Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KEGIATAN PROYEK SEKOLAH

PEMBUATAN RAWAI DI SMK NEGERI 3 BERAU


Laporan proyek sebagai suatu persyaratan untuk mengikuti
Ujian sekaligus sebagai syarat kelulusan Tahun Pelajaran 2021/2022
OLEH:
YANSES TANDI LANDA
NISN: 0025911318
KOMPETENSI KEAHLIAN
NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 3 BERAU


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBDAYAAN
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
2021/2022
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : PEMBUATAN RAWAI DI SMK NEGERI 3 BERAU

KAMPUNG TANJUNG BATU KECAMATAN PULAU DERAWAN

KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR

Nama : YANSES TANDI LANDA

NISN : 30400354

Program Keahlian : NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

Lokasi : SMKN 3 BERAU

Waktu Kegiatan : Tanggal 10 Januari 2022 s/d 13 Januari 2022

Menyetujui

Ketua Kompetensi Keahlian


Nautika Kapal Penangkap Ikan Pembimbing

Heny Apriyani. S Pi Heny Apriyani. S Pi


NIP. 19790405 200904 2 002 NIP. 19790405 200904 2 002

Mengtahui,
Kepala SMK Negeri 3 Berau

Akbarunsyah, S.Pd
NIP.19681102 199802 1 003

Tanggal Pengesahan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan penulis berupa kesehatan dan juga memberikan kesempatan kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Industri yang

dilaksanakan di SMKN 3 berau.

Penulis sangat mengharapka saran atau kritik yang bersifat membangun

Dari teman-teman ataupun dari para guru agar menambah pengetahuan dalam

penyusunan sebuah tugas untuk kedepannya. Penulis mengucapkan terima kasih

kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan kegiatan prakerin

ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Akbarunsyah, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 3 Berau

2. Ibu Heny Apriyani, S.Pi selaku Pembimbing

3. Ibu Heny Apriyani, S.Pi selaku sebagai kepala kompetensi keahlian NKPI

4. Kedua orang tua, Saudara dan seluruh keluarga yang telah memberikan

semangat bantuan moril dan material dalam pembuatan laporan serta

kepada teman-teman yang telah mendukung dan membantu dalam

mengerjakan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari

sempurna, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat

kami harapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan

bagi pembaca pada umumnya.

Tanjung Batu, Januari

2022
Yanses Tandi Landa
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................................2
KATA PENGANTAR..............................................................................................................3
BAB I...................................................................................................................................5
PENDAHULUAN..................................................................................................................5
1.1. Latar Belakang.........................................................................................................5
1.2. Tujuan Pembuatan Rawai........................................................................................6
1.3. Manfaat Pembuatan rawai......................................................................................6
BAB II..................................................................................................................................8
PEMBAHASAN....................................................................................................................8
2.1 Pengertian Rawai.....................................................................................................8
2.2 Bagian-bagian Rawai................................................................................................8
2.3 Jenis-jenis Rawai......................................................................................................9
2.4 Alat tangkap dan alat bantu penangkapan Rawai (Lomg Line).................................9
2.5 Metode pembuatan Alat Tangkap Rawai...............................................................11
BAB III...............................................................................................................................15
PELAKSANAAN PROYEK....................................................................................................15
3.1 Waktu dan Tempat.................................................................................................15
3.2 Alat dan Bahan......................................................................................................15
BAB IV..............................................................................................................................16
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................16
4.1 Hasil........................................................................................................................16
4.2 Pembahasan...........................................................................................................16
BAB V...............................................................................................................................16
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................................16
5.1 Kesimpulan.............................................................................................................16
5.2 Saran......................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17
LAMPIRAN........................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perairan mencapai

2/3 dari seluruh luas wilayah Indonesia. Luas perairan mencapai 5,8 juta km2 yang

terbagi atas perairan teritorial 0,3 juta km2, perairan nusantara 2,8 juta km2 dan Zona

Ekonomi Eksklusif (ZEE) 2,7 juta km2. Dari data yang diperoleh, pemanfaatan potensi

sumber daya perikanan di wilayah Indonesia baru mencapai setengah dari potensi lestari

yang dimiliki (Dahuri, 2000).

Kabupaten Rokan Hilir adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Riau, Indonesia.

Rokan Hilir terletak pada koordinat 1014’–2045’ LU, 100017’–101021’ BT. Ibukotanya

terletak di Bagansiapiapi, Kota terbesar, bersejarah, dan pernah di kenal sebagai

penghasil ikan terbesar di Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas sebesar 8.941 km 2 dan

penduduk sejumlah 349.771 orang. Kabupaten Rokan Hilir terbagi dalam 15

Kecamatan dan 83 Kelurahan/Desa. Kepenghuluan Bagan Punak Pesisir adalah salah

satu kelurahan di Kecamatan Bangko yang letaknya di bagian pesisir dan tidak terlalu

jauh dari Pusat Kota Bagansiapiapi sehingga desa ini mempunyai potensi yang cukup

tinggi untuk maju.

Pemanfaatan sumberdaya perikanan dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan,

mengikuti permintaan yang cenderung terus bertambah, baik jumlah maupun jenisnya.

Meningkatnya upaya pemanfaatan sumberdaya perikanan mendorong berkembangnya

teknik dan taktik penangkapan (fishing technique and fishing tactics) untuk dapat

memproduksi secara lebih efektif dan efisien.


Dalam perikanan tangkap, nelayan yang melakukan penangkapan ikan biasanya

menggunakan alat penangkapan yang sesuai dengan kondisi daerah penangkapan

(fishing ground) dan juga sesuai dengan jenis ikan yang akan ditangkap. Dengan

demikian, keberhasilan penangkapan ikan tidak lepas dari jenis alat tangkap yang

digunakan serta instrumentasi (alat bantu) yang diperlukan agar usaha penangkapan

ikan dapat berjalan dengan baik.

Berbagai upaya yang dilakukan oleh masyarakat nelayan dalam melakukan

penangkapan ikan dengan memakai metode, teknik dan cara dalam menentukan daerah

penangkapan, agar dalam penangkapan mendapatkan hasil yang optimal dan tidak

mengalami kerugian dalam melakukan penangkapan.

Keberhasilan usaha penangkapan ikan tergantung pada pengetahuan yang

cukup mengenai tingkah laku ikan yang menjadi target penangkapan, ekologi ikan,

oseanografi perikanan, dinamika populasi ikan, daerah penangkapan ikan (fishing

ground), navigasi dan instrumentasi (alat bantu) alat penangkapan ikan yang digunakan.

Alat penangkapan ikan (fishing gear) adalah segala macam alat yang

dipergunakan dalam usaha penangkapan ikan, termasuk alat tangkap, dan kapal

bantunya ada dua metode penangkapan ikan yaitu metode penangkapan secara aktif

dan metode penangkapan secara pasif.

Salah satu perikanan tangkap yang sebagian besar dipakai oleh nelayan Indonesia adalah

rawai. Rawai terdiri atas beberapa komponen, yaitu gulungan tali, tali pancing, mata

pancing dan pemberat (Subani, 1989) dan termasuk dalam kelompok alat tangkap

pancing. Selain konstruksinya sederhana, metode pengoperasian mudah, tidak

memerlukan modal yang besar dan kapal khusus.


1.2. Tujuan Pembuatan Rawai

 Mengkaji penggunaan bahan-bahan sederhana dalam pembuatan rawai dasar

1.3. Manfaat Pembuatan rawai

 Mengenakan teknologi sederhana dalam pembuatan Penulis, dapat menambah

wawasan, pengetahuan, dan pengalaman mengenai proses pengoperasian alat

tangkap rawai (Longline).

 Sebagai informasi bagi pengembangan rawai dasar skala nelayan kecil dan

menengah
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Rawai

Rawai adalah metode penangkapan ikan yang dilakukan secara komersial yang

menggunakan tali panjang, yang disebut tali utama serta tali kail yang terpasang dalam jarak

tertentu yang disebut snood atau gangion. Snood adalah tali yang berukuran pendek yang

berikat pada tali utama dimana pada ujung snood terpasang kail berisi umpan. Ratusan

bahkan ribuan kail dapat terpasang pada sebuah tali utama.

2.2 Bagian-bagian Rawai

Rawai terdiri atas rangkaian:

 Tali utama,

 Tali pelampung

 Pelampung

 Mata pancing

 Tali Cabang

di mana pada tali utama, pada jarak tertentu terdapat beberapa tali cabang yang

pendek dan lebih kecil diameternya, dan di ujung tali cabangnya diikatkan alat pancing yang

bercabang. Salah satu jenisnya, rawai layur, sebuah alat yang digunakan untuk menangkap

ikan layur, terdiri dari tali pelampung, tali utama, tali cabang, kawat barlen, pelampung,

pemberat, mata pancing, dan swivel (kili- kili). Tali utama (main line) digunakan sebagai

tempat untuk menggantungkan tali cabang.

Sedangkan tali cabang merupakan tali yang menghubungkan kawat barlen dengan

main line. Kawat barlen berfungsi untuk menghindari putusnya tali cabang akibat gigitan

ikan layur. Tali pelampung merupakan penyambung antara main line dengan pelampung.
Pelampung berfungsi sebagai tanda tempat dioperasikannya pancing layur. Pemberat berguna

untuk menjaga agar pancing tidak terbawa arus terlalu jauh dari fishing ground. Swivel

berfungsi untuk menyambungkan main line dengan tali pelampung agar tidak mudah kusut

dan dapat bergerak bebas (tidak terbelit saat dioperasikan)

2.3 Jenis-jenis Rawai

Menurut Sadhori (1985), ada berbagai macam bentuk rawai yang secara keseluruhan

dapat dikelompokkan dalam berbagai kelompok antara lain:

 Rawai Permukaan(Surface long line)

 Rawai pertengahan (Midwater long line)

 Rawai dasar (Bottom long line)

2.4 Alat tangkap dan alat bantu penangkapan Rawai (Lomg Line)

Perlengkapan penngkapan ikan (fishing equipment) adalah alat yang

dipergunakan untuk menunjang keberhasilan operasi penangkapan, sehingga dngan

mengenal fungsi alat bantu dengan baik, diharapkan dapat menurunkan resiko ketidak

berhasilan usaha penangkapan ikan dan memperkecil nilai dari kegagalan. Kondisi

yang produktif, untuk setiap perlengkapan berbeda satu dengan yang lainnya dan

bersifat saling mendukung dalam perolehan hasil tangkapan (Direktorat Bina

Produksi, 1999 dalam Amri et al., 2009).

Perlengkapan digunakan pada saat setting maupun hauling akan menentukan

kualitas dan kuantitas hasil tangkapan sehingga perlu diperhatikan penggunaan dari

masing-masing perlengkapan tersebut. Alat tangkap yang dioperasikan pada dasar

perairan dan menangkap ikan- ikan demersal ekonomis tergolong sebagai pancing

rawai dasar atau bottom longline (BPPL, Ditjen Perikanan DEPTAN, 1992 dalam

Firdaus et al., 2009).


Spesifikasi rawai (Long line) yang digunakan adalah tali utama PE Ø 3 mm,

tali cabang PA monofilament (nylon) No. 3000, karena tali ini lebih kecil, halus,

transparan maka pemakaian monofilament dinilai akan memberi hasil tangkapan lebih

baik. Bahan dari tali cabang biasanya sama dengan tali utama, perbadaanya hanya

pada ukuran saja, ukuran tali cabang lebih kecil dari tali utama. Ukuran mata pancing

yang digunakan adalah nomor 7.

Konstruksi basket rawai (Long line) merupakan gabungan dari main line dan

pada sambunganya diikatkan branch lines atau tali cabang (gambar 1). Pada kedua

ujung gabungan tali tersebut dipasang tali pelampung dan pelampung gabus yang

diberi bendera dari kain dengan warna yang terang dan mencolok, hal ini untuk

memudahkan mencari letak rawai (Long line) yang sudah dilabu (dipasang). Antara

pelampung dengan pelampung dihubumgkan dengan tali pelampung dan tali utama

dimana sepanjang tali utama terpasang beberapa tali cabang. Satu rangkaian alat

inilah yang disebut dengan satu basket long line. Panjang tali utama bila direntangkan

secara lurus dapat mencapai ratusan meter.


2.5 Metode pembuatan Alat Tangkap Rawai

A. Membuat Komponen Utama Rawai Dasar

1.Keranjang rawai dasar

Keranjang merupakan tempat penyimpanan satu tinting rawai dasar, terbuat

dari keranjang plastik atau bambu berdiameter 50 cm, tinggi 50 cm; disepanjang tepi

atas keranjang diberi lapisan busa sintetis (sterofoamed) untuk menancapkan ujung

mata pancing.

2. Membuat tali utama Rawai dasar

Untuk membuat satu utas tali utama dilakukan dengan urutan sebagai berikut :

 Siapkan satu utas tali PE, diameter 5 mm, panjang 200 meter.

 Uraikan tali tersebut dari gulungan koil nya.

 kemudian direntangkan pada dua tiang yang kokoh selama beberapa hari, agar

pintalan tali tersebut menguat dan tidak mudah terurai lagi.

 Kemudian pada kedua ujung tali tersebut dibuat simpul mata.

 Setelah tali tersebut terbentuk, pada setiap interval 4 meter ditempatkan satu

utas tali cabang yang terdiri dari : Pangkal tali cabang Nikelin dan Mata

pancing.

3. Membuat tali cabang

 Tali Cabang atau Tali Brach adalah jenis komponen pada alat tagkap rawai

yang posisi horizontal atau arah atas bawah.

 Membuat pangkal tali cabang

 Siapkan 50 utas tali nylon mono filament no. 60 (diameter 0,6 mm), panjang

setiap utas 1 meter; ikatkan bagian bawah pangkal tali cabang pada kawat
nikelin,. Kemudian ujung atas pangkal tali cabang tersebut diikatkan pada tali

utama.

4. Membuat kawat nikelin

 Kawat nikelin merupakan bagian yang sering terkena gigitan ikan, maka

bagian ini harus kuat dan tahan gigitan. Siapkan 50 utas tali nikelin diameter

0,8 mm (no. 80), panjang setiap utas 30 cm.

 Dengan bantuan alat tang (kakatua). ujung bawah tali nikelin diikatkan pada

mata pancing dan dengan alat tang (kakatua) pada ujung atas kawat nikelin

dibuat simpul mata kemudian kawat nikelin dihubungkan dikatkan pada

pangkal tali cabang .

5. Memilih pancing

 Pemilihan model pancing pada umumnya dilakukan berdasarkan pengalaman.

Untuk perairan karang banyak yang memakai pancing yang bermata lengkung

(circle hook), atas pertimbangan untuk mengurangi kemungkinan pancing

tersangkut karang.

 Bentuk pada bagian batang (shank) dipilih dengan mempertimbangkan untuk

memudahkan pengikatannya. Dan akhir-akhir ini telah banyak yang memakai

ringed shank dibandingkan faltted shank

 Pancing berkwalitas baik, pada umumnya tahan terhadap karat, sehingga masa

pakainya dapat bertahan dalam waktu yang relatif lama.

 Ukuran dan nomor pancing diseuaikan terhadap ukuran ikan yang menjadi

target species. Ukuran pancing pada rawai dasar pada umumnya menggunakan

pancing no10 ~ 12 , diameter batangnya (shank) 1,2 mili meter, dan ujung dari

mata kait (barb) dibengkokkan ke samping kiri (reversed barb). Siapkan 50

mata pancing untuk kebutuhan satu basket.


B. Membuat Komponen Pelengkap Rawai Dasar

1. Memilih Pelampung

Pemilihan pelampung dalam sangatlah penting .Pelampung

berdiameter 20 cm memiliki daya apung = 2,80 kg.f .

Sebaiknya dipilih pelampung fabricant (buatan pabrik), agar daya

apung setiap pelampung, ukuran,bentuknya seragam. Pelampung sebaiknya

berwarna mencolok, merah atau jingga untuk membedakannya dari warnai

lingkungan perairan.

2. Tali Pelampung

Tali pelampung terbuat dari tali PE diameter 6 mm, panjangnya

berkisar 1,2 ~ 1,5 dari kedalaman perairan daerah penangkapannya.

Rentangkan tali tersebut pada dua tiang yang kokoh, hingga

pintalannya tidak mudah berurai. Kemudian pada kedua ujung tali pelampung

dibuat simpul mata (eye splice), agar memudahkan mengikatnya pada

pelampung dan rangkaian tali utama .

3. Membuat Pemberat

Sama hanya dengan Pelampung , Penentuan pemberat dalam

pembuatan perlu perhitungan yang matang. agar posisi pancing tidak terlalu

menempel pada dasar perairan.

Pemberat terbuat dari timah, atau besi masif atau batu kali. Beratnya

1~1,5 kg. Keunggulan timah dibandingkan besi atau batu kali untuk dijadikan

komponen pemberat antara lain:

 berat jenis timah ( r = 11,40 g/cc )lebih besar dari berat jenis besi (r = 7,8

g/cc), dan batu (r = 2,9 g/cc ), tidak terkikis oleh karat, tidak mudah pecah

dan awet
4. Membuat Tali Pemberat

Tali pemberat terbuat dari tali PE panjangnya 3 meter, kedua ujung tali

tersebut dibuat anyaman mata (eye splice), untuk memudahkan pengikatannya

kepada pemberat dan rangkaian tali utama .

C. Membuat Komponen Pendukung

1. Memilih Pelampung Umbul

Pelampung umbul merupakan tanda satu unit rawai dasar yang

terbentang di perairan agar nelayan dapat selalu memantaunya. Pelampung

umbul tersusun dari komponen:

(a). bambu,

(b). bendera dan

(c). bandul pemberat,.

2. Tali Pelampung Umbul

Tali pelampung umbul terbuat dari tali PE diameter 6 mm panjangnya 1,2~1,5 kali

kedalaman perairan Kedua ujung tali tersebut dibuat anyaman mata, kemudian salah satu

ujungnya diikatkan pada pelampung umbul, dan satu ujung lainnya diikatkan pada tali utama

dan tali pemberat jangkar.

Untuk membuat tali pelampung umbul, sebagai berikut::

 Siapkan tali PE diameter 6 m , panjang 100 meter, keluarkan dari gulungan

koilnya, kemudian rentangkan hingga tegang dan ikatkan kedua ujung tali

pada dua batang yang kokoh, selama beberapa hari hingga pintalan tali tidak

mudah terurai.kedua ujung tali dibuat simpul mata (eye spliced), Salah satu

ujung
Salah satu ujung tali pelampung umbul diikatkan pada pelampungnya

kemudian satu ujung lainnya dihubungkan kepada tali pemberat dan tali

utama.

BAB III
PELAKSANAAN PROYEK
3.1 Waktu dan Tempat

Adapun lokasi Proyek yaitu betempat di Tanjung Batu, Kecamatan Pulau Derawan,

Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur, yang dilaksanakan selama 14 hari

3.2 Alat dan Bahan

Dalam melaksanakan penyusunan laporan prroyek sekolah

Penulis menggunakan sarana untuk melengkapi data sebagai berikut :

1. Tali PA

2. Kili-kili

3. Tali PE
4. Tali Tasi

5. Pemberat

6. Pelampung
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Setelah melakukan proyek sekolah selama kurang lebih 14 hari, maka penulis
mendapat hasil yang di inginkan, aadapun hasil yang di dapat penulis selama kegiatan
proyek yaitu, Dapat mengetahui Proses pembuatan dan perakitan Alat tangkap Rawai.
4.2 Pembahasan

Rawai (Long line) merupakan alat tangkap perikanan yang sangat bervariasi
baik dalam hal ukuran, cara pengoprasian, daerah penangkapan serta jenis ikan yang
menjadi tangkapan utama. Definisi rawai menurut statistik perikanan Indonesia, rawai
terdiri dari sederetan tali-tali utama, dan pada tali utama pada jarak tertentu terdapat
beberapa tali cabang yang pendek dan lebih kecil diameternya. Pada ujung tali cabang
ini diikatkan pancing yang berumpan (Gunarso, 1991).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

Dimensi Fishing Gear Rawai (Long line) yang umumnya beroperasi di


perairan terdiri dari pelampung gabus (panjang : 30-40 cm), tali panjang bagian
atas (panjang : 400 m), tasi cabang pengikat kail (panjang: 50 m), mata kail/pancing
No.7.

Secara umum rawai (long line) yang beroperasi di perairan Tanjung Batu
adalah rawai dasar (Bottom long line). Metode penangkapan bersifat pasif dengan
prinsip memikat ikan dengan umpan. Metode pengoprasian rawai (long line) terdiri
atas tiga tahap yakni setting (penurunan alat tangkap), soaking (perendaman alat
tangkap, ± 2 jam) dan hauling (penarikan alat tangkap).
5.2 Saran

Untuk menunjang keberhasilan operasi penangkapan rawai (long line),


terlebih
dahulu mengetahui secara detail bagian-bagian pokok perlengkapan yang harus ada
dan
penggunaannya sesuai dengan tujuan penangkapan agar dapat menurunkan resiko
ketidak berhasilan usaha penangkapan ikan dan memperkecil nilai dari kegagalan.
DAFTAR PUSTAKA

Firdaus, M. et al. 2009. Potensi dan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan di


Perairan Kota Tarakan dan Sekitarnya (Identifikasi Sumberdaya Perikanan).
Program
Pengembangan Mutu Pendidikan dan Penelitian Universitas Borneo Tarakan.
Gunarso, W. 1991. Tingkah Laku Ikan dan Perikanan Pancing. Institut Pertanian
Bogor.

Kamari. 2005. Komposisi Jenis dan Variasi Ukuran Ikan Hasil Tangkap
Trawl di Perairan Juata Laut Tarakan. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Borneo Tarakan.

Rachman, I. 2009. Pengoperasian Alat Tangkap Long Line Secara Efektif


Dan Efisien.
(Online) (http : Iswdrchman.blogspot.com/2009/04/makalah-pengoprasian-
alattangkap- log.html. Diakses 22 November 2010).

Rachman, A. 2008. Studi Alat Tangkap Rawai (Long Line) Di Waduk Riam
Kanan Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan.
Skripsi.

Rhamadani, D. 2004. Keragaan Dimensi Dan Koefisien Bentuk Badan Kapal


Ikan Di Beberapa Daerah Di Indonesia. Skripsi. Program Studi Pemanfaatan Sumber
daya Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai