merupakan review dari dokumen tata ruang atau arahan tata ruang di kawasan yang
akan dikembangkan jaringan transportasi penyeberangan;
merupakan review dari telaah dokumen tatanan transportasi wilayah atau lokal yang
terkait dengan wilayah studi;
potret kegiatan transportasi yang telah berkembang;
pergerakan transportasi aktual (demand);
estimasi pergerakan transportasi (demand) di masa akan datang;
prasarana dan sarana yang telah ada;
prasarana dan sarana yang perlu dikembangkan untuk mencukupi atau mendorong
pertumbuhan pergerakan dan bisnis transportasi di wilayah kerja;
potret kelembagaan yang ada;
potret biaya transportasi di wilayah studi dan efisiensi transportasi;
potret pembangunan sarana dan prasarana wilayah yang sedang dilaksanakan di
sekitar wilayah kerja.
C. Tersusunnya Skenario dan Manfaat Pembangunan Pelabuhan Penyeberangan dan
Transportasi penyeberangan, meliputi :
menyusun suatu skenario pembangunan berdasarkan strategi yang dipilih, faktor
kemampuan, kondisi fisik dan peluang lembaga-lembaga yang diperkirakan terlibat
dalam pembangunan;
dijelaskan juga alternatif program/strategi dalam penyusunan skenario pembangunan;
alternatif tersebut dinilai dalam metode analisis yang sesuai dengan permasalahannya;
1-4
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Ruang lingkup wilayah studi Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas
Wahai Pulau Missol) meliputi wilayah Pulau Missol yang berada di Kabupaten Kepulauan Raja
Ampat dengan lintas penyeberangan Wahai Pulau Missol.
1-5
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Ruang lingkup perarturan yang akan dikaji dalam penyusunan Pradesain Pelabuhan
Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) ini adalah sebagai berikut :
Kegiatan yang dilakukan dalam studi ini mengacu pada Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor 31 Tahun 2006 tentang Proses Perencanaan di Lingkungan Kementerian Perhubungan
adalah :
1-6
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
1-7
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Tinjau 5 Tahun
CETAK BIRU
KEBIJAKAN
T
RUPP
(Rencana Umum PRA EKONOMI
LAYAK?
Pengembangan KELAYAKAN (Makro)
Perhubungan)
POTENSI
Y
STUDI POTENSI
Studi Berikutnya T
EKONOMI
ASPEK (Mikro) IJIN
PENTING LAYAK? PRINSIP
TEKNIS
FINANSIAL
PERENCANAAN
PERANCANGAN
IJIN
RENCANA
OK? LOKASI
INDUK
RTPP REKAYASA
(Rencana Teknis
Pengembangan Y
Perhubungan) TAHAPAN
PEMBANGUNAN
T
Perbaikan
DED
KONTRUKSI
PASCA
KONTRUKSI
1-8
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Pekerjaan pradesain merupakan kajian lanjutan terhadap studi makro yang telah dilaksanakan
sebelumnya. Pekerjaan pradesain dibagi menjadi 3 bagian pekerjaan yang saling berkaitan yaitu
kajian pra kelayakan, kajian kelayakan serta kajian rencana induk pelabuhan penyeberangan.
Hasil yang diharapkan dari masing-masing kajian yaitu analisa dan kelayakan terhadap
pengembangan lintas, simpul maupun operasional pelabuhan sesuai dengan kebijakan maupun
aspirasi masyarakat dan stakeholder terkait.
Pekerjaan Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol)
Tahun 2012 dilaksanakan dalam beberapa tahap. Secara sederhana, metode pelaksanaan
masing-masing tahapan digambarkan pada skema pekerjaan berikut ini:
Kelayakan Kegiatan
Pra Kelayakan Masterplan / Usulan
Pendahuluan dan Persiapn Pembangunan
Durasi: 1 (satu) Bulan Durasi: 2 (dua) Bulan Durasi: 3 (tiga) Bulan Durasi: 1 (satu) Bulan
Lingkup kegiatan dan analisa pada masing-masing tahapan pradesain tersebut adalah sebagai
berikut :
1-9
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Ruang lingkup kajian pada tahapan ini yakni melakukan identifikasi terhadap potensi dan
permasalahan yang ada terkait transportasi penyeberangan. Beberapa kriteria yang
mengindikasikan kajian para kelayakan dapat dilanjutkan pada tahap studi kelayakan
antara lain:
2. Kajian Kelayakan
Studi kelayakan mengkaji faktor-faktor teknis dan nonteknis lokasi pelabuhan yang telah
teridentifikasi. Kajian kelayakan meliputi:
Kajian terhadap lingkungan pada tahap pradesan tidak dilaksanakan secara mendetail
melainkan berupa indikasi awal lingkungan yang memaparkan kondisi umum dan indikasi
dampak terhadap lingkungan terkait pembangunan pelabuhan penyeberangan.
1-10
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
1-11
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Jaringan prasarana transportasi penyeberangan terdiri dari simpul yang berwujud pelabuhan
penyeberangan dan ruang lalu lintas yang berwujud alur penyeberangan. Hirarki pelabuhan
penyeberangan berdasarkan peran dan fungsinya dikelompokkan menjadi :
1-12
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
lokasi pelabuhan didasarkan pada koordinat geografis. Dalam penetapan lokasi pelabuhan
wajib diperhatikan beberapa aspek, antara lain:
Penyajian laporan pendahuluan ini disajikan dalam enam bab. Sistematika penulisan laporan ini
disusun untuk lebih mempermudah dalam pemahaman seperti diuraikan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, maksud, tujuan, sasaran, ruang lingkup, tinjauan literatur,
kerangka pikir, dan sistematika penulisan laporan.
Bab ini berisi tentang kebijakan serta arahan terkait pengembangan transportasi
penyeberangan meliputi kebijakan tata ruang, rencana pengembangan jangka pendek maupun
jangka panjang, tataran transportasi wilayah/lokal serta kebijakan maupun studi transportasi
lainnya.
Bab ini berisi tentang kondisi fisik dasar wilayah, kependudukan, perekonomian, struktur tata
ruang wilayah, jaringan transportasi, kondisi jaringan transportasi, pola pergerakan, kebijakan
dan rencana pengembangan jaringan transportasi. Bab ini juga berisi gambaran kondisi
eksisting sistem transportasi di Pulau Misool sebagai lokasi rencana pengembangan angkutan
penyeberangan. Pada bab ini diuraikan gambaran umum wilayah Pulau Misool, aktivitas
penduduk, kondisi transportasi serta potensi sumber daya alam.
1-13
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Bab ini berisikan analisis pra kelayakan pengembangan transportasi penyeberangan di Pulau
Misool. Analisis pra kelayakan ini meliputi; analisis jaringan pelayanan, potensi permintaan
penumpang dan barang serta identifikasi terhadap alternatif lokasi dermaga penyeberangan.
Bab ini berisi uraian tentang manfaat yang dapat diperoleh dari pengembangan transportasi
penyeberangan baik yang dirasakan secara langsung maupun tidak langsung. Bab ini juga berisi
tentang kesimpulan dan rekomendasi terhadap hasil survei dan analisis pra kelayakan
pelabuhan penyeberangan di Pulau Misool.
Bab ini berisi kesimpulan terhadap hasil survei kondisi umum wilayah serta hasil analisis pra
kelayakan terhadap pengembangan pelabuhan penyeberangan lintas Wahai-Pulau Misool. Pada
bab ini juga diuraikan rencana kerja selanjutnya dalam penyusunan laporan kegiatan
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan Lintas Wahai-Pulau Misool tahun 2012.
1-14
BAB 2 ARAHAN KEBIJAKAN TATA RUANG
& TRANSPORTASI
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol)
Sistem perkotaan di Provinsi Papua Barat ditentukan oleh beberapa hal, hal utama yang
menentukan sistem kota-kota adalah RTRW Nasional (PP 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional) yang menentukan kota Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW), sedangkan Pusat Kegiatan Lokal (PKL).
Kabupaten Raja Ampat yang menjadi kabupaten induk wilayah Misool dalam sistem perkotaan
berperan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yaitu kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) diharapkan dapat berfungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi
lokal di setiap kabupaten dan/atau beberapa kecamatan terdekat. Untuk itu, setiap Pusat
Kegiatan Lokal (PKL) akan dilengkapi dengan fasilitas minimum yang perlu ada untuk
mendorong berfungsinya Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Pembangunan atau peningkatan fasilitas
tersebut perlu dilengkapi dengan peningkatan dalam kualitas pelayanan fasilitas sehingga dapat
memenuhi kebutuhan penduduk di dalam wilayah pelayanan. Desa pusat produksi
diproyeksikan menjadi pusat-pusat perdesaan yang menjadi basis produksi di setiap kawasan
andalan.
PKL untuk Provinsi Papua Barat ditentukan di kota Terminabuan (Sorong Selatan), Aimas
(Kabupaten Sorong), Kaimana, Bintuni Waisai (Raja Ampat), Raisei (Teluk Wondama) dengan
fungsi sebagai berikut:
Pusat pelayanan wilayah pengembangan yang berfungsi sebagai pusat perdagangan, jasa,
perumahan dan permukiman serta industri kecil dengan skala pelayanan satu wilayah
pengembangan
Sebagai pusat layanan wilayah yang ada disekitarnya
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Pusat pelayanan pemerintahan lokal yang meliputi pelayanan kegiatan kegiatan sosial,
perdagangan dan jasa.
Pembangkit kegiatan pada lingkup kabupatennya sekaligus memberikan pelayanan
pelayanan kepada wilayah kabupaten tersebut.
Struktur ruang wilayah Provinsi Papua Barat disusun menjadi 4 SWP (Satuan Wilayah
Pengembangan). Kabupaten Raja Ampat termasuk pada wilayah pengembangan SWP 3 terdiri
dari wilayah yang termasuk Kabupaten Raja Ampat. Wilayah ini berupa kepulauan dan terletak
di Provinsi Papua Barat paling timur, berbatasan dengan kepulauan Maluku. Selain memiliki
kekayaan laut dari segi jenis spesies coral, kawasan ini juga kaya akan berbagai jenis ikan. Saat
ini, karena kekayaan lautnya ini, mulai datang wisatawan terutama dari luar negeri.
2-2
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Dengan karakternya yang sangat khas maka pengembangan wilayah SWP 3 diarahkan pada
fungsi wilayah konservasi dan budidaya ekowisata bahari. Areal dengan kekayaan seperti Raja
Ampat, dari segi lingkungan tak hanya krusial bagi wilayah sekitarnya namun juga untuk dunia.
Wilayah ini dikembangkan kegiatan ekowisata, juga akan dikembangkan sebagai areal
perikanan tangkap namun tetap harus mengingat pada koridor ekologi dan keberlanjutan.
Kawasan Strategis di wilayah Papua Barat ditinjau dari sudut kepentingan ekonomi, Kawasan
Strategis dari sudut kepentingan lingkungan hidup, Kawasan Strategis dari sudut kepentingan
sosial budaya. Wilayah Fokus penanganan tidak hanya ditujukan pada upaya mengoptimalkan
proses dan kinerja pertumbuhan sektor-sektor produktif di kawasan, namun juga pada upaya
pengendalian perkembangan fisik kawasan agar tidak melampaui daya dukung lingkungan.
Potensi Posisi
KP Cakupan Areal Unsur Pengikat Komoditas Unggulan
Pasar Kawasan
I Sorong Kab. Sorong Jalur Transportasi Minyak dan Gas Bumi, Domestik- Pintu
Kota Darat, Pelabuhan batubara Ikan dan Eksport Gerbang
Udara dan Laut Udang Hortikultura
II FakFak-Kaimana- Transportasi Laut, Pala Ikan dan Udang, Domestik Jalur Pantai
Bintuni darat dan Komoditas Teripang Minyak dan dan eksport Selatan dan
Unggulan sejenis Gas Bumi teluk
III Sorong Selatan- Transpotasi Darat dan Sagu Ikan dan Udang Domestik- Jalur
Bintuni-FakFak Komoditas Unggulan Batubara Eksport PantaiSelatan
sejenis
IV Raja Ampat-Sorong- Transportasi Laut dan Mineral logam dan Domestik Jalur Pantai
Manokwari Komoditas Unggulan Batubara Ikan, Ekport Utara
Sejenis Mutiara,Rumput laut
Wisata Bahari
V Kaimana-Wondama- Transportasi Laut, Ikan, Udang, mutiara Domestik- Jalur Pantai
Bintuni-Manokwari keseragaman dan Teripang Wisata eksport Timur
ekosistem Bahari
Hasil Hutan Non Kayu
VI Manokwari-Sorong Keseragaman Kelapa Sawit dan Kakao Domestik - Jalur Utara
Selatan-Bintuni Komoditas Unggulan Hortikultura Hasil Hutan eksport Tengah
Kayu
Sumber : RPWI Provinsi Papua Barat 2007-2026
Kawasan-kawasan yang mempunyai nilai strategis dilihat dari sudut kepentingan lingkungan
adalah:
2-3
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Sebaran pusat pertumbuhan dalam setiap wilayah pengembangan memiliki kapasitas dan
aksesibilitas yang berbeda. Terdapat pusat-pusat pertumbuhan yang meiliki keunggulan dan
kelemahan ditinjau dari potensi sumberdaya alam, ketersediaan infrastruktur, penguasaan
teknologi, dan kualitas sumberdaya manusia. Oleh karenanya akan ada pusat-pusat
pertumbuhan dalam satu wilayah pengembangan yang membutuhkan tingkat pengembangan
yang berbeda intensitasnya. Tingkatan dan intensitas pengembangan tersebut tentunya harus
ditunjang oleh kebijakan pembangunan yang konsisten baik dari segi regulasi maupun segi
pendanaan yang akomodatif dan terintegrasi.
Pada sektor transportasi, fungsi sarana transportasi adalah untuk melayani perpindahan
manusia dan barang dari suatu tempat ke tempat lain serta menjembatani keterkaitan
fungsional antar kegiatan sosial ekonomi di dalam wilayah Papua Barat maupun dengan
wilayah tetangga yang berhubungan
Tujuan pengembangan tata ruang di Propinsi Papua Barat adalah untuk memantapkan posisi
Papua Barat di kancah nasional dengan menjadi propinsi yang kompetitif dan juga disertai
dengan pemerataan pertumbuhan ekonomi di setiap wilayah di dalam Papua Barat.
Untuk itu tujuan pengembangan sistem transportasi di Papua Barat agar sejalan dengan tujuan
pengembanagn tata ruangnya adalah sebagai berikut :
a. Tujuan untuk meningkatkan posisi Papua Barat menjadi kawasan yang lebih kompetitif
dan memiliki daya saing dengan wilayah-wilayah lain di NKRI yang meliputi:
Menunjang kegiatan ekspor impor Papua Barat dengan wilayah lainnya
Menunjang sektor-sektor utama di Papua Barat yaitu perikanan tangkap, kehutanan,
dan pertambangan penggalian
b. Tujuan untuk mendukung pemerataan pertumbuhan ekonomi wilayah.
Meningkatkan hubungan antar kota-kota dalam Papua Barat yang mendukung
pembentukan struktur ruang Papua Barat.
Memperlancar arus distribusi barang dan jasa
c. Membuka keterisolasian wilayah
Meningkatkan aksesibiltas wilayah
Menghubungkan pergerakan antar wilayah
2-4
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Rencana transportasi laut di Papua Barat memiliki peranan penting dan untuk itu rencananya
adalah sebagai berikut :
Selanjutnya untuk membangun struktur ruang tersebut minimal ada 2 (dua) hal yang harus
diupayakan pengembangannya yaitu pengembangan dan pemerataan infrastruktur serta
peningkatkan kapasitas ekonomi di beberapa wilayah prioritas. Pengembangan dan
pemerataan infrastruktur di wilayah ini mutlak perlu diutamakan. Hal ini karena masih
rendahnya tingkat pelayanan infrastruktur dasar di semua wilayah yang akan berdampak pada
2-5
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
2-6
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Selanjutnya setiap cluster tersebut memiliki minimal 1 (satu) pusat pelayanan wilayah
dengan skala pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik wilayah. Pusat
pelayanan diharapkan menjadi simpulsimpul utama dari sistem transportasi dan
komunikasi antar kluster.
Berdasarkan statusnya, dapat dibedakan dua tipe pusat pelayanan yang dikembangkan
yaitu pusat pelayanan formal-administratif dan pusat pelayanan yang bersifat fungsional.
Jenis dan skala pelayanan tiap pusat dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Pusat pelayanan formal administratif adalah pusat pelayanan yang secara formal telah
melekat pada sistem pemerintahan daerah berdasarkan aturan perundang-undangan.
Pusat yang dimaksud adalah pusat-pusat yang menjadi pusat pemerintahan distrik. Pusat
jenis ini umumnya telah memiliki standar pelayanan wilayah yang baku dengan sistem
pembiayaan pembangunan yang lebih kontinu. Dalam konsep struktur ruang yang
dikembangkan, direncanakan ada sebanyak 8 (delapan) klaster yang terdiri dari 22 pusat
pengembangan dan 2 (tiga) pusat fungsional.
Fungsi
No Klaster Pusat Skala Pelayanan Arahan Pengembangan Infrastruktur
Kota
1. Pulau Waisai PKL Pusat Utama, skala Fasilitas pelayanan publik tingkat
Waigeo dan pelayanan meliputi kabupaten; Pelabuhan regional; Bandara
sekitarnya seluruh Kabupaten Raja pengumpul;
Ampat termasuk Distrik Jaringan jalan darat yang terintegrasi
Kota Waisai
Saonek PPL Pusat Distrik Waigeo Fasilitas pelayanan publik tingkat
Selatan distrik; Pelabuhan lokal
Urbinasopen PPK Pusat Pelayanan Pulau Fasilitas pelayanan publik tingkat
Waigeo bagian Timur distrik; Pelabuhan lokal
Waisilip PPL Pusat Distrik Waigeo Fasilitas pelayanan publik tingkat
Barat distrik; Pelabuhan lokal
Manyaifun PPL Pusat Distrik Waigeo Fasilitas pelayanan publik tingkat
Barat Kepulauan distrik; Pelabuhan lokal
Kabare PKLp Pusat Pelayanan Pulau Fasilitas pelayanan publik tingkat
Waigeo bagian Utara distrik; Pelabuhan lokal
Rauki PPL Pusat Distrik Supnin Fasilitas pelayanan publik tingkat
distrik; Pelabuhan lokal
Warwanai PPL Pusat Distrik Fasilitas pelayanan publik tingkat
Warwarbom distrik; Pelabuhan lokal
2-7
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Fungsi
No Klaster Pusat Skala Pelayanan Arahan Pengembangan Infrastruktur
Kota
Warsamdim PPL Pusat Distrik Teluk Fasilitas pelayanan publik tingkat
Mayalibit distrik; Pelabuhan lokal
Go PPL Pusat Distrik Tiplol Fasilitas pelayanan publik tingkat
Mayalibit distrik; Pelabuhan lokal
2. Pulau Yenbekwan PPK Pusat Pelayanan Pulau Fasilitas Penunjang Kegiatan Pariwisata
Mansuar dsk Mansuar dan sekitarnya Internasional
3 Pulau Ayau Dorehkar PPK Pusat Pelayanan Fasilitas pelayanan publik tingkat
dan Kepulauan Ayau distrik; Pelabuhan lokal
sekitarnya Abidon PPL Pusat Distrik Ayau Fasilitas pelayanan publik tingkat
distrik; Pelabuhan lokal
4. Pulau Misool Waigama PKLp Pusat Pelayanan Pulau Fasilitas pelayanan publik tingkat
dan Misol dan sekitarnya distrik; Pelabuhan lokal
sekitarnya Dabatan PPL Pusat Distrik Misool Fasilitas pelayanan publik tingkat
Selatan distrik; Pelabuhan lokal
Lilinta PPL Pusat Distrik Misool Fasilitas pelayanan publik tingkat
Barat distrik; Pelabuhan lokal
Foley PPK Pusat Pelayanan Pulau Fasilitas pelayanan publik tingkat
Misool bagian Timur distrik; Pelabuhan lokal
Weijam Barat PPL Pusat Distrik Kepulauan Fasilitas pelayanan publik tingkat
Sembilan distrik; Pelabuhan lokal
5. Pulau Deer Mikiran PPK Pusat Pelayanan Pulau Fasilitas pelayanan publik tingkat
dsk Deer dan sekitarnya distrik; Pelabuhan lokal
6. Pulau Samate PKLp Pusat Distrik Salawati Fasilitas pelayanan publik tingkat
Bantata, Utara distrik; Pelabuhan lokal
Salawati, dan Kalobo PPL Pusat Distrik Salawati Fasilitas pelayanan publik tingkat
sekitarnya Tengah distrik;Pelabuhan lokal
Yenanas PPK Pusat Distrik Batanta Fasilitas pelayanan publik tingkat
Selatan distrik; Pelabuhan lokal
Yensawai Timur PPL Pusat Distrik Batanta Fasilitas pelayanan publik tingkat
Utara distrik; Pelabuhan lokal
Wayom PPL Pusat Distrik Salawati Fasilitas pelayanan publik tingkat
Barat distrik; Pelabuhan lokal
7. Pulau Gag Gag - Pusat Fungsional, skala Fasilitas pendukung kegiatan
dan pelayanan P. Gag transformsi sumberdaya alam di
sekitarnya wilayah P.Gag.
8. Pulau Wayag Wayag - Pusat Fungsional, skala Fasilitas pendukung kegiatan pariwisata
dsk pelayanan P. Wayag dan riset kelautan di wilayah P. Wayag .
2-8
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
2-9
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Pusat fungsional adalah suatu pusat pelayanan yang bersifat spesifik sesuai kebutuhan dan
fungsi pengembangan wilayah yang bersangkutan. Pusat fungsional ini dikembangkan di
wilayah-wilayah yang secara fungsional memiliki potensi pengembangan yang cukup
strategis tetapi bukan merupakan pusat distrik/adminsitratif lainnya. Dalam pusat
fungsional ini dikembangkan beberapa fasilitas dan utilitas yang sesuai dengan aktivitas
utama di kluster yang bersangkutan. Dalam konsep struktur ruang yang dikembangkan di
atas terdapat 2 (dua) pusat fungsional sebagai pelengkap dari sistem keterkaitan wilayah
di Kabupaten Raja Ampat.
Untuk mendukung tercapainya struktur ruang dibutuhkan adanya sistem transportasi dan
komunikasi terpadu di wilayah ini.
2-10
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Sistem Perkotaan diarahkan sesuai dengan hierarki jumlah penduduk, potensi dan kegiatan
ekonominya. Pengembangan sistem kota-kota diarahkan sedemikian rupa agar selaras dengan
arahan pengembangan wilayah, terutama berkaitan dengan kondisi fisik yang sebagian
merupakan pulau-pulau dan bencana alam yang sering terjadi. Di pihak lain kawasan perkotaan
itu sendiri memerlukan pengelolaan secara individual yang bertujuan meningkatkan
produktivitas kegiatan ekonomi dalam rangka mendukung fungsi kotanya di wilayah yang lebih
luas, serta mendukung pengembangan wilayah yang berkelanjutan.
2-11
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Hierarki pusat-pusat permukiman dibagi atas 3 kelompok yaitu : pusat primer yang merupakan
PKW , pusat sekunder yang merupakan PKL dan pusat tersier yang merupakan PKL.
Sedangkan untuk pusat permukiman perdesaan diklasifikasikan sebagai desa pusat
pertumbuhan (DPP) atau Pusat Kegiatan Sub Lokal (PKSL).
2-12
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
2-13
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
2-14
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
2-15
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Perkiraan
Nama Rencana Aksi Lokasi Mulai
Konstruksi
2015-2019
1. Margagiri (Banten) Jawa/Banten/Kab. Serang
2. Ketapang (Lampung) Sumatera/Lampung/
3. Sebangka Sebangka/Kepulauan Riau/Kab. LIngga
4. Tambelan Tambelan/Kepulauan Riau/Kab. Natuna
5. Pulau Gebe Gebe/Maluku Utara/Kab. Halmahera Tengah
6. Saketa Halmahera/Maluku Utara/Kab. Halmahera Selatan
7. Pulau Solor Solor/NTT/Kab. Flores Timur
8. Raijua Raijua/NTT/Kab. Rote Ndao
9. Pulau Padang Pulau Padang/Riau/Kab. Bengkalis
10. Pagai Selatan Pagai Selatan/Sumatera Barat/Kab. Kepuluan Mentawai
2-16
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Perkiraan
Nama Rencana Aksi Lokasi Mulai
Konstruksi
11. Sei Guntung Sumatera/Riau/Kab. Siak
12. Teluk Dalam Teluk Dalam/Sumatera Utara/Kab. Nias Selatan
13. Pulau Telo Telo/Sumatera Utara/Kab. Nias Selatan
14. Pulau Letung Letung/Kepulauan Riau/Natuna
15. Tarempa Siantan/Kepulauan Riau/Kab. Natuna
16. Pulau Miangas Miangas/Sulut/Kab. Talaud
17. Adaut Selaru/Maluku/Kab. Maluku Tenggara Barat
18. Geser Gorong/Maluku/Kab. Seram Bagian Timur
19. Bambaea Sulawesi/Sulawesi Tenggara/Bombana
20. Waigama Misool/Papua Barat/Kab. Raja Ampat
21. Amahai Seram/Maluku/Kab. Seram Bagian Timur
Struktur dan pola pengembangan pelabuhan angkutan penyeberangan di masa yang akan
datang merupakan respon atas rencana pengembangan lintas dan pertumbuhan permintaan
perjalanan, yang diekspresikan dalam jumlah perjalanan kapal penyeberangan.Tengah dan
Sabuk Selatan serta Penghubung Sabuk Utara Tengah Selatan.
Untuk meningkatkan efisiensi dilakukan zonasi transportasi berdasarkan Struktur Ruang dalam
RTRW yang direncanakan. Pembagian zona disusun berdasarkan struktur ruang yang
direncanakan, dimana dalam sistem kota yang direncanakan terdapat :
Pembagian zona transportasi kabupaten raja ampat diuraikan pada tabel berikut ini:
2-17
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Gerbang wilayah untuk Kabupaten Raja Ampat adalah di Kota Waisai yang merupakan ibukota
kabupaten. Kota Waisai direncanakan sebagai gerbang laut dan udara. Namun demikian, posisi
kepulauan yang menyebar memungkinkan dibukanya hubungan pelayaran yang erat antara
Kepulauan Ayau dan Waigeo Utara dan Barat dengan Maluku Utara serta Misool dengan Ambon.
Rencana pengembangan gerbang utama wilayah ini adalah seperti terlihat pada Tabel 3.4.
berikut.
2-18
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Jaringan antar PKLP dilayani oleh transportasi darat (jalan arteri/jalan kabupaten), laut
(reguler) maupun udara (reguler).
Jaringan antara PKLP dengan PPK umumnya dilayani oleh transportasi darat (jalan
kolektor/kabupaten) dan laut (reguler) dan udara (perintis).
Jaringan antara PKLP dengan PPK umumnya dilayani oleh transportasi darat (jalan
kolektor/jalan kabupaten) dan laut (perintis, pelra).
Jaringan antara PKLP dengan PPK umumnya dilayani oleh transportasi darat (jalan lokal)
dan laut (pelra).
Umumnya dilayani oleh transportasi darat (jalan lingkungan) atau transportasi laut
(angkutan semut berupa perahu tempel dengan PK kecil atau perahu layar tanpa motor).
2-19
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Rencana pelayanan transportasi antar zona tidak bisa dilayani oleh semua moda transportasi,
karena wilayahnya berupa kepulauan sehingga sebagian besar dilayani oleh angkutan
pelayaran penumpang.
Laut : Reguler
PKL Udara: Reguler LUAR
Laut : Reguler
Udara: Reguler
Laut : Reguler
Udara: Perintis
Laut : Perrintis
PPK Laut : Perintis PPK Laut : Perintis PPK Udara: Perintis LUAR
Laut : Pelra
Sistem Jaringan Transportasi diatas, secara umum tidak bisa dilaksanakan secara serempak
melainkan harus secara bertahap untuk dapat mewujudkan struktur ruang sebagaimana yang
telah direncanakan.
Sistem pelayanan transportasi darat saat ini belum dilaksanakan melalui angkutan umum.
Kendaraan yang ada, baik roda 2 maupun roda 4 masih milik pribadi atau kantor pemerintah.
Kendaraan roda 4 hanya terdapat di Pulau Waigeo, Misool dan Salawati, sedangkan di pulau lain
belum ada. Hal ini disebabkan karena panjang jalan yang ada juga masih terbatas serta luas
pulau yang tidak terlalu luas. Potensi pengembangan angkutan umum adalah di Pulau Waigeo
dengan rute (pada jalan eksisting):
2-20
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Waigama Folley Misool Selatan Misool Barat Waigama (Jalan lingkar P. Misool)
Go (Tiplol Mayalibit) Kabare Warwanai Urbinasopen (P. Waigeo)
Yensawai Yenanas (P. Batanta)
Samate Wayom (P. Salawati)
Karena belum beroperasinya angkutan umum saat ini belum ada terminal angkutan umum,
tetapi dimasa datang direncanakan dibangun sejumlah terminal seperti terlihat pada Tabel
berikut.
Terminal Terminal
Lokasi Terminal
Penumpang Barang
P. Waigeo Pelabuhan V V
Kota Waisai V
Saporken V
Warsambin V
P. Batanta Yensawai V
Yenanas V
P. Salawati Samate V
Wayom V
P. Misool Waigama V V
Foley V
Sumber : Draft RTRW Kabupaten Raja Ampat, Tahun 2010-2030
2-21
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
2-22
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Pengembangan jaringan jalan di Kabupaten Raja Ampat belum berkembang akibat aktivitas
ekonomi antar kampung belum ada, kalaupun ada masih kecil dan dilayani oleh angkutan laut.
Walaupun demikian, beberapa ruas jalan di pulau besar perlu direncanakan untuk
dikembangkan yaitu :
a. Ruas jalan di Pulau Waigeo sepanjang 757 km dengan perincian sebagai berikut :
Ruas jalan Waisai Warsambin Lopintol (38 km)
Ruas jalan Lapintol Wauyai (28 km)
Ruas jalan Wauyai Kabilol (38 km)
Ruas jalan Waisai Saporkren Wauyai Waisilip Saleo Selpele (160 km)
Ruas jalan Kalitoko Waifoi Kapadiri Kabare (195 km)
Ruas jalan Kabiloi Go Kapadiri (27 km)
Ruas jalan Kabare Wenbekaki Urbinasopen Yensner Mumes (207 km)
Ruas jalan Yensner Kalitoko (64 km).
b. Ruas jalan di Pulau Batanta sepanjang 105 km dengan perincian sebagai berikut :
Ruas jalan Yensawai Amdui (32 km)
Ruas jalan Amdui Yenanas Wailebet (73 km)
c. Ruas jalan di Pulau Salawati sepanjang 170,6 km dengan perincian sebagai berikut :
Ruas jalan Wamega Kalobo Waijan Samate Kapatiap (46 km)
Ruas jalan Kapatiap Soloi Wayom Kaliam Kaiwai Kalobo (124,6 km)
d. Ruas jalan di Pulau Misool sepanjang 364 km dengan perincian sebagai berikut:
Ruas jalan Limalas Foley (20 km)
Ruas jalan Foley Dabatan (36 km)
Ruas jalan Dabatan Fafaniap (47 km)
Ruas jalan Fafaniap Gamta (27 km)
Ruas jalan Gamta Magei Biga Lilinta Kapacoi Aduwei (133 km)
Ruas jalan Aduwei Salafen (18,4 km)
Ruas jalan Salafen Solai Adkari Limalas (82 km)
Jalan yang dibangun minimal berstatus Jalan Kabupaten dengan perkerasan aspal atau beton.
2-23
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
2-24
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Sistem jaringan pelayanan angkutan laut di Raja Ampat dapat dibedakan atas :
Samate Waisai
Yenbekwan Waisai
Waisai Kabare
Waisai Kep. Ayau
Yenbekwan Kep. Wayag (wisata)
2-25
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Dari tabel di atas, setiap PKLp dan PPK akan dilayani minimal oleh satu dermaga beton,
sehingga perlu ditambahkan sekitar 7 dermaga baru.
2-26
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Gambar 2-9 Rencana Pengembangan dan Peningkatan Dermaga Kabupaten Raja Ampat
2-27
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Sebagai kabupaten kepulauan, peran transportasi udara sangat penting, selain untuk
menunjang bisnis dan pariwisata, transportasi udara merupakan moda yang sangat cepat
untuk menangani kondisi darurat seperti bencana serta untuk mengatasi kendala alam
lainnya seperti tinggi gelombang yang tidak memungkinkan pelayaran. Jalur penerbangan
yang direncanakan dikembangkan antara lain :
Untuk menunjang jaringan transportasi udara, dibutuhkan bandara yang jumlahnya cukup
memadai. Beberapa ibukota distrik yang direncanakan akan dilayani oleh bandara, seperti
yang disajikan pada tabel berikut ini:
2-28
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
2-29
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Berdasarkan Draft RTRW Kabupaten Raja Ampat Tahun 2010-2030, terdapat beberapa isu
strategis Kabupaten Raja Ampat dalam duapuluh tahun mendatang (2011-2030) sebagai
berikut:
1. Kawasan Raja Ampat adalah kawasan yang memiliki fungsi dominan kawasan konservasi.
Fungsi ini dituangkan salah satunya dalam RTRWN 2005-2025 melalui PP No 26 tahun
2007. Selain sebagai kawasan andalan nasional bidang lingkungan hidup, kawasan Raja
Ampat juga merupakan salah satu kawasan konservasi dunia untuk keanekaragaman
hayati dan kelautan. Kawasan Laut Kepulauan Raja Ampat merupakan jantung dari
keanekaragaman hayati laut, yang mengandung hampir 60% karang pembentuk terumbu
di dunia (lebih dari 500 spesies yang telah diidentifikasi) dan paling sedikit 1,074 jenis
spesies ikan. Konservasi keanakaragaman hayati laut di kawasan ini merupakan prioritas
utama dan kepentingan masyarakat dunia. Oleh karena itu pengembang wilayah Kabupaten
Raja Ampat tidak dapat terlepas dari peran dan fungsinya secara nasional dan internasional
tersebut.
2. Kabupaten Raja Ampat merupakan daerah yang relatif tertinggal dibandingkan wilayah
lainnya. Hal ini terjadi karena wilayah ini merupakan hasil pemekaran Kabupaten Sorong
yang selama ini menempatkan wilayah Raja Ampat sebagai kawasan konservasi. Beberapa
indikasi ketertinggalan tersebut antara lain :
Masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat.
Belum adanya transportasi laut yang bersifat reguler untuk menghubungan antar pulau
dan menghubungkan pusat-pusat kegiatan ekonomi serta layanan masyarakat.
Jumlah penduduk yang sedikit dan tersebar mengakibatkan sulitnya pelayanan
masyarakat seperti kesehatan dan pendidikan.
Sebagian besar penduduk masih melakukan kegiatan ekonomi secara subsistem dan
tergantung pada kekayaan alam yang ada.
3. Luasnya wilayah menjadi hambatan bagi pengawasan eksploitasi laut dan hutan oleh pihak
luar secara ilegal.
4. Kabupaten Raja Ampat ditetapkan menjadi Pemeritah Kabupaten otonom baru pada tahun
2003 melalui undang-undang. Konsekuensi logis dari pengembangan daerah otonom
adalah semakin pesatnya pembangunan fisik di kawasan tersebut. Damapak pembangunan
fisik yang terjadi dikhawatirkan dapat mengakibatkan menurunnya daya dukung
lingkungan wilayah tersebut sekaligus mengganggu ekosistem wilayah Raja Ampat. Oleh
karena itu penataan ruang yang baik perlu diterapkan di wilayah ini guna menghindari
2-30
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Sebagai kabupaten yang terdiri atas banyak pulau, sarana transportasi laut menjadi moda
transportasi utama yang menghubungkan antar pulau di Kabupaten Raja Ampat maupun
dengan wilayah lainnya. Sementara, saat ini ketersediaan sarana transportasi laut masih
terbatas disamping itu adanya kendala cuaca pada waktu-waktu tertentu dapat membahayakan
keselamatan pelayaran. Oleh karena itu perlunya perencanaan sarana dan prasarana
transportasi sehingga dapat mebuka keterisoliran di wilayah Kabupaten Raja Ampat.
2-31
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Visi Kabupaten Raja Ampat untuk tahun 2011-2015 adalah Mewujudkan Kabupaten Raja
Ampat sebagai Kabupaten Bahari Menuju Masyarakat Yang Sehat, Berpendidikan, Sejahtera dan
Berkeadilan. Untuk mewujudkan visi tersebut, ditetapkan langkah-langkah atau misi sebagai
berikut:
Untuk mengembangkan jaringan infrastruktur di Kabupaten Raja Ampat khususnya pada sektor
perhubungan, maka dirumuskan indikasi rencana program prioritas yang diuraikan pada tabel
berikut ini:
2-32
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
5 Tersedianya Fasilitas Kominikasi Dan Navigasi Bandar Udara Reni 3 Paket 360 DISHUB
6 Tersedianya Genset 5 KVA Bandara Waisai 1 Paket 120 DISHUB
7 Tersedianya Genset 5 KVA Bandara Waisai 1 Paket 120 DISHUB
8 Tersedianya Genset 5 KVA BandaraKabare 1 Paket 120 DISHUB
9 Tersedianya Genset 5 KVA Bandara Dorekhar 1 Paket 120 DISHUB
10 Tersedianya Genset 5 KVA Bandara Reni 1 Paket 120 DISHUB
2-33
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Sumber: Rancangan Perda Kabupaten Raja Ampat Tahun 2012 Tentang RPJMD Kabupaten Raja Ampat Tahun 2011-2015
Tabel 2-14 Rencana Program Prioritas Ekonomi Masyarakat Berbasis Potensi Bahari Dan
Sumberdaya Lainnya
2-34
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
2-35
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
2-36
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Selain pada sektor perhubungan RPJM Daerah juga memuat prioritas pembangunan daerah,
rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara
menyeluruh termasuk arah kebijjakan fiskal, serta program dan kewilayahan dalam bentuk
kerangka regulasi dan pendanaan yang bersifat indikatif.
a. angkutan laut;
c. angkutan penyeberangan.
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran (pasar 21) menjelaskan tentang
angkutan penyeberangan:
1. Kegiatan angkutan penyeberangan di dalam negeri dilakukan oleh badan usaha dengan
menggunakan kapal berbendera Indonesia yang memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal
serta diawaki oleh Awak Kapal berkewarganegaraan Indonesia.
2. Kegiatan angkutan penyeberangan antara Negara Republik Indonesia dan negara tetangga
dilakukan berdasarkan perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia dan pemerintah
negara yang bersangkutan.
3. Angkutan penyeberangan yang dilakukan antara dua negara hanya dapat dilakukan oleh
kapal berbendera Indonesia dan/atau kapal berbendera negara yang bersangkutan.
2-37
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
c. hubungan antara dua pelabuhan, antara pelabuhan dan terminal, dan antara dua
terminal penyeberangan dengan jarak tertentu;
d. tidak mengangkut barang yang diturunkan dari kendaraan pengangkutnya;
e. Rencana Tata Ruang Wilayah; dan
f. jaringan trayek angkutan laut sehingga dapat mencapai optimalisasi keterpaduan
angkutan antar-dan intramoda.
3. Angkutan penyeberangan dilaksanakan dengan menggunakan trayek tetap dan teratur.
Angkutan di Perairan untuk Daerah Masih Tertinggal dan/atau Wilayah Terpencil berdasarkan
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran (pasal 24):
1. Angkutan di perairan untuk daerah masih tertinggal dan/atau wilayah terpencil wajib
dilaksanakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.
2. Angkutan di perairan dilaksanakan dengan pelayaran-perintis dan penugasan.
3. Pelayaran-perintis dilaksanakan dengan biaya yang disediakan oleh Pemerintah dan/atau
pemerintah daerah.
4. Penugasan diberikan kepada perusahaan angkutan laut nasional dengan mendapatkan
kompensasi dari Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sebesar selisih antara biaya
produksi dan tarif yang ditetapkan Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sebagai
kewajiban pelayanan publik.
5. Pelayaran-perintis dan penugasan dilaksanakan secara terpadu dengan sektor lain
berdasarkan pendekatan pembangunan wilayah.
6. Angkutan perairan untuk daerah masih tertinggal dan/atau wilayah terpencil dievaluasi oleh
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah setiap tahun.
Yang dimaksud dengan "jarak tertentu" adalah bahwa tidak semua daratan yang dipisahkan
oleh perairan dihubungkan oleh angkutan penyeberangan, tetapi daratan yang dihubungkan
merupakan pengembangan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan
oleh perairan, dengan tetap memenuhi karakteristik angkutan penyeberangan.
2-38
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Penempatan kapal yang akan dioperasikan pada lintas penyeberangan berdasarkan pasal 61
pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2010 Tentang Angkutan Di
Perairan dilakukan dengan mempertimbangkan:
a. adanya kebutuhan angkutan penyeberangan;
b. tersedianya fasilitas pelabuhan yang digunakan untuk melayani angkutan
penyeberangan/terminal penyeberangan.
Angkutan di perairan untuk daerah masih tertinggal dan/atau wilayah terpencil berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2010 Tentang Angkutan Di
Perairan adalah:
1. Angkutan di perairan untuk daerah masih tertinggal dan/atau wilayah terpencil
dilaksanakan oleh Menteri, gubernur, dan/atau bupati/walikota.
2. Angkutan di perairan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan
pelayaran-perintis dan penugasan.
2-39
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi pelabuhan
untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang
dan/atau barang, keselamatan dan keamanan berlayar, tempat perpindahan intra-dan/atau
antarmoda serta mendorong perekonomian nasional dan daerah dengan tetap memperhatikan
tata ruang wilayah.
Pelabuhan Pengumpul adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut
dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah menengah, dan sebagai
tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan
jangkauan pelayanan antarprovinsi.
Pelabuhan Pengumpan adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan
laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah terbatas, merupakan
pengumpan bagi pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul, dan sebagai tempat asal tujuan
penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan
dalam provinsi.
Pelabuhan Laut adalah pelabuhan yang dapat digunakan untuk melayani kegiatan angkutan laut
dan/atau angkutan penyeberangan yang terletak di laut atau di sungai.
2-40
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Dalam penetapan rencana lokasi pelabuhan untuk pelabuhan utama yang digunakan untuk
melayani angkutan penyeberangan selain harus sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud juga harus berpedoman pada:
Dalam penetapan rencana lokasi pelabuhan untuk pelabuhan pengumpul yang digunakan untuk
melayani angkutan penyeberangan antarprovinsi dan/atau antarnegara selain harus sesuai
dengan ketentuan juga harus berpedoman pada:
Dalam penetapan rencana lokasi pelabuhan untuk pelabuhan pengumpan lokal yang digunakan
untuk melayani angkutan penyeberangan dalam 1 (satu) kabupaten/kota juga harus
berpedoman pada:
a. rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi, dan rencana tata
ruang wilayah kabupaten/kota;
b. potensi dan perkembangan sosial ekonomi wilayah;
c. potensi sumber daya alam; dan
d. perkembangan lingkungan strategis, baik nasional maupun internasional.
2-41
BAB 3
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol)
3.1.1.1 Geografis
Kabupaten Raja Ampat adalah salah satu kabupaten di provinsi Papua Barat, Indonesia. Ibukota
kabupaten ini terletak di Waisai. Kabupaten ini memiliki 610 pulau. Empat di antaranya, yakni
Pulau Misool, Salawati, Batanta dan Waigeo, merupakan pulau-pulau besar. Dari seluruh pulau
hanya 35 pulau yang berpenghuni sedangkan pulau lainnya tidak berpenghuni dan sebagian
besar belum memiliki nama. Kabupaten Raja Ampat secara astronomis terletak pada posisi 2 0
25 Lintang Utara 40 25 Lintang Selatan dan 130000 1320 55 Bujur Timur dengan batas-
batas wilayah sebagai berikut:
Kepulauan Raja Ampat merupakan daerah yang termasuk dalam Segitiga Karang (Coral
Triangle). Coral Triangle adalah kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati laut terkaya di
dunia. Negara yang termasuk dalam Coral Triangle selain Indonesia adalah Filipina, Malaysia,
Papua New Guinea, Jepang, dan Australia.
Sebagai wilayah kepulauan, Kabupaten Raja Ampat memiliki wilayah daratan yang relatif tidak
luas dan didominasi oleh wilayah perbukitan yang merupakan kawasan hutan yang masih
alami. Sedangkan wilayah pesisir pantai memiliki karakteristik yang beragam seperti pantai
landai berpasir hitam, pantai landai berpasir putih dengan terumbu karang yang sudah rusak
sampai dengan yang masih perawan, pantai dalam dan hutan mangrove.
Peta administrasi Kabupaten Raja Ampat dapat dilihat pada Gambar 3-1 berikut ini:
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
3-2
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Sebagai daerah kepulauan, satu-satunya transportasi antar pulau dan penunjang kegiatan
masyarakat Raja Ampat adalah angkutan laut dan penyeberangan. Untuk menjangkai Kota
Waisai yang merupakan ibukota kabupaten dapat menggunakan kapal cepat dengen rute
Sorong-Waisai. Bila menggunakan pesawat udara, lebih dulu menuju Kota Sorong. Setelah itu,
dari Sorong perjalanan ke Waisai dilanjutkan dengan transportasi laut.
3.1.1.2 Topografi
Pulau Waigeo, Pulau Salawati, Pulau Batanta dan Pulau Misool merupakan pulau non-vulkanik
yang berbukit-bukit dan sebagian besar ditutupi oleh hutan tropis yang lebat. Sedangkan pulau-
pulau kecil yang berada di antara keempat pulau tersebut merupakan pulau-pulau karang. Di
Pulau Waigeo terdapat Gunung Nokh yang mencapai ketinggian 175 meter dpl. Kemiringan
lahan berkisar antara 0-40%. Sebagian di wilayah pegunungan berupa lereng-lereng yang
curam. Wilayah dengan ketinggian di bawah 100 m dpl pada umumnya terdapat pada Pulau
Salawati bagian Selatan. Secara umum, karakteristik empat pulau besar di Kabupaten Raja
Ampat, yaitu:
a. Pulau Waigeo merupakan pulau yang sebagian besar topografinya bergunung dan
berbukit pada bagian poros tengah sampai ke daerah pesisir. Selain itu juga terdiri dari
pasir dan karang-karang batu. Pulau Waigeo dikelilingi pulau-pulau yang berukuran
sedang dan kecil yang sebagian besar diantaranya telah dihuni oleh penduduk. Bagian
barat dan selatan Pulau Waigeo lebih banyak dikelilingi oleh pulau-pulau lain apabila
dibandingkan dengan bagian timur dan utara.
b. Pulau Batanta sebagian besar topografinya terdiri dari pegunungan dan perbukitan yang
memanjang dari bagian tengah sampai pesisir. Pada bagian pesisir jarang ditemukan
pasir putih. Pulau ini hanya dikelilingi oleh delapan pulau kecil.
c. Pulau Salawati dikelilingi oleh pulau-pulau kecil terutama pada bagian selatan dan
timur. Dari bagian tengah sampai dengan pesisir dikelilingi oleh gunung dan perbukitan
yang membujur ke semua arah.
d. Pulau Misool memiliki topografi yang hampir sama dengan ketiga pulau besar lainnya.
Pada bagian barat dan selatan dikelilingi oleh pulau-pulau kecil. Sedangkan bagian utara
terbentang pulau-pulau kecil yang membujur dari arah timur ke barat. Bagian tengah
terdapat pegunungan dan pada bagian pesisir terdapat bukit-bukit bebatuan terutama
pada bagian barat dan selatan Pulau Misool
3-3
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
permanen dan fasilitas umum (sekolah, puskesmas, balai desa, kantor kecamatan). Lahan yang
telah digunakan untuk permukiman secara keseluruhan berada di dekat pantai.
Untuk beberapa lokasi status tanah masih merupakan tanah adat atau biasa disebut tanah
ulayat. Karena masih kuatnya sistem adat ini, maka setiap akan dilakukan terjadinya perubahan
peruntukan lahan pimpinan adat atau kepala suku setempat yang mempunyai hak atas tanah
dimaksud harus meminta persetujuannya terlebih dahulu.
Secara keseluruhan, kondisi topografi Kabupaten Raja Ampat dijelaskan pada gambar berikut
ini:
3-4
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
3-5
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
3.1.1.3 Geologi
Kondisi geologi Kabupaten Raja Ampat didominasi oleh formasi batuan kapur yang terbentuk
pada masa kuarter. Jens tanah yang ada disusun oleh batuan dabas, neogen dan terdapat batu
gamping yang membentuk bukit-bukit rendah. Pada mumunya batu-batu gamping tersebut
bersifat padat dan mengandung pasir. Jenis batuan lain di wilayah ini adalah batuan sedimen
konglomerat yang penyusunannya terdiri dari bahan yang tahan lapuk berupa konglomerat
aneka bahan.
3.1.1.4 Hidrologi
Kondisi air di Kabupaten Raja Ampat masih sangat baik yang dpengaruhi oleh adanya hutan
alami. Beberapa sungai yang cukup besar terdapat di Pulau Waigeo, di antaranya adalah Sungai
Bayon dengan panjang sekitar 4 km dan Sungai Kamtabai, dan Singai Kasim di Pulau Misool.
Potensi air tanah cukup baik di pulau-pulau besar, sedangkan di pulau-pulau kecil umumnya
sudah terkena instrusi air laut. Jenis tanah di Kabupaten Raja Ampat terdiri dari Dystropepts,
eutopepts, haplorthox, humitropepts, redolls, tropaquepts, tropudalfts dan trufudalfts.
Kedalaman efektif tanah berkisar antara 0-100 cm.
Sumberdaya lautan di Kabupaten Raja Ampat meliputi minyak bumi, nikel, tembaga, emas dan
perak. Minyak bumi terdapat di Pulau Yenggelo dan minyak lepas pantai terdapat di Pulau Gag,
Pulau Manyauia, Pulau Wayag dan Pualu Waigeo. Sedangkan tembaga, emas dan perak banyak
terdapat di Pulau Salawati dan Batanta. Kabupaten Raja Empat merupakan daerah rawan
bencana seperti halnya daerah kepulauan lainnya. Daerah ini dilalui oleh sistem Sesar Sorong
yang menjulur dari Papua bagian Utara menuju Pulau Salawati.
Hutan Mangrove di Kabupaten Raja Ampat berada di Wilayah Waigeo Barat dan Selatan, Pulau
Batanta dan Pantai Timur Salawati. Jenis mangrove di wilayah ini didominasi oleh famili
Rhisoporaceae, Sonnaratiaceae dan Avicenniaceae.
3.1.1.5 Klimatologi
Kondisi iklim di wilayah Kabupaten Raja Ampat memiliki tipe A menurut Oldeman, dengan iklim
tropis yang lembab dan panas. Berdasarkan hasil pencatatan Stasiun Cuaca dan Meteorologi
Jeffman, suhu udara terendah sebesar 22,40
suhu rata-rata 27,40C. Sementara curah hujan sebesar 2.000 mm/tahun.
Variasi perubahan musim kemarau dan musim penghujan tidak begitu jelas seperti daerah
Papua pada umumnya. Wilayah Raja Ampat dipengaruhi oleh angin muson; antara bulan Mei-
November bertiup angin pasat Tenggara dan antara Desember-April bertiup angin Barat Laut
(BKSDA II Papua dalam Laporan Lokakarya Multipihak).
3-6
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Kabupaten Raja Ampat memiliki iklim tropis yang lembab dan panas dengan suhu terendah
22,40C dan tertinggi 32,50C. Temperatur rata-rata sebesar 27,40C. Kondisi curah hujan rata-rata
2.000 mm per tahun sehingga menyebabkan iklim bertype A.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2008 tentang Kode dan Data
Wilayah Admisnistrasi Pemerintahan, Kabupaten Raja Ampat sebagai wilayah kepulauan
memiliki wilayah daratan seluas 8034,44 km2 dan pada umumnya didominasi oleh perbukitan
dan hutan alami. Pulau-pulau besar di Kabupaten Raja Ampat adalah Waigeo, Batanta, Salawati
dan Misool.
Kabupaten Raja Ampat terbagi menjadi 24 distrik dimana luas wilayah Kabupaten Raja Ampat
berdasarkan distrik adalah disajikan pada tabel berikut ini:
3-7
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Misool Selatan
Luas Wilayah (Km2)
1,69% Misool Barat
Batanta Selatan
Batanta Utara
3,87%
2,04% Waigeo Selatan
3,00%
Kota Waisai
2,79% 2,00%
2,08% 0,68% 3,12% Teluk Mayalibit
1,67%
1,33% 2,55% Tiplol Mayalibit
Meos Mansar
Distrik Waigeo Barat memiliki wilayah paling besar dengan luas sekitar 20,8 % dari seluruh luas
kabupaten dan yang paling kecil adalah Distrik Warwabomi dengan persentase luas sebesar
0,79%.
3-8
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
3.1.3 Kependudukan
Berdasarkan data BPS tahun 2011, jumlah penduduk Kabupaten Raja Ampat adalah 42.508
jiwa, terdiri atas 22.655 lakilaki dan 19.853 perempuan. Penyebaran penduduk sebagian
besar bertumpu di Kota Waisai yakni sebesar 16,41% persen.
Di Kabupaten Raja Ampat terdapat 3 suku besar yaitu Suku Moi yang terdiri dari suku Moi,
Modik, Klaba dan Karon yang mendiami Pulau Salawati, Suku Biak yang terdiri dari suku Biak,
Nufor, dan Beser yang mendiami daerah Waigeo Selatan, Misool dan sebagian Salawati; Suku
Amer terdiri dari suku Amer, Fiawat, Kipil, Petrip, Mayo, Kawe, dan Kaldarum yang mendiami
Salawati, Misool, Waigeo Selatan dan Waigeo Utara. Tiap Sukubangsa mempunyai lembaga adat
istiadat dan budaya sendiri yang berbeda satu sama lain. Ciri-ciri budaya masyarakat lokal
tersebut antara lain :
3-9
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Dengan luas wilayah sekitar 8034,4 km2 yang dihuni oleh 42.508 orang, maka ratarata tingkat
kepadatan penduduk di Kabupaten Raja Ampat adalah 5,3 orang per kilometer persegi. Distrik
yang memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah kota Waisai.
Jumlah Penduduk
7.000
6.000
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
0
Laju Pertumbuhan Penduduk di wilayah Kabupaten Raja Ampat per tahun selama sepuluh
tahun terakhir adalah 5,66 persen. Distrik dengan laju pertumbuhan penduduk tertinggi adalah
distrik Waigeo Selatan yang memiliki laju pertumbuhan penduduk sebesar 18,31 persen,
sedangkan Kepulauan Ayau menjadi distrik yang laju pertumbuhan penduduknya paling rendah
yaitu 1,14 persen. Dari 17 distrik yang ada di Kabupaten Raja Ampat, terdapat lima distrik yang
laju pertumbuhannya di atas ratarata laju pertumbuhan penduduk Kabupaten yaitu Waigeo
Barat, Waigeo Selatan, Kepulauan Sembilan, Misool Timur, Misool Selatan.
3-10
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Kepulauan Raja Ampat merupakan tempat yang sangat berpotensi untuk dijadikan objek wisata,
terutama wisata bahari (penyelaman). Perairan Raja Ampat menurut berbagai sumber,
merupakan salah satu dari 10 perairan terbaik untuk diving site di seluruh dunia.
1 2007 932 66
2 2008 2.367 280
3 2009 2.850 336
4 2010 3.855 658
5 2011 3.133 700
Komoditas pertanian yang terdapat di Kabupaten Raja Ampat meliputi padi, jagung, kedelai,
kacang tanah, kacang-kacangan, dan Ubi. Populasi ternak yang terdapat di Kabupaten Raja
Ampat yakni Sapi, Kerbau dan Babi. Sektor industri yang terdapat di Kabupaten Raja Ampat
umumnya adalah industri kecil yang umumnya merupakan industri pengolahan hasil hutan dan
tambang.
Sebagai daerah kepulauan yang dikelilingi oleh lautan dan relatif masih alami, maka Kabupaten
Raja Ampat memiliki terumbu karang yang indah dan sangat kaya akan berbagai jenis ikan dan
moluska. Hasil penelitian LIPI dan lembaga lainnya telah mengidentifikasi 450 jenis terumbu
karang, 950 jenis ikan karang dan 600 jenis moluska disekitar Pulau Batanta, Waigeo dan Pulau
Gam.
3-11
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Salah satu sumber daya kelautan yang dominan di wilayah perairan Kabupaten Raja Ampat
adalah perikanan. Banyak jenis ikan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat, yaitu diantaranya : Ikan Pelagis antara lain Tuna, Cakalang, Kembung, Tongkol dan
Tenggiri; Ikan Karang antara lain Ikan ekor Kuning, Ikan Pisang Pisang, Ikan Napoleon, Ikan
kakatua, Kerapu, Kakap, dan Baronang; dan udang, kepiting dan Rajungan. Hutan Mangrove
merupakan habitat yang sangat baik bagi sumberdaya ikan sebagai daerah pemijahan,
persemaian serta daerah mencari ikan dari berbagai biota perairan seperti udang, ikan, kepiting
dan kerangkerangan baik yang hidup diperairan pantai maupun yang dilepas pantai.
Pemanfaatan hutan mangrove pada waktu ini dilakukan oleh masyarakat maupun perusahaan
dengan memanfaatkan hasil kayu untuk bahan konstruksi, kayu bakar, serta bahan arang.
Terumbu karang di Kabupaten Raja Ampat tersebar diseluruh Kepulauan Raja Ampat. Terumbu
Karang yang terbesar terdapat di Distrik Waigeo Barat, Waigeo Selatan, Ayau, Samate dan
Misool Selatan. Terumbu karang di Pulau Ayau seluas 168.380 Ha, Kepulauan Asia 125.750 Ha.,
Pulau Sayang 96.000 Ha., Pulau Aljui 25.750 Ha, Pulau Kofiau 16.676 Ha, dan Pulau Sausapor
10.405 Ha. Sedangkan terumbu karang lainnya seperti Pulau Matan, Pulau Senapan, dan Pulau
Jefman luasnya dibawah 10.000 ha.
Komoditas andalan ekspor lainnnya adalah rumput laut dan mutiara di daerah ini sangat
menjanjikan, karena laut di daerah ini di kelilingi pulau-pulau kecil yang berpenghuni, sehingga
memudahkan dalam pengawasan dan pemantauan.
Potensi untuk wisata bahari yang memanfaatkan sumber daya perairan (banyaknya pulau dan
pantai termasuk terumbu karangnya) sangat berpotensi untuk dikembangan di wilayah
Kabupaten Raja Ampat ini. Bahkan keunggulan potensi ini dapat menjadikan wilayah
perencanaan sebagai obyek unggulan Indonesia untuk level internasional.
3.1.5 Perekonomian
Berdasarkan data BPS tahun 2011, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB kabupaten Raja Ampat
yaitu sebesar 49,95%. PDRB Kabupaten Raja Ampat dapat dilihat pada tabel berikut ini:
3-12
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Tabel 3-4 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha
(Jutaan Rupiah) Tahun 2009-2010
Bangunan
Gambar 3-7 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha
(Jutaan Rupiah) Tahun 2009-2010
Peningkatan perekonomian Kabupaten Raja Ampat saat ini diarahkan pada sektor industri
pariwisata karena besarnya potensi alam bahari, keragaman tradisi budaya, dan perjalanan
sejarah di gugusan pulau di kabupaten yang 80 persen wilayahnya adalah laut. Pengembangan
industri jasa pariwisata dilakukan di empat pulau besarnya, Pulau Waigeo, Misool, Batanta, dan
Salawati, serta kepulauan kecil-kecil di sekitarnya.
Sejak dibentuk sebagai kabupaten baru, Kabupaten Raja Ampat terus mengalami pemekaran
distrik. Dari sekitar 13 distrik yang ditetapkan pada tahun 2006, bertambah menjadi 17 distrik
tahun 2008 dan tahun 2010 dimekarkan kembali menjadi 24 distrik. Pemekaran ini mau tidak
3-13
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
mau akan membawa dampak pada perubahan rencana pola jaringan transportasi yang
diharapkan dapat mendukung pembentukan struktur ruang yang direncanakan.
Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi yang penting guna memperlancar kegiatan
perekonomian. Dengan makin meningkatnya usaha pembangunan maka akan menuntut
peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar
lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain. Ketergantungan pada transportasi air sangat
tinggi karena jalan antar desa dalam satu pulau kadang-kadang belum terbangun.
Panjang jalan di masing-masing distrik di Kabupaten Raja Ampat dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 3-5 Panjang Jalan menurut Tingkat Pemerintahan yang Berwenang dan Distrik
Tahun 2010 (Km)
3-14
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Hingga saat ini, jalan yang dibangun di pulau-pulau yang tersebar di Raja Ampat masih sangat
terbatas. Kondisi jalan di Kota Waisai relatif lebih baik dibandingkan dengan daerah lainnya di
Kabupaten Raja Ampat. Jalan yang dibangun pada umumnya merupakan jalan akses dari
dermaga pelabuhan ke perkampungan penduduk dan sebagian besar masih jalan tanah atau
sirtu.
Kabupaten Raja Ampat yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Sorong belum dilayani oleh
angkutan udara. Sampai dengan saat ini perhubungan udaradi wilayah Kabupaten Raja Ampat
dapat dilakukan melalui pelabuhan udara Bandara Udara Domine Eduard Osok di Kota Sorong.
Bandara Marinda yang berada di Kota Waisai rencananya baru akan dioperasikan pada akhir
tahun 2012.
Bandara Marinda memiliki landasan pacu sepanjang 1.200 meter dan akan diperpanjang lagi
menjadi 2.000 meter ke depannya agar dapat digunakan pesawat berbadan lebar. Bandara ini
3-15
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
juga nantinya akan dikembangkan bukan hanya untuk pesawat lokal tetapi juga untuk pesawat
internasional. Saat ini Bandara Marinda terus disempurnakan terutama penambahan runway.
Rencananya bandara baru ke Raja Ampat ini akan dibuatkan rute wisata seperti dari Bali yang
langsung Raja Ampat atau Bali-Wakatobi-Raja Ampat.
Sebagai kabupaten kepulauan, maka transportasi yang paling dominan adalah moda angkutan
laut, hanya dengan moda inilah biaya perpindahan atau pergerakan barang dan manusia antar
pulau dapat terjangkau oleh masyarakat pada umumnya. Sehingga peran perhubungan laut
demikian fital, oleh karena itu sarana pendukung untuk terjadinya tranportasi laut yang
memadai perlu disediakan oleh pemerintah sebagai sarana percepatan pembangunan. dermaga
yang hanya terdapat pada sejumlah distrik sudah barang tentu dimasa yang akan datang sangat
tidak memadai.
1. Transportasi Laut
Transportasi laut memiliki peranan sangat penting untuk Kabupaten Raja Ampat yang
terdiri dari ratusan gugus pulau kecil. Sistem transportasi di Kabupaten Raja Ampat tidak
terlepas dari peran Pelabuhan Sorong sebagai Pelabuhan Utama (RTRW Provinsi Papua,
2007). Pelabuhan di Raja Ampat berjumlah 6 buah, 2 diantaranya memiliki dermaga beton,
yaitu di Salawati dan Saonek, sedangkan pada pelabuhan lainnya memiliki dermaga kayu.
Pelabuhan yang terdapat di Kabupaten Raja Ampat sebagian besar menggunakan
konstruksi dari kayu dan difungsikan sebagai pelabuhan rakyat yang melayani pelayaran
perintis, antara lain:
a. Jeffman : Pelayaran khusus
b. Kalobo : Pelayaran khusus
c. Saonek : Pelayaran perintis
d. Kabare : Pelayaran perintis
e. Kofiau : Pelayaran perintis
f. Waigama :Pelayaran perintis
Hampir setiap hari ada kapal cepat dari Sorong Waisai, bahkan hari Jumat ada 2 kapal.
Kapal yang melayani rute Sorong Waisal pp antara lain : Fajar Mulia, Bunda Maria, Marina
Express (I dan II), Ave Maria, Getsemani, Geovani.
3-16
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Gambar 3-10 Kapal Fajar Mulia dan Marina Express di Kabupaten Raja Ampat
Pada bulan-bulan tertentu (April hingga Agustus) kondisi gelombang sangat besar sehingga
transportasi laut tidak dapat menjangkau daerah-daerah seperti Kepulauan Ayau, Kofiau
atau Misool. Kapal yang menghubungkan dengan luar Kabupaten dan provinsi antara lain :
KM Jatim yang menghubungkan Kabare, Ayau, Waigeo, Waigeo Barat dengan Surabaya.
Dengan Provinsi Maluku Utara dihubungkan dengan KM Kieraha I dan II yang melewati
Kabare dan Saonek. Pelayanan transportasi laut di Kabupaten Raja Ampat sangat
bergantung pada musim.
2. Transportasi Penyeberangan
Angkutan penyeberangan yang melayani wilayah Kabupaten Raja Ampat adalah angkutan
perintis dan merupakan lintas penyeberangan yang masih di subsidi oleh pemerintah.
Moda yang melayani yaitu kapal ro-ro KMP. Kurisi tahun 1991 dengan kapasitas 54
penumpang dan 11 kendaraan.
Gambar 3-11 KMP. Kurisi sebagai Angkutan Penghubung Antar Pulau di Kab. Raja Ampat
3-17
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Lintsan yang dilayani oleh KMP. Kurisi yakni di wilayah kepulauan yang ada di Kabupaten
Raja Ampat, antara lain:
Saonek Waisai dengan jadwal 1 kali seminggu
Waisai-Kabare dengan jadwal 1 kali seminggu
Sorong-Linmalas dengan jadwal 1 kali seminggu
Linmalas-Waigama dengan jadwal 1 kali seminggu
Sorong-Folley dengan jadwal 1 kali seminggu
Folley-Harapan Jaya dengan jadwal 1 kali seminggu
Pelabuhan penyeberangan yang ada di Kabupaten Raja Ampat yakni terletak di Waigeo yang
pada saat ini sedang dalam tahap penyelesaian pembangunan.
3.2.1.1 Geografis
Maluku Tengah sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Maluku, letaknya diapit oleh
kabupaten Seram Bagian Barat di sebelah barat dan Seram Bagian Timur di sebelah timur.Luas
wilayah Kabupaten Maluku. Ibukota kabupaten ini terletak di Masohi. Sebagian wilayahnya
3-18
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
berada di Pulau Seram (Kecamatan Amahai dan Tehoru, serta Kota Masohi). Ada dua kecamatan
yang terletak di Pulau Ambon (Kecamatan Leihitu dan Salahutu), dan sisanya adalah pulau-
pulau di sekitarnya. Letak geografis Kabupaten Maluku Tengah terletak pada posisi 127,250 -
132,50 Bujur timur dan 2,50-7,50 Lintang Selatan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
Wilayah Maluku Tengah mengalami iklim laut tropis dan iklim musim.Keadaan ini disebabkan
oleh karena Maluku Tengah dikelilingi laut yang luas, sehingga iklim laut tropis di daerah ini
berlangsung seirama dengan iklim musim yang ada.
3.2.1.2 Topografi
Berdasarkan kondisi fisik, wilayah Kabupaten Maluku Tengah terdiri dari dataran rendah dan
dataran tinggi yang didominasi oleh tanah podsolik merah. Rata-rata wilayah memiliki
ketinggian dari permukaan laut mencapai 50 m 300 m.
3.2.1.3 Klimatologi
Wilayah Maluku Tengah mengalami iklim laut tropis dan iklim musim. Keadaan ini disebabkan
oleh karena Maluku Tengah dikelilingi laut yang luas, sehingga iklim laut tropis di daerah ini
berlangsung seirama dengan iklim musim yang ada.
Tercatat rata-rata temperatur pada tahun 2009 mencapai 260 - 300C, dimana temperatur
maksimum rata-rata 300 - 400C dan minimum rata-rata 230 300C. Jumlah curah hujan pada
tahun 2009 rata-rata sebesar 185,1 mm dengan jumlah curah hujan rata-rata sebanyak 18,1
mm/hari. Penyinaran matahari pada tahun 2009 rata-rata sebesar 65,9 % dengan tekanan
udara rata-rata 1011,2 Milibar dan kelembaban nisbi yang terjadi rata-rata sebesar 84,9 %.
3.2.1.4 Hidrologi
Potensi hidrologi memberikan peluang yang besar bagi pembangunan, baik untuk keperluan air
minum, irigasi, pariwisata, dan industri. Potensi hidrologi Kabupaten Maluku Tengah antara lain
terdapat 144 sungai, tersebar di Kecamatan Seram Utara 28 Sungai, Amahai 47 sungai, Tehoru
20 sungai, TNS 5 sungai, Salahutu 6 sungai, dan Leihitu 27 sungai dan pemanfaatannya oleh
masyarakat hanya sebagai sumber air bersih (minum) maupun sebagai pengairan lahan
pertanian.
3-19
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Maluku Tengah seluruhnya kurang lebih 275.907 Km2 yang terdiri dari luas laut 264.311,43
Km2 dan luas daratan 11.595,57 Km2 dan terbagi menjadi 14 kecamatan.
Pada periode 2007-2010 Kabupaten Maluku Tengah terdiri dari 14 kecamatan, 6 kelurahan dan
169 desa, dimana terjadi penambahan kecamatan sebanyak 3 kecamatan yaitu kecamatan Teluk
Elpaputih, Leihitu Barat, dan Seram Utara Barat. Penambahan kecamatan berimplikasi pada
penambahan desa sehingga pada periode yang sama di Maluku Tengah terjadi penambahan
desa sebanyak 10 desa.
3.2.3 Kependudukan
Penduduk Kabupaten Maluku Tengah berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun 1980, 1990,
2000, dan 2010 berjumlah masing-masing sebesar : 229.581, 295.059, 317.476, 361.698 jiwa.
Dari keempat sensus penduduk tersebut dapat pula diperoleh rata-rata pertumbuhan penduduk
antara Sensus Penduduk Tahun 1980,1990, 2000, dan 2010 sebesar 2,30 %, 1,48 %, 1,03 %,
dan 1,31%.
3-20
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Penduduk
No Kecamatan Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 Banda 9.220 9.324 18.544
2 Tehoru 14.437 13.754 28.191
3 Amahai 20.043 18.889 38.932
4 Kota Masohi 15.730 15.750 31.480
5 Teluk Elpaputih 5.683 5.139 10.822
6 Teon Nila Serua 6.628 6.229 12.857
7 Saparua 16.048 16.427 32.475
8 Nusalaut 2.715 2.607 5.322
9 Pulau Haruku 12.097 12.110 24.207
10 Salahutu 23.198 23.505 46.703
11 Leihitu 23.405 23.573 46.978
12 Leihitu Barat 8.410 8.268 16.678
13 Seram Utara 20.602 18.647 39.249
14 Seram Utara Barat 4.880 4.380 9.260
2010 183.096 178.602 361.698
2009 189.868 181.063 370.931
2008 185.832 178.969 368.874
2007 183.901 184.235 368.136
Sumber: Maluku Tengah Dalam Angka, Tahun 2011
Penduduk Kabupaten Maluku Tengah tahun 2010 sebanyak 361.698 jiwa, berbeda dari hasil
proyeksi tahun 2009 sebanyak 370.931 jiwa, dimana jumlah penduduk tahun 2010 merupakan
hasil Sensus Penduduk 2010 . Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Leihitu sebesar
46.978 jiwa (12,98 % dari jumlah penduduk Kabupaten Maluku Tengah).
50.000
45.000
40.000
35.000
30.000
25.000
20.000
15.000
10.000
5.000
0
3-21
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Dengan luas wilayah 11.595,57 km maka pada tahun 2010 tingkat kepadatan penduduk di
Kabupaten Maluku Tengah sebesar 31 jiwa untuk setiap km. Tingkat kepadatan penduduk
tertinggi terjadi di Kecamatan Kota Masohi sebesar 844 jiwa/ km2 diikuti Kecamatan TNS
sebesar 529 jiwa/ km2.
3.2.4.1 Pertanian
Luas lahan pertanian di Maluku Tengah pada periode 2007-2009 secara umum mengalami
peningkatan. Luas lahan padi sawah misalnya, pada tahun 2007 luasnya sekitar 4.042 hektar
meningkat menjadi 4.800 hektar pada tahun 2009.
Peningkatan luas lahan pertanian berkorelasi positif pada produksi. Hal ini dapat dilihat pada
produksi padi di Kabupaten Maluku Tengah selama periode 2007-2009, mengalami
peningkatan. Produksi padi meningkat dari 15.763 ton pada tahun 2007 menjadi 20.160 ton
pada tahun 2009.
Dari empat belas kecamatan yang ada di Kabupaten Maluku Tengah, hanya ada satu kecamatan
saja yang mengusahakan padi sawah yakni Kecamatan Seram Utara.
Selain padi/beras, makanan pokok terbanyak dikonsumsi penduduk Maluku Tengah adalah ubi
kayu. Luas lahan ubi kayu pada tahun 2009 adalah 1.431 hektar dengan produksi sebesar
10.460,4 ton.
3-22
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
3.2.4.2 Perkebunan
Tabel 3-9 Jumlah Perkebunan, Yang Menghasilkan dan Produksi Menurut Jenis Tanaman dan
Kecamatan 2005-2010
Pada tahun 2010 luas perkebunan di Maluku Tengah di dominasi oleh Kelapa dan cengkih yang
masing-masing seluas 2.438 ha dan 1.158 ha. Kecamatan yang memiliki luas perkebunan yang
terbesar adalah Kecamatan Amahai dan Kecamatan Seram Utara.
3.2.4.3 Perikanan
Potensi perikanan yang ada di Kabupaten Maluku Tengah dari waktu ke waktu cukup
mendominasi kontribusi sektor pertanian secara umum. Salah satunya adalah karena
banyaknya kekayaan alam yang terkandung didalamnya.
Wilayah Kabupaten Maluku Tengah memiliki potensi kelautan dan perikanan yang sangat
diandalkan. Potensi berupa perikanan tangkap meliputi luas wilayah laut 136.116.1 km2
dengan panjang garis pantai 1.256.230 km2 dari luas wilayah 147.480.6 km2.
Potensi sumber daya ikan yang dimiliki sebesar 484.532 ton/tahun dengan jumlah tangkapan
yang diperbolehkan (JTB) sebesar 387.324 ton/tahun. Potensi tersebut baru dimanfaatkan
sebesar 41.307.1 ton/tahun. Selain potensi ikan laut Maluku Tengah juga memiliki potensi
3-23
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
terumbu karang dengan luas 1.667,4 Ha (baik 1.202 Ha dan rusak 469,8 Ha) Sedangkan potensi
rumput laut luasnya 977, 9 Ha. Sarana pendukung yang dimiliki wilayah Maluku Tengah yakni 6
unit cold storage, 2 unit ice scaller, 1 unit pangkalan pendaratan ikan, dan 3 unit tempat
pelelangan ikan.
3.2.4.4 Pariwisata
Secara keseluruhan di Kabupaten Maluku Tengah sampai tahun 2010 terdapat 177 objek
wisata, dimana yang paling banyak adalah objek wisata sejarah yang berjumlah 66 objek atau
sekitar 37 persen dari seluruh objek wisata yang ada di wilayah Maluku Tengah. Objek wisata
yang ada di Kabupaten Maluku Tengah adalah : Pantai Wapapa, Pantai Rutah, Pantai Raja, Pantai
Kaca, Pantai Soplesy, Pantai Mahu, Pantai Kuako, Pantai Sawai, Pantai Ora, Goa Akohy, Goa Haya,
Goa Hao Pinalo, Wisata Bahari Pulau Tujuh, Wisata Bahari Pulau Raja, Air Panas Elpaputih,
Danau Binaya, Sungai Selawai, Air Panas, Air Terjun Tehoru, dan Air Terjun Tamilou
Sebagai salah satu daerah tujuan wisata, pada tahun 2009 terdapat 56 usaha akomodasi di
Maluku Tengah dengan 656 kamar dan 1105 tempat tidur. Dari seluruh usaha akomodasi
tersebut, hanya 117 kamar atau sekitar 17,8 persen yang terdapat di hotel berbintang,
sedangkan 539 kamar terdapat pada hotel non berbintang. Dilihat dari perkembangan sejak
tahun 2007 sampai 2009, terjadi peningkatan yang cukup signifikan di usaha akomodasi ini,
terutama pada jumlah kamarnya.
Dalam sektor pertambangan, Kabupaten Maluku Tengah merupakan daerah penghasil minyak
bumi, gas bumi, batu gamping dan marmer. Minyak bumi adalah bahan tambang yang usaha
pengeboran dan eksploitasinya dilaksanakan oleh perusahaan Kufec dan Santos di Bula belum
berproduksi secara optimal, sedangkan gas bumi, batu gamping dan marmer masih dalam tahap
eksplorasi. Bahan tambang galian C (kerikil, pasir, tanah liat, batu kapur, dll) diusahakan oleh
rakyat dengan teknologi tradisional.
Informasi serta data adanya sumber-sumber mineral dan hasil tambang lainnya di Kabupaten
Maluku Tengah yaitu :
3-24
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Sedangkan di sektor energi masih dalam tahap eksplorasi, potensi sumberdaya alam telah
menjanjikan dalam pengembangan industri. Sumberdaya energi yang sangat berperan dalam
berbagai aspek kehidupan, teutama dalam kebutuhan pokok dan sarana untuk meningkatkan
produktivitas serta berbagai sarana mobilitas transportasi. Energi merupakan penunjang yang
penting dalam pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sektor-sektor lainnya. Sebagian besar
kebutuhan energi di Kabupaten Maluku Tengah berasal dari Bahan Bakar Minyak (BBM).
Komoditi ternak yang dikembangkan di Kabupaten Maluku Tengah yaitu sapi, kerbau, kuda,
kambing, domba, babi, serta jenis unggas yaitu ayam pedaging, ayam petelor, itik, dan ayam
buras.
Populasi ternak sapi pada tahun 2009 adalah 79.162 ekor, dan produksi daging sebesar 1.338
ton. Hingga saat ini untuk memenuhi kebutuhan daging terutama sapi dan ayam, serta telur
masih didatangkan dari luar Maluku. Hal tersebut merupakan peluang bagi para investor untuk
mengembangkan usahanya pada bidang peternakan.
3.2.5 Perekonomian
Produk Domestik Regional Bruto sebagai ukuran produktivitas mencerminkan seluruh nilai
barang dan jasa yang dihasilkan unit produksi di dalam suatu daerah/region dalam jangka
waktu tertentu (biasanya 1 tahun). PDRB merupakan salah satu indikator penting untuk
mengetahui kondisi perekonomian suatu daerah dalam suatu periode tertentu.
Tabel 3-10 PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Yang Berlaku Menurut Kabupaten / Kota (Rupiah)
Tahun 2006-20010
3-25
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Kabupaten Maluku Tengah sebagai salah satu kabupaten tertua di Maluku pada tahun 2010 baik
PDRB atas dasar harga yang berlaku maupun PDRB atas dasar harga konstan menduduki
peringkat ke dua di bandingkan 11 kabupaten lainnya di bawah Kota Ambon.
Tingkat kemudahan pergerakan intra Kabupaten Maluku Tengah maupun hubungannya dengan
wilayah lebih luas didukung oleh ketersediaan prasarana jalan. Pertambahan panjang ruas jalan
di Kota Sorong sejak tahun 1996 ditujukan untuk lebih menunjang kegiatan pembangunan
Kabupaten Maluku Tengah pada khususnya maupun dengan wilayah yang lebih luas.
Pemerintah telah mengembangkan jaringan jalan hingga mencapai km 1.732,92sampai dengan
tahun 2010. Berdasarkan fungsinya, jaringan jalan di wilayah Kabupaten Maluku Tengah terdiri
dari 430,20 km jalan negara, 362,57jalan provinsi dan 940,15 jalan kabupaten. Perkembangan
ketersediaan prasrana jalan di Kabupaten Maluku Tengah lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 3-11 Panjang Jalan Raya Menurut Penanganan Dirinci per Kecematan 2010
3-26
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Sampai dengan akhir tahun 2010 terdapat 3.499 unit kendaraan serta sebanyak 285 ijin trayek
yang telah di tetapkan.
Angkutan penyeberangan yang beroperasi di sekitar Wilayah Maluku dilayani oleh tujuh
lintasan, yaitu sebagai berikut.
Jalur pelayaran angkutan laut yang menghubungkan Kabupaten Maluku Tengah dengan wilayah
lainnya dalam cakupan Propinsi Maluku telah dilayani secara reguler maupun non reguler
melalui fasilitas armada perintis, angkutan lokal dan pelayaran rakyat yang jumlahnya cukup
banyak, bahkan beberapa di antaranya dijangkau oleh pelayanan PT. Pelni.
3-27
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Pulau Misool memiliki luas wilayah sebesar 1840,85 km dan terbagi menjadi 4 distrik yaitu
Distrik Misool, Distrik Misool Timur, Distrik Misool Selatan dan Distrik Misool Barat.
Pulau Misool merupakan bagian dari wilayah Raja Ampat, wilayah ini sejak masa lampau
menjadi tempat pertemuan dua budaya Austronesia dan budaya Melanesia. Berdasarkan data
BPS Kabupaten Raja Ampat tahun 2011, distrik di Pulau Misool terbagi menjadi 21 kampung.
Kampung yang terdapat di Distrik Misool Selatan adalah: Harapan Jaya, Yellu, Dabatan,
Kayarepop, Fafanlap;
Kampung yang terdapat di Distrik Misool Barat adalah: Biga, Gamta, Mage, Lilinta dan
Kapacol;
Kampung yang terdapat di Distrik Misool adalah: Adhuei, Waigama, Salafen, Solal dan
Atkari;
Kampung yang terdapat di Distrik Misool Timur adalah: Linmalas Timur, Linmalas
Barat, Folley, Usaha Jaya, Audam dan Tomolol.
3-28
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Sebagian besar wilayah Pulau Misool merupakan kawasan hutan yang masih alami, sedangkan
pusat-pusat permukiman penduduk menyebar di sepanjang wilayah pantai.
3.3.2 Kependudukan
Masyarakat Kepulauan Raja Ampat umumnya nelayan tradisional yang berdiam di kampung-
kampung kecil yang letaknya berjauhan dan berbeda pulau. Sebagian besar masyarakat di
P.Missol merupakan pemeluk Islam dan Kristen dan seringkali di dalam satu keluarga atau
marga terdapat anggota yang memeluk salah satu dari dua agama tersebut. Hal ini menjadikan
masyarakat Raja Ampat tetap rukun walaupun berbeda keyakinan.
Untuk mengetahui perkembangan penduduk sebagai objek dan subjek perencanaan di wilayak
Pulau Misol maka dilakukan proyeksi dengan metode perhitungan bunga berganda. Secara
matematis metode bunga berganda ditulis sebagai berikut:
3-29
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Pt = Po x (1 + r)t
3-30
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
4500
4000
3500
3000
Misool Selatan
2500
Misool Barat
Misool 2000
1000
500
0
2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035
Gambar 3-15 Grafik Jumlah Penduduk di Pulau Misool Tahun 2012 2032
Jumlah penduduk Pulau Misool sampai dengan tahun 2032 adalah sebesar 12.048 jiwa. Jika
dibandingkan dengan jumlah wilayah Pulau Misoolyaitu seluas 1840,85 km2, maka tingkat
kepadatan penduduk relatif jarang yakni 6,5 jiwa per km 2.
Pulau misool adalah salah satu dari empat pulau besar di Kepulauan Raja Ampat di Papua Barat
(sebelumnya Irian Jaya ), Indonesia. Titik tertinggi adalah 535 m dan kota utama adalah
Waigama dan memiliki kordinat 1 5341 S 130 51 E.
Pulau Misool adalah suatu pulau yang terletak di daerah Kabupaten Raja Ampat dan berbatasan
dengan Laut Seram. Daerah ini terletak di
kepala burung papua barat dan dekat dengan
kota sorong . Misool terbagi atas empat
distrik yaitu Misool, Misool Timur, Misool
Selatan dan Misool Barat. Daerah ini terkenal
juga dengan keanekaragaman budaya, adat,
laut dan darat yang begitu terkenal di dunia.
3-31
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
wilayah daratan terdiri dari perbukitan dengan kemiringan lereng dari 8% hingga >30%,
elevasi 0 hingga 500 m, bentang alam bergelombang, relif rendah hingga kasar.
Pantai yang terdapat di wilayah Pulau Misool umumnya pantai berpasir di Lilinta, pantai
bertebing di bagian selatan serta pantai berlumpur yang terdapat di antara Waigama hingga
Atkari. Dipantai seperti ini yang dominan adalah proses pengendapan dan hutan mangrove.
Bulan
Musim
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Gelombang Kuat
Pancaroba
Gelombang Lemah
Secara umum di wilayah Misool dikenal beberapa musim, antara lain musim selatan, musim
utara, musim barat dan musim timur. Namun yang paling dikenal oleh masyarakat di kawasan
Pulau Misool adalah musim selatan yang dikenal juga dikenal sebagai musim gelombang kuat
dan musim barat atau musim gelombang tenang.
Pencapaian menuju wilayah Pulau Misool hanya dapat dilakukan dengan menggunakan moda
laut, hal tersebut dikarenakan belum tersedianya trayek angkutan udara di Pulau Misool. Rute
yang dapat dilalui untuk menuju Pulau Misool yaitu Sorong-Misool dengan waktu tempuh 10-14
jam dengan menggunakan moda laut. Namun pada saat musim selatan kondisi perairan sangat
berbahaya untuk pelayaran sehingga perlu didukung oleh ketersediaan angkutan udara.
Jaringan jalan yang di wilayah Pulau Misool masih sangat terbatas, dimana jaringan jalan yang
ada masih berupa jalan tanah dan jalan batu.
Tabel 3-16 Panjang Jalan menurut Tingkat Pemerintahan yang Berwenang Tahun 2010 (Km)
3-32
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Menurut kewenangannya, jaringan jalan yang terdapat di Pulau Misool adalah jalan kabupaten
dan jalan kampung. Jalan Kabupaten terdapat di Kampung Folley distrik Misool Timur dan
Kampung Dabatan Distrik Misool Selatan.
Jaringan jalan yang terdapat di Pulau Misool belum terintegrasi, dalam artian jaringan jalan
yang tersedian belum menghubungkan antara satu kampung dengan kampung lainnya. Pada
masa yang akan datang pemerintah berencana membangun jaringan jalan yang dapat
menghubungkan semua wilayah di Pulau Misool sehingga dapat meningkatkan aksesibilitas
lokal yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
Rencana pengembangan ruas jalan di Pulau Misool sepanjang 364 km berdasarkan RTRW
Kabupaten Raja Ampat Tahun 2010-2030dengan perincian sebagai berikut:
Jalan yang dibangun minimal berstatus Jalan Kabupaten dengan perkerasan aspal atau beton.
Rencana pengembangan jaringan jalan di Pulau Misool dapat dilihat pada gambar berikut ini:
3-33
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Moda angkutan jalan yang ada di keseluruhan Pulau Misool ada sejumlah 2 unit kendaraan roda
4 dan 5 unit sepeda motor. Kendaraan roda 4 dan roda 2 hanya terdapat di Distrik Misool, untuk
kendaraan roda 2 difungsikan sebagai angkutan paratransit (ojek) sedangkan kendaraan roda 4
yaitu mobil ambulance dan kendaraan dinas. Dengan adanya pembangunan jalan di wilayah
Pulau Misool diharapkan dapat mendorong pertumbuhan kendaraan untuk menunjang aktivitas
penduduk.
Transportasi laut merupakan transportasi utama di wilayah Pulau Misool.. Pulau Misool Kondisi
transporasi laut terkini di Pulau Misool masih sangat terbatas baik dari aspek sarana maupun
prasarana transportasi laut. Orientasi pergerakan menggunakan moda laut hampir sebagian
besar menuju Kota Sorong.
Jarak antara Pulau Misool dengan Kota Sorong adalah 120 mil laut sedangkan ke Kota Wahai
(Pulau Seram) adalah 75mil laut. Jika melihat jarak dengan wilayah yang menjadi pusat aktivitas
lainnya, maka wilayah yang lebih dekat dengan Pulau Misool adalah Kota Wahai. Namun karena
3-34
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
layanan angkutan laut sebagian besar menuju Kota Sorong maka pergerakan masyarakat di
Pulau Misool berorientasi menuju Kota Sorong.
Gambar 3-18 Rencana Pengembangan Transportasi Laut Pulau Misool Berdasarkan RTRW
Kabupaten Raja Ampat Tahun 2010-2030
3-35
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Jadwal pelayanan kapal di wilayah pulau Misool pada umumnya adalah 1 (satu) kali seminggu
dengan waktu keberangkatan relatif tidak tetap (tergantung cuaca dan tingkat permintaan).
Sedangkan prasarana pelabuhan yang tersedia sebagian besar merupakan pelabuhan rakyat
dengan konstruksi kayu.
No Lokasi Pelabuhan
3-36
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Transportasi udara untuk wilayah Pulau Misool masih pada tahap perencanaan. Rencana lokasi
pengembangan bandara di Pulau Msiool adalah di Waigama.
Gambar 3-19 Rencana Pengembangan Transportasi Udara Pulau Misool Berdasarkan RTRW
Kabupaten Raja Ampat Tahun 2010-2030
Jalur penerbangan yang direncanakan akan melayani wilayah Pulau Misool adalah Ambon-
Waigama-Sorong. Pengembangan transportasi udara diharapkan dapat menunjang bisnis dan
pariwisata. Transportasi udara merupakan moda yang sangat cepat untuk menangani kondisi
darurat seperti bencana serta untuk mengatasi kendala alam lainnya seperti tinggi gelombang
yang tidak memungkinkan pelayaran.
3-37
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Penentuan komoditas unggulan merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang
mempertimbangkan konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif. n
komoditas unggulan dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhannya pada kondisi biofisik,
teknologi dan kondisi sosial ekonomi petani di suatu wilayah.
Teknik LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonomi
basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang menjadi pemacu
pertumbuhan. LQ mengukur konsentrasi relatif atau derajat spesialisasi kegiatan ekonomi
melalui pendekatan perbandingan. Secara matematis perbandingan relatif ini dinyatakan
sebagai berikut :
Dimana:
Struktur perumusan Location Quotient (LQ) memberikan beberapa nilai sebagai berikut:
1. LQ > 1, sub region bersangkutan mempunyai potensi eksport dalam kegiatan tertentu
(sektor basis),
2. LQ = 1, produksi ,yang dihasilkan tepat dikonsumsi oleh region (region yang bersangkutan
telah mencukupi dalam kegiatan tetentu/ seimbang),
3. LQ < 1, sub region yang bersangkutan mempunyai kecenderungan import (sektor non
basis).
Berdasarkan data Kabupaten Raja Ampat tahun 2011, luas panen pertanian di Pualau Misool
adalah seluas 403 ha. Luas panen dan hasil perhitungan LQ masing-masing komoditas pertanian
di Pulau Misool dapat dilihat pada tabel berikut ini:
3-38
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Tabel 3-18 Luas Panen komoditas pertanian di Pulau Misool Tahun 2010
Berdasarkan hasil perhitungan LQ dapat diketahui indikasi komoditas pertanian yang dapat
dikembangkan di wilayah Pulau Misool. Distrik yang memiliki nilai LQ >1 yang dominan adalah
Distrik Misool, hal tersebut mengindikasikan adanya peluang pengambangan komoditas
pertanian diwilayah tersebut khususnya untuk memenuhi kebutuhan internal di Pulau Misool.
Namun pada kondisi kini untuk komoditas tanaman pangan khususnya padi tidak terdapat di
wilayah Misool sehingga untuk memenuhi kebutuhan pangan atau beras sangat tergantung
dengan wilayah sekitarnya khususnya Kota Sorong dan Maluku.
Wilayah Pulau Misool memiliki keindahan alam yang sangat luar biasa yang dapat menjadi daya
tarik bagi wisatawan dalam maupun luar negeri. Wisata pemandangan alam dan bahari dapat
dijumpai di seluruh wilayah Pulau Misool. Berdasarkan kekayaan terumbu karang dan
keanekaragaman hayati lautnya, maka pengembangan pariwisata menyelam dapat
dikembangkan di Pulau Walib dibagian selatan Pulau Misool. Kegiatan wisata bahari yang
diperbolehkan adalah diving, snorkling, kayaking, ecotourism.
Pada sektor perikanan tangkap, Pulau Misool memiliki komoditi perikanan tangkap seperti
ikan, udang, cumi-cumi, kerang/siput dan teripang yang cukup potensial. Secara umum, jenis
ikan hasil tangkapan nelayan di Kabupaten Raja Ampat dapat dikelompokkan sebagai ikan
pelagis besar, ikan pelagis kecil, ikan demersal, dan ikan air payau. Jenis-jenis ikan yang
dominan ditangkap oleh nelayan lokal adalah ikan kembung (Rastrelliger sp), tenggiri
3-39
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
(Scomberomorus spp.), cakalang (Katsuwonus pelamis), tuna (Thunus sp.), kerapu, napoleon dan
teri. Ikan tenggiri, cakalang dan tuna banyak ditangkap di daerah Misool, dan Misool Timur
Selatan. Sementara, ikan kerapu dan napoleon banyak dihasilkan dari Distrik Misool Timur
Selatan. Kemudian, untuk ikan teri (Stolephorus sp.), biasa disebut juga ikan puri, banyak
tertangkap di daerah Misool dan Misool Timur Selatan.
Letak Pulau Misool yang berdekatan dengan laut lepas juga merupakan salah satu nilai tambah
dalam hal transportasi batubara. Namun yang menjadi kendala untuk menindaklanjuti
penyelidikan batubara di daerah ini adalah minimnya sarana dan pra sarana yang tersedia
serta mahalnya biaya transportasi dari Sorong sebagai kota terdekat yang berimbas terhadap
mahalnya biaya hidup maupun kebutuhan lain, dengan demikian disimpulkan bahwa untuk
pengembangan batubara di daerah ini perlu kajian yang lebih mendalam dengan
mempertimbangkan berbagai aspek.
3-40
BAB 4 ANALISIS PRA KELAYAKAN
TRANSPORTASI PENYEBERANGAN
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol)
Kondisi wilayah yang kepulauan menjadikan transportasi perairan menjadi moda utama dalam
melayani pergerakan barang dari dan menuju wilayah Pulau Misool. Wilayah yang menjadi
orientasi pergerakan dengan tujuan berbelanja khususnya barang kebutuhan sehari-hari adalah
Kota Sorong.
Jika dilihat dari konstelasi wilayah di sekitar Pulau Misool maka alternatif lintas pergerakan
barang menuju wilayah Misool dapat melalui:
1. Kota Sorong: arus pergerakan barang di Kota Sorong sebagian berasal dari Makasar dan
Jawa Timur yang kemudian didistribusikan menuju wilayah Pulau Misool dengan
menggunakan moda laut maupun penyeberangan.
2. Kota Wahai: arus pergerakan barang di Kota Wahai di pasok dari Kota Ambon yang berasal
dari Makassar dan Jawa Timur yang kemudian didistribusikan menuju wilayah Pulau
Misool dengan menggunakan moda laut maupun penyeberangan.
Pola distribusi barang menuju wilayah Pulau Misool diilustrasikan pada gambar di bawah ini:
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Berdasarkan jarak, maka Kota Wahai relatif lebih dekat dengan Pulau Misool dibandingkan
dengan Kota Sorong. Namun lintas pelayanan kapal yang ada saat ini sebagian besar menuju
Kota Sorong. Pengembangan lintasan baru menuju Kota Wahai sangat potensial untuk
menghubungkan antara Pulau Misool dengan Pulau Seram sehingga dapat meningkatkan
interaksi dan aksesibilitas antar wilayah.
Prasarana pelabuhan yang terdapat di Pulau Misool pada umumnya merupakan pelabuhan
rakyat dengan konstruksi kayu. Pelabuhan dengan konstruksi beton yang ada di Pulau Misool
terdapat di Kampung Waigama dan Kampung Fafanlap. Pelabuhan tersebut dimanfaatkan
sebagai tempat sandar kapal baik kapal perintis maupun kapal penyeberangan.
4-2
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Sarana angkutan untuk pergerakan antar kampung di Pulau Misool menggunakan moda
angkutan jenis speed boat dan perahu kayu.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Raja
Ampat, secara umum dapat dianalisa perkembangan sektor transportasi untuk wilayah Pulau
Misool.
4-3
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) ke-2. Pada periode ini infrastruktur
transportasi sudah tersedia dan sudah memadai serta didukung oleh peningkatan sektor
energi, komunikasi dan air bersih. Hal tersebut mempengaruhi peningkatan pergerakan
menuju wilayah Pulau Misool sehingga berpengaruh pada peningkatan layanan sektor
transportasi khususnya transportasi penyeberangan.
Pada periode ini ditandai juga dengan meningkatnya ketersediaan Infrastruktur ekonomi
termasuk infrastruktur sektor pertanian sehingga mengurangi ketergantungan terhadap
wilayah lainnya khusunya terkait pasokan komoditas pertanian.
3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) ke-3 dan ke-4. Pada periode ini ditandai
dengan:
Meratanya ketersediaan jaringan infrastruktur dasar yang di tandai dengan semakin
terbukanya isolasi fisik kewilayahan.
4-4
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
4-5
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
dimana:
Tij = Penumpang antara zona-i dengan zone-j
Pia = Populasi di zona-i (yang lebih kecil dari kedua zona tersebut.)
Pjb = Populasi di zona-j (yang lebih besar dari kedua zona tersebut.)
E,k,a,b adalah parameter-parameter yang dapat ditentukan dengan analisis rekurensi
E = ( 1 + G x E1 )
dimana:
G = Laju pertumbuhan PDRB perkapita
E1 = Elastisitas
4-6
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Analisis Rekurensi (kalibrasi) dalam studi Pradesain Dan Perencanaan Umum Angkutan
Penyeberangan Sorong (Papua) Wahai (Maluku) pada tahun 2002 terhadap lintasan
penyeberangan yang direncanakan memberikan hasil sebagai berikut:
4-7
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
a. Pulau Seram (dimana Wahai berada) merupakan pulau terbesar di wilayah Maluku
dan merupakan salah satu dari ketigabelas wilayah yang diprioritaskan
pengembangannya di wilayah Indonesia Bagian Timur.
b. Di Pulau Seram ini atau tepatnya di Bula (Pulau Seram sebelah Timur) direncanakan
akan ada kegiatan eksplorasi minyak bumi, sehingga Kota Sorong dalam kegiatan ini
dapat mengambil peran sebagai pemasok logistik. Dengan adanya sumber bangkitan
lalu lintas di Bula ini diharapkan akan dapat memacu volume angkutan
penyeberangan Sorong Wahai.
4. Pada saat ini antara Sorong dan Wahai telah ada hubungan timbal balik berupa kegiatan
perdagangan yang dilayani oleh angkutan laut dengan volumenya relatif kecil. Salah satu
komoditi unggulan yang dihasilkan dari Pulau Seram adalah hewan ternak berupa sapi
dan Sorong sebagai salah satu daerah utama pemasarannya. Sebaliknya kebutuhan
barang-barang pokok di Pulau Seram sebagian dipasok dari Sorong atau Fak Fak.
5. Sistem dermaga Penyeberangan di Klademak (Sorong) adalah sistem dolphin yang
dihubungkan ke fasilitas darat dengan trestle (149 m) dan sistem sarana bongkar muat
menggunakan sistem movable bridge. Sedangkan di Wahai menggunakan sistem
dolphin yang dihubungkan ke fasilitas darat dengan kombinasi trestle (18 m) dan
causeway (24 m) serta sistem bongkar muat menggunakan sistem plencengan.
Dermaga Wahai berdiri di area sekitar 1.5 ha. Fasilitas yang tersedia adalah gedung kantor,
pos masuk, dan area parkir. Kondisi dermaga cukup baik dengan lebar trestle 8 meter dan
panjang 30 meter dengan kedalaman perairan di -8 meter. Fasilitas sandar kapal yakni 4
buah dolphin dengan panjang causeway 30 meter.
Dermaga Wahai hingga saat ini belum beroperasi, oleh karena itu masih banyak kapal-kapal
nelayan yang sandar di dermaga Wahai.
Posisi dermaga bersebelahan dengan pelabuhan Pelni yang melayani pergerakan kapal
Sabuk Mutiara dengan jadwal layanan 1 bulan sekali.
Wilayah perairan di Wahai terlindung dari gelombang laut karena terletak di dalam teluk.
Kondisi akses jalan masuk ke pelabuhan sudah baik yaitu jalan beraspal.
4-8
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Kondisi kini angkutan penyeberangan pada simpul Pulau Misool dengan simpul di Wahai
diuraikan pada tabel berikut ini:
4-9
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Tabel 4-2 Kondisi Sarana dan Prasarana Angkutan Penyeberangan Lintas Wahai-Pulau Misool
Pergerakan penumpang dari dan menuju wilayah Papua Barat dan Raja Ampat pada umumnya
masih mengandalkan moda udara dan moda laut. Pengembangan angkutan penyeberangan
Lintas Wahai-Pulau Misool akan menjadi lintasan penghubung antara wilayah Papua Barat dan
Wilayah Maluku. Berdasarkan data ATTN tahun 2011 dapat digambarkan pergerakan
penumpang dan barang dengan moda gabungan di Wilayah Papua Barat dan Maluku, sebagai
berikut:
4-10
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Tabel 3 Pergerakan Penumpang Moda Gabungan Tahun 2011Wilayah Papua Barat dan Maluku Tengah
Maluku Maluku Maluku Seram Bagian Seram Bagian Kepulauan Maluku Barat Buru Kota Kota Sorong Raja Teluk Teluk Kota
Asal dan Tujuan Manokwari Fak Fak Kaimana Tambrauw Maybrat Jumlah
Tengah Tenggara Tenggara Barat Buru Timur Barat Aru Daya Selatan Ambon Tual Sorong Selatan Ampat Bentuni Wondama Sorong
Maluku Tengah - 1.776 1.603 - - - - 1.032 - - - - - - 649 - - - - 4.222 9.281
Maluku Tenggara 1.788 ` 892 - - - - 574 - - - - - - 129 - - - - 902 4.285
Maluku Tenggara Barat 1.679 928 - - - - - 271 - - - - - - 102 - - - - 680 3.659
Buru 4.076 424 438 - - - - 282 - - - - - - 145 - - - - 881 6.245
Seram Bagian Timur 13.083 434 407 - - - - 262 - - - - - - 217 - - - - 1.547 15.949
Seram Bagian Barat 12.295 662 634 - - - - 408 - - - - - - 252 - - - - 1.543 15.794
Kepulauan Aru 988 1.296 572 - - - - 368 - - - - - - 103 - - - - 725 4.052
Maluku Barat Daya 960 530 265 - - - - - - - - - - - 58 - - - - 389 2.202
Buru Selatan 1.920 200 206 - - - - 133 - - - - - - 68 - - - - 415 2.942
Kota Ambon 27.199 1.680 1.686 - - - - 1.085 - - - - - - 569 - - - - 3.556 35.775
Kota Tual 1.255 628 626 - - - - 403 - - - - - - 90 - - - - 634 3.636
Sorong 1.528 326 234 - - - - 151 - - - - - - 832 - - - - 47.425 50.496
Manokwari 2.610 948 646 - - - - 416 - - - - - - - 700 - - - - 5.031 10.351
Fak Fak 1.588 628 346 - - - - 223 - - - - - - - 264 - - - - 1.984 5.033
Sorong Selatan 1.647 411 278 - - - - 179 - - - - - - - 548 - - - - 5.001 8.063
Raja Ampat 752 148 113 - - - - 72 - - - - - - - - - - - - 3.328 4.413
Teluk Bentuni 407 246 - - - - 158 - - - - - - - 219 - - - - 1.576 2.606
Teluk Wondama 355 187 109 - - - - 70 - - - - - - - 69 - - - - 506 1.297
Kaimana 817 554 265 - - - - 170 - - - - - - - 135 - - - - 983 2.924
Tambrauw 93 34 23 - - - - 15 - - - - - - 25 - - - - 179 369
Maybrat 686 146 105 - - - - 68 - - - - - - 374 - - - - 21.299 22.679
Kota Sorong 6.115 1.298 941 - - - - 606 - - - - - - 4.155 - - - - - 13.114
Jumlah 81.432 13.642 10.635 - - - - 6.945 - - - - - - - 9.702 - - - - - 102.806 225.162
Tabel 4 Pergerakan Barang Moda Gabungan Tahun 2011 Wilayah Papua Barat dan Maluku Tengah
Maluku Maluku Maluku Tenggara Seram Bagian Seram Bagian Kepulauan Maluku Barat Buru Kota Sorong Raja Teluk Teluk Kota
Asal dan Tujuan Buru Kota Tual Sorong Manokwari Fak Fak Kaimana Tambrauw Maybrat Jumlah
Tengah Tenggara Barat Timur Barat Aru Daya Selatan Ambon Selatan Ampat Bentuni Wondama Sorong
Maluku Tengah 3.647 3.038 7.196 22.113 19.112 1.693 1.956 3.731 41.086 2.086 1.836 4.279 2.084 2.581 1.025 1.666 558 1.286 196 791 8.670 130.630
Maluku Tenggara 2.577 988 528 431 1.017 1.699 636 274 2.068 1.034 377 1.019 756 335 142 350 159 618 47 163 1.500 16.719
Maluku Tenggara Barat 2.589 1.430 658 732 924 1.044 522 341 2.003 818 327 643 386 347 170 358 135 253 29 141 1.049 14.901
Buru 5.826 698 626 1.486 3.510 304 403 201 5.413 399 293 750 429 243 175 221 69 154 34 126 1.260 22.620
Seram Bagian Timur 25.856 857 804 2.173 9.877 565 517 1.127 12.350 490 607 992 1.054 812 343 423 133 330 45 261 2.650 62.266
Seram Bagian Barat 20.092 992 1.210 3.527 10.935 664 779 1.829 20.096 567 638 1.205 681 692 480 489 140 287 55 275 3.151 68.782
Kepulauan Aru 1.423 2.612 823 406 405 832 530 210 1.423 1.494 285 1.444 726 440 163 616 307 671 66 123 1.251 16.250
Maluku Barat Daya 1.676 926 463 426 474 598 676 221 1.296 530 212 417 250 225 110 231 88 164 19 91 679 9.772
Buru Selatan 2.852 342 306 153 727 1.718 149 197 2.649 195 143 367 210 119 86 108 34 75 17 62 617 11.127
Kota Ambon 29.879 1.450 1.720 4.192 11.591 19.362 1.212 1.107 2.174 829 918 1.551 1.141 717 670 809 281 506 71 396 3.628 84.205
Kota Tual 1.405 702 539 288 235 555 926 347 149 1.127 206 555 412 183 78 191 87 337 25 89 818 9.253
Sorong 1.757 374 343 403 622 869 321 221 209 1.302 214 1.579 653 1.524 957 683 146 292 72 36 69.412 81.989
Manokwari 4.890 1.775 1.023 1.060 1.191 2.120 1.174 659 550 2.570 1.015 2.213 2.363 2.863 1.414 5.233 1.380 1.873 936 954 7.252 44.508
Fak Fak 2.988 1.364 551 433 1.244 1.166 731 355 225 1.719 780 826 2.502 1.243 573 1.098 446 826 114 356 4.021 23.562
Sorong Selatan 2.115 528 285 249 506 744 384 184 129 1.309 302 1.565 1.906 839 704 894 194 342 87 675 4.281 18.223
Raja Ampat 1.510 278 181 235 361 462 205 116 122 969 159 1.250 1.208 408 732 288 91 209 55 539 4.901 14.277
Teluk Bentuni 2.670 741 448 345 738 770 853 288 179 1.788 424 989 4.658 1.932 1.086 517 831 1.180 213 426 4.020 25.093
Teluk Wondama 422 278 109 78 162 142 196 70 41 244 159 162 842 281 178 95 622 311 38 70 653 5.155
Kaimana 1.687 1.063 585 235 501 645 725 377 122 901 608 545 1.993 982 546 259 1.411 695 91 235 2.174 16.379
Tambrauw 158 57 33 34 38 68 38 21 18 83 33 71 64 76 92 46 169 45 60 31 234 1.470
Maybrat 696 148 136 160 246 344 127 87 83 515 85 88 625 259 603 379 270 58 116 29 27.482 32.535
Kota Sorong 4.592 1.364 1.060 1.073 1.948 1.813 1.067 682 556 3.412 780 39.176 4.459 2.689 4.674 3.744 1.454 548 1.141 204 16.886 93.323
Jumlah 117.657 21.628 15.272 23.854 56.689 66.648 14.750 10.054 12.491 ###### 13.000 52.729 33.060 ##### 20.234 12.128 17.586 6.425 11.034 2.444 22.725 149.700 803.041
4-11
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Gambar 7 Desireline Pergerakan Penumpang Moda Gabungan Tahun 2011Wilayah Papua Barat dan Maluku Tengah
4-12
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Gambar 8 Desireline Pergerakan Barang Moda Gabungan Tahun 2011Wilayah Papua Barat dan Maluku Tengah
4-13
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Pergerakan penumpang antara wilayah Raja Ampat dan Maluku Tengah berdasarkan data ATTN
2011 adalah sebesar 752 penumpang dan 1.510 ton barang. Data tersebut mengindikasikan
bahwa pergerakan antara wilayah Maluku Tengah dan Raja Ampat didominasi oleh pergerakan
barang. Sedangkan pergerakan dari wilayah Maluku menuju wilayah Papua Barat yang terbesar
adalah menuju Kota Sorong.
Perkembangan angkutan penyeberangan di wilayah Maluku Tengah dan Raja Ampat dapat
diidentifikasi dari lintas angkutan penyeberangan eksisting yang melayani wilayah Raja Ampat
dan Maluku:
4-14
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Gambar 9Perkembangan Arus Pergerakan Angkutan Penyeberangan di Wilayah Maluku dan Raja Ampat
4-15
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Sorong-Saonek Muatan
Tahun Trip PNP R4 R2 BRG
2011 50 162 6 53 672
2010 70 1422 79 81 259
2009 44 524 0 0 0
Saonek-Waisai Muatan
Tahun Trip PNP R4 R2 BRG
2011 50 164 6 53 627
2010 70 1273 79 81 0
Waisai-Kabarai Muatan
Tahun Trip PNP R4 R2 BRG
2011 50 181 0 1 72
2010 70 923 0 0 0
Sorong-Linmalas Muatan
Tahun Trip PNP R4 R2 BRG
2011 66 2.339 2 1 101
2010 40 1.916 0 0 0
Linmalas-Waigama Muatan
Tahun Trip PNP R4 R2 BRG
2011 66 1629 0 1 0
2010 40 1649 0 0 0
Sorong-Folley Muatan
Tahun Trip PNP R4 R2 BRG
2011 68 4.205 0 0 115
2010 40 2.553 0 0 0
Sumber: Perhubungan Darat Dalam Angka Tahun 2009,2010,2011,2012
Permintaan (demand) terhadap angkutan penyeberangan di wilayah Pulau Misool relatif masih
rendah dibandingkan dengan wilayah lainnya di Kabupaten Raja Ampat. Kapal penyebrangan
yang melayani wilayah Pulau Misool adalah KMP. Kurisi lintas Sorong-Pulau Misool.
Berdasarkan hasil survei dan data manifestasi kapal KMP. Kurisi, tingkat permintaan pada
tahun 2011- 2012 disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 4-7 Jumlah Penumpang KMP.Kurisi Juli 2011-Juni 2012 Lintas Sorong-Pulau Misool
Tarikan Bangkitan
Bulan Penumpang Barang Penumpang Barang
(orang) (ton) (orang) (ton)
Jan-12 110 101 0 0
Feb-12 50 15 140 2
Mar-12 80 15 210 2
Apr-12 320 26,5 100 0
Mei-12 0 0 80 10
Jun-12 150 11 180 2
Jul-11 250 2 0 0
Sep-11 70 2 0 5
Nop-11 40 3 40 5
Des-11 20 0,5 0 1
Jumlah 1090 176 750 27
Sumber: Data Manifestasi KMP. Kurisi Tahun 2012
4-16
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Perkiraan jumlah pergerakan penumpang antara Juli 2011 sampai dengan Juni 2012 adalah
sebesar 190 orang tiba dan 750 orang berangkat menuju Kota Sorong. Sedangkan pergerakan
barang adalah sebesar 176 ton yang tiba di Misool sedangkan yang didistribusikan menuju Kota
Sorong hanya sebesar 27 ton.
Perkiraan besaran bangkitan barang di wilayah Pulau Misool ditentukan berdasarkan data
eksisting pergerakan angkutan penyeberangan (KMP. Kurisi)dengan menggunakan angka
indeks pergerakan. Dalam menghitung bangkitan pergerakan, terdapat tiga komponen guna
lahan yang mempengaruhi, yaitu:
Berkaitan dengan lokasi studi di wilayah Pulau Misool, maka dapat dirumuskan beberapa
asumsi yang dapat mempermudah proses perhitungan besaran pergerakan:
Karakteristik wilayah yang diwakili oleh dianggap sama, yaitu merupakan wilayah
kepulauan.
Jumlah bangkitan barang maupun penumpang untuk lintas Wahai - Pulau Misool
mempunyai karakteristik yang sama dengan lintas Sorong Pulau Misool.
Data awal yang digunakan adalah data penumpang eksisting lintas Sorong - Waigama
(Pulau Misool) dengan menggunakan kapal penyeberangan KMP.Kurisi.
Persentase besaran pergerakan lintas Wahai Pulau Misool terhadap pergerakan
eksisting (lintas Sorong-Pulau Misool) adalah sebesar 75%.
Berdasarkan asumsi di atas, maka variabel intensitas (yang diwakili oleh besaran dan intensitas
penduduk) dianggap memiliki korelasi yang kuat terhadap variabel pergerakan (Y), dimana
secara umum dapat disimpulkan bahwa peningkatan jumlah penduduk pada suatu zona akan
diikuti oleh peningkatan jumlah pergerakan dari dan ke zona tersebut.
Mengacu pada asumsi di atas pula, dapat ditentukan indeks bangkitan pergerakan (i bangkitan)
dengan rumus sebagai berikut:
( )
4-17
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Sehingga dengan menggunakan rumus tersebut, didapat Indeks Pergerakan di wilayah Pulau
Misool adalah :
8800
8700
8600 y = 154,5x2 - 540,5x + 8402,5
8500 R = 0,9853
8400
8300
8200
8100
8000
7900
7800
0 1 2 3 4 5
8800
8600
y = 7653,4e0,0278x
8400 R = 0,7315
8200
8000
7800
0 1 2 3 4 5
3. Model pola konstan (skenario pesimis) dengan menggunakan laju pertumbuhan penduduk
sebesar 1,5%
4-18
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Bangkitan Tarikan
Tahun Polynomial Exponensial Konstan Linear Exponensial Konstan
(Optimis) (Moderat) (Pesimis) (Optimis) (Moderat) (Pesimis)
2010 747 747 747 818 818 818
2011 680 693 758 744 758 830
2012 700 712 770 765 779 842
2013 746 732 781 816 801 854
2014 819 753 792 896 824 867
2015 918 774 804 1.004 847 880
4-19
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Bangkitan Tarikan
Tahun Polynomial Exponensial Konstan Linear Exponensial Konstan
(Optimis) (Moderat) (Pesimis) (Optimis) (Moderat) (Pesimis)
2016 1.044 796 816 1.142 871 893
2017 1.196 818 828 1.308 895 906
2018 1.374 842 840 1.503 920 919
2019 1.579 865 853 1.728 946 933
2020 1.811 890 865 1.981 973 946
2021 2.069 915 878 2.263 1.001 960
2022 2.353 941 891 2.574 1.029 975
2023 2.664 967 904 2.914 1.058 989
2024 3.002 994 917 3.283 1.088 1.004
2025 3.365 1.022 931 3.681 1.118 1.018
2026 3.756 1.051 945 4.108 1.150 1.033
2027 4.172 1.081 959 4.564 1.182 1.049
2028 4.616 1.111 973 5.049 1.215 1.064
2029 5.085 1.143 987 5.562 1.250 1.080
2030 5.581 1.175 1.002 6.105 1.285 1.096
2031 6.104 1.208 1.017 6.676 1.321 1.112
2032 6.653 1.242 1.032 7.277 1.358 1.128
Sumber: Hasil Analisis Konsultan 2012
7.000
6.000
5.000
4.000
3.000
2.000
1.000
-
2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035
Gambar 4-10 Grafik Bangkitan Penumpang Lintas Wahai Pulau Misool Tahun 2011-2032
Hasil perhitungan terhadap pergerakan penumpang angkutan pada lintas Wahai-Pulau Misool
relatif kecil jika dibandingkan dengan lintas penyeberangan lainnya di Indonesia terutama di
wilayah Pulau Jawa. Pergerakan penumpang diperkrakan hanya sebesar 18 orang per hari
sampai dengan tahun 2032.
4-20
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Formula-formula yang digunakan adalah formula linier dan formula pangkat atau elastis
konstan sebagai berikut:
Y = b0 + b1 . x1+ b2 . x2 + + bn . xn
y = b0 . x1b1 . x2b2 xnbn
Dengan :
y = Variabel terikat, dalam hal ini penumpang
x1 xn = Variabel Bebas, disebut juga Prediktor
b0 = Konstanta
b1 bn = Koefisien Variabel bebas
b1 bn = pangkat Variabel bebas dan juga elastisitasnya
Data dasar yang digunakan sebagai variabel terikat (Y) adalah data pergerakan rata-rata yang
logis pada lintas-lintas angkutan penyeberangan yang terdapat di wilayah Maluku dan Raja
Ampat.
Y X1 X2
Tahun
(Pergerakan) (Penduduk) (PDRB)
2007 1.644,30 40.654 544.195,78
2008 1.665,17 41.170 544.831,24
2009 1.693,08 41.860 558.917,15
2010 1.719,29 42.508 540.747,13
2011 1.693,57 43.135 543.775,31
Berdasarkan Uji Korelasi, maka variabel bebas atau prediktor yang digunakan adalah data
jumlah penduduk dan data PDRB kabupaten Raja Ampat. Hasil analisis regresi dengan
menggunakan Microsoft Excel dapat dilihat pada tabel berikut ini:
4-21
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Regression Statistics
Multiple R 0,838579158
R Square 0,703215004
Adjusted R Square 0,406430009
Standard Error 22,28166655
Observations 5
ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 2 2352,726936 1176,363468 2,369442575 0,296784996
Residual 2 992,9453288 496,4726644
Total 4 3345,672265
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0%
Intercept 424,5159977 1027,749473 0,413053968 0,71964033 -3997,533077 4846,565073 -3997,533077 4846,565073
X1 (Penduduk) 0,024486608 0,011248894 2,176801456 0,161431887 -0,023913475 0,072886692 -0,023913475 0,072886692
X2 (PDRB) 0,000427127 0,00157513 0,271169015 0,811685125 -0,006350113 0,007204366 -0,006350113 0,007204366
Nilai R Square untuk mengukur seberapa dekatkah garis regresi yang diestimasi terhadap data
yang sebenarnya. Nilai R Squre hasil regresi terhadap variable di atas sebesar 0,708 yang
berarti bahwa 70 persen dari variasi dalam variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel
bebas.
Dengan:
Y = Bangkitan
X1 = Jumlah Penduduk
X2 = PDRB
Jumlah Pergerakan
Tahun Penduduk PDRB Penumpang
2012 43.772 546.820,46 1.729,89
2013 44.417 549.882,65 1.747,02
2014 45.073 552.961,99 1.764,38
2015 45.738 556.058,58 1.781,98
2016 46.412 559.172,51 1.799,84
4-22
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Jumlah Pergerakan
Tahun Penduduk PDRB Penumpang
2017 47.097 562.303,87 1.817,94
2018 47.792 565.452,78 1.836,30
2019 48.497 568.619,31 1.854,92
2020 49.213 571.803,58 1.873,80
2021 49.939 575.005,68 1.892,95
2022 50.676 578.225,71 1.912,36
2023 51.423 581.463,78 1.932,05
2024 52.182 584.719,97 1.952,02
2025 52.952 587.994,40 1.972,27
2026 53.733 591.287,17 1.992,81
2027 54.526 594.598,38 2.013,64
2028 55.330 597.928,13 2.034,76
2029 56.147 601.276,53 2.056,18
2030 56.975 604.643,68 2.077,90
2031 57.815 608.029,68 2.099,93
2032 58.668 611.434,65 2.122,27
Sumber: Hasil Perhitungan Konsultan, 2012
1. Sembilan Bahan Pokok atau sering disingkat Sembako adalah sembilan jenis kebutuhan
pokok masyarakat menurut keputusan Menteri Industri dan Perdagangan
no.115/mpp/kep/2/1998 tanggal 27 Februari 1998 meliputi beras, daging, minyak
goreng, susu, jagung, minyak tanah, dan garam.
2. Konsumsi daging adalah 20 kg per org per tahun
3. Konsumsi Beras adalah 0,5 kg 0,5 kg per org per hari
4. Minyak Goreng adalah 12,5 kg per kk per tahun
5. Konsumsi Susu adalah 12,8 liter per kk per tahun
4-23
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Berdasarkan asumsi tersebut maka dapat dihitung kebutuhan konsumsi penduduk di Pulau
Misool yang merupakan potensi pergerakan barang yang dapat didistribusikan dengan
menggunakan angkutan penyeberangan. Perkiraan besaran pergerakan barang (sembako)
sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4-13 Proyeksi Besaran Pergerakan Barang di Pulau Misool Tahun 2011-2032
Berdasarkan data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat, sebagian besar
wisatawan yang berkunjung ke wilayah Raja Ampat merupakan wisatawan manca negara yang
berasal dari berbagai negara. Pada tahun 2001 jumlah kunjungan wisatawan di wilayah Raja
4-24
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Ampat adalah sebesar 3.833 orang dengan persentase 82% turis asing dan 18% wisatawan
lokal.
18%
82%
Berdasarkan objek wisata serta aktivitas yang menarik bagi para wisatawan di Kabupaten Raja
Ampat, maka dapat diperkirakan sebaran pergerakan wisatawan dimana sebesar 40% menuju
Pulau Waigeo sedangkan yang menuju wilayah Pulau Misool sebesar 4% dari total wisatawan
mancanegara maupun wisatawan lokal. Sebaran pergerakan wisatawan di Wilayah Raja Ampat
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
4-25
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Pulau Misool
Pulau Salawati
4%
12% Pulau Waigeo
Pulau Batanta 40%
8%
Pulau Saonek
8%
Pulau Kri
8%
Objek-bjek wisata yang berkembang di Wilayah Raja Ampat sebagian besar terdapat di Waigeo
Utara, Waigeo Selatan Waigeo barat, Batanta, Kofiau, dan pulau-pulau kecil yang tersebar
hampir di seluruh wilayah Raja Ampat. Sedangkan untuk wilayah Misool yang lokasinya relatif
jauh dari Kota Sorong atau Kota Waisai (ibukota Kabupaten Raja Ampat) jika dibandingkan
dengan wilayah lainnya di Kabupaten Raja Ampat memiliki potensi wisata pemandangan goa,
pulau-pulau karst, dan melakukan aktivitas penyelaman atau snorkeling. Proyeksi pergerakan
wisatawan menuju Pulau Misool pada tahun 2032 diperkirakan sebesar 587orang.
4-26
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Jumlah kendaraan roda 4 maupun roda 2 di Pulau Misool relatif masih sangat sedikit dan hanya
terdapat di Distrik Misool yaitu sebanyak 2 unit mobil dan 5 unit sepeda motor. Perhitungan
pergerakan kendaraan di wilayah Pulau Misool didapatkan melalui kriteria penentuan
kebutuhan kendaraan sebagai berikut:
Hasil perhitungan terhadap pergerakan kendaraan lintas Wahai-Pulau Misool dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Roda 4
Tahun Roda 2 Truk 8 ton
(pribadi)
2013 54 6 216
2014 54 6 219
2015 54 6 223
2016 57 6 226
2017 60 7 229
2018 63 7 233
2019 66 7 236
2020 69 8 240
2021 73 8 243
2022 76 9 247
2023 80 9 250
2024 84 10 254
2025 88 10 258
2026 93 10 262
2027 97 11 265
2028 102 12 269
2029 107 12 273
2030 113 13 277
2031 118 13 281
2032 124 14 286
Sumber: Hasil Analisis Konsultan Tahun 2012
4-27
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
300
250
200
150
100
50
-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Wilayah Pulau Misool diarahkan menjadi daerah tujuan wisata khususnya wisata bahari dan
wisata alam. Hal tersebut berdampak pada peningkatan arus kendaraan, dimana pada beberapa
kampung direncanakan menjadi kampung wisata sehingga ada kebijakan pembatasan
pergerakan kendaraan di wilayah tersebut. Perkiraan pergerakan kendaraan di wilayah Pulau
Misool adalah kendaraan jenis truk yang berfungsi sebagai alat transportasi yang
mendistribusikan bahan kebutuhan sehari-hari.
Dasar-dasar pertimbangan yang digunakan dalam penentuan alternatif lokasi dermaga adalah
sebagai berikut:
a. Integrasi angkutan penyeberangan dengan sistem transportasi darat yang ada. Angkutan
penyeberangan yang berfungsi sebagai jembatan terapung pada dasarnya tidak hanya
sekedar menghubungkan dua buah simpul saja, akan tetapi lebih merupakan media untuk
menghubungkan wilayah yang lebih luas yang masih terlayani oleh sistem transportasi
darat.
b. Pemerataan, dalam arti bahwa lintasan penyeberangan sedapat mungkin
menjangkau/melayani wilayah yang seluas-luasnya.
c. Pertumbuhan, dalam arti adanya angkutan penyeberangan akan menunjang pertumbuhan
wilayah.
4-28
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Berdasarkan hasil survei di wilayah Pulau Misool maka diperoleh 3 alternatif lokasi
pengembangan pelabuhan penyeberangan. Lokasi alternatif pengembangan pelabuhan
Penyeberangan di Pulau Misool, antara lain:
4-29
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Alt 2
Linmalas
Alt 3
Alt 1 Folley
Waigama
4.3.2.1 Topografi
Pengukuran dilakukan dengan Pola Poligon tertutup dimana awal dan akhir dari pengukuran
bertemu pada titik yang sama. Titik-titik Poligon digunakan sebagai kerangka horizontal
pengukuran. Referensi ketinggian didapat dari hasil perhitungan pasang surut selama 15 hari.
Berdasarkan hasil survei dan pengukuran dilapangan diketahui kondisi topografi secara umum
berupa dataran yang topographinya bergunung-gunung dan berbukit dengan derajat
kemiringan sampai 45O.
Koordinat Bench Mark (BM), hasil pengukuran ini adalah sebagai berikut:
4-30
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Pulau Misool merupakan wilayah yang berbukuit-bukit dan pada hamparan dataran rendah
merupakan lahan yang subur dan luas dimana biasanya penduduk terkonsentrasi. Sebagian
besar wilayah di Pulau Misool kondisinya masih berupa lahan yang kosong dan penduduknya
relatif sedikit dan permukiman penduduk menyebar disepanjang pesisir pantai.
4.3.2.2 Bathymetri
Pada umumnya kondisi perairan di Pulau Misool terkenal dengan perairan dangkal dan kaya
akan terumbu karang. Kondisi gelombang yang cukup tinggi terjadi pada musim selatan
ataupun musim barat. Untuk lokasi pekerjaan sendiri secara umum sampai kedalaman 10m
sejauh 100 200m dari pinggir pantai, dan langsung terdapat palung/tumbir di depannya
dengan kedalaman sampai 40m . Hambatan bagi pelayaran terkait kondisi perairan yaitu
terdapatnya pulau-pulau kecil serta perairan yang dangkal disekitar pulau tersebut.
Pengamatan pasang surut dilakukan selama 15 hari di lokasi selama survey berlangsung.
Pengukuran pasang surut dilakukan dengan mempergunakan alat pencatatan pasut secara
manual. Lokasi pengamatan elevasi muka air berada di dermaga eksisting (dermaga Beton ) di
Desa Solafen Distrik Misool.
4-31
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Dari hasil pengamatan pasut yang dilakukan selama 15 hari dengan interval waktu pengamatan
pasut setiap 1 jam mulai dari tanggal 8 Juli 2012 22 Juli 2012 diperoleh data seperti pada
tabel di bawah ini:
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
8 Juli 9 Juli
Jam/Tgl Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli Juli
2012 2012
2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012 2012
0:00:00 85,0 57,0 68,0 108,0 60,0 98,0 81,0 94,0 96,0 99,0 98,0 97,0 89,0 97,0 85,0
1:00:00 70,0 57,0 59,0 99,0 67,0 102,0 93,0 90,0 90,0 105,0 104,0 104,0 108,0 115,0 103,0
2:00:00 86,0 67,0 60,0 85,0 76,0 98,0 108,0 103,0 99,0 100,0 110,0 116,0 117,0 137,0 130,0
3:00:00 93,0 77,0 72,0 70,0 87,0 84,0 92,0 90,0 103,0 104,5 124,0 124,0 125,0 125,0 125,0
4:00:00 106,0 98,0 83,0 86,0 98,0 99,0 107,0 105,0 108,0 109,5 117,0 119,0 118,0 116,0 120,0
5:00:00 118,0 108,0 94,0 93,0 109,0 103,0 111,0 109,0 114,0 116,0 112,0 110,0 106,0 104,0 113,0
6:00:00 125,0 113,0 104,0 106,0 110,0 112,0 116,0 114,0 109,0 111,0 103,0 109,0 93,0 94,0 108,0
7:00:00 117,0 120,0 116,0 118,0 119,0 117,0 109,5 108,0 105,0 107,0 99,0 98,0 86,0 83,0 98,0
8:00:00 108,0 125,0 125,0 125,0 124,0 124,0 104,5 103,0 90,0 92,0 84,0 87,0 70,0 72,0 77,0
9:00:00 89,0 130,0 137,0 117,0 116,0 110,0 100,0 99,0 103,0 108,0 98,0 76,0 85,0 60,0 67,0
10:00:00 88,0 103,0 115,0 108,0 104,0 104,0 105,0 90,0 90,0 93,0 102,0 67,0 99,0 59,0 57,0
11:00:00 78,0 85,0 97,0 89,0 97,0 98,0 99,0 81,0 94,0 81,0 98,0 60,0 108,0 68,0 57,0
12:00:00 69,0 75,0 76,0 88,0 81,0 88,0 85,0 77,0 100,0 95,0 87,0 71,0 115,0 78,0 62,0
13:00:00 65,0 60,0 63,0 78,0 77,0 76,0 79,0 68,0 94,0 100,0 78,0 89,0 128,0 81,0 71,0
14:00:00 67,0 59,0 58,0 67,0 68,0 67,0 74,0 59,0 88,0 90,0 60,0 98,0 119,0 99,0 90,0
15:00:00 73,0 68,0 60,0 51,0 59,0 60,0 70,0 60,0 74,0 85,0 65,0 105,0 106,0 118,0 104,0
16:00:00 89,0 71,0 67,0 63,0 60,0 55,0 66,0 65,0 70,0 71,0 88,0 97,0 90,5 109,0 112,0
17:00:00 100,0 88,0 74,0 79,0 65,0 60,0 60,0 74,0 65,0 66,0 74,0 86,0 87,0 99,0 109,0
18:00:00 109,0 99,0 87,0 86,0 74,0 66,0 65,0 88,0 60,0 60,0 65,0 79,0 74,0 88,0 100,0
19:00:00 112,0 109,0 90,5 97,0 88,0 71,0 70,0 65,0 66,0 55,0 60,0 63,0 67,0 71,0 89,0
20:00:00 104,0 118,0 106,0 105,0 65,0 85,0 74,0 60,0 70,0 60,0 59,0 51,0 60,0 68,0 73,0
21:00:00 90,0 99,0 119,0 98,0 60,0 90,0 88,0 78,0 74,0 67,0 68,0 67,0 58,0 59,0 67,0
22:00:00 71,0 81,0 128,0 89,0 78,0 100,0 94,0 87,0 79,0 76,0 77,0 78,0 63,0 60,0 65,0
23:00:00 62,0 78,0 115,0 71,0 87,0 95,0 100,0 98,0 85,0 88,0 81,0 88,0 76,0 75,0 69,0
Ket :Satuan dalam Centimeter
4-32
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
1,50
Elevasi Muka Air (m)
1,00
0,50
0,00
0 24 48 72 96 120 144 168 192 216 240 264 288 312 336 360
Waktu Pengamatan (Jam)
Admiralty
Hingest Water Spring (HWS) = 149,9 cm 1,499 m
Mean High Water Spring(MHWS) = 135,1 cm 1,351 m
Mean High Water Level (MHWL) = 115,1 cm 1,151 m
Mean Sea Level (MSL) = 89,3 cm 0,893 m
Mean Low Water Level (MLWL) = 60,6 cm 0,606 m
Mean Low Water Spring (MLWS) = 39,5 cm 0,395 m
Lowest Water Spring (LWS) = -0,6 cm -0,006 m
Berdasarkan data tersebut akan ditentukan tipe pasang surut serta elevasi muka air laut yang
ada di Pulau Misool. Pasang tertinggi berada di 1,499m dan surut terendah berada di ketinggian
-0,006m. Data tersebut berguna dalam menentukan tipe dermaga penyeberangan yang akan di
rencanakan di lokasi yang telah ditentukan.
4-33
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
4-34
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
A. Sisi Daratan
Lokasi pengembangan cukup luas dan telah direncanakan dalam Draft RTRW Kabupaten
Raja Ampat Tahun 2010-2030.
Telah tersedia akses jalan yang cukup baik dari dan menuju dermaga berupa jalan beton
sepanjang 500 m dan akses jalan menuju kampung masih berupa jalan batu.
Status lahan merupakan milik pemerintah seluas 2 Ha yang sudah dibebaskan dari
kepemilikan adat dan didukung oleh surat pembebasan lahan.
Telah tersedia dermaga eksisiting dengan tiang pancang baja, namun perlu pemasangan
ramdoor dan perbaikan tiang pancang karena sebagian tiang sudah goyang apabila
perahu bersandar.
Bangunan dermaga memiliki panjang trestle 107 m dengan lebar 5,5 m dan panjang
dermaga 52 m.
4-35
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
B. Sisi Perairan
Kondisi perairan cukup tenang karena berada di wilayah teluk serta terlindungi oleh
keberadaan pulau-pulau kecil di sebelah utara lokasi alternatif.
Kedalaman perairan tempat sandar kapal laut di kedalaman -7 m
Pasan surut tertinggi 1m.
Wilayah perairan dapat disandari kapal meskipun ketika musim Angin Selatan.
A. Sisi Daratan
Lokasi merupakan daerah pusat permukiman dua desa.
Akses jalan yang ada merupakan jalan tanah.
Status lahan merupakan milik adat dan perorangan.
Terdapat dermaga kayu dengan panjang trestle 400 m lebar 6 m dan lebar dermaga
21m.
4-36
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
4-37
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
B. Sisi Perairan
Dermaga sebagai tempat sandar kapal dengan kedalaman laut -7 m berada pada jarak
400 m
Tidak bisa disandari kapal setiap saat, karena pada musim angin selatan kondisi
perairan berombak dan arus cukup kencang.
Lokasi merupakan wilayah perairan dangkal sehingga ketika air surut maka lokasi
sangat sulit untuk disandari oleh kapal.
4-38
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
A. Sisi Daratan
Lokasi merupakan daerah bekas dermaga yang terbengkalai pembangunannya
dikarenakan keterbatasan anggaran pemerintah.
Akses jalan yang ada merupakan jalan semen dan tanah.
Status lahan merupakan milik adat dan perorangan yang siap dibebaskan jika
dilaksanakan pembangunan serta
Areal pengembangan yang luas dan telah direncanakan untuk pengembangan
pelabuhan.
Jarak menuju ke pemukiman 500 m.
Telah tersedia tiang pancang baja yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan
dermaga.
Merupakan lokasi pengambangan pelabuhan berdasarkan Rencana Tata Ruang
Kabupaten Raja Ampat
4-39
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
4-40
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
B. Sisi Perairan
Kondisi perairan relatif tenang dan dapat difungsikan sepanjang tahun.
Kedalaman -7 berada sejauh 81,4 m dari tepi pantai.
Merupakan wilayah pantai berlumpur.
4-41
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemerintah Kabupaten Raja Ampat, maka lokasi Folley
menjadi salah satu lokasi yang sangat direkomendasikan untuk pengembangan pelabuhan
penyeberangan. Selain adanya dukungan dari rencana tata ruang, kondisi perairan di wilayah
ini sangat mendukung baik dari kedalaman perairan, areal pengembangan di darat serta dapat
dilayari sepanjang tahun.
Penentuan lokasi pelabuhan penyeberangan di Pulau Misool dengan cara memberikan nilai
tertentu pada setiap parameter yang disyaratkan, kemudian diberikan juga pembobotannya
karena setiap parameter memiliki tingkat kepentingan yang berbeda-beda. Kriteria yang
berpengaruh dalam menentukan lokasi pelabuhan, meliputi:
1. Kondisi Teknis Perairan, penilaian terhadap kondisi perairan didasarkan atas parameter
yang berhubungan dengan kondisi perairan dimana lokasi pelabuhan akan direncanakan.
Parameter yang berhubungan dengan kondisi fisik alam perairan terdiri dari; gelombang,
ruang gerak kapal, alur pelayaran, arus air, dan pasang surut permukaan air.
4-42
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
2. Kondisi Teknis Daratan, kriteria penilaian terhadap kondisi areal darat di lokasi rencana
pelabuhan didasarkan atas ketersediaan serta kondisi sarana, prasarana maupun
infrastruktur yang telah ada maupun tersedia di wilayah darat rencana lokasi pelabuhan.
Kriteria ini didasarkan atas tersedianya jalan akses ke lokasi rencana pelabuhan, kondisi
topografi yang sesuai untuk perencanaan pelabuhan, status lahan dan ketersediaan lahan
untuk area pengembangan.
3. Lingkungan dan Hinterland, kriteria penilaian terhadap penentuan lokasi rencana
pelabuhan yang strategis dipandang dari pengaruh keberadaan pelabuhan tersebut
terhadap daerah yang ada disekitar pelabuhan (wilayah belakang/hinterland). Kriteria ini
didasarkan atas perkiraan dampak yang akan muncul dengan dibangunnya pelabuhan
tersebut terhadap kawasan sekitar pelabuhan itu sendiri dan hinterland-nya. Perencanaan
pelabuhan ini diharapkan memberi dampak positif terhadap kondisi sosial maupun
pertumbuhan ekonomi wilayah dan daerah lain yang memanfaatkan pelabuhan ini.
4. Keterpaduan Dengan Moda Transportasi Lain, penilaian ini didasarkan atas
ketersediaan serta kemudahan moda transportasi lain untuk menjangkau lokasi rencana
pelabuhan. Hal ini tidak lepas dari ketersediaan sarana serta prasarana transportasi di
lokasi rencana pelabuhan. Sudah tersedianya moda transportasi darat dan udara maupun
dalam pengembangan jangka panjang yang lokasinya berdekatan dengan rencana lokasi
pelabuhan menjadi poin penting dalam penilaian ini.
5. Prasarana Penunjang, Sudah tersedia dan lengkapnya sarana dan prasarana pendukung
yang dapat menunjang berbagai kegiatan di lokasi rencana pelabuhan nantinya, akan
menjadi pertimbangan penting dalam kriteria ini. Sudah tersedianya fasilitas di suatu
wilayah memberi andil dalam berbagai perencanaan pekerjaan di suatu wilayah. Seperti
dengan tesedianya fasilitas jaringan air bersih, listrik, telekomunikasi, stasiun pengisian
BBM, serta fasilitas penunjang lain.
6. Kebijakan dan Status Lahan, Penentuan lokasi untuk perencanaan pelabuhan ditetapkan
oleh Menteri berdasarkan Tatanan Kepelabuhan Nasional, setelah mendapat rekomendasi
dari Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya
terhadap keterpaduan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota
yang telah disusun. Selain itu identifikasi status kepemilikan lahan (milik pribadi, adat atau
tanah negarasangat penting dilakukan serta meneliti apakah sudah sesuai dengan rencana
tata ruang yang sudah disusun.
4-43
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Pemilihan lokasi terhadap 3 alternatif rencana lokasi pelabuhan penyeberangan di Pulau Misool
dilakukan berdasarkan kriteria pemilihan seperti yang telah dijelaskan diatas. Pemilihan lokasi
dilakukan dengan sistem penilain (scoring) dengan metode pembobotan yaitu pemberian nilai
terhadap kriteria yang harus dipenuhi oleh setiap lokasi alternatif, kemudian dikalikan dengan
bobot dan kriteria menggunakan skala sampai 10, sedangkan penentuan bobot dilakukan
berdasarkan pada skala keterkaitan kriteria tersebut dengan perencanaan dan pembangunan
pelabuhan penyeberangan.
Kriteria yang harus dipenuhi dengan penentuan nilai terhadap setiap indikator dari kriteria
tersebut :
Indikator yang digunakan dalam kriteria ini adalah jarak dari garis pantai sampai ke
kedalaman yang diperlukan untuk ukuran kapal yang sudah ditentukan. Semakin pendek
jarak ini maka biaya pembangunan akan semakin kecil dan semakin kecil pula dampak
pembangunan terhadap lingkungan. Dengan demikian jarak yang pendek diberi nilai yang
besar. Sedangkan untuk pemberian bobot, menimbang jarak ini berbanding lurus dengan
biaya pembangunan dan dampak terhadap lingkungan, maka kriteria kedalaman pantai
diberi bobot 10 %. Berikut adalah nilai untuk masing-masing indikator kedalaman pantai:
Arus Dominan
Arus dorninan adalah arus yang frekuensi kejadiannya paling sering. Indikator yang
digunakan dalam kriteria arus dominan adalah kecepatannya, sedangkan arahnya tidak
dipakai sebagai indikator karena dapat disiasati dengan penempatan arah dermaga. Semakin
kecil kecepatan arus dominan maka akan semakin memudahkan manuver kapal ketika akan
sandar atau akan berangkat. Selain itu, kecepatan arus dominan yang kecil juga akan
4-44
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Gelombang Dominan
Gelombang dominan adalah gelombang yang frekuensi kejadiannya paling sering. Indikator
yang digunakan dalam kriteria gelombang dominan adalah tingginya, sedangkan arahnya tidak
dipakai sebagai indikator karena dapat disiasati dengan penempatan arah dermaga, sementara
periodanya tidak dipakai karena lebih banyak digunakan untuk penentuan refraksi-defraksi
gelombang dalam kolam. Tinggi gelombang dominan berpengaruh besar pada operasional kapal
dan biaya pembangunan, dengan demikian kriteria ini diberi bobot 10 %. Sedangkan untuk
pemberian nilai indikator, semakin kecil tinggi gelombang dominan semakin besar nilai yang
diberikan.
4-45
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Pasang Surut
Indikator yang digunakan dalam kriteria pasang surut adalah beda pasang terendah (Lowest
Low Water Level, LLWL) dan pasang tertinggi (Highest High Water Level, HHWL) atau biasa
disebut sebagai tunggang pasang. Tunggang pasang ini akan berpengaruh pada operasional
bongkar-muat serta biaya pembangunan, khususnya pembangunan struktur penghubung
antara dermaga dengan kapal. Untuk tunggang pasang yang kecil, struktur penghubung bisa
menggunakan tipe plengsengan (slipway) yaitu tipe yang paling murah. Dengan demikian,
tunggang pasang yang kecil diberi nilai yang besar. Sedangkan untuk pemberian bobot,
menimbang tunggang pasang ini berpengaruh terhadap biaya pembangunan, maka diberi bobot
8 %. Berikut adalah nilai untuk masing-masing indikator beda pasang surut.
Sedimentasi
Sedimen yang ada di air, baik sedimen dasar (bed load) maupun sedimen layang (suspended
load) bisa berpotensi menyebabkan sedimentasi (pendangkalan). Adanya pendangkalan
perairan ini dapat mengganggu pengoperasian pelabuhan penyeberangan, sehingga harus
dilakukan pengerukan secara berkala, dan itu bisa membutuhkan biaya operasional yang cukup
mahal serta terhentinya pelayanan penyeberangan. Idealnya, indikator yang digunakan dalam
kriteria ini adalah berapa besar potensi sedimentasi yang mungkin terjadi. Tetapi, karena hal
tersebut membutuhkan studi dan survey khusus yang tidak termasuk dalam pekerjaan ini,
maka indikator yang digunakan adalah indikator kualitatif, yaitu letak rencana lokasi tersebut
ditinjau dari sisi kedekatannya dengan hal-hal yang berpotensi menyebabkan sedimentasi
seperti muara sungai dan bangunan yang menjorok ke laut. Menimbang sedimentasi ini
berpengaruh terhadap pengoperasian pelabuhan dan juga biaya operasional, maka kriteria ini
diberi bobot 8 %. Berikut adalah nilai untuk masing-masing indikator sedimentasi.
4-46
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Alur Pelayaran
Indikator yang digunakan dalam kriteria alur pelayaran adalah lebar dan kedalamannya.
Dengan alur yang lebar dan kedalaman yang cukup maka resiko kecelakaan akan semakin kecil
serta memudahkan operasional kapal dan juga mengurangi biaya pengadaan alat bantu
navigasi. Dengan demikian, alur pelayaran yang lebar dan kedalaman alur yang dalam, diberi
nilai yang besar. Sedangkan untuk pemberian bobot, menimbang lebar dan kedalaman alur
pelayaran ini berkaitan langsung dengan faktor keselamatan pelayaran, maka diberi bobot 10
%. Berikut adalah nilai untuk masing-masing indikator alur pelayaran.
Aksesibilitas
Indikator yang digunakan dalam kriteria aksesibilitas adalah ada atau tidaknya akses yang
menghubungkan rencana lokasi pelabuhan dengan jaringan jalan, jarak (kualitatif, jauh atau
dekat) rencana lokasi pelabuhan dengan jaringan jalan tersebut, serta keberadaan rencana
lokasi pelabuhan tersebut (di dalam atau di luar kota). Ada atau tidaknya akses serta jarak
terhadap akses tersebut akan berpengaruh pada biaya pembangunan, khususnya biaya untuk
membuat jalan akses. Sedangkan keberadaan rencana lokasi akan berpengaruh pada kemauan
atau keengganan masyarakat untuk memakai angkutan penyeberangan. Dengan demikian, bila
rencana lokasi pelabuhan terletak dekat dengan jalan akses dan berada di dalam kota, akan
4-47
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
diberikan nilai yang tinggi. Mengingat kriteria ini cukup penting, maka diberi bobot 10 %.
Berikut adalah nilai untuk masing-masing indikator aksesibilitas.
Aksesebilitas atau
Ketersediaan Akses Terhadap Pusat Aktifitas/Pemukiman
Ketersediaan Jalan Nilai
Dekat dengan jalan utama dan pusat aktivitas
10
perekonomian (aspal)
Dekat dengan jalan utama dan pusat aktivitas
8
perekonomian (tanah)
Jalan tanah ke jalan utama cukup dekat 6
Jalan tanah ke jalan utama cukup jauh (jalan setapak) 4
Tidak terdapat jalan eksisting di sekitar lokasi 2
Topografi
Indikator yang digunakan dalam kriteria kondisi lahan untuk fasilitas darat pelabuhan adalah
daya dukung tanah (kekuatan tanah untuk mendukung berat bangunan), kelandaian lahan,
serta terpengaruh atau tidak oleh pasang surut. Dengan demikian, untuk kondisi lahan dengan
daya dukung yang baik, datar, serta tidak terpengaruh pasang surut, akan diberi nilai yang
tinggi karena akan mengurangi biaya pembangunan fasilitas darat. Untuk kriteria ini, bobot
yang diberikan adalah 8 %. Berikut adalah nilai untuk masing-masing indikator kondisi lahan.
Ketersediaan Lahan
Indikator yang digunakan dalam kriteria ketersediaan lahan adalah status kepemilikan lahan
(milik pribadi atau tanah negara), luas lahan (cukup atau tidak untuk fasilitas darat pelabuhan),
kondisi lahan (kosong atau ada bangunan permanen), masalah pembebasan lahan (bisa
dibebaskan atau tidak), serta masalah Rencana Umum Tata Ruang (sesuai atau tidak). Untuk
4-48
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
status kepemilikan lahan, tanah negara diberi nilai yang tinggi karena berkaitan dengan
kemudahan pembebasan dan ganti rugi yang relatif lebih murah. Demikian juga untuk lahan
yang sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR), diberi nilai yang tinggi. Mengingat
kriteria ini sangat penting, maka diberi bobot 10 %. Berikut adalah nilai untuk masing-masing
indikator ketersediaan lahan.
Fasilitas pendukung
Indikator yang digunakan dalam kriteria fasilitas pendukung adalah keberadaan fasilitas air
bersih, listrik, komunikasi, dan bahan bakar. Indikator-indikator ini tidak begitu mutlak harus
sudah tersedia, sehingga bobot untuk kriteria ini adalah 6 %. Berikut adalah nilai untuk masing-
masing indikator fasilitas pendukung.
4-49
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
4-50
BAB 5 KAJIAN MANFAAT TRANSPORTASI
PENYEBERANGAN
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol)
Manfaat Langsung
Peluang investasi
Manfaat Langsung
Keuntungan pelayanan
Manfaat Bagi Pendapatan
jasa
Daerah
Terlaksananya program
pembangunan
Peningkatan pelayanan
bagi masyarakat Manfaat Bagi Manfaat Bagi
Manfaat Tidak Langsung Pemerintah Operator
Sektor transportasi
sebagai pemicu
pertumbuhan wilayah
Meningkatkan kredibilitas
dan dukungan kepada Manfaat Langsung
pemerintah Manfaat Bagi Peningkatan
Masyarakat aksesibilitas wilayah
Kesempatan kerja
Manfaat Tidak Langsung
Munculnya aktivitas
baru di sekitar
pelabuhan
Penurunan harga-harga
sebagai dampak dari
penurunan biaya
transportasi
Angkutan penyeberangan memiliki karakater yang khas yang berbeda dengan moda angkutan
lainnya. Angkutan penyeberangan memilki karakter yang hampir mirip dengan angkutan jalan
(highways) atau angkutan kereta api (railways) karena hanya dapat melayani pengguna jasa
pada daerah cakupan (catchment area) yang terbatas..
Manfaat proyek dibagi menjadi 2 macam, yaitu manfaat yang dapat dihitung atau dinilai dengan
uang (tangible) dan manfaat yang sulit dihitung atau dinilai dengan uang (intangible). Tangible
benefit dibagi menjadi dua macam, yaitu manfaat langsung (direct benefit) dan manfaat tidak
langsung (indirect benefit). Pembangunan transportasi penyeberangan pada wilayah Pulau
Misool akan memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung baik bagi
masyarakat, pemerintah maupun operator angkutan.
5-2
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Perhitungan nilai manfaat bagi pemerintah diestimasi dengan metode pendapatan (income
approach), yaitu menghitung nilai kontribusi pergerakan dalam satu tahun terhadap
pendapatan daerah. Nilai kontribusi pergerakan dihitung sebagai pembagian PDRB sektor
transportasi terhadap jumlah pergerakan angkutan laut maupun penyeberangan. Pendapatan
pemerintah Kabupaten Raja Ampat pada sektor transportasi yaitu dari angkutan
penyeberangan dikarenakan pergerakan di Wilayah Kabupaten Raja Ampat sebagian besar
menggunakan angkutan penyeberangan. Untuk angkutan jalan masih sangat terbatas, selain itu
trayek angkutan yang melayani wilayah Kabupaten Raja Ampat masih pada tahap perencanaan.
Pendapatan Kabupaten Raja Ampat dari sektor transportasi pada tahun 2010 adalah Rp
7.086.650.000. Kontribusi 1 pergerakan terhadap sektor transportasi diperkirakan dengan
membagi PDRB pada sektor transportasi dibagi jumlah pergerakan (penduduk pada umur 15-
59 tahun) yaitu 25.210 pergerakan. Dengan demikian diperoleh kontribusi 1 pergerakan pada
sektor transportasi adalah sebesar Rp.317.683,-. Kontribusi angkutan penyeberangan dihitung
berdasarkan nilai kontribusi 1 pergerakan dikalikan dengan potensi pergerakan angkutan
penyeberangan di wilayah Pulau Misool. Pergerakan antar wilayah di Kabupaten Raja Ampat
sebagian besar memanfaatkan angkutan penyeberangan. Berdasarkan asumsi sebesar 50% dari
kontribusi transportasi berasal dari angkutan penyeberangan, makamanfaat pengembangan
angkutan penyeberangan terhadap pendapatan daerah dapat dilihat pada tabel berikut ini:
5-3
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Manfaat tidak langsung (Secondary Benefit) adalah multiplier effect dari pembangunan
transportasi penyeberangan yang merupakan dinamika yang timbul, antara lain:
- Meningkatnya jumlah penduduk yang merangsang naiknya permintaan barang dan jasa.
- Meningkatnya kegiatan perekonomian, berkembangnya usaha di sektor pertanian,
industri, perdagangan, jasa dan meningkatnya arus barang masuk ke Pulau Misool.
- Meningkatnya kebutuhan untuk kawasan pemukiman dan infrastruktur pendukung
lainnya
- Pada akhirnya dapat meningkatkan PDRB dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
5-4
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Penghematan biaya dan waktu tempuh antara kondisi eksisting dengan rencana
pengembangan lintas Pulau Misool-Maluku dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5-2 Manfaat Penghematan Biaya Perjalanan Pada Lintas Wahai-Pulau Misool
5-5
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
Sebagai contoh perbandingan yaitu harga beras di Kota sorong Rp.9000 per kg
sedangkan di Pulau Misool mencapai Rp13000-Rp 15000 per kg.
Pengembangan angkutan penyeberangan lintas Wahai-Pulau Misool diharapkan
memberikan manfaat bagi penurunan harga karena tersedianya transportasi yang
relatif dapat menekan biaya distribusi dibandingkan dengan kondisi yang ada saat ini.
- Meningkatkan kesempatan kerja.
Pengembangan transportasi penyeberangan memberikan kesempatan bekerja pada
masyarakat Pulau Misool pada bidang transportasi maupun pada usaha-usaha yang
akan berkembang sebagai dampak dari pembangunan pelabuhan penyeberangan.
Manfaat yang dapat dirasakan secara tidak langsung melalui pembangunan transportasi
penyeberangan, antara lain:
5-6
BAB 6 KESIMPULAN DAN RENCANA
KERJA SELANJUTNYA
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol)
6.1.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil survei dan analisis pra kelayakan pelabuhan penyeberangan di Pulau Misool
(Lintas Wahai-Pulau Misool), maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain:
Aspek yang Dikaji Hasil Analisis Pra Kelayakan Kriteria Pra Kelayakan
6-2
Pradesain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Missol (Lintas Wahai Pulau Missol) Tahun 2012
6-3
DAFTAR PUSTAKA