Anda di halaman 1dari 53

Bab 3

CALON KSP SUDUT KEPENTINGAN PERTUMBUHAN


EKONOMI KAWASAN INDUSTRI KARIANGAU DAN
BULUMINUNG DI KOTA BALIKPAPAN DAN KABUPATEN
PENAJAM PASER UTARA

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

3.1
3.1.1

Kajian Potensi dan Karakteristik


Pengembangan Kawasan
Identifikasi Awal Kawasan

3.1.1.1 Kawasan Industri Kariangau di


Kota Balikpapan
Berdasarkan
Peraturan
Daerah
Kota
Balikpapan Nomor 1 Tahun 2013, visi kota
Balikpapan yakni Terwujudnya Balikpapan
sebagai Kota 5 Dimensi : Jasa, Industri,
Perdagangan, Pariwisata, Pendidikan dan
Budaya dalam Bingkai Madinatul Iman maka
dirumuskanlah
berbagai
kebijakan
pembangunan Kota Balikpapan yang salah
satunya berkaitan dengan pembangunan
kawasan industri. Berdasarkan Rencana Tata
Ruang Kota Balikpapan, peruntukan industri di
Kota Balikpapan terdiri atas Kawasan Industri
Kariangau, Kawasan Industri Pertamina,
Kawasan Industri Batakan serta Kawasan
Industri Kecil Somber. Luas rencana
pengembangan kawasan ini adalah sebesar
6.189,82 ha.
Kawasan Industri Kariangau (KIK) berlokasi di
Kelurahan Kariangau, Kecamatan Balikpapan
Barat dengan menempati area seluas 3.565
ha yang selanjutnya akan dikembangkan
hingga ke Pulau Balang. KIK memiliki letak
strategis karena berada di teluk Balikpapan
yang berhadapan langsung dengan selat
Makassar yang merupakan bagian dari Alur
Laut Kepulauan Indonesia (ALKI II), posisi
strategis
tersebut
memudahkan
dalam
mobilisasi barang untuk tujuan domestik
maupun mancanegara (ekspor-impor). Hal ini
ditunjang dengan kedalaman laut Teluk
Balikpapan yang dapat dilalui dengan kapal
berkapasitas 50.000 ton. Kawasan Industri
Kariangau dibangun untuk mengakomodir
pembangunan industri kimia, batubara,
pengolahan kayu, pengeboran minyak, pupuk
dan aneka industri lainnya. Hingga saat ini
tercatat ada sekitar 20 pabrik yang sudah
mengantongi izin membuat pabrik, dimana 13
diantaranya sudah beroperasi menyerap
sekitar 4.000 tenaga kerja. Perusahaan yang
sudah beroperasi antara lain bergerak dalam
pengolahan
CPO
(Crude
Palm
Oil),
pertambangan, batubara, dan migas, industri

perKepalan, industri logam, tekstil perkayuan,


serta pergudangan. Dalam menjalankan
fungsinya, Kawasan Industri Kariangau
didukung oleh infrastruktur terminal peti
kemas, pembangkit tenaga listrik, jalan akses,
jembatan dan jalan tol.
Besarnya minat investor untuk melakukan
pembangunan di Kawasan Industri Kariangau
perlu didukung oleh dokumen perencanaan
yang menjadi acuan dalam melakukan
pembangunan.
Saat
ini
dokumen
perencanaan yang dijadikan acuan dalam
pembangunan Kawasan Industri Kariangau
adalah
Masterplan
Kawasan
Industri
Kariangau yang disusun tahun 2004 dimana
luasannya masih 1.584,24 Ha. Selaras
dengan
perkembangan
pembangunan,
berdasarkan RTRW Kota Balikpapan tahun
2012-2032,
luasan
Kawasan
Industri
Kariangau berkembang 3.565 Ha.
1. Dukungan Visi Kaltim 2030
Pemprov Kaltim sangat serius dalam
pengembangan
Kawasan
Industri
Kariangau (KIK) di Balikpapan sebagai
salah satu pusat pertumbuhan ekonomi
Kaltim. Keseriusan Pemprov diperkuat
dengan
SK
Gubernur
Nomor
530.05/K.448/2010
tentang
Pembentukan Tim Persiapan Pengelola
KIK Balikpapan yang komposisi telah
dilantik Gubernur Awang Faroek Ishak.
Kawasan ini sangat bernilai ekonomis
dan strategis bagi pertumbuhan industri
dan
ekonomi
daerah,
sekaligus
mendukung Visi Kaltim sebagai Pusat
Agroindustri dan Energi Terkemuka
Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera,"
2. Kebijakan Kawasan Industri Kariangau
sebagai
Kawasan
Strategis
berdasarkan RTRW Kota Balikpapan
Merujuk pada Peraturan Daerah Kota
Balikpapan Nomor 12 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Balikpapan Tahun 2012-2032,
Kawasan Industri Kariangau dalam
konteks Kota Balikpapan ditetapkan
sebagai Kawasan Strategis Kota (KSK)
dipandang dari sudut kepentingan
ekonomi dan Kawasan Hutan Lindung

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-2

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

Sungai Wain di Kelurahan Kariangau


Kecamatan Balikpapan Barat ditetapkan
sebagai kawasan strategis lingkungan
dalam
menjaga
daya
dukung
lingkungan. Dengan demikian Kawasan
Industri Karingau ditetapkan sebagai
kawasan
strategis
kota
karena
dipandang dari dua sudut kepentingan
yaitu ekonomi (fungsi kawasan industri)
dan ekologi (hutan lindung hutan sungai
Wain).
3. Kebijakan MP3EI untuk Industri Kota
Balikpapan dan Sekitarnya
Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan
Ekonomi
Indonesia
(MP3EI)
merupakan
pola
induk
perencanaan
pembangunan
yang
dilakukan untuk mempercepat realisasi
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan
kemakmuran agar dapat dinikmati oleh
seluruh rakyak Republik Indonesia (RI).
Berdasarkan wilayah kerjanya, MP3EI
dibagi menjadi enam koridor, yaitu :
Koridor Sumatera
Koridor Kalimantan

Kawasan Industri yang telah direncanakan di


Indonesia berjumlah 61 kawasan (Indonesia
Industrial Estate Directory, 2012). Terdapat
empat kawasan industri yang terletak dibagian
timur Indonesia, yaitu di pulau Kalimantan dan
pulau Sulawesi. Kaltim Industrial Estate dan
Kariangau
Industrial
Area
merupakan
kawasan Industri yang berada di Kota Bontang
dan
Kariangau
yang
berfokus
pada
pengolahan Minyak Sawit (CPO) dan industry
olahan lainnya. Kawasan industri ini berjarak
paling dekat dengan KIK sehingga pola
perencanaan kawasan industri Kawasan
Industri Karingau sebaiknya tidak boleh saling
tumpang tindih dengan kawasan industri
Kaltim Industrial Estate.
Di pulau Sulawesi, Kawasan industri Palu dan
Kawasan
Industri
Makassar
telah
direncanakan dan sudah dalam tahap
pembangunan. Kawasan industri Palu telah
mencanangkan keunggulan pada pengolahan
kayu rotan dan pendukungnya. Kawasan
industri Makassar juga telah menentukan
fokus industrinya pada komoditas agrobisnis
seperti jagung.

Koridor Sulawesi - Maluku


Koridor Jawa
Koridor Bali Nusa Tenggara
Koridor Papua Maluku
Koridor Kalimantan adalah sebagai pusat
produksi dan pengolahan hasil tambang dan
lumbung energi nasional. Koridor ini telah
diturunkan menjadi enam kegiatan ekonomi
Kalimantan, diantaranya adalah Minyak dan
Gas, Batubara, Kelapa Sawit, Besi Baja,
Bauksit, dan Perkayuan.
Kawasan Industri Kariangau berada di daerah
Kalimantan Timur yang merupakan daerah
Indonesia Timur. Hal ini menyebabkan KIK
dibangun sebagai proyeksi kawasan industri
regional yang dapat memenuhi kebutuhan
industri untuk daerah Indonesia Timur. Pada
wilayah Indonesia timur, kawasan industri
yang telah ada dan sedang dibangun dengan
tujuan yang sama seperti KIK.
Pada gambar 3-1 disajikan persebaran
kawasan industri yang ada di negara Republik
Indonesia. Berdasarkan gambar tersebut,

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-3

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

Sumber: Indonesia Industrial Estate Association, 2012

Gambar 3-1 Persebaran Kawasan Industri di Republik Indonesia

Berdasarkan analisa kawasan industri yang


ada, terdapat kebutuhan yang masih belum
dipenuhi oleh kawasan-kawasan industri yang
ada di Indonesia bagian timur. Pengolahan
industri modern/high technology industri
menjadi peluang yang baik bagi Kawasan
Industri Kariangau untuk dapat memenuhi
permintaan yang ada di Indonesia bagian
Timur.
Industri high technology merupakan industri
yang menggunakan teknologi masa kini untuk
melakukan pengolahan terhadap bahan baku
alam yang diproduksi untuk dijadikan produk
yang memiliki nilai tambah seperti pengolahan
atau pengilangan minyak bumi menjadi
olahannya yang bersumber dari minyak
mentah.

3.1.1.2 Integrasi dengan Kawan


Buluminung di Kabupaten
Penajam Paser Utara
Pada Pertengahan Tahun 2013 berkaitan
dengan perkembangan rencana investasi

yang akan melakukan expansi usaha di


Kalimantan Timur khususnya di Kabupaten
Penajam Paser Utara, maka Pemerintah
Kabupaten Penajam Paser Utara melakukan
rencana Pengembangan kawasan Industri
Buluminung dari awal luasan 450 Ha menjadi
seluas 4.600 Ha persegi yang didesain
sebagai kawasan eko industri berbasis pada
sumberdaya alam, perkebunan dan lain
sebagainya. Kawasan seluas itu berada pada
3
(tiga)
Kelurahan
yaitu
Kelurahan
Buluminung, Kelurahan Gersik dan Kelurahan
Jenebora. saat ini Pemerintah Kabupaten
Penajam Paser Utara sedang melaksanakan
penyusunan
masterplan
Pengembangan/Perluasan kawasan Industri
Buluminung yang saat ini berdasarkan arahan
Gubernur Kalimantan Timur merupakan satu
Kesatuan dalam sebuah Kawasan Industri
Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan
dan Kabupaten Penajam Paser Utara.
Kawasan Industri Buluminung merupakan
Kawasan industri yang di kembangkan oleh
Kabupaten Penajam Paser Utara, Kawasan ini

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-4

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

pada awalnya ditetapkan seluas 450 Ha


terletak di kecamatan penajam dan Kelurahan
Buluminung. Kawasan Industri Buluminung
berjarak sekitar 14 Kilometer dari Pusat
pemerintahan Kabupaten Penajam Paser
Utara dan sekitar 5 (lima) Kilometer dari
Pelabuhan Feri Penajam kariangau atau
sekitar 25 menit dari Pelabuhan Semayang
Balikpapan jika di tempuh menyusuri teluk
Balikpapan. Atau sekitar 45 menit dari
bandara sepinggan Balikapapan dan pada
saat itu berisi beberapa perusahaan Nasional
dan perusahaan Internasional.
1. PT Astra
2. PT Eastcal Suplay base
3. PT Galangan Kapal
4. PT Inne Donghwa
5. PT ITCI Kartika Utama
6. PT PPC
7. Pelabuhan Benuo Taka

3.1.2

Jenis Komoditas Unggulan

Pada dasarnya sektor ekonomi dalam suatu


wilayah dapat terdiri dari dua jenis, yakni
sektor basis dan non basis. Sektor basis
adalah sektor yang telah terspesialisasi, telah
memenuhi kebutuhan daerahnya sehingga
berpotensi untuk diekspor keluar wilayah.
Sementara sektor non basis adalah sektor
masih
kurang
terspesialisasi,
dan
menyediakan
barang
dan
jasa
yang
dibutuhkan oleh masyarakat yang berada di
dalam wilayah. Luas lingkup produksi dan
wilayah pemasaran sektor non basis bersifat
lokal. Untuk menentukan sektor basis dan non
basis di suatu wilayah digunakan Analisis
Location Quotient (LQ). Analisis ini berguna
untuk
mengetahui
sektor-sektor
yang
direkomendasikan untuk lebih dikembangkan
dalam rangka meningkatkan perekonomian
wilayah karena potensinya untuk diekspor ke
luar wilayah sekaligus sebagai penentuan
sektor unggulan daerah tersebut.

8. PT Cipaganti Resources
Berdasarkan
desain
awal
Masterplan
Kawasan Industri seluas 450 ha ini, komposisi
antara hunian /perkantoram dengan industri
atau komersial adalah 70 : 30 dimana 70
persen diperuntukkan sebagai kawasan
industri dan pergudangan dan 30 persen untuk
residence atau perkantoran.
Untuk menggenjot pengembangan Kawasan
Industri Buluminung Pemerintah Provinsi
Kalimantan Timur dan juga Pemerintah
Kabupaten Penajam Paser Utara berupaya
merencanakan Pembangunan infrastruktur
yang
memadai
guna
menunjang
pengembangan Kawasan Industri seperti
Jaringan Jalan, Jaringan Listrik, Air minum
dan fasilitas Lainnya yang menjadi penunjang
wilayah buluminung sebagai salah satu
kawasan yang cukup strategis untuk
melakukan bisnis khususnya dalam dunia
Industri. sehingga mendukung iklim investasi
di Kabupaten Penajam Paser Utara.

Analisis LQ ini akan terdiri dari analisis Static


Location Quotient (SLQ ) dan Dinamic
Location Quotient (DLQ). Analisis SLQ
digunakan untuk dapat mengetahui sektor
basis atau sektor yang potensial untuk
diunggulkan saat ini. Sementara analisis DLQ
dapat digunakan untuk melihat sektor yang
memiliki potensi untuk diunggulkan di masa
depan digunakan analisis Dinamic Location
Quotient (DLQ).
Berikut ini adalah rumus untuk mencari nilai
SLQ.

LQ = ( ) / ( )
Dengan:
Vi : nilai PDRB sektor i pada tingkat
wilayah yang lebih rendah
Vt : total PDRB pada tingkat wilayah yang
lebih rendah
Yi : nilai PDRB sektor i pada tingkat
wilayah yang lebih tinggi
Yt : total PDRB pada tingkat wilayah yang
lebih tinggi

Sementara berikut ini adalah rumus untuk


mencari nilai DLQ.

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-5

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

Sementara bila LQ<1, maka wilayah tersebut


butuh impor produksi sektor/subsektor i.
Asumsi-asumsi yang terlibat dalam analisis LQ
adalah pola konsumsi konstan, produktifitas
tenaga kerja konstan, tidak ada silang
ekspor/impor
di
satu
atau
beberapa
sektor/subsektor serta wilayah pembanding
sudah dapat memenuhi kebutuhan.

DLQ =

Dengan
gij
gi

:
:

Gi

laju pertumbuhan sektor (i) di daerah j


laju pertumbuhan sektor (i) di daerah
referensi
rata-rata laju pertumbuhan ekonomi
daerah j
rata-rata laju pertumbuhan ekonomi di
daerah referensi
jumlah tahun proyeksi

Jika nilai LQ > 1, maka sektor/subsektor


tersebut merupakan sektor basis. Jika LQ = 1,
maka wilayah tersebut mampu memenuhi
kebutuhan produksi dari sektor/subsektor i.

Untuk mengetahui nilai LQ ini diperlukan


informasi PDRB Kawasan, namun karena
keterbatasan data maka digunakan PDRB
Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam
Paser Utara yang mungkin mewakili kondisi
ekonomi kawasan. Berdasarkan perhitungan
menggunakan
rumus
SLQ
dengan
pembanding wilayah yang lebih luas adalah
Provinsi Kalimantan Timur, maka diperoleh
nilai SLQ setiap sektor dan subsektor di Kota
Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser
Utara tahun 2009 sampai dengan 2013
sebagai berikut.

Tabel 3-1 Nilai SLQ Kota Balikpapan terhadap Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2009 2013

No
1.

2.
3.

4.
5.
6.
7.
8.
9.

Lapangan Usaha
Pertanian
Tanaman Bahan Makanan
Perkebunan
Peternakan
Kehutanan
Perikanan
Pertambangan Dan Penggalian
Industri Pengolahan
Industri Migas
Industri tanpa Migas
Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan
Jasa-Jasa

2009
0,46
0,89
0,06
0,79
0,00
0,76
0,00
1,12
1,29
0,36
2,60
4,76
3,36
2,17
1,01

2010
0,46
0,89
0,05
0,79
0,00
0,69
0,00
1,21
1,41
0,36
2,53
4,58
3,19
2,09
0,97

Nilai SLQ
2011
0,42
0,90
0,04
0,76
0,00
0,59
0,00
1,30
1,55
0,35
2,99
4,69
2,96
1,95
0,89

2012
0,41
0,89
0,04
0,75
0,00
0,56
0,00
1,25
1,55
0,33
3,09
4,84
2,87
1,99
0,81

2013
0,38
0,85
0,04
0,72
0,00
0,51
0,00
1,25
1,60
0,30
3,07
4,85
2,70
1,92
0,73

0,46

0,45

0,40

0,38

0,35

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-6

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

Tabel 3-2 Nilai SLQ Kabupaten Penajam Paser Utara terhadap Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2009
2013

No
1.

2.
3.

4.
5.
6.
7.
8.
9.

Lapangan Usaha
Pertanian
Tanaman Bahan Makanan
Perkebunan
Peternakan
Kehutanan
Perikanan
Pertambangan Dan Penggalian
Industri Pengolahan
Industri Migas
Industri tanpa Migas
Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan
Jasa-Jasa

2009
2,15
3,42
4,64
2,31
0,50
1,18
0,99
0,71
3,96
0,65
1,03
1,64
0,22
0,90

2010
2,30
4,01
4,78
2,31
0,48
1,11
0,96
0,79
4,18
0,66
0,81
1,71
0,22
0,94

Nilai SLQ
2011
2,10
3,78
4,15
2,12
0,46
1,00
0,95
0,83
4,03
0,68
0,79
1,73
0,26
0,89

2012
2,11
3,85
3,91
2,20
0,48
0,98
0,92
0,91
3,79
0,67
0,74
1,68
0,25
0,83

2013
2,05
3,83
3,65
2,20
0,48
0,93
0,92
0,98
3,65
0,67
0,68
1,65
0,25
0,80

0,12

0,09

0,10

0,10

0,09

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-7

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

Dari hasil perhitungan SLQ tersebut, diketahui


bahwa Sektor Industri Pengolahan di Kota
Balikpapan selama kurun waktu 5 (lima) tahun
memiliki nilai SLQ > 1, artinya sektor tersebut
termasuk sektor basis, yakni sektor yang
sudah mampu memenuhi kebutuhan sektor ini
di wilayah sendiri dan berpotensi untuk
diekspor ke Provinsi Kalimantan Timur. Hal
tersebut selaras dengan data PDRB yang
menunjukkan
bahwa
perkembangan
perekonomian Kota Balikpapan didominasi
oleh Sektor Industri Pengolahan terutama
pada Subsektor Pengilangan Minyak Bumi
dengan nilai SLQ sebesar 6,69 pada tahun
2013. Hal tersebut sedikit berbeda dengan
Kabupaten Penajam Paser Utara. Secara
keseluruhan Sektor Industri Pengolahan
belum menjadi basis, tetapi jika dilihat dari
Subsektor Industri Tanpa Migas, sektor ini
memiliki nilai SLQ yang paling besar yaitu
sebesar 3,65 pada tahun 2013.

2013, maka dapat diketahui bahwa di


Kawasan Industri Kariangau akan dibagi
menjadi 6 (enam) klaster industri yakni Klaster
Agro Industri, Klaster Industri Pengolahan
Hasil Kayu, Klaster Industri Minyak, Gas dan
Pengolahan Hasil Tambang, Klaster Industri
Konstruksi, Klaster Industri Transportasi Darat,
dan Klaster Industri Transportasi Laut. Bagi
kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana
tata ruang yang telah ditetapkan, maka
kegiatan yang tidak sesuai tersebut harus
mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Hal ini
dikarenakan tata ruang menekankan pada
peruntukkan lahan dan bukan kepemilikan
lahan. Setiap perusahaan yang berlokasi di
Kawasan
Industri
Kariangau,
wajib
menyerahkan sebagian lahan yang dimilikinya
untuk
kepentingan
umum
berupa
pembangunan jalan dan infrastruktur demi
kepentingan bersama.
Untuk industri usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) di Kawasan Industri
Kariangau diwadahi disetiap klaster industri
sebagai kegiatan penunjang kegiatan industri
klaster di Kawasan Industri Karingau. Misalnya
pada klaster industri konstruksi, terdapat
UMKM penunjang industri konstruksi beserta
turunannya, namun penetapan luas persil
UMKM klaster industri konstruksi harus
mengikuti ketetapan yang telah ditentukan
dalam panduan penataan bangunan dan
lingkungan yang tertuang dalam peraturan
walikota. Untuk klaster industri konstruksi
ditetapkan luas persil minimum 1 (satu) hektar.
Adapun proporsi luas untuk masing-masing
klaster industri di Kawasan Industri Kariangau,
dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Berdasarkan analisis SLQ terkait potensi


komoditas unggulan di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara, dalam tahap
pengembangannya memiliki perbedaan, yakni
pengembangan industri di Kota Balikpapan
mengarah ke kawasan industri dengan migas
sedangkan untuk Kabupaten Penajam Paser
Utara mengarah ke industri tanpa migas dan
didukung oleh industri pertanian yang memiliki
nilai
yang
cukup
potensial
untuk
dikembangkan.

3.1.3

Pengembangan Kawasan Industri


Kariangau dan Buluminung di Kota
Balikpapan dan Kabupaten
Penajam Paser Utara

Jenis-jenis industri terpilih di kawasan industri


Kariangau antara lain adalah batu bara dan
briket batu bara, minyak dan gas, methanol,
olefin dan arimatik, karet, industri pengalengan
nenas, ikan dan udang, kakao (bubuk dan
pasta), mentega kakao, coklat dan produk
coklat lainnya, industri makan dan minuman,
kerajinan dan industri rekayasa. Sementara
jenis pengembangan industri di Buluminung
lebih
mengarah
ke
pengembangan
agroindustri.
Berdasarkan hasil kajian Masterplan Kawasan
Industri Kariangau yang disusun pada tahun

Tabel 3-3 Proporsi Luas Klaster Industri di


Kawasan Industri Kariangau
No
1
2

Klaster Industri

Agro Industri
Industri Pengolahan Hasil
Kayu
3
Industri Minyak, Gas dan
Pengolahan Hasil
Tambang
4
Industri Konstruksi
5
Industri Transportasi Darat
6
Industri Transportasi Laut
Kawasan Industri Kariangau

Luas
(Ha)
1.100,12
266,59

Persentase
(%)
30,86
7,48

447,05
12,54
29,13
5,37
14,62
100,00

1.038,59
191,34
521,31
3.565,00

Sumber: Masterplan Kawasan Industri Kariangau, 2013

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-8

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara

Sumber: Masterplan Kawasan Industri Kariangau, 2013

Gambar 3-2 Peta Rencana Pola Ruang berdasarkan Masterplan Kawasan Industri Kariangau

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-9

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

3.1.4

Tingkat Pelayanan Infrastruktur


Kawasan

Pengembangan sistem jaringan prasarana


yang mendukung pemantapan struktur ruang
diarahkan untuk peningkatan prasarana
wilayah
untuk
melayani
kebutuhan
perkembangan saat ini dan untuk mendukung
pemerataan pembangunan di Kawasan
Industri Kariangau di masa mendatang.
Adapun sistem jaringan prasarana di Kawasan
Industri Kariangau, meliputi:
1. Sistem Jaringan Transportasi, yang terdiri
dari:
a. Sistem Jaringan Transportasi Darat.
b. Sistem Jaringan Transportasi Laut.
2. Sistem Jaringan Prasarana Lainnya,
terdiri dari:
a. Sistem jaringan telekomunikasi;
b. Sistem jaringan sumber daya air;
c. Sistem jaringan energi; dan
d. Sistem jaringan gas.
Berikut adalah
tersebut.

rincian

sistem

jaringan

1. Sistem Jaringan Transportasi


a. Sistem Jaringan Transportasi Darat
Pengembangan
sistem
jaringan
transportasi dimaksudkan untuk:
Mengembangkan sistem transportasi
yang mengintegrasikan antar pusat
pengembangan;
Mengembangkan sistem transportasi
pendukung perdagangan ekspor
komoditi unggulan;
Mengembangkan sistem transportasi
pembuka akses.
Adapun
rencana
sistem
jaringan
transportasi
di
Kawasan
Industri
Kariangau meliputi :
Pembangunan
Jalan
Trans
Kalimantan Yang Melalui Jalan
Samarinda-Balikpapan-KariangauPulau Balang;
Pembangunan Jalan TMMD (Jalan
Poros Kawasan Industri Kariangau);
Pembangunan Jembatan PPU
Balikpapan;
Pembangunan Jalan dan Jembatan
Baru Ulu-Kariangau;

Pembangunan Jaringan Rel Kereta


Angkutan Barang;
Peningkatan dan Pengembangan
Prasarana Terminal Penumpang dan
Terminal Barang.
Di dalam Kawasan Industri Kariangau
dibangun jalan utama, jalan sekunder,
jalan tersier, dan jalan lingkungan
dengan aspal beton dan ROW sebagai
berikut.
Jalan utama, didesain berdasarkan
kecepatan rencana paling rendah 60
(enam puluh) kilometer per jam
dengan lebar badan jalan paling
sedikit 11 (sebelas) meter (PP
34/2006 Tentang Jalan). Namun,
rumusan yang direkomendasikan di
Kawasan Industri Kariangau untuk
jalan utama adalah sebagai berikut.
o ROW sebesar 30,2 meter yang
terbagi menjadi 2 jalur dan 4 lajur
berpembatas median (4/2D),
o Dilengkapi pedestrian sebagai
jalur pejalan kaki dan sistem
drainase dibawah pedestrian,
o Dilengkapi jalur hijau disepanjang
jalan,
o Tersedia jalur mekanikal dan
elektrikal
sebagai
jaringan
infrastruktur listrik, telekomunikasi
dan salutan air bersih/kotor,
o Kecepatan minimal 60 (enam
puluh) kilometer per jam.
Jalan
sekunder,
didesain
berdasarkan kecepatan rencana 20 40 kilometer per jam dengan lebar
badan jalan paling sedikit 9
(sembilan) meter (PP 34/2006
Tentang Jalan). Namun, rumusan
yang direkomendasikan di Kawasan
Industri Kariangau untuk jalan
sekunder adalah sebagai berikut.
o ROW sebesar 24,3 meter yang
terbagi menjadi 2 jalur dan 4 lajur
berpembatas median (4/2D),
o Dilengkapi pedestrian sebagai
jalur pejalan kaki dan sistem
drainase dibawah pedestrian,
o Dilengkapi jalur hijau disepanjang
jalan,

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-10

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

o Tersedia jalur mekanikal dan


elektrikal
sebagai
jaringan
infrastruktur listrik, telekomunikasi
dan salutan air bersih/kotor,
o Kecepatan minimal 20 (enam
puluh) kilometer per jam.
Jalan tersier, didesain berdasarkan
kecepatan rencana paling rendah 10
(sepuluh) kilometer per jam dengan
lebar badan jalan paling sedikit 7,5
(tujuh koma lima) meter (PP 34/2006
Tentang Jalan). Namun, rumusan
yang direkomendasikan di Kawasan
Industri Kariangau untuk jalan tersier
adalah sebagai berikut :
o ROW sebesar 20,8 meter yang
terbagi menjadi 2 jalur dan 4 lajur
tanpa pembatas median (4/2UD),
o Dilengkapi pedestrian sebagai
jalur pejalan kaki dan sistem
drainase dibawah pedestrian,
o Dilengkapi jalur hijau disepanjang
jalan,
o Tersedia jalur mekanikal dan
elektrikal
sebagai
jaringan
infrastruktur listrik, telekomunikasi
dan salutan air bersih/kotor,
o Kecepatan minimal 20 (enam
puluh) kilometer per jam.
o Jalan
lingkungan,
berfungsi
sebagai ruas jalan penghubung
antar-persil dan antar-kegiatan
kawasan ke sub-blok kawasan.
Jalan
lingkungan
didesain
berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 10 (sepuluh)
kilometer per jam dengan lebar
badan jalan paling sedikit 6, 5
(enam koma lima) meter (PP
34/2006 Tentang Jalan).
b. Sistem Jaringan Trasnportasi Laut
Menurut PP No. 61 Tahun 2009 tentang
Pelabuhan, tatanan kepelabuhan terdiri
atas pelabuhan umum dan pelabuhan
khusus yang disebut dengan terminal.
Pelabuhan umum terdiri atas:
Pelabuhan utama;
Pelabuhan utama pengumpul;
Pelabuhan utama pengumpan;

Pelabuhan khusus yang diarahkan di


Kariangau adalah Pelabuhan Kariangau
di Kota Balikpapan sebagai pelabuhan
utama primer termasuk dalam rencana
pengembangan pelabuhan di Provinsi
Kalimantan
Timur
yang
skala
pelayanannya
hingga
skala
internasional dengan fungsi khusus
sebagai pelabuhan industri. Adapun
rencana pengembangan pelabuhan
khusus di Kariangau adalah sebagai
berikut :
Pembangunan pelabuhan khusus
dan dermaga di setiap klaster
industri,
Percepatan Master Plan dan DED
Kawasan
Pelabuhan
Terpadu
Kariangau,
AMDAL
Kawasan
Pelabuhan
Terpadu Kariangau.
2. Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
a. Sistem Jaringan Telekomunikasi
Tahapan
rencana
sistem
telekomunikasi di Kawasan Industri
Kariangau secara umum adalah
sebagai berikut.
Studi Pengembangan Jariangan
Telekomunikasi di KIK
Studi
Penataan
Menara
Telekomunikasi di KIK
Pengadaan Sistem Telepon Tanpa
Kabel
Pengembangan BTS Baru
Pengembangan
jaringan
telepon
disesuaikan dengan standar kebutuhan
telepon untuk kawasan industri, yaitu
sebesar 20 - 40 SST per hektar
kawasan industri dan telepon umum
sebesar 1 SST per 10 hektar kawasan
industri. Selain kebutuhan jaringan
telepon untuk kawasan industri, juga
diperhatikan kebutuhan dari kawasan
hunian, fasilitas umum dan fasilitas
sosial, serta kebutuhan telepon umum
selain di kawasan industri. Dari total
102.503 SST yang diperlukan tersebut,
maka akan dibutuhkan sekitar 50
Sentral Telepon Otomat (STO) untuk
melayani kebutuhan di Kawasan
Industri Kariangau.

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-11

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

b. Sistem Jaringan Sumber Daya Air


Berdasarkan UU No. 7 Tahun 2004
tentang Sumber Daya Air, sumber daya
air dikelola berdasarkan asas kelestarian,
keseimbangan,
kemanfaatan
umum,
keterpaduan dan keserasian, keadilan,
kemandirian, serta transparansi dan
akuntabilitas.
Pengembangan SDA dengan penyediaan
air irigasi yang cukup untuk menjamin
ketersediaan pangan hasil produksi,
dilakukan
dengan
menyeimbangkan
upaya
konservasi
dan
pendayagunaannya, serta melibatkan
peran
masyarakat
sejak
tahap
perencanaan
sampai
dengan
pengawasan
dan
pengendalian
pengelolaannya. Arahan rencana sistem
sumberdaya air di Kawasan Industri
Kariangau meliputi :
Pembangunan Waduk Wain
Pengembangan Sistim Distribusi Air
Bersih
c. Sistem Jaringan Energi
Pengembangan sistem jaringan energi di
Kawasan
Industri
Kariangau
dimaksudkan
untuk
penunjang
penyediaan energi listrik dan pemenuhan
energi lainnya, antara lain kegiatan
permukiman keryawan, produksi, jasa,
dan kegiatan sosial ekonomi lainnya di
Kawasan
Industri
Kariangau.
Pengembangan ini meliputi : jenis sumber
daya energi dan kelistrikan.
Upaya untuk mengantisipasi kepesatan
sektor-sektor unggulan seperti industri,
rencana pengembangan jaringan listrik
dilakukan melalui Pengembangan PLTU
Kapasitas 2x110 MW, Pengembangan
PLTU
Kapasitas
6x25
MW
dan
Pengembangangan Sistem Distribusi
Sumberdaya Energi ke seluruh Kawasan
Industri Kariangau.
Kebutuhan listrik dibedakan menjadi
kebutuhan
untuk
penduduk
dan
kebutuhan untuk kegiatan industri di
Kawasan Industri Kariangau. Perkiraan

kebutuhan listrik dirincikan sebagai


berikut.
Satu hektar industri membutuhkan
daya 0,15 0,2 MVA,
o Satu rusuna memiliki kebutuhan
daya:
o 70% dari total unit di rusuna
menggunakan daya 900 W,
o 30% dari total unit di rusuna
menggunakan daya 450 W,
o Manajemen rusuna (lift, lampu,
dan lain-lain) menggunakan
daya 1.839 kW,
Satu unit rumah menggunakan
daya 1300 W,
Satu unit villa menggunakan daya
2200 W,
Fasilitas umum dan fasilitas sosial
menggunakan daya sebesar 25%
dari kebutuhan perumahan,
Penerangan jalan menggunakan
daya sebesar 10% dari kebutuhan
total,
Rugi daya sebesar 10% dari
kebutuhan total.
Dari
perincian
tersebut,
telah
dikalkulasikan total daya listrik yang
dibutuhkan sebesar 503 Megawatt
dengan rincian sebagai berikut.
Kebutuhan daya industri sebesar
380,9 MW,
Kebutuhan
daya
pemukiman
sebesar 27,9 MW,
Kebutuhan daya fasilitas umum
dan fasilitas sosial sebesar 6,5
MW,
Kebutuhan daya penerangan jalan
sebesar 41,4 MW,
Rugi daya sebesar 45,5 MW.
Dari kondisi eksisting, kebutuhan daya
yang mampu disuplai sekitar 250 MW.
Suplai daya eksisting ini berasal dari
suplai
daya
PLN
yang
mampu
menyediakan daya listrik sebesar 200
MW dan suplai daya dari Bayan yang
mampu menyediakan daya listrik sebesar
50 MW. Dengan demikian, terdapat defisit
energi listrik sebesar 253 MW (503 MW
250 MW) yang harus diperhatikan dalam
perencanaan
Kawasan
Industri

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-12

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

Kariangau. Di luar suplai daya dari PLN,


kebutuhan listrik dapat disediakan sendiri
dengan
memanfaatkan
pembangkit
bertenaga diesel (PLTD).
Adapun rencana sistem jaringan listrik di
Kawasan Industri Kariangau mengadopsi
pada sistem jaringan listrk yang di
kerjasamakan antara Perusahaan Daerah
PLN dan Power Plant PT. Bayan Group.
Sistem jaringan listrik tersebut, dapat
dilihat pada rencana sistem jaringan yang
secara umum mengikuti sistem jaringan
jalan.
d. Sistem Jaringan Pipa Gas
Kebutuhan
gas
Kawasan
Industri
Kariangau disuplai oleh gas LPG dari luar
kawasan dengan alasan ekonomis, yaitu
lebih
menguntungkan
dibandingan

dengan
menggunakan
LNG.
Pertimbangan
yang
lain
adalah
keuntungan dari
harga peralatan,
permintaan, dan kemudahan penyediaan
dengan menggunakan LPG.
Sistem pengaliranya menggunakan pipa
dari jenis carbon steel atau stainless
steel. Pipa-pipa ditanam kedalam tanah.
Dari perkiraan kebutuhan gas, diperlukan
peralatan
skala
besar
dengan
menggunakan tangki penyimpanan dan
sebuah vaporizer.
Perkiraan kebutuhan gas untuk per orang
(dalam rumah tangga) adalah sebesar
5000 kcal per hari sehingga per rumah
tangga per hari 0,2 kg, dengan asumsi
LPG menghasilkan 12.000 kalori per kilo
gram. Sedangkan untuk industri per
hektarnya kurang lebih 22,4 kg per hari.

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-13

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara

Gambar 3-3 Rencana Jaringan Infrastruktur di Kawasan Industri Kariangau

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-14

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

3.2

Nilai Strategis Kawasan

Sebagai masukan dalam melakukan penilaian


terhadap masing-masing industri unggulan
sebagai KSP, selain dibutuhkan kajian terkait
karakteristik pengembangan juga dibutuhkan
kajian terkait nilai strategis kawasan.
Mengingat rencana kawasan untuk menjadi

KSP Ekonomi, maka nilai strategis kawasan


dilihat dari kriteria kawasan sebagai KSP
Ekonomi mengacu pada Draft Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Provinsi. Adapun kriteria, variabel
serta pendekatan analisisnya adalah sebagai
berikut.

Tabel 3-4 Kriteria, Variabel dan Pendekatan Analisis KSP Ekonomi


No.
1.

Kriteria Kelayakan
Memiliki potensi ekonomi cepat
tumbuh

2.

Memiliki sektor unggulan yang


dapat
menggerakkan
pertumbuhan ekonomi

3.

Memiliki potensi ekspor

4.

Memiliki
dukungan
jaringan
prasarana dan fasilitas penunjang
kegiatan ekonomi

5.

Memiliki kegiatan ekonomi yang


memanfaatkan teknologi tinggi

6.

Berfungsi untuk mempertahankan


tingkat produksi pangan dalam
rangka mewujudkan ketahanan
pangan
Berfungsi untuk mempertahankan
tingkat produksi sumber energi
dalam
rangka
mewujudkan
ketahanan energi
Dapat merupakan kawasan yang
dapat mempercepat pertumbuhan
kawasan tertinggal di dalam
wilayah provinsi

7.

8.

Variabel Analisis
LPE (Laju Pertumbuhan
Ekonomi)
Kawasan
(kabupaten/kota)
dibandingkan dengan luar
kawasan (provinsi)
LPE Sektor
LQ Sektor
Analisis Multiplier (I-O)
Kesesuaian/ketersediaan
lahan
Nilai ekspor kawasan
terkait komoditas
unggulan
Pangsa pasar ekspor
komoditas
Kondisi
Sarana
dan
Prasarana kawasan:
Konektivitas
Energi
dsb
Pemanfaatan
teknologi
tinggi di kawasan industri
untuk
kegiatan
perindustrian
Produksi tanaman
pangan
Ketersediaan lahan
Energi terbaharukan

Dampak ekonomi terhadap


kawasan sekitar

1. Memiliki potensi ekonomi cepat


tumbuh
Potensi ekonomi cepat tumbuh ini akan
dianalisis dengan pendekatan perhitungan
shift
share
sektor
ekonomi
Kota
Balikpapan dan Kabupaten Penajam
Paser Utara terhadap Provinsi Kalimantan
Timur. Analisis ini bertujuan untuk melihat
kinerja
atau
produktivitas
kerja

Pendekatan Analisis
Perbandingan LPE kabupaten
dengan provinsi dan kabupaten/kota
disekitarnya
Shift share kabupaten/kota-provinsi
Shift share sektor kabupaten/kotaprovinsi
Analisis LQ
Analisis I-O
Perkembangan ekspor kawasan
dalam 5 (lima tahun terakhir
Analisis DLQ

Analisis perbandingan kondisi serta


dan rencana pengembangan sarna dan
prasarana

Tinjauan kondisi eksisting atau rencana


pemanfaatan
teknologi
tinggi
di
kawasan industri untuk kegiatan
perindustrian
Tinjaun
terhadap
perkembangan
produksi tanaman pangan / neraca
lahan tanaman pangan / rencana
produksi pangan
Tinjauan terhadap kondisi saat ini atau
rencana penggunaan sumber energi
terbarukan
Keterkaitan dengan kawasan tertinggal

perekonomian Kota Balikpapan dan


Kabupaten Penajam Paser Utara terhadap
Provinsi Kalimantan Timur. Informasi
dalam analisis tersebut dapat dijabarkan
ke dalam 3 (tiga) komponen, yakni
sebagai berikut.
a. Regional Share (R), memberikan
informasi tentang pertumbuhan PDRB
Kota Balikpapan dan Kabupaten

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-15

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

Penajam Paser Utara dibandingkan


dengan
pertumbuhan
Provinsi
Kalimantan Timur. Jika pertumbuhan
PDRB
Kota
Balikpapan
dan
Kabupaten Penajam Paser Utara
sama dengan pertumbuhan rata-rata
Provinsi Kalimantan Timur, maka
perannya
terhadap
Provinsi
Kalimantan Timur akan tetap.
b. Proportional Share (Ps), memberikan
informasi tentang perbedaan antara
pertumbuhan PDRB Kota Balikpapan
dan Kabupaten Penajam Paser Utara
dengan menggunakan pertumbuhan
sektoral Provinsi Kalimantan Timur
dan
pertumbuhan
PDRB
Kota
Balikpapan dan Kabupaten Penajam
Paser Utara dengan menggunakan
pertumbuhan total Kalimantan Timur.
Apabila Ps > 0, artinya Kota
Balikpapan dan Kabupaten Penajam
Paser Utara berspesialisasi pada
sektor-sektor yang pada tingkat
Provinsi Kalimantan Timur tumbuh
lebih cepat, sedangkan Ps < 0 artinya
Kota Balikpapan dan Kabupaten
Penajam Paser Utara berspesialisasi
pada sektor-sektor yang pada tingkat
Provinsi Kalimantan Timur tumbuh
lebih lambat atau sedang menurun.
c.

Differential Shift (Ds), memberikan


informasi tentang perbedaan antara
pertumbuhan
ekonomi
Kota
Balikpapan dan Kabupaten Penajam
Paser Utara dan nilai tambah bruto
sektor yang sama ditingkat Provinsi
Kalimantan Timur. Suatu sektor
dikatakan memiliki daya saing apabila
mempunyai nilai Ds > 0, sebaliknya
apabila suatu sektor tidak memiliki
daya saing maka mempunyai nilai Ds
< 0.

Dari hasil perhitungan Ps dan Ds, dapat dilihat


pergeseran bersih atau Net Shift (Ns) dengan
menjumlahkan komponen Ps dan Ds. Apabila
Ns > 0, maka pertumbuhan sektor ekonomi di
Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam
Paser Utara termasuk dalam kelompok
progresif (maju). Sementara jika nilai
pergeseran bersih suatu sektor Ns < 0, maka
pertumbuhan di sektor tersebut termasuk

dalam kelompok yang lamban. Pergeseran


bersih sektor i pada wilayah tertentu dapat
dirumuskan sebagai berikut.
Ns = Ps + Ds
Kemudian untuk mengevaluasi pertumbuhan
sektor perekonomian di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara pada kurun
waktu yang telah ditentukan maka digunakan
klasifikasi dengan komponen analisis Ps dan
Ds sebagai berikut.

Gambar 3-4 Posisi Relatif Struktur Ekonomi

Penjelasan posisi relatif sektor tersebut adalah


sebagai berikut:
i.

Kuadran I (Ps > 0 dan Ds > 0)


menunjukkan bahwa sektor yang ada di
Kota Balikpapan dan Kabupaten
Penajam Paser Utara bertumbuh
dengan sangat pesat (rapid growth
region).

ii.

Kuadran II (Ps > 0 dan Ds < 0)


menunjukkan
bahwa
pertumbuhan
sektor yang ada di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara
tertekan dan cenderung berpotensi
(depressed region yang berpotensi).

iii.

Kuadran III (Ps < 0 dan Ds < 0)


menunjukkan bahwa sektor atau
depressed region dengan daya saing
lemah dan juga terhadap Provinsi
Kalimantan Timur rendah.

iv.

Kuadran IV (Ps < 0 dan Ds > 0)


menunjukkan sektor yang ada di Kota

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-16

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

Balikpapan dan Kabupaten Penajam


Paser Utara pertumbuhannya tertekan
namun berkembang (depressed region
yang berkembang).
Pada kuadran II dan kuadran IV terdapat garis
0
miring yang membentuk sudut 45 dan
memotong kedua kuadran tersebut. Bagian
atau garis tersebut menunjukkan bahwa sektor

yang bersangkutan merupakan sektor yang


progresif (maju), sedangkan dibawah garis
berarti
sektor
yang
bersangkutan
menunjukkan sektor yang perkembangannya
tergolong lamban. Pada tabel berikut ini
dipaparkan nilai shift share Kota Balikpapan
dan Kabupaten Penajam Paser Utara
terhadap Provinsi Kalimantan Timur.

Tabel 3-5 Shift Share Sektor Ekonomi Kota Balikpapan terhadap Provinsi Kalimantan Timur (PDRB Tahun
2013, dalam Juta Rupiah)
No.
1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
PDRB

Lapangan Usaha
PERTANIAN
Tanaman Bahan Makanan
Perkebunan
Peternakan
Kehutanan
Perikanan
PERTAMBANGAN DAN
PENGGALIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
LISTRIK, GAS, DAN AIR
BERSIH
BANGUNAN
PERDAGANGAN, HOTEL,
DAN RESTORAN
PENGANGKUTAN DAN
KOMUNIKASI
KEUANGAN, PERSEWAAN,
DAN JASA PERUSAHAAN
JASA-JASA

Regional
Share

Proportional
Share

Differential
Shift

PDRB

28.339,92
1.489,46
14.836,73
59,65
29.417,83
1.026,25

(18.769,01)
4.175,80
4.022,93
(80,66)
71.314,52
339,64

(7.427,09)
(4.954,42)
(10.742,74)
30,16
(95.659,30)
(65,91)

2.143,82
710,84
8.116,92
9,16
5.073,05
1.299,97

773.749,26
20.257,85

(1.386.546,00)
25.861,01

193.283,42
31.889,05

(419.513,32)
78.007,91

436.500,38
691.090,70

1.027.374,03
1.099.807,46

86.816,62
(1.228.675,38)

1.550.691,03
562.222,78

293.170,72

555.761,11

(317.573,06)

531.358,77

76.202,86

226.041,05

(218.585,68)

83.658,23

22.615,91
2.388.758

38.545,49
1.647.847

(46.438,19)
(1.618.103)

14.723,21
2.418.502

Sumber : Hasil Analisis 2014

Tabel 3-6 Shift Share Sektor Ekonomi Kabupaten Penajam Paser Utara terhadap Provinsi Kalimantan
Timur (PDRB Tahun 2013, dalam Juta Rupiah)
No.
1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
PDRB

Lapangan Usaha
PERTANIAN
Tanaman Bahan Makanan
Perkebunan
Peternakan
Kehutanan
Perikanan
PERTAMBANGAN DAN
PENGGALIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
LISTRIK, GAS, DAN AIR
BERSIH
BANGUNAN
PERDAGANGAN, HOTEL,
DAN RESTORAN
PENGANGKUTAN DAN
KOMUNIKASI
KEUANGAN, PERSEWAAN,
DAN JASA PERUSAHAAN
JASA-JASA

Regional
Share

Proportional
Share

Differential
Shift

PDRB

16.343,04
18.632,61
6.451,34
3.246,10
6.831,78
144.789,92

(11.993,13)
37.221,87
11,72
(4.146,95)
11.604,99
7.087,42

17.813,35
(22.964,62)
1.020,28
691,94
(7.702,83)
(2.249,69)

22.163,26
32.889,86
7.483,34
(208,91)
10.733,94
149.627,64

761,68

604,94

502,38

1.869,00

11.008,95
50.323,26

1.097.662,79
52.454,07

(1.086.755,74)
29.041,66

21.916,00
131.819,00

4.433,23

5.684,09

6.571,68

16.689,00

10.128,82

21.533,14

(3.351,95)

28.310,00

874,60
273.825

989,49
1.218.714

(1.062,09)
(1.068.446)

802,00
424.094

Sumber : Hasil Analisis 2014

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-17

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa:


a. Regional
Share
(R):
secara
keseluruhan, nilai R Kota Balikpapan
dan Kabupaten Penajam Paser Utara
bernilai
positif.
Hal
tersebut
menunjukkan bahwa pertumbuhan
sektor-sektor di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara lebih
kecil dibandingkan dengan wilayah
yang lebih luas, dalam hal ini Provinsi
Kalimantan Timur.
b. Proportional Share (Ps): di Kota
Balikpapan dan Kabupaten Penajam
Paser Utara terjadi spesialisasi pada
sektor-sektor yang pada tingkat
provinsi tumbuh lebih lambat atau
menurun (Ps < 0) yaitu subsektor
Tanaman
Bahan
Makanan,
Kehutanan, serta industry pengolahan.
Sementara itu sektor-sektor lainnya
berspesialisasi pada sektor-sektor
yang pada tingkat provinsi tumbuh
lebih cepat (Ps > 0).
c.

Differential Shift (Ds): sektor-sektor


yang memiliki daya saing atau Ds > 0
dibandingkan dengan provinsi dimana
untuk Kota Balikpapan antara lain
adalah subsektor kehutanan, sektor
industri pengolahan, sektor listrik, gas
dan air bersih, sektor bangunan.
Sedangkan untuk Kabupaten Penajam
Paser Utara antara lain Subsektor
Tanaman Bahan Makanan, subsektor
Peternakan
dan
Hasil-hasilnya,
subsector Kehutanan, Sektor Listrik,
Gas
Dan
Air
Bersih,
Sektor
Perdagangan, Hotel Dan Restoran,
sektor
Pengangkutan
Dan
Komunikasi.Sektor selebihnya bisa
dikatakan relatif tidak memiliki daya
saing terhadap wilayah Kalimantan
Timur (Ds < 0) karena walaupun
sektor tersebut berkembang secara
internal tapi masih kalah bersaing
dalam skala wilayah yang lebih luas.

Pengembangan perekonomian di Kota


Balikpapan didasarkan pada beberapa
sektor, yaitu pertanian, pertambangan,
industri pengolahan, listrik, gas dan air,
bangunan,
perdagangan,
angkutan,
keuangan dan jasa-jasa. Persoalan-

persoalan yang harus dihadapi dalam


mengembangkan perekonomian daerah ini
antara lain persoalan yang diakibatkan
krisis ekonomi yang terjadi, misalnya
meningkatnya keluarga miskin, pendatang
dan
luar
daerah,
pengangguran,
menurunnya pertumbuhan ekonomi dan
ketahanan pangan, serta meningkatnya
harga-harga kebutuhan pokok, persoalan
ketimpangan antara SDA dengan SDM
yang dimiliki, persoalan keterbatasan PAD,
kecilnya potensi pasar lokal kecil dan
ketergantungan pada perekonomian luar
masih tinggi dalam hal pertanian dan
manufaktur, pertumbuhan perekonomian
kota yang sebagian besar terkait dengan
sektor
industri
hinterland
yang
mengeksploitasi
SDA,
serta
belum
optimalnya identifikasi terhadap potensi
Kota Balikpapan.
Total PDRB atas dasar harga berlaku
tahun 2007 mencapai 28,08 trilyun rupiah.
Kemudian meningkat menjadi 38,53 Trilyun
Rupiah tahun 2008. Sedangkan tahun
2009 total PDRB atas dasar harga berlaku
menurun menjadi 36,79 trilyun rupiah atau
berkurang 4,50 % dari tahun sebelumnya.
Menurun-nya total PDRB atas dasar harga
berlaku tersebut dikarenakan terjadi
perbaikan
kilang
minyak
di
Kota
Balikpapan sehingga target produksi
perussahaan
yang
harusnya
dapat
terpenuhi
akhirnya
tidak
terealisasi
seluruhnya. Sedangkan faktor lainnya
karena harga minyak dipasar dunia pada
tahun 2009 lebih rendah dari tahun
sebelumnya.
Total PDRB atas dasar harga konstan
tahun 2000 yag semula 13,84 trilyun di
tahun 2007 meningkat menjadi 15,15
trilyun di tahun 2008 dan kemudian
meningkat lagi menjadi 15,52 trilyun rupiah
di tahun 2009 atau dapat dikatakan
mengalami kenaikan sebesar 2,46 %. Dari
total PDRB atas dasar harga konstan tahun
2009 sebesar 51,79 % (19,05 trilyun
rupiah) dihasilkan sub-sektor industri
pengilangan minyak bumi. Sedangkan
sisanya sebesar 48,21 % (17,74 trilyun
rupiah dihasilkan oleh sektor-sektor lainnya

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-18

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

atau yang lebih dikenal dengan PDRB


tanpa migas.
2. Memiliki sektor unggulan yang dapat
menggerakkan pertumbuhan ekonomi
Analisa sektor unggulan seperti yang telah
di bahas pada sub bab sebelumnya
dengan menggunakan analisis LQ dapat
disimpulkan bahwa:
Perkembangan perekonomian Kota
Balikpapan didominasi oleh sektor
industri pengolahan terutama pada
sub sektor pengilangan minyak bumi
dengan nilai LQ sebesar 6,69 pada
tahun 2013
Pada Kabupaten Penajam Paser
Utara secara keseluruhan sektor
industri pengolahan belum menjadi
basis, tetapi jika dilihat dari sub sektor
industri tanpa migas memiliki nilai LQ
yang paling besar yaitu sebesar 3,65
pada tahun 2013.
Kesimpulan yang dapat dirumuskan jika
merunut pada analisis LQ di Kota
Balikpapan dan Kabupaten Penajam
Paser
Utara,
dalam
tahap
pengembangannya memiliki perbedaan
dimana pengembangan industri di Kota
Balikpapan lebih kepada kawasan industri
dengan
migas
sedangkan
untuk
Kabupaten Penajam Paser Utara jenis
industri yang dikembangkan lebih kepada
industri tanpa migas dan didukung oleh
industri pertanian yang memiliki nilai yang
cukup potensial untuk dikembangkan.
Industri
pengilangan
minyak
bumi
merupakan sub sektor unggulan terhadap
makro ekonomi Kota Balikpapan dan
masih memperlihatkan kontribusi yang
dominan. Selama kurun waktu lima tahun
(2004-2009) produksi sub sektor industri
dan pengilangan minyak bumi atas dasar
harga berlaku cukup berfluktuasi, tercatat
8,65 trilyun rupiah tahun 2004 meningkat
menjadi 12,95 trilyun rupiah tahun 2005,
kemudain menjadi 15,17 trilyun rupiah.

meningkat menjadi 22,95 trilyun rupiah.


Penurunan produksi kilang minyak Kota
Balikpapan kembali terjadi hingga 10,38%
tahun 2009 dan harga minyak di pasar
dunia maupun nilai tukar mata uang
rupiah terhadap Dollar Amerika yang
tidak lebih baik dari tahun sebelumnya
merupakan faktor penyebab penurunan
nilai tambah sub sektor industri
pengilangan minyak bumi hingga menjadi
19,05 trilyun rupiah. Selama kurun waktu
lima tahun terakhir (2004-2009) nilai
tambah subsektor industri pengilangan
minyak bumi Kota Balikpapan atas dasar
harga berlaku mengalami pertumbuhan
rata-rata 17,10 % per tahun.
Sebagaimana nilai tambah atas dasar
harga konstan tahun 2000 nilai tambah
atas dasar harga harga berlaku sub
sektor industri pengilangan minyak bumi
tahun 2009 juga mengalami penurunan
atau tumbuh negatif. Penurunan total
PDRB atas dasar harga berlaku tahun
2009
mencapai
-4,50%.
Dengan
pertumbuhan riil (atas dasar harga
konstan) subsektor industri pengilangan
minyak bumi yang mencapai -10,38%
secara total berdampak luas terhadap
kontribusi yang telah disumbangkan
subsektor ini terhadap total PDRB Kota
Balikpapan dari kontribusi 59,56% tahun
2008 hingga menjadi 51,79 % pada tahun
2009.
3. Memiliki potensi ekspor
Potensi ekspor dapat dilihat dari
perkembangan ekspor kawasan dalam
kurun waktu tertentu atau sengan analisis
Dinamic Location Quotient (DLQ). Akan
tetapi karena Kawasan industri kariangau
dan kawasan industri Buluminung masih
dalam tahap pembangunan dan belum
melakukan ekspor maka untuk menilai
kriteria ini dapat dilakukan analisis DLQ.
Analisis ini pada dasarnya merupakan
bagian dari analisis LQ yang telah
dilakukan sebelumnya.

Setelah terjadi kenaikan produksi hingga


16,41 % tahun 2008, nilai tambah sub
sektor industri pengilangan minyak bumi
atas dasar harga berlaku kembali

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-19

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

DLQ Positif

Belum bisa menjadi


basis saat ini namun
berpotensi menjadi
basis di masa depan
Listrik, Gas & Air
Bersih
Bangunan
Pengangkutan &
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan & Jasa
Perusahaan
Jasa-Jasa
Industri Pengolahan
(Non-Migas)

Sektor basis saat ini


dan masih berpotensi
menjadi basis di masa
depan
Perdagangan, Hotel
dan Restoran

SLQ > 1

SLQ < 1

Bukan sektor yang


dapat menjadi basis
saat ini dan di masa
depan
Pertanian
Pertambangan &
Galian

Sektor basis saat ini


tapi tidak bertahan di
masa depan
0 Industri Pengolahan
(Pengilanagn Minyak)

DLQ Negatif

Gambar 3-5 Diagram Klassen Kota Balikpapan


dan Kabupaten Penajam Paser Utara terhadap
Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013

Perbedaannya adalah analisis SLQ yang


Perbedaannya adalah analisis SLQ yang
telah dilakukan sebelumnya hanya dapat
digunakan untuk mengetahui sektor basis
yang diunggulkan saat ini. Sementara
analisis DLQ dapat digunakan untuk
melihat sektor yang memiliki potensi
untuk diunggulkan di masa depan.
Kemudia setelah diketahui nilai DLQ nya,
informasi nilai LQ dan DLQ dibandingkan
dalam diagram Klassen.
Jika dilihat dari posisi strategis dimana
kawasan
industry
Kariangau
dan
Buluminung berada di teluk Balikpapan
yang berhadapan langsung dengan selat
Makassar yang merupakan bagian dari
Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI II),
posisi strategis tersebut memudahkan
dalam mobilisasi barang untuk tujuan
domestik maupun mancanegara (eksporimpor). Selain itu kaasan industry
Kariangau dan Buluminung Sudah
terintegrasi dengan terminal pelabuhan
peti kemas (sebagai jalur angkut laut) dan
Freeway (sebagai jalur angkut darat).
Kawasan Industri Kariangau memiliki
konektivitas untuk melayani kegiatan
industri di wilayah tengah dan timur
Indonesia.

Tabel 3-7 Nilai DLQ Kota Balikpapan


No.
1
a
b
c
d
e
2
a
b
c
3
a
1
2
b
1
2
3
4
5
6
7

Sektor / Lapangan Usaha


PERTANIAN
Tanaman Bahan Makanan
Tanaman Perkebunan
Peternakan dan Hasil-hasilnya
Kehutanan
Perikanan
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
Minyak dan Gas Bumi
Pertambangan tanpa Migas
Penggalian
INDUSTRI PENGOLAHAN
Industri Migas
Pengilangan Minyak Bumi
Gas Alam Cair
Industri tanpa Migas
Makanan, Minuman dan Tembakau
Tekstil, Brg. Kulit dan Alas Kaki
Brg. Kayu dan Hasil Hutan lainnya
Kertas dan Barang Cetakan
Pupuk, Kimia dan Brg. Dari Karet
Semen dan Brg. Galian bukan Logam
Logam Dasar Besi dan Baja

2010
0.89
1.09
0.56
1.01
-3.23
0.40
0.66
0.62
-3.39
-1.96
-9.10
1.42
-

DLQ
2011
2012
0.17
0.42
-0.27
0.48
0.11
0.33
0.40
0.93
-2.61
-428.06
0.07
0.29
0.59
1.59
0.59
1.11
-0.67
2.61
-0.49
1.52
1.43
1.37
0.53
0.36
-

2013
0.17
0.23
0.15
0.31
1.01
0.10
4.05
0.20
-0.03
0.00
-3.49
0.16
-

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-20

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

No.
8
9
4
a
b
c
5
6
a
b
c
7
a
1
2
3
4
5
6
b
1
2
8
a
b
c
d
e
9
a
1
2
b
1
2
3

Sektor / Lapangan Usaha


Alat Angk., Mesin dan Peralatannya
Barang lainnya
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH
Listrik
Gas
Air Bersih
BANGUNAN
PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
Perdagangan Besar dan Eceran
Hotel
Restoran
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
Pengangkutan
Angkutan Rel
Angkutan Jalan Raya
Angkutan Laut
Angk. Sungai, Danau dan Penyeberangan
Angkutan Udara
Jasa Penunjang Angkutan
Komunikasi
Pos dan Telekomunikasi
Jasa Penunjang Komunikasi
KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA
PERUSAHAAN
Bank
Lembaga Keuangan tanpa Bank
Jasa Penunjang Keuangan
Sewa Bangunan
Jasa Perusahaan
JASA-JASA
Pemerintahan Umum
Adm. Pemerintahan dan Pertahanan
Jasa Pemerintah lainnya
Swasta
Sosial Kemasyarakatan
Hiburan dan Rekreasi
Perorangan dan Rumah Tangga
TOTAL

DLQ
2010

2011

2012

2013

0.69
0.65
1.06
0.61
0.52
0.52
0.63
0.49
0.60
0.66
0.65
0.73
0.67
0.54
0.71
0.39
0.60

1.84
1.56
9.70
0.92
0.35
0.33
0.34
0.54
0.41
0.43
0.49
0.30
0.14
0.39
0.24
0.38
0.31

1.62
1.54
2.27
1.53
0.69
0.66
0.62
1.02
1.35
1.41
1.17
0.64
0.28
1.24
0.36
0.95
0.49

0.65
0.77
-0.08
0.58
0.24
0.24
0.17
0.32
0.42
0.46
0.42
0.30
0.16
0.47
0.15
0.32
0.18

0.56
0.70
1.00
0.64
0.56
0.72
0.80
0.56
0.77
0.68
0.50
1.00

0.16
0.56
0.58
0.41
0.54
0.29
0.31
0.26
0.35
0.31
0.16
1.00

0.21
1.14
1.29
0.76
1.44
0.61
0.61
0.65
0.85
0.69
0.41
1.00

0.10
0.40
0.43
0.24
0.43
0.25
0.27
0.20
0.21
0.27
0.12
1.00

2012
1.10
1.57
0.58
1.73
-920.49
0.69
0.47
-0.44
-0.15
0.38
-0.87
0.38
-

2013
0.47
0.79
0.26
0.80
2.28
0.36
1.61
-0.24
0.78
0.11
-1.09
0.43
-

Sumber : Hasil Analisis 2014

Tabel 3-8 Nilai DLQ Kabupaten Penajam Paser Utara

No.
1
a
b
c
d
e
2
a
b
c
3
a
1
2
b
1
2

Sektor / Lapangan Usaha


PERTANIAN
Tanaman Bahan Makanan
Tanaman Perkebunan
Peternakan dan Hasil-hasilnya
Kehutanan
Perikanan
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
Minyak dan Gas Bumi
Pertambangan tanpa Migas
Penggalian
INDUSTRI PENGOLAHAN
Industri Migas
Pengilangan Minyak Bumi
Gas Alam Cair
Industri tanpa Migas
Makanan, Minuman dan Tembakau
Tekstil, Brg. Kulit dan Alas Kaki

DLQ
2010
1.33
2.83
0.84
0.53
2.59
0.34
0.35
-1.63
6.34
-3.38
1.42
-

2011
0.29
0.23
0.23
0.30
-1.79
0.33
0.77
-0.16
0.15
-0.62
0.85
-

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-21

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

No.
3
4
5
6
7
8
9
4
a
b
c
5
6
a
b
c
7
a
1
2
3
4
5
6
b
1
2
8
a
b
c
d
e
9
a
1
2
b
1
2
3

Sektor / Lapangan Usaha


Brg. Kayu dan Hasil Hutan lainnya
Kertas dan Barang Cetakan
Pupuk, Kimia dan Brg. Dari Karet
Semen dan Brg. Galian bukan Logam
Logam Dasar Besi dan Baja
Alat Angk., Mesin dan Peralatannya
Barang lainnya
LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH
Listrik
Gas
Air Bersih
BANGUNAN
PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
Perdagangan Besar dan Eceran
Hotel
Restoran
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
Pengangkutan
Angkutan Rel
Angkutan Jalan Raya
Angkutan Laut
Angk. Sungai, Danau dan Penyeberangan
Angkutan Udara
Jasa Penunjang Angkutan
Komunikasi
Pos dan Telekomunikasi
Jasa Penunjang Komunikasi
KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA
PERUSAHAAN
Bank
Lembaga Keuangan tanpa Bank
Jasa Penunjang Keuangan
Sewa Bangunan
Jasa Perusahaan
JASA-JASA
Pemerintahan Umum
Adm. Pemerintahan dan Pertahanan
Jasa Pemerintah lainnya
Swasta
Sosial Kemasyarakatan
Hiburan dan Rekreasi
Perorangan dan Rumah Tangga
TOTAL

DLQ
2010

2011

2012

2013

0.72
0.74
0.66
0.65
0.92
0.94
0.38
0.22
0.75
0.81
0.85
0.79
0.72
0.95
0.54
0.57
0.24
0.95

0.75
0.81
0.41
0.59
0.73
0.73
0.29
0.39
1.42
1.78
2.24
1.57
0.37
0.44
0.24
0.24
0.30
0.46

0.82
0.81
1.09
0.49
0.70
0.72
0.52
0.46
0.74
0.76
1.23
0.73
0.68
0.63
0.62
0.63
0.43
0.59

0.77
0.89
0.32
0.25
0.54
0.55
0.81
0.22
0.44
0.50
0.60
0.55
0.52
0.26
0.25
0.25
0.23
0.48

1.14
0.73
0.96
1.18
0.55
0.75
-1.12
0.22
0.40
-1.64
1.00

0.13
0.49
0.81
0.69
0.35
0.30
1.45
0.20
0.49
2.24
1.00

0.20
1.16
1.28
1.23
0.64
0.61
0.50
0.49
0.57
0.52
1.00

0.11
0.76
0.91
0.83
0.39
0.40
0.27
0.18
0.47
0.29
1.00

Sumber : Hasil Analisis 2014

4. Memiliki dukungan jaringan prasarana


dan fasilitas penunjang kegiatan
ekonomi
Seperti telah dijelakan pada sub bab
sebelumnya bahwa kondisi infrastruktur
transportasi
di
Kawasan
industri
kariangau
dan
kawasan
industri
Buluminung saat ini sudah cukup baik,
ditambah lagi rencana pembangunan
infrastruktur yang mendukung kegiatan
industry. Saat ini infrastruktur yang telah
tersedia berupa bandara sepinggan,

pelabuhan
penyebrangan
dan
sebagainya.
Diminatinya
kawasan
industry Kariangau dan Buluminung oleh
sejumlah perusahaan karena memiliki
nilai strategis yang dimilikinya. Selain
lokasinya yang berada di kawasan pesisir
sehingga memudahkan alur distribusi dan
transportasi, kawasan ini juga didukung
dengan adanya sejumlah rencana
infrastruktur yang sangat memadai dan
mendukung bagi aktivitas bisnis, antara
lain.

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-22

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

a. Terminal Peti Kemas Kariangau


Beroperasi sejak tahun 2013, terminal
peti
kemas
Kariangau
jelas
memberikan kemudahan tersendiri
bagi arus perdagangan. Terminal ini
dibangun pada lahan seluas 72,5
hektar yang terintegrasi dengan KIK.
Fasilitas yang disediakan antara lain,
terminal kontainer, terminal BBM,
terminal curah, dan terminal multi
purpose.
b. Pembangkit listrik
Untuk
menunjang
operasional
kawasan
akan
dibangun
dua
pembangkit listrik tambahan, yaitu 2
x15 MW PLTU yang dibangun oleh
PT. Kariangau Power dan 4 x 100 MW
dari PLN yang keduanya akan
beroperasi pada tahun 2014.
c. Air bersih.
Sama halnya dengan listrik, air bersih
adalah kebutuhan esensial, termasuk
untuk kawasan industri. Oleh sebab itu
pemerintah telah membangun waduk
sungai wain dengan kapasitas 5,1 juta
m3 dengan debit 262 liter/detik. Selain
itu ada pula yang dibangun oleh PT.
Kariangau Power dengan kapasitas
100 liter/detik.
d. Jembatan Pulau Balang
Jika sudah tuntas pembangunannya,
jembatan ini nantinya akan memiliki
nila strategis bagi pertumbuhan
ekonomi wilayah selatan Kalimantan
Timur. Hal ini karena jembatan ini
akan
menghubungkan
wilayah
Penajam dengan Balikpapan yang
berarti adanya kemudahan dalam
akses dan waktu tempuh. Untuk
bentang pendek akan selesai pada
tahun 2014 ini, sementara bentang
panjang
sedang
dalam
proses
pekerjaan yang telah dimulai pada
tahun 2013.
e. Jalan Km13 KIK
Infrastruktur jalan yang memadai akan
memberikan kemudahan bagi arus
distribusi barang dan manusia.
Dengan dibangunnya jalan akses dari
Km13 yang terkoneksi dengan jalan
tol Samarinda-Balikpapan maka arus

transportasi
akan
mengalami
kemajuan yang signifikan. jalan akses
sepanjang 12 kilometer ini telah
dibangun jalur 1, sementara untuk
jalur 2 akan dikerjakan pada tahun
2014 bersamaan dengan jembatan
sungai wain.
f. Jalur Kereta Api Khusus
Dengan total rencana panjang rel 185
km yang menghubungkan Kutai Barat,
Paser, Penajam Paser Utara, dan
Balikpapan. Total nilai investasi dari
kerjasama Pemprov Kaltim dengan
JSC Russian Railways ini mencapai
US$ 1,8 miliar.
g. Jalan Tol
Kawasan Industri Kariangau didukung
oleh rencana jalan tol secara regional
Propinsi Kalimantan Timur yang
menghubungkan
antara
wilayah
Perkotaan Bontang Samarinda
Balikpapan.
h. Bandara Sepinggan
Kawasan Industri Kariangau telah
didukung oleh keberadaan Bandara
Sepinggan, dimana dengan adanya
bandara ini dapat mempermudah alur
keluar masuk barang yang berada
pada Kawasan Industri Kariangau.
5. Memiliki kegiatan ekonomi yang
memanfaatkan teknologi tinggi
Pengembangan
Kawasan
Industri
Kariangau bertema Industry Teknology
Tinggi yang berwawasan lingkungan
(green high tech industry) yang terdiri dari
Klaster Industri Pengolahan Minyak Gas
Bumi dan Pertambangan, Klaster Industri
Agro,
Klaster
Industri
pengolahan
perkayuan, Klaster Industri Konstruksi,
Klaster
Industri
Transportasi
dan
Permesinan.
a. Tema Industri di Kawasan Industri
Kariangau adalah industri perakitan
berteknologi tinggi.
b. Industri yang diusulkan ada adalah :
Industri Kimia
Industri Transportasi Kendaraan
Industri Elektronika

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-23

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

Industri Peralatan Mesin


Industri Pendukung lainnya.
c. Industri pengilangan minyak yang
merupakan
kontribusi
ekspor
terbesar tetap dipertahankan karena
sudah ada perusahaan yang telah
beroperasi di Kawasan Industri
Karingau.
6. Berfungsi untuk mempertahankan
tingkat produksi pangan dalam rangka
mewujudkan ketahanan pangan
Pengembangan
Kawasan
Industri
Kariangau dan Buluminung di Kota
Balikpapan dan Kabupaten Penajam
Paser
Utara
sama
sekali
tidak
berpengaruh
terhadap
usaha
mewujudkan
ketahanan
pangan.
Pengembangan kawasan tersebut lebih
mengarah ke industri industri besar
yang tidak bergerak di sektor pangan.
7. Berfungsi untuk mempertahankan
tingkat produksi sumber energi dalam
rangka mewujudkan ketahanan energi

Hingga saat ini pengembangan Kawasan


Industri Kariangau dan Buluminung di
Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam
Paser Utara belum mendukung usaha
mewujudkan ketahanan energi meskipun
diiringi dengan rencana pembangunan
pembangkit listrik guna menunjang
operasional kawasan, diantaranya adalah
akan pembangkit listrik 2 x15 MW PLTU
yang dibangun oleh PT. Kariangau Power
dan 4 x 100 MW dari PLN yang keduanya
akan beroperasi pada tahun 2014.
8. Dapat merupakan kawasan yang dapat
mempercepat pertumbuhan kawasan
tertinggal di dalam wilayah provinsi
Secara umum dari hasil analisis I-O,
hampir seluruh sektor industri di
Kalimantan Timur mampu mendorong
sektor industri hulunya sebagai domestic
supply. Akan tetapi hingga saat ini baru
Industri Kertas dan Barang Cetakan saja
memiliki keterkaitan ke belakang dan
kedepan paling baik (> 1 sebagai sektor
kunci) guna menyediakan input maupun
stok penyediaan output yang memiliki
dampak besar dalam perekonomian

Tabel 3-9 Analisis Pola Keterkaitan Subsektor Terkait Indusrtri Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2011
Kode I-O

21
22
23
24
25
26
27
28
29

Nama Sektor

Industri Makanan, Minuman dan


Tembakau
Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas
Kaki
Industri Kayu dan Hasil Hutan Lainnya
Industri Kertas dan Barang Cetakan
Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari
Karet
Industri Semen, Barang Lain Bukan
Logam
Industri Logam Dasar, Besi dan Baja
Industri Alat Angkutan, Mesin dan
Peralatan
Industri Barang Lainnya

Daya Penyebaran

Derajat Kepekaan

Sektor Kunci

1,477543740

0,981848596

Tidak

1,095526043

0,784554494

Tidak

1,218685279
1,271694883

0,920923492
1,205176201

Tidak
Ya

0,974944095

1,065253052

Tidak

1,215026108

0,789695443

Tidak

0,781081615

0,781081615

Tidak

1,118438754

0,790163387

Tidak

1,201243339

0,808252767

Tidak

Sumber: Alfino, 2014

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-24

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

Dari
pemaparan
tersebut,
pemenuhan
Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung
di Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam
Paser Utara terhadap Kriteria KSP dari Sudut
Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi dapat
disimpulkan pada Tabel 3-10 sebagai berikut.
Tabel 3-10 Pemenuhan Kriteria KSP Sudut Kepetingan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan
Buluminung di Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara

No.

Kriteria KSP Ekonomi

Kondisi Kawasan Kariangau dan Buluminung

1.

Memiliki potensi ekonomi cepat


tumbuh

Sektor industri pengolahan menjadi basis di


Kota Balikpapan sedangkan Kabupaten PPU
sektor industri menjadi basis memiliki prospek
yang baik di masa depan
Saat ini sudah banyak investasi di kawasan
industri, dan sudah ada perusahaan yang telah
beroperasi
Analisis DLQ: Subsektor industry tanpa migas
potensial untuk menjadi sektor basis dan
diekspor keluar wilayah di masa depan
Kondisi infrastruktur sudah cukup baik ditambah
lagi
terdapat
rencana
pengembangan
infrastruktur yang mendukung kegiatan industri
Pengembangan kawasan industri ini memiliki
tema pengembangan industri perakitan
berteknologi tinggi
Pengembangan Kawasan Industri Kariangau
dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara tidak
berpengaruh terhadap usaha mewujudkan
ketahanan pangan karena lebih mengarah ke
industri industri besar yang tidak bergerak di
sektor pangan
Terdapat rencana pembangunan pembangkit
listrik tambahan namun tidak ada rencana
produksi sumber energi sebagai usaha
mendukung ketahanan energi
Analisis I-O: Saat ini hanya output yang
dihasilkan dari Industri Kertas dan Barang
Cetakan saja yang banyak digunakan sebagai
input bagi sektor-sektor lainnya dalam
perekonomian. Sementara sektor indsutri lain
belum mampu mendorong perekonomian di
sekitarnya untuk menjadi lebih baik.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Memiliki sektor unggulan yang


dapat
menggerakkan
pertumbuhan ekonomi
Memiliki potensi ekspor

Memiliki dukungan jaringan


prasarana dan fasilitas penunjang
kegiatan ekonomi
Memiliki kegiatan ekonomi yang
memanfaatkan teknologi tinggi
Berfungsi untuk mempertahankan
tingkat produksi pangan dalam
rangka mewujudkan ketahanan
pangan

Berfungsi untuk mempertahankan


tingkat produksi sumber energi
dalam rangka mewujudkan
ketahanan energi
Dapat merupakan kawasan yang
dapat mempercepat pertumbuhan
kawasan tertinggal di dalam
wilayah provinsi

3.3

Kesesuaian
dengan Kriteria
Ekonomi
v

Justifikasi Kesesuaian Kawasan


sebagai KSP Sudut Kepentingan
Ekonomi

Justifikasi ini dilakukan dengan dasar Draft


Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang
Kawasan
Strategis
Provinsi.
Adapun
ketentuan untuk menentukan suatu kawasan
dapat menjadi KSP Sudut Kepentingan
Pertumbuhan Ekonomi adalah sebagai
berikut.

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-25

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

Tabel 3-11 Penetapan Tipologi KSP Berdasarkan Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi, Kriteria dan
Isu Strategis Provinsi
Sudut
Kepentingan
Pertumbuhan
Ekonomi

Kriteria
a. memiliki potensi ekonomi
cepat tumbuh;
b. memiliki sektor unggulan
yang dapat menggerakkan
pertumbuhan ekonomi;
c. memiliki potensi ekspor;
d. memiliki dukungan jaringan
prasarana dan fasilitas
penunjang kegiatan
ekonomi;
e. memiliki kegiatan ekonomi
yang memanfaatkan
teknologi tinggi;
f. berfungsi untuk
mempertahankan tingkat
produksi pangan dalam
rangka mewujudkan
ketahanan pangan;
g. berfungsi untuk
mempertahankan tingkat
produksi sumber energi
dalam rangka mewujudkan
ketahanan energi; h. dapat
merupakan kawasan yang
dapat mempercepat
pertumbuhan kawasan
tertinggal di dalam wilayah
provinsi

Isu Strategis Provinsi

Tipologi

a. masih adanya ketimpangan


perkembangan ekonomi
wilayah.
b. adanya perbedaan potensi
wilayah dan keterbatasan
prasarana dan sarana
pendukung pertumbuhan
ekonomi wilayah.
c. belum optimalnya
pengembangan sektor-sektor
unggulan penunjang
pengembangan ekonomi
wilayah.
d. Belum terbentuk interaksi
ekonomi intra wilayah yang
ditandai dengan keterkaitan
aktivitas ekonomi hulu-hilir.
e. Masih terjadi alih fungsi lahan
ekonomi potensial.
f. Masih diperlukan
pengembangan industri
unggulan untuk mengolah
komoditas unggulan menjadi
produk-produk unggulan daerah.
g. Masih adanya kemiskinan,
terbatasnya modal dan
investasi, rendahnya akses
SDM terhadap pendidikan dan
kesehatan.

1. Tipologi Kawasan
Perkotaan Besar
Kriteria : a, b, c, d, e
Isu : b, c, d, e, f, g
2. Tipologi Koridor
Ekonomi
Kriteria: a, b, c, d, e,
g, h
Isu: a, b, c, d, e, f, g
3. Tipologi Kawasan
Perdesaan
Kriteria : b, c, e, f, g,
h
Isu : a, b, c, d, e, f, g
4. Tipologi Kawasan
Ekonomi Cepat
Tumbuh
Kriteria : a, c, d, e, h
Isu: c, d, e, f

Sumber: Draft Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi, 2014

Sementara isu strategis Provinsi Kalimantan


Timur seperti yang tercantum dalam Dokumen
RTRW Provinsi Kalimantan Timur adalah
sebagai berikut.
5.
1.

2.

3.

4.

Peran strategis Provinsi Kalimantan


Timur dengan kekayaan SDA Energi dan
Migas sebagai pusat produksi migas dan
turunan produk olahannya yang menjadi
kepentingan strategis Nasional.
Sektor tambang dan migas yang
berkontribusi
tinggi
terhadap
pertumbuhan ekonomi wilayah Provinsi
Kalimantan Timur.
Di Indonesia, Provinsi Kalimantan Timur
merupakan Provinsi Terluas ke-dua
setelah Provinsi Papua, dan penyumbang
PDRB Terbesar Kelima. dengan potensi
untuk dikembangkan setelah Pulau Jawa,
Ketergantungan pertumbuhan ekonomi
masih berbasis pada ekstrasi sumber
daya alam yang bersifat tidak dapat
diperbaharui
(unrenewable)
dan

6.

7.

pengolahannya yang pada masa lalu


melalui sektor kehutanan (produksi kayu)
dan dewasa ini sektor pertambangan
(utamanya batubara).
Industri
pengolahan
Migas
dan
pertambangan tidak selalu membentuk
tata kaitan ekonomi dengan sektor yang
diusahakan masyarakat luas, karena
sektor tersebut terkait dengan sektor hulu
skala besar yang diusahakan oleh
korporasi.
Kesenjangan wilayah antar bagian timur
dan barat akibat keterbukaan dan akses
yang lebih baik pada kawasan pesisir
bagian timur dibandingkan kawasan
pedalaman bagian barat yang dicirikan
oleh distribusi pertumbuhan kota kota
besar pada wilayah timur, nilai PDRB
yang lebih berkembang pada wilayah
timur dari pada wilayah barat.
Keterbatasan akses dan pelayanan
infrastruktur yang berdampak terhadap
kelancaran pergerakan barang dan orang

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-26

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

untuk kepentingan kegiatan ekonomi dan


pelayanan sosial masyarakat terutama
pada kawasan perdesaan, kawasan
tertinggal termasuk kawasan perbatasan.
8. Kawasan perbatasan darat dan perairan
Indonesia-Malaysia
yang
perkembangannya dari sisi ekonomi lebih
dipengaruhi oleh wilayah Malaysia
daripada
wilayah
Indonesia,
yang
berpotensi terjadinya kebocoran ekonomi,
yang tidak mendukung prinsip kedaulatan
negara.
9. Kawasan pesisir timur yang merupakan
kawasan berkembang dari sisi ekonomi
karena memiliki lokasi yang strategis
serta keberadaaan sumber daya alamnya
berpotensi mengancam ekosistem.
10. Karakter daerah aliran sungai dan
kawasan perairan sekitar sungai dan
terjadinya kerusakan lingkungan di
bagian hulu yang berpotensi terjadinya
banjir yang berdampak tinggi pada
kawasan perkotaan dan permukiman.
11. Berkurangnya tutupan hutan yang sudah
semakin terbatas akibat praktek illegal
logging, kepentingan kegiatan budidaya
yang mengharuskan konversi hutan
sehingga hilangnya fungsi hutan sebagai
fungsi produksi dan ekologis.
12. Keberadaan kawasan gambut yang
menjadi karakteristik wilayah Provinsi
Kalimantan Timur yang tetap perlu
dipertimbangkan apabila dikembangkan
kegiatan budidaya diatasnya karena
kemungkinan dampak lingkungan yang
akan ditimbulkan.
Berdasarkan tinjauan terhadap kriteria KSP
dari
Sudut
Kepentingan
Pertumbuhan
Ekonomi, Kawasan Industri Kariangau dan
Buluminung telah memenuhi 5 (lima) kriteria,
yakni kriteria nomor urut a, b, c, e, dan f,
sehingga kawasan ini dapat digolongkan pada
KSP
Sudut
Kepentingan
Pertumbuhan
Ekonomi Jika disandingkan dengan isu
strategis Provinsi Kalimantan Timur, maka
kawasan ini dapat menjadi KSP dari Sudut
Kepentingan. Adapun isu strategis Provinsi
Kalimantan Timur yang mewakili kawasan ini
dalam penilaian tersebut adalah isu nomor
urut 9 (sembilan) sampai dengan 12.

3.4

Analisis SWOT dan Isu Strategis


Kawasan

Untuk mengetahui isu strategis suatu wilayah


dapat
dilakukan
dengan
menjabarkan
kekuatan,
kelemahan,
peluang
serta
tantangan
suatu
wilayah
dalam
perkembangannya. Model tersebut biasa
disebut dengan analisis SWOT. Dari analisis
tersebut juga dapat sekaligus dirumuskan
strategi pengembangan wilayah.

3.4.1

Analisis SWOT

Berikut ini akan dipaparkan kekuatan,


kelemahan, peluang dan tantangan yang
dimiliki oleh Kawasan Industri Kariangau dan
Buluminung berdasarkan penjelasan pada bab
sebelumnya.
Kondisi-kondisi
tersebut
kemudian akan dianalisis menggunakan
model matriks SWOT sehingga dapat
diketahui strategi-strategi yang diperlukan
untuk setiap kondisi yang ada dalam rangka
mencapai tujuan rencana pengembangan
kawasan.
A.

Kekuatan/Strength (S)
1. Memiliki letak strategis karena berada
di teluk Balikpapan yang berhadapan
langsung dengan selat Makassar
yang merupakan bagian dari Alur
Laut Kepulauan Indonesia (ALKI II),
posisi
strategis
tersebut
memudahkan
dalam
mobilisasi
barang
untuk
tujuan
domestik
maupun
mancanegara
(eksporimpor). Hal ini ditunjang dengan
kedalaman laut Teluk Balikpapan
yang dapat dilalui dengan kapal
berkapasitas 50.000 ton.
2. Dukungan
infrastruktur
yang
mendukung
terhadap
kegiatan
industri seperti terminal peti kemas,
pelabuhan bongkar muat barang,
jalur kereta api, jalan tol, pembangkit
tenaga
listrik
serta
rencana
infrastruktur lainnya.
3. Sudah terintegrasi dengan terminal
pelabuhan peti kemas (sebagai jalur
angkut laut) dan Freeway (sebagai
jalur angkut darat). Dengan letak
posisi geostrategis pada ALKI II,
Kawasan Industri Kariangau memiliki

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-27

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

4.

5.

6.

7.

8.

B.

konektivitas untuk melayani kegiatan


industri di wilayah tengah dan timur
Indonesia
Sudah ada industri yang beroperasi,
dimana saat ini tercatat ada sekitar
20 pabrik yang sudah mengantongi
izin membuat pabrik, dimana 13
diantaranya
sudah
beroperasi
menyerap sekitar 4.000 tenaga kerja.
Perusahaan yang sudah beroperasi
antara
lain
bergerak
dalam
pengolahan CPO (Crude Palm Oil),
pertambangan, batubara, dan migas,
industri perKepalan, industri logam,
tekstil perkayuan, serta pergudangan.
Lahan-lahan di Kawasan Industri
Kariangau sebagian telah dimiliki oleh
perusahaan-perusahaan besar dan
kecil dan telah mendapat ijin usaha di
Kawasan Industri Kariangau
Kawasan
Industri
Kariangau
dibangun
untuk
mengakomodir
pembangunan
industri
kimia,
batubara,
pengolahan
kayu,
pengeboran minyak, pupuk dan
aneka industri lainnya. Sedangkan
kawasan
industri
Buluminung
dibanguan
untuk
mengakomodir
industri pertanian yang menjadi basis
di Kabupaten Penajam paser Utara.
Besarnya minat investor untuk
melakukan
pembangunan
di
Kawasan Industri Kariangau perlu
didukung oleh dokumen perencanaan
yang
menjadi
acuan
dalam
melakukan pembangunan.
Sudah
memiliki
dokumen
perencanaan,
seperti
Review
Masterplan
Kawasan
Industri
Kariangau,
sebagai
dasar
pembangunan kawasan.

Kelemahan/Weakness (W)
1. Letak
Kawasan
industri
ini
berdampingan
dengan
Kawasan
Teluk Balikpapan yang mempunyai
fungsi lindung.
2. Saat ini belum terhubungnya antara
kawasan industri Kariangau dan
Kawasan Industri Buluminung.
3. Terdapat
ketimpangan
sarana
prasarana antara Kawasan Industri

Kariangau dan
Buluminung.
C.

Kawasan

Industri

Peluang/Opportunity (O)
1. Terdapat
beberapa
kebijakan
pemerintah pusat dan daerah yang
mendukung pengembangan kawasan
Industri Kariangau dan Kawasan
Industri Buluminung, antara lain
sebagai berikut.
a. Peraturan Presiden No.32 Tahun
2012
tentang
Masterplan
Percepatan
dan
Perluasan
Pembangunan
Ekonomi
Indonesia (MP3EI) menetapkan
Koridor Ekonomi Kalimantan,
sebagai Pusat Produksi dan
Pengolahan Hasil Tambang dan
Lumbung Energi Nasional.
b. Peraturan Daerah No.4 Tahun
2009, tentang visi Kaltim Bangkit
2013,
yakni
mewujudkan
Kalimantan Timur sebagai Pusat
Agroindustri
dan
Energi
Terkemuka menuju Masyarakat
Adil dan Sejahtera.
c. Peraturan
Daerah
Kota
Balikpapan Nomor 12 Tahun
2012 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Balikpapan
Tahun
2012-2032
Kawasan
Industri Kariangau ditetapkan
sebagai Kawasan Strategis Kota
yang diuraikan dalam rencana
struktur ruang dan rencana pola
ruang Kota Balikpapan.
2. Terdapat rencana pengembangan
infrastruktur untuk menunjang Kota
Balikpapan sebagai pusat kegiatan
industri, diantaranya adalah sebagai
berikut.
Pengembangan jaringan jalan
arteri primer pada Jaringan Jalan
Lintas Selatan Pulau Kalimantan,
yang merupakan bagian dari
Jaringan Jalan Trans Kalimantan,
yang menghubungkan Kuaro
Kademan

Penajam

Balikpapan - Loa Janan Samarinda;


Pengembangan jaringan jalan
nasional yang menghubungkan
kawasan
perkotaan
nasional

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-28

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

sebagai
pusat
pertumbuhan
dengan pelabuhan dan bandar
udara
untuk
mendukung
pemasaran dan distribusi produk
unggulan meliputi jaringan jalan
arteri
primer
yang
menghubungkan PKN Kawasan
Perkotaan
BalikpapanTenggarong-Samarinda-Bontang
dengan Pelabuhan Balikpapan
(Kota Balikpapan) dan Bandar
Udara
Sepinggan
(Kota
Balikpapan)
Pengembangan jaringan jalan
bebas hambatan untuk melayani
PKN sebagai pusat pertumbuhan
utama meliputi jaringan jalan
bebas hambatan antarkota yang
menghubungkan
Simpang
Penajam-Balikpapan
Pengembangan Jaringan Jalan
Lintas Selatan Pulau Kalimantan
yang terpadu dengan Pelabuhan
Balikpapan (Kota Balikpapan)
Pengembangan jaringan Jalur
Kereta Api Lintas Selatan Pulau
Kalimantan Bagian Timur yang
melalui
Bontang-SamarindaBalikpapan
3. Memiliki lokasi yang sangat strategis
secara maritim, karena berada di
sepanjang Selat Makassar yang
merupakan jalur perhubungan dan
perdagangan laut regional, nasional
maupun
intenasional.
Jalur
perhubungan yang dimaksud adalah
jalur ALKI II Pacific Rim yang
merupakan lintasan laut internasional
dan akan dijadikan pusat ekonomi di
masa depan.
4. Berada pada poros regional lintas
trans
kalimantan
yang
menghubungkan wilayah Kalimantan
Utara, Kota Samarinda, Provinsi
Kalimantan
Selatan,
Kalimantan
Tengah, dan Kalimantan Barat,
sehingga ke depannya kawasan ini
bisa memiliki konektivitas yang tinggi
terhadap kawasan-kawasan lain di
pulau Kalimantan.
5. Kegiatan industri di KIK dimaksudkan
untuk memberi nilai tambah pada

setiap komoditi yang dihasilkan di


Provinsi Kalimantan Timur sehingga
pemasaran produk primer akan
beralih menjadi produk sekunder atau
tersier. Pada tahun 2030, Kawasan
Industri Kariangau diprediksikan akan
menjadi kawasan pusat aneka
industri
terkemuka
di
wilayah
Indonesia bagian timur.
D.

Tantangan/Threat (T)
1. Perlu adanya antisipasi konflik antara
kawasan
permukiman
dengan
kawasan industri, misalnya dengan
menyediakan zona buffer antara
kedua kawasan tersebut.
2. Pengembangan kawasan industri
berpotensi
merusak
ekosistem
mangrove di daerah pantai jika aspek
lingkungan tidak diperhatikan.
3. Terdapat disparitas pembangunan
antar kawasan industri Kariangau
dengan kawasan industri Buluminung
terutama dalam hal sarana dan
prasarana

3.4.2

Isu Strategis Kawasan

Dari penjabaran tersebut dapat ditarik


beberapa isu strategis kawasan sebagai
berikut.
a. Didukung oleh berbagai kebijakan
baik kebijakan pemerintah provinsi
maupun kota dan kabupaten.
a. Diperlukan integritas antara kawasan
industri Kariangau dengan kawasan
industri Buluminung.
b. Masih
terdapat
disparitas
pembangunan
antara
kawasan
industri Kariangau dengan kawasan
industri Buluminung terutama dalam
hal sarana dan prasarana.
c. Didukung
dengan
infrastruktur
terhadap kegiatan industri seperti
terminal peti kemas, pelabuhan
bongkar muat barang, jalur kereta api,
jalan tol, pembangkit tenaga listrik
serta rencana infrastruktur lainnya.
d. Berada pada poros regional lintas
trans
kalimantan
yang
menghubungkan wilayah Kalimantan
Utara, Kota Samarinda, Provinsi

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-29

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

Kalimantan
Selatan,
Kalimantan
Tengah, dan Kalimantan Barat.
e. Sudah terintegrasi dengan terminal
pelabuhan peti kemas dan memiliki
konektivitas untuk melayani kegiatan
industri di wilayah tengah dan timur
Indonesia.
f. Pengembangan kawasan industri
berbenturan
dengan
ekosistem
lingkungan terutama terkait dengan
flora fauna di sekitar teluk Balikpapan.

3.5

Usulan Delineasi KSP

Tahapan Deliniasi KSP


Dalam
pengembangan
suatu
kawasan
diperlukan
delineasi
wilayah
untuk
memperjelas area pengembangan. Delineasi
wilayah pengembangan KSP dilakukan
melalui beberapa tahap. Adapun tahap
penentuan delineasi kawasan dapat dilihat
pada gambar berikut.
Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Kegiatan
Industri
Analisis Kesesuaian dengan Rencana Pola
Ruang Kawasan Budidaya dan Kawasan Lindung
Analisis Rencana Pengembangan Sarana dan
Prasarana
Analisis Kesesuaian dengan Kawasan Strategis
Teluk Balikpapan
Analisis Arahan Pengembangan Kawasan
Industri Kariangau dan Buluminung

Gambar 3-6 Tahapan Delineasi KSP

Tahap 1: Analisis Kesesuaian Lahan Untuk


Kegiatan Industri
Analisis ini dilakukan dengan menggunakan
teknik superimpose terhadap kemampuan
lahan berdasarkan Peraturan Menteri PU No.
20/PRT/M/2007
sehingga
diidentifikasi
kesesuaian lahan untuk industri pada kawasan
pertumbuhan ekonomi Kawasan Industri
Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan
dan Kabupaten Penajam Paser Utara.
Berdasarkan
analisis
kesesuain
lahan,
terdapat lahan-lahan yang sesuai untuk
dikembangkan untuk kegiatan industri di Kota

Balikapapan dan Kabupaten Penajam Paser


Utara.
Tahap 2: Analisis kesesuaian dengan
rencana pola ruang kawasan budidaya dan
kawasan lindung
Selanjutnya, kawasan yang telah diidentifikasi
sesuai untuk dijadikan kawasan pertumbuhan
ekonmi, di superimpose dengan rencana pola
ruang kawasan budidaya yang terdapat dalam
rencana tata ruang wilayah Kota Balikpapan,
Kabupaten Penajam Paser Utara maupun
RTR Teluk Balikpapan. Analisis ini akan
mengidentifikasi
kawasan
pertumbuhan
ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan
Buluminung
di
Kota
Balikpapan
dan
Kabupaten Penajam Paser Utara yang sesuai
dengan kemampuan lahan dan rencana pola
ruang kawasan budidaya.
Selanjutnya, kawasan tersebut diatas, akan di
overlay dengan kawasan lindung berdasarkan
Rencana
Tata
Ruang
Wilayah
Kota
Balikpapan, Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Penajam Paser Utara, SK Menteri
Kehutanan 718 tentang Rekomendasi Guna
Lahan Kehutanan sebagai Dasar Penyusunan
Pola Ruang di Provinsi Kalimantan Timur dan
Kalimantan Utara, dan juga rencana kawasan
lindung pada RTR Teluk Balikpapan.
Dengan demikian, akan diidentifikasi kawasan
pertumbuhan ekonomi Kawasan Industri
Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan
dan Kabupaten Penajam Paser Utara yang
sesuai dengan kemampuan lahan, rencana
pola ruang kawasan budidaya, dan rencana
kawasan lindung.
Berdasarkan rencana pola ruang RTRW
Kabupaten Penajam Paser Utara dan RTRW
Kota Balikpapan, dapat diidentifikasi rencana
Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung
di Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam
Paser Utara.
Berdasarkan analisis superimpose terhadap
SK Menhut, tidak adanya kawasan industri
yang ditetapkan dalam RTRW Kabupaten
Penajama Paser Utara dan RTRW Kota
Balikpapan yang bersinggungan dengan
kawasan hutan lindung.

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-30

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

Tahap 3: Analisis rencana pengembangan


sarana dan prasarana
Sebagai kawasan yang akan dikembangkan
untuk pertumbuhan ekonomi, Kawasan
Industri Kariangau dan Buluminung di Kota
Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser
Utara memerlukan dukungan sarana dan
prasarana, diantaranya adanya sarana dan
prasarana transportasi. Analisis ini akan
mengidentifikasi kawasan yang memiliki akses
yang baik terhadap sarana dan prasarana
penunjang pertumbuhan ekonomi.
Dengan adanya analisis ini, maka akan
diidentifikasi dukungan sarana dan prasarana
yang menunjung untuk pengembangan
kawasan pertumbuhan ekonomi Kawasan
Industri Kariangau dan Buluminung di Kota
Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser
Utara.
Berdarkan rencana struktur dalam RTRW
Kabupaten Penajam Paser Utara dan RTRW
Kota Balikpapan, dapat diidentifikasi rencana
pembangunan sarana dan prasarana yang
dapat mendukung pengembangan kawasan
industri yaitu adanya pembangunan jalan tol
dan jalur kereta api.
Tahap 4: Analisis Kesesuaian dengan
Kawasan Strategis Kota Teluk Balikpapan
Selanjutnya
akan
dilakukan
analisis
kesesuaian dengan kawasan strategis Kota
Balikpapan, yaitu kawasan strategis teluk
balikpapan,
ini
dilakukan
untuk
mengidentifikasi adanya Kawasan Industri
Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan
dan Kabupaten Penajam Paser Utara yang
termasuk dalam kawasan strategis teluk
balikpapan. Ini perlu dilakukan mengingat
Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung
di Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam
Paser Utara sebagai calon kawasan strategis
provinsi dari sudut kepentingan pertumbuhan
ekonomi agar dapat diidentifikasi wewenang
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan
wewenang
Pemerintah
Daerah
Kota
Balikpapan untuk menghindari tumpang tindih
wewenang.
Berdasarkan hasil superimpose, diketahui
dalam RTR Teluk Balikpapan, kawasan yang

ditetapkan
sebagai
kawasan
industri
berdasarkan RTRW Kabupaten Penajam
Paser Utara, dan RTRW Kota Balikpapan
sebagiannya ada yang menjadi kawasan
lindung pada RTR Teluk Balikpapan
Tahap 5: Analisis Arahan Pengembangan
Kawasan
Industri
Kariangau
dan
Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara.
Tahap selanjutnya untuk menentukan deliniasi
kawasan adalah dengan melalukan kajian
terhadap arahan pengembangan Kawasan
Inudustri Kariangau dan Buluminung. Dengan
adanya analisis ini, dapat diidentikasi arah
pengembangan kawasan, sehingga dapat
memberikan gambaran yang jelas dalam
menentukan deliniasi KSP Kawasan Industri
Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan
dan Kabupaten Penajam Paser Utara.
Kawasan Industri Kariangau diarahkan untuk
mengakomodir pembangunan industri kimia,
batubara, pengolahan kayu, pengeboran
minyak, pupuk dan aneka industri lainnya.
Oleh karena itu, Kawasan Industri Kariangau
telah memiliki master plan kawasan yang
digunakan
sebagai
acuan
dalam
pembangunan kawasan. Dalam master plan
tersebut, terlihat jelas rencana sebaran klaster
industri. Selain itu, pembangunan industri dan
infrastruktur pendukungnya telah dilakukan di
Kawasan
Industri
Kariangau.
Dengan
demikian, dapat diidentifikasi sebaran industri
yang
memiliki
kewenangan
Provinsi
Kalimantan Timur.
Deliniasi KSP
Setelah melalui berbagai tahapan tersebut,
usulan deliniasi KSP dari Sudut Kepentingan
Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri
Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan
dan Kabupaten Penajam Paser Utara yang
meliputi seluruh Kawasan Industri Buluminung
dan Kawasan Industri Karingau. Hal ini
berdasarkan pertimbangan:
1. Deliniasi Kawasan sudah sesuai dengan
kesesuaian lahan untuk dikembangkan,
rencana pola ruang budi daya, rencana
pola ruang kawasan lindung.

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-31

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

2. Adanya sarana dan prasana pendukung


pertumbuhan ekonomi di kawasan.
3. Kebutuhan ruang untuk pengembangan
kawasan industri yang meliputi kawasan
industri,
kawasan
pendukung
dan
kawasan penyangga.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka
usulan deliniasi KSP Sudut Kepentingan
Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri
Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan
dan Kabupaten Penajam Paser Utara meliputi
kawasan seluas 9.953,04 ha seperti pada
gambar berikut.

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-32

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara

Gambar 3-7 Peta SKL untuk Industri di Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-33

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara

Gambar 3-8 Peta Rencana Pola Ruang berdasarkan RTRW Kota Balikpapan dan RTRW Kabupaten Penajam Paser Utara

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-34

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara

Gambar 3-9 Peta Kesesuaian Lahan berdasarkan SK Menhut 718 di Kota Balikpapan dan Kabupaten PPU

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-35

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara

Gambar 3-10 Peta Rencana Pengembangan Sarana dan Prasarana berdasarkan RTRW Kota Balikpapan dan RTRW Kabupaten Penajam Paser Utara

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-36

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara

Gambar 3-11 Peta Rencana Pola Ruang Kawasan Teluk Balikpapan

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-37

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara

Gambar 3-12 Peta ATTN (Barang Keluar Nasional) Kota Balikpapan

Gambar 3-13 Peta ATTN (Barang Keluar Nasional) Kabupaten Paser Penajam Utara

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-38

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara

Gambar 3-14 Peta ATTN (Barang Masuk Nasional) Kota Balikpapan

Gambar 3-15 Peta ATTN (Barang Masuk Nasional) Kabupaten Paser Penajam Utara

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-39

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara

Gambar 3-17 Peta ATTN (Barang Keluar Regional) Kota Balikpapan

Gambar 3-16 Peta ATTN (Barang Keluar Regional) Kabupaten Penajam Paser Utara

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-40

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara

Gambar 3-19 Peta ATTN (Barang Masuk Regional) Kota Balikpapan

Gambar 3-18 Peta ATTN (Barang Masuk Regional) Kabupaten Penajam Paser Utara

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-41

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara

Gambar 3-20 Peta Deliniasi KSP Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan Kabupaten PPU

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-42

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

3.6

Tujuan dan Strategi Pengembangan


Kawasan

Tujuan pengembangan KSP Kawasan


Industri Kariangau dan Buluminung di Kota
Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser
Utara adalah mengembangkan industri
berteknologi tinggi untuk mengoptimalkan
hasil sumber daya alam yang berwawasan
lingukungan. Adapun strategi pengembangan
untuk mendukung tujuan tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Mengintegrasikan Kawasan Industri
Kariangau dan Buluminung di Kota
Balikpapan dan Kabupaten Penajam
Paser Utara dengan sektor pendukung
lainnya.
2. Menyediakan
infrstruktur
yang
mendukung pengembangan kawasan.
3. Mengembangkan
industri
yang
berwawasan lingkungan dan mampu
memberikan nilai tambah terhadap
sumber daya alam yang dimiliki.
4. Mengembangkan kelembagaan dan
pengelolaan kawasan yang mampu
mendukung fungsi ekonomi sekaligus
fungsi lindung kawasan.

3.7

sistem pertukaran limbah yang dapat


bermanfaat bagi industri tersebut. Indonesia
sebagai
negara
agraris
dapat
mengembangkan ekologi industri berbasis
agroindustri.
Keuntungan
yang
dapat
diperoleh yaitu penurunan jumlah konsumsi
energi fosil, sumber daya alam, dan
mengurangi dampak lingkungan. Biaya
produksi juga dapat dikurangi.
Konsep ekologi industri terkait secara dekat
dengan proses produksi bersih (cleaner
production) dan merupakan komplementer
satu dengan
lainnya.
Kedua
konsep
melibatkan pencegahan pencemaran dalam
rangka
melindungi
lingkungan
dan
meningkatkan efisiensi ekonomi. Produksi
bersih lebih memfokuskan pada aspek
pengurangan limbah, sementara ekologi
industri lebih menekankan pada pendauran
suatu limbah yang terbentuknya tidak bisa
dihindari (unavoidably produced waste)
dengan mensinergikan antara unit satu
dengan lainnya atau antara satu industri
dengan industri lainnya. Selain terjadi
pemanfaatan suatu material yang dihasilkan
oleh suatu unit oleh unit lain, juga
dimungkinkan terjadinya integrasi energi dari
suatu unit oleh unit lain di dalam suatu
kawasan.
Empat konsep ekologi industri yaitu:

Usulan Konsep Pengembangan


KSP

Ekologi industri adalah suatu sistem yang


digunakan untuk mengelola aliran energi atau
material sehingga diperoleh efisiensi yang
tinggi dan menghasilkan sedikit polusi. Tujuan
utamanya adalah untuk mengorganisasi
sistem industri sehingga diperoleh suatu jenis
operasi
yang
ramah lingkungan
dan
berkesinambungan.
Strategi
untuk
mengimplementasikan konsep ekologi industri
ada
empat
elemen
utama
yaitu
:
mengoptimasi penggunaan sumber daya yang
ada, membuat suatu siklus material yang
tertutup dan meminimalkan emisi, proses
dematerialisasi
dan
pengurangan
dan
penghilangan ketergantungan pada sumber
energi yang tidak terbarukan.

1). Optimasi penggunaan


(resource)

sumber

daya

Dengan sistem ekologi industri berbasis


industry tebu dapat menghasilkan konsep
rantai makanan industri, yaitu pemanfaatan
produk samping dan limbah menjadi bahan
baku bagi komponen sistem industri lain.
Konsep ini menghasilkan suatu konsep
kawasan ekologi industri terpadu. Dalam
kawasan ini, industri-industri bekerja sama
untuk mengoptimasi penggunaan sumber
daya yang ada sehingga limbah industri yang
dihasilkan bisa diminimalisasi.

Dengan menerapkan konsep ekologi industri,


kawasan industri dapat mengembangkan

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-43

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

Dalam contoh ekologi industri berbasis industri


gula di atas dapat diketahui bahwa langkah
perbaikan yang dilakukan diantaranya yaitu
usaha diversifikasi energi terutama energi
yang dapat terbarukan yaitu limbah dari
industri tebu berupa tetes tebu dimanfaatkan
sebagai bahan baku pada industri penyulingan
bioetanol.
4). Simbiosis industry

2). Siklus material yang


minimalisasi emisi

tertutup

dan

Pembakaran bahan bakar fosil merupakan


sumber utama limbah yang dihasilkan industri.
Ekologi industri pada industri tebu diatas
secara nyata dapat meningkatkan efisiensi
energi dan emisi. Siklus material yang tertutup
dapat memberikan keuntungan. Masingmasing industri yang terlibat membutuhkan
energi yang jauh lebih kecil karena dibantu
oleh pasokan dari energi alternatif yang
bersumber dari limbah industri-industri lain.
Dengan demikian, dampak lingkungan yang
dihasilkan bisa diminimalisir.
3). Proses dematerialisasi
Tujuan utama ekologi industri tidak hanya
untuk menghasilkan suatu siklus aliran
material
yang
tertutup
tetapi
juga
meminimalkan jumlah aliran bahan dan energi
yang digunakan untuk proses produksi.
Proses dematerialisasi relatif menjelaskan
bahwa suatu proses produksi dan jasa
diusahakan dapat menghasilkan produk dan
jasa yang sebesar-besarnya dari penggunaan
bahan baku yang ada. Proses dematerialisasi
absolut menganggap bahwa dalam proses
produksi harus meminimalkan penggunaan
bahan baku. Pengurangan dan penghilangan
ketergantungan pada sumber energi tidak
terbarukan. Penggunaan bahan bakar fosil
dapat menyebabkan kerusakan lingkungan
seperti efek gas rumah kaca, pemanasan
global, dan hujan asam. Dalam rangka untuk
mensinergikan dengan tujuan utama ekologi
industri maka diperlukan langkah perbaikan.

Simbiosis industri merupakan suatu bentuk


kerja sama diantara industri-industri yang
berbeda. Bentuk kerja sama ini dapat
meningkatkan keuntungan masing-masing
industri dan pada akhirnya berdampak positif
pada lingkungan. Dalam proses simbiosis ini
limbah suatu industri diolah menjadi bahan
baku industri lain. Proses simbiosis ini akan
sangat efektif jika komponen-komponen
industri tersebut tertata dalam suatu kawasan
industri terpadu (eco-industrial parks).
Konsep
dasar
dalam
pengembangan
Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan
meliputi ekologi industri, produksi bersih,
perencanaan kota, aristektur, dan konstruksi
berkelanjutan. Beberapa dasar ekologi industri
yang dipakai untuk mengembangkan Kawasan
Industri Berwawasan Lingkungan meliputi:
1. Memadukan suatu perusahaan ke dalam
ekosistem
industri,
menggunakan
pendekatan:
o

Lingkar tertutup melalui pakai ulang


dan daur ulang

Memaksimalkan efisiensi pemakaian


bahan dan energi

Meminimisasi timbulan limbah

Memanfaatkan
semua
limbah
sebagai produk-produk potensial dan
mencari pasar limbah

2. Menyeimbangkan masukan dan keluaran


ke dalam kapasitas ekosistem alam
o

Mengurangi beban lingkungan yang


diakibatka oleh adanya pelepasan
energi dan bahan ke lingkungan

Merancang
antarmuka
industri
dengan
alam
terkait
dengan
karakteristik
dan
sensitivitas
(kepekaan) alam

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-44

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

Menghindari atau
meminimisasi
penciptaan dan transportasi bahanbahan berbahaya dan beracun,
dengan membuatnya secara lokal
bila diperlu

Memaksimalkan pemakaian ulang


sumber daya

Mengembangkan
wilayah
yang
sudah ada daripada membuka lahan
baru

3. Merekayasa
ulang
(re-engineer)
pemakaian energi dan bahan-bahan untuk
keperluan industri

Menggunakan
kembali
bahanbahan, produk-produk bangunan
Melakukan pengolahan air sehingga
dapat dipakai ulang

Merancang ulang proses untuk


mengurangi pemakaian energi

Mengganti teknologi dan desain


produk
untuk
mengurangi
pemakaian
bahan-bahan
yang
penyebarannya
kurang
memungkinkan
untuk
dilakukan
pungut ulang (recapture)

Membuat produk menggunakan


bahan
sesedikit
mungkin
(Dematerialisasi)

4. Penyesuaian kebijakan industri dengan


perspektif jangka panjang dari evolusi
system industri
5. Merancang
sistem
industri dengan
kepedulian kebutuhan sosial dan ekonomi
masyarakat lokal

3. Dapat
diperbarui
(Renew/Recycle) :

/Daur

ulang

Menggunakan sumberdaya yang


dapat diperbarui dan dapat didaur
ulang

Menggunakan
bahan-bahan
bangunan yang mengandung bahan
yang dapat diadur ulang

Menggunakan kayu-kayu dari hutan


berkelanjutan

4. Perlindungan Alam (Protect Nature) :


Melakukan perlindungan terhadap alam
o

Meminimasi kerusakan lingkungan


pada
saat
persiapan
dan
pembangunan

Mengoptimasi peluang bisnis lokal


dan pengembangan kesempatan
kerja

Memilih
bahan-bahan
yang
mempunyai dampak lingkungan
reandah pada saat pengambilan dan
pemrosesan

Memperkecil dampak pembangunan


industri pada sistem regional melalui
berbagai investasi dalam programprogram masyarakat

5. Tidak-Beracun (Non-toxic) : Menciptakan


lingkungan yang sehat, bebas dari bahanbahan beracun

Prinsip-prinsip yang diapkai meliputi :


konservasi
(conservation),
pakai
ulang
(reuse),
dapat
diperbarui/daur
ulang
(renew/recycle), perlindungan alam (protect
nature), tidak beracun (non-toxic) dan
perpaduan (integrasi).

Memilih material dan peralatan yang


tidak beracun

Menyediakan udara
semua penghuni

segar

bagi

6. Perpaduan (Integrasi) : Memadukan


desain bangunan dan infrastruktur ke
dalam lingkungan alam dan manusia
o

Perencanaan tata ruang dengan


memanfaatkan danau, lahan basah
yang telah ada dan tanam-tamanan
asli daerah untuk menangkap
limpahan air

sinar

Mengembangkan untuk mengurangi


dampak dari pengembangan system
transportasi masyarakat

2. Pakai Ulang (Reuse) : Memilih bahanbahan yang dapat didesain tahan lama.

Dengan adanya penerapan konsep Eko


Industri dan kerjasama antar pelaku indutri

1. Konservasi (Conservation) : Meminimasi


pemakaian sumberdaya
o

Merancang efisiensi energi untuk


desain
bangunan,
sistem
pemanasan,
ventilasi,
air
conditioning, dan penerangan
Menggunakan penerangan
matahari pada siang hari

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-45

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

dalam Eko-Kawasan Industri, maka terdapat


beberapa keuntungan yang diperoleh, yaitu :

Keuntungan keuangan untuk perusahaan :


o

Menurunkan biaya pembelian bahan /


material, mendapatkan hasil dari
penjualan limbah kepada pihak lain
dalam kawasan

Menurunkan
penggunaan
(misalnya transportasi)

Menurunnya biaya pengelolaan limbah


karena dilakukan didalam kawasan
(dapat dijual, dan membeli limbah dari
perusahaan lain di kawasan)

energi

Menurunnya biaya serba-serbi

Menurunnya
biaya
HRD
atau
perekrutan pegawai karena dilakukan
bersama-sama dengan perusahaan
lain dalam kawasan

di Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam


Paser
Utara
sesuai
dengan
konsep
pengembangan
Eko-Industri
didasarkan
kepada beberapa ide dan pertimbangan,
meliputi:
1. Kawasan
Industri
Kariangau
dan
Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara akan
memiliki beberapa pusat kawasan untuk
mendukung
perkembangan
kegiatan
industri
2. Kawasan
Industri
Kariangau
dan
Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara dibagi
kedalam beberapa zona, yaitu:
a. Zona industri,
b. Zona perdagangan dan jasa,
c.

Zona perumahan

Keuntungan bagi lingkungan :

d. Zona konservasi lingkungan, dan

e. Zona sarana dan prasarana

Permintaan akan sumber daya alam


akan berkurang

Berkurangnya jumlah limbah dalam


semua bentuk (padat, cair, emisi
udara)

Menurunnya
kemungkinan
kecelakaan dalam transport

terjadi

3.7.2

Keuntungan sosial / bagi masyarakat :


o

Meningkatkan
kualitas
ekonomi
masyarakat dengan adanya pekerjaan

Biaya pemanasan murah untuk


masyarakat
lingkungan
sekitar
kawasan dan didalam kawasan

Udara dan air yang lebih bersih,


sehingga masyarakat sekitar dapat
hidup sehat

3.7.1

3. Kawasan
Industri
Kariangau
dan
Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara akan
memiliki jaringan jalan utama sebagai
pembentuk struktur kawasan.

Usulan Konsep Ruang

Terkait dengan konsep keruangan, KSP ini


dibagi menjadi 3 (tiga) zona yakni zona inti,
penyangga dan pendukung. Zona inti
mencakup Kawasan Industri Kariangau dan
Buluminung
di
Kota
Balikpapan
dan
Kabupaten Penajam Paser Utara, zona
penyangga mencakup kawasan lindung dan
zona
pendukung
mencakup
kawasan
budidaya yang berfungsi mendukung zona inti.
Usulan
konsep
ruang
pengembangan
Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung

Usulan Konsep Pengembangan


Infrastruktur

Usulan terkait pengembangan infrastruktur ini


dilakukan dengan melihat kondisi saat ini dan
kondisi yang akan dicapai di masa yang akan
datang.
Selain
itu
usulan
ini
juga
mempertimbangkan hasil kajian terhadap data
ATTN tahun 2011.
kondisi infrastruktur di Kawasan Industri
Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan
dan Kabupaten Penajam Paser Utara saat
belum cukup baik. Akan tetapi hal tersebut
tidak akan berlangsung lama karena saat ini
pembangunan infrastruktur sedang dilakukan.
Kemudian dari hasil analisis ATTN diketahui
bahwa Nilai Asal Tujuan Barang yang masuk
ke Kota Balikpapan pada tahun 2011
mencapai 11,525,089.3 yang mayoritas
berasal dari Provinsi Jawa Timur, sedangkan
Kabuapten Penajam Paser Utara mencapai
3,324,808.47 yang mayoritas berasal dari
Provinsi Jawa Timur. Masih pada tahun yang
sama, Nilai Asal Tujuan Barang yang keluar

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-46

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara

dari Kota Balikpapan sebesar 5,072,281.40


dan mayoritas menuju Provinsi Jawa Timur,
sedangkan Kabupaten Penajam Paser Utara
mencapai 1,350,022.93 dan mayoritas menuju
Provinsi Kalimantan Timur. Sementara di
dalam Provinsi Kalimantan Timur sendiri,
Kabupaten Penajam Paser UTara merupakan
kota asal dan tujuan yang memiliki Nilai Asal
Tujuan Barang terbesar yang masuk dan
keluar ke Kota Balikpapan pada tahun 2011,
sedangkan Kota Balikpapan merupakan kota
asal dan tujuan yang memiliki Nilai Asal
Tujuan Barang terbesar yang masuk dan
keluar ke Kabupaten Penajam Paser Utara.
Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa
Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam
Paser Utara saling memiliki keterikatan yang
kuat dalam lingkup regional. Sedangkan
dalam lingkup nasional, Kota Balikpapan
maupun Kabupaten Penajam Paser Utara
memiliki keterikatan yang kuta dengan
Provinsi Jawa Timur.
Keberadaan infrastruktur sangat penting untuk
mendukung pengembangan sebuah kawasan
industri. Dengan menggunakan konsep Ekoindustri
dan
pertimbangan
keterkaitan
eksternal maupun internal kawasan, maka
usulan konsep pengembangan infrastruktur
yang sesuai meliputi:
1. Jaringan jalan, pembangunan jaringan
jalan dapat memadukan antara aspal dan
beton pervious atau benton daur ulang
sebagai
material
pembangunan
berkelanjutan, efisiensi energi, pemilihan
material, kualitas ramah lingkungan, dan
penyimpan cadangan air bersih.

2. Pembangkit listrik, dapat menggunakan


pembangkit listrik yang ramah lingkungan,
dengan menggunakan teknologi biomasa
yang berasal dari limbah kehutanan selain
teknologi konvensional yaitu tenaga diesel
ataupun batu bara.
3. Pengolahan air bersih, pembangunan
instalasi pengolahan air bersih perlu
dilakukan, mengingat kebutuhan air yang
tinggi untuk kegiatan industri. Hal ini perlu
dilakukan agar industri tidak mengambil air
sendiri yang bersumber dari air tanah,
sehingga
mempengaruhi
konservasi
sumber daya air.
4. Instalasi pengolahan air limbah, perlu
disediakan untuk memastikan setiap
industri tidak membuang limbah yang
dapat mencemari lingkungan, mengingat
ekosistem di Teluk Balikpapan yang perlu
dilindungi.
5. Dermaga, diperlukan untuk memudahkan
pergerakan barang hasil maupun bahan
baku untuk kegiatan industri, dengan
adanya dermaga maka selain setiap
industri melakukan efisiensi, juga dapat
mengurangi konsumsi BBM yang dapat
mencemari lingkungan.

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-47

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara

Gambar 3-21 Peta Konsep Ruang Kawasan

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-48

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan Kabupaten
Penajam Paser Utara

3.7.3

Usulan Konsep Pengelolaan dan


Kelembagaan KSP

Pengelolaan dan kelembagaan KSP akan


berbentuk kombinasi pola PSP (Private Sector
Participation)
dan
PPP
(Public-Private
Partnership). Dimana biaya pembangunan
sarana dan Prasarana dan pemeliharaannya
akan berpola PSP dengan kepemilikan secara
keseluruhan masih dipegang oleh pemerintah.
Sedangkan
untuk
operasional
Badan
Pengelola dimana akan bekerjasama dengan
swasta maka pengelolaannya berbentuk PSP
melalui Operating Contract (OC) dimana
pihak swasta yang akan mendanai seluruh
pengoperasian fasilitas atas dasar perjanjian
kemitraan dengan pihak pemerintah yang
diwakili oleh badan pengelola.
Kelembagaan yang diusulkan terdiri dari
Lembaga Formal Pemerintahan dan Lembaga
Fungsional.
Rincian
usulan
terkait
kelembagaan adalah sebagai berikut.
1. Lembaga Formal Pemerintah
Lembaga
yang
diusulkan
untuk
bertanggungjawab atas penataan ruang
di Kawasan KIPI Maloy adalah Badan
Perencanaan dan Pembangunan Daerah
(Bappeda) serta Dinas Tata Ruang
Provinsi Kalimantan Timur.
2. Lembaga Fungsional
Koordinasi dalam penanganan penataan
ruang, pembinaan dan pengembangan
kebijakan tata ruang wilayah dan lintas
sector diselenggarakan dalam suatu
badan kordinasi dengan skala Provinsi
seperti BKPRD (Badan Koordinasi
Penataan Ruang Daerah) Provinsi
Kalimantan Timur.

Adapun dinas-dinas lain yang terkait


diantaranya
adalah
Bappeda,
Dinas
Perkebunan, Badan Perijinan dan Penanaman
Modal Daerah, Badan Lingkungan Hidup dan
sebagainya.
Dinas-dinas
tersebut
bertanggungjawab terhadap kawasan ini atas
tugas pokok dan fungsinya masing-masing

3.8

Usulan Program Pengembangan


KSP

Usulan program ini merupakan langkahlangkah makro yang dapat digunakan sebagai
acuan untuk menyusun indikasi program yang
lebih rinci. Indikasi program yang lebih rinci
tersebut yang nantinya akan menjadi acuan
dalam pengembangan dan pembangunan
kawasan yang akan ditempuh pemerintah
daerah untuk mencapai tujuan dan sasaran
perencanaan serta merupakan jawaban
terhadap permasalahan pembangunan yang
ada serta pengembangan potensi-potensi
yang dimiliki. Indikasi program yang disusun
meliputi program pembangunan 20 tahun
kedepan sesuai dengan rentang waktu
perencanaan yang disusun dalam rencana
tata ruang kawasan strategi provinsi. Indikasi
program yang disusun memuat: jenis program,
sasaran/manfaat, materi program, lokasi,
dimensi waktu, instansi pelaksana, dan
perkiraan sumber pendanaan.
Adapun indikasi program yang diusulkan
dapat dilihat pada tabel 3-12 berikut.

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-49

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan Kabupaten
Penajam Paser Utara

Tabel 3-12 Usulan Program Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri
Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara
No
A.
1.

2.

B.

B.
1.

2.

3.

Indikasi
Program

Sumber
Dana

Instansi Pelaksana

Penyusunan Rencana Pengembangan Kawasan Strategis


RTR dan
Dinas PU Provinsi dan
Penyusunan
APBD
Kab./Kota, Bappeda
Perda KSP
Provinsi,
Provinsi dan Kab./Kota,
APBD
Dinas Jaringan Provinsi
Studi kelayakan,
Kabupaten,
dan Kab./Kota, Dinas
masterplan dan
Swasta
Perindag Provinsi dan
DED KSP
Kab./Kota, Bapepam
Pengembangan
kelembagaan
pengelolaan
KSP

APBD
Provinsi,
APBD
Kabupaten,
Swasta

Lokasi

Periode Pelaksanaan 5 Tahun Ke I


II
III
IV
1
2
3
4
5

KSP Kawasan Industri


Kariangau
dan
Buluminung di Kota
Balikpapan
dan
Kabupaten Penajam
Paser Utara

Dinas PU Provinsi dan


Kab./Kota, Bappeda
Provinsi dan Kab./Kota,
Dinas Jaringan Provinsi
dan Kab./Kota, Dinas
Perindag Provinsi dan
Kab./Kota, Bapepam

Implementasi pembangunan
Pembangunan
jaringan
infrastruktur
pendukung KSP
APBD
Pembangunan
Provinsi,
fasilitas utama
APBD
kegiatan
Kabupaten,
penunjang KSP
Swasta
Pembangunan
fasos
dan
dasum
pendukung KSP
Sumber : Hasil Rencana 2014

Dinas PU Provinsi dan


Kab./Kota, Bappeda Provinsi
dan Kab./Kota, Dinas
Jaringan Provinsi dan
Kab./Kota, Dinas Perindag
Provinsi dan Kab./Kota,
Bapepam

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-50

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan Kabupaten
Penajam Paser Utara

Contents
Bab 3 ....................................................................................................................................................... 1
3.1

Kajian Potensi dan Karakteristik Pengembangan Kawasan ................................................ 3-2

3.1.1

Identifikasi Awal Kawasan ................................................................................................ 3-2

3.1.1.1

Kawasan Industri Kariangau di Kota Balikpapan ..................................................... 3-2

3.1.1.2

Integrasi dengan Kawan Buluminung di Kabupaten Penajam Paser Utara ............ 3-4

3.1.2

Jenis Komoditas Unggulan .............................................................................................. 3-5

3.1.3 Pengembangan Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan
Kabupaten Penajam Paser Utara ................................................................................................. 3-8
3.1.4

Tingkat Pelayanan Infrastruktur Kawasan ..................................................................... 3-10

3.2

Nilai Strategis Kawasan ..................................................................................................... 3-15

3.3

Justifikasi Kesesuaian Kawasan sebagai KSP Sudut Kepentingan Ekonomi ................... 3-25

3.4

Analisis SWOT dan Isu Strategis Kawasan ....................................................................... 3-27

3.4.1

Analisis SWOT ............................................................................................................... 3-27

3.4.2

Isu Strategis Kawasan ................................................................................................... 3-29

3.5

Usulan Delineasi KSP ........................................................................................................ 3-30

3.6

Tujuan dan Strategi Pengembangan Kawasan ................................................................. 3-43

3.7

Usulan Konsep Pengembangan KSP ................................................................................ 3-43

3.7.1

Usulan Konsep Ruang ................................................................................................... 3-46

3.7.2

Usulan Konsep Pengembangan Infrastruktur ................................................................ 3-46

3.7.3

Usulan Konsep Pengelolaan dan Kelembagaan KSP ................................................... 3-49

3.8

Usulan Program Pengembangan KSP .............................................................................. 3-49

Tabel 3-1 Nilai SLQ Kota Balikpapan terhadap Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2009 2013 ....... 3-6
Tabel 3-2 Nilai SLQ Kabupaten Penajam Paser Utara terhadap Provinsi Kalimantan Timur Tahun
2009 2013 ......................................................................................................................................... 3-7
Tabel 3-3 Proporsi Luas Klaster Industri di Kawasan Industri Kariangau ........................................... 3-8
Tabel 3-4 Kriteria, Variabel dan Pendekatan Analisis KSP Ekonomi ................................................ 3-15
Tabel 3-5 Shift Share Sektor Ekonomi Kota Balikpapan terhadap Provinsi Kalimantan Timur (PDRB
Tahun 2013, dalam Juta Rupiah) ....................................................................................................... 3-17
Tabel 3-6 Shift Share Sektor Ekonomi Kabupaten Penajam Paser Utara terhadap Provinsi Kalimantan
Timur (PDRB Tahun 2013, dalam Juta Rupiah) ................................................................................ 3-17

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-51

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan Kabupaten
Penajam Paser Utara

Tabel 3-7 Nilai DLQ Kota Balikpapan ................................................................................................ 3-20


Tabel 3-8 Nilai DLQ Kabupaten Penajam Paser Utara ..................................................................... 3-21
Tabel 3-9 Analisis Pola Keterkaitan Subsektor Terkait Indusrtri Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2011
........................................................................................................................................................... 3-24
Tabel 3-10 Pemenuhan Kriteria KSP Sudut Kepetingan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan
Buluminung di Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara ............................................ 3-25
Tabel 3-11 Penetapan Tipologi KSP Berdasarkan Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi, Kriteria
dan Isu Strategis Provinsi .................................................................................................................. 3-26
Tabel 3-12 Usulan Program Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan
Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara ...... 3-50

Gambar 3-1 Persebaran Kawasan Industri di Republik Indonesia ...................................................... 3-4


Gambar 3-2 Peta Rencana Pola Ruang berdasarkan Masterplan Kawasan Industri Kariangau ........ 3-9
Gambar 3-3 Rencana Jaringan Infrastruktur di Kawasan Industri Kariangau ................................... 3-14
Gambar 3-4 Posisi Relatif Struktur Ekonomi ..................................................................................... 3-16
Gambar 3-5 Diagram Klassen Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara terhadap
Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013 ............................................................................................. 3-20
Gambar 3-6 Tahapan Delineasi KSP ................................................................................................. 3-30
Gambar 3-7 Peta SKL untuk Industri di Kota Balikpapan dan Kabupaten Penajam Paser Utara ..... 3-33
Gambar 3-8 Peta Rencana Pola Ruang berdasarkan RTRW Kota Balikpapan dan RTRW Kabupaten
Penajam Paser Utara ......................................................................................................................... 3-34
Gambar 3-9 Peta Kesesuaian Lahan berdasarkan SK Menhut 718 di Kota Balikpapan dan Kabupaten
PPU .................................................................................................................................................... 3-35
Gambar 3-10 Peta Rencana Pengembangan Sarana dan Prasarana berdasarkan RTRW Kota
Balikpapan dan RTRW Kabupaten Penajam Paser Utara ................................................................ 3-36
Gambar 3-11 Peta Rencana Pola Ruang Kawasan Teluk Balikpapan ............................................. 3-37
Gambar 3-12 Peta ATTN (Barang Keluar Nasional) Kota Balikpapan .............................................. 3-38
Gambar 3-13 Peta ATTN (Barang Keluar Nasional) Kabupaten Paser Penajam Utara ................... 3-38
Gambar 3-14 Peta ATTN (Barang Masuk Nasional) Kota Balikpapan .............................................. 3-39
Gambar 3-15 Peta ATTN (Barang Masuk Nasional) Kabupaten Paser Penajam Utara ................... 3-39
Gambar 3-16 Peta ATTN (Barang Keluar Regional) Kabupaten Penajam Paser Utara ................... 3-40
Gambar 3-17 Peta ATTN (Barang Keluar Regional) Kota Balikpapan .............................................. 3-40
Gambar 3-18 Peta ATTN (Barang Masuk Regional) Kabupaten Penajam Paser Utara ................... 3-41

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-52

Calon KSP Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan dan Kabupaten
Penajam Paser Utara

Gambar 3-19 Peta ATTN (Barang Masuk Regional) Kota Balikpapan .............................................. 3-41
Gambar 3-20 Peta Deliniasi KSP Kawasan Industri Kariangau dan Buluminung di Kota Balikpapan
dan Kabupaten PPU .......................................................................................................................... 3-42
Gambar 3-21 Peta Konsep Ruang Kawasan ..................................................................................... 3-48

Studi Perencanaan Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Timur

3-53

Anda mungkin juga menyukai