KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karuniaNya kepada kita semua
sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akhir Kegiatan PENYUSUNAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TEMBUS TIDAR-GENTING.
Buku ini berisikan materi pendahuluan, kebijakan, gambaran umum wilayah, metode
evaluasi dan analisis, Kondisi Eksisting jaringan jalan, penentuan alternative rute,
indikasi awal dampak lingkungan, analisis biaya konstruksi, analisis kelayakan, dan
kesimpulan.
Akhir kata tim penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu kelancaran penyusunan naskah Laporan Akhir ini
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang .................................................................................................. I-1
1. 2 Maksud, Tujuan, dan Sasaran ........................................................................... I-2
1.2. 1 Maksud ........................................................................................................ I-2
1.2. 2 Tujuan.......................................................................................................... I-3
1.2. 3 Sasaran......................................................................................................... I-3
1. 3 Ruang Lingkup ................................................................................................. I-3
1. 4 Lokasi Kegiatan ................................................................................................ I-5
1. 5 Landasan Hukum .............................................................................................. I-5
1. 6 Sistematika Laporan ......................................................................................... I-9
BAB II FORMULASI KEBIJAKAN PERENCANAAN
2. 1 Terminologi Transportasi ................................................................................II-1
2. 2Sistem Transportasi............................................................................................II-1
2. 3 Standar Jaringan Jalan ......................................................................................II-2
2.3. 1 Hirarki Jaringan Jalan ..................................................................................II-2
2.3. 2 Komponen Prasarana Jalan .........................................................................II-3
2.3. 3 Tingkat Pelayanan Jalan ..............................................................................II-4
2.3. 4 Klasifikasi Jaringan Jalan ............................................................................II-5
2. 4 Tipe Jalan ..........................................................................................................II-8
2. 5 Studi Kelayakan ................................................................................................II-9
2.5. 1 Kelayakan Teknis ........................................................................................II-9
2.5. 2 Kelayakan Investasi .....................................................................................II-9
2.5. 3 Kelayakan Ekonomi ....................................................................................II-9
2.5. 4 Kelayakan Pengembangan Wilayah ............................................................II-9
2. 6 Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) ........................II-10
2. 7 Kebijakan Sistem dan Tataran Transportasi Nasional ......................................II-12
2. 8 Kebijakan RTRW Kota Malang (Perda Nomor 4 Tahun 2011) ......................II-13
DAFTAR TABEL
Tabel 10. 5 Estimasi Manfaat BOK Kendaraan Ringan Trase Alternatif 1 ............X-10
Tabel 10. 6 Estimasi Manfaat BOK Motorcycle Trase Alternatif 2 ........................X-10
Tabel 10. 7 Estimasi Manfaat BOK Kendaraan Ringan Trase Alternatif 2 ............X-11
Tabel 10. 8 Estimasi Penghematan Nilai Waktu Trase Alternatif 1 ........................X-12
Tabel 10. 9 Estimasi Penghematan Nilai Waktu Trase Alternatif 2 ........................X-12
Tabel 10. 10 Perhitungan Kelayakan Ekonomi Trase Alternatif 1 ..........................X-14
Tabel 10. 11 Perhitungan Kelayakan Ekonomi Trase Alternatif 2 ..........................X-14
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Lokasi Kegiatan FS Jalan Tembus Tidar-Genting ..............................I-5
Gambar 2. 1 Tujuan Perencanaan Transportasi .......................................................II-2
Gambar 2. 2 Sistem jaringan jalan primer ...............................................................II-5
Gambar 2. 3 Hirarki Perencanaan Tata Ruang ........................................................II-11
Gambar 2. 4 Rencana Induk Koridor Ekonomi Indonesia......................................II-13
Gambar 4. 1 Flowchart Pengerjaan Studi Kelayakan Tidar-Genting .....................IV-1
Gambar 4. 2 Lebar Pendekat...................................................................................IV-12
Gambar 5. 1 Sketsa Hipotesis Hirarki Jalan Tidar-Genting ...................................V-1
Gambar 5. 2 Simpang Tak Bersinyal Tiga Lengan A dan Simpang Empat
Lengan B ...........................................................................................V-4
Gambar 5. 3 Simpang Tak Bersinyal Empat Lengan C ...........................................V-4
Gambar 5. 4 Sketsa Masukan Geometrik Simpang A .............................................V-5
Gambar 5. 5 Sketsa Arus lalu lintas .........................................................................V-5
Gambar 5. 6 Isian USIG-I untuk simpang A ...........................................................V-7
Gambar 5. 7 Isian USIG-II untuk simpang A ..........................................................V-8
Gambar 5. 8 Isian USIG-I untuk simpang B ...........................................................V-10
Gambar 5. 9 Isian USIG-II untuk simpang B ..........................................................V-11
Gambar 5. 10 Kondisi Eksisting Simpang Tak Bersinyal C....................................V-13
Gambar 5. 11 Isian USIG-I untuk simpang C .........................................................V-14
Gambar 5. 12 Isian USIG-II untuk simpang C ........................................................V-15
Gambar 5. 13 Area Pengamatan Survey Ruas Jalan Sunan Kalijaga ......................V-16
Gambar 5. 14 Isian Formulir UR-1 Ruas Sunan Kalijaga .......................................V-17
Gambar 5. 15 Isian Formulir UR-2 Ruas Sunan Kalijaga .......................................V-18
Gambar 5. 16 Isian Formulir UR-3 Ruas Sunan Kalijaga .......................................V-19
Gambar 5. 17 Isian Formulir UR-1 Ruas Joyo Utomo ............................................V-20
Gambar 5. 18 Isian Formulir UR-2 Ruas Joyo Utomo ............................................V-21
Gambar 5. 19 Isian Formulir UR-3 Ruas Joyo Utomo ............................................V-22
Gambar 6. 1 Diagram Perumusan CTQ (Critical to Quality) ..................................VI-1
Gambar 6. 2 Peta Alternatif Rute.............................................................................VI-3
PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TEMBUS TIDAR-GENTING viii
Laporan Akhir
I PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Transportasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengangkutan
barang oleh berbagai jenis kendaraan sesuai dengan kemajuan teknologi. Inti yang
didapat dari pengertian tersebut adalah adanya pergerakan, bisa barang maupun manusia
dari satu tempat ke tempat lain dengan rentangan jarak tertentu. Motif transportasi bisa
berdasar pada banyak hal, akan tetapi yang paling mendasar adalah kebutuhan hidup.
Pada zaman Paleolithic, sejarah transportasi diawali dengan adanya pergerakan manusia
pada jaman tersebut untuk bertahan hidup, pergerakan ini tidak hanya dalam rentang
jarak yang pendek saja, melainkan antar benua. Rekam sejarah manusia juga
menunjukkan bahwa selain berjalan kaki dalam pergerakannya, manusia juga
menggunakan hewan untuk mengangkut barang bawaan yang tidak mampu
dipanggulnya. Lambat laun, penggunaan hewan tersubtitusi dengan moda/pesawat sejak
ditemukannya roda pada 3500 SM sebagai cikal bakal transportasi modern, mesin uap
yang dikembangkan oleh james watt pada tahun 1765 hingga berkembang sampai saat
ini yang kita sebut sebagai kendaraan. Kendaraan, baik bermotor maupun tidak
bermotor membutuhkan prasarana yang memadai agar berfungsi secara optimal.
Kota Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya.
Dengan banyaknya universitas dan politenik, baik negeri maupun swasta, menjadikan
Kota Malang menjadi tempat tujuan pendidikan di Jawa Timur. Perekonomian Kota
Malang ditunjang juga dari sektor pariwisata, dengan iklimnya yang sejuk, banyaknya
tempat wisata, hotel/losmen, dan tempat yang eksotik menjadikan Kota ini juga menjadi
destinasi pariwisata yang diperhitungkan di Jawa Timur. Berkembangnya perekonomian
di Kota Malang ini juga berbanding lurus dengan bertambahnya jumlah penduduk dan
wisatawan yang masuk. Hal ini membawa dampak positif dan negatif bagi Kota Malang
pada khususnya. Dampak positif tentu bisa dirasakan pada meningkatnya pendapatan
daerah Kota Malang. Sedangkan dampak negatif yang paling dirasakan adalah
ketidakmampuan prasarana transportasi darat seperti jalan, untuk melayani volume
kendaraan yang masuk maupun keluar Kota Malang. Hal ini bisa dilihat langsung dari
banyaknya titik kemacetan yang terjadi di kawasan industri, pendidikan, perdagangan
sampai akses keluar masuk kawasan pemukiman. Permasalahan yang terjadi memang
tidak hanya disebabkan oleh terbatasnya sistem prasarana transportasi yang ada.
Beberapa faktor lain seperti, laju urbanisasi yang cepat, tingkat disiplin yang rendah,
lemahnya sistem perencanaan dan kontrol prasarana akan membuat permasalahan
transportasi menjadi semakin buruk secara kualitas. Pembangunan di sektor
perdagangan di Kota Malang berjalan dengan pesat, ini ditandai dengan banyaknya
bermunculan rumah toko di berbagai kawasan pemukiman dan pendidikan.
Pembangunan ini akan valuable jika diarahkan pada pemanfaatan ruang secara
bijaksana, dan berdaya guna dengan berpedoman pada kaidah penataan ruang agar
kualitas ruang untuk menunjang kesejahteraan umum, dan kelestarian lingkungan dapat
terjaga keberlanjutannya.
Prasarana tramsportasi darat seperti jalan memegang peranan pentimg dalam
mengakomodasi pergerakan manusia baik menggunakan kendaraan bermotor maupun
tak bermotor. Secara umum peranan prasarana tersebut di Kota Malang adalah
menghubungkan kota dengan daerah penyokong, memajukan suatu daerah, dan sebagai
stimulan pembangunan di sub daerah. Berbicara di dalam koridor jalan, Kota Malang
adalah jalur utama yang harus ditempuh pengguna moda transportasi darat dari arah
utara maupun selatan untuk menuju Kota Batu. Untuk dari arah Utara ada dua alternatif
jalan yang bisa digunakan yaitu, melewati jalur malang kota dan
karangploso.Sedangkan dari arah selatan, rute yang harus ditempuh adalah rute Tidar-
Dinoyo-Tlogomas-Dau-Batu yang dimana rute tersebut memiliki tingkat kejenuhan
yang tinggi. Padahal pergerakan transportasi darat di kota Malang tidak hanya eksternal
saja, ada pergerakan internal juga yang secara volume tidak sedikit jumlahnya. Oleh
karena itu, kajian mengenai pengembangan sistem prasarana transportasi darat di kota
ini sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi permasalahan yang memiliki probabilitas
muncul di kemudian hari.
1.2. 2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan penyusunan Studi kelayakan Tidar-genting tahun 2015 ini
adalah :
1. Mengetahui dan mengkaji ulang kondisi pemanfaatan jalur eksisting Tidar-
Genting di Kota Malang;
2. Mengembangkan rute alternatif Tidar-Genting di BWP Malang Utara pada
khususnya ;
3. Mengembangkan pembangunan wilayah dan infrastruktur yang berwawasan
lingkungan.
1.2. 3 Sasaran
Untuk mencapai maksud dan tujuan dari kegiatan pekerjaan penyusunan Studi
Kelayakan jalan tembus Tidar-Genting tahun 2015 ini, maka sasaran dari pekerjaan ini
adalah sebagai berikut:
1.Melakukan survei pendahuluan (scanning awal);
2.Melakukan pengumpulan data sekunder dan primer, inventarisasi dan
mengidentifikasi kondisi fisik, sosial. ekonomi. spasial, sistem kelembagaan
penataan ruang. sistem transportasi, sistem drainase, dan infrastruktur lainnya serta
permasalahannya di rute eksisting dan rute alternatif Tidar-Genting;
3.Mengevaluasi data dan informasi;
4.Melakukan analisis rute eksisting dan rute alternatif beserta pembobotannya;
5.Menyusun rekomendasi;
6.
1. 3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar-
Genting Pada Bagian Wilayah Perkotaan Malang Utara ini terdiri atas:
1. Lingkup Kegiatan, Menganalisa kelayakan rute eksisting dan rute alternatif
Tidar – Genting ditinjau dari segi teknik lalu lintas dan ekonomi transportasi,
yang setidaknya meliputi :
a. Memformulasikan kebijakan perencanaan yang meliputi kajian terhadap
kebijakan dan sasaran perencanaan, lingkungan dan penataan ruang, serta
pengadaan tanah;
b. Mengkaji terhadap kondisi eksisting pada wilayah studi;
c. Mengambil data fisik, ekonomi dan lingkungan;
1. 4 Lokasi Kegiatan
Lokasi kegiatan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar – Genting
masuk pada Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) Malang Utara, Kota Malang.
1. 5 Landasan Hukum
Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar – Genting membutuhkan
pendekatan dari berbagai segi dan tingkat kebutuhan, terutama menyangkut skala
pelayanan, baik lokal maupun regional. Untuk menyesuaikan dengan Kebijakan
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, penyusunan studi kelayakan ini akan
mengacu pada undang-undang dan ketentuan perundangan lain yang ada, antara lain
sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak- Hak
Tanah dan Benda-Benda yang Ada Diatasnya (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1961 Nomor 288, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2324);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1990 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3419);
38. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2010 - 2030 (Lembaran Daerah
Kota Malang Tahun 2011 Nomor 1 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah
Kota Malang Nomor 4);
39. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 2 Tahun 2013 tentang
Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum (Lembaran Daerah Kota Malang Tahun
2013 Nomor 2).
1. 6 Sistematika Laporan
Laporan Pendahuluan Penyusunan Studi Pembangunan Jalan Tembus Tidar –
Genting tahun 2015 Pada Bagian Wilayah Perkotaan Malang Utara disajikan dalam 5
bab, yang terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN
Adalah bab pendahuluan yang berisi latar belakang permasalahan, maksud dan
tujuan kegiatan, ruang lingkup kegiatan, dasar landasan hukum dan sistematika
penyajian laporan.
BAB II FORMULASI KEBIJAKAN PERENCANAAN
Adalah bab kebijakan dan peraturan terkait yang berisikan kebijakan tata ruang,
tatanan dan kebijakan daerah.
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH
Adalah bab gambaran umum wilayah studi yang berisi tentang kondisi Kota
Malang pada umumnya dan Rute Tidar-Genting pada khususnya sebagai rute rencana.
BAB IV METODOLOGI
Adalah bab metodologi yang menjelaskan kerangka pendekatan / pemikiran
penyusunan Studi kegiatan. Dalam kerangka tersebut akan tergambarkan dengan jelas
langkah-langkah dan metodologi penyusunannya, mulai dari tahap persiapan,
pengumpulan data sekunder, tinjauan lapangan, kompilasi data, analisis dan prediksi
awal.
BAB V ORGANISASI DAN RENCANA KERJA
Adalah bab rencana kerja yang berisi tentang personil yang terlibat dalam
penyusunan dokumen beserta fungsionalnya. Dicantumkan juga time frame dan
penjadwalan kegiatan yang direncanakan oleh konsultan beserta produk dan standar
laporan yang akan dihasilkan.
FORMULASI KEBIJAKAN
II
PERENCANAAN
2. 1 Terminologi Transportasi
Pengertian transportasi menurut Steenbrink (1974), transportasi adalah
perpindahan orang atau barang dengan menggunakan alat atau kendaraan dari dan ke
tempat-tempat yang terpisah secara geografis. Menurut Morlok (1978), transportasi
didefinisikan sebagai kegiatan memindahkan atau mengangkut sesuatu dari suatu tempat
ketempat lain. Sedangkan menurut Bowersox (1981), transportasi adalah perpindahan
barang atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lain, dimana produk dipindahkan
ke tempat tujuan dibutuhkan. Dan secara umum transportasi adalah suatu kegiatan
memindahkan sesuatu (barang dan/ atau barang) dari suatu tempat ke tempat lain, baik
dengan atau tanpa sarana. Dar pengertian ini ada beberapa hal yang menjadi point of
interest, yaitu adanya muatan yang diangkut, tersedia moda/pesawat yang berfungsi
sebagai alat angkut dan ada jalanan sebagai prasarana yang dapat dilalui. Sehingga
konsep transportasi pada umumnya adalah adanya perjalanan, antara asa dan antara
tujuan. Mengacu pada konsep tersebut, dapat dijabarkan bahwa proses transportasi
merupakan gerakan dari tempat asal, dari mana kegiatan pengangkutan dimulai, ke
tempat tujuan, ke mana kegiatan pengangkutan diakhiri. Tempat tujuan transportasi
bervariasi, dari kawasan perdaganagn, pemukiman dan pendidikan.
Dua hal yang menjadikan transportasi begitu penting adalah fungsinya sebagai
pelancar arus barang, manusia dan sebagai penunjang perkembangan pembangunan.
2. 2 Sistem Transportasi
Sistem transportasi adalah gabungan beberapa komponen penggerak seperti
manusia, barang, sarana dan prasarana yang saling berhubungan untuk menciptakan
terjadinya pergerakan baik barang/manusia dalam suatu susunan yang tertata maupun
insidental. Dengan keterkaitan tersebut, jika salah satu komponen mengalami perubahan
tentu akan mempengaruhi kerja dari sistem transportasi secara keseluruhan. Sistem
transportasi yang terstruktur akan mengakomodir demand akan transportasi, sehingga
terciptalah kondisi ideal dalam transportasi dimana supply dan demand berimbang.
Beberapa hal yang mempengaruhi sistem transportasi adalah :
a. Tata guna lahan;
b. Sistem jaringan jalan;
c. Sistem moda angkutan;
d. Sistem parkir;
e. Sistem Terminal;
f. Sistem tanda lalu-lintas;
g. Sosial budaya.
Prasarana/Jaringan
Kondisi Ideal
Sistem Pengelolaan
(Demand=Supply)
Perkembangan
Demand aktivitas Wilayah
dan Kota
c. Jalan Lokal
Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi.
Jalan lokal primer merupakan jalan yang menghubungkan kota
jenjang
kesatu dengan persil atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan persil atau
menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga, kota jenjang
ketiga dengan kota jenjang di bawahnya, kota jenjang ketiga dengan persil, atau
kota di bawah jenjang ketiga sampai persil.
Jalan lokal sekunder merupakan jalan yang menghubungkan antar kawasan
sekunder ketiga atau di bawahnya, atau kawasan sekunder dengan perumahan.
Jalan lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10
(sepuluh) km per jam, lebar badan jalan lokal sekunder tidak kurang dari 7,5
meter, kendaraan angkutan barang berat dan bus tidak diizinkan melalui fungsi
jaIan ini di daerah pemukiman, serta besarnya lalu lintas harian rata-rata pada
umumnya paling rendah dibandingkan dengan fungsi jalan yang lain.
d. Jalan Lingkungan
Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
Jalan lingkungan primer adalah jalan yang menghubungkan
antarpusat
kegiatan di dalam kawasan pedesaan dan jalan di dalam kawasan pedesaan. Ciri
jalan lingkungan primer antara lain didesain berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 15 km/jam, lebar jalan lingkungan primer tidak kurang dari 6,5
meter. Jalan lingkungan primer yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan
bermotor beroda tiga atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan paling
sedikit 3,5 meter.
Jalan lingkungan sekunder adalah jalan yang menghubungkan antarpersil
dalam kota. Ciri jalan lingkungan sekunder antara lain
didesain berdasarkan
kecepatan rencana paling rendah 10 km/jam, lebar jalan lingkungan sekunder
tidak kurang dari 6,5 meter. Jalan lingkungan sekunder yang tidak
diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda tiga atau lebih harus mempunyai
lebar jalan paling sedikit 3,5 meter.
2. 4 Tipe Jalan
Untuk jalan perkotaan, tipe jalan menentukan jumlah lajur dan arah pada segmen
jalan.
2 - lajur 1- arah
2/1
2 - lajur 2- arah
2/2UD tanpa median
4 - lajur 2- arah
4/2UD tanpa median
4 - lajur 2- arah
4/2D terbagi median
6 - lajur 2- arah
6/2D terbagi median
2. 5 Studi Kelayakan
2.5. 1 Kelayakan Teknis
Kelayakan teknis dimaksudkan untuk melihat tingkat kelayakan Jalan tembus
Tidar-genting, yang meliputi kelayakan dari sisi pelayanan kualitas jalan dan dari sisi
geometrik jalan.
Genting terhadap potensi selain permukiman yang berada di sepanjang Jalan Tembus
Tidar-Genting serta adanya pengaruhnya dan dampaknya terhadap wilayah sekitarnya.
c. Tataran Transportasi Lokal, yaitu antar simpul atau kota lokal (SKL), dan dari
SKL ke SKW dan SKN terdekat atau sebaliknya, dan dalam kota.
Pada Tatranas diketahui Integrasi Rencana Pengembangan Koridor Ekonomi
Indonesia, meliputi 6 wilayah dengan fungsi yang spesifik, seperti ditunjukkan pada
gambar berikut ini :
Berdasarkan gambar dapat dilihat bahwa wilayah Jawa Timur termasuk dalam
koridor 5, yaitu memiliki arahan sebagai pintu gerbang pariwisata dan pendukung
pangan nasional. Penentuan tersebut juga mengacu pada potensi masing-masing daerah,
Kota Malang sebagai SSWP yang menghubungkan Kota Orde 1 dengan kota-kota
dengan ordo dibawahnya, memiliki posisi transportasi yang strategis dalam menunjang
kelancaran transportasi wilayah.
b. Terwujudnya prasarana dan sarana kota yang berkualitas, dalam jumlah yang
layak, berkesinambungan dan dapat diakses oleh seluruh warga kota.
Kebijakan struktur ruang wilayah Kota Malang, meliputi :
a. Pemantapan Kota Malang sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN);
b. Pengembangan Kota Malang sebagai Pusat Pelayanan Berskala Regional;
c. Pengembangan Kota Malang sebagai Pusat Pelayanan Kawasan Andalan
Malang Raya;
d. Pengembangan Sistem Pusat Pelayanan Kota Malang;
e. Pengembangan Prasarana Wilayah Kota, terdiri dari :
1. Sistem dan jaringan transportasi;
2. Sistem prasarana sumber daya air; dan
3. Sistem dan Jaringan Utilitas Perkotaan.
Berikut merupakan rencana pengembangan transportasi wilayah Kota Malang
menurut RTRW Kota Malang:
1. Pengembangan sistem prasarana utama berupa jaringan transportasi jalan raya
untuk mendukung pertumbuhan dan pemerataan pembangunan sub pusat kota
2. Pengembangan sarana transportasi
3. Pengembangan prasarana transportasi
4. Mengembangkan sarana penunjang jalan
Terkait pengembangan prsaarana transportasi darat berupa jalan, pembangunan jalan
lingkar di Kota malang terutama lingkar barat mempunyai jalur pergerakan sebagai
berikut
Perempatan Institut Teknologi Nasional (ITN) – Pertigaan Sigura-gura
(Poharin);
Pertigaan Sigura-gura (Poharin) – Gasek (batas permukiman);
Gasek (batas permukiman) – Karang Besuki;
Karang Besuki – Merjosari Sawah;
Merjosari Sawah – Merjosari (dekat Kantor perumahan Graha Dewata);
Merjosari (dekat Kantor perumahan Graha Dewata) – Genting Utara;
Genting Utara – Perumahan Vila Bukit Sengkaling;
Perumahan Vila Bukit Sengkaling – Pertigaan Mulyoagung;
Pertigaan Mulyoagung – Pertigaan Sengkaling.
GAMBARAN UMUM
III
WILAYAH
3. 1 Gambaran Umum Kota Malang
Kota Malang merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia.
Kota Malang terdiri dari 5 Kecamatan yaitu Kecamatan Blimbing, Kecamatan Klojen,
Kecamatan Lowokwaru, Kecamatan Kedungkandang, dan Kecamatan Sukun.
Berdasarkan RTRW 2010-2030, maka dapat dijabarkan lagi secara umum sebagai
berikut,
3.1. 2 Geologi
Kondisi iklim (aspek klimatologi), Kota Malang relatif nyaman. Rata-rata suhu
udara berkisar antara 22,2oC sampai 24,5oC. Sedangkan suhu maksimum mencapai
32,3oC dan suhu minimum 17,8oC. Rata-rata kelembaban udara berkisar 74% - 82%,
dengan kelembaban maksimum 97% dan minimum mencapai 37%. Seperti umumnya
daerah lain di Indonesia, Kota Malang mengikuti perubahan putaran 2 iklim, musim
hujan dan musim kemarau. Dari hasil pengamatan Stasiun Klimatologi Karangploso,
curah hujan yang relatif tinggi terjadi pada bulan Januari, Pebruari, Maret, April dan
Desember. Sedangkan pada bulan Juni, Agustus dan November curah hujan relatif
rendah.
Jenis tanah yang ada di Kota Malang terdiri atas 4 macam, yaitu: Alluvial kelabu
kehitaman dengan luas 6.930.267 Ha, Mediteran coklat dengan luas 1.225.160 Ha.
Asosiasi latosol coklat kemerahan grey coklat dengan luas 1.942.160 Ha. Asosiasi
andosol coklat dan grey humus dengan luas 1.765,160 Ha. Struktur tanah pada
umumnya relatif baik, akan tetapi yang perlu mendapatkan perhatian adalah penggunaan
jenis tanah andosol yang memiliki sifat peka erosi. Jenis tanah andosol ini terdapat di
Kecamatan lowokwaru dengan relatif kemiringan sekitar 15 %. Sedangkan sungai yang
mengalir di Kota Malang antara lain adalah Sungai Brantas, Amprong, dan Bango.
Sedangkan untuk penggunana lahan, dengan luas lahan 11.006,66 Ha, terdiri dari luasan
peruntukan lahan permukiman 6.352,33 Ha, Lahan Sawah 1.497,95 Ha, Lahan Tegalan
2.654,17 Ha, Lahan Kebun sebesar 29.652 Ha, lahan yang difungsikan untuk aktifitas
perikanan dan tambak seluas 1,32 Ha, dan luasan lahan tanah Kosong sebesar 500,59
Ha. Lahan di Kota Malang mayoritas difungsikan sebagai areal permukiman yaitu
sebesar 58% dari luasan keseluruhan Kota Malang
3.1. 3 Kependudukan
Berdasarkan hasil sensus penduduk jumlah penduduk Kota Malang sebanyak
820.243 jiwa terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 404.553 jiwa penduduk, dan
penduduk perempuan sebanyak 415.690 jiwa. Dengan demikian rasio jenis kelamin
penduduk kota malang sebesar 97.05.
Penyebaran penduduk di lima kecamatan Kota Malang, penduduk tebanyak
terletak di Kecamatan Lowokwaru sebesar 186.031 jiwa. kemudian diikuti oleh
kecamatan Sukun (181.513 jiwa), Kecamatan Kedungkandang (174.477 jiwa),
Kecamatan Blimbing ( 172.333 jiwa) dan Kecamatan Klojen (105.907 jiwa). Sedangkan
wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi terjadi di wilayah Kecamatan Klojen
yaitu mencapai 11.994 jiwa per Km 2, sedangkan terendah diwilayah Kecamatan
Kedungkandang sebesar 4.374 jiwa per Km2 .
Tabel 3.2Jumlah Penduduk Kota Malang Tahun 2013
No Kecamatan Jumlah Penduduk
1. Blimbing 172.333
2. Klojen 105.907
3. Kedung Kandang 174.477
4. Sukun 181.513
5. Lowokwaru 186.013
Jumlah 820.243
Sumber : BPS Kota Malang, 2014
Kepadatan penduduk tertinggi terjadi diwilayah Kecamatan Klojen yaitu
mencapai 11.994 jiwa per Km2 , sedangkan terendah diwilayah kecamatan
Kedungkandang sebesar 4.374 jiwa per Km2 .
Tabel 3.3Kepadatan Penduduk Kota Malang
Selatan melalui Jalan Sutami, Galunggung, Raya Langsep. Dari Barat ke Timur
adalah Jl. Bandulan, Jl. Ikhwan Ridwan Rais, Jl. Brigjen. Katamso, Jl. Ade Irma
Suryani Nasution, Pasar Besar, Jl. Zainal Zakse dan Jalan Muharto, Jl. Laks. Adi
Sucipto. Pada bagian Tengah membujur Jl. Yogyakarta – Jalan Bandung Tengah –
Timur jalan Urip Sumoharjo, Jl. May.Jen.Wiyono, Jl. Ranu Grati - Raya Dieng,
Timur Selatan Jl. Mayjen. Sungkono, Tengah –Barat Jl. Kawi – Jl. Raya Dieng.
5. Jaringan Lokal Primer
Jaringan jalan ini merupakan jalan penghubung antara kota Malang dengan
kota-kota kecamatan yang mengelilingi kota Malang. Jalan ini memiliki ciri-ciri
penggunaan intensitas sedang – rendah, untuk lalu lintas angkutan menengah
dengan jumlah simpangan lebih bebas. Yang termasuk dalam jaringan lokal
primer ini antara lain adalah jalan yang menghubungkan kota Malang dengan
Tumpang, Wagir dan Tajinan.
6. Jaringan Lokal Sekunder
Jaringan jalan ini merupakan jalan penghubung antara pusat lingkungan dengan
pemukiman disekitarnya dan merupakan jalan utama diwilayahnya.Jalan ini
memiliki ciri- ciri penggunaan intensitas yang sedang - rendah, digunakan untuk
lalu lintas angkutan rendah, dengan jumlah simpangan lebih bebas.Yang termasuk
jalan lokal sekunder adalah jaringan jalan di luar point 1 s/d 5 di atas.
C. Kondisi Jalan
Berdasarkan data dari Dinas Kimpraswil Kota Malang, jalan kota (lokal)
memiliki panjang 873,26 Km dengan presentase kondisi jaringan baik yaitu; 90,74%
atau sepanjang 792,39 Km dan kondisi jalan buruk yaitu 9,26% atau sepanjang 80,86
Km. Sedangkan ruas jalan propinsi yang ada di Kota Malang sepanjang 49,32 Km pada
tahun 2006, dengan 100% pada kondisi baik. Adapun panjang ruas jalan nasional yang
ada di Kota Malang memiliki panjang 14,46 Km, dengan kondisi baik.
D. Jembatan
Fungsi jembatan adalah untuk menghubungkan antara satu wilayah dengan
wilayah lainnya yang di pisahkan oleh bentangan fisik alam berupa sungai. Fungsi
jembatan ini sangat penting guna mendukung perkembangan antara satu wilayah
dengan wilayah lainnya. Di Kota Malang total jumlah jembatan sebanyak 113 buah,
terbanyak ada di Kecamatan Klojen yaitu sebanyak 40 buah, dan paling sedikit ada
kecamatan Sukun hanya 9 buah.
Tabel 3.5Jumlah Dan Kondisi Jembatan Kota Malang Tahun 2004 - 2006
JALAN NASIONAL
2004 2005 2006
No Kecamatan Kondisi (%) Kondisi (%) Kondisi (%)
Panjang Panjang Panjang
Rusa Rusa
(km) Rusak Baik (km) Baik (km) Baik
k k
1 Blimbing 31 24,5 75,5 31 18,4 81,6 31 10,4 89,6
2 Klojen 40 15,7 84,3 40 12,4 87,6 40 8,9 91,1
3 Lowokwaru 16 5,8 94,2 16 4,2 95,8 16 3,4 96,6
4 Kedungkandang 17 20,8 79,2 17 14,6 85,4 17 10,8 89,2
5 Sukun 9 17,4 82,6 9 16,2 83,8 9 11,8 88,2
Jumlah 113 17% 83% 113 13% 87% 113 9% 91%
Sumber Data : Dokumen RTRW 2010 -2030
IV METODOLOGI
4. 1 Alur Studi
Dalam pengerjaan studi, akan digunakan rancangan alur pengerjaan sebagai
berikut,
o Geometri
1) Membuat rancangan geometri dari masing-masing alternatif solusi, yang
meliputi alinyemen, horisontal, alinyemen vertikal, dan penampang-
penampang melintang
2) Membuat rancangan geometri dari persimpangan;
o Perkerasan jalan
1) Merancang tipe konstruksi perkerasan jalan sesuai dengan ketentuan
perencanaan proyek
2) Menghitung jumlah lalulintas yang membebani perkerasan selama umur
rencana, yang diperoleh melalui prakiraan lalulintas masa depan dari
butir analisis lalulintas di atas
o Aspek keselamatan
Melakukan audit keselamatan pada rancangan alternatif solusi, dan
implementasikan hasil audit dalam rancangan
C. Tahap Analisis
Pengolahan data dengan berbagai kecenderungannya agar dapat menghasilkan
Studi Kelayakan Jalan Tembus Tidar-Genting. Hasil analisis ini akan dituangkan pada
Draft Laporan Akhir.
o Lalu lintas
1) Mengidentifikasi lalu lintas normal, dan lalu lintas bangkitan yang
mungkin berupa lalulintas teralih, dan/atau moda alih, dan/atau lainnya
2) Menentukan dimensi penampang jalan yang menghasilkan tingkat kerja
sesuai yang diformulasikan pada ketentuan perencanaan jalan
o Geometri
o Geoteknik
1) Mengidentifikasi masalah geoteknik yang memerlukan perlakukan
khusus, misalnya tanah lembek, atau lereng curam, serta tindakan
penanganannya;
2) Memperkirakan volume galian dan timbunan, untuk keseimbangan
volume pekerjaan dapat dilakukan penyesuaian dalam alinyemen jalan.
o Perkerasan jalan
1) Mengidentifikasi kebutuhan bahan perkerasan jalan untuk mengestimasi
biaya
survey akan diperoleh jumlah kendaraan dalam satuan penumpang yang kemudian
dikonversikan dalam satuan mobil penumpang (smp) sehingga diperoleh kesetaraan
satuan. Pengambilan LHR dilakukan pada lokasi-lokasi yang sudah ditentukan.
Sedangkan survey perhitungan volume lalu lintas pada persimpangan tak bersinyal
dilakukan dengan cara menghitung setiap kendaraan yang melintas titik pengamatan
dengan mengklasifikasikannya berdasarkan arah kendaraan, yaitu arah lurus (straight
turn), belok kanan (right turn) dan belok kiri (left turn).
b) Metode penentuan hambatan samping
Penentuan hambatan samping didasarkan pada MKJI (Manual kapasitas Jalan
Indonesia), dimana hambatan samping merupakan dampak lalu lintas terhadap
perilaku lalu lintas di sisi jalan.
c) Survei inventarisasi jalan
Inventarisasi jalan dimaksudkan untuk mengetahui panjang jalan, lebar jalan,
dimensi jalan dan kondisi jalan. Untuk melaksanakan survey ini diperlukan peralatan
antara lain alat tulis, form survey, peta lokasi studi dan alat pengukur.
Pelaksanaannya dilakukan melalui:
- Pengamatan, mengamati kondisi jalan yang kemudian digambarkan dengan
menggunakan skala tertentu.
- Pengukuran, data yang dikumpulkan adalah panjang dan lebar ruas jalan,
dimensi jalan, dan kondisi parkir.
d) Survei inventarisasi simpang
Inventarisasi simpang dilakukan untuk mengetahui lebar pendekat pada tiap kaki
simpang di persimpangan. Lebar pendekat kaki simpang adalah lebar jalan yang
dicatat dengan jarak 10 meter dari garis imajiner. Untuk melaksanakan survey ini
diperlukan peralatan antara lain alat tulis, form survey, peta lokasi studi dan alat
pengukur.
- Pengamatan, mengamati kondisi persimpangan yang kemudian digambarkan
dengan menggunakan skala tertentu.
- Pengukuran, data yang dikumpulkan adalah lebar pendekat kaki simpang,
dimensi jalan, dan hambatan samping lainnya seperti parkir on street.
e) Survey parkir
Survey parkir dilakukan dengan melihat model sudut parkir on street, kemudian
dilakukan pengukuran lebar efektif jalan setelah adanya parkir on street dan
pengukuran besarnya lebar yang terpakai untuk parkir on street. Peralatan yang
dibutuhkan adalah alat tulis, peta lokasi studi dan alat pengukur.
Keterangan :
C = Kapasitas (smp/jam)
C0 = Kapasitas dasar (smp/jam)
FCw = Faktor koreksi kapasitas untuk lebar jalan
FCSP = Faktor koreksi kapasitas akibat pembagian arah (tidak berlaku untuk jalan satu
arah)
FCSF = Faktor koreksi kapasitas akibat hambatan samping
FCCS = Faktor koreksi kapasitas akibat ukuran kota (jumlah penduduk)
Penentuan faktor koreksi untuk pembagian arah didasarkan pada kondisi arus
lalu lintas dari ke dua arah. Jalan satu arah dan/atau jalan dengan pembatas median,
faktor koreksi kapasitas pembagian arah adalah 1,0.
Tabel 4. 3 Faktor Koreksi Kapasitas Akibat Pembagian Arah (FCSP)
Pemisahan arah SP 50-50 55-45 60-40 65-35 70-30
(% - %)
2 lajur 2 arah tanpa pembatas median
1,00 0,97 0,94 0,91 0,88
(2/2 UD)
FCSP
4 lajur 2 arah tanpa pembatas median
1,00 0,985 0,97 0,955 0,94
(4/2 UD)
Sumber: MKJI (1997 : 5-52)
Tabel 4. 5 Faktor Koreksi Kapasitas Akibat Gangguan Samping (FCSF) Untuk Jalan
yang Mempunyai Bahu Jalan
Faktor Koreksi Akibat Gangguan
Kelas
Samping dan Lebar Bahu Jalan
Tipe Jalan Gangguan
Lebar Bahu Efektif
Samping
< 0,5 m 1,0 m 1,5 m >2m
Sangat rendah 0,96 0,98 1,01 1,03
Rendah 0,94 0,97 1,00 1,02
4 lajur 2 arah berpembatas
Sedang 0,92 0,95 0,98 1,00
(4/2 D)
Tinggi 0,88 0,92 0,95 0,98
Sangat tinggi 0,84 0,88 0,92 0,96
Sangat rendah 0,96 0,99 1,01 1,03
Rendah 0,94 0,97 1,00 1,02
4 lajur 2 arah tanpa pembatas
Sedang 0,92 0,95 0,98 1,00
median (4/2 UD)
Tinggi 0,87 0,91 0,94 0,98
Sangat tinggi 0,80 0,86 0,90 0,95
Sangat rendah 0,94 0,96 0,99 1,01
2 lajur 2 arah tanpa pembatas Rendah 0,92 0,94 0,97 1,00
median (2/2 UD) atau jalan Sedang 0,89 0,92 0,95 0,98
satu arah Tinggi 0,82 0,86 0,90 0,95
Sangat tinggi 0,73 0,79 0,85 0,91
Sumber: MKJI (1997 : 5-53)
Keterangan:
LV : light vehicle (kendaraan kecil)
HV : high vehicle (kendaraan besar)
MC : motor cycle (sepeda motor)
UM : unmotorized vehicle (kendaraan tidak bermotor)
a. Derajat Kejenuhan
Menurut MKJI (1997 : 5-19), derajat kejenuhan didefinisikan sebagai rasio arus
terhadap kapasitas. Digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja
segmen jalan. Derajat kejenuhan dihitung dengan menggunakan arus dan kapasitas yang
dinyatakan dalam satuan smp/jam.
DS = Q/C
dimana:
DS : Derajat kejenuhan (smp/jam)
Q : Arus lalu lintas (smp/jam)
C : Kapasitas lalu lintas (smp/jam)
b. Tingkat Pelayanan Jalan
Menurut Morlok (1991 : 212) tingkat pelayanan jalan ditentukan dalam skala
interval yang terdiri dari 6 tingkatan. Tingkatan ini adalah A, B, C, D, E dan F. Semakin
tinggi volume lalu lintas pada ruas jalan tertentu maka tingkat pelayanan jalannya akan
semakin menurun. Standar tingkat pelayanan jalan dapat dilihat pada Tabel 2.9.
C : Kapasitas (smp/jam)
CO : Kapasitas dasar (smp/jam)
FW : Faktor koreksi kapasitas untuk lebar jalan persimpangan
FM : Faktor koreksi kapasitas jika ada pembatas median pada lengan
persimpangan
FCS : Faktor koreksi kapasitas akibat ukuran kota (jumlah penduduk)
FRSU : Faktor koreksi kapasitas akibat adanya tipe lingkungan, gangguan
samping dan kendaraan tidak bermotor
FLT : Faktor koreksi kapasitas akibat pergerakan belok kiri
FRT : Faktor koreksi kapasitas akibat pergerakan belok kanan
FMI : Faktor koreksi kapasitas akibat adanya arus lalulintas pada jalan minor
1) Lebar Pendekat dan Tipe Simpang
Lebar rata-rata pendekat minor dan utama WAC dan WBD dan lebar
rata-rata pendekat W1. Lebar pendekat masing-masing WA, WB, WC,
dan WD diukur pada jarak 10 meter dari garis imajiner, yang
menghubungkan tepi perkerasan dari jalan berpotongan yang
dianggap mewakili lebar pendekat efektif untuk masing-masing
pendekat.
A
10 m
d 10 m
D B
10 m b
10 m
WAC
WA WC
2
WBD
W WD
B
2
Hitung lebar rata-rata pendekat (W1), dengan rumus :
W1
WA WB WC WD
lengansimpang
Jumlah lajur
Jumlah lajur yang digunakan untuk keperluan perhitungan
ditentukan dari lebar rata-rata pendekat jalan minor dan jalan utama,
yaitu sebagai berikut :
Tabel 4. 9 Jumlah Lajur dan Lebar Rata-Rata Pendekat Minor dan Utama
Lebar Rata-Rata Pendekat Minor dan Jumlah Lajur (total untuk
Utama (m) kedua arah)
WBD = (b+d/2)/2 < 5,5 2
≥ 5,5 4
WAC = (a/2+c/2)/2 < 5,5 2
≥ 5,5 4
Sumber: MKJI, 1997 : 3-32
Tipe simpang
Tipe simpang menentukan jumlah lengan simpang dan jumlah lajur
pada jalan utama dan jalan minor pada lengan simpang tersebut
dengan kode tiga angka. Jumlah lengan simpang adalah jumlah lengan
dengan lalu lintas masuk dan keluar atau keduanya.
Tabel 4. 10Tipe Simpang
Jumlah Lengan Jumlah Lajur Jalan Jumlah Lajur
Kode IT
Simpang Minor Jalan Utama
322 3 2 2
324 3 2 4
342 3 4 2
422 4 2 2
424 4 2 4
Sumber: MKJI, 1997 : 3-32
Untuk DS ≤ 0,6
DTI = 2 + 8,2078 x DS – [(1 – DS) x 2]
Untuk DS > 0,6 :
DTI = 1,0504 / (0,2742 – 0,2042 x DS) – [(1 – DS) x 2]
2) Tundaan lalu lintas jalan utama (DTMA). Tundaan lalu lintas rata-rata
semua kendaraan bermotor yang masuk persimpangan dari jalan utama
(MKJI, 1997 : 3-41).
Untuk DS ≤ 0,6 :
DTMA = 1,8 + (5,8234 x DS) – [(1 – DS) x 1,8]
Untuk DS > 0,6 :
DTMA = 1,05034 / (0,346 – 0,246 x DS) – [(1 – DS) x 1,8]
dimana:
DTMA : Tundaan lalu lintas jalan utama
DS : Derajat kejenuhan
3) Tundaan lalu lintas jalan minor (DTMI). Tundaan lalu lintas jalan minor
rata-rata ditentukan berdasarkan tundaan simpang rata-rata dan tundaan
jalan utama (MKJI, 1997 : 3-41).
DTMI = (QTOT x DTI – QMA x DTMA) / QMI
dimana:
DTMI : Tundaan lalu lintas jalan minor
DTMA: Tundaan lalu lintas jalan utama
QTOT : Arus total
QMA : Arus jalan utama
QMI : Arus jalan minor
4) Tundaan geometrik simpang (DG) adalah tundaan geometrik rata-rata
seluruh kendaraan bermotor yang masuk persimpangan sebagai akibat
perlambatan dan percepatan lalu lintas yang terganggu dan yang tidak
terganggu (MKJI, 1997 : 3-42).
Untuk DS < 1,0 :
DG = (1- DS) x (PT x 6 + (1 – PT) x 3) + DS x 4
Untuk DS ≥ 1,0 :
DG = 4
dimana:
Nilai B/C-R yang lebih kecil dari 1 (satu), menunjukkan investasi ekonomi yang
tidak menguntungkan.
2. Analisis net present value (NPV)
Metoda ini dikenal sebagai metoda present worth dan digunakan untuk
menentukan apakah suatu rencana mempunyai manfaat dalam periode waktu
analisis. Hal ini dihitung dari selisih present value of the benefit (PVB) dan
present value of the cost (PVC). Dasar dari metoda ini adalah bahwa semua
manfaat (benefit) ataupun biaya (cost) mendatang yang berhubungan dengan
suatu proyek didiskonto ke nilai sekarang (present values), dengan menggunakan
suatu suku bunga diskonto.
Persamaan umum untuk metode ini adalah sebagai berikut :
′
𝑟
NPV =⋀𝑛=1 −1
𝑖=0 [( 𝑏𝑖 − 𝑐𝑖 )((1 + (100)) ) ]
Dengan pengertian :
NPV : nilai sekarang bersih ;
𝑏𝑖 : manfaat pada tahun i;
𝑐𝑖 : biaya pada tahun i ;
r : suku bunga diskonto (discount rate);
n : umur ekonomi proyek, dimulai dari tahap perencanaan sampai akhir
umur rencana jalan.
Hasil NPV dari suatu proyek yang dikatakan layak secara ekonomi adalah yang
menghasilkan nilai NPV bernilai positif.
dengan pengertian :
EIRR : economic internal rate of return ;
𝑖1 : tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif terkecil ;
𝑖2 : tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif terkecil ;
𝑁𝑃𝑉1 : nilai sekarang dengan menggunakan 𝑖1
𝑁𝑃𝑉2 : nilai sekarang dengan menggunakan 𝑖2
4. Analisis first year rate of return (FYRR)
Analisis manfaat-biaya digunakan untuk membantu menentukan waktu terbaik
untuk memulai proyek. Walaupun dari hasil analisis proyek bermanfaat, tetap
saja ada kasus penundaan awal proyek pada saat lalulintas terus bertambah untuk
menaikkan laju pengembalian pada tingkat yang diinginkan. Cara terbaik untuk
menentukan waktu dimulainya suatu proyek adalah menganalisis proyek dengan
range waktu investasi untuk melihat mana yang menghasilkan NPV tertinggi.
Bagaimanapun, untuk kebanyakan proyek jalan, dimana lalulintas terus
bertambah di masa mendatang, kriteria laju pengembalian tahun pertama dapat
digunakan.
First year rate of return (FYRR) adalah jumlah dari manfaat yang didapat pada
tahun pertama setelah proyek selesai, dibagi dengan present value dari modal
yang dinaikkan dengan discount rate pada tahun yang sama dan ditunjukkan
dalam persen. Persamaan untuk metoda ini adalah sebagai berikut :
𝑏𝑖
FYRR =100 𝑗−1 𝑟
⋀𝑖=0 𝑐1 (1+(100))𝑗−1
dengan pengertian :
b. Lingkungan ;
c. Ekonomi ;
d. indikator lain yang mungkin dilakukan.
2. masing-masing indikator (1,2,3 dan 4) dapat diberi bobot sesuai dengan
kebutuhan yang ada.
3. nilai dari masing-masing indikator dapat dinormalisasi dengan rentang antara 0
– 10.
4. alternatif terbaik ditentukan berdasarkan hasil perhitungan nilai rata-rata
tertimbang dari seluruh indikator yang ada. kelayakan proyek tidak hanya
tergantung pada kelayakan ekonomi, untuk memperhitungkan aspek non
ekonomi, ada beberapa metode yang dapat digunakan, antara lain metode Multi
Kriteria, metode AHP (analytical hierarchy process), dan lain-lain.
KONDISI EKSISTING
V
JARINGAN JALAN
5. 1 Analisa Jaringan Jalan
Dalam analisa ini akan dibagi beberapa segmen jalan dari rute eksisting Tidar -
Genting yang biasa dilewati pengguna kendaraan bermotor. Rute eksisting ini digunakan
dari daerah bangkitan di sekitar malang bagian Selatan dengan ruteJln.Bendungan Sutami -
Jln. Bendungan Sigura-gura Barat - Jln. Sunan Kalijaga - Jln. Mertojoyo - Jln. Joyo Utomo
- Jln. Raya Joyo Agung (node to node).
6
5
Villa Bukit 4
Tidar
1
Simpang empat Galunggung
Keterangan :
1 : Jln. Bendungan Sutami 4 : Jln. Mertojoyo
Jln. Bendungan Sigura-gura
2 : 5 : Jln. Joyo Utomo
Barat
dengan pemukiman/perumahan
Kendaraan angkutan barang berat
tidak diijinkan melalui fungsi jalan
ini
Lokasi parkir pada badan jalan tidak
diperbolehkan
Badan jalan minimal 6,5 m
Sumber : Survei Primer Inventarisasi
Tabel 5. 2 Kondisi Eksisting Geometrik Segmen
Segmen Tipe Lebar Perkerasan Sistem Jumlah Perkerasan Kondisi
Jalan (m) arah Lajur Jalan
1 2/2 UD 7 2 2 Aspal Baik
2 2/2 UD 5 2 2 Aspal Baik
3 2/2 UD 5 2 2 Aspal Baik
4 2/2 UD 5 2 2 Aspal Baik
5 2/2 UD 5 2 2 Aspal Baik
6 2/2 UD 5 2 2 Aspal Baik
Sumber : Survei Primer Inventarisasi
Gambar 5. 2 Simpang Tak Bersinyal Tiga Lengan A dan Simpang Empat Lengan B
primer, akan dilakukan survey inventarisasi jalan dan survey traffic counting sebagai data
masukan pada pengolahan data berikutnya. Untuk traffic counting dilakukan pada jam
puncak pagi, siang dan sore sebagai waktu pengamatan yang memiliki urgenitas tinggi.
Sedangkan untuk interval waktu pengamatannya akan dilakukan per-15 menit.
KONDISI GEOMETRIK
Jalan Utama : Jl. Joyogrand/ Jl.Joyo Utomo
Jalan minor : Jl. Jl. Joyo Suryo
Kota : Malang
Alternatif rencana :
C U
0.50 4.80 0.50
0.50
B 6.30
0.50
0.50
4.80
0.50
D
176 356
123
731
B 379
956 D
Dari traffic counting yang dilakukan, didapat LHR sebagai berikut untuk tiap
pergerakannya yang akan diinput ke dalam formulir USIG – I.
Tabel 5. 3 LHR Peak Time
Arah Pergerakan LV HV MC UM
Formulir USIG-I
SIMPANG TAK BERSINYAL Tanggal : 4 November 2015 Ditangani oleh :
FORMULIR USIG-I Kota : Malang Propinsi : Jawa Timur
- GEOMETRI Jalan utama : BD/Joyogrand-Joyo Utomo
- ARUS LALU LINTAS Jalan minor : C/Joyo Suryo
Soal : Review Simpang Periode : 16.00 - 18.00
Geometri Simpang Arus lalu lintas
C U
C
0.50 4.80 0.50
176 356
0.50
123
B 6.30
731
B
0.50
379
0.50
4.80 956 D
0.50
D
Formulir USIG-I
SIMPANG TAK BERSINYALTanggal : 4 November 2015 Ditangani oleh :
FORMULIR USIG-II Kota : Malang Ukuran Kota : Sedang
- ANALISA Jalan utama : BD/Joyogrand-Joyo Utomo Lingkungan Jalan :
Jalan minor : C/Joyo Suryo Hambatan Samping : Sedang
Soal : Review Simpang Periode : 16.00 - 18.00
1. Lebar pendekat dan Tipe Simpang
Pilihan Jumlah lengan Lebar Pendekat Jumlah Lajur Tipe Simpang
simpang Jalan Minor Jalan Utama Lebar
pendekat Jalan minor Jalan Utama
WA WC WAC WB WD WBD
rata rata WI
1 3 4.8 2.4 2.45 3.15 2.8 3.467 2 4 322
2. Kapasitas
Pilihan Kapasitas Dasar Faktor Penyesuaian Kapasitas (F) Kapasitas
Lebar Median Ukuran Hambatan Belok Kiri Belok Rasio
pendekat Jalan Kota Samping Kanan Minor/Total
rata-rata Utama
C 0 (smp/jam) Fw FM FCS FRSU FLT FRT FMI C (smp/jam)
1 2700 0.99 1 0.94 0.936 1.231 0.82 0.952 2261.00
Dari form USIG-II didapat nilai derajat kejenuhan simpang (DS)0,853yang lebih
besar dari 0,75, sehingga simpang A termasuk dalam kategori crowded.
5.1. 2 Review Simpang tak Bersinyal B
Simpang tak bersinyal B terletak di kecamatan Lowokwaru, Kelurahan Merjosari,
Kota Malang. Secara geografis simpang ini terletak di 7°56'36.3"S 112°36'14.0"E.
Simpang ini menghubungkan Jalan Mertojoyo, Mertojoyo Selatan, Joyo Utomo dan Jalan
Simpang Gajayana. Untuk pengambilan data primer, akan dilakukan dua macam survey
yang sama dengan simpang A yaitu inventarisasi jalan dan survey traffic counting sebagai
input data. Untuk traffic counting dilakukan pada jam puncak pagi, siang dan sore. Dengan
interval waktu pengamatannya akan dilakukan per-15 menit.
Arah Pergerakan LV HV MC UM
Formulir USIG-I
SIMPANG TAK BERSINYAL Tanggal : 4 November 2015 Ditangani oleh :
FORMULIR USIG-I Kota : Malang Propinsi : Jawa Timur
- GEOMETRI Jalan utama : BD/Joyo Utomo - simpang gajayana
- ARUS LALU LINTAS Jalan minor : AC/Mertojoyo - mertojoyo selatan
Soal : Review Simpang Periode :
Geometri Simpang Arus lalu lintas
C C
0.90 3.80 0.50
U
0.90 0.50
B 5.00 4.60
D B D
1.00 0.90
0.80 0.90
1.00
A A
Formulir USIG-I
SIMPANG TAK BERSINYALTanggal : 4 November 2015 Ditangani oleh :
FORMULIR USIG-II Kota : Malang Ukuran Kota : Sedang
- ANALISA Jalan utama : BD/Joyogrand-Joyo Utomo Lingkungan Jalan :
Jalan minor : C/Joyo Suryo Hambatan Samping : Sedang
Soal : Review Simpang Periode : 16.00 - 18.00
1. Lebar pendekat dan Tipe Simpang
Pilihan Jumlah lengan Lebar Pendekat Jumlah Lajur Tipe Simpang
simpang Jalan Minor Jalan Utama Lebar
pendekat Jalan minor Jalan
WA WC WAC WB WD WBD Utama
rata rata WI
1 4 2.55 1.9 2.225 2.5 2.3 2.4 3.083 2 2 422
2. Kapasitas
Pilihan Kapasitas Dasar Faktor Penyesuaian Kapasitas (F) Kapasitas
Lebar Median Ukuran Hambatan Belok Kiri Belok Rasio
pendekat Jalan Kota Samping Kanan Minor/Total
rata-rata Utama
C 0 (smp/jam) Fw FM FCS FRSU FLT FRT FMI C (smp/jam)
1 2900 0.967 1 0.94 0.930 1.200 1.000 0.896 2636.00
Dari form USIG-II didapat nilai derajat kejenuhan simpang (DS) 0,87 yang lebih
besar dari 0,75, sehingga simpang B termasuk dalam kategori crowded.
input data. Untuk traffic counting dilakukan pada jam puncak pagi, siang dan sore. Dengan
interval waktu pengamatannya akan dilakukan per-15 menit.
Arah Pergerakan LV HV MC UM
Formulir USIG-I
SIMPANG TAK BERSINYAL Tanggal : 4 November 2015 Ditangani oleh :
FORMULIR USIG-I Kota : Malang Propinsi : Jawa Timur
- GEOMETRI Jalan utama : Jl. Mertojoyo/ Jl.Sunan Kalijaga
- ARUS LALU LINTAS Jalan minor : Jl. Joyosuko Timur/Jl.Simpang Gajayana
Soal : Review Simpang Periode :
Geometri Simpang Arus lalu lintas
C
0.50 3.80 0.50
U
0.70 1.00
B 5.00 4.50
D B D
0.50 0.90
Formulir USIG-I
SIMPANG TAK BERSINYALTanggal : 4 November 2015 Ditangani oleh :
FORMULIR USIG-II Kota : Malang Ukuran Kota : Sedang
- ANALISA Jalan utama : BD/Joyogrand-Joyo Utomo Lingkungan Jalan :
Jalan minor : C/Joyo Suryo Hambatan Samping : Sedang
Soal : Review Simpang Periode : 16.00 - 18.00
1. Lebar pendekat dan Tipe Simpang
Pilihan Jumlah lengan Lebar Pendekat Jumlah Lajur Tipe Simpang
simpang Jalan Minor Jalan Utama Lebar
pendekat Jalan minor Jalan
WA WC WAC WB WD WBD Utama
rata rata WI
1 4 2 1.75 1.875 2.5 2.25 2.375 2.833 2 2 422
2. Kapasitas
Pilihan Kapasitas Dasar Faktor Penyesuaian Kapasitas (F) Kapasitas
Lebar Median Ukuran Hambatan Belok Kiri Belok Rasio
pendekat Jalan Kota Samping Kanan Minor/Total
rata-rata Utama
C 0 (smp/jam) Fw FM FCS FRSU FLT FRT FMI C (smp/jam)
1 2900 0.945 1 0.94 0.932 1.046 1.000 0.999 2511.00
Dari form USIG-II didapat nilai derajat kejenuhan simpang (DS) 1,10 yang lebih
besar dari 0,75, sehingga simpang B termasuk dalam kategori crowded.
Bahu Jalan
Jalan lalu lintas CL
Untuk waktu pengamatan akan dilakukan dengan interval yang sama dengan survey
simpang, yaitu 15 menitan di jam puncak pagi, siang dan sore. Untuk surveyor diplot di
tiap arah pergerakan lalu lintas, satu untuk arah Sunan kalijaga – Bendungan Sigura-Gura
Barat dan sebaliknya.AdapunLHR hasil pengamatan akan ditampilkan pada tabel berikut,
Tabel 5. 6 LHR Peak Time
Arah Pergerakan LV HV MC UM
Sunan Kalijaga - Bendungan Sigura-gura barat 182 8 1941 17
Bendungan Sigura gura barat - Sunan Kalijaga 242 21 2028 8
Sumber : Survei Primer Inventarisasi
Dari hasil pengamatan tersebut, diketahui bahwa volume puncak terdapat pada
interval pengamatan sore, yaitu pada pukul 16.00 - 18.00 WIB. Data LHR dan
inventarisasi ruas tersebut akan dimasukkan pada formulir UR-1,UR-2, dan UR-3 untuk
mengetahui kinerja dari ruas jalan.
Formulir UR-1
JALAN PERKOTAAN Tanggal Ditangani oleh
FORMULIR UR-1 Propinsi Diperiksa oleh
DATA MASUKAN Kota Ukuran kota
- DATA UMUM No.Ruas/Nama Jalan
- GEOMETRIK JALAN Segmen antara
Kode segmen Tipe daerah
Panjang (km) Tipe jalan
Periode waktu Nomor soal
Rencana Situasi
Formulir UR-2
JALAN PERKOTAAN Tanggal Ditangani oleh
FORMULIR UR-2 Propinsi Diperiksa oleh
DATA MASUKAN Kota Ukuran kota
- ARUS LALU LINTAS No.Ruas/Nama Jalan
- HAMBATAN SAMPING Segmen antara
Kode segmen Tipe daerah
Panjang (km) Tipe jalan
Periode waktu Nomor soal
Lalu lintas harian rata-rata tahunan
LHRT (kend/hari) faktor-k = Pemisahan arah 1/arah 2
Komposisi % LV% HV% MC%
Bila data rinci tersedia, gunakan tabel pertama untuk menentukan frekwensi berbobot kejadian, dan selanjutnya gunakan tabel kedua.
Bila tidak, gunakan hanya tabel kedua
Dari Formulir UR-2 tersebut, didapat nilai kelas hambatan samping sebesar 324
/jam/200 m yang masuk kategori hambatan samping kelas sedang.
Formulir UR-3
JALAN PERKOTAAN Tanggal Ditangani oleh
FORMULIR UR-3 ; ANALISA No.Ruas/Nama Jalan
- KECEPATAN Kode segmen Diperiksa oleh
- KAPASITAS Periode waktu Nomor soal
Kapasitas
Soal/ Kapasitas Dasar Faktor untuk Penyesuaian Kapasitas Kapasitas
arah Lebar jalur Pemisahan arah Hambatan samping Ukuran kota
C0 FCW FCSP FCSF FCCS C
smp/jam smp/jam
(10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
2900 0.87 0.97 0.926 0.86 1949
Dari formulir UR-3, untuk ruas sunan kalijaga memiliki nilai derajat kejenuhan
sebesar 0,95. Lebih besar dari batas yang disyaratkan, yaitu sebesar 0,75.
dihubungkan oleh node simpang empat lengan tak bersinyal B dan simpang tiga lengan tak
bersinyal A degan posisi di7°56'36.2"S 112°36'12.9"E. Untuk prosedur pengambilan data
primer akan dilakukan sama pada ruas jalan sebelumnya.
Tabel 5. 7 LHR Peak Time Formulir UR-1
JALAN PERKOTAAN Tanggal 4-Nov-15 Ditangani oleh
FORMULIR UR-1 Arah PergerakanPropinsi LV
Jawa Timur HV MC
Diperiksa oleh UM
DATA MASUKAN Kota Malang Ukuran kota
Simpang A - Simpang B 152 9 1311 11
- DATA UMUM No.Ruas/Nama Jalan
- GEOMETRIKSimpang
JALAN B - Simpang A
Segmen antara 149
A
11
dan B
1187 8
Sumber : Survei PrimerKode
Inventarisasi
segmen Tipe daerah
Panjang (km) Tipe jalan
Data yang diperoleh dari survey tersebut akan dimasukkan ke dalam formulir UR di
Periode waktu Nomor soal
bawah
Rencana ini,
Situasi
Formulir UR-1
JALAN PERKOTAAN Tanggal 4-Nov-15 Ditangani oleh
FORMULIR UR-1 Propinsi Jawa Timur Diperiksa oleh
DATA MASUKAN Kota Malang Ukuran kota
- DATA UMUM No.Ruas/Nama Jalan
- GEOMETRIK JALAN Segmen antara A dan B
Kode segmen Tipe daerah
Panjang (km) Tipe jalan
Periode waktu Nomor soal
Rencana Situasi
Penampang melintang CL
Bukaan median
PENYUSUNAN STUDI(tidak ada, sedikit,
KELAYAKAN banyak)
PEMBANGUNAN tidak
JALAN ada TIDAR-GENTING
TEMBUS V-20
Formulir UR-2
JALAN PERKOTAAN Tanggal Ditangani oleh
FORMULIR UR-2 Propinsi Diperiksa oleh
DATA MASUKAN Kota Ukuran kota
- ARUS LALU LINTAS No.Ruas/Nama Jalan
- HAMBATAN SAMPING Segmen antara
Kode segmen Tipe daerah
Panjang (km) Tipe jalan
Periode waktu Nomor soal
Lalu lintas harian rata-rata tahunan
LHRT (kend/hari) faktor-k = Pemisahan arah 1/arah 2
Komposisi % LV% HV% MC%
Bila data rinci tersedia, gunakan tabel pertama untuk menentukan frekwensi berbobot kejadian, dan selanjutnya gunakan tabel kedua.
Bila tidak, gunakan hanya tabel kedua
Formulir UR-3
JALAN PERKOTAAN Tanggal Ditangani oleh
FORMULIR UR-3 ; ANALISA No.Ruas/Nama Jalan
- KECEPATAN Kode segmen Diperiksa oleh
- KAPASITAS Periode waktu Nomor soal
Kapasitas
Soal/ Kapasitas Dasar Faktor untuk Penyesuaian Kapasitas Kapasitas
arah Lebar jalur Pemisahan arah Hambatan samping Ukuran kota
C0 FCW FCSP FCSF FCCS C
smp/jam smp/jam
(10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
2900 0.56 0.97 0.905 0.86 1227
Dari klasifikasi aktual tersebut, mutlak diperlukan rekayasa baik untuk ruas jalan
dan simpang di rute Tidar - Genting.
ANALISIS PENENTUAN
VI
ALTERnatif RUTE
6.1. REVIEW TATA GUNA LAHAN
Berdasarkan arahan RTRW Kota Malang, Kecamatan Lowokwaru diarahkan
sebagai kawasan permukiman serta kawasan perdagangan. Kelurahan merjosari termasuk
salah satu kelurahan yang masih potensial untuk di kembangkan untuk kawasan
pemukiman dan pendidikan. Pembangunan pola jaringan jalan yang lebih menjangkau
daerah-daerah di luar pusat perkembangan kota dan memiliki pola jaringan yang lebih
memungkinkan untuk menciptakan pergerakan yang lebih efektif dan efisien.
Dalam rangka memperlancar mekanise pergerakan/distribusi manusia dan barang
ke pusat-pusat aktivitas (industri, perdagangan dan jasa, pendidikan dan pariwisata) di
dalam wilayah Kota Malang, pembangunan prasarana-sarana ekonomi antar bagian
wilayah perkotaan dan daerah pinggiran perlu didorong perkembangannya guna
meningkatkan akses ekonomi dalam wilayah. Adapun struktur jaringan jalan di wilayah
Kota Malang pembagiannya didasarkan pada keterkaitan fungsi pusat-pusat pengembangan
dan tingkat kebutuhan pelayanan dalam wilayah. Rencana sistem linkage tersebut
didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut :
1. Peningkatan kondisi ruas jalan yang menghubungkan antara pusat kota (pusat inti
kota) dengan pusat pelayanan kota.
2. Jalur jalan lingkar barat dan lingkar timur berfungsi untuk menghubungkan fungsi-
fungsi pusat pelayanan kota di masing-masing wilayah Pusat Pelayanan Kota,
sehingga mengurangi beban jalan ke pusat utama.
3. Peningkatan kondisi ruas jalan yang menghubungkan antara satu pusat pelayanan
kota dengan pusat sub pusat pelayanan kota dan pusat lingkungan.
Dengan adanya jalan tembus tidar – genting, akan berpengaruh terhadap struktur
tata ruang kota dimana aksesibilitas yang tinggi akan memacu perkembangan wilayah di
sepanjang jalan lingkar sehingga muncul pusat-pusat pertumbuhan baru yang akan
mengurangi bangkitan dan tarikan pergerakan menuju pusat kota.
• "Harus ada rute alternatif untuk • Pengguna kendaraan bermotor • Derajat kejenuhan di ruas dan
menghindari/meminimalisir mempunyai rute alternatif intersection permsalahan
kemacetan yang sering terjadi menuju arah tarikan untuk bernilai lebih kecil sama
di Ruas Jalan Bendungan meminimalisir macet atau dengan 0,75
Sigura-Gura Barat-Jalan Raya crowdednya ruas jalan maupun
Joyo Agung" intersection
Dari pembobotan diatas, muncul distribusi volume kendaraan sebagai opsi yang
memungkinkan untuk diaplikasikan di lapangan.Distribusi tersebut memerlukan sebuah
rute pengalih agar kapasitas jalan yang sekarang dipakai bisa menjadi normal bahkan
mencukupi apabila dinilai dari LOS-nya.Untuk melakukan penilaian tersebut, diambil
Simpang Galunggung sebagai intersection awal.Simpang ini dipilih karena adanya jalan
alternatif via Karang Widoro yang mengarah Genting dengan asumsi daerah bangkitan
berasal dari Malang bagian Selatan dan sekitarnya. Berikut merupakan gambar peta
beberapa rute alternatif yang bisa digunakan :
Untuk rute aktual yang biasa digunakan pengendara kendaraan bermotor adalah 6,8
km. Jarak ini digunakan sebagai acuan dalam pembobotan pada tabel berikut,
Tabel 6. 3 Skoring Rencana Rute Alternatif
No. Rute Nilai
Galunggung - Bend.Sutami - Bend.Sigura - Gura Barat – Sunan
1. 4 10
Kalijaga – Joyosuko Timur – Joyosuko Metro – Villa Bukit Tidar
Galunggung - Bend.Sutami - Bend.Sigura - Gura Barat – Langsep
2. 3 8
– Raya Candi VI - Joyosuko Metro – Villa Bukit Tidar
3. Galunggung
2 - Raya Candi V - Greenland - Joyosuko Metro 11
Sumber :Perhitungan Sendiri
Dari tabel diatas akan diambil dua nilai teratas, yaitu rute nomor Satu (1) yaitu
Galunggung - Bend.Sutami - Bend.Sigura gura Barat - Sunan Kalijaga - Joyosuko Timur -
Joyosuko Metro - Villa Bukit Tidar dengan jarak tempuh sepanjang 5,57 km dan rute
nomor Tiga (3) yaitu Galunggung - Raya Candi V - Greenland - Joyosuko Metro dengan
rute sepanjang 4,74 km yang akan digunakan sebagai rute alternatif.
Pada studi ini kecepatan rencana untuk jalan ini diambil 60 - 50 km/jam, mengingat
kondisi tata guna lahan di sekitar jalan yang memiliki gangguan samping yang
bervariasi.
Bentuk penampang melintang akan menentukan kapasitas lalu lintas jalan yang
direncanakan, sehingga harus disesuikan dengan volume lalu lintas yang diperkirakan
akan menggunakan jalan rencana atau pentahapan pekerjaan sesuai dengan kebijakan
rencana pembangunan. Sesuai dengan volume lalu lintas dari hasil analisis data,
potongan melintang jalan rencana dirancang untuk jalan 2 lajur 2 arah tanpa median
2/2UD dan bahu jalan serta drainase pada kedua sisinya. Total daerah milik jalan yang
dibutuhkan untuk rencana pembangunan ruas jalan tidar genting adalah 10 m, gambar
berikut menunjukan gambar tipical penampang melintang rencan ruas jalan.
Tujuan utama adanya kemiringan melintang pada potongan melintang jalan adalah
untuk mengalirkan air dari permukaan jalan ke samping jalan. Kemiringan melintang
normal yang digunakan adalah 2 % dengan sumbu putar pada sisi dalam ruas jalan baru.
Untuk memperoleh kebebasan pandangan pada tikungan yang memenuhi syarat jarak
pandangan yang diperlukan, maka harus dilakukan kontrol perhitungan kebebasan
samping/jarak pemapasan pada tikungan yang bersangkutan. Besarnya kebebasan
samping tergantung dari beberapa hal sebagai berikut:
- Jarak pandangan
- Panjang lengkung tikungan
- Panjang jari – jari tikungan
Batas lebar pandangan yang sudah ada yaitu lebar perkerasan + lebar bahu + lebar
saluran tepi dan lebar talud.
Jarak pandangan yang dimaksudkan disini ada 2 macam yaitu jarak pandangan henti
(sh) dan jarak pandangan menyiap (sm). Sedangkan jarak pandangan tergantung pada
besarnya kecepatan rencana pada tikungan yang bersangkutan. Besarnya jarak
pandangan untuk berbagai kecepatan rencana dapat dilihat pada Tabel Standar
Perencanaan Geometrik Jalan Raya yaitu sebagai berikut:
Dalam perencanaan ini jarak henti dan jarak menyiap tetap menjadi perhatian dan
dijadikan suatu batasan dalam proses perencanaan geometrik jalan. Dengan mengambil
jarak henti sebesar 75 m dan jarak menyiap 380 meter dianggap telah memenuhi
ketentuan yang disyaratkan.
Hal tersebut didasarkan pada aplikasi di lapangan dimana pada ruas jalan yang melewati
kawasan pemukiman sebaiknya dibatasi oleh kerb pada sisi yang digunakan sebagai
bahu jalan.
Dari data LHR yang telah ditentukan, akan dicari lebar jalan dan lebar bahu
jalan yang mampu melayani volume kendaraan yang merupakan volume eksisting
dengan volume distribusi dari ruas Sunan Kalijaga yang mengarah ke Jalan Raya Joyo
Agung. Proses perhitungan tetap menggunakan formulir UR1,2, dan 3 sebagai berikut,
A. Desain Geometri Segmen tanpa Kerb
Kapasitas
Soal/ Kapasitas Dasar Faktor untuk Penyesuaian Kapasitas Kapasitas
arah Lebar jalur Pemisahan arah Hambatan samping Ukuran kota
C0 FCW FCSP FCSF FCCS C
smp/jam smp/jam
(10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
2900 0.87 0.97 0.89 0.86 1874
Kapasitas
Soal/ Kapasitas Dasar Faktor untuk Penyesuaian Kapasitas Kapasitas
arah Lebar jalur Pemisahan arah Hambatan samping Ukuran kota
C0 FCW FCSP FCSF FCCS C
smp/jam smp/jam
(10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)
2900 0.87 0.97 0.872 0.86 1836
2. Kapasitas
3. Perilaku Lalu Lintas
Pilihan Kapasitas Dasar Faktor Penyesuaian Kapasitas (F) Kapasitas
Pilihan Arus Lalu lintas Derajat Tundaan Tundaan Tundaan Tundaan Tundaan Peluang Sasaran
Lebar Median Ukuran Hambatan Belok Kiri Belok Rasio
Kejenuhan lalu lintas lalu lintas lalu lintas geometrik Simpang antrian
pendekat Jalan Kota Samping Kanan Minor/Total
simpang jalan utama Jl. Minor simpang
rata-rata Utama
Q (smp/jam) DS DT
I DMA D MI DG D QP %
C 0 (smp/jam) Fw FM FCS FRSU FLT FRT FMI C (smp/jam)
1 1873.06 0.78 8.67 6.40 21.71 4.61 13.28 48.83 <75%
1 2900 0.906 1 0.94 0.932 1.046 1.000 0.999 2406.00
2 1873.06 0.75 8.20 6.07 20.48 4.68 12.89 45.90 <75%
2 2900 0.938 1 0.94 0.932 1.046 1.000 0.999 2492.00
3 1873.06 0.74 8.07 5.98 20.12 4.71 12.77 45.02 <75%
3 2900 0.949 1 0.94 0.932 1.046 1.000 0.999 2520.00
C
0.75 5.50 0.75
0.75 0.75
6.00 D
B
6.00
0.75 0.75
Formulir USIG-I
SIMPANG TAK BERSINYALTanggal : Ditangani oleh : Yudha
FORMULIR USIG-II Kota : Malang Ukuran Kota : Sedang
- ANALISA Jalan utama : BD Lingkungan Jalan : Komersial
Jalan minor : A Hambatan Samping : Sedang
Soal : Rekayasa Simpang Tiga Periode : 16.00 - 18.00
1. Lebar pendekat dan Tipe Simpang
Pilihan Jumlah lengan Lebar Pendekat Jumlah Lajur Tipe Simpang
simpang Jalan Minor Jalan Utama Lebar
pendekat Jalan minor Jalan
WA WC WAC WB WD WBD Utama
rata rata WI
1 3 2.25 1.125 2.5 2.5 2.5 2.417 1 2 322
2 3 2.5 1.25 3 3 3 2.833 1 2 322
3 3 2.75 1.375 3 3 3 2.917 1 2 322
2. Kapasitas
Pilihan Kapasitas Dasar Faktor Penyesuaian Kapasitas (F) Kapasitas
Lebar Median Ukuran Hambatan Belok Kiri Belok Rasio
pendekat Jalan Kota Samping Kanan Minor/Total
rata-rata Utama
C 0 (smp/jam) Fw FM FCS FRSU FLT FRT FMI C (smp/jam)
1 2700 0.914 1 0.94 0.936 1.231 0.818 0.952 2081.00
2 2700 0.945 1 0.94 0.936 1.231 0.818 0.952 2154.00
3 2700 0.952 1 0.94 0.936 1.231 0.818 0.952 2168.00
Data LHR adalah data primer yang didapat dari survey primer di beberapa ruas
pengamatan. Data lain yang digunakan dalam perencanaan perkerasan lentur adalah
sebagai berikut :
- Lalu lintas
Lajur = 2 lajur
QLV 2 ton = 306 Kend/hari
QTRUK 2 as 10 TON = 21 Kend/hari
UR1 = 5 tahun
UR2 = 10 tahun
i = 3,2 %
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -10
Laporan Akhir
- Data Tanah
CBR =
Faktor Regional = 1,5
LHR Tahun 2020 (awal umur rencana)
- Kend. Ringan 2 ton = 6535 kend.
- Truk 2 as 10 ton = 131 kend.
LHR Tahun 2025 (akhir umur rencana)
- Kend. Ringan 2 ton = 11703 kend.
- Truk 2 as 10 ton = 234 kend.
Angka ekivalem (E) masing-masing kendaraan adalah sebagai berikut ;
- Kend. Ringan 2 ton = 0.0002 + 0.0002 = 0.0004
- Truk 2 as 10 ton = 0.1410 + 0.1410 = 0.2820
LEP
- Kend. Ringan 2 ton = 1.3070
- Truk 2 as 10 ton = 54.4872
Total = 55.7941
LEA
- Kend. Ringan 2 ton = 1.4043
- Truk 2 as 10 ton = 87.8204
Total = 89.2247
LET
- LET10 = 72.51
LER
- LER10 = 145.02
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -11
Laporan Akhir
Menghitung ITP
Dari hasil perhitungan LER ditarik garis lurus horizontal dan didapatkan nilai ITP
sebesar = 6,4. Dengan ITP tersebut, maka digunakan lapisan permukaan jenis Laston.
Adapun susunan lapisan permukaan dari lapisan permukaan sampai lapisan subgrade
adalah sebagai berikut,
7.00 Laston
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -12
Laporan Akhir
Beberapa pertimbangan pokok yang perlu diperhatikan sebagai design constraint sesuai
dengan kondisi lokal dan aktivitas daerah di sekitarnya adalah:
Hal ini sehubungan dengan muka air tinggi pada sungai dan tinggi bersih yang
diperlukan pada simpang tidak sebidang.
Kelas kendaraan yang akan lewat, jumlah jalur yang akan mempengaruhi lebar
jembatan.
e. Estetika.
f. Biaya
Jembatan yang akan dipakai pada studi ini dapat dikelompokkan sesuai dengan
fungsinya
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -13
Laporan Akhir
Adapun beberapa data yang akan digunakan sebagai input dalam analisa adalah
sebagai berikut ;
Sandaran Ø 4"
Trotoar
Kelas jembatan = I
Panjang Jembatan = 25 m (bentang pendek)
Lebar Jembatan = 9m
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -14
Laporan Akhir
Untuk mendisain tulangan tumpuan dan lapangan, dari tabel di atas, diambil
nilai momen tumpuan dan momen lapangan yang paling maksimum, yaitu :
Untuk Momen Tumpuan menggunakan 2729.12 kg.m (Momen Tumpuan 3&6)
Untuk Momen Lapangan menggunakan 4000.52 kg.m (Momen Lapangan 2)
170 170
λp = 10.97
fy 240
370 370
λr = 28.4
fy 70 240 70
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -16
Laporan Akhir
2550 2550
λr = 164 .6
fy 240
E 200000
Lp = 1.76 x ry x 1.76 x 82.6 x 4196 .64 mm = 419.664 cm
fy 240
fL = fy – fr = 240 – 70 = 170 Mpa = 170 N/mm2
j=
1
3
1
2.b f .t f d.t w = 2 x 322 x 44.13 365 x 27 3 20805892 mm 4
3 3
Iy 245160300
IW = d2 x = 3652 x = 8.2x1012 mm6
4 4
2
8.2x10 12
2
S I 4309800
X2 =4 x x w = 4 x = 9x10-7 N/mm2
G.J I y
4
8.10 x 20805892 245160300
X
Lr = ry x 1 1 1 X 2 . f L
2
fL
36426.38
= 82.6 x 1 1 (9x10 -7 x 170 2 ) = 25110.8 mm
170
Keterangan :
Lp = panjang bentang maksimum untuk balok yang mampu menerima momen
plastis
L = panjang bentang balok
fr = tegangan sisa
fL = tegangan leleh dikurangi tegangan sisa
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -17
Laporan Akhir
C. Gelagar Induk
Data perencanaan yang akna digunakan adalah sebagai berikut,
Panjang jembatan = 25 m
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -18
Laporan Akhir
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -19
Laporan Akhir
PERHITUNGAN LENDUTAN :
Lendutan maksimum terjadi pada beban setelah komposit tipe 1
Nilai E = 2,1.106 kg/cm2 = 2,1.1010 kg/m2
Ix = 15500in4= 645158.71 cm4
175 x 25
RA = RB = 2187 .5 Kg
2
Momen Maksimum = RAx – (175.x.1/2.x)
= 2187.5x – 87.5x2
364.58x 3 - 10.94x 4
maksimum = .........nilai x = 12.5 m, maka :
EI
364.58(12. 5) 3 - 10.94(12.5 4 )
maksimum =
2.1.1010 x 0.00645158
maksimum = 0.0032844m = 0.328 cm
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -20
Laporan Akhir
RA = 17879.60 kg RB = 17879.60 kg
Momen Maksimum = RA.x – (1120.x.1/2.x)
= 17879.60x – 560x2
78.8 x 25
RA = RB = 985 Kg
2
Momen Maksimum = RA.x – (78.8 x.1/2.x)
= 985x –39.4x2
164.17x 3 - 3.28x 4
maksimum = .........nilai x = 12.5 m, maka :
EI
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -21
Laporan Akhir
164.17(12. 5 3 ) - 3.28(12.5 4 )
maksimum =
2.1.1010 x 0.00645158
maksimum =0.001775618 m = 0.177 cm
1590 x 7
RA = RB = 445.2 Kg
25
Momen Maksimum = RA.x – 1590 . 4
= 445.2x – 6360
74.2x 3 - 3180x 2
maksimum = .........nilai x = 12.5 m, maka :
EI
74.2(12.5 3 ) - 3180(12.5 2 )
maksimum =
2.1.1010 x 0.00645158
maksimum = 0.00259776 m = 0.26 cm
total 0.328 cm + 3.5 cm + 0.177 cm + 0.26 cm
total 4.265 cm
Kontrol Lendutan
Lendutan ijin untuk balok yang struktur di atasanya berupa konstruksi lantai :
L 2500 cm
Lendutan izin = = = 10.42 cm
240 240
Dari perhitungan manual, didapatkan lendutan maksimum yaitu sebesar :
Lendutan maks = 4.265 cm < 10.42 cm.............aman !!!
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -22
Laporan Akhir
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -23
Laporan Akhir
Ts total Cc total
Asc =
2 fy
1280000 kg 297500 kg
= = 153.52 cm2
2 3200 kg / cm 2
Luasan Flens bagian Atas
A flens = bf × tf
= 30 cm × 3.59 cm = 107.7 cm2
Karena Asc > A flens bagian atas, maka...
Garis Netral Plastis (PNA) terletak pada badan profil
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -24
Laporan Akhir
x1 = x – ½ tc
= 47.64 cm – 10 cm = 37.64 cm
M1 = Cc × x1
= 297500 kg × 37.64cm = 11197900 kgcm = 111979 kgm
Perhitungan M2
Cs1 = A flens × fy
= 107.7 cm2 × 3200 kg/cm2 = 344640 kg
x2 = x – tc – ½ t f
= 47.64 cm – 20 cm – ½ × 3.59 cm = 25.85 cm
M2 = Cs1 × x2
= 344640 kg × 25.85 cm = 8908944 kgcm = 89089.44 kgm
Perhitungan M3
Cs2 = A web rekan × fy
= (1.905 cm × (47.64 cm – 20 cm – 3.59 cm)) × 3200 kg/ cm2
= 146608.8 kg
x3 = ½ × (x – tc – tf)
= ½ × (47.64 cm – 20 cm – 3.59 cm) = 12.025 cm
M3 = Cs2 × x3
= 146608.8 kg × 12.025 cm = 1762970.82 kgcm = 17629.71 kgm
Perhitungan M4
T1 = A web tarik × fy
= (1.905 cm × (100 cm + 20 cm – 47.64 cm – 3.59 cm)) × 3200 kg/cm2
= 419221.92 kg
x4 = (½ × (d + tc – x – tf))
= (½ × (100 cm + 20 cm – 47.64 cm – 3.59 cm)) = 68.77 cm
M4 = T 1 × x4
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -25
Laporan Akhir
Kontrol Geser
Kekuatan Geser Nominal
ø Vn = ø × fy × A web
= 0.6 × 3200 kg/cm2 × (1.905 cm × (100 cm – 2 x 3.59 cm))
= 339498.432 kg
Dari perhitungan dengan SAP, didapatkan gaya geser maksimum yaitu sebesar :
Vu = 25376.90 kg < 339498.432 kg...........aman !!!
D. Tumpuan (Elastomer)
Perhitungan Reaksi :
1. Beban mati : RDL = 2187.50 kg
2. Beban hidup :RLL = 21759.20 kg
3. Beban horizontal arah melintang akibat rem : RB = 530 kg
4. Beban horizontal arah memanjang akibat angin : RW = 525 kg
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -26
Laporan Akhir
t = 85 mm
Ha
b = 300 mm
Hb
Kontrol elastomer :
1. Faktor bentuk : (berdasarkan BMS pasal 8.3.5)
Ar
S= Dimana :
Pxte
Ar = luas permukaan terikat = 78400 mm2
P = keliling permukaan terikat = 2 [ (300-2x10) + (300-2x10)] = 1120 mm
te = tebal efektif lapisan elastomer
= t1 = 12 mm …………………….untuk tebal lapisan karet
= 1.4 tc = 1.4 x 6 = 8.4 mm ………untuk lapis selimut
78400
S= = 8,33 < 12 mm………………………….(OK)
1120 x8,4
2. Persyaratan perencanaan : (berdasarkan BMS pasal 8.3.6)
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -27
Laporan Akhir
Hbxt 525 x 80
δb = = = 4.46 mm
ArxG 78400 x 0.12
Aeff = luas daerah efektif perletakan (berdasarkan BMS pasal 8.3.6.1.d)
a b 4.51 4.46
= Ar 1 = 78400 1
a b 300 300
= 76055.84 mm2
V max 23946.7
εc = = = 0.00626
3 AeffxG (1 2S )
2
3 x 76055 .84 x 0.12(1 2 x8.33 2 )
εsc = 6 x S x εc = 6 x 8.33 x 0.00626 = 0.31
b) Regangan geser torsi (εsr) : (berdasar BMS pasal 8.3.6.3)
Gaya vertical max bekerja pada pusat luasan elastomer, maka momen = 0
Maka αa = αb = 0 dan εsr = 0
c) Regangan geser tangensial (εsh) : (berdasar BMS pasal 8.3.6.3)
a 4.5
εsh = = = 0,05625
t 80
Untuk membatasi distorsi tangensial dan agar ujung perletakan menggelinding
seminimum mungkin atas kecenderungan pelat baja untuk melentur, syarat yang harus
dipenuhi adalah pasal 8.3.6.3
Niali regangan geser maximum ijin :
Aeff > 0.9 Ar = 0.9 x 78400 = 70560 mm2 < Aeff ……………(OK)
dan
εsh < 0.7
0,05625 < 0.7 ………………………………………….(OK)
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -28
Laporan Akhir
Syarat untuk menjamin bahwa regangan geser total yang berkembang tidak berlebihan
berdasarkan pasal 8.3.6.1 adalah :
a a 2 bb 2 0
εsf = 0
2 xt l xt 2 x12 x80
2,6
εsc + εsf + εsh ≤
G
2,6
0.31 + 0 + 0,05625 ≤
1,2
0,36625 ≤ 2,3735 …….OK
E. Bangunan Bawah
Gsrebvg
Penulangan Bagian I
.H.Ka
Mu = 207.62 kg.m
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -29
Laporan Akhir
β = 0.85 (Faktor β1 harus diambil sebesar 0.85 untuk beton dengan nilai kuat
tekan f’c ≤ 30 Mpa SNI 03-2847-2002 pasal 12.2.7.(3) halaman
70)
Maka,digunakan :
Tulangan Utama = D16 - 125 (dengan luas penampang As = 1590 mm2)
Tulangan Bagi = D13 - 150 (dengan luas penampang As = 845 mm2)
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -30
Laporan Akhir
Penulangan Bagian 2
P2
P1
.H.Ka .H.Kp .H.Kp
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -31
Laporan Akhir
Tekanan tanah Aktif P3 1800 x 8.3 x 0.3 x 8.3 x 0.5 x 1 = 18600.3 2.77 51522.83
Maka,digunakan :
Tulangan Utama Rangkap = D19 - 180 (dengan luas penampang As = 3180 mm2)
Tulangan Bagi = D16 - 140 (dengan luas penampang As = 1420 mm2)
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -32
Laporan Akhir
Penulangan Bagian 3
∑M = 23346.75 kgm
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -33
Laporan Akhir
∑V = 25376.90 kg
A = luas abutment = 3.8 x 1 = 3.8 m2
L = lebar abutment = 3.8 m
Tegangan Yang Terjadi pada Dasar Pondasi :
P M
A W
25376 .9 23346 .75
3.8 3.8
6678.13 6143.88
maka : max = 12822.01 kg/m2
min = 534.25 kg/m2
12822.01
534.25
Tebal selimut beton (d’) diambil 50 mm (SNI 03-2847-2002 pasal 9.7.1 halaman 40-
41)
d = hf – d’ = 800 mm – 50 mm = 750 mm
b = 1m = 1000 mm
ø = 0.8
Mu = 13678.95 kgm
Mu 13678.95
Mn = = = 17098.69 kgm = 17098690 kgmm
0.8
Mn 17098690 kgmm
Rn = = = 0.03 kg/mm2 = 0.3 MPa
bd 2
1000 mm (750 mm) 2
Maka digunakan :
Tulangan Utama Rangkap = D19 - 160 (dengan luas penampang As = 3580 mm2)
Tulangan Bagi = D16 - 125 (dengan luas penampang As = 1590 mm2)
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -35
Laporan Akhir
Dalam merencanakan sistem drainase jalan, perencanaannya tidak berdiri sendiri tetapi
sudah dipertimbangkan terhadap drainase pada daerah perencanaan tersebut beserta
saluran-saluran air yang ada, sehingga saluran drainase yang baru serta saluran drainase
yang lama tetap merupakan satu kesatuan sistem yang utuh. Disamping itu, juga
dipertimbangkan terhadap perubahan tata guna lahan yang ada pada daerah tersebut
selama umur perencanaan dari proyek yang direncanakan, karena kondisi permukaan
tanah dalam perencanaan drainase memberikan gambaran persentase air yang dialirkan
diatas permukaan atau air limpasan (run off).
Pada perencanaan sistem drainase pada jalan baru, prinsip utama yang dipegang adalah
mengupayakan dengan optimal agar perencanaan tersebut mampu mengalirkan air dari
awal/hulu sampai pembuangan terakhir tanpa halangan apapun (tersumbat, dimensi
saluran/gorong-gorong terlalu kecil). Untuk perencanaan sistem drainase jalan yang
dibangun pada suatu sistem jalan lama (penambahan jalur jalan dari 1 menjadi 2 jalur,
misalnya) diperlukan penanganan khusus misalnya gorong-gorong yang tersumbat oleh
sampah dan semak-semak, terjadi pengendapan di daerah hulu sungai/aliran, daerah
pengaliran yang tersumbat dan sebagainya.
Hal ini mempengaruhi kinerja jalan secara umum dengan seringnya terjadi banjir dijalan
eksisting yang disebabkan antara lain oleh tidak mengalirnya air hujan karena
salurannya tertutup oleh sampah/semak-semak.
Mengalirkan air hujan/air secepat mungkin keluar dari permukaan jalan dan
selanjutnya dialirkan lewat saluran samping menuju saluran pembuang akhir.
Mencegah aliran air yang berasal dari daerah pengaliran disekitar jalan masuk ke
daerah perkerasan jalan.
Gorong-gorong.
Pemeliharaan.
Besarnya kemiringan bahu jalan biasanya diambil 2% lebih besar daripada kemiringan
permukaan jalan. Besarnya kemiringan melintang normal pada perkerasan jalan dapat
dilihat seperti tercantum pada Tabel 7.6 dibawah ini.
Daerah jalan yang lurus pada tanjakan/penurunan, penanganan pengendalian air pada
daerah ini perlu mempertimbangkan pula besarnya kemiringan alinemen vertikal jalan
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -37
Laporan Akhir
yang berupa tanjakan penurunan agar supaya aliran air secepatnya bisa mengalir
keselokan samping. Untuk itu maka kemiringan melintang perkeras jalan disarankan
agar menggunakan nilai-nilai maksimum dari Tabel 6.6.
Selanjutnya daerah tikungan, kemiringan melintang perkerasan jalan pada daerah ini
biasanya harus mempertimbangkan pula kebutuhan kemiringan jalan menurut
persyaratan alinemen horisontal jalan, karena itu kemiringan perkerasan jalan harus
dimulai dari sisi luar tikungan menurun/melandai ke sisi dalam tikungan. Besarnya
kemiringan pada daerah ini ditentukan oleh nilai maksimum dari kebutuhan kemiringan
alinemen horisontal atau kebutuhan kemiringan menurut keperluan drainase. Besarnya
kemiringan bahu jalan ditentukan dengan kaidah-kaidah seperti pada daerah jalan yang
datar dan lurus.
- Menampung dan membuang air yang berasal dari daerah pengaliran sekitar
jalan.
- Dalam hal daerah pengaliran luas sekali atau terdapat air limbah maka untuk
itu harus dibuat sistem drainase terpisah/tersendiri.
Pemilihan jenis material untuk selokan samping pada umumnya ditentukan oleh
besarnya kecepatan rencana aliran air yang akan melewati selokan samping
sedemikian rupa sehingga material dapat dilihat pada Tabel 7.7 berikut ini :
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -38
Laporan Akhir
Kecepatan aliran air ditentukan oleh sifat hidrolis penampang saluran, salah
satunya adalah kemiringan saluran. Pada Tabel 7.8 dapat dilihat hubungan
antara kemiringan selokan samping dan tipe material yang digunakan.
Tabel 7. 7 Hubungan Kemiringan Selokan Samping (i) dan Jenis Material
Jenis Material Kemiringan Selokan Samping i (%)
Tanah Asli
Pasir halus
Napal kepasiran 0-5
Lanau aluvial
Kerikil halus
Lempung padat/kokoh
5 - 10
Kerikil kasar
Batu-batu besar
Pasangan :
Pasangan batu > 10
Beton
Beton bertulang
Pada suatu selokan samping yang panjang dan mempunyai kemiringan cukup
besar, diperlukan pematah arus (check dam) untuk mengurangi kecepatan aliran.
Pemasangan jarak check dam (L) biasanya ditentukan sebagai berikut:
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -39
Laporan Akhir
I% 6 7 8 9 10
L(m) 16 10 8 7 6
7.5.4. Gorong-Gorong
Pada sarana drainase jalan, gorong-gorong termasuk dalam sarana drainase permukaan
yang berfungsi sebagai penerus aliran dari saluran samping ke tempat pembuangan.
Gorong-gorong ini ditempatkan melintang jalan di beberapa lokasi sesuai dengan
kebutuhan.
Di samping berfungsi sebagai penerus aliran dari saluran samping jalan, gorong-gorong
juga perlu dibuat atau ditempatkan pada jalan yang berbentuk punggungan yaitu berupa
timbunan (embankment) dengan lembah pada sisi kiri da kanan jalan. Gorong-gorong
ini berfungsi untuk mengalirkan air dari lembah yang satu ke lembah yang lainnya yang
ada sarana pembuangan, jadi gorong-gorong ini berfungsi sebagai pengering.
MA
CULVERT
PENGERING
Selain itu gorong-gorong berfungsi mengalirkan air dari sisi jalan ke sisi lainnya. Untuk
itu desainnya juga harus mempertimbangkan faktor hidrolis dan struktur supaya gorong-
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -40
Laporan Akhir
gorong dapat berfungsi mengalirkan air dan mempunyai daya dukung terhadap beban
lalu lintas dan timbunan tanah.
A. Rambu
Rambu dipasang pada daerah kerb atau trotoar dengan ketinggian sekitar 2
meter. Ketinggian rambu semestinya harus memperhitungkan tinggi mata
pengemudi, sehingga disarankan untuk tidak memasangnya terlalu tinggi
(terutama untuk rambu di sisi jalan) karena akan sulit dikenali oleh pengendara
kendaraan yang rendah seperti sedan dsb. Selain itu, rambu harus ditempatkan
pada lokasi sebelum lokasi yang berkaitan dengan informasi/petunjuk/perintah
yang ditujukan oleh rambu tersebut. Jaraknya tergantung kepada jenis
informasi/petunjuk/perintah dan kecepatan rencana jalan bersangkutan.
B. Marka
Dari beberapa jenis marka standar yang ada, maka jenis yang diperlukan
diantaranya adalah marka garis terputus, marka garis penuh, zebra cross, marka
pulau dan marka penunjuk arah dengan penempatan pada lokasi-lokasi yang
diperlukan.
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -41
Laporan Akhir
D. Kereb
Kereb adalah bangunan pelengkap jalan yang dipasang sebagai pembatas jalur
lalu lintas dengan bagian jalan lainnya dan akan berfungsi juga sebagai;
Penghalang/mencegah kendaraan keluar dari jalur lalu lintas.
Pengaman terhadap pejalan kaki.
Mempertegas tepi perkerasan jalan.
Jenis kereb yang akan dipakai adalah normal barrier curb dengan dimensi penampang
sebagai berikut,
15.00
20.00
17.00
E. Trotoar
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -42
Laporan Akhir
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -43
Laporan Akhir
Gambar 7. 1
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -44
Laporan Akhir
PERKIRAAN AWAL
VIII DAMPAK LINGKUNGAN
Dari Tabel 10.1 dapat dilihat indikator yang menunjukkan ada tidaknya pengaruh
antara kegiatan-kegiatan proyek selama tahap pra-konstruksi, konstruksi dan pasca
konstruksi atau pengoperasian dan pemeliharaan jalan dengan dampak potensial yang
akan timbul. Tabel ini juga mengevaluasi ciri-ciri serta derajat pentingnya dampak
potensial yang akan timbul, namun belum mengevaluasi tindakan-tindakan atau cara
penangganan dampak untuk meminimalkan dampak yang merugikan serta
meningkatkan manfaat dampak positif.
Sempit/Loka
Terbalikkan
Terbalikkan
(permanen)
Kegiatan/Dampak Potensial Komentar
Menyebar
Sebentar
Penting
Penting
Penting
Penting
Kurang
Sedang
Sedang
Cukup
Tidak
Lama
Besar
Kecil
Luas
l
I Tahap Pra Konstruksi
Survei Lapangan
Keresahan Masyarakat Mayoritas masyarakat sudah
(keraguan/ketidakpuasan masa x x x x X menyadari akan manfaat
depan proyek dan menyetujuinya
Munculnya Spekulasi Tanah x x x x X Mungkin saat ini terjadi
Gangguan terhadap kemungkinan Kebijakkan ganti rugi tidak
masuknya penghuni liar mengakibatkan masuknya
penghuni liar
Kerusakan vegetasi/warisan budaya Tidak ada sumber daya alam
penting di sepanjang
alinyemen jalan
2 Pengadaan Lahan untuk Proyek
Pemindahan penduduk Keluarga yang terkena
x x x x x
proyek relatif sedikit
Tekanan sumber penghasilan di Pemungkiman tidak
lokasi pemukiman baru x x x x X mungkin terkonsentrasi di
daerah yang sempit
Hilangnya tanah pertanian terutama Mungkin banyak orang
pada pemilikkan lahan kecil x x x x x terkena dampak proyek,
kehilangan sawah irigasi
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -3
Laporan Akhir
Sempit/Loka
Terbalikkan
Terbalikkan
(permanen)
Kegiatan/Dampak Potensial Komentar
Menyebar
Sebentar
Penting
Penting
Penting
Penting
Kurang
Sedang
Sedang
Cukup
Tidak
Lama
Besar
Kecil
Luas
l
adalah kehilangan sumber
penghasilan
Hilangnya/berkurangnya sumber Areal hutan disekitar lokasi
x x x x x
daya hutan proyek relatif kecil
Hilangnya/berkurangnya tanah Areal perkebunan disekitar
x x x x X
perkebunan proyek relatif kecil
Perkembangan wilayah secara tidak Pemindahan penduduk tidak
terencana pada likasi yang akan mengakibatkan
diperuntukkan pemukiman gelap didaerah
DAS
Pemindahan bangunan/fasilitas Bangunan/fasilitas yang
umum seperti sekolahan, tempat x x x x x terkena dampak relatif
pemakaman, tempat ibadah, dll sedikit
II Tahap Konstruksi
1 Pembersihan Lahan Untuk Row
Hilangnya habitat langka/sensitif Tidak dijumpai habitat
sensitif dalam row
Hilangnya peninggalan/warisan Tidak terdapat warisan
budaya budaya penting dalam ROW
Peningkatan kebisingan, getaran Bangunan yang terkena
x x x x x
dan debu dari pembongkaran dampak relatif sedikit
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -4
Laporan Akhir
Sempit/Loka
Terbalikkan
Terbalikkan
(permanen)
Kegiatan/Dampak Potensial Komentar
Menyebar
Sebentar
Penting
Penting
Penting
Penting
Kurang
Sedang
Sedang
Cukup
Tidak
Lama
Besar
Kecil
Luas
l
banggunan
Gangguan terhadap pelayanan
x x x x x
umum
Meningkatkan erosi dan sedimentasi x x x x x
2 Pembuatan dan Pengoperasian Base
Camp
Kesenjangan sosial antara pekerja Kebanyakan pekerja direkrut
x x x x x
dan penduduk lokal secara lokal
Meningkatnya tekanan dalam Mungkin hanya disekitar
x x x x x
layanan lokal barak utama/pusat
Kemungkinan pencemaran udara Kemungkinan pencemaran
dan air dari bahan bangunan dan relatip kecil dan jumlah
x x x x x
limbah pekerja yang tinggal dibarak
pusat relatif sedikit
Penurunan kualitas udara Areal yang terkena dampak
x x x x x
relatif sedikit/sempit
3 Penyediaan dan Pengoperasian
Quarry
Hilanynya tanah produktif Tidak mungkin terletak
x x x x x ditanah
produktif/diusahakan pada
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -5
Laporan Akhir
Sempit/Loka
Terbalikkan
Terbalikkan
(permanen)
Kegiatan/Dampak Potensial Komentar
Menyebar
Sebentar
Penting
Penting
Penting
Penting
Kurang
Sedang
Sedang
Cukup
Tidak
Lama
Besar
Kecil
Luas
l
lahan tidak produktif
Gangguan kehidupan hewan dan Kemungkinan gangguan
hilangnya habitat yang timbul kecil karena
keberadaan hewan liar juga
x x x x x
kecil, habitat yang
mengalami gangguan juga
kecil
Meningkatnya kebisingan dan Lokasi proyek mungkin jauh
x x x x x
gangguan debu dari pemukiman
Kemungkinan kerusakan banggunan Lokasi proyek mungkin jauh
x x x x x
akibat getaran/peledakkan dari pemukiman
Perubahan/penurunan bentang alam Pengoperasian quarry akan
x x x x X berdampak merugikan bagi
kualitas bentang alam
Peningkatan erosi/sedimentasi Erosi akan terjadi hanya di
x x x x x
sekitar lokasi quarry
Menurunnya kestabilan lereng Tidak mungkin terjadi di
x x x x x
areal batuan keras
4 Pengoperasian Borrow Pit
Hilangnya tanah produktif Mungkin terletak diareal
x x x x x
pertanian tanah kering/tidak
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -6
Laporan Akhir
Sempit/Loka
Terbalikkan
Terbalikkan
(permanen)
Kegiatan/Dampak Potensial Komentar
Menyebar
Sebentar
Penting
Penting
Penting
Penting
Kurang
Sedang
Sedang
Cukup
Tidak
Lama
Besar
Kecil
Luas
l
produktif
Hilangnya tumbuhan penutup dan Mungkin tidak ada habitat
habitat sensitif sensitif sedang vegetasi
jarang
Perubahan/penurunan kualitas Kemungkinan tidak terletak
bentang alam x x x x x di areal yang bentang
alamnya berkualitas tinggi
Menurunnya kestrabilan Lokasi mungkin terletak di
x x x x x
lereng/erosi tanah tinggi
5 Pengoperasian Tempat Pembuangan
Sampah
Hilangnya tanah produksi Lokasi mungkin terletak di
lakasi yang produktivitasnya
x x x x x
rendah, sedangkan jumlah
buangan relatif kecil
Hilangnya tumbuhan penutup dan Tidak terdapat
habitat sensitif habitat/vegetasi yang sensitif
Peningkatan erosi/sedimentasi Areal yang diperlukan relatif
x x x x x
sedikit/sempit
Peningkatan partikel debu di udara Bertambahnya gangguan
x x x x x
debu
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -7
Laporan Akhir
Sempit/Loka
Terbalikkan
Terbalikkan
(permanen)
Kegiatan/Dampak Potensial Komentar
Menyebar
Sebentar
Penting
Penting
Penting
Penting
Kurang
Sedang
Sedang
Cukup
Tidak
Lama
Besar
Kecil
Luas
l
Perubahan/penurunan bentang alam Tidak mungkin terletak di
x x x x x areal dengan kualiats
bentang alam tinggi
6 Pengangkutan Material
Rusaknya prasarana jalan (baik Sebagian besar rute
yang beraspal maupun tidak) dan x x x x x kendaraan mungkin
bangunan-bangunan diutamakan melalui ROW
Peningkatan kemacetan lalu lintas Diperkirakan banyak jalan
x x x x x
dan bahaya keselamatan lalu lintas umum yang terkena dampak
Meningkatnya gangguan debu Trelokalisir, tapi dampak
utama mungkin akan terjadi
x x x x x
pemukiman di jalan-jalan
kecil
Meningkatnya polusi Terlokalisir, dampak akan
suara/menurunnya kualitas udara terjadi pada lokasi yang
x x x x x
berdekatan dengan jalan
yang tidak diaspal
Meningkatnya pengotoran jalan dan Dampak akan terjadi dekat
x x x
bahaya keamanan jalan lokasi jalan masuk ke proyek
7 Pekerjaan Tanah
Menurunnya kestabilan tanah/lahan x x x x x Pembangguanan tanggul
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -8
Laporan Akhir
Sempit/Loka
Terbalikkan
Terbalikkan
(permanen)
Kegiatan/Dampak Potensial Komentar
Menyebar
Sebentar
Penting
Penting
Penting
Penting
Kurang
Sedang
Sedang
Cukup
Tidak
Lama
Besar
Kecil
Luas
l
relatif sedikit, penggalian
yang ada relatif pendek
Meningkatnya erosi dan sedimentasi x x x x x Tanah relatif dapat terkikis
Gangguan terhadap aquifer air tanah Penggalian pada areal
x x x x x
aquifer tidak penting
Gangguan jaringan drainase Masalah utama pada semua
x x x x x
alam/buatan areal dataran banjir
Gangguan terhadap Dampak potensial/utama
x X x x x
pelayanan/prasarana umum pada saluran penyediaan air
Perubahan/penurunan kualitas Kualitas bentang alam
bentang alam x x x x x disepanjang alinyemen jalan
rendah
8 Pekerjaan Bangunan Fisik
Peningkatan kemacetan lalu lintas Mungkin hanya akan terjadi
dan bahaya keamanan lalu lintas x x x x x pada jembatan layang di atas
jalan umum yang ada
Menurunnya kualiatas air Mungkin hanya akan terjadi
permukaan kerena masuknya bahan di beberapa persilangan
x x x x x
pencemar dengan sungai apabila
terletak di atas aliran air
Gangguan kebisingan dan getaran x x x x x Gangguan akan terjadi
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -9
Laporan Akhir
Sempit/Loka
Terbalikkan
Terbalikkan
(permanen)
Kegiatan/Dampak Potensial Komentar
Menyebar
Sebentar
Penting
Penting
Penting
Penting
Kurang
Sedang
Sedang
Cukup
Tidak
Lama
Besar
Kecil
Luas
l
dari pekerjaan pemancangan pemukiman yang berdekatan
pondasi dengan lokasi pemasangan
pondasi
9 Pelapisan/Pengaspalan
Polusi udara/penurunan kualitas Dampak terlokalisir pada
x x x x x
udara lokasi pengolahan aspal
III Tahap Operasi
Meningkatnya tingkat kebisingan Pemukiman yang terkena
x x x x x
dampak relatif banyak
Meningkatnya polusi Sebagian besar alinyemen
udara/penurunan kualitas udara x x x x x jalan melalui daerah
pemukiman
Pencemaran aliran air permukaan Tumpahan zat-zat berbahaya
karena tumpahan zat-zat x x x x x relatif jarang terjadi
pencemaran
Gangguan mobilitas penduduk Masalah utama di tempat
penyeberangan jalan masuk
x x x x x tol khususnya bagi pejalan
kaki (dekat lokasi
pemukiman)
Meningkatnya kemacetan lalu lintas x x x x x Jalan eksisting yang
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -10
Laporan Akhir
Sempit/Loka
Terbalikkan
Terbalikkan
(permanen)
Kegiatan/Dampak Potensial Komentar
Menyebar
Sebentar
Penting
Penting
Penting
Penting
Kurang
Sedang
Sedang
Cukup
Tidak
Lama
Besar
Kecil
Luas
l
pada jalan eksisting yang bersilangan relatif banyak
bersilangan dengan jalan tol
Kemungkinan hilangnya kegiatan Mungkin mempengaruhi
x x x x x
usaha karena pengalihan lalu lintas aktivitas bisnis
Tekanan sumber daya alam karena Mungkin hanya di jalan
perkembangan wilayah yang tidak x x x x x keluar masuk tol
terencana (interchange)
Meningkatnya gangguan/kecelakaan Gangguan ini akan timbul
lalu lintas di jalan x x x x x karena kecepatankendaraan
yang tinggi
IV Tahap Pemeliharaan
Gangguan terhadap kelancaran lalu Pemeliharaan/perbaikan
lintas x x x x x jalan tol frekuensinya relatif
jarang
Meningkatnya bahaya Pemeliharaan/perbaikan
keamanan/kecelakaan lalu lintas x x x x x jalan tol frekuensinya relatif
jarang
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -11
Laporan Akhir
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -12
Laporan Akhir
Penyusunan Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Tembus Tidar - Genting VII -13
Laporan Akhir
PERKIRAAN BIAYA
IX KONSTRUKSI
9.1. PARAMETER BIAYA KONSTRUKSI
Perhitungan besarnya biaya konstruksi perencanaan jalan didasarkan pada
pemilihan parameter-parameter yang merupakan bagian dari biaya yangakan
dikeluarkan pada saat pelaksanaan nantinya. Parameter – parameter tersebut antara
lain adalah :
Pembebasan lahan
Pelaksanaan galian
Pelaksanaan timbunan
Pembangunan jalan
Pembuatan drainase
Pembuatan gorong-gorong
Pembangunan jembatan
Marka jalan
Patok kilometre
Penghijauan jalan
Pada studi ini, data masukan untuk proses analisis biaya konstruksi diperoleh dari
beberapa sumber antara lain :
3. Peta topografi
Tabel 9.1 menampilkan daftar harga satuan yang digunakan setelah dilakukan
rekapitulasi.
1 Pembebasan Lahan
- Sawah/Ladang : Minimum M2 Rp 300.000,00
Maximum M2 Rp 750.000,00
- Rumah/Halaman : Minimum M2 Rp 500.000,00
Maximum M2 Rp 1.000.000,00
2 Pematangan Lahan
- Galian M3 Rp 19.396,14
- Timbunan M3 Rp 49.939,05
3 Detail Engineering Design (DED) KM Rp 45.825.000,00
4 Konstruksi
- Biaya Konstruksi Jalan Baru M2 Rp 562.808,22
- Biaya Peningkatan Jalan M2 Rp 122.935,87
- Biaya Pembuatan Bahu Jalan (Dengan
perkerasan) M2 Rp 347.440,86
- Biaya Pembuatan Bahu Jalan (Tanpa
perkerasan) M2 Rp 13.904,06
- Biaya Pembangunan Gorong-gorong UNIT Rp 97.259.621,25
- Biaya Pembangunan Drainase M Rp 423.992,36
- Jembatan/8m lebar M Rp 86.250.000,00
5 Bangunan pelengkap
- Median dan Pulau-pulau jalan M Rp 226.534,41
- Penerangan Jalan UNIT Rp 2.844.448,20
- Tanda-tanda Laluintas UNIT Rp 654.250,00
6 Furniture
- Penghijauan Jalan UNIT Rp 189.286,00
- Marka jalan M2 Rp 74.462,50
- Patok KM dan DMJ UNIT Rp 241.374,70
7 Pemeliharaan
- Rutin/th Km/jalur Rp 78.808.400,00
- Berkala/4th Km/Jalur Rp 952.833.000,00
X ANALISIS KELAYAKAN
Manfaat secara kualitatif dari pembangunan jaringan jalan dapat dilihat dalam
kaitannya terutama dengan :
Terbangunnya jaringan jalan tembus Tidar Genting akan melengkapi jaringan jalan
arteri yang menghubungkan bagian selatan dengan bagian brat sehingga dari sisi
“kontinuitas jaringan” akan lebih baik. Secara keseluruhan dengan bertambahnya
kerapatan jalan akan membuka aksesibilitas bagi daerah-daerah yang selama ini
masih terisolir.
Komponen manfaat yang menjadi dasar adalah biaya transportasi yang selanjutnya
akan berpengaruh pada biaya-biaya lainnya seperti komoditas yang dihasilkan daerah
tersebut dan dijual keluar daerah maupun komoditas yang didatangkan ke daerah
tersebut dari luar daerah.
Dengan adanya pembangunan jalan baru maka diharapkan akan terjadi perbaikan
dalam kinerja operasi angkutan yang antara lain ditunjukkan dengan peningkatan
kecepatan atau penurunan waktu perjalanan yang selanjutnya akan mengurangi biaya
transportasi.
D D
PBPJ BOK L D L BOK B D B L B TV
VL VB
Perhitungan biaya operasi kendaraan dalam analisis ini menggunakan model yang
dikembangkan oleh LAPI ITB, kecuali untuk komponen bunga modal yang
mengambil dari Road User Costs Model yang dikembangkan sebagai hasil kerjasama
Bina Marga dan Hoff & Overgaard (Denmark). Komponen biaya operasi kendaraan
pada model ini terdiri dari:
Formula untuk masing-masing komponen BOK yang digunakan pada model tersebut
ditampilkan pada bagian berikut ini.
di mana basic fuel adalah konsumsi bahan bakar dasar dalam satuan liter/1000km
untuk setiap jenis kendaraan yang dioperasikan, kk adalah koreksi akibat
kelandaian, kl koreksi akibat kondisi lalu lintas, dan kr adalah koreksi akibat
kekasaran jalan (roughness).
Kendaraan golongan I terdiri dari: sedan, jeep, pick up, bus kecil, truk (3/4), dan
bus sedang, kendaraan golongan IIA terdiri dari truk besar dan bus besar, dengan
2 gandar, sedangkan kendaraan golongan IIB terdiri dari truk besar dan bus besar,
dengan 3 gandar atau lebih. Faktor koreksi konsumsi bahan bakar diperhitungkan
diberikan pada Tabel 10.1.
Tabel 10. 3 Faktor Koreksi Konsumsi Minyak Pelumas terhadap Kondisi Kekasaran
Permukaan
Nilai Kekasaran Faktor Koreksi
< 3 m/km 1.00
> 3 m/km 1.50
3. Konsumsi Ban
Model konsumsi ban yang diajukan oleh LAPI-ITB (1996) disusun dengan
persamaaan sebagai berikut :
4. Biaya pemeliharaan
a. Suku Cadang
Biaya depresiasi berlaku untuk penghitungan BOK pada jalan tol maupun
jalan arteri, sedangkan menurut model PCI persamaannya dapat dilihat
berikut ini:
d. Bunga Modal
Menurut Road User Costs Model, biaya bunga modal per kendaraan per
1000 km adalah :
e. Biaya Asuransi
Estimasi manfaat BOK dihitung dari selisih BOK pada jalur eksisting dan rencana
jalan tembus.
Keuntungan dari proyek ini selain dari penghematan BOK kendaraan juga dapat
memperkecil waktu pergerakan, dimana waktu ini dapat ditransferkan ke dalam nilai
uang. Jadi keuntungan dalam bentuk biaya waktu (time cost) ini merupakan jam total
operasi tiap tipe kendaraan dikalikan dengan biaya waktu satuan untuk setiap jam-
nya. Dan biaya waktu harian total (total daily time cost) kemudian akan
dikonversikan ke dalam biaya waktu tahunan dan kemudian hasilnya digunakan
sebagai nilai bersih untuk mendapatkan penghematan biaya waktu (time cost saving).
Penghematan biaya nilai waktu merupakan hasil pengurangan biaya nilai waktu
sistem jaringan jalan dalam kondisi dengan (with) dan tanpa (without) adanya jalan
di sepanjang tahun tinjauan. Adapun biaya nilai waktu pada sistem jaringan jalan
adalah hasil perkalian antara besarnya penghematan waktu perjalanan sistem dengan
nilai waktu pengguna jalan.
Pada studi ini, analisis ekonomi dilakukan dengan membandingkan dua skenario :
Dari kedua skenario diatas dapat dibandingkan komponen manfaat dan cost yang
terjadi akibat dibangunnya rute jalan baru, dimana komponen tersebut adalah:
Untuk menilai manfaat dari proyek yang dibangun maka dilakukan analisis
ekonomi dengan menggunakan parameter NPV (Net Present Value), berdasarkan
nilai manfaat bersih yang diperoleh. Nilai NPV ini diperoleh dengan membagi
manfaat bersih terhadap nilai diskonto tertentu, dalam hal ini diambil nilai diskonto
sebesar 20%, 25% dan 30%. Adapun persamaan umum dari parameter NPV adalah
sebagai berikut
Parameter yang digunakan sebagai keluaran analisis ekonomi di atas adalah Net
Present Value (NPV) pada nilai diskonto 12%, 15% dan 18%, Benefit Cost Ratio
(BCR) serta Economic Internal rate of Return (EIRR).
Discount Rate
Measures of Economic Feasibility
25% 30% 35%
Net Present Value - NPV (RP. Billion) 6.669,1 3.077,4 1.148,6
Benefit Cost Ratio - BCR 1,86 1,49 1,22
Economic Internal Rate of Return - EIRR
(%) 37,85
Dari hasil tersebut terlihat bahwa pada trase alternatif 1 nilai NPV > 0 dan BCR > 1
terjadi pada discount rate antara 350% - 40%. Dari tabel diatas juga terlihat bahwa
pembangunan jalan memberikan nilai EIRR yang cukup besar dan berada diatas suku
bunga saat ini sehingga pada kondisi ini pembangunan jalan lingkar selatan
Kabupaten Sampang cukup layak untuk dilaksanakan.
Table of Contents
10.1. ANALISIS KELAYAKAN SPASIAL ........................................................ 1
10.2. ANALISIS KELAYAKAN SOSIAL .......................................................... 2
10.3. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL ................................................... 3
Tabel 10. 1 Faktor Koreksi Konsumsi Bahan Bakar Dasar Kendaraan ....................... 7
Tabel 10. 2 Konsumsi Dasar Minyak Pelumas (liter/ km) .......................................... 7
Tabel 10. 3 Faktor Koreksi Konsumsi Minyak Pelumas terhadap Kondisi Kekasaran
Permukaan ........................................................................................................... 8
Tabel 10. 4 Estimasi Manfaat BOK Motorcycle Trase Alternatif 1 ............................ 9
Tabel 10. 5 Estimasi Manfaat BOK Kendaraan Ringan Trase Alternatif 1............... 10
Tabel 10. 6 Estimasi Manfaat BOK Motorcycle Trase Alternatif 2 .......................... 10
Tabel 10. 7 Estimasi Manfaat BOK Kendaraan Ringan Trase Alternatif 2............... 11
Tabel 10. 8 Estimasi Penghematan Nilai Waktu Trase Alternatif 1 .......................... 12
Tabel 10. 9 Estimasi Penghematan Nilai Waktu Trase Alternatif 2 .......................... 12
Tabel 10. 10 Perhitungan Kelayakan Ekonomi Trase Alternatif 1 ............................ 14
Tabel 10. 11 Perhitungan Kelayakan Ekonomi Trase Alternatif 2 ............................ 14