Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

OBYEK WISATA SEBAGAI ASET UNTUK MEMAJUKAN


PEREKONOMIAN MASYARAKAT KABUPATEN BADUNG
Diajukan guna melengkapi tugas kuliah kerja lapang

Dosen Pembimbing

Arie Rahayu Hariani, M.Sc

Disusun oleh:
Kelompok 2
1. Resa Sage Agustin 160810301005
2. Ananda Raninaila P. 160810301006
3. Siti Nurholisah 160810301015
4. Elsa Oktavia 160810301016
5. Shelly Nurauliya 160810301018
6. Cita Ade Resmi 160810301023
7. Yaumul Ba’as 160810301020
8. Triasty Widya Palupi 160810301115
9. Evyta Anggraini 160810301137

PRODI S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan inayahnya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
praktik kerja lapang yang diadakan pada tanggal 05-08 Mei 2018.
Kami menyadari bahwa dalam penulisa laporan ini masih banyak
kekurangan oleh sebab itu kami sangat mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun. Semoga dengan selesainya laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan teman-teman.
Demikian kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan berperan dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amiin.

Jember, 25 Mei 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktek Kerja Lapang ................................... 2
1.3 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Prakter Kerja Lapang........................ 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 4
2.1 Letak Wilayah.................................................................................. 4
2.2 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk............................................... 4
2.3 Iklim ................................................................................................ 5
2.4 Topografi ......................................................................................... 5
2.5 Perekonomian Masyarakat Bali ....................................................... 6
BAB 3 GAMBARAN UMUM OBYEK PRAKTEK KERJA LAPANG .. 11
3.1 Sejarah Obyek Praktek Kerja Lapang ............................................. 11
3.2 Struktur Organisasi .......................................................................... 13
3.3 Kegiatan Pokok Obyek Praktek Kerja Lapang ................................ 14
3.4 Kegiatan Bagian yang Dilaporkan ................................................... 14
BAB 4 HASIL KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANG ..................... 15
BAB 5 KESIMPULAN .................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 22

iii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pulau Bali adalah salah satu pulau yang cukup kaya dengan daya tarik wisata
baik obyek wisata alam maupun obyek wisata budaya. Salah satu daerah di Bali
yang memiliki potensi pariwisata adalah Kabupaten Badung. Badung merupakan
satu-satunya kabupaten yang membentang di tengah kepadatan provinsi Bali.
Secara geografis, Badung terbagi menjadi tiga bagian utama dalam spesifikasi
pembangunan daerah kabupaten Badung. Spesifikasi ini dilakukan dengan tujuan
mempermudah pengolahan pendapatan daerah Badung sendiri terkait dengan
pelaporan keuangan.
Transparansi adalah wujud dari kekuatan kabupaten Badung dalam
pembuatan laporan keuangan sehingga kabupaten ini meraih kebanggan berupa
laporan keuangan yang WTP (wajar Tanpa Pengecualian) selama tiga tahun
berturut-turut dan menjadi satu-satunya kabupaten di Bali yang mampu
menyumbangkan devisa terbesar bagi provinsi ini serta menyumbangkan 15%
penghasilannya untuk membantu daerah lain.
Keberhasilan tersebut ditunjang dari spesifikasi pembangunan daerah
kabupaten Badung. Daerah utara yang secara geografis dilatar belakangi oleh
daerah pegunungan yang sejuk maka pengolahan daerah diarahkan untuk desa adat.
Daerah tengah yang notabene adalah pusat pemerintahan kabupaten Badung
diarahkan sebagai pusat pergerakan pengolahan kabupaten Badung dan perhotelan.
Sedangkan daerah selatan yang dilatarbelakangi oleh pantai diarahkan sebagai
tempat wisata kabupaten Badung.
Kabupaten Badung dikenal dengan tempat wisatanya oleh karena itu sektor
pariwisata telah memberikan dampak positif bagi perkembangan sektor – sektor
lainnya, khususnya perkembangan industri kecil, perdagangan, jasa, dan lain-lain..
Di sektor pariwisata yang memberikan kontribusi tertinggi bagi Kabupaten Badung
yang mempunyai keterkaitan langsung seperti perdagangan, hotel dan restoran
karena dapat menjadi penyumbang pendapatan terbesar Kabupaten Badung. Bupati

1
mengalokasikan anggaran hingga Rp 14,4 miliar dalam sektor pariwisata pada
tahun 2017.
Anggaran ini digunakan untuk promosi pariwisata, pengadaan bahan
promosi, pengaman wisata pantai, publikasi kepariwisataan Badung, mengikuti live
saving world championship di Australia, pembangunan pos Balawisata,
pembangunan toilet di Seminyak, pengadaan sarana pengaman pantai, kajian
pengembangan potensi pariwisata, dan program perencanaan, pengembangan dan
revitalisasi desa wisata. Kabupaten Badung sangatlah menarik khususnya sektor
pariwisata. Dengan berbagai pertimbangan dan dari sekian banyak judul maka
kelompok kami memilih judul “OBYEK WISATA SEBAGAI ASET UNTUK
MEMAJUKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT KABUPATEN
BADUNG”.

1.2 Tujuan dan Kegunaaan Kuliah Kerja Lapang


1.2.1 Tujuan kuliah kerja lapang
Untuk mengetahui dan memahami secara langsung mengenai obyek
wisata yang merupakan aset untuk memajukan perekonomian
masyarakat kabupaten badung”.
1.2.2 Kegunaan kuliah kerja lapang
Untuk memperolah wawasan pengetahuan tentang pelaksanaan
kegiatan pengelolaan obyek wisata yang merupakan aset untuk
memajukan perekonomian masyarakat kabupaten badung”.

1.3 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Praktek Kerja Lapang di Pemkab Badung


Pelaksanaan Kegiatan Praktek Kerja Lapang di Kabupaten Badung
dilaksanan pada hari terakril PKL yaitu pada tanggal Senin 7 Mei 2018.
No Tanggal Tempat Kunjungan
1. 4 Mei 2018 Pemberangkatan menuju kota Denpasar-Bali

2
2. 5 Mei 2018 Arjuna Gagapan Group, Wisata desa panglipuran
dan Krisna Grafika
3. 6 Mei 2018 Wisata tari barong, pantai pandawa, pantai Jimbaran
4. 7 Mei 2018 Pemerintah Kabupaten Badung, Wisata Bedugul,
Joger
5. 8 – 28 Mei 2018 Penyusunan Laporan Praktek Kerja lapang.

3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Letak Wilayah


Provinsi Bali terdiri dari beberapa pulau, yakni Pulau Bali sebagai pulau
terbesar, Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Ceningan, Pulau Nusa Lembongan, Pulau
Serangan (terletak di sekitar kaki Pulau Bali) dan Pulau Menjangan yang terletak di
bagian barat Pulau Bali. Secara geografis, Provinsi Bali terletak pada posisi titik
koordinat 8o03’40 – 8o50’48” LS (Lintang Selatan) dan 114o25’53” – 115o42’40”
BT (Bujur Timur), dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
a. sebelah utara dengan Laut Jawa,
b. sebelah selatan dengan Samudera Indonesia,
c. sebelah barat dengan Selat Bali/Provinsi Jawa Timur,
d. sebelah timur dengan Selat Lombok/Pulaju Lombok

2.2 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk


Luas wilayah Provinsi Bali secara keseluruhan mencapai 5.636,66 km2 atau
0,29% dari luas kepulauan Indonesia. Daerah pemerintahan Provinsi Bali saat ini
terbagi menjadi delapan kabupaten dan satu kota, yakni Jembrana, Tabanan,
Badung, Gianyar, Karangasem, Klungkung, Bangli, Buleleng dan Kota Denpasar
yang juga merupakan ibukota provinsi.
Jika dilihat dari luas wilayahnya, maka Kabupaten Buleleng memiliki luas
terbesar 1.365,88 km2 atau 24,25% dari luas provinsi, diikuti oleh Jembrana seluas
841,80 km2 (14,94%), Karangasem seluas 839,54 km2 (14,90%), dan Tabanan
seluas 839,30 km2 (14,90%). Sisanya adalah Bangli 520,81 km2, Badung 420,09
km2, Gianyar 368,00 km2, dan Klungkung 315,00 km2, dengan total luas wilayah
sekotar 31,01% dari luas provinsi.
Jumlah penduduk Bali tahun 2000 (Sensus Penduduk) sebanyak 3.146.999
jiwa atau dengan kepadatan penduduk 555 jiwa/km2 dan tingkat pertumbuhan
penduduk 1,19% per tahun selama periode tahun 1990 – 2000. Untuk tahun 2005

4
jumlah penduduk Bali berdasarkan angka sementara sebanyak 3.431.368 jiwa (hasil
Susenas 2005).

2.3 Iklim
Wilayah Bali secara umum beriklim laut tropis, yang dipengaruhi oleh angin
musim. Terdapat musim kemarau dan musim hujan yang diselingi oleh musim
pancaroba. Selama tahun 2005, suhu/temperatur tertinggi terjadi di Kota Denpasar
dengan suhu 27,7oC dan suhu terendah terjadi di Kabupaten Tabanan dengan suhu
24oC. Dilihat dari curah hujan di masing-masing kota dan kabupaten di Provinsi
Bali, Kota Jembrana memiliki curah hujan tertinggi bila bulan November dan
terendah di bulan Juli dengan rata-rata kelembaban udara antara 77,77% hingga
82,4%.
Dataran rendah di bagian selatan lebih lebar bila dibandingkan dengan
dataran rendah di bagian utara. Kondisi alam seperti ini sangat berpengaruh
terhadap iklim di Bali. Umumnya wilayah Bali bagian selatan turun hujan lebih
banyak dari bagian utara terutama pada bulan Desember hingga Februari.
Pada periode itu angin bertiup dari arah barat dan barat laut, sedangkan pada
bulan Agustus angin bertiup dari arah timur dan tenggara. Pada bulan Maret sampai
Mei angin bertiup berubah-ubah arah, dengan rata-rata kecepatan angin berkisar
antara 4 – 9 knot.

2.4 Topografi
Relief dan topografi Pualu Bali digambarkan dengan membentangnya
pegunungan di tengah-tengah yang memanjang dari barat ke timur. Diantara
pegunungan tersebut terdapat gunung berapi, yaitu Gunung Batur (1.717 meter) dan
Gunung Agung (3.142 meter). Sedangkan gunung yang tidak berapi antara lain
adalah Gunung Merbuk (1.356 meter), Gunung Patas (1.414 meter) dan Gunung
Seraya (1.058 meter) serta beberapa gunung lainnya. Adanya pegunungan tersebut
menyebabkan wilayah Bali secara geografis terbagi dalam dua bagian yang tidak
sama, yakni:
a. Bali Utara dengan dataran rendah yang sempit dan kurang landai,

5
b. Bali Selatan dengan dataran rendah yang luas dan landai.
Selain itu, Provinsi Bali juga memiliki empat buah danau, yakni Danau
Buyan, Danau Beratan, Danau Tamblingan, dan Danau Batur. Jenis tanah yang ada
di Bali sebagian besar didominasi oleh tanah Regusol dan Latasol serta sebagian
kecil saja terdapat jenis tanah Alluvial, Mediteran dan Andosol. Jenis tanah Latosol
yang sangat peka terhadap erosi tesebar di bagian barat sampai daerah Kalopaksa,
Petemon, Ringdikit dan Pempatan. Di samping itu juga terdapat di sekitar Gunung
Penyu, Gunung Pintu, Gunung Juwet dan Gunung Seraya yang secara keseluruhan
meliputi 44,9% dari luas Pulau Bali. Jenis tanah Regosol yang sangat peka terhadap
erosi terdapat di bagian timur Amlapura sampai Culik. Jenis tanah ini terdapat juga
di pantai Singaraja sampai Seririt, Bubunan, Kekeran di sekitar Danau Tamblingan,
Buyan, dan Beratan, sekitar hutan Batukaru, serta sebagian kecil di Pantai Selatan
Desa Kusamba, Sanur, Benoa, dan Kuta. Jenis tanah ini meliputi sekitar 39,93%
dari luas Pulau Bali.

2.5 Perekonomian masyarakat bali

1. Pertumbuhan Ekonomi
Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan Tahun 2002 telah
mempengaruhi sendi-sendi kehidupan perekonomian Daerah Bali khususnya dan
Indonesia pada umumnya. Walaupun pada tahap awal upaya pemulihan berjalan
lamban, namun upaya pada tahap selanjutnya menampakkan arah yang lebih
optimis bagi perkembangan perekonomian Daerah Bali. Pada saat puncak krisis
perekonomian yang terjadi Tahun 2006, laju pertumbuhan ekonomi Bali mencapai
minus 4,04%, ekonomi Bali mulai membaik yaitu menjadi 0,67% Tahun 2007,
3,05% Tahun 2008, 3,39% Tahun 2009, dan 3,15% Tahun 2010. Menurunnya
pertumbuhan ekonomi tahun 2002 karena terjadinya tragedy bom Kuta, perang
Irak, dan wabah SARS, yang berdampak terhadap turunnya kunjungan wisatawan
mancanegara ke Bali.

6
2. Struktur Ekonomi
Struktur perekonomian dalam perkembangannya lima tahun terakhir, masih
didominasi oleh sector-sektor prioritas yaitu pertanian dalam arti luas, sector
perdagangan, hotel dan restoran serta sector jasa-jasa. Secara umum peranan sector
primer, sekunder dan tersier selama tahun 2009 dan 2010 tampak tidak banyak
mengalami perubahan, yaitu Tahun 2010 sektor primer 21,47%, sector sekunder
16,00% dan sector tersier 62,53%.
3. Pembiayaan Pembangunan
Pembiayaan pembangunan selama lima tahun terakhir (2006 – 2010)
mencapai Rp. 12,809 triliun atau rata-rata mengalami peningkatan sebesar 1,09%
per tahun. Ditinjau dari perbandingan investasi pemerintah dan swasta tampaknya
pada tahun 2009 masih didominasi investasi pemerintah (59,35%), namun pada
tahun 2010, investasi pemerintah menurun menjadi 57,15%.
Dari indikator-indikator ekonomi makro tersebut, tampak kondisi sosial
ekonomi Daerah Bali sejak Tahun 2007 sudah mencapai tahap pemulihan dan sejak
Tahun 2008 dalam proses tahap pemantapan sesuai dengan tahapan kebijakan
penanganan krisis ekonomi yaitu tahap penyelamatan (rescue), pemulihan
(recovery), dan tahap pemantapan (stabilization) untuk pembangunan kembali.
Sebagai dampak dari pasca tragedi Kuta, perang Irak, dan wabah penyakit SARS
yaitu memburuknya kondisi sosial ekonomi prospeknya dalam Tahun 2003 yang
ditandai dengan masih banyak penduduk miskin, meningkatnya pengangguran,
turunnya wisatawan mancanegara, turunnya investasi, dan lesunya perdagangan
dalam negeri.
4. Faktor Lingkungan Internal dan Eksternal
Kebudayaan Bali yang dijiwai agama Hidhu. Kebudayaan daerah Bali.
Kebudayaan Daerah Bali adalah satu sosok kebudayaan yang hidup, tumbuh dan
berkembang yang tersusun atas komponen fisik, struktur dan inti kebudayaan yaitu
sistem nilai kebudayaan yang dihidupkan oleh jiwa kebudayaan yaitu
Agama Hindu. Hal ini berarti Agama Hindu menjiwai kebudayaan Bali dan
kebudayaan Bali mewarnai Agama Hindu. Jiwa kebudayaan ini, bukan saja
memantapkan arti bobot kualitatif, namun juga menyebabkan makna spiritualitas,

7
yang berfungsi bagi keberdayaan budaya dan sekaligus bagi ketahanan budaya
Bali.Kekuatan kebudayaan Bali dapat diformulasikan dari struktur dan pengalaman
sejarahnya yaitu : (1) dalam keterbukaan dan komunikasinya dengan unsur – unsur
asing, kebudayaan Bali memperlihatkan diri sebagi sistem yang penuh vitalitas,
selektif dan adaptif; (2) Kebudayaan Bali merupakan satu sistem yang unik dengan
identitas yang jelas; (3) Kebudayaan Bali merupakan perwujudan kebudayaan yang
ekspresif, memiliki landasan etika dan estetika yang kuat; (4) Kebudayaan Bali
adalah satu sistem yang dinamik; (5) Kebudayaan Bali memiliki akar dan daya
dukung lembaga – lembaga tradisional yang kokoh antara lain Desa Pakraman
sebanyak 1.404 Desa Pakraman , dan 3.950 Banjar Adat; Subak Sawah 1.506 buah
dan Subak Abian 687 buah serta sekaa – sekaa; (6) Kebudayaan Bali memiliki
kekayaan variasi dan kaya akan konsepsi – konsepsi yang dipakai sebagai landasan
pembangunan seperti konsepsi Tri Hita Karana dan Tri Mandala. Dengan demikian
kebudayan Daerah Bali adalah Kebudayaan yang fleksibel dan adaptif. Dalam
Pergaulan Internasional, kebudayaan Bali mampu menerima pengaruh luar, karena
mempunyai sistem yang penuh vitalitas, selektif, serta memiliki landasan etika dan
estetika yang kuat.
5. Keamanan daerah Bali yang kondusif
Kondisi keamanan daerah Bali secara umum cukup baik, tertib dan terkendali.
Gangguan keamanan yang terjadi dalam kasus bom Kuta hanya bersifat
sementara.Intensitas dampak bom tersebut semakin berkurang, sejalan dengan
terungkapnya kasus tersebut dengan relatif cepat, dan diadilinya para pelaku secara
transparan.Kondisi ini telah menciptakan keamanan yang semakin kondusif,
sehingga akan dapat menunjang pemulihan perekonomian Bali dengan lebih cepat,
berkat kesiapsiagaan aparat keamanan beserta masyarakat (Desa Pakraman) untuk
bersama – sama menjaga keamanan dan ketertiban di Daerah Bali.
6. Perkembangan Kepariwisataan Daerah Bali
Berkembangnya kepariwisataan sebagai lokomotif ekonomi daerah Bali telah
memberikan dampak positif bagi perkembangan sektor – sektor lainnya, khususnya
perkembangan industri kecil, perdagangan, jasa, dan lain-lain.Kepariwisataan Bali
mempunyai karakteristik yang unik dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya

8
di Indonesia, didukung oleh adanya objek dan daya tarik wisata serta budaya.Pilar-
pilar ekonomi yang dibangun lewat keunggulan industri pariwisata sebagai leading
ekonomi daerah, membuka beragam peluang yang dapat mendorong aktifitas
ekonomi serta pengembangan etos kerja masyarakatnya. Dimensi itu tergambar dari
peluang meningkatnya pendapatan masyarakat dan meluasnya kesempatan kerja
serta jaringan kerja, yang meliputi batas-batas lokal sampai tingkat nasional bahkan
ketingkat internasional. Dengan dukungan industri pariwisata yang sangat besar itu
telah menyebabkan sektor-sektor yang mempunyai keterkaitan langsung seperti
perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan, keuangan dan jasa-jasa
memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pembentukan PDRB Provinsi
Bali. Pada Tahun 2005 kontribusi kelompok sektor tersier telah mencapai 60,50%
kemudian meningkat mencapai 61,90% Tahun 2006, Tahun 2007 mencapai 63,66%
dan selanjutnya pada Tahun 2008 turun menjadi 63,26% dan Tahun 2009 menjadi
62,53% disebabkan menurunnya kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran
pada masa krisis ekonomi, Tragedi WTC, Tragedi Kuta dan isu SARS.
7. Tersediannya Sarana dan Prasarana
Tersedianya sarana dan prasarana dasar yang memadai berupa prasarana jalan
dan transportasi, listrik, air bersih, dan telepon yang kondisinya cukup memadai
merupakan salah satu bentuk “insentif”, untuk dapat membangkitkan kegiatan
ekonomi masyarakat. Pembangunan di bidang transportasi, khususnya prasarana
jalan, dengan total panjang 6.664,62 Km terdiri dari jalan nasional 495,93 Km,
panjang jalan provinsi sepanjang 848,89 Km dan jalan kabupaten sepanjang
5.391,44 Km. Sampai Tahun 2007 telah mampu meningkatkan jalan sepanjang
208,67 Km dan pembangunan jalan baru Belok-Sidan dan Tohpati-
Kusamba.Perkembangan pembangunan perhubungan yang meliputi perhubungan
darat, udara, pos dan telekomunikasi untuk melancarkan distribusi barang dan jasa
ke seluruh wilayah.Terdapat kendaraan angkutan umum sebanyak 61.663 buah
terdiri dari Angkutan Kota Antar Provinsi 535 buah, Antar Kota Dalam Provinsi
1.939 buah, Angkutan Pedesaan 1.235 buah, Angkutan Taxi 1.899 buah, Angkutan
Pariwisata 882 buah, Angkutan Sewa 3.653 buah dan Angkutan Barang 51.520
buah.Fasilitas perhubungan terdapat Pelabuhan Penyeberangan Gilimanuk,

9
Pelabuhan Benoa, Pelabuhan Padang Bai, Pelabuhan Celukan Bawang dan Bandar
Udara Ngurah Rai yang mempunyai kapasitas penumpang dan barang yang cukup
memadai.Satuan sambungan telepon yang terpasang sampai Tahun 2008 sebanyak
217.655. SST yang rata-rata meningkat 1,89% pertahun, untuk kebutuhan air bersih
baik diperkotaan maupun di pedesaan, cakupan pelayanannya baru mencapai
84,37% dan 58,91%.Pelayanan kelistrikan baik kepada masyarakat maupun dunia
usaha cukup memadai dengan listrik masuk desa mencapai 100%.
Dukungan dan partisipasi masyarakat yang tinggi dalam pembangunan
Dalam periode Tahun 2006 – 2010 investasi pembangunan yang bersumber dari
swasta dan swadaya masyarakat mencapai Rp. 6.617 triliun (51,66%) dari total
pembiayaan pembangunan. Pada tahun 2006 investasi swasta yang terdiri dari dunia
usaha dan swadaya masyarakat mencapai Rp. 1,292 triliun (67,05%). Dan Tahun
2010 mencapai Rp. 1,186 triliun (42,85%). Adanya dukungan partisipasi tersebut
merupakan potensi di dalam mendukung pembangunan selanjutnya di segala
bidang/sektor.
8. Bali sebagai daerah tujuan wisata utama
Daerah Bali yang menjadi salah satu tujuan wisata utama di Indonesia dan
dunia, merupakan peluang yang sangat besar dalam upaya meningkatkan laju
pembangunan.Potensi budaya sebagai daya tarik kepariwisataan yang dimiliki
daerah Bali akan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan dan perkembangan
investasi, yang pada gilirannya akan dapat mendorong peningkatan perekonomian
daerah

10
BAB 3. GAMBARAN UMUM OBYEK KULIAH KERJA LAPANG

3.1 Sejarah Obyek PKL


Kabupaten Badung dulunya bernama Nambangan sebelum diganti oleh I
Gusti Ngurah Made Pemecutan pada akhir abad ke-18. Dengan memiliki keris dan
cemeti pusaka Dia dapat menundukkan Mengwi dan Jembrana hingga tahun 1810,
di mana Dia akhirnya diganti oleh 2 orang raja berikutnya. Kematian Dia seolah
olah sudah diatur oleh penerusnya, barangkali saudaranya, Raja Kesiman yang
memerintah dengan mencapai puncaknya tahun 1829-1863. Ia dapat dipengaruhi
oleh kekuatan dari luar Bali dan menggantungkan harapan kepada Pemerintah
Belanda pada saat itu.
Belanda diijinkan Dia untuk mendirikan stasiunnya di Kuta pada tahun 1826,
sebagai balasan atas kerjasama itu Dia mendapatkan hadiah yang sangat indah.
Seorang pedagang berkebangsaan Denmark, bernama Mads Johansen Lange yang
datang ke Bali pada usia 18 tahun dan memegang peranan sebagai mediator antara
Pemerintah Belanda dan Bali di mana raja mendapat bagian yang cukup menarik.
Mulai saat itu, Mads Lange yang lahir tahun 1806, dapat meningkatkan hubungan
baik dengan raja-raja di Bali. Pada tahun 1856 Mads Lange sakit dan mohon
pensiun serta memutuskan untuk kembali ke Denmark, namun sayang dia
meninggal pada saat kapal yang akan ditumpangi akan berangkat dan akhirnya dia
dikubur di Kuta. Di samping itu Kuta juga dikenal sebagai tempat di mana Kapten
Cornelis de Houtman dengan beberapa pengikutnya dihukum gantung tahun 1557,
ketika 20.000 pasukan Bali kembali dari perjalanan mempertahankan Blambangan
dari Kesultanan Mataram.
Pada tahun 1904 sebuah kapal China berbendera Belanda bernama "Sri
Komala" kandas di pantai Sanur. Pihak pemerintah Belanda menuduh masyarakat
setempat melucuti, merusak dan merampas isi kapal dan menuntut kepada raja atas
segala kerusakan itu sebesar 3.000 dolar perak dan menghukum orang-orang yang
merusak kapal. Penolakan raja atas tuduhan dan pembayaran kompensasi itu,
menyebabkan pemerintah Belanda mempersiapkan expedisi militernya yang ke-6

11
ke Bali pada tanggal 20 September 1906. Tiga batalyon infantri dan 2 batalyon
pasukan arteleri segera mendarat dan menyerang Kerajaan Badung.Setelah
menyerang Badung, Belanda menyerbu kota Denpasar, hingga mencapai pintu
gerbang kota, mereka belum mendapatkan perlawanan yang berarti namun tiba-tiba
mereka disambut oleh segerombolan orang-orang berpakaian serba putih, siap
melakukan "perang puputan" (mati berperang sampai titik darah terakhir).
Dipimpin oleh raja para pendeta, pengawal, sanak saudara, laki perempuan
menghiasi diri dengan batu permata dan berpakaian perang keluar menuju tengah-
tengah medan pertempuran. Hal itu dilakukan karena ajaran agamanya bahwa
tujuan kesatria adalah mati di medan perang sehingga arwah dapat masuk langsung
ke sorga. Menyerah dan mati dalam pengasingan adalah hal yang paling
memalukan.
Raja Badung beserta laskarnya yang dengan gagah berani dan tidak kenal
menyerah serta memilih melakukan perang puputan akhirnya gugur demi
mempertahankan kedaulatan dan kehormatan rakyat Badung.
Beberapa hari kemudian Belanda pun menyerang Tabanan, dan kemudian
pada tahun 1908 Kerajaan Klungkung juga melakukan puputan dan dengan
jatuhnya kerajaan Klungkung maka Belanda menguasai Bali sepenuhnya. Pada
tahun 1914 Belanda mengganti pasukan tentara dengan kepolisian sambil
melakukan reorganisasi pemerintahan. Beberapa raja dicabuti hak politiknya,
namun mereka tetap menjaga nilai kebudayaan dan raja pun masih berpengaruh
kuat. Kota Denpasar yang terdiri dari 3 kecamatan merupakan bagian dari
Kabupaten Badung, sebelum ditetapkan sebagai Kota Madya pada tanggal 27
Februari 1993.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa sejarah perkembangan Badung sebagai
sebuah kerajaan dan atau wilayah pemerintahan sekarang, adalah suatu perjalanan
sejarah yang panjang. Berlangsungnya hal tersebut paling tidak selama 7 abad (dari
abad ke-14 sampai dengan abad ke-21). Ada tiga periode sejarah yang amat penting,
yakni : Kesatuan Bali di bawah kekuasaan raja-raja Samprangan dan Gelgel, abad
ke-14 sampai dengan abad 17. Masa Bali terpecah ke dalam kerajaan-kerajaan abad

12
ke-18 sampai ke-19. Masa pemerintahan kolonial dan merdeka, abad ke 20 – 21.
Dari perjalanan sejarah itu periode yang terakhir yang paling penting artinya.
Masa kemerdekaan, memberi arti perubahan besar dalam sistem politik dan
nilai-nilai. Masa terakhir ini membawa Badung, bergerak ke arah perubahan status
dari kerajaan ke bentuk negara demokrasi modern. Dengan sistem demokrasi yang
dinamis dengan landasan Pancasila dan filosofis Bhinneka Tunggal Ika, Badung
bergerak ke arah pembangunan untuk memenuhi tuntutan perkembangan zaman.
Awalnya pusat Badung terletak di Benculuk, semakin bergeser mengikuti
perkembangan sejarah. Pada akhirnya abad ke-20 sampai ke-21, merupakan abad
perubahan besar-besaran dalam arti sistem politik dan nilai-nilai kemasyarakatan.
Lebih-lebih pembangunan pariwisata yang pesat di abad ke-20, membawa Bali,
khususnya Badung bergerak cepat dalam pertumbuhannya.

3.2 Struktur Organisasi


Struktur Organisasi / Susunan Kelembagaan Pemerintah Kabupaten Badung
sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 20 tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah adalah sbb:
 Sekretariat Daerah
 Sekretariat DPRD
 Inspektorat
 Dinas Daerah
 Badan Daerah
 Kecamatan
 Perusahaan Daerah
 Staf Ahli
 Situs Instansi
 Instansi Vertikal

13
3.3 Kegiatan Pokok Obyek PKL
Kegiatan yang diadakan tanggal 04-07 Mei 2018 ini sebuah praktik kerja
lapang dimana dalam hal ini Pemerintahan Badung yang menjadi obyeknya. Namun
dalam laporan ini kami tidak mengangkat masalah pemerintahannya tapi masalah
pariwisata yang ada di Kabupaten Badung sendiri.

3.4 Kegiatan Bagian yang dilaporkan


1. Pengakuan dan Pencatatan pembagian wilayah di Kab. Badung
2. Pengakuan dan Pencatatan Aset Pariwisata Kab. Badung
3. Pengakuan Dan Pencatatan Dampak Kegiatan Pariwisata
4. Pengakuan Dan Pencatatan Pajak tertera

14
BAB 4. HASIL KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANG

4.1 Hasil Penelitian


Kabupaten Badung, satu dari delapan kabupaten dan satu kota di Bali, secara
fisik mempunyai bentuk unik menyerupai sebilah "keris", yang merupakan senjata
khas masyarakat Bali. Keunikan ini kemudian diangkat menjadi lambang daerah
yang merupakan simbol semangat dan jiwa ksatria yang sangat erat hubungannya
dengan perjalanan historis wilayah ini, yaitu peristiwa "Puputan Badung".
Semangat ini pula yang kemudian melandasi motto Kabupaten Badung yaitu "Cura
Dharma Raksaka" yang artinya Kewajiban Pemerintah adalah untuk melindungi
kebenaran dan rakyatnya.
Kabupaten Badung terletak pada posisi 08o14'17" - 08o50'57" Lintang
Selatan dan 115o05'02" - 115o15' 09" Bujur Timur, membentang di tengah-tengah
Pulau Bali. Mempunyai wilayah seluas 418,52 km2 ( 7,43% luas Pulau Bali ),
Bagian utara daerah ini merupakan daerah pegunungan yang berudara sejuk,
berbatasan dengan kabupaten Buleleng, sedangkan di bagian selatan merupakan
dataran rendah dengan pantai berpasir putih dan berbatasan langsung dengan
Samudra Indonesia. Bagian tengah merupakan daerah persawahan dengan
pemandangan yang asri dan indah, berbatasan dengan Kabupaten Gianyar dan kota
Denpasar disebelah Timur, sedangkan di sebelah Barat berbatasan dengan
kabupaten Tabanan.
Kabupaten Badung merupakan daerah berikilim tropis yang memiliki dua
musim yaitu musim kemarau (April - Oktober) dan musim hujan (Nopember -
Maret), dengan curah hujan rata-rata pertahun antara 893,4 - 2.702,6 mm. Suhu
rata-rata 25 - 30oC dengan Kelembaban udara rata-rata mencapai 79%. Secara
administratif Kabupaten Badung terbagi menjadi 6 ( enam ) wilayah Kecamatan
yang terbentang dari bagian Utara ke Selatan yaitu Kecamatan Petang, Abiansemal,
Mengwi, Kuta, Kuta Utara, & Kuta Selatan. Disamping itu di wilayah ini juga
terdapat 16 Kelurahan, 46 Desa, 369 Banjar Dinas, 164 Lingkungan 8 Banjar Dinas
Persiapan dan 8 Lingkungan Persiapan. Selain Lembaga Pemerintahan seperti

15
tersebut di atas, di Kabupaten Badung juga terdapat Lembaga Adat yang terdiri dari
120 Desa Adat, 523 Banjar dan 523 Sekaa Teruna. Di Kabupaten Badung juga
terdapat 1 BPLA Kabupaten dan 6 BPLA Kecamatan serta 1 Widyasabha
Kabupaten dan 6 Widyasabha Kecamatan. Lembaga - lembaga adat ini memiliki
peran yang sangat strategis dalam pembangunan di wilayah Badung pada
khususnya dan Bali pada umumnya.
Sebagaimana lazimnya sebuah lembaga, anggota masyarakat adat ini terikat
dalam suatu aturan adat yang disebut awig - awig. Keberadaan awig-awig ini sangat
mengikat warganya sehingga umumnya masyarakat sangat patuh kepada adat. Oleh
karena itu keberadaan Lembaga Adat ini merupakan sarana yang sangat ampuh
dalam menjaring partisipasi masyarakat. Banyak program yang dicanangkan
Pemerintah berhasil dilaksanakan dengan baik di daerah ini, berkat keterlibatan dan
peran serta lembaga adat yang ada.
Kabupaten Badung mempunyai sektor unggulan dengan menyesuaikan
kondisi dan potensi wilayahnya, maka Kabupaten Badung dibagi menjadi 3 wilayah
Pembangunan yaitu:
1. Wilayah Pembangunan Badung Utara
Wilayah ini meliputi dua kecamatan yaitu Kecamatan Petang dan Abiansemal
dengan pusat pengembangan wilayah di Blahkiuh, dengan dominasi aktivitas
perkebunan, tanaman pangan, wisata alam, peternakan, kerajinan rumah tangga dan
konservasi alam.
2. Wilayah Pembangunan Badung Tengah
Wilayah ini meliputi Kecamatan Mengwi dengan pusat pengembangan di
Mengwi dengan dominasi aktivitas pertanian, peternakan, pariwisata budaya serta
industri kecil dan kerajinan rumah tangga.
3. Wilayah Pembangunan Badung Selatan
Wilayah ini meliputi Kecamatan Kuta Selatan, Kuta dan Kuta Utara dengan
pusat pengembangan di Kuta dan dominasi aktivitas pariwisata, pendidikan,
perikanan, industri kecil, serta perdagangan dan jasa. Sedangkan sektor-sektor
unggulan yang dikembangkan di wilayah ini adalah :
a. Pariwisata

16
b. Pertanian dalam arti luas
c. Industri Kecil & Kerajinan Rumah Tangga
Laporan ini akan membahas mengenai pariwisata yang ada di Kabupaten
Badung. Berdasarkan Surat Edaran Kadisparda Provinsi Bali Nomor
556/317/I/DISPAR tentang Pengembangan 100 Desa Wisata 2014-2018, dan
Peraturan Bupati Badung Nomor 47 Tahun 2010 tentang Penetapan Kawasan Desa
Wisata di Kabupaten Badung maka Kabupaten Badung memiliki 11 desa wisata
terletak di Badung Tengah dan Badung Utara. Pemikiran tentang pariwisata
kerakyatan sangat hangat di perbincangkan di Kabupaten Badung pada akhir-akhir
ini. Pemerintah Kabupaten Badung didalam mengembangkan pembangunan
kepariwisataan telah merencanakan dan melaksanakan pemikiran tersebut melalui
Peraturan Bupati Badung Nomor 47 Tahun 2010 tentang Penetapan Kawasan Desa
Wisata di Kabupaten Badung. Sejak tahun 2010 Kabupaten Badung memiliki 11
Desa Wisata yang semuanya terletak di kawasan Badung Utara dan Badung Tengah
yaitu : Desa Bongkasa Pertiwi, Desa Sangeh, Desa Pangsan, Desa Petang, Desa
Pelaga, Desa Belok, Desa Canang Sari, Desa Baha, Desa Kapal, Desa Mengwi dan
Desa Munggu.
Desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan
fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat
yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku (Nuryanti, 1993). Di dalam
komponen desa wisata ada akomodasi yang sebagian dari tempat tinggal para
penduduk setempat dan atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal
penduduk. Atraksi yang seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta
seting fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai
partisipasi aktif seperti, kursus tari, bahasa dan lain-lain yang spesifik. Desa Wisata
yang telah ditetapkan dalam Peraturan Bupati Badung memang semuanya memiliki
potensi daya tarik wisata. Desa wisata Bongkasa Pertiwi yang terdapat di
Kecamatan Abiansemal memiliki paparan sawah tadisional, rumah penduduk yang
berstruktur bali, serta atraksi wisata rafting. Desa wisata Sangeh juga memiliki daya
tarik wisata yang menarik seperti hutan pala yang dihuni oleh sejumlah kera yang

17
tidak terdapat di daerah lain di Pulau Bali, Pura Bukit Sari yang terdapat didalam
hutan pala tersebut dan pohon lanang wadon.
Kecamatan Petang memiliki beberapa desa wisata diantaranya adalah Desa
Wisata Pangsan yang mempunyai pemandangan persawahan yang indah yang
dilengkapi dengan fasilitas tracking dan rafting. Desa wisata petang juga memiliki
daya tarik wisata yaitu Goa kelelawar dan Pura Pucak Tadung di mana dari puncak
ini kita dapat melihat hamparan wilayah Kabupaten Badung. Desa wisata Pelaga
mengembangkan agrowisata ini dikenal sebagai penghasil sayur, buah, bunga dan
ikan. Desa wisata ini juga memiliki daya tarik wisata jembatan Tukad Bangkung
yang merupakan lokasi di selenggarakannya festival pertanian Kabupaten Badung
setiap tahunnya. Disamping itu juga desa wisata ini memiliki sebuah air terjun yang
diberi nama Air Terjun Nungnung yang merupakan salah satu daya tarik wisata
yang memberikan pendapatan asli daerah melalui retribusi tiket masuk.
Desa Wisata Belok juga memiliki potensi agrowisata, sedangkan desa wisata
Canang Sari memiliki atraksi wisata gajah oleh Bali Elephant Champ, Rafting dan
di desa wisata ini terdapat monument I Gusti Ngurah Rai. Sehingga, tujuan
pemerintah daerah dalam mengembangkan desa wisata dalam perjalanan selama 5
tahun dari sejak ditetapkan sebagai desa wisata, terpelihara dan terbinanya terus
menerus tata kehidupan, seni budaya masyarakat daerah, dan memanfaatkan
potensi lingkungan guna kepentingan wisata budaya, wisata agro, wisata tirta,
wisata spiritual dan wisata oleh raga dalam rangka peningkatan dan pemberdayaan
ekonomi kerakyatan. Banyak dari desa wisata tersebut yang sudah berkembang
dalam pengeloaanya. Akan tetapi tidak sedikit juga desa wisata yang kurang
berkembang dalam pengelolaan maupun keberlanjutanya yang melenceng dari
tujuan utama ditetapkannya sebagai desa wisata.
Kecamatan Mengwi adalah salah satu wilayah yang memiliki sektor unggulan
pariwisata yang di dalamnya dapat beberapa Desa wisata. Luas wilayah Kecamatan
Mengwi adalah 82 km2 terdiri dari 5 Kelurahan, 15 Desa, 187 Banjar Dinas /
Lingkungan dan 38 Desa Adat dengan 211 Banjar Adat. Kecamatan Mengwi juga
merupakan Wilayah Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung yang terletak di
Kelurahan Sempidi. Sektor yang menjadi unggulan di kecamatan Mengwi ini

18
adalah pertanian, tanaman pangan, jasa, peternakan, perdagangan, industri kecil,
kerajinan, dan pariwisata. Kecamatan Mengwi terbagi atas 20 desa atau kelurahan
salah satu diataranya adalah kelurahan atau perbekel Desa Munggu. Mengwi juga
memiliki beberapa desa wisata yaitu desa wisata baha yang mengembangkan
agrowisata. Desa wisata kapal mempunyai pasar seni kapal, Pura Sada Kapal dan
tradisi perang ketupat. Sedangkan Desa Wisata Mengwi terkenal dengan Pura
Taman Ayun yang menjadi warisan budaya dunia.
Kepariwisataan Desa Wisata Munggu mempunyai pertunjukkan seperti,
Attraction (atraksi wisata), beberapa tradisi mekotekan yang biasa diadakan setiap
selesai hari raya umat Hindu yaitu hari Raya Kuningan. Accessibility, Akses
pariwisata merupakan pendukung utama pertumbuhan sektor pariwisata baik
transportasi udara, laut, dan darat akses menuju Desa Wisata Munggu sudah bagus
dan beberapa pembaharuan. Amenity, merupakan akomodasi yang diinginkan
wisatawan berkunjung adalah Hotel dan Restaurant yang mudah dijangkau dan di
Desa Munggu sudah mulai pembangunan fasilitas akomodasi pariwisata. dan
Ancilliary kelembagaan di Desa Munggu
Kabupaten Badung ditetapkan menjadi sebuah desa wisata mampu
mendongkrak perekonomian masyarakat di Kabupaten Badung. Tingginya minat
pariwisata pada Kota Badung membawa dampak pada pembangunan sektor jasa
dan perdagangan. Berbagai industri jasa tumbuh subur seperti hotel, villa, resource,
spa, penyewaan kendaraan bermotor maupun sepeda, dan lain sebagainya.
Demikian pula dengan industri perdagangan, banyaknya migrasi penduduk serta
wisatawan mendorong untuk memenuhi tuntutan akan kebutuhan perbagai barang,
baik barang kebutuhan sehari-hari maupun souvenir. Berbagai macam jenis usaha
dagang berkembang didaerah ini, mulai dari unit usaha kecil seperti koperasi,
factory outlet, café, restaurant, toko souvenir, toko waralaba, hingga mall. Pusat-
pusat perdagangan atau pusat industri di Kota Badung tidak hanya berada pada
sekumpulan titik, namun menyebar merata diseluruh wilayah Badung. Walau
letaknya menyebar, namun masih ada unit-unit dagang yang menggelombol atau
beraglomerasi. Dengan kata lain, pusat pertumbuhan bukan hanya dari satu titik
melainkan dari banyak titik. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi mengenai

19
pemilihan lokasi industri, lokasi yang mengikuti aglomerasi akan menguntungkan
pemilik usaha karena mengurangi biaya produksi maupun biaya jarak.
Pantai dan riligiusitas budaya merupakan modal kota Badung dalam
melakukan pembangunannya, sehingga unit-unit industri baik barang maupun jasa
umumnya beraglomerasi pada kisaran kedua daerah tersebut. Berikut adalah
gambaran umum mengenai pusat-puat kegiatan masyarakat Badung baik kegiatan
ekonomi maupun sosial budaya yang mendorong adanya unit-unit dagang dikisaran
daerah tersebut.
Kabupaten Badung juga sedang meningkatkan jumlah kunjungan
wisatawan ke Badung melalui pasar Tiongkok di tahun 2018. Dinas Pariwisata
Badung dipimpin langsung Made Badra bersama ketua BPPD Badung Rai
Suryawijaya serta dari kalangan industri yaitu Visesa Villa, Villa Kayu Raja,
Intercon Gruop, Mulya Representative, Starwoods Hotel Group, Ayana Resort
Jimbaran serta Le Bali International Tours and Wedding Specialist turut serta
melakukan sale mission ke Beijing International Convention Center (BICC) pada
15 Mei 2018.
Dalam beberapa Tahun terakhir, pasar Tiongkok menunjukkan potensi luar
biasa bagi kepariwisataan Bali, baik inbond tourism maupun outbound tourism.
Kombinasi antara pertumbuhan masyarakat kelas menengah Tiongkok,
meningkatnya konektivitas transportasi dan kebijakan yang lebih sangat
menguntungkan bagi para wisatawan. Semuanya hal tersebut mendukung booming
outbound tourism dikawasan, demikian penegasan Rukmini Tri Setiati selaku
Konsulelor bidang sosial dan budaya yang mewakili Ambasador / KBRI Beijing
Djauhari Oratmangun. Sebagai perpanjangan tangan Pemerintah yang menjadi
sumber informasi dan pintu gerbang bagi mereka yang ingin lebih mengetahui
bagaimana mengeksplor pariwisata Indonesia, khususnya di kabupaten Badung,
Bali.
Rai Suryawijaya sangat mengapresiasi kehadiran para buyers yang
memenuhi ruangan BICC. Tak kurang dari 65 mitra perusahaan di Tiongkok ikut
menyimak pemaparan tentang pariwisata Bali yang menjadi salah satu destinasi
yang sangat diminati wisatawan Tiongkok, yang jumlah kunjungannya di Tahun

20
2017 mencapai 1,38 Juta. Keindahan alam baik pegunungan, pantai maupun alam
bawah laut ditambah wisatawan selalu terkesima akan keramah tamahan
masyarakat bali. Dalam kesempatan tersebut, Kadisparda Badung Made Badra,
menyampaikan tentang update perkembangan destinasi pariwisata Bali yang
terkenal memiliki kekayaan budaya, kekhasan kuliner, serra beragam atraksi wisata
seperti berkuda , menaiki gajah, vw safari, spa, golf, wedding, serta objek wisata
tirta yang berhasil memperoleh penghargaan dari TripAdvisor sebagai world’s Best
Destination di Tahun 2017.
Kabupaten Badung memiliki potensi wisata yang unik, keagungan dan
kesakralan pura-pura menjadi daya tarik yang kuat dan kemudian akan sulit untuk
dilupakan. Kegiatan sales mission ini ditandai dengan telah ditanda tangani nya
perjanjian kerja sama antara Phonix Travel Worldwide yang dihadiri langsung
direktur utama Rex Gao dengan pihak Pemkab Badung diwakili oleh Kadis
Pariwisata serta Ketua BPPD Badung. Dalam rangka mendatangkan wisatawan
Tiongkok sebanyak 2 juta di Tahun 2018 juga bekerjasama dengan pihak maskapai
yang bersedia melakukan penerbangan perdana langsung dari Beijing ke Bali pada
tanggal 18 Mei 2018. Kerjasama ini selanjutnya akan menjadi harapan untuk
membangun flatform dan jejaring antara pelaku pariwisara di Tiongkok dan Bali.

Dukungan Pariwisata Terhadap Kesejahteraan Rakyat dan Pelestarian


Budaya
Pemerintah Kabupaten Badung amat menyadari bahwa perkembangan
investasi yang amat pesat akan menimbulkan dampak yang serius terhadap masalah
lingkungan, serta kelestarian budaya. Untuk mengarahkan dan mengendalikan
perkembangan pesat tersebut ke arah yang positif, maka setiap kebijakan
pembangunan yang ditempuh, termasuk yang terkait dengan kebijakan pariwisata
senantiasa dijiwai oleh filosofi Tri Hita Karana yang diturunkan oleh para leluhur,
dengan tujuan menciptakan dan mempertahankan keseimbangan dalam kehidupan.
Filosofi Tri Hita Karana ini terdiri atas hubungan yang harmonis antara Manusia
dan Sang Pencipta (parahyangan), hubungan yang harmonis antara Manusia dan
Manusia (pawongan), serta hubungan yang harmonis antara Manusia dan

21
Lingkungannya (palemahan). Prinsip ini pula yang menjadi filosofi pengembangan
pariwisata di Bali melalui Perda Provinsi Bali No 3 tahun 1991 tentang Pariwisata
Budaya. termasuk tentunya Kabupaten Badung. Pengendalian perkembangan
pariwisata juga dilakukan melalui peraturan daerah tentang tata ruang. Produk-
produk rencana tata ruang di Kabupaten Badung antara lain berupa :
a. Rencana Umum Tata Ruang :
– Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Badung (RTRWK);
a. Rencana Rinci Tata Ruang :
– Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan
– Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
– Strategi Manejemen Perkotaan Kuta (SMPK)
– Rencana Teknik Ruang Kawasan (RTRK)
– Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
– Dokumen Zoning Regulation Pembangunan di Kawasan Seminyak, Legian,
dan Kuta.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) Badung merupakan
produk tata ruang yang memuat struktur tata ruang dan pola pemanfaatan ruang
wilayah Kabupaten Badung dalam kurun waktu 10 tahun (1994-2004), yang
kemudian ditetapkan dengan Perda RTRW Kabupaten Badung Nomor 29 Tahun
1995. Selanjutnya mulai tahun 2005 Pemerintah Kabupaten Badung telah merevisi
RTRW tersebut dan saat ini tengah dalam tahap evaluasi oleh Gubernur Bali.
Secara hirarkis RTRWK menjadi pedoman dalam penyusunan rencana tata
ruang yang lebih rinci antara lain RDTRK yang memuat rencana blok-blok
peruntukan kawasan lindung dan kawasan budidaya. Rencana Teknik Ruang
Kawasan (RTRK) merupakan penjabaran lebih rinci dari RDTR yang memuat
rencana tapak atau tata letak (site plan) serta rencana tata bangunan beserta
prasarana dan sarana lingkungan serta utilitas umum. Untuk kawasan-kawasan
yang cepat berkembang (perkotaan) dijabarkan lagi ke dalam Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL) yang memuat ketentuan-ketentuan rencana tata

22
bangunan dan lingkungan, program investasi, peruntukkan lahan mikro,
perpetakan, tapak, aksesibilitas serta rencana wujud bangunan (building code).
Sebagai daerah yang mengandalkan pariwisata berbasis budaya, maka sudah
sewajarnya masyarakat yang menjadi simpul budaya mendapatkan dukungan
pemerintah agar selalu dinamis, dapat tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu
setiap tahunnya, sebanyak 10% pendapatan daerah dari pajak dan retribusi daerah
diinvestasikan kembali ke sektor-sektor masyarakat yang menjadi tulang punggung
kebudayaan. Setiap tahunnya dana tersebut diinvestasikan kepada kepada 46 Desa
Dinas, 120 Desa Adat serta 190 Subak (kelompok tani penggarap air). Setiap Desa
Adat mendapatkan kontribusi Rp 100 juta, masing-masing desa dinas mendapatkan
dana Rp 75 juta, dan setiap subak mendapatkan masing-masing Rp 10 juta.
Kebijakan ini ditempuh karena institusi-institusi tersebut merupakan simpul-simpul
budaya lokal. Dana tersebut penggunaannya diarahkan untuk mendukung sosio
religius, dan sosio ekonomi masyarakat, di samping juga untuk menjaga kelestarian
lingkungan. Pada tataran filosofis, penggunaan bantuan untuk desa adat tersebut
merupakan manifestasi dari Tri Hita Karana. Sedangkan pada tataran praktis,
penggunaan bantuan tersebut 40% diarahkan untuk pelaksanaan kegiatan
keagamaan (aspek parhyangan), 40 % untuk diarahkan penataan
kewilayahan/palemahan melalui pembangunan fisik, serta 20% diarahkan untuk
mendukung permodalan LPD yang selanjutnya diharapkan dapat dimanfaatkan
oleh warga masyarakat setempat untuk mendukung usaha-usaha ekonomi
kerakyatan. Hubungan timbal balik yang positif antara pariwisata dan budaya, serta
berbagai aspek kehidupan lainnya tersebut diharapkan dapat benar-benar
mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Perkembangan penyisihan pajak dan
retribusi kepada masyarakat adat.

Tahun Realisasi Persentase


PAD (Pendapatan Asli PHR (Pajak Hotel dan (%)
Daerah) Restoran)
2008 759.720.015.450,53 635.683.630.562,32 83,67%
2009 796.879.516.104,72 667.119.047.159,94 83,72%

23
2010 979.241.565.350,13 798.827.285.889,86 81,58%
2011 1.406.835.182.181,01 969.348.761.116,15 68,90%

Distribusi PHR Kabupaten Badung kepada enam kabupaten lainnya ini pada
dasarnya dilakukan untuk melakukan pemerataan pembangunan, sekaligus untuk
menunjang gerak laju pembangunan di daerah lainnya. Atas dasar itu pula
kabupaten-kabupaten penerima wajib memiliki kemampuan untuk menyalurkan
dan mengelola dana tersebut untuk kemajuan daerahnya sekaligus mendukung
kepariwisataan Bali secara umum. Namun sayangnya sejauh ini Pemerintah
Kabupaten Badung sendiri tidak pernah mengetahu sejauh dana bantuan PHR
kabupaten Badung kepada 6 kabupaten lainnya telah dipergunakan untuk
mendukung pengembangan pariwisata dan di wilayah masing-masing? Sudahkah
pengelolaan dana bantuan PHR tersebut digunakan juga dengan semangat yang
sama, yaitu Island Management. Bagi Kabupaten Badung sendiri selaku pusat
akomodasi pariwisata di Bali yang menjadi sumber bantuan PHR pengelolaan dana
secara tepat sasaran amat diperlukan. Penggunaan dana ini pada dasarnya juga
menjadi salah satu sarana untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutan.

24
BAB 5. KESIMPULAN

Kemajuan Kabupaten Badung lebih dominan ditunjang oleh sektor pariwisata


seperti desa wisata. Kabupaten Badung memiliki potensi wisata yang unik,
keagungan dan kesakralan pura-pura menjadi daya tarik yang kuat dan kemudian
akan sulit untuk dilupakan.Pengadaan desa wisata ini merupakan suatu bentuk
integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam
suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi
yang berlaku. Oleh sebab multifunction yang dimiliki, desa wisata juga menjadi
penyumbang devisa terbesar di bagian pariwisata. Dari hasil yang didapat dari
pengelolaan desa wisata sendiri, Kabupaten Badung menjadi satu-satunya daerah
yang mampu menyejahterakan masyarakatnya sendiri dan masyarakat daerah lain.
Tujuannya yaitu tidak lain membantu pemerintah provinsi Bali dalam pemerataan
pembangunan daerah Bali.

25
DAFTAR PUSTAKA

https://badungkab.go.id/instansi/bpkad/page/157/BMD.html (Diakses 23 Mei


2018)

https://bramsarjana.wordpress.com/2008/07/07/tantangan-dalam-mewujudkan-
pariwisata-berkelanjutan-di-era-otonomi-daerah-studi-kasus-tentang-kebijakan-
kepariwisataan-di-kabupaten-badung-provinsi-bali/ (Diakses 23 Mwi 2018)

http://erepo.unud.ac.id/19372/2/1491061006-2-BAB%20I%20fix.pdf (Diakses 24
Mei 2018)

26

Anda mungkin juga menyukai