Anda di halaman 1dari 43

BAB I

TINJAUAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

1. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk
a. Informasi Umum PT. ASTRA INTERNATIONAL Tbk
PT Astra International Tbk didirikan di Jakarta pada tahun 1957 sebagai
sebuah perusahaan perdagangan umum dengan nama Astra International Inc. Pada
tahun 1990, telah dilakukan perubahan nama menjadi PT Astra International Tbk,
dalam rangka penawaran umum perdana saham Perseroan kepada masyarakat,
yang dilanjutkan dengan pencatatan saham Perseroan di Bursa Efek Indonesia
dengan menggunakan ticker ASII. Nilai kapitalisasi pasar Astra pada akhir tahun
2016 adalah sebesar Rp335,0 triliun. Sesuai anggaran dasar Perseroan, kegiatan
usaha yang dapat dijalankan oleh Perusahaan mencakup perdagangan umum,
perindustrian, pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan, jasa dan
konsultasi. Hingga tahun 2016, Astra telah mengembangkan bisnisnya dengan
menerapkan model bisnis yang berbasis sinergi dan terdiversifikasi pada tujuh
segmen usaha, terdiri dari: 1) Otomotif, 2) Jasa Keuangan, 3) Alat Berat dan
Pertambangan, 4) Agribisnis, 5) Infrastruktur dan Logistik, 6) Teknologi
Informasi dan 7) Properti. Dengan bisnis yang beragam, Astra telah menyentuh
berbagai aspek kehidupan bangsa melalui produk dan layanan yang dihasilkan.
Dalam keseharian hidup, masyarakat Indonesia menggunakan sepeda motor dan
mobil, jalan tol, printer, hingga layanan pembiayaan, perbankan dan asuransi
milik Astra. Pelaku bisnis bermitra dengan Astra dan memanfaatkan berbagai
kendaraankomersial, alat berat, layanan logistik, sistem teknologi informasi dan
jasa pertambangan dari Astra. Berbagai produk yang dihasilkan, antara lain
minyak kelapa sawit, batu bara dan kendaraan bermotor, terus diekspor sehingga
Astra dapat berkontribusi dalam menyumbangkan devisa bagi negara. Pada akhir
tahun 2016, kegiatan operasional bisnis yang tersebar di seluruh Indonesia
dikelola melalui 208 anak perusahaan, ventura bersama dan entitas asosiasi,
dengan didukung oleh 214.835 karyawan. Sebagai salah satu grup usaha terbesar
nasional saat ini, Astra telah membangun reputasi yang kuat melalui penawaran
rangkaian produk dan layanan berkualitas, dengan memperhatikan pelaksanaan
tata kelola perusahaan dan tata kelola lingkungan yang baik. Astra senantiasa
beraspirasi untuk menjadi perusahaan kebanggaan bangsa yang berperan serta
dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Oleh
karena itu, kegiatan bisnis Astra berupaya menerapkan perpaduan yang berimbang
pada aspek komersial bisnis dan sumbangsih non-bisnis melalui program
tanggung jawab sosial yang berkelanjutan di bidang pendidikan, lingkungan,
pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) serta kesehatan.
b. Informasi Positif PT. ASTRA INTERNATIONAL Tbk
 Maret 2016 Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) mendirikan Lembaga
Pengembangan Bisnis (LPB) ke-14 yang bergerak dibidang pemberdayaan
usaha kecil menengah yang berlokasi di UMKM Center, Jawa Tengah.
 April 2016 Anak perusahaan Astra yang bergerak dalam bidang infrastruktur,
PT Astratel Nusantara mengakuisisi 25% saham PT Trans Bumi Serbaraja,
Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) ruas tol Serpong-Balaraja sepanjang 30km.
 September 2016 PT Astra Otoparts Tbk (AOP) melalui PT Bridgestone Astra
Indonesia meresmikan pabrik yang memproduksi komponen anti vibrasi untuk
kendaraan roda empat di Purwakarta, Jawa Barat. Pada bulan yang sama, AOP
melalui PT Aisin Indonesia Automotive dan PT Advics Manufacturing
Indonesia meresmikan pabrik yang memproduksi body part, engine part dan
brake system di Kawasan KIIC Karawang, Jawa Barat.
 Oktober 2016 Astra meluncurkan lini bisnis ketujuh yaitu Astra Property. Pada
bulan yang sama, PT Astra Land Indonesia (ALI), yang dimiliki masing-
masing sebesar 50% oleh PT Menara Astra dan Hongkong Land,
menandatangani sebuah perjanjian dengan anak usaha PT Modernland Realty
Tbk untuk mengembangkan area seluas 67 hektar di Cakung, Jakarta Timur.
 Oktober 2016 UT, melalui PT Tuah Turangga Agung, menandatangani
Conditional Sale and Purchase Agreement (CSPA) untuk mengakuisisi
perusahaan batu bara (coking coal) di Kalimantan Tengah, PT Suprabari
Mapinindo Mineral.
 Desember 2016 AAL dan anak perusahaannya, PT Eka Dura Perdana,
mengakuisisi PT Mitra Barito Gemilang, perusahaan perkebunan karet,
sehingga luas perkebunan karet AAL menjadi 1.700 hektar.
 Penghargaan yang diperoleh :
 Markplus.INC “The Most Powerful Multi-Industry Brand in
Indonesia”
 Warta Ekonomi “Most Admired Company”
 Brand Finance plc “Ranked 18th in Most Valuable Indonesian Brands
2016 with a 255 Million US Dollar Brand Value & AA Brand Rating”
 Finance Asia
“Best Managed Companies (Ranked 2nd)”
“Most Commited to Corporate Governance (Ranked 2nd)”
“Best at Corporate Social Responsibility (Ranked 4th)”
“Best at Investor Relations (Ranked 4th)”
“Best Company in Indonesia”
 Warta Ekonomi “Social Business Innovation Company 2016”
 MIX Program: “Satu Indonesia Award 2016”
 The IDX “One the Best IDX listed stocks in terms of value, liquidity,
shareholders depth and growth”
 AAEI “40 Emiten terbaik pilihan Analis”
 Forbes Indonesia “The Top 50 Companies For 2016”
 Warta Ekonomi “Indonesia Living Legend Companies Awards 2016”
 IICD
“The Best Equitable Treatment of Shareholders”
“Top 50 Public Listed Companies”

 Fasilitas-fasilitas operasional yang dijalankan oleh Grup Astra telah memiliki


sertifikasi standar yang diakreditasi oleh pihak ketiga, yaitu:
 ISO 14001 :
Sistem Manajemen Lingkungan
Environmental Management System
 SMK3 :
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Occupational Health and Safety Management System
 OHSAS 18001:
Perlindungan dan Verifikasi Gas Rumah Kaca
Green House Gas Protection and Verification
 ISO 50001
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Occupational Health and Safety Management System
 ISO 14064-2
Sistem Manajemen Energi
Energy Management System
 ISO 17025
Sistem Manajemen Laboratorium Lingkungan
Environmental Laboratory Management System
 ISO 9001
Sistem Manajemen Mutu
Quality Management System
 Pada tahun 2016, lini bisnis Astra meraih kinerja keuangan yang sangat
bervariasi, sesuai dengan kondisi sektor industri masing-masing usaha. Secara
keseluruhan, pendapatan bersih konsolidasian Grup Astra turun 2% menjadi
Rp181,1 triliun dibandingkan Rp184,2 triliun yang diraih pada tahun 2015,
merefleksikan penurunan pendapatan dari bisnis alat berat dan kontraktor
penambangan serta sedikit penurunan pada bisnis otomotif. Peningkatan laba
bersih sebesar 5% dari Rp14,5 trilliun pada tahun 2015 menjadi Rp15,2 trilliun
diakibatkan oleh peningkatan kontribusi dari segmen otomotif, alat berat dan
pertambangan, agribisnis serta infrastruktur dan logistik, dimana sebagian
peningkatan tersebut diimbangi oleh penurunan kontribusi dari segmen jasa
keuangan, teknologi informasi dan properti. Tahun 2016 menjadi bukti
kekuatan model bisnis yang telah dikembangkan Astra berdasarkan
diversifikasi portofolio bisnis dalam mendukung kinerja keuangan. Direksi
juga melihat efektivitas pelaksanaan strategi “Triple-P Roadmap” menuju
aspirasi “Pride of the Nation” yang semakin baik, sehingga sebagian besar
segmen bisnis dapat meraih kinerja yang relatif baik dalam industrinya
tersebut.
c. Informasi Negatif PT. ASTRA INTERNATIONAL Tbk
 Seperti tahun-tahun sebelumnya, kendala utama yang dihadapi oleh Grup
Astra dan komunitas bisnis nasional pada umumnya adalah perlambatan
kondisi perekonomian nasional. Dalam beberapa tahun terakhir, sebagian
besar unit bisnis Astra terimbas oleh dampak dari penurunan daya beli
konsumen dan omzet penjualan, pelemahan harga komoditas, penurunan nilai
aset produktif serta penurunan kualitas portofolio aset yang mengikis tingkat
profitabilitas. Namun Astra juga menyadari bahwa setiap usaha mengalami
pasang surut sebagai suatu siklus bisnis yang normal. Untuk menyikapinya,
diperlukan sikap antisipatif dan perencanaan bisnis yang berjalan penuh
disiplin sesuai kondisi yang berlaku. Dengan perspektif demikian, dalam
menghadapi kondisi yang menantang saat ini Astra secara konsisten
memantau perubahan perilaku konsumen dan iklim bisnis yang terjadi untuk
beradaptasi dengan kondisi eksternal seraya memperluas gerakan efisiensi
internal dan manajemen risiko yang menyeluruh.

PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA Tbk

a. Informasi Umum PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA Tbk


PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (”Perseroan”) didirikan di Indonesia
dengan nama PT Charoen Pokphand Indonesia Animal Feedmill Co. Limited,
berdasarkan akta pendirian yang dimuat dalam Akta No. 6 tanggal 7 Januari 1972,
yang dibuat dihadapan Drs. Gde Ngurah Rai, SH, Notaris di Jakarta, sebagaimana
telah diubah dengan Akta No. 5 tanggal 7 Mei 1973 yang dibuat dihadapan
Notaris yang sama. Akta pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. YA-5/197/21
tanggal 8 Juni 1973 dan telah didaftarkan pada Kepaniteraan Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat di bawah No. 2289 tanggal 26 Juni 1973, serta telah diumumkan
dalam Berita Negara No. 65 tanggal 14 Agustus 1973, Tambahan No. 573.
Anggaran Dasar Perseroan tersebut telah diubah, terakhir dengan Akta Notaris
Fathiah Helmi, SH No. 94 tanggal 19 Juni 2015. Akta tersebut telah diterima dan
dicatat oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
dalam Surat No. AHUAH. 01.03-0949604 tanggal 8 Juli 2015. Kegiatan usaha
utama adalah:
 industri makanan ternak, pembibitan dan budidaya ayam ras serta
pengolahannya, industri pengolahan makanan, pengawetan daging ayam dan
sapi, termasuk unit-unit cold storage.
 menjual makanan ternak, makanan, daging ayam dan sapi, bahan-bahan asal
hewan di wilayah Republik Indonesia, maupun ke luar negeri dengan sejauh
diizinkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kegiatan penunjang adalah:
 mengimpor dan menjual bahan-bahan baku dan bahan-bahan farmasi.
 memproduksi dan menjual karung atau kemasan plastik, peralatan industri dari
plastik, alat-alat peternakan dan alat-alat rumah tangga dari plastik sesuai
dengan perizinan yang dimiliki dan tidak bertentangan dengan peraturan di
bidang penanaman modal.
 melakukan perdagangan besar pada umumnya, termasuk ekspor impor,
perdagangan interinsular atau antar pulau atau antar daerah.
 melakukan kegiatan pengangkutan barangbarang pada umumnya, baik
pengangkutan darat, perairan, laut dan udara.
 menjalankan usaha pergudangan dan pusat distribusi.
Produk utama yang dihasilkan oleh Perseroan dan entitas anaknya adalah
pakan ternak, ayam pedaging, anak ayam usia sehari komersial dan daging ayam
olahan.

b. Informasi Positif PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA Tbk


 PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk ( “Perseroan” ) telah kembal i
mengalami keseimbangan industri atas tingkat penawaran dan permintaan di
tahun 2016. Sebagai hasilnya, Perseroan mencatatkan tingkat kinerja yang
memuaskan. Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016,
Perseroan mencapai penjualan sebesar Rp38,26 triliun, meningkat27,86% dari
tahun sebelumnya.
 Sebagai produsen DOC terbesar di Indonesia, Perseroan dan entitas anaknya
mempunyai jaringan fasilitas penetasan dan peternakan unggas di seluruh
wilayah Indonesia. Dengan masih adanya ancaman Avian Influenza, Perseroan
terus memperkuat prosedur biosecurity yang ketat atas fasilitas produksi DOC.
Hal ini akan memastikan bahwa semua DOC yang dihasilkan dari fasilitas
Perseroan adalah sehat dan bebas penyakit.
 Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan telah diawasi oleh Dewan Komisaris dan
Komite Audit secara bersamaan. Dewan Komisaris telah bekerja sama dengan
Direksi untuk memastikan bahwa ketentuan yang ada telah dipahami,
diterapkan serta ditaati setiap waktu. Selain itu, terdapat Komite Nominasi dan
Remunerasi yang fokus pada masalah nominasi dan remunerasi Dewan
Komisaris, Direksi dan karyawan. Direksi selalu mengawasi semua aspek
dalam kegiatan usaha dan melaksanakan kode etik yang tepat agar karyawan
di semua tingkat selalu mematuhi kebijakan yang telah ditetapkan manajemen,
termasuk peraturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Dengan kepatuhan
karyawan, Direksi dan manajemen, Perseroan dapat mengatasi tantangan
bisnis di tahun 2016 dengan baik.
 Perseroan berhasil melakukan substitusi bahan baku di produksi pakan ternak
sehingga dapat mengontrol beban produksi dan memberikan nilai gizi yang
tinggi pada hasil ternak di seluruh Indonesia.
 Perseroan telah meningkatkan perannya dalam mata rantai bisnis peternakan
dengan memprakarsai program kemitraan dengan peternak mitra di tahun
2016. Program ini merupakan kerja sama Perseroan dengan peternak mitra di
seluruh wilayah Indonesia untuk melakukan budi daya ayam pedaging. Bisnis
kemitraan ini akan memberikan sinergi yang lebih baik dengan bisnis produksi
pakan ternak dan daging ayam olahan Perseroan, termasuk menciptakan akses
atas daging ayam berkualitas tinggi dan bergizi bagi pasar konsumen
Indonesia yang terus berkembang.
 Sebagai hasil dari pengelolaan yang baik atas kegiatan usaha, Perseroan
mencapai pertumbuhan laba bersih, naik 21,43% dari Rp1,83 triliun di tahun
sebelumnya, menjadi Rp2,23 triliun di tahun 2016. Hal ini menegaskan bahwa
Direksi selalu fokus dalam menciptakan nilai, yang direpresentasikan dari
tingkat marjin laba kotor, laba usaha dan laba bersih yang sehat masing-
masing sebesar 17,03%, 11,55% dan 5,80%.

c. Informasi Negatif PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA Tbk


 Pada tanggal 13 Oktober 2016, KPPU memutuskan bahwa Perseroan dan
sebelas perusahaan lain yang bergerak dalam bisnis peternakan unggas terlibat
dalam praktik monopoli untuk meningkatkan harga DOC dengan mengurangi
pasokan DOC melalui pemusnahan induk ayam. Oleh karena itu, Perseroan
diharuskan untuk membayar denda sebesar Rp25 miliar. Perseroan telah
mengajukan keberatan ke Pengadilan Negeri Jakarta terkait dengan keputusan
KPPU dengan pertimbangan bahwa pemusnahan ayam tersebut berdasarkan
permintaan dari Pemerintah.

2. ARTIKULASI LAPORAN KEUANGAN


Artikulasi laporan keuangan merupakan hubungan yang saling mempengaruhi
antar laporan keuangan, dimana laporan posisi keuangan merupakan deretan aktivitas
investasi dan pendanaan pada satu titik waktu tertentu. Ketiga laporan tersebut
menjelaskan arus kas, laba dan ekuitas pemegang saham yang menjelaskan perubahan
(dari aktivitas operasi) selama periode tertentu untuk aktivitas investasi dan
pendanaan.

PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk

ASII 2014
Pendapatan bersih konsolidasian yang dibukukan oleh Grup Astra meningkat sebesar
4% menjadi Rp 201,7 triliun. Peningkatan ini terutama didukung oleh peningkatan kinerja
agribisinis dan kontrak pertambangan. Laba bersih turun sebesar 1% menjadi Rp 19,2 triliun
dan mencerminkan peningkatan kontribusi dari segmen agribisinis sebesar 39%, peningkatan
kontribusi sebesar 11% dari segmen jasa keuangan, dan peningkatan 10% dari segmen alat
berat dan pertambangan, yang terkoreksi oleh 14% penurunan kontribusi dari segmen
otomotif. Tanpa memperhitungkan dampak penurunan nilai aset tambang batu bara, Grup
Astra membukukan laba bersih senilai Rp 20,1 triliun, atau naik sebesar 4%. Beban pokok
pendapatan, beban penjualan, serta beban umum dan administrasi naik sebesar 4% menjadi
Rp 181,5 triliun – terutama didorong oleh kenaikan beban pokok pendapatan sebesar 3%
menjadi Rp 162,9 triliun dan beban penjualan sebesar 7% menjadi Rp 8,7 triliun,M
khususnya pada divisi penjualan otomotif serta kenaikan beban pegawai sebesar 11%
menjadi Rp 14,2 triliun yang disebabkan oleh bertambahnya jumlah karyawan dan gaji. Pada
tanggal 31 Desember 2014, jumlah karyawan Perseroan dan entitas anak adalah 156.097, atau
meningkat 18% dari tahun sebelumnya. Dengan memperhitungkan pengendalian bersama
entitas dan perusahaan asosiasi, maka jumlah karyawan Grup Astra mencapai 225.580, naik
sebesar 14% dari tahun sebelumnya. Penghasilan lain-lain meningkat 3% menjadi Rp 3,9
triliun.
Pada tahun 2014, Perseroan membukukan laba bersih konsolidasian senilai Rp 19,2
triliun. Perseroan membayar dividen sebesar Rp 8,7 triliun dan mencatatkan keuntungan pada
pos ekuitas sebesar Rp 1,6 triliun atas penjualan 25% Astra Sedaya Finance kepada
PermataBank, sehingga pemegang saham mendapatkan nilai aset bersih per lembar saham
sebesar Rp 2.362 pada tanggal 31 Desember 2014, meningkat sebesar 14% dari posisi pada
akhir tahun 2013. Per tanggal 31 Desember 2014, total aset mencapai nilai Rp 236,1 triliun,
naik 10% dari 2013. Total liabilitas adalah sebesar Rp 115,7 triliun, naik 7% dari posisi 2013,
yang mencerminkan laba tahun berjalan, peningkatan kegiatan usaha, dan belanja modal.
Grup Astra tetap berada dalam posisi kuat untuk memenuhi semua liabilitas jangka
pendeknya. Aset lancar berada pada posisi Rp 97,2 triliun, 32% lebih tinggi ketimbang
jumlah liabilitas jangka pendek. Aset tetap setelah dikurangi akumulasi penyusutan naik
sebesar 9% menjadi Rp 41,3 trilun pada 31 December 2014. Kenaikan ini utamanya
disebabkan adanya investasi tanah dan bangunan sebesar Rp 4,5 triliun, terutama untuk
penambahan dealer baru dalam divisi penjualan otomotif Astra. Perakhir tahun 2014,
Perseroan memiliki 275 dealer mobil (2013: 263) dan 143 dealer sepeda motor (2013: 138)
Properti pertambangan terutama terdiri dari konsesi tambang batu bara yang dimiliki oleh
anak usaha United Tractors serta cadangan batu bara yang terdapat di sejumlah wilayah
konsesi, yang akan berakhir pada waktu yang berbedabeda sampai dengan tahun 2032. Nilai
properti pertambangan setelah dikurangi akumulasi amortisasi turun sebesar by 24% menjadi
Rp 9,1 triliun pada 31 Desember 2014, terutama diakibatkan oleh penurunan nilai sebesar Rp
2,7 triliun, sebelum pajak dan kepentingan non - pengendali.

ASII 2015
Pendapatan bersih konsolidasian yang dibukukan oleh Grup Astra turun sebesar 9%
menjadi Rp 184,2 triliun, terutama karena tingkat penjualan yang lebih rendah pada sektor
otomotif, alat berat dan pertambangan, dan agribisnis. Laba bersih turun sebesar 25%
menjadi Rp 14,5 triliun. Tanpa memperhitungkan dampak penurunan nilai aset tambang batu
bara pada tahun ini dan tahun-tahun sebelumnya, laba bersih Grup Astra menurun 20%
menjadi Rp 16,0 triliun. Beban pokok pendapatan, beban penjualan, serta beban
umum dan administrasi turun sebesar 8% menjadi Rp 167,0 triliun (2014: Rp 181,5 triliun),
terutama disebabkan oleh penurunan beban pokok pendapatan sebesar 9% menjadi Rp 147,5
triliun (2014: Rp 162,9 triliun) dikarenakan volume bisnis yang lebih rendah. Sementara itu,
beban penjualan, serta beban umum dan administrasi meningkat sebesar 5% menjadi Rp 19,5
triliun (2014: Rp 18,6 triliun), terutama disebabkan oleh peningkatan beban imbalan kerja di
seluruh lingkup Grup Astra dan kerugian atas penjualan agunan yang diambil alih pada
segmen usaha jasa keuangan, sedangkan pendapatan lainnya mengalami peningkatan sebesar
10% menjadi Rp 4,2 triliun (2014: Rp 3,9 triliun).
Pada tahun 2015, Grup Astra membukukan laba bersih konsolidasian sebesar Rp 14,5
triliun (2014: Rp 19,2 triliun) dan membayar dividen sebesar Rp 8,7 triliun (2014: Rp 8,7
triliun), yang menghasilkan peningkatan nilai aset bersih per lembar saham sebesar 7%
menjadi Rp 2.521 pada 31 Desember 2015. Pada tanggal 31 Desember 2015, total aset
mencapai nilai Rp 245,4 triliun (2014: Rp 236,0 triliun), naik 4% dari tahun 2014. Total
liabilitas adalah sebesar Rp 118,9 triliun (2014: Rp 115,8 triliun), naik 3% dari tahun 2014,
yang mencerminkan laba tahun berjalan, aktivitas bisnis dan belanja modal. Pada tanggal 31
Desember 2015, sejumlah 48% dari total aset dibiayai oleh liabilitas (2014: 49%). Perseroan
memiliki jumlah aset yang memadai untuk memenuhi semua liabilitas. Aset lancar berada
pada posisi Rp 105,2 triliun pada akhir tahun 2015 (2014: Rp 97,2 triliun), 38% di atas
jumlah liabilitas lancar. Grup tetap berada dalam posisi kuat untuk memenuhi semua liabilitas
jangka pendek.
Arus kas masuk dari aktivitas operasi untuk tahun 2015 adalah Rp 26,3 triliun (2014:
Rp 15,0 triliun). Jumlah ini merupakan peningkatan sebesar Rp 11,3 triliun dari tahun 2014,
terutama karena perbaikan pada modal kerja, walaupun terjadi penurunan volume bisnis.
Arus kas keluar untuk aktivitas investasi pada tahun 2015 adalah Rp 7,5 triliun (2014: Rp 9,6
triliun), turun sebesar Rp 2,1 triliun. Belanja modal bersih turun sebesar 27% menjadi Rp 7,9
triliun (2014: Rp 10,8 triliun). Dividen tunai yang diterima sebesar Rp 3,6 triliun (2014: Rp
4,1 triliun), atau turun sebesar 13%, yang terutama berasal dari Astra Honda Motor, Toyota
Astra Motor dan Astra Daihatsu Motor. Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas
pendanaan adalah sebesar Rp 13,4 triliun (2014: Rp 4,0 triliun), meningkat 231%, termasuk
didalamnya pembayaran bersih utang jangka panjang dan pinjaman jangka pendek sebesar
Rp 2,1 triliun (2014: penerimaan sebesar Rp 4,9 triliun). Dividen tunai yang dibayarkan
sebesar Rp 10,6 triliun (2014: Rp 10,2 triliun), meningkat 4%.

ASII 2016
Pada tahun 2016, aset lancar meningkat sebesar Rp5,2 triliun atau 5% dari Rp105,2
triliun pada tahun 2015 menjadi Rp110,4 triliun. Kenaikan tersebut terutama dipicu oleh
kenaikan kas dan setara kas sebesar 8% menjadi Rp29,4 triliun, peningkatan pada piutang
usaha sebesar 5% menjadi Rp18,9 triliun dan kenaikan pada piutang pembiayaan sebesar 5%
menjadi Rp33,2 triliun, dan peningkatan aset lancar lainnya sebesar 12% menjadi Rp11,1
triliun yang dikompensasi oleh penurunan persediaan sebesar 3% menjadi Rp17,8 triliun.
Pada akhir tahun 2016, total liabilitas sebesar Rp121,9 triliun, naik 3% dari Rp118,9 triliun
pada tanggal 31 Desember 2015. Total liabilitas terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp89,1
triliun (2015: Rp76,2 triliun), atau sekitar 73% (2015: 64%) dari total, dan liabilitas jangka
panjang Rp32,9 triliun (2015: Rp42,7 triliun), atau sekitar 27% (2015: 36%) dari total. Total
ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat 10% (2015: 7%)
menjadi Rp112,0 triliun pada akhir tahun 2016 dibandingkan Rp102,0 triliun pada akhir
tahun 2015. Total ekuitas meningkat terutama karena kenaikan laba ditahan sebesar 9%
menjadi Rp101,2 triliun (2015: Rp92,6 triliun).
Pendapatan bersih konsolidasian untuk tahun 2016 turun 2% menjadi Rp181,1 triliun
dari Rp184,2 triliun pada tahun sebelumnya, terutama akibat penurunan pendapatan pada
bisnis alat berat serta kontribusi pendapatan yang lebih rendah dari Toyota Sales Operation
seiring dengan penerapan model distribusi two-tier pada awal tahun. Beban pokok
pendapatan pada 2016 turun 2% dari Rp147,5 triliun di tahun 2015 menjadi Rp144,7 triliun.
Penurunan tersebut merupakan dampak dari penurunan volume penjualan pada segmen
otomotif, alat berat dan pertambangan serta agribisnis.
Pendapatan bersih yang lebih rendah menyebabkan laba bruto Grup turun sebesar 1%
menjadi Rp36,4 triliun pada tahun 2016 dibandingkan Rp36,7 triliun di tahun 2015. Marjin
laba bruto Grup sedikit meningkat dari 19,9% di tahun 2015 menjadi 20,1%.

Berdasarkan analisis di atas, kita dapat mengetahui bahwa laporan keuangan memiliki
kesinambungan atau hubungan dengan laporan keuangan yang lain, beberapa perubahan
dalam akun-akun tertentu mempengaruhi jumlah saldo dalam akun yang lainnya, hal itulah
yang disebut dengan artikulasi laporan keuangan.

PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA Tbk


Artikulasi laporan keuangan merupakan hubungan yang saling mempengaruhi antar
laporan keuangan, dimana laporan posisi keuangan merupakan deretan aktivitas investasi dan
pendanaan pada satu titik waktu tertentu. Ketiga laporan tersebut menjelaskan arus kas, laba
dan ekuitas pemegang saham yang menjelaskan perubahan (dari aktivitas operasi) selama
periode tertentu untuk aktivitas investasi dan pendanaan.

CPIN 2014
Aset Perseroan pada tanggal 31 Desember 2014 mengalami peningkatan
sebesar Rp5,1 triliun atau 32,69% dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2013.
Peningkatan ini terutama disebabkan oleh kenaikan piutang usaha pihak ketiga, piutang
lain-lain, ayam pembibit turunan, uang muka pembelian aset tetap dan penambahan aset
tetap. Piutang usaha pihak ketiga mengalami peningkatan sebesar Rp586,4 miliar atau
24,08% dimana sejalan dengan peningkatan penjualan dari tahun sebelumnya, dimana
penjualan dari segmen pakan ternak meningkat 19,35% dan ayam olahan meningkat
23,58%.Piutang lain-lain mengalami peningkatan sebesar Rp249,1 miliar dibandingkan
dengan tahun 2013 yang terutama berasal dari piutang atas transaksi kontrak berjangka
komoditas sebesar Rp180,2 miliar. Ayam pembibitan turunan mengalami peningkatan sebesar
Rp289,8 miliar dibandingkan dengan tahun 2013 yang terutama disebabkan oleh
peningkatan jumlah ayam pembibitan turunan dari eskpansi segmen DOC. Uang muka
pembelian aset tetap dan penambahan aset tetap mengalami peningkatan sebesar Rp3,3
triliun atau 49,91% dibandingkan tahun sebelumnya yang terutama berasal dari uang muka
pembelian dan penambahan aset tetap sehubungan dengan ekspansi untuk segmen Pakan
Ternak, DOC dan Ayam Olahan. Jumlah l iabilitas Perseroan mengalami peningkatan
yang cukup signifikan sebesar Rp4,2 triliun atau 71,87% pada tanggal 31 Desember 2014
dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2013, yang terutama berasal dari penambahan
utang bank jangka pendek sebesar Rp1,4 triliun dan utang bank jangka panjang sebesar Rp2,4
triliun. Total ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada tanggal 31
Desember 2014 adalah sebesar Rp10,9 triliun, naik sebesar Rp992,5 miliar dibandingkan 31
Desember 2013. Kenaikan tersebut terutama berasal dari laba tahun berjalan yang dapat
diatribusikan kepada entitas induk tahun 2014 sebesar Rp1,7 triliun, yang dikompensasi
dengan pembagian dividen atas laba bersih tahun 2013 sebesar Rp754,3 miliar.

Perseroan mencatatkan penjualan neto sebesar Rp29,2 triliun pada tahun 2014
yang merupakan peningkatan sebesar Rp3,5 triliun atau 13,59% dibandingkan penjualan
tahun sebelumnya. Peningkatan ini terutama berasal dari peningkatan penjualan pakan ternak
sebesar Rp3,6 triliun atau 19,35%. Beban pokok penjualan meningkat sebesar Rp4,5 triliun
atau 21,95%. Peningkatan ini terutama disebabkan peningkatan beban pokok penjualan pakan
sebesar Rp3,3 triliun atau 21,91% dan beban pokok penjualan DOC sebesar Rp796,5 miliar
atau 27,46% dibandingkan tahun sebelumnya. Di tahun 2014, Perseroan mengalami penurunan
laba bruto sebesar Rp1,0 triliun dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan laba bruto
tersebut terutama berasal dari penurunan laba bruto DOC sebesar Rp1,4 triliun. Beban
penjualan pada tahun 2014 adalah sebesar Rp545,9 miliar, naik sebesar Rp166,2 miliar atau
43,76% dibandingkan tahun 2013. Kenaikan beban penjualan terutama disebabkan oleh
kenaikan beban promosi dan iklan, beban gaji, upah dan kesejahteraan karyawan, beban
pengangkutan serta biaya sewa masing-masing sebesar Rp47,6 miliar, Rp31,7 miliar, Rp28,0
miliar dan Rp22,9 miliar atau mengalami kenaikan masing-masing sebesar 49,14%,
30,24%, 51,83% dan 83,66% dibandingkan dengan tahun 2013. Peningkatan beban gaji,
upah dan kesejahteraan karyawan atas peningkatan gaji karyawan, peningkatan beban
promosi dan iklan dan biaya sewa terutama untuk mendukung pemasaran produk ayam olahan
ke konsumen, sedangkan peningkatan beban pengangkutan disebabkan oleh peningkatan
kuantitas penjualan.

CPIN 2015
Aset Perseroan pada tanggal 31 Desember 2015 mengalami peningkatan sebesar
Rp3,84 triliun atau 18,44% dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2014. Peningkatan ini
terutama disebabkan oleh kenaikan persediaan dan penambahan aset tetap. Persediaan
mengalami peningkatan sebesar Rp1,13 triliun atau 26,22% dibandingkan dengan tahun 2014
yang terutama berasal dari peningkatan produksi pakan selama tahun 2015 yang sejalan
dengan peningkatan kuantitas penjualan sebanyak 1,57% di tahun 2015. Penambahan aset
tetap mengalami peningkatan sebesar Rp2,06 triliun atau 22,80% dibandingkan tahun
sebelumnya yang terutama berasal dari penambahan aset tetap sehubungan dengan ekspansi
untuk segmen Pakan Ternak, DOC dan Ayam Olahan. Jumlah liabilitas Perseroan mengalami
peningkatan yang cukup signifikan sebesar Rp2,29 triliun atau 23,25% pada tanggal 31
Desember 2015 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2014, yang terutama berasal dari
peningkatan utang usaha - pihak ketiga sebesar Rp866,6 miliar, penambahan utang bank
jangka pendek sebesar Rp222,7 miliar dan utang bank jangka panjang sebesar Rp838,4
miliar. Total ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada tanggal 31
Desember 2015 adalah sebesar Rp12,5 triliun, naik sebesar Rp1,6 triliun dibandingkan 31
Desember 2014. Kenaikan tersebut terutama berasal dari laba tahun berjalan yang dapat
diatribusikan kepada entitas induk tahun 2015 sebesar Rp1,8 triliun, yang dikompensasi
dengan pembagian dividen atas laba bersih tahun 2014 sebesar Rp295,2 miliar.
Perseroan mencatatkan penjualan neto sebesar Rp30,1 triliun pada tahun 2015 yang
merupakan peningkatan sebesar Rp957,5 miliar atau 3,28% dibandingkan penjualan tahun
sebelumnya. Peningkatan ini terutama berasal dari peningkatan penjualan DOC sebesar
Rp640,9 miliar atau 19,66%. Beban pokok penjualan menurun sebesar Rp48,5 miliar atau
0,19%. Penurunan ini terutama disebabkan penurunan beban pokok penjualan pakan sebesar
Rp577,3 miliar atau 3,11% dibandingkan tahun sebelumnya. Di tahun 2015, Perseroan
mengalami peningkatan laba bruto sebesar Rp1,0 triliun dibandingkan tahun sebelumnya.
Peningkatan laba bruto tersebut terutama berasal dari peningkatan laba bruto pakan ternak
sebesar Rp294,2 miliar dan DOC sebesar Rp434,8 miliar. Beban penjualan pada tahun 2015
adalah sebesar Rp627,5 miliar, naik sebesar Rp81,6 miliar atau 14,94% dibandingkan tahun
2014. Kenaikan beban penjualan terutama disebabkan oleh kenaikan beban gaji, upah dan
kesejahteraan karyawan, beban pengangkutan serta biaya sewa masing-masing sebesar
Rp42,6 miliar, Rp10,9 miliar dan Rp16,2 miliar atau mengalami kenaikan masing-masing
sebesar 31,21%, 13,31%, dan 32,30% dibandingkan dengan tahun 2014. Peningkatan beban
gaji, upah dan kesejahteraan karyawan atas peningkatan gaji karyawan dan biaya sewa
terutama untuk mendukung pemasaran produk ayam olahan ke konsumen, sedangkan
peningkatan beban pengangkutan disebabkan oleh peningkatan kuantitas penjualan.
Perseroan memperoleh arus kas neto yang diperoleh dari operasi sebesar Rp1,7 triliun
di tahun 2015 atau mengalami peningkatan sebesar Rp1,2 triliun atau 268,80% dibandingkan
tahun 2014. Peningkatan tersebut terutama disebabkan peningkatan penerimaan dari
pelanggan sebesar Rp1,2 triliun dan pajak penghasilan sebesar Rp380,4 miliar yang
dikompensasi dengan peningkatan pembayaran tunai kepada pemasok sebesar Rp74 miliar,
dan pembayaran biaya keuangan sebesar Rp355,6 miliar. Kas neto yang digunakan untuk
aktivitas investasi mengalami penurunan sebesar Rp1,9 triliun atau 49,97% dibandingkan
dengan tahun 2014. Penurunan ini terutama disebabkan penurunan perolehan aset tetap
sebesar Rp1,2 triliun dan uang muka pembelian aset tetap sebesar Rp566,0 miliar. Kas neto
yang diperoleh dari aktivitas pendanaan mengalami penurunan sebesar Rp1,8 triliun atau
61,71% dibandingkan dengan tahun 2014. Penurunan ini terutama disebabkan oleh
penurunan penerimaan neto utang bank jangka pendek sebesar Rp907,6 miliar dan utang
bank jangka panjang sebesar Rp1,3 triliun. Secara keseluruhan, Perusahaan mencatat
kenaikan kas neto sebesar Rp947,0 miliar.

CPIN 2016
Total aset menurun sebesar Rp711,66 miliar atau 2,86% dari Rp24,92 triliun di 2015
menjadi Rp22,20 triliun di 2016.Penurunan tersebut terutama berasal dari penurunan aset
tidak lancar sebesar Rp712,22 miliar. Aset lancar tahun 2016 dan 2015 tetap sebesar Rp12,06
triliun karena meningkat hanya sebesar Rp560 juta. Kas dan setara kas meningkat sebesar
Rp825,16 miliar atau 49,14% dari sebesar Rp1,68 triliun di 2015 menjadi Rp2,50 triliun di
2016. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan penerimaan kas aktivitas
operasi. Aset tetap menurun sebesar Rp75,78 miliar atau 0,67% dari Rp11,31 triliun di 2015
menjadi Rp11,23 triliun di 2016. Penurunan tersebut terutama disebabkan penambahan aset
tetap di tahun berjalan lebih kecil dari beban penyusutan Total liabilitas menurun sebesar
Rp2,08 triliun atau 17,17% dari Rp12,13 triliun di tahun 2015 menjadi Rp10,05 triliun di
2016. Penurunan ini terutama berasal dari pelunasan utang bank. Liabilitas jangka pendek
menurun sebesar Rp153,58 miliar atau 2,69% dari Rp5,70 triliun di 2015 menjadi Rp5,55
triliun di tahun 2016. Penurunan tersebut terutama berasal dari penurunan utang usaha - pihak
ketiga sebesar Rp1,24 triliun dan utang bank jangka pendek sebesar Rp310 miliar yang
dikompensasi dengan peningkatan bagian lancar utang bank jangka panjang sebesar
Rp890,38 miliar dan utang pajak sebesar Rp416,30 miliar. Liabilitas jangka panjang menurun
sebesar Rp1,93 triliun atau 30,01% dari Rp6,43 triliun di 2015 menjadi Rp4,50 triliun di
2016. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan utang bank jangka panjang setelah
dikurangi bagian lancar sebesar Rp2,23 triliun. Total ekuitas yang dapat diatribusikan kepada
pemilik entitas induk meningkat sebesar Rp1,60 triliun dari Rp12,54 triliun di 2015 menjadi
Rp14,14 triliun. Kenaikan tersebut terutama berasal dari laba tahun berjalan tahun 2016
sebesar Rp2,22 triliun, yang dikompensasi dengan pembagian dividen atas laba bersih tahun
2015 sebesar Rp475,54 miliar dan selisih nilai transaksi kombinasi bisnis entitas
sepengendali sebesar Rp169,56 miliar.
Penjualan neto meningkat sebesar Rp8,34 triliun atau 27,86% dari Rp29,92 triliun di
2015 menjadi Rp38,26 triliun di tahun 2016. Peningkatan ini terutama berasal dari
peningkatan penjualan daging ayam pedaging dan anak ayam usia sehari masing-masing
sebesar Rp6,00 triliun dan Rp977,38 miliar. Beban pokok penjualan meningkat sebesar
Rp6,93 triliun atau 27,92% dari Rp24,82 triliun di 2015 menjadi Rp31,74 triliun di 2016.
Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan beban pokok penjualan pada segmen
ayam pedaging sebesar Rp6,01 triliun . Laba bruto meningkat sebesar Rp1,41 triliun dari
Rp3,39 triliun di 2015 menjadi Rp4,42 triliun di 2016. Peningkatan laba bruto tersebut
terutama berasal dari peningkatan laba bruto anak ayam usia sehari sebesar Rp1,08 triliun dan
pakan ternak sebesar Rp282,25 miliar.
Arus kas neto mengalami peningkatan sebesar sebesar Rp2,37 triliun atau 133,23%
dari Rp1,78 triliun di tahun 2015 menjadi Rp4,16 triliun pada tahun 2016. Peningkatan
tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan penerimaan dari pelanggan sebesar Rp9,70
triliun yang dikompensasi dengan peningkatan pembayaran tunai ke pemasok sebesar Rp7,06
triliun. Kas neto yang digunakan untuk aktivitas investasi menurun sebesar Rp767,60 miliar
atau 39,48% dari Rp1,94 triliun di tahun 2015 menjadi sebesar Rp1,18 triliun di tahun 2016.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan kas untuk perolehan aset tetap sebesar
Rp1,36 triliun, yang dikompensasi dengan penambahan arus kas untuk kombinasi bisnis
entitas sepengendali sebesar Rp481,25 miliar dan piutang kepada peternak sebesar Rp114,27
miliar. Kas neto yang digunakan untuk aktivitas pendanaan meningkat sebesar Rp3,25 triliun
dari arus kas diperoleh dari aktivitas pendanaan sebesar Rp1,11 triliun di tahun 2015 menjadi
arus kas yang digunakan untuk aktivitas pendanaan sebesar Rp2,15 triliun di tahun 2016. Hal
ini terutama disebabkan karena adanya peningkatan arus kas untuk pembayaran utang bank
sebesar Rp3,07 triliun dan dividen sebesar Rp180,38 miliar.
Berdasarkan analisis di atas, kita dapat mengetahui bahwa laporan keuangan memiliki
kesinambungan atau hubungan dengan laporan keuangan yang lain, beberapa perubahan
dalam akun-akun tertentu mempengaruhi jumlah saldo dalam akun yang lainnya, hal itulah
yang disebut dengan artikulasi laporan keuangan.
3. PERHITUNGAN DAN ANALISIS DENGAN COMPARATIVE FINANCIAL
STATEMENT ANALYSIS
PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk

a. Year-to-Year Change Analysis


ANALISIS LAPORAN KEUANGAN KOMPARATIF
2016 2015 2014 JUMLAH PERSENTASE (%)
Pendapatan bersih 181.084 184.196 201.701 (20.617) (10)
Beban Pokok Penjualan (144.652) (147.486) (162.892) 18.240 (11)

LABA BRUTO 36.432 36.710 38.809 (2.377) (6)


Beban penjualan (7.855) (9.117) (8.734) 879 (10)
Beban umum dan administrasi (11.043) (10.381) (9.912) (1.131) 11
Penghasilan bunga 1.699 1.515 1.526 173 11
Biaya keuangan (1.745) (1.370) (1.375) (370) 27
Kerugian selisih kurs, bersih (155) (291) (126) (29) 23
Penghasilan lain-lain 3.165 4.234 3.861 (696) (18)
Beban lain-lain (1.594) (882) (2.744) 1.150 (42)
Kerugian penurunan nilai terkait properti pertambangan - (5.255) (192) 192 (100)
Bagian atas hasil bersih ventura bersama 2.114 3.311 5.020 (2.906) (58)
Bagian atas hasil bersih entitas asosiasi 1.235 1.156 1.219 16 1
LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN 22.253 19.630 27.352 (5.099) (19)
Beban pajak penghasilan (3.951) (4.017) (5.227) 1.276 (24)

LABA TAHUN BERJALAN 18.302 15.613 22.125 (3.823) (17)

Penghasilan komprehensif lain


Pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi
Revaluasi aset tetap 1.392 - - 1.392
Pengukuran kembali atas liabilitas imbalan pascakerja 461 (79) - 461
Bagian penghasilan komprehensif lain dari ventura bersama 15 (17) - 15
Bagian penghasilan komprehensif lain dari entitas asosiasi 11 (10) - 11
Pajak penghasilan terkait (109) 17 - (109)
1.770 (89) - 1.770
Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan dalam valuta asing (114) 597 76 (190) (250)
Aset keuangan tersedia untuk dijual 210 (211) 286 (76) (27)
Lindung nilai arus kas (410) 565 (1.529) 1.119 (73)
Bagian penghasilan komprehensif lain dari ventura bersama (69) 128 - (69)
Bagian penghasilan komprehensif lain dari entitas asosiasi 1 (3) 3 (2) (67)
Pajak penghasilan terkait 114 (146) 95 19 20

Penghasilan Komprehensif Lain Tahun Berjalan, Setelah Pajak 1.502 841 - 1.502

Laba tahun berjalan (saldo dipindahkan


dari halaman sebelumnya) 18.302 15.613 22.125 (3.823) (17)
Penghasilan komprehensif lain tahun berjalan, setelah pajak
(saldo dipindahkan dari halaman sebelumnya) 1.502 841 26 1.476 5.677
JUMLAH PENGHASILAN KOMPREHENSIF
TAHUN BERJALAN 19.804 16.454 22.151 (2.347) (11)

Laba yang diatribusikan kepada:


Pemilik entitas induk 15.156 14.464 19.181 (19.181) (100)
Kepentingan nonpengendali 3.146 1.149 2.944 12.212 415
Penghasilan komprehensif yang diatribusikan kepada:
Pemilik entitas induk 16.626 15.276 18.867 (18.867) (100)
Kepentingan nonpengendali 3.178 1.178 3.284 13.342 406

Laba per saham - dasar dan dilusian


(dalam satuan Rupiah) 374 357 474 (100) (21)

Tabel diatas menunjukkan analisis komparatif tahun ke tahun menggunakan laporan


laba rugi PT Astra International Tbk. Analisis pada tabel menunjukkan tren stabil dari
tahun ke tahun, baik dari pos penjualan, beban pokok penjualan, dan juga laba bruto.
Dalam tinjauan keuangan laporan tahunan PT Astra International Tbk Selama tahun 2016,
Grup Astra telah mengalami perkembangan yang stabil dalam beberapa area bisnis. Terdapat
sedikit pemulihan pada pasar otomotif domestik, sedangkan kinerja penjualan usaha alat berat
dan pertambangan terpengaruh secara negatif oleh harga batu bara yang masih rendah pada
tahun ini, meskipun situasi sedikit membaik pada kuartal terakhir. Agribisnis diuntungkan
oleh membaiknya harga kelapa sawit meskipun cuaca yang kurang mendukung
mengakibatkan terbatasnya volume produksi dan penjualan pada paruh pertama tahun 2016.
Sebagian besar bisnis jasa keuangan menghasilkan kinerja yang baik, terkecuali Bank
Permata yang membukukan provisi kerugian pinjaman yang cukup besar. Kondisi-kondisi
tersebut menyebabkan kontribusi keuntungan yang lebih tinggi dari lini usaha otomotif, alat
berat dan pertambangan, agribisnis serta infrastruktur dan logistik, sedangkan segmen bisnis
jasa keuangan, teknologi informasi dan properti mencatat penurunan kontribusi terhadap laba.
Pendapatan bersih konsolidasian untuk tahun 2016 turun 2% menjadi Rp181,1 triliun
dari Rp184,2 triliun pada tahun sebelumnya, terutama akibat penurunan pendapatan pada
bisnis alat berat serta kontribusi pendapatan yang lebih rendah dari Toyota Sales Operation
seiring dengan penerapan model distribusi two-tier pada awal tahun.
Meskipun demikian dalam bebarapa pos dari tahun ke tahun masih terdapat ketidak
stabilan seperti pos laba tahun berjalan dan penghasilan komprehensif lain tahun berjalan.

LAPORAN POSISI KEUANGAN PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk


2016 2015 2014 Jumlah Presentasi
Total Aset Lancar 110.403 105.161 97.241 13.162 13,54
Total Aset Tidak Lancar 151.452 140.274 138.788 12.664 9,12
TOTAL ASET 261.855 245.435 236.029 25.826 10,94
Total Liabilitas jangka pendek 89.079 76.242 73.523 15.556 21,16
Total Liabilitas jangka panjang 32.870 42.660 42.182 (9.312) (22,08)
TOTAL LIABILITAS 121.949 118.902 115.705 6.244 5,40
TOTAL EKUITAS 139.906 126.533 120.324 19.582 16,27
TOTAL LIABILITAS DAN EKUITAS 261.855 245.435 236.029 25.826 10,94

Tabel diatas menunjukkan analisis komparatif tahun ke tahun menggunakan laporan


posisi keuangan PT Astra International Tbk. Total aset meningkat sebesar 10,94%,
dipengaruhi oleh kenaikan total aset lancar dan aset tidak lancar. Total liabilitas
perusahaan menunjukkan kestabilan sebesar 5,4% dan ekuitas perusahaan mengalami
kenaikan tipis sebesar 16,27%. Total aset tumbuh sebesar 7% dari Rp245,4 triliun pada
akhir tahun 2015 menjadi Rp261,9 triliun pada 31 Desember 2016. Kenaikan aset tersebut
terutama disebabkan oleh pertumbuhan baik aset lancar sebesar 5% menjadi Rp110,4 triliun
serta aset tidak lancar bertumbuh 8% menjadi Rp151,5 triliun. Pada akhir tahun 2016, total
liabilitas sebesar Rp121,9 triliun, naik 3% dari Rp118,9 triliun pada tanggal 31 Desember
2015. Total liabilitas terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp89,1 triliun (2015: Rp76,2
triliun), atau sekitar 73% (2015: 64%) dari total, dan liabilitas jangka panjang Rp32,9 triliun
(2015: Rp42,7 triliun), atau sekitar 27% (2015: 36%) dari total. Total ekuitas yang dapat
diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat 10% (2015: 7%) menjadi Rp112,0
triliun pada akhir tahun 2016 dibandingkan Rp102,0 triliun pada akhir tahun 2015. Total
ekuitas meningkat terutama karena kenaikan laba ditahan sebesar 9% menjadi Rp101,2 triliun
(2015: Rp92,6 triliun).
b. Analisis Tren Angka Indeks

Chart Title
250000
200000
150000
100000
50000
0
-50000 ASII Penjualan BPP Laba Bruto

-100000
-150000
-200000

Series1 Series2 Series3

Tabel diatas menunjukkan hasil analisis tren angka indeks untuk pos-pos signifikan
dalam laporan laba rugi PT Holcim Indonesia Tbk. Hasil analisis menunjukkan bahwa
penjualan, beban pokok penjualan dan laba bruto mengalami kestabilan dari tahun ke
tahun. Seperti yang telah disebutkan dalam analisis sebelumnya, Dalam tinjauan keuangan
laporan tahunan PT Astra International Tbk Selama tahun 2016, Grup Astra telah mengalami
perkembangan yang stabil dalam beberapa area bisnis. Akan tetapi Bagian atas hasil bersih
ventura bersama dan entitas asosiasi turun sebesar 28% menjadi Rp 4,5 triliun (2014: Rp 6,2
triliun) di tahun 2015 , dengan kontribusi dari PermataBank yang turun secara signifikan
karena meningkatnya provisi kerugian pengucuran kredit sebagai konsekuensi dari penurunan
kualitas siklus kredit korporasi, selain juga kontribusi yang lebih rendah dari ventura bersama
dan entitas asosiasi segmen otomotif Grup Astra dengan volume penjualan otomotif yang
lebih rendah akibat pelemahan pasar secara keseluruhan. Ventura bersama dan entitas
asosiasi pada segmen otomotif menyumbang 89% (2014: 77%) dari seluruh hasil bersih
ventura bersama dan entitas asosiasi. PermataBank, ventura bersama dengan Standard
Chartered Bank dengan 44,56% kepemilikan saham Grup Astra, memberikan kontribusi
sebesar Rp 4 miliar (2014: Rp 599 miliar) kepada bagian atas hasil bersih ventura bersama
dan entitas asosiasi, atau turun 99%. Dengan demikian membuat trend angka indeks pada
tampilan mengalami ketidak stabilan yang tinggi.
PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA Tbk
a. Year-to-Year Change Analysis

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN KOMPARATIF


2016 2015 2014 JUMLAH PERSENTASE (%)
Penjualan Neto 38.256.857 30.107.727 29.150.275 9.106.582 31
Beban Pokok Penjualan (31.743.222) (24.967.568) (25.016.020) (6.727.202) 27

LABA BRUTO 6.513.635 5.140.159 4.134.255 2.379.380 58


Beban penjualan (821.978) (627.460) (545.889) (276.089) 51
Beban umum dan administrasi (1.232.950) (1.070.037) (960.589) (272.361) 28
Penghasilan operasi lain 227.349 157.170 105.672 121.677 115
Beban operasi lain (268.940) (111.759) (365.701) 96.761 (26)

LABA USAHA 4.417.116 3.488.073 2.367.748 2.049.368 87


Laba (rugi) selisih kurs 168.820 (586.777) (271.373)
Penghasilan keuangan 44.911 22.559 23.371 21.540 92
Beban keuangan (647.186) (642.227) (284.227) (362.959) 128

LABA SEBELUM BEBAN PAJAK PENGHASILAN 3.983.661 2.281.628 1.835.519 2.148.142 117
Beban pajak penghasilan-neto (1.731.848) (449.030) (360.248) (1.371.600) 381

LABA TAHUN BERJALAN


setelah penyesuaian laba merging bisnis 2.251.813 1.832.598 1.475.271 776.542 53
Efek penyesuaian rugi (laba) dari merging bisnis (26.411) - - (26.411)
-
LABA TAHUN BERJALAN 2.225.402 1.832.598 1.475.271 750.131 51

Penghasilan komprehensif lain


direklasifikasi ke laba rugi:
Pengukuran kembali atas
liabilitas imbalan kerja - neto pajak (7.546) 17.794 - (7.546)
TOTAL LABA KOMPREHENSIF LAIN
TAHUN BERJALAN 2.217.856 1.850.392 1.475.271 742.585 50

Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada:


Pemilik entitas induk 2.220.561 1.836.978 1.746.795 473.766 27
Kepentingan nonpengendali 4.841 (4.380) (151) 4.992 (3.306)
Total 2.225.402 1.832.598 1.746.644 478.758 27

Total penghasilan komprehensif


tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada:
Pemilik entitas induk 2.212.931 1.854.985 2.212.931
Kepentingan nonpengendali 4.925 (4.593) 4.925
Total 2.217.856 1.850.392 2.217.856

Laba per saham dasar yang dapat diatribusikan


kepada pemilik entitas induk (Rupiah penuh) 135 112 107 28 26

Tabel diatas menunjukkan analisis komparatif tahun ke tahun


menggunakan laporan laba rugi PT Charoend Pokphand Tbk. Analisis pada
tabel menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun, baik dari pos
penjualan, beban pokok penjualan, dan juga laba bruto. Dalam tinjauan
keuangan laporan tahunan PT Charoend Pokphand Tbk. Perseroan
mencatatkan penjualan neto sebesar Rp29,2 triliun pada tahun 2014 yang
merupakan peningkatan sebesar Rp3,5 triliun atau 13,59% dibandingkan
penjualan tahun sebelumnya. Peningkatan ini terutama berasal dari peningkatan
penjualan pakan ternak sebesar Rp3,6 triliun atau 19,35%. Beban pokok penjualan
meningkat sebesar Rp4,5 triliun atau 21,95%. Peningkatan ini terutama
disebabkan peningkatan beban pokok penjualan pakan sebesar Rp3,3 triliun atau
21,91% dan beban pokok penjualan DOC sebesar Rp796,5 miliar atau 27,46%
dibandingkan tahun sebelumnya. Di tahun 2014, Perseroan mengalami penurunan
laba bruto sebesar Rp1,0 triliun dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan
laba bruto tersebut terutama berasal dari penurunan laba bruto DOC sebesar
Rp1,4 triliun. Beban penjualan pada tahun 2014 adalah sebesar Rp545,9 miliar,
naik sebesar Rp166,2 miliar atau 43,76% dibandingkan tahun 2013. Perseroan
mencatatkan penjualan neto sebesar Rp30,1 triliun pada tahun 2015 yang
merupakan peningkatan sebesar Rp957,5 miliar atau 3,28% dibandingkan
penjualan tahun sebelumnya. Peningkatan ini terutama berasal dari peningkatan
penjualan DOC sebesar Rp640,9 miliar atau 19,66%. Beban pokok penjualan
menurun sebesar Rp48,5 miliar atau 0,19%. Penurunan ini terutama disebabkan
penurunan beban pokok penjualan pakan sebesar Rp577,3 miliar atau 3,11%
dibandingkan tahun sebelumnya. Di tahun 2015, Perseroan mengalami
peningkatan laba bruto sebesar Rp1,0 triliun dibandingkan tahun sebelumnya.
Peningkatan laba bruto tersebut terutama berasal dari peningkatan laba bruto
pakan ternak sebesar Rp294,2 miliar dan DOC sebesar Rp434,8 miliar. Penjualan
neto meningkat sebesar Rp8,34 triliun atau 27,86% dari Rp29,92 triliun di 2015
menjadi Rp38,26 triliun di tahun 2016. Peningkatan ini terutama berasal dari
peningkatan penjualan daging ayam pedaging dan anak ayam usia sehari masing-
masing sebesar Rp6,00 triliun dan Rp977,38 miliar. Dengan demikian dapat
diihat bahwa dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, ada beberapa pos
penurunan tetapi terlalu tipis.

Tabel diatas menunjukkan analisis komparatif tahun ke tahun


menggunakan laporan posisi keuangan PT Charoend Pokphand Tbk. Total aset
meningkat di tahun 2015 tetapi menurun tipis di tahun 2016 sehingga
muncul presentasi sebesar 16,02%, dipengaruhi oleh kenaikan total aset
lancar dan aset tidak lancar. Total liabilitas perusahaan juga meningkat
tipis 1,30% dan ekuitas perusahaan mengalami kenaikan sebesar 29,37%.
Total aset PT Charoend Pokphand Tbk Aset Perseroan pada tanggal 31
Desember 2014 mengalami peningkatan sebesar Rp5,1 triliun atau 32,69%
dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2013. Peningkatan ini terutama
disebabkan oleh kenaikan piutang usaha pihak ketiga, piutang lain-lain, ayam
pembibit turunan, uang muka pembelian aset tetap dan penambahan aset tetap.
Piutang usaha pihak ketiga mengalami peningkatan sebesar Rp586,4 miliar
atau 24,08% dimana sejalan dengan peningkatan penjualan dari tahun
sebelumnya, dimana penjualan dari segmen pakan ternak meningkat 19,35% dan
ayam olahan meningkat 23,58%. Aset Perseroan pada tanggal 31 Desember 2015
mengalami peningkatan sebesar Rp3,84 triliun atau 18,44% dibandingkan dengan
tanggal 31 Desember 2014. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh kenaikan
persediaan dan penambahan aset tetap. Persediaan mengalami peningkatan
sebesar Rp1,13 triliun atau 26,22% dibandingkan dengan tahun 2014 yang
terutama berasal dari peningkatan produksi pakan selama tahun 2015 yang sejalan
dengan peningkatan kuantitas penjualan sebanyak 1,57% di tahun 2015. Total
aset menurun sebesar Rp711,66 miliar atau 2,86% dari Rp24,92 triliun di 2015
menjadi Rp22,20 triliun di 2016.Penurunan tersebut terutama berasal dari
penurunan aset tidak lancar sebesar Rp712,22 miliar. Aset lancar tahun 2016 dan
2015 tetap sebesar Rp12,06 triliun karena meningkat hanya sebesar Rp560 juta.
Kas dan setara kas meningkat sebesar Rp825,16 miliar atau 49,14% dari sebesar
Rp1,68 triliun di 2015 menjadi Rp2,50 triliun di 2016. Peningkatan tersebut
terutama disebabkan oleh kenaikan penerimaan kas aktivitas operasi.

b. Analisis Tren Angka Indeks

Chart Title
50000000
40000000
30000000
20000000
10000000
0
-10000000 cpin Penjualan BPP Laba Bruto

-20000000
-30000000
-40000000

Series1 Series2 Series3

Tabel diatas menunjukkan hasil analisis tren angka indeks untuk pos-pos
signifikan dalam laporan laba rugi PT Holcim Indonesia Tbk. Analisis pada
tabel menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun, baik dari pos
penjualan, beban pokok penjualan, dan juga laba bruto. Dalam tinjauan
keuangan laporan tahunan PT Charoend Pokphand Tbk. Perseroan
mencatatkan penjualan neto sebesar Rp29,2 triliun pada tahun 2014 yang
merupakan peningkatan sebesar Rp3,5 triliun atau 13,59% dibandingkan
penjualan tahun sebelumnya. Peningkatan ini terutama berasal dari peningkatan
penjualan pakan ternak sebesar Rp3,6 triliun atau 19,35%. Beban pokok penjualan
meningkat sebesar Rp4,5 triliun atau 21,95%. Peningkatan ini terutama
disebabkan peningkatan beban pokok penjualan pakan sebesar Rp3,3 triliun atau
21,91% dan beban pokok penjualan DOC sebesar Rp796,5 miliar atau 27,46%
dibandingkan tahun sebelumnya. Di tahun 2014, Perseroan mengalami penurunan
laba bruto sebesar Rp1,0 triliun dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan
laba bruto tersebut terutama berasal dari penurunan laba bruto DOC sebesar
Rp1,4 triliun. Beban penjualan pada tahun 2014 adalah sebesar Rp545,9 miliar,
naik sebesar Rp166,2 miliar atau 43,76% dibandingkan tahun 2013. Perseroan
mencatatkan penjualan neto sebesar Rp30,1 triliun pada tahun 2015 yang
merupakan peningkatan sebesar Rp957,5 miliar atau 3,28% dibandingkan
penjualan tahun sebelumnya. Peningkatan ini terutama berasal dari peningkatan
penjualan DOC sebesar Rp640,9 miliar atau 19,66%. Beban pokok penjualan
menurun sebesar Rp48,5 miliar atau 0,19%. Penurunan ini terutama disebabkan
penurunan beban pokok penjualan pakan sebesar Rp577,3 miliar atau 3,11%
dibandingkan tahun sebelumnya. Di tahun 2015, Perseroan mengalami
peningkatan laba bruto sebesar Rp1,0 triliun dibandingkan tahun sebelumnya.
Peningkatan laba bruto tersebut terutama berasal dari peningkatan laba bruto
pakan ternak sebesar Rp294,2 miliar dan DOC sebesar Rp434,8 miliar. Penjualan
neto meningkat sebesar Rp8,34 triliun atau 27,86% dari Rp29,92 triliun di 2015
menjadi Rp38,26 triliun di tahun 2016. Peningkatan ini terutama berasal dari
peningkatan penjualan daging ayam pedaging dan anak ayam usia sehari masing-
masing sebesar Rp6,00 triliun dan Rp977,38 miliar. Dengan demikian dapat
diihat bahwa dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, ada beberapa pos
penurunan tetapi terlalu tipis.

4. PERHITUNGAN DAN ANALISIS DENGAN COMMON-SIZE FINANCIAL


STATEMENT ANALYSIS
Analisis laporan keuangan common-size berguna dalam memahami
pembentuk internal laporan keuangan perusahaan. Perbandingan waktu atas analisis
laporan keuangan common-size bermanfaat untuk mengungkapkan perubahan
proporsional pos dalam kelompok asset, kewajiban, beban dan kategori lainnya serta
untuk menekankan perbedaan komposisi dan distribusi pos.
PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk
ANALISIS COMMON SIZE

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN KOMPARATIF


2014 2015 2016
2016 2015 2014

ASET
ASET LANCAR
Kas dan setara kas 2.504.434 1.679.273 884.831 4,241 6,803 10,347
Investasi jangka pendek 20.870 - - - 0,086
Piutang
Usaha
Pihak ketiga - neto 2.187.133 2.709.134 3.021.952 14,485 10,975 9,036
Pihak berelasi 128.882 289.173 137.334 0,658 1,171 0,532
Lain-lain 521.381 341.542 362.923 1,740 1,384 2,154
Persediaan - neto 5.109.719 5.454.001 4.333.238 20,771 22,094 21,110
Ayam pembibit turunan-neto 1.227.729 1.172.874 1.077.653 5,166 4,751 5,072
Hewan ternak dalam pertumbuhan 83.533 53.914 - 0,218 0,345
Uang muka 143.677 186.803 126.709 0,607 0,757 0,594
Biaya dibayar dimuka 57.296 45.476 38.977 0,187 0,184 0,237
Pajak pertambahan nilai dibayar di muka 4.178 34.278 2.687 0,013 0,139 0,017
Bagian lancar sewa jangka panjang dibayar dimuka 70.601 46.826 23.366 0,112 0,190 0,292
Total Aset Lancar 12.059.433 12.013.294 10.009.670 47,979 48,667 49,822
ASET TIDAK LANCAR
Uang muka pembelian
Aset tetap 33.388 41.021 780.780 3,743 0,166 0,138
Piutang pihak berelasi non-usaha 11.770 6.589 14.947 0,072 0,027 0,049
Aset pajak tangguhan 70.927 466.629 375.061 1,798 1,890 0,293
Aset keuangan tidak lancar/investasi saham 21.000 17.500 219 0,001 0,071 0,087
Aset tetap - neto 11.233.847 11.123.465 9.058.302 43,419 45,062 46,411
Tagihan pajak penghasilan 52.065 577.171 492.509 2,361 2,338 0,215
Sewa jangka panjang dibayar dimuka
Setelah dikurangi bagian lancar 68.260 62.622 52.655 0,252 0,254 0,282
Goodwill 444.803 - - - 1,838
Aset tak berwujud - neto 101.418 292.659 - 1,186 0,419
Aset tidak lancar lainnya 108.083 83.965 78.296 0,375 0,340 0,447
Total Aset Tidak Lancar 12.145.561 12.671.621 10.852.769 52,021 51,333 50,178
TOTAL ASET 24.204.994 24.684.915 20.862.439 100,000 100,000 100,000

LIABILITAS
LIABILITAS JANGKA PENDEK
Utang bank jangka pendek 1.400.000 1.710.000 1.487.338 7,129 6,927 5,784
Utang
usaha:
pihak ketiga 1.114.310 2.357.885 1.491.270 7,148 9,552 4,604
pihak berelasi 152.636 105.883 99.836 0,479 0,429 0,631
Lain-lain 460.274 444.260 498.971 2,392 1,800 1,902
Beban akrual 157.713 123.236 115.936 0,556 0,499 0,652
Liabilitas imbalan kerja
Jangka pendek 5.558 2.573 2.035 0,010 0,010 0,023
utang pajak 676.825 260.521 365.426 1,752 1,055 2,796
uang muka pelanggan 19.122 26.044 19.676 0,094 0,106 0,079
bagian lancar utang bank
jangka panjang 1.563.819 673.440 386.752 1,854 2,728 6,461
Total Liabilitas jangka pendek 5.550.257 5.703.842 4.467.240 21,413 23,107 22,930
LIABILITAS JANGKA PANJANG
Utang pihak berelasi non-usaha 244.714 97.248 268.858 1,289 0,394 1,011
Liabilitas pajak tangguhan 90.938 31.785 2.862 0,014 0,129 0,376
Liabilitas imbalan kerja
jangka panjang 515.760 410.091 4.722.759 22,638 1,661 2,131
Utang bank jangka panjang
setelah dikurangi bagian lancar 3.646.082 5.880.522 457.431 2,193 23,822 15,063
Total Liabilitas jangka panjang 4.497.494 6.419.646 5.451.910 26,133 26,006 18,581
TOTAL LIABILITAS 10.047.751 12.123.488 9.919.150 47,545 49,113 41,511

EKUITAS
Ekuitas yang Dapat
Diatribusikan kepada
Pemilik Entitas Induk
Modal saham - nilai nominal
Rp10 per saham (Rupiah penuh)
Modal dasar -
40.000.000.000 saham
Modal ditempatkan dan disetor penuh - 163.980 163.980 163.980 0,786 0,664 0,677
16.398.000.000 saham
Tambahan modal disetor -43.385 121.175 121.175 0,581 0,491 (0,179)
Komponen lain dari ekuitas 18.034
Ekuitas merging bisnis
Saldo laba
Telah ditentukan penggunaannya 33.000 33.000 33.000 0,158 0,134 0,136
Belum ditentukan penggunaannya 13.966.362 12.228.973 10.607.548 50,845 49,540 57,700
Ekuitas yang Dapat Diatribusikan kepada Pemilik Entitas Induk 14.137.991 12.547.128 10.925.703 52,370 50,829 58,409
Kepentingan Nonpengendali 19.252 14.299 17.586 0,084 0,058 0,080
TOTAL EKUITAS 14.157.243 12.561.427 10.943.289 52,455 50,887 58,489
TOTAL LIABILITAS DAN EKUITAS 24.204.994 24.684.915 20.862.439 100,000 100,000 100,000
PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA Tbk
ANALISIS COMMON SIZE
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN KOMPARATIF
2014 2015 2016
2016 2015 2014

ASET
ASET LANCAR
Kas dan setara kas 29.357 27.102 20.902 8,856 11,042 11,211
Investasi lain lain 899 484 277 0,117 0,197 0,343
Piutang usaha, setelah dikurangi
penyisihan piutang ragu-ragu
Pihak berelasi 1.537 923 909 0,385 0,376 0,587
Pihak ketiga 17.409 16.853 20.423 8,653 6,867 6,648
Piutang pembiayaan, setelah dikurangi
penyisihan piutang ragu-ragu sebesar 33.216 31.728 30.297 12,836 12,927 12,685
Piutang lain-lain, setelah dikurang
penyisihan piutang ragu-ragu sebesar
Pihak berelasi 223 249 261 0,111 0,101 0,085
Pihak ketiga 3.741 3.252 2.869 1,216 1,325 1,429
Persediaan 17.771 18.337 16.986 7,197 7,471 6,787
Pajak dibayar dimuka 4.443 4.729 3.168 1,342 1,927 1,697
Pembayaran dimuka lainnya 1.807 1.504 1.149 0,487 0,613 0,690
Total Aset Lancar 110.403 105.161 97.241 41,199 42,847 42,162
ASET TIDAK LANCAR
Piutang usaha - pihak ketiga 480 - 0,183
Piutang pembiayaan, setelah dikurangi 31.423 28.377 30.408 12,883 11,562 12,000
penyisihan piutang ragu-ragu sebesar
Piutang lain-lain, setelah dikurangi
penyisihan piutang ragu-ragu sebesar nihil
Pihak berelasi 489 1.276 819 0,347 0,520 0,187
Pihak ketiga 973 3.589 1.724 0,730 1,462 0,372
Investasi pada ventura bersama 26.988 23.201 21.997 9,320 9,453 10,306
Investasi pada entitas asosiasi 6.999 6.439 5.253 2,226 2,624 2,673
Investasi lain-lain 6.372 5.320 5.455 2,311 2,168 2,433
Aset pajak tangguhan 3.980 3.043 2.891 1,225 1,240 1,520
Properti investasi 6.183 3.493 2.534 1,074 1,423 2,361
Tanaman perkebunan, setelah dikurangi
akumulasi penyusutan 6.675 6.686 6.007 2,545 2,724 2,549
Aset tetap, setelah dikurangi
akumulasi penyusutan 43.237 41.702 41.250 17,477 16,991 16,512
Properti pertambangan, setelah dikurangi
akumulasi penyusutan dan penurunan nilai 4.613 4.859 9.149 3,876 1,980 1,762
Hak konsesi, setelah dikurangi
akumulasi amortisasi sebesar 5.987 5.298 4.930 2,089 2,159 2,286
Goodwill 1.974 1.974 1.534 0,650 0,804 0,754
Aset takberwujud lainnya 2.072 2.039 1.968 0,834 0,831 0,791
Aset lain-lain 3.007 2.978 2.869 1,216 1,213 1,148
Total Aset Tidak Lancar 151.452 140.274 138.788 58,801 57,153 57,838
TOTAL ASET 261.855 245.435 236.029 100,000 100,000 100,000

LIABILITAS
LIABILITAS JANGKA PENDEK
Pinjaman jangka pendek 18.764 11.975 10.586 4,485 4,879 7,166
Utang usaha :
pihak berelasi 3.666 3.246 2.801 1,187 1,323 1,400
pihak ketiga 18.823 17.311 16.038 6,795 7,053 7,188
Liabilitas lain-lain:
pihak berelasi 557 285 81 0,034 0,116 0,213
pihak ketiga 7.039 6.791 5.567 2,359 2,767 2,688
Utang pajak 1.851 2.142 2.132 0,903 0,873 0,707
Akrual 6.174 5.621 5.450 2,309 2,290 2,358
Provisi 293 23 430 0,182 0,009 0,112
Liabilitas imbalan kerja 420 451 0,184 0,160
Pendapatan ditangguhkan 4.436 4.170 3.603 1,527 1,699 1,694
Bagian jangka pendek dari utang jangka panjang:
pinjaman bank dan pinjaman lain lain 15.104 16.437 17.898 7,583 6,697 5,768
Surat berharga yang diterbitkan 11.264 7.357 8.487 3,596 2,998 4,302
Utang sewa pembiayaan 688 433 450 0,191 0,176 0,263
Total Liabilitas jangka pendek 89.079 76.242 73.523 31,150 31,064 34,018
LIABILITAS JANGKA PANJANG
Liabilitas lain-lain - pihak ketiga 232 574 947 0,401 0,234 0,089
Pendapatan ditangguhkan 1.873 1.694 2.537 1,075 0,690 0,715
Liabilitas pajak tangguhan 1.641 1.796 2.645 1,121 0,732 0,627
Provisi 207 293 192 0,081 0,119 0,079
Liabilitas imbalan kerja 3.827 3.856 3.210 1,360 1,571 1,461
Utang jangka panjang, setelah dikurangi bagian jangka pendek:
Pinjaman bank dan pinjaman lain-lain 10.195 18.315 19.587 8,299 7,462 3,893
Surat berharga yang diterbitkan 14.836 15.239 12.465 5,281 6,209 5,666
Utang sewa pembiayaan 59 893 599 0,254 0,364 0,023
Total Liabilitas jangka panjang 32.870 42.660 42.182 17,872 17,381 12,553
TOTAL LIABILITAS 121.949 118.902 115.705 49,022 48,445 46,571

EKUITAS
Modal saham:
Modal dasar - 60.000.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 50
(dalam satuan Rupiah) per saham 2.024 2.024 2.024 0,858 0,825 0,773
Modal ditempatkan dan disetor penuh - 40.483.553.140 saham biasa 1.139 1.139 1.139 0,483 0,464 0,435
Tambahan modal disetor
Saldo laba:
Dicadangkan 425 425 425 0,180 0,173 0,162
Belum dicadangkan 101.217 92.564 87.034 36,874 37,714 38,654
Komponen ekuitas lainnya 7.146 5.891 4.989 2,114 2,400 2,729
Ekuitas yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk
Kepentingan nonpengendali 27.955 24.490 24.713 10,470 9,978 10,676
TOTAL EKUITAS 139.906 126.533 120.324 50,978 51,555 53,429
TOTAL LIABILITAS DAN EKUITAS 261.855 245.435 236.029 100,000 100,000 100,000
5. PERHITUNGAN DAN ANALISIS DENGAN ANALYSIS RATIO

PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk

A. RASIO LI KUIDITAS
2014 2015 2016
A. RASIO LANCAR = Aktiva Lancar = 97.241 105.161 110.403
Liabilitas Jangka Pendek 73.523 76.242 89.079
=
1,323 1,379 1,239

Rasio lancar merupakan kemampuan aset lancar untuk membayar atau


memenuhi liabilitas jangka pendeknya. Pada tahun 2014 rasio lancar PT Astra
International Tbk tercatat sebesar 1,32. Lalu pada tahun 2015 rasio lancar
mengalami kenaikan di angka 1,37. Tabel menunjukkan adanya kenaikan aset
lancar menjadi Rp 105.161 miliar yang terkait denga peningkatan posisi kas akhir
tahun, naiknya piutang, serta penurunan persediaan dan penurunan pajak dibayar
di muka. Kenaikan kewajiban lancar menjadi Rp 76.242 miliar disebabkan oleh
penghentian kegiatan operasional pada tahun 2015. Pada tahun 2016 rasio kembali
mengalami penurunan yang signifikan menjadi 1,23.

2014 2015 2016


Aktiva Lancar - Persediaan 80.255 86.824 92.632
B. RASIO CEPAT .=
Liabilitas Jangka Pendek 73.523 76.242 89.079
=
1,092 1,139 1,040

Rasio cepat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar


kewajiban jangka pendek dengan aset lancarnya tanpa memperhitungkan
persediaan. Pada tahun 2014 rasio cepat PT Astra International Tbk tercatat
sebesar 1,09. Lalu pada tahun 2015 rasio cepat mengalami kenaikan di angka
1,13 yang disebabkan oleh kenaikan piutang karena pasokan dari pabrik baru
mendongkrak penjualan. Pada tahun 2016 rasio cepat perusahaan mengalami
penurunan menjadi 1,04 hal ini diakibatkan oleh kenaikan kewajiban lancar yaitu
kenaikan pinjaman bank jangka pendek dengan pihak ketiga.

2014 2015 2016


Rata-rata piutang usaha 21.332 17.776 18.946
C. PERIODE PENAGIHAN .=
Biaya Penjualan/360 560 512 503
= 38,074 34,742 37,665
38 hari 34 hari 37 hari

Collection period atau periode penagihan berkaitan dengan kemampuan


perusahaan dalam mengumpulkan jumlah piutang dalam jangka waktu tertentu.
Waktu penagihan pada PT Astra International Tbk pada tahun 2014 yaitu 38 hari,
lalu pada tahun 2015 sekitar 34 hari dan pada tahun 2016 sekitar 37 hari.

2014 2015 2016


JUMLAH HARI UNTUK Rata-rata persediaan 16.986 18.337 17.771
D. .=
MENJUAL PERSEDIAAN Biaya Penjualan/360 560 512 503
= 30,317 35,839 35,329
30 hari 35 hari 35 hari
Days to sell inventory atau jumlah hari untuk menjual persediaan
merupakan ukuran mengenai seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
membeli, menjual, atau mengganti persediaannya. Jumlah hari untuk menjual
persediaan PT Astra International Tbk menunjukkan tren yang mendekati stabil
dimana pada tahun 2014 yaitu sekitar 30 hari, lalu pada tahun 2015 meningkat
pada 35 hari dan terakhir tahun 2016 yaitu tetap 35 hari.

B. STRUKTUR MODAL DAN SOLVABILITAS

2014 2015 2016


TOTAL UTANG TERHADAP Total Liabilitas 115.705 118.902 121.949
A. .=
EKUITAS Ekuitas Pemegang Saham 120.324 126.533 139.906
=
0,962 0,940 0,872

Total debt to equity biasanya digunakan untuk melihat seberapa besar


utang perusahaan jika dibandingkan dengan ekuitas pemegang saham. Pada tahun
2014 total debt to equity PT Astra International Tbk tercatat sebesar 0,96. Tahun
2015 total liabilitas terhadap ekuitas menurun dari 0,96 menjadi 0,94. Dan pada
tahun berikutnya di tahun 2016, total deb tot equity kembali mengalami
peningkatan menjadi 0,87.

Long term debt to equity digunakan untuk mengukur bagian dari ekuitas
yang dijadikan jaminan untuk kewajiban jangka panjang. Long term debt to
equity PT Astra International Tbk, pada tahun 2014 tercatat sebesar 0,35 yang
lalu mengalami penurunan menjadi 0,33 Pada tahun 2016, mengalami penurunan
kembali menjadi 0,23.

C. RETURN ON INVESTMENT

2014 2015 2016


TINGKAT PENGEMBALIAN Laba bersih setelah pajak 22.125 15.613 18.302
A. .=
ASET (ROA) Total Aset 236.029 245.435 261.855
=
0,094 0,064 0,070

Return on assets (ROA) merupakan rasio yang mengukur seberapa efisien


suatu perusahaan dalam mengelola asetnya untuk menghasilkan laba selama suatu
periode. ROA PT Astra International Tbk menunjukkan penurunan setiap
tahunnya, mulai dari 9,4% di 2014, lalu turun kembali menjadi 6% di 2015 dan
pada tahun 2016% kembali menurun mencapai 7%. Penurunan ini dipengaruhi
oleh menurunnya laba tahun berjalan perusahaan yang dipengaruhi pertumbuhan
ekonomi Indonesia yang lemah selama enam tahun terakhir sehingga harga di
pasar menurun.
2014 2015 2016
TINGKAT PENGEMBALIAN Laba bersih setelah pajak 22.125 15.613 18.302
B. .=
EKUITAS (ROE) Rata-rata ekuitas pemegang saham 120.324 126.533 139.906
=
0,184 0,123 0,131

Return on common equity (ROE) merupakan rasio yang menunjukkan


kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan
modal sendiri. Sama halnya dengan ROA, ROE PT Astra International Tbk
menunjukkan ketidak stabilan setiap tahunnya. Dimulai dari tahun 2014 sebesar
18% lalu turun lagi 12% di tahun 2015 dan terakhir kembali meningkat sampai
13% di tahun 2016.

D. KINERJA OPERASI
2014 2015 2016
Penjualan - HPP 38.809 36.710 36.432
A. MARGIN LABA KOTOR .=
Penjualan 201.701 184.196 181.084
=
0,192 0,199 0,201

Gross profit margin merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk


menghitung persentase kelebihan laba kotor terhadap pendapatan penjualan.
Gross profit margin PT Astra International Tbk tidak stabil juga setiap tahunnya,
hal ini dipengaruhi oleh fluktuatifnya penjualan perusahaan akibat kondisi
ekonomi yang tidak stabil serta meningkatnya beban pokok penjualan tiap
tahunnya. Gross profit margin tahun 2014 sebesar 29%, lalu turun hingga 19% di
tahun 2015, dan kembali mengalami kenaikan menjadi 20% di tahun 2016.
2014 2015 2016
Laba Operasi 27.352 19.630 22.253
B. MARGIN LABA OPERASI .=
Penjualan 201.701 184.196 181.084
=
0,136 0,107 0,123

Operating profit margin merupakan rasio untuk untuk mengukur


kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Masih sama dengan
perhitungan rasio sebelumnya, keseluruhan laba perusahaan yang mengalami
ketidak stabilan akibat kondisi ekonomi yang tidak stabil serta rendahnya harga di
pasar membuat kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari penjualan
menurun. Di tahun 2014 perusahaan memiliki operating profit margin sebesar
13% lalu turun lagi 10% di tahun 2015 dan kembali meningkat 12% di tahun
2016.

2014 2015 2016


Laba Bersih 22.125 15.613 18.302
C. MARGIN LABA BERSIH .=
Penjualan 201.701 184.196 181.084
=
0,110 0,085 0,101
Net profit margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
persentase laba bersih pada suatu perusahaan terhadap penjualan bersihnya. Net
profit margin PT Astra International Tbk mengalami ketidak stabilan setiap
tahunnya. Masih sama dengan rasio kinerja operasi lainnya, hal ini dipengaruhi
kondisi ekonomi yang tidak stabil serta rendahnya harga di pasar di tengah
ketatnya persaingan. Pada tahun 2014, tercatat net profit margin sebesar 11% lalu
turun menjadi 8% di tahun 2015. Di tahun 2016 net profit margin kembali
meningkat menjadi 10%.

E. ASSETS UTILIZATION

2014 2015 2016


Penjualan 201.701 184.196 181.084
A. PERPUTARAN KAS .=
Rata-rata kas dan setara kas 20.902 27.102 29.357
=
9,650 6,796 6,168

PERPUTARAN PIUTANG Penjualan 201.701 184.196 181.084


B. .=
USAHA Rata-rata piutang usaha 21.332 17.776 18.946
=
9,455 10,362 9,558

PERPUTARAN Harga Pokok Penjualan 162.892 147.486 144.652


C. .=
PERSEDIAAN Rata-rata persediaan 16.986 18.337 17.771
=
9,590 8,043 8,140

PERPUTARAN MODAL Penjualan 201.701 184.196 181.084


D. .=
KERJA Rata-rata modal kerja 2.024 2.024 2.024
=
99,655 91,006 89,468

Penjualan 201.701 184.196 181.084


E. PERPUTARAN ASET TETAP .=
Rata-rata aset tetap 41.250 41.702 43.237
=
4,890 4,417 4,188

PERPUTARAN Penjualan 201.701 184.196 181.084


F. .=
PERSEDIAAN Rata-rata total aset 236.029 245.435 261.855
=
0,855 0,750 0,692

Assets utilization PT Astra International Tbk Holcim Indonesia Tbk


mengalami tren penurunan untuk setiap rasionya kecuali rasio perputaran
persediaan, perputaaran pitang usaha.
PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA Tbk

A. RASIO LIKUIDITAS

2014 2015 2016


A. RASIO LANCAR = Aktiva Lancar = 10.021.892 12.013.294 12.059.433
Liabilitas Jangka Pendek 4.467.240 5.703.842 5.550.257
=
2,243 2,106 2,173

Rasio lancar merupakan kemampuan aset lancar untuk membayar atau


memenuhi liabilitas jangka pendeknya. Pada tahun 2014 rasio lancar PT Charoen
Pokphand Indonesia Tbk tercatat sebesar 2,24. Lalu pada tahun 2015 rasio lancar
mengalami penurunan di angka 2,10. Tabel menunjukkan adanya kenaikan aset
lancar menjadi Rp 12.013.294 miliar yang terkait dengan peningkatan posisi kas
akhir tahun, naiknya piutang, serta penurunan persediaan dan penurunan pajak
dibayar di muka. Kenaikan kewajiban lancar menjadi Rp 5.703.842 miliar
disebabkan oleh penghentian kegiatan operasional pada tahun 2015. Pada tahun
2016 rasio kembali mengalami kenaikan menjadi 2,17.

2014 2015 2016


Aktiva Lancar - Persediaan 9.588.654 6.559.293 6.949.704
B. RASIO LANCAR .=
Liabilitas Jangka Pendek 4.467.240 5.703.842 5.550.257
=
2,146 1,150 1,252

Rasio cepat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar


kewajiban jangka pendek dengan aset lancarnya tanpa memperhitungkan
persediaan. Pada tahun 2014 rasio cepat PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk
tercatat 2,14 lalu pada tahun 2015 turun drastis menjadi 1,15 dan kembali naik
pada tahun 2016 menjadi 1,25. Peningkatan setiap tahunnya dipengaruhi oleh
peningkatan kas dan setara kas serta piutang usaha sejalan dengan pertumbuhan
penjualan.

2014 2015 2016


Rata-rata piutang usaha 3.159.286 2.998.307 2.316.015
C. PERIODE PENAGIHAN .=
Biaya Penjualan/360 -1.516 -1.743 -2.283
= (2.083,469) (1.720,254) (1.014,340)
2083 hari 1720 hari 1014 hari
Collection period atau waktu penagihan berkaitan dengan kemampuan
perusahaan dalam mengumpulkan jumlah piutang dalam jangka waktu tertentu.
Waktu penagihan pada PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk pada tahun 2014
yaitu 2083 hari, lalu pada tahun 2015 sekitar 1720hari dan pada tahun 2016
sekitar 1014 hari.
2014 2015 2016
JUMLAH HARI UNTUK Rata-rata persediaan 4.333.238 5.454.001 5.109.719
D. .=
MENJUAL PERSEDIAAN Biaya Penjualan/360 -1.516 -1.743 -2.283
= (2.857,661) (3.129,188) (2.237,893)
2857 hari 3129 hari 2237 hari
Days to sell inventory atau jumlah hari untuk menjual persediaan
merupakan ukuran mengenai seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
membeli, menjual, atau mengganti persediaannya. Jumlah hari untuk menjual
persediaan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk menunjukkan tren yang tidak
stabil dimana pada tahun 2014 yaitu sekitar 2857 hari, lalu pada tahun 2015
meningkat pada 3129 hari dan terakhir tahun 2016 yaitu 2237 hari.

B. STRUKTUR MODAL DAN SOLVABILITAS

2014 2015 2016


TOTAL UTANG TERHADAP Total Liabilitas 9.919.150 12.123.488 10.047.751
A. .=
EKUITAS Ekuitas Pemegang Saham 10.943.289 12.561.427 14.157.243
=
0,906 0,965 0,710

Total debt to equity biasanya digunakan untuk melihat seberapa besar


utang perusahaan jika dibandingkan dengan ekuitas pemegang saham. Pada tahun
2014 total debt to equity PT Kalbe Farma Tbk tercatat sebesar 0,90. Tahun 2015
total kewajiban terhadap ekuitas meningkat menjadi 0,96. Dan pada tahun 2016
kembali menurun menjadi 0,71. Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan total
kewajiban yang terus bertambah setiap tahun akibat penambahan liabilitas jangka
panjang perusahaan.

2014 2015 2016


UTANG JANGKA Liabilitas Jk Panjang 5.451.910 6.419.646 4.497.494
B. .=
PANJANG TERHADAP Ekuitas Pemegang Saham 10.943.289 12.561.427 14.157.243
=
0,498 0,511 0,318

Long term debt to equity digunakan untuk mengukur bagian dari ekuitas
yang dijadikan jaminan untuk kewajiban jangka panjang. Long term debt to
equity PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk pada tahun 2014 tercatat sebesar
0,02. Untuk dua tahun berikutnya mengalami penurunan yaitu tahun 2015 sebesar
0,51 dan tahun 2016 long term debt to equity di angka 0,31 yang disebabkan oleh
adanya peningkatan liabilitas jangka panjang.

C. RETURN ON INVESTMENT

Return on assets (ROA) merupakan rasio yang mengukur seberapa efisien


suatu perusahaan dalam mengelola asetnya untuk menghasilkan laba selama suatu
periode. ROA PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk pada tahun 2014 mencapai
7%, lalu untuk dua tahun berikutnya yaitu tahun 2015 dan tahun 2016, ROA
mengalami kenaikan dari 7% di tahun 2015 menjadi 9% ditahun 2016.
2014 2015 2016
TINGKAT PENGEMBALIAN Laba bersih setelah pajak 1.475.271 1.832.598 2.225.402
B. .=
EKUITAS (ROE) Rata-rata ekuitas pemegang saham 10.943.289 12.561.427 14.157.243
=
0,135 0,146 0,157

Return on common equity (ROE) merupakan rasio yang menunjukkan


kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan
modal sendiri. ROE PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk pada tahun 2014
sebesar 13% lalu untuk dua tahun berikutnya yaitu tahun 2015 dan tahun 2016
stagnan di angka 14% tahun 2015 dan 0,15 di tahun 2016. Hal ini disebabkan oleh
pertumbuhan penjualan neto yang melambat karena faktor-faktor eksternal dan
internal, serta meningkatnya beban produksi akibat melemahnya nilai tukar
Rupiah.

D. KINERJA OPERASI

2014 2015 2016


Penjualan - HPP 4.134.255 5.140.159 6.513.635
A. MARGIN LABA KOTOR .=
Penjualan 29.150.275 30.107.727 38.256.857
=
0,142 0,171 0,170

Gross profit margin merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk


menghitung persentase kelebihan laba kotor terhadap pendapatan penjualan.
Gross profit margin PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk pada tahun 2014
tercatat sebesar 14% lalu meningkat dan kemudian stagnan di 2 tahun pada tahun
2015 dan 2016 menjadi 17%.

2014 2015 2016


Laba Operasi 2.367.748 3.488.073 4.417.116
B. MARGIN LABA OPERASI .=
Penjualan 29.150.275 30.107.727 38.256.857
=
0,081 0,116 0,115

Operating profit margin merupakan rasio untuk untuk mengukur


kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Operating profit
margin PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk pada tahun 2014 tercatat sebesar
8% lalu menurun dan meningkat kemudian stagnan di dua tahun pada tahun 2015
dan 2016menjadi 0,11%.
2014 2015 2016
Laba Bersih 1.475.271 1.850.392 2.217.856
B. MARGIN LABA BERSIH .=
Penjualan 29.150.275 30.107.727 38.256.857
=
0,051 0,061 0,058

Net profit margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur


persentase laba bersih pada suatu perusahaan terhadap penjualan bersihnya. Net
profit margin PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk di angka 5%, kemudian
meningkat di 2015 menjadi 6% kemudian mengalami penurunan kembali menjadi
5% hal ini disebabkan oleh pertumbuhan penjualan neto yang melambat karena
factor eksternal dan internal, serta meningkatnya beban produksi akibat
melemahnya nilai tukar Rupiah.

E. ASSETS UTILIZATION

2014 2015 2016


Penjualan 29.150.275 30.107.727 38.256.857
A. PERPUTARAN KAS .=
Rata-rata kas dan setara kas 884.831 1.679.273 2.504.434
=
32,944 17,929 15,276

PERPUTARAN PIUTANG Penjualan 29.150.275 30.107.727 38.256.857


B. .=
USAHA Rata-rata piutang usaha 3.159.286 2.998.307 2.316.015
=
9,227 10,042 16,518

PERPUTARAN Harga Pokok Penjualan 25.016.020 24.967.568 31.743.222


C. .=
PERSEDIAAN Rata-rata persediaan 4.333.238 5.454.001 5.109.719
=
5,773 4,578 6,212

PERPUTARAN MODAL Penjualan 29.150.275 30.107.727 38.256.857


D. .=
KERJA Rata-rata modal kerja 163.980 163.980 163.980
=
177,767 183,606 233,302

Penjualan 29.150.275 30.107.727 38.256.857


E. PERPUTARAN ASET TETAP .=
Rata-rata aset tetap 9.058.302 11.123.465 11.233.847
=
3,218 2,707 3,405

PERPUTARAN Penjualan 29.150.275 30.107.727 38.256.857


F. .=
PERSEDIAAN Rata-rata total aset 20.862.439 24.684.915 24.204.994
=
1,397 1,220 1,581

Assets utilization PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk mengalami tren


ketidak stabilan untuk setiap rasionya kecuali rasio perputaran kas dan rasio
perputaran piutang usaha juga perputaran modal kerja. Peningkatan total aset PT
Charoen Pokphand Indonesia Tbk untuk setiap tahunnya disebabkan oleh
peningkatan kas dan setara kas serta piutang usaha sejalan dengan pertumbuhan
penjualan. Selain itu penurunan tersebut juga disebabkan oleh pertumbuhan
penjualan neto yang melambat karena faktor eksternal dan internal, serta
meningkatnya beban produksi akibat melemahnya nilai tukar Rupiah.
BAB II

ANALISIS AKTIVITAS PENDANAAN

Untuk analisis-analisis yang dilakukan selanjutnya, analisis akan lebih difokuskan


pada satu perusahaan yang sebelumnya sudah dianalisis dalam tinjauan atas laporan
keuangan yaitu, PT Holcim Indonesia Tbk. Berikut adalah analisis aktivitas pendanaannya.

PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk

A. LIABILITAS
Berikut ini adalah tampilan Liabilitas dalam Laporan Posisi Keuangan
Konsolidasian PT Astra International Tbk yang menampilkan berapa jumlah dari
liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang.
2014 2015 2016
LIABILITAS
LIABILITAS JANGKA PENDEK
Pinjaman jangka pendek 18.764 11.975 10.586
Utang usaha :
pihak berelasi 3.666 3.246 2.801
pihak ketiga 18.823 17.311 16.038
Liabilitas lain-lain:
pihak berelasi 557 285 81
pihak ketiga 7.039 6.791 5.567
Utang pajak 1.851 2.142 2.132
Akrual 6.174 5.621 5.450
Provisi 293 23 430
Liabilitas imbalan kerja 420 451
Pendapatan ditangguhkan 4.436 4.170 3.603
Bagian jangka pendek dari utang jangka panjang:
pinjaman bank dan pinjaman lain lain 15.104 16.437 17.898
Surat berharga yang diterbitkan 11.264 7.357 8.487
Utang sewa pembiayaan 688 433 450
Total Liabilitas jangka pendek 89.079 76.242 73.523
LIABILITAS JANGKA PANJANG
Liabilitas lain-lain - pihak ketiga 232 574 947
Pendapatan ditangguhkan 1.873 1.694 2.537
Liabilitas pajak tangguhan 1.641 1.796 2.645
Provisi 207 293 192
Liabilitas imbalan kerja 3.827 3.856 3.210
Utang jangka panjang, setelah dikurangi bagian jangka pendek:
Pinjaman bank dan pinjaman lain-lain 10.195 18.315 19.587
Surat berharga yang diterbitkan 14.836 15.239 12.465
Utang sewa pembiayaan 59 893 599
Total Liabilitas jangka panjang 32.870 42.660 42.182
TOTAL LIABILITAS 121.949 118.902 115.705

Dan sehubungan dengan liabilitas dalam laporan keuangan konsolidasian milik PT


Astra International Tbk, hal tersebut dapat kita kaitkan dengan beberapa rasio
keuangan, meliputi:
2014 2015 2016
A. RASIO LANCAR = Aktiva Lancar = 97.241 105.161 110.403
Liabilitas Jangka Pendek 73.523 76.242 89.079
=
1,323 1,379 1,239

Rasio lancar merupakan kemampuan aset lancar untuk membayar atau


memenuhi liabilitas jangka pendeknya. Pada tahun 2014 rasio lancar PT Astra
International Tbk tercatat sebesar 1,32. Lalu pada tahun 2015 rasio lancar
mengalami kenaikan di angka 1,37. Tabel menunjukkan adanya kenaikan aset
lancar menjadi Rp 105.161 miliar yang terkait denga peningkatan posisi kas akhir
tahun, naiknya piutang, serta penurunan persediaan dan penurunan pajak dibayar
di muka. Kenaikan kewajiban lancar menjadi Rp 76.242 miliar disebabkan oleh
penghentian kegiatan operasional pada tahun 2015. Pada tahun 2016 rasio kembali
mengalami penurunan yang signifikan menjadi 1,23.

2014 2015 2016


Aktiva Lancar - Persediaan 80.255 86.824 92.632
B. RASIO CEPAT .=
Liabilitas Jangka Pendek 73.523 76.242 89.079
=
1,092 1,139 1,040

Rasio cepat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar


kewajiban jangka pendek dengan aset lancarnya tanpa memperhitungkan
persediaan. Pada tahun 2014 rasio cepat PT Astra International Tbk tercatat
sebesar 1,09. Lalu pada tahun 2015 rasio cepat mengalami kenaikan di angka
1,13 yang disebabkan oleh kenaikan piutang karena pasokan dari pabrik baru
mendongkrak penjualan. Pada tahun 2016 rasio cepat perusahaan mengalami
penurunan menjadi 1,04 hal ini diakibatkan oleh kenaikan kewajiban lancar yaitu
kenaikan pinjaman bank jangka pendek dengan pihak ketiga.

2014 2015 2016


TOTAL UTANG TERHADAP Total Liabilitas 115.705 118.902 121.949
A. .=
EKUITAS Ekuitas Pemegang Saham 120.324 126.533 139.906
=
0,962 0,940 0,872

Total debt to equity biasanya digunakan untuk melihat seberapa besar


utang perusahaan jika dibandingkan dengan ekuitas pemegang saham. Pada tahun
2014 total debt to equity PT Astra International Tbk tercatat sebesar 0,96. Tahun
2015 total liabilitas terhadap ekuitas menurun dari 0,96 menjadi 0,94. Dan pada
tahun berikutnya di tahun 2016, total deb tot equity kembali mengalami
peningkatan menjadi 0,87.

2014 2015 2016


UTANG JANGKA PANJANG Liabilitas Jk Panjang 42.182 42.660 32.870
B. .=
TERHADAP EKUITAS Ekuitas Pemegang Saham 120.324 126.533 139.906
=
0,351 0,337 0,235

Long term debt to equity digunakan untuk mengukur bagian dari ekuitas
yang dijadikan jaminan untuk kewajiban jangka panjang. Long term debt to
equity PT Astra International Tbk, pada tahun 2014 tercatat sebesar 0,35 yang
lalu mengalami penurunan menjadi 0,33 Pada tahun 2016, mengalami penurunan
kembali menjadi 0,23.

2014 2015 2016


UTANG JANGKA PANJANG Liabilitas Jk Panjang 42.182 42.660 32.870
B. .=
TERHADAP EKUITAS Ekuitas Pemegang Saham 120.324 126.533 139.906
=
0,351 0,337 0,235

B. SEWA
 Sewa pembiayaan – Grup merupakan pihak yang menyewa
Setiap pembayaran sewa dialokasikan antara porsi pelunasan liabilitas dan biaya
keuangan. Jumlah liabilitas sewa, setelah dikurangi biaya keuangan, disajikan sebagai
liabilitas jangka panjang kecuali untuk bagian yang jatuh tempo dalam waktu 12
bulan atau kurang yang disajikan sebagai liabilitas jangka pendek. Unsur bunga dalam
biaya keuangan dibebankan ke laba rugi selama masa sewa yang menghasilkan
tingkat suku bunga konstan atas saldo liabilitas. Aset tetap yang diperoleh melalui
sewa pembiayaan disusutkan selama jangka waktu yang lebih pendek antara umur
manfaat aset dan masa sewa.
 Sewa pembiayaan – Grup merupakan pihak yang menyewakan
Piutang pembiayaan konsumen dan piutang sewa pembiayaan Entitas anak yang
bergerak dalam jasa keuangan mengadakan perjanjian pembiayaan bersama dengan
beberapa bank dimana risiko kredit ditanggung bersama sesuai dengan porsinya
masing-masing (without recourse). Piutang pembiayaan bersama disajikan secara
bersih di laporan posisi keuangan konsolidasian. Pendapatan pembiayaan konsumen
dan beban bunga yang terkait dengan pembiayaan bersama disajikan secara bersih di
laba rugi.
 Sewa operasi – Grup merupakan pihak yang menyewa
Sewa dimana bagian signifikan dari risiko dan manfaat kepemilikan aset berada pada
lessor diklasifikasikan sebagai sewa operasi. Pembayaran yang dilakukan untuk sewa
operasi dibebankan ke laba rugi dengan dasar garis lurus selama masa sewa.
 Sewa operasi – Grup merupakan pihak yang menyewakan
Pendapatan sewa diakui dengan dasar garis lurus selama masa sewa.

C. KONTINJENSI DAN KOMITMEN


 Perjanjian pengusahaan jalan tol Grup melalui PT Marga Mandalasakti (”MMS”)
dan PT Marga Harjaya Infrastruktur (”MHI”), keduanya merupakan entitas anak tidak
langsung, masing-masing menandatangani Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol
(”PPJT”) ruas Tangerang - Merak dan ruas Mojokerto - Kertosono dengan Badan
Pengatur Jalan Tol (”BPJT”). MMS dan MHI berkewajiban untuk melaksanakan
pengusahaan jalan tol yang meliputi kegiatan pendanaan, perencanaan teknik,
pelaksanaan konstruksi dan rekonstruksi, pelebaran atau penambahan lajur,
pengoperasian dan pemeliharaan jalan tol. Pemerintah Republik Indonesia
memberikan wewenang kepada MMS dan MHI untuk memungut tarif tol dari
pengguna jalan tol. Tarif tol yang berlaku ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum
Republik Indonesia. Perusahaan pengusaha jalan tol berhak untuk memperoleh
penyesuaian tarif tol setiap dua tahun sekali berdasarkan laju inflasi yang ditetapkan
oleh Badan Pusat Statistik (“BPS”). Pada tanggal 31 Desember 2016, MMS dan MHI
mempunyai komitmen sehubungan dengan belanja barang modal sebesar Rp 2,6
triliun (2015: Rp 2,7 triliun).
 Perjanjian lisensi, bantuan teknis, royalti, merek dagang, keagenan dan
distribusi
Perseroan dan entitas anak tertentu saat ini mempunyai berbagai perjanjian lisensi,
bantuan teknis, royalti, merek dagang, keagenan dan distribusi dengan para pemberi
lisensi berikut:
 Otomotif/Automotive
- Automobile Peugeot, France
- BMW AG, Germany
- Bridgestone Corp, Japan
- Kawasaki Industrial Co Ltd, Japan
- Kumi Co Ltd, Thailand
- PT Astra Honda Motor
- PT BMW Indonesia
- PT Isuzu Astra Motor Indonesia
- Daido Kogyo Co Ltd, Japan
- Daido Die & Mold Steel Solutions Co Ltd, Japan
- MAHLE Engine Component Japan Corp, Japan
- MetalArt Corp, Japan
- PT Toyota-Astra Motor
- PT Volvo Indonesia
- Saitama Kiki Co Ltd, Japan
- Fuji Technica & Miyazu Inc, Japan
- GS Yuasa International Ltd, Japan
- Mitsubishi Fuso Truck & BusCorp, Japan
- PT Astra Daihatsu Motor
- Sakae Riken Kogyo Co Ltd, Japan
- Topy Industries Ltd, Japan
- Toyoda Gosei Co Ltd, Japan
Alat berat dan pertambangan/Heavy equipment and mining
- BOMAG GmbH & Co OHG, Germany
- Komatsu Ltd, Japan
- PT Komatsu Indonesia
- PT Komatsu Marketing & Support Indonesia
- Scania CV Aktiebolag, Sweden
- Tadano Iron Works Co Ltd, Japan
- Komatsu Diesel Co Ltd, Japan - PT Volvo Indonesia
Teknologi informasi/Information technology
- Fuji Xerox Asia Pacific Pte Ltd, Singapore
- Fuji Xerox Co Ltd, Japan

 Perjanjian lisensi, bantuan teknis, royalti, merek dagang, keagenan dan


distribusi Pada tahun 2004, Perseroan dan empat perusahaan lain (“Dealer Utama”)
telah menandatangani Main Dealer Agreement (“MDA”) dengan PT Toyota-Astra
Motor (“TAM”), ventura bersama, dimana para Dealer Utama mendapatkan hak main
dealerships atas produk TAM. Pada bulan Agustus 2015, TAM telah menandatangani
New Dealer Agreement masing-masing dengan Perseroan dan 45 sub-dealer untuk
tujuan menata ulang jaringan distribusi, dimana sejak tanggal1 Januari 2016, seluruh
fungsi subdistribusi, seperti fungsi logistik dan pemasaran yang sebelumnya
dilakukan oleh para Dealer Utama berdasarkan MDA telah diintegrasikan ke dalam
TAM. Setelah penataan ulang, TAM akan terus mendistribusikan tidak hanya kepada
Perseroan dan para Dealer Utama lainnya tetapi juga langsung kepada para subdealer.
Perseroan dan para Dealer Utama lainnya hanya akan melakukan penjualan langsung
kepada konsumen.
 Perkebunan plasma Sesuai dengan kebijakan Pemerintah Indonesia, hak guna usaha
tertentu untuk perkebunan diberikan kepada pengembang apabila pengembang
bersedia untuk mengembangkan areal perkebunan untuk petani plasma lokal, di
samping mengembangkan perkebunan miliknya sendiri. Pengembangan plasma ini
didanai sendiri oleh pengembang.
 Perkebunan plasma Pinjaman tersebut dijamin dengan tanah dan tanaman
perkebunan plasma termasuk semua aset yang berada di atasnya dan piutang
penjualan buah dari kebun plasma di masa mendatang. Pada saat mulai menghasilkan
sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh Pemerintah, perkebunan plasma akan
dialihkan kepada petani plasma, dimana petani plasma berkewajiban untuk menjual
hasil panennya kepada Grup guna mengangsur pinjamannya melalui pemotongan dari
hasil penjualannya.

 Fasilitas kredit d. Credit facilities Perseroan dan beberapa entitas anak tertentu
memiliki fasilitas kredit untuk modal kerja, pembiayaan, jaminan bank, letters of
credit dan kontrak valuta asing. Fasilitas kredit yang mengikat dan tidak mengikat
yang belum digunakan oleh Perseroan dan entitas anak pada tanggal 31 Desember
2016 masingmasing sejumlah Rp 19,9 triliun dan Rp 12,2 triliun (2015: masing-
masing sejumlah Rp 24,0 triliun dan Rp 12,0 triliun).
 Komitmen sewa operasi Grup menyewakan beberapa jenis aset tetap dibawah
perjanjian sewa operasi yang tidak dapat dibatalkan. Jumlah piutang sewa minimum
yang akan diterima di masa datang yang berasal dari kontrak sewa operasi yang tidak
dapat dibatalkan tetapi belum diakui sebagai piutang pada tanggal pelaporan, adalah
sebagai berikut:
2016 2015
Dalam 1 Tahun 1.128 1.186
1 sampai 5 Tahun 956 940
Lebih Dari 5 Tahun 2.084 2.128
 Pengaruhnya:
Dikarenakan aset kontijensi tidak diakui dalam laporan keuangan maka
pengaruhnya terhadap perusahaan tidak begitu signifikan. Akan tetapi
kontijensi diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan konsolidasian
dan kemungkinan keluarnya arus sumber daya yang mengandung manfaat
ekonomi adalah kecil kemungkinannya. Aset ini biasanya timbul dari
kejadian tidak terduga dan tidak direncanakan yang menimbulkan
kemungkinan atas manfaat ekonomi bagi perusahaan.

D. OFF BALACE SHEET FINANCING


Pendanaan di luar neraca (off-balance-sheet financing) merupakan peristiwa
tidak tercatatnya kewajiban pendanaan tertentu. Selain sewa terdapat pendanaan
lain di luar neraca lainnya, diantaranya mulai dari yang sederhana sampai yang
kompleks. Rancangan ini merupakan bagian dari suatu tatanan yang selalu
berubah-ubah, dimana disaat ketentuan akuntansi atas transaksi pendanaan diluar
neraca diterapkan untuk lebih mencerminkan kewajiban.
Entitas bertujuan khusus atau EBK (special purpose entities-SPE) konsepnya
adalah sebagai berikut:
 SPE dibentuk oleh perusahaan sponsor dan dikapitalisasi dengan investasi
ekuitas, beberapa diantaranya harus berasal dari pihak ketiga yang
independen.
 SPE meningkatkan investasi ekuitas ini dengan meminjam dari pasar
kredit dan membeli aset dari atau untuk perusahaan sponsor.
 Arus kas dari aset digunakan untuk membayar utang dan menyediakan
pengembalian bagi investor ekuitas.

Terdapat dua alasan kepopuleran SPE:

 SPE dapat menyediakan alternatif pendanaan berbiaya rendah daripada


meminjam langsung dari pasar kredit. Hal ini disebabkan aktivitas SPE
yang dibatasi dan sebagai akibatnya investor membeli arus kas yang
dijamin dengan baik, yan tidak dihadapkan pada risiko bisnis yang terdapat
dalam penyediaan modal langsung kepada perusahaan sponsor.
 Dalam GAAP sekarang, selama SPE distrukturkan dengan benar, SPE
diperlakukan sebagai entitas terpisah, tidak dikonsolidasikan dengan
perusahaan sponsor. Dengan demikian, perusahaan dapat menggunakan
SPE untuk kegiatan transaksi di luar neraca untuk memindahkan aset,
kewajiban, atau keduanya dari neraca. Oleh karena perusahaan
merealisasikan manfaat ekonomi transaksi tersebut, rasio kinerja operasi
(seperti: ROA, asset turner ratio, leverage ratio, dan sebagainya)
membaik secara signifikan.
Perusahaan PT. Astra International Tbk. tidak melakukan off-
balance-sheet financing.
E. SHARE HOLDERS EQUITY
 Capital Stock
Kenaikan biaya yang dapat diatribusikan terhadap penerbitan saham biasa atau opsi
biasa, setelah dikurangi pajak, diakui sebagai pengurang ekuitas. Apabila modal saham
Perusahaan dibeli kembali, maka imbalan yang dibayarkan, termasuk semua kenaikan biaya
yang dapat diatribusikan langsung (setelah dikurangi pajak), dikurangi dari ekuitas yang
dapat diatribusikan terhadap pemegang ekuitas Perusahaan sampai saham tersebut dibatalkan
atau diterbitkan kembali. Pembelian kembali saham diklasifikasikan sebagai saham tresuri
dan disajikan di dalam cadangan saham tresuri. Apabila saham tresuri dijual dan selanjutnya
diterbitkan kembali, semua imbalan yang diterima, diakui sebagai kenaikan di dalam ekuitas
dan surplus dan defisit yang timbul pada transaksi tersebut disajikan sebagai agio saham.
 Earning Pershare

2016 2015
Laba Per Saham
Laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk 15.156 14.464
Rata rata tertimbang jumlah saham biasa yang beredar
-dasar dan dilusian (dalam jutaan rupiah) 40.484 40.484
Laba Per Saham-dasar dan dilusian (dalam satuan rupiah 374 357

Laba per saham dasar dihitung dengan membagi laba yang dapat diatribusikan kepada
pemilik entitas induk dengan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar pada
tahun yang bersangkutan. Pada tanggal 31 Desember 2016 dan 2015, tidak ada efek yang
berpotensi menjadi saham biasa. Oleh karena itu, laba per saham dilusian sama dengan laba
per saham dasar. Laba dasar dan dilusian per saham tahun 2016 adalah Rp374 per saham,
naik 5% dibandingkan tahun 2015.

 Convertible Bond
Obligasi Konversi adalah obligasi yang dapat dikonversi menjadi saham. Karena
sifatnya yang bisa dikonversi itu, obligasi konversi ini biasa juga disebut dengan obligasi
tukar. Penukaran saham biasanya dengan prasarat tertentu, misalnya saat jatuh tempo, atau
pada harga tertentu.

Pada tahun 1997 Konversi obligasi menjadi 280.837 saham yang dilakukan oleh
sebagian pemegang obligasi konversi. Konversi obligasi menjadi 280.837 saham yang
dilakukan oleh sebagian pemegang obligasi konversi. Pemecahan nilai nominal saham dari
Rp 1.000 (dalam satuan Rupiah) per saham menjadi Rp 500 (dalam satuan Rupiah) per
saham, yang mengakibatkan kenaikan jumlah saham yang beredar menjadi 2.325.662.474.
F. PENSIUN

Dana Pensiun merupakan sejumlah faktor yang ditentukan dengan menggunakan


asumsi aktuaria. Asumsi yang digunakan dalam menentukan biaya bersih untuk pensiun
termasuk tingkat pengembalian jangka panjang yang diharapkan atas aset program yang sama
dan relevan dengan tingkat diskonto. Setiap perubahan dalam asumsi ini akan berdampak
pada nilai tercatat liabilitas imbalan kerja.. Asumsi penting lainnya untuk liabilitas imbalan
kerja sebagian didasarkan pada kondisi pasar saat ini. Astra berupaya memastikan
kesejahteraan yang baik bagi karyawan yang memasuki masa purnabakti. Setiap karyawan
yang bergabung dengan Astra diikutsertakan dalam program dana pensiun yang dikelola
secara mandiri oleh Dana Pensiun Astra (DPA). Iuran bulanan dana pensiun ditanggung
bersama antara perusahaan dan karyawan dengan porsi kontribusi yang sudah ditentukan.
Selain menyediakan manfaat dana pensiun, Astra dan DPA juga merancang suatu program
pensiun yang secara khusus memberikan persiapan bagi para karyawan untuk menyambut
tahap baru dalam kehidupan mereka. Dimulai sejak dua tahun menjelang masa pensiun, para
karyawan berpartisipasi dalam program pelatihan berkelanjutan, yang mencakup pemberian
bekal life skills berupa pengetahuan mengenai pengelolaan keuangan dan jenis-jenis usaha
yang dapat ditekuni, serta persiapan secara mental untuk menghadapi masa pensiun. Astra
juga memperkenankan karyawan mengambil cuti selama 6 bulan sebelum purnabakti untuk
mulai merintis usaha.
Dana Pensiun Astra
Dana Pensiun Astra (DPA) dibentuk sebagai wujud kepedulian terhadap
kesejahteraan karyawan setelah memasuki masa purna bakti di Perusahaan Seluruh karyawan
tetap Astra dapat menikmati manfaat yang disediakan oleh DPA. DPA menyelenggarakan
dua program utama, yakni pengelolaan dana pensiun yang ditujukan untuk melengkapi
manfaat dari program jaminan hari tua dan jaminan pensiun yang diselenggarakan oleh
Pemerintah, dan Program Persiapan Pensiun yang dilaksanakan dalam jangka waktu dua
tahun sebelum masa efektif purna bakti karyawan. Melalui program ini, setiap karyawan
dibekali pengetahuan pelatihan dari segi finansial dan psikologis, yang dirancang sesuai
kebutuhan dan minat masing-masing karyawan.
2016 2015
% Rp % Rp
Dana pensiun Astra 1 0,40 63 0,43 67
Dana pensiun Astra 2 3,14 494 2,81 434
Jumlah/Total 3,54 557 3,24 501

 Pengaruhnya:
PT. Astra International menyelenggarakan dan mengoperasikan program
pensiun secara formal bagi karyawannya, tambahan penyisihan atas
liabilitas diestimasi untuk imbalan kerja karyawan dibuat di atas imbalan
yang melekat pada masingmasing program pensiun, apabila diperlukan,
dalam rangka memenuhi batas minimum imbalan yang harus dibayar
kepada karyawan berdasarkan UUK.
BAB III

ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI

PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk

A. ASET LANCAR
2016 2015 2014

ASET
ASET LANCAR
Kas dan setara kas 29.357 27.102 20.902
Investasi lain lain 899 484 277
Piutang usaha, setelah dikurangi
penyisihan piutang ragu-ragu
Pihak berelasi 1.537 923 909
Pihak ketiga 17.409 16.853 20.423
Piutang pembiayaan, setelah dikurangi
penyisihan piutang ragu-ragu sebesar 33.216 31.728 30.297
Piutang lain-lain, setelah dikurang
penyisihan piutang ragu-ragu sebesar
Pihak berelasi 223 249 261
Pihak ketiga 3.741 3.252 2.869
Persediaan 17.771 18.337 16.986
Pajak dibayar dimuka 4.443 4.729 3.168
Pembayaran dimuka lainnya 1.807 1.504 1.149
Total Aset Lancar 110.403 105.161 97.241

 WORKING KAPITAL PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk.


Manajemen modal kerja (working capital management) merupakan manajemen
current accounts perusahaan yang meliputi current assets atau aktiva lancar dan
current liabilities atau hutang lancar. net working capital yang merupakan
selisih antara aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Aktiva lancar harus lebih
besar daripada hutang lancar yang secara umum paling tidak berbanding 2:1 dan
net working capital paling tidak 1:1. Hal ini dimaksudkan sebagai jaminan
kemampuan perusahaan untuk membayar kebutuhan-kebutuhan jangka pendek
atau kewajiban finansial jangka pendek berupa hutang-hutang.
 Analisis Likuiditas Dan Solvabilitas
RASIO LIKUIDITAS

2014 2015 2016


A. RASIO LANCAR = Aktiva Lancar = 10.021.892 12.013.294 12.059.433
Liabilitas Jangka Pendek 4.467.240 5.703.842 5.550.257
=
2,243 2,106 2,173

Rasio lancar merupakan kemampuan aset lancar untuk membayar atau


memenuhi liabilitas jangka pendeknya. Pada tahun 2014 rasio lancar PT Charoen
Pokphand Indonesia Tbk tercatat sebesar 2,24. Lalu pada tahun 2015 rasio lancar
mengalami penurunan di angka 2,10. Tabel menunjukkan adanya kenaikan aset
lancar menjadi Rp 12.013.294 miliar yang terkait dengan peningkatan posisi kas
akhir tahun, naiknya piutang, serta penurunan persediaan dan penurunan pajak
dibayar di muka. Kenaikan kewajiban lancar menjadi Rp 5.703.842 miliar
disebabkan oleh penghentian kegiatan operasional pada tahun 2015. Pada tahun
2016 rasio kembali mengalami kenaikan menjadi 2,17.

2014 2015 2016


Aktiva Lancar - Persediaan 9.588.654 6.559.293 6.949.704
B. RASIO LANCAR .=
Liabilitas Jangka Pendek 4.467.240 5.703.842 5.550.257
=
2,146 1,150 1,252

Rasio cepat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar


kewajiban jangka pendek dengan aset lancarnya tanpa memperhitungkan
persediaan. Pada tahun 2014 rasio cepat PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk
tercatat 2,14 lalu pada tahun 2015 turun drastis menjadi 1,15 dan kembali naik
pada tahun 2016 menjadi 1,25. Peningkatan setiap tahunnya dipengaruhi oleh
peningkatan kas dan setara kas serta piutang usaha sejalan dengan pertumbuhan
penjualan.

2014 2015 2016


Rata-rata piutang usaha 3.159.286 2.998.307 2.316.015
C. PERIODE PENAGIHAN .=
Biaya Penjualan/360 -1.516 -1.743 -2.283
= (2.083,469) (1.720,254) (1.014,340)
2083 hari 1720 hari 1014 hari
Collection period atau waktu penagihan berkaitan dengan kemampuan
perusahaan dalam mengumpulkan jumlah piutang dalam jangka waktu tertentu.
Waktu penagihan pada PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk pada tahun 2014
yaitu 2083 hari, lalu pada tahun 2015 sekitar 1720hari dan pada tahun 2016
sekitar 1014 hari.

2014 2015 2016


JUMLAH HARI UNTUK Rata-rata persediaan 4.333.238 5.454.001 5.109.719
D. .=
MENJUAL PERSEDIAAN Biaya Penjualan/360 -1.516 -1.743 -2.283
= (2.857,661) (3.129,188) (2.237,893)
2857 hari 3129 hari 2237 hari
Days to sell inventory atau jumlah hari untuk menjual persediaan
merupakan ukuran mengenai seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
membeli, menjual, atau mengganti persediaannya. Jumlah hari untuk menjual
persediaan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk menunjukkan tren yang tidak
stabil dimana pada tahun 2014 yaitu sekitar 2857 hari, lalu pada tahun 2015
meningkat pada 3129 hari dan terakhir tahun 2016 yaitu 2237 hari.

STRUKTUR MODAL DAN SOLVABILITAS

2014 2015 2016


TOTAL UTANG TERHADAP Total Liabilitas 9.919.150 12.123.488 10.047.751
A. .=
EKUITAS Ekuitas Pemegang Saham 10.943.289 12.561.427 14.157.243
=
0,906 0,965 0,710

Total debt to equity biasanya digunakan untuk melihat seberapa besar


utang perusahaan jika dibandingkan dengan ekuitas pemegang saham. Pada tahun
2014 total debt to equity PT Kalbe Farma Tbk tercatat sebesar 0,90. Tahun 2015
total kewajiban terhadap ekuitas meningkat menjadi 0,96. Dan pada tahun 2016
kembali menurun menjadi 0,71. Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan total
kewajiban yang terus bertambah setiap tahun akibat penambahan liabilitas jangka
panjang perusahaan.

2014 2015 2016


UTANG JANGKA Liabilitas Jk Panjang 5.451.910 6.419.646 4.497.494
B. .=
PANJANG TERHADAP Ekuitas Pemegang Saham 10.943.289 12.561.427 14.157.243
=
0,498 0,511 0,318

Long term debt to equity digunakan untuk mengukur bagian dari ekuitas
yang dijadikan jaminan untuk kewajiban jangka panjang. Long term debt to
equity PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk pada tahun 2014 tercatat sebesar
0,02. Untuk dua tahun berikutnya mengalami penurunan yaitu tahun 2015 sebesar
0,51 dan tahun 2016 long term debt to equity di angka 0,31 yang disebabkan oleh
adanya peningkatan liabilitas jangka panjang.

 Analisis Terhadap Kas, Setara Kas Piutang dan Biaya Dibayar Dimuka
Pada tahun 2014, Net Working Capital PT Astra International Tbk. sebesar
23.718, tahun 2015 sebesar 28.929 , tahun 2016 sebesar 21.324 . Kondisi
perusahaan ini bisa dikatakan baik. Artinya, working capital yang bernilai
positif mencerminkan bahwa perusahaan mampu untuk melunasi hutang jangka
pendeknya dengan harta lancarnya yang terdiri dari cash, piutang (account
receivables), dan persediaan (inventory).
B. PERSEDIAAN
2016 2015
Barang jadi termasuk unit CBU 15.147 15.595
Barang habis pakai 866 844
Suku cadang 789 833
Bahan baku dan unit CKD 566 573
Barang dalam penyelesaian 532 555
Lain-lain 231 315
18.131 18.715
Penyisihan persediaan usang dan tidak lancar (360) 378
17.771 18.337

Manajemen berkeyakinan bahwa penyisihan persediaan usang dan tidak lancar cukup
untuk menutup kerugian karena penurunan nilai persediaan. Pada tanggal 31 Desember 2016,
persediaan Grup telah diasuransikan terhadap risiko kebakaran dan risiko lainnya dengan
nilai pertanggungan sebesar Rp 14,7 triliun (2015: Rp 14,8 triliun) yang menurut pendapat
manajemen cukup untuk menutup kerugian yang mungkin timbul.

 Analisis yang diperlukan untuk persediaan


2014 2015 2016
Aktiva Lancar - Persediaan 80.255 86.824 92.632
B. RASIO CEPAT .=
Liabilitas Jangka Pendek 73.523 76.242 89.079
=
1,092 1,139 1,040

Rasio cepat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar


kewajiban jangka pendek dengan aset lancarnya tanpa memperhitungkan
persediaan. Pada tahun 2014 rasio cepat PT Astra International Tbk tercatat
sebesar 1,09. Lalu pada tahun 2015 rasio cepat mengalami kenaikan di angka
1,13 yang disebabkan oleh kenaikan piutang karena pasokan dari pabrik baru
mendongkrak penjualan. Pada tahun 2016 rasio cepat perusahaan mengalami
penurunan menjadi 1,04 hal ini diakibatkan oleh kenaikan kewajiban lancar yaitu
kenaikan pinjaman bank jangka pendek dengan pihak ketiga.

2014 2015 2016


JUMLAH HARI UNTUK Rata-rata persediaan 16.986 18.337 17.771
D. .=
MENJUAL PERSEDIAAN Biaya Penjualan/360 560 512 503
= 30,317 35,839 35,329
30 hari 35 hari 35 hari
Days to sell inventory atau jumlah hari untuk menjual persediaan
merupakan ukuran mengenai seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
membeli, menjual, atau mengganti persediaannya. Jumlah hari untuk menjual
persediaan PT Astra International Tbk menunjukkan tren yang mendekati stabil
dimana pada tahun 2014 yaitu sekitar 30 hari, lalu pada tahun 2015 meningkat
pada 35 hari dan terakhir tahun 2016 yaitu tetap 35 hari.
C. ASET TETAP DAN SUMBER DAYA ALAM

Aset Tetap Dan SDA 2014 2015 2016


Tanaman perkebunan, setelah dikurangi
akumulasi penyusutan 6.675 6.686 6.007
Aset tetap, setelah dikurangi
akumulasi penyusutan 43.237 41.702 41.250
Properti pertambangan, setelah dikurangi
akumulasi penyusutan dan penurunan nilai 4.613 4.859 9.149
Hak konsesi, setelah dikurangi
akumulasi amortisasi sebesar 5.987 5.298 4.930
Goodwill 1.974 1.974 1.534
Aset takberwujud lainnya 2.072 2.039 1.968
Aset lain-lain 3.007 2.978 2.869

Menilai aset tetap menggunakan biaya historis, mengharuskan perusahaan


pertama kali mencatat aset sebesar harga belinya. Penilaian aset tetap dengan biaya
historis, jika diterapkan secara konstan, tidak menghasilkan distorsi yang serius.
Apabila perusahaan menggunakan nilai wajar dalam mengukur aset tetap, maka
akan ada berbagai kemungkinan yang dapat terjadi karena nilai wajar tidak berdasarkan
pada bukti historis, entitas biasanya cenderung untuk meningkatkan nilai aset dan
pendapatannya atau menurunkan nilai liabilitas dan biayanya.
D. ASET TAK BERWUJUD
Aset Tetap Tak Berwujud 2014 2015 2016
Goodwill 1.974 1.974 1.534
Aset takberwujud lainnya 2.072 2.039 1.968

Pada perusahaan PT. Indofood Tbk. Aset tak berwujud “goodwill” memiliki
nilai yang sama pada tahun 2014 dan 2015 sebesar 1.974 dan 2016 sebesar 1.534,
sedangkan jumlah aset tak berwujud neto mengalami penurunan setiap tahunnya. Aset
tak berwujud tidak dapat dipisahkan dari suatu perusahaan. Pada tabel tersebut juga
memperlihatkan bahwa terjadi perubahan nilai yang besar karena kondisi yang
kompetitif.

E. REVALUASI ASET
 Perusahaan PT. Astra International Tbk. tidak pernah melakukan revaluasi dalam 3
tahun terakhir.
 Revaluasi aset adalah penilaian kembali aset tetap perusahaan, yang diakibatkan
adanya kenaikan nilai aset tetap tersebut dipasaran atau karena rendahnya nilai aset
tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi atau sebab
lain. sehingga tidak ada lagi nilai aset tetap dalam laporan keuangan.

Anda mungkin juga menyukai