ASII 2014
Pendapatan bersih konsolidasian yang dibukukan oleh Grup Astra meningkat sebesar
4% menjadi Rp 201,7 triliun. Peningkatan ini terutama didukung oleh peningkatan kinerja
agribisinis dan kontrak pertambangan. Laba bersih turun sebesar 1% menjadi Rp 19,2 triliun
dan mencerminkan peningkatan kontribusi dari segmen agribisinis sebesar 39%, peningkatan
kontribusi sebesar 11% dari segmen jasa keuangan, dan peningkatan 10% dari segmen alat
berat dan pertambangan, yang terkoreksi oleh 14% penurunan kontribusi dari segmen
otomotif. Tanpa memperhitungkan dampak penurunan nilai aset tambang batu bara, Grup
Astra membukukan laba bersih senilai Rp 20,1 triliun, atau naik sebesar 4%. Beban pokok
pendapatan, beban penjualan, serta beban umum dan administrasi naik sebesar 4% menjadi
Rp 181,5 triliun – terutama didorong oleh kenaikan beban pokok pendapatan sebesar 3%
menjadi Rp 162,9 triliun dan beban penjualan sebesar 7% menjadi Rp 8,7 triliun,M
khususnya pada divisi penjualan otomotif serta kenaikan beban pegawai sebesar 11%
menjadi Rp 14,2 triliun yang disebabkan oleh bertambahnya jumlah karyawan dan gaji. Pada
tanggal 31 Desember 2014, jumlah karyawan Perseroan dan entitas anak adalah 156.097, atau
meningkat 18% dari tahun sebelumnya. Dengan memperhitungkan pengendalian bersama
entitas dan perusahaan asosiasi, maka jumlah karyawan Grup Astra mencapai 225.580, naik
sebesar 14% dari tahun sebelumnya. Penghasilan lain-lain meningkat 3% menjadi Rp 3,9
triliun.
Pada tahun 2014, Perseroan membukukan laba bersih konsolidasian senilai Rp 19,2
triliun. Perseroan membayar dividen sebesar Rp 8,7 triliun dan mencatatkan keuntungan pada
pos ekuitas sebesar Rp 1,6 triliun atas penjualan 25% Astra Sedaya Finance kepada
PermataBank, sehingga pemegang saham mendapatkan nilai aset bersih per lembar saham
sebesar Rp 2.362 pada tanggal 31 Desember 2014, meningkat sebesar 14% dari posisi pada
akhir tahun 2013. Per tanggal 31 Desember 2014, total aset mencapai nilai Rp 236,1 triliun,
naik 10% dari 2013. Total liabilitas adalah sebesar Rp 115,7 triliun, naik 7% dari posisi 2013,
yang mencerminkan laba tahun berjalan, peningkatan kegiatan usaha, dan belanja modal.
Grup Astra tetap berada dalam posisi kuat untuk memenuhi semua liabilitas jangka
pendeknya. Aset lancar berada pada posisi Rp 97,2 triliun, 32% lebih tinggi ketimbang
jumlah liabilitas jangka pendek. Aset tetap setelah dikurangi akumulasi penyusutan naik
sebesar 9% menjadi Rp 41,3 trilun pada 31 December 2014. Kenaikan ini utamanya
disebabkan adanya investasi tanah dan bangunan sebesar Rp 4,5 triliun, terutama untuk
penambahan dealer baru dalam divisi penjualan otomotif Astra. Perakhir tahun 2014,
Perseroan memiliki 275 dealer mobil (2013: 263) dan 143 dealer sepeda motor (2013: 138)
Properti pertambangan terutama terdiri dari konsesi tambang batu bara yang dimiliki oleh
anak usaha United Tractors serta cadangan batu bara yang terdapat di sejumlah wilayah
konsesi, yang akan berakhir pada waktu yang berbedabeda sampai dengan tahun 2032. Nilai
properti pertambangan setelah dikurangi akumulasi amortisasi turun sebesar by 24% menjadi
Rp 9,1 triliun pada 31 Desember 2014, terutama diakibatkan oleh penurunan nilai sebesar Rp
2,7 triliun, sebelum pajak dan kepentingan non - pengendali.
ASII 2015
Pendapatan bersih konsolidasian yang dibukukan oleh Grup Astra turun sebesar 9%
menjadi Rp 184,2 triliun, terutama karena tingkat penjualan yang lebih rendah pada sektor
otomotif, alat berat dan pertambangan, dan agribisnis. Laba bersih turun sebesar 25%
menjadi Rp 14,5 triliun. Tanpa memperhitungkan dampak penurunan nilai aset tambang batu
bara pada tahun ini dan tahun-tahun sebelumnya, laba bersih Grup Astra menurun 20%
menjadi Rp 16,0 triliun. Beban pokok pendapatan, beban penjualan, serta beban
umum dan administrasi turun sebesar 8% menjadi Rp 167,0 triliun (2014: Rp 181,5 triliun),
terutama disebabkan oleh penurunan beban pokok pendapatan sebesar 9% menjadi Rp 147,5
triliun (2014: Rp 162,9 triliun) dikarenakan volume bisnis yang lebih rendah. Sementara itu,
beban penjualan, serta beban umum dan administrasi meningkat sebesar 5% menjadi Rp 19,5
triliun (2014: Rp 18,6 triliun), terutama disebabkan oleh peningkatan beban imbalan kerja di
seluruh lingkup Grup Astra dan kerugian atas penjualan agunan yang diambil alih pada
segmen usaha jasa keuangan, sedangkan pendapatan lainnya mengalami peningkatan sebesar
10% menjadi Rp 4,2 triliun (2014: Rp 3,9 triliun).
Pada tahun 2015, Grup Astra membukukan laba bersih konsolidasian sebesar Rp 14,5
triliun (2014: Rp 19,2 triliun) dan membayar dividen sebesar Rp 8,7 triliun (2014: Rp 8,7
triliun), yang menghasilkan peningkatan nilai aset bersih per lembar saham sebesar 7%
menjadi Rp 2.521 pada 31 Desember 2015. Pada tanggal 31 Desember 2015, total aset
mencapai nilai Rp 245,4 triliun (2014: Rp 236,0 triliun), naik 4% dari tahun 2014. Total
liabilitas adalah sebesar Rp 118,9 triliun (2014: Rp 115,8 triliun), naik 3% dari tahun 2014,
yang mencerminkan laba tahun berjalan, aktivitas bisnis dan belanja modal. Pada tanggal 31
Desember 2015, sejumlah 48% dari total aset dibiayai oleh liabilitas (2014: 49%). Perseroan
memiliki jumlah aset yang memadai untuk memenuhi semua liabilitas. Aset lancar berada
pada posisi Rp 105,2 triliun pada akhir tahun 2015 (2014: Rp 97,2 triliun), 38% di atas
jumlah liabilitas lancar. Grup tetap berada dalam posisi kuat untuk memenuhi semua liabilitas
jangka pendek.
Arus kas masuk dari aktivitas operasi untuk tahun 2015 adalah Rp 26,3 triliun (2014:
Rp 15,0 triliun). Jumlah ini merupakan peningkatan sebesar Rp 11,3 triliun dari tahun 2014,
terutama karena perbaikan pada modal kerja, walaupun terjadi penurunan volume bisnis.
Arus kas keluar untuk aktivitas investasi pada tahun 2015 adalah Rp 7,5 triliun (2014: Rp 9,6
triliun), turun sebesar Rp 2,1 triliun. Belanja modal bersih turun sebesar 27% menjadi Rp 7,9
triliun (2014: Rp 10,8 triliun). Dividen tunai yang diterima sebesar Rp 3,6 triliun (2014: Rp
4,1 triliun), atau turun sebesar 13%, yang terutama berasal dari Astra Honda Motor, Toyota
Astra Motor dan Astra Daihatsu Motor. Arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas
pendanaan adalah sebesar Rp 13,4 triliun (2014: Rp 4,0 triliun), meningkat 231%, termasuk
didalamnya pembayaran bersih utang jangka panjang dan pinjaman jangka pendek sebesar
Rp 2,1 triliun (2014: penerimaan sebesar Rp 4,9 triliun). Dividen tunai yang dibayarkan
sebesar Rp 10,6 triliun (2014: Rp 10,2 triliun), meningkat 4%.
ASII 2016
Pada tahun 2016, aset lancar meningkat sebesar Rp5,2 triliun atau 5% dari Rp105,2
triliun pada tahun 2015 menjadi Rp110,4 triliun. Kenaikan tersebut terutama dipicu oleh
kenaikan kas dan setara kas sebesar 8% menjadi Rp29,4 triliun, peningkatan pada piutang
usaha sebesar 5% menjadi Rp18,9 triliun dan kenaikan pada piutang pembiayaan sebesar 5%
menjadi Rp33,2 triliun, dan peningkatan aset lancar lainnya sebesar 12% menjadi Rp11,1
triliun yang dikompensasi oleh penurunan persediaan sebesar 3% menjadi Rp17,8 triliun.
Pada akhir tahun 2016, total liabilitas sebesar Rp121,9 triliun, naik 3% dari Rp118,9 triliun
pada tanggal 31 Desember 2015. Total liabilitas terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp89,1
triliun (2015: Rp76,2 triliun), atau sekitar 73% (2015: 64%) dari total, dan liabilitas jangka
panjang Rp32,9 triliun (2015: Rp42,7 triliun), atau sekitar 27% (2015: 36%) dari total. Total
ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat 10% (2015: 7%)
menjadi Rp112,0 triliun pada akhir tahun 2016 dibandingkan Rp102,0 triliun pada akhir
tahun 2015. Total ekuitas meningkat terutama karena kenaikan laba ditahan sebesar 9%
menjadi Rp101,2 triliun (2015: Rp92,6 triliun).
Pendapatan bersih konsolidasian untuk tahun 2016 turun 2% menjadi Rp181,1 triliun
dari Rp184,2 triliun pada tahun sebelumnya, terutama akibat penurunan pendapatan pada
bisnis alat berat serta kontribusi pendapatan yang lebih rendah dari Toyota Sales Operation
seiring dengan penerapan model distribusi two-tier pada awal tahun. Beban pokok
pendapatan pada 2016 turun 2% dari Rp147,5 triliun di tahun 2015 menjadi Rp144,7 triliun.
Penurunan tersebut merupakan dampak dari penurunan volume penjualan pada segmen
otomotif, alat berat dan pertambangan serta agribisnis.
Pendapatan bersih yang lebih rendah menyebabkan laba bruto Grup turun sebesar 1%
menjadi Rp36,4 triliun pada tahun 2016 dibandingkan Rp36,7 triliun di tahun 2015. Marjin
laba bruto Grup sedikit meningkat dari 19,9% di tahun 2015 menjadi 20,1%.
Berdasarkan analisis di atas, kita dapat mengetahui bahwa laporan keuangan memiliki
kesinambungan atau hubungan dengan laporan keuangan yang lain, beberapa perubahan
dalam akun-akun tertentu mempengaruhi jumlah saldo dalam akun yang lainnya, hal itulah
yang disebut dengan artikulasi laporan keuangan.
CPIN 2014
Aset Perseroan pada tanggal 31 Desember 2014 mengalami peningkatan
sebesar Rp5,1 triliun atau 32,69% dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2013.
Peningkatan ini terutama disebabkan oleh kenaikan piutang usaha pihak ketiga, piutang
lain-lain, ayam pembibit turunan, uang muka pembelian aset tetap dan penambahan aset
tetap. Piutang usaha pihak ketiga mengalami peningkatan sebesar Rp586,4 miliar atau
24,08% dimana sejalan dengan peningkatan penjualan dari tahun sebelumnya, dimana
penjualan dari segmen pakan ternak meningkat 19,35% dan ayam olahan meningkat
23,58%.Piutang lain-lain mengalami peningkatan sebesar Rp249,1 miliar dibandingkan
dengan tahun 2013 yang terutama berasal dari piutang atas transaksi kontrak berjangka
komoditas sebesar Rp180,2 miliar. Ayam pembibitan turunan mengalami peningkatan sebesar
Rp289,8 miliar dibandingkan dengan tahun 2013 yang terutama disebabkan oleh
peningkatan jumlah ayam pembibitan turunan dari eskpansi segmen DOC. Uang muka
pembelian aset tetap dan penambahan aset tetap mengalami peningkatan sebesar Rp3,3
triliun atau 49,91% dibandingkan tahun sebelumnya yang terutama berasal dari uang muka
pembelian dan penambahan aset tetap sehubungan dengan ekspansi untuk segmen Pakan
Ternak, DOC dan Ayam Olahan. Jumlah l iabilitas Perseroan mengalami peningkatan
yang cukup signifikan sebesar Rp4,2 triliun atau 71,87% pada tanggal 31 Desember 2014
dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2013, yang terutama berasal dari penambahan
utang bank jangka pendek sebesar Rp1,4 triliun dan utang bank jangka panjang sebesar Rp2,4
triliun. Total ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada tanggal 31
Desember 2014 adalah sebesar Rp10,9 triliun, naik sebesar Rp992,5 miliar dibandingkan 31
Desember 2013. Kenaikan tersebut terutama berasal dari laba tahun berjalan yang dapat
diatribusikan kepada entitas induk tahun 2014 sebesar Rp1,7 triliun, yang dikompensasi
dengan pembagian dividen atas laba bersih tahun 2013 sebesar Rp754,3 miliar.
Perseroan mencatatkan penjualan neto sebesar Rp29,2 triliun pada tahun 2014
yang merupakan peningkatan sebesar Rp3,5 triliun atau 13,59% dibandingkan penjualan
tahun sebelumnya. Peningkatan ini terutama berasal dari peningkatan penjualan pakan ternak
sebesar Rp3,6 triliun atau 19,35%. Beban pokok penjualan meningkat sebesar Rp4,5 triliun
atau 21,95%. Peningkatan ini terutama disebabkan peningkatan beban pokok penjualan pakan
sebesar Rp3,3 triliun atau 21,91% dan beban pokok penjualan DOC sebesar Rp796,5 miliar
atau 27,46% dibandingkan tahun sebelumnya. Di tahun 2014, Perseroan mengalami penurunan
laba bruto sebesar Rp1,0 triliun dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan laba bruto
tersebut terutama berasal dari penurunan laba bruto DOC sebesar Rp1,4 triliun. Beban
penjualan pada tahun 2014 adalah sebesar Rp545,9 miliar, naik sebesar Rp166,2 miliar atau
43,76% dibandingkan tahun 2013. Kenaikan beban penjualan terutama disebabkan oleh
kenaikan beban promosi dan iklan, beban gaji, upah dan kesejahteraan karyawan, beban
pengangkutan serta biaya sewa masing-masing sebesar Rp47,6 miliar, Rp31,7 miliar, Rp28,0
miliar dan Rp22,9 miliar atau mengalami kenaikan masing-masing sebesar 49,14%,
30,24%, 51,83% dan 83,66% dibandingkan dengan tahun 2013. Peningkatan beban gaji,
upah dan kesejahteraan karyawan atas peningkatan gaji karyawan, peningkatan beban
promosi dan iklan dan biaya sewa terutama untuk mendukung pemasaran produk ayam olahan
ke konsumen, sedangkan peningkatan beban pengangkutan disebabkan oleh peningkatan
kuantitas penjualan.
CPIN 2015
Aset Perseroan pada tanggal 31 Desember 2015 mengalami peningkatan sebesar
Rp3,84 triliun atau 18,44% dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2014. Peningkatan ini
terutama disebabkan oleh kenaikan persediaan dan penambahan aset tetap. Persediaan
mengalami peningkatan sebesar Rp1,13 triliun atau 26,22% dibandingkan dengan tahun 2014
yang terutama berasal dari peningkatan produksi pakan selama tahun 2015 yang sejalan
dengan peningkatan kuantitas penjualan sebanyak 1,57% di tahun 2015. Penambahan aset
tetap mengalami peningkatan sebesar Rp2,06 triliun atau 22,80% dibandingkan tahun
sebelumnya yang terutama berasal dari penambahan aset tetap sehubungan dengan ekspansi
untuk segmen Pakan Ternak, DOC dan Ayam Olahan. Jumlah liabilitas Perseroan mengalami
peningkatan yang cukup signifikan sebesar Rp2,29 triliun atau 23,25% pada tanggal 31
Desember 2015 dibandingkan dengan tanggal 31 Desember 2014, yang terutama berasal dari
peningkatan utang usaha - pihak ketiga sebesar Rp866,6 miliar, penambahan utang bank
jangka pendek sebesar Rp222,7 miliar dan utang bank jangka panjang sebesar Rp838,4
miliar. Total ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada tanggal 31
Desember 2015 adalah sebesar Rp12,5 triliun, naik sebesar Rp1,6 triliun dibandingkan 31
Desember 2014. Kenaikan tersebut terutama berasal dari laba tahun berjalan yang dapat
diatribusikan kepada entitas induk tahun 2015 sebesar Rp1,8 triliun, yang dikompensasi
dengan pembagian dividen atas laba bersih tahun 2014 sebesar Rp295,2 miliar.
Perseroan mencatatkan penjualan neto sebesar Rp30,1 triliun pada tahun 2015 yang
merupakan peningkatan sebesar Rp957,5 miliar atau 3,28% dibandingkan penjualan tahun
sebelumnya. Peningkatan ini terutama berasal dari peningkatan penjualan DOC sebesar
Rp640,9 miliar atau 19,66%. Beban pokok penjualan menurun sebesar Rp48,5 miliar atau
0,19%. Penurunan ini terutama disebabkan penurunan beban pokok penjualan pakan sebesar
Rp577,3 miliar atau 3,11% dibandingkan tahun sebelumnya. Di tahun 2015, Perseroan
mengalami peningkatan laba bruto sebesar Rp1,0 triliun dibandingkan tahun sebelumnya.
Peningkatan laba bruto tersebut terutama berasal dari peningkatan laba bruto pakan ternak
sebesar Rp294,2 miliar dan DOC sebesar Rp434,8 miliar. Beban penjualan pada tahun 2015
adalah sebesar Rp627,5 miliar, naik sebesar Rp81,6 miliar atau 14,94% dibandingkan tahun
2014. Kenaikan beban penjualan terutama disebabkan oleh kenaikan beban gaji, upah dan
kesejahteraan karyawan, beban pengangkutan serta biaya sewa masing-masing sebesar
Rp42,6 miliar, Rp10,9 miliar dan Rp16,2 miliar atau mengalami kenaikan masing-masing
sebesar 31,21%, 13,31%, dan 32,30% dibandingkan dengan tahun 2014. Peningkatan beban
gaji, upah dan kesejahteraan karyawan atas peningkatan gaji karyawan dan biaya sewa
terutama untuk mendukung pemasaran produk ayam olahan ke konsumen, sedangkan
peningkatan beban pengangkutan disebabkan oleh peningkatan kuantitas penjualan.
Perseroan memperoleh arus kas neto yang diperoleh dari operasi sebesar Rp1,7 triliun
di tahun 2015 atau mengalami peningkatan sebesar Rp1,2 triliun atau 268,80% dibandingkan
tahun 2014. Peningkatan tersebut terutama disebabkan peningkatan penerimaan dari
pelanggan sebesar Rp1,2 triliun dan pajak penghasilan sebesar Rp380,4 miliar yang
dikompensasi dengan peningkatan pembayaran tunai kepada pemasok sebesar Rp74 miliar,
dan pembayaran biaya keuangan sebesar Rp355,6 miliar. Kas neto yang digunakan untuk
aktivitas investasi mengalami penurunan sebesar Rp1,9 triliun atau 49,97% dibandingkan
dengan tahun 2014. Penurunan ini terutama disebabkan penurunan perolehan aset tetap
sebesar Rp1,2 triliun dan uang muka pembelian aset tetap sebesar Rp566,0 miliar. Kas neto
yang diperoleh dari aktivitas pendanaan mengalami penurunan sebesar Rp1,8 triliun atau
61,71% dibandingkan dengan tahun 2014. Penurunan ini terutama disebabkan oleh
penurunan penerimaan neto utang bank jangka pendek sebesar Rp907,6 miliar dan utang
bank jangka panjang sebesar Rp1,3 triliun. Secara keseluruhan, Perusahaan mencatat
kenaikan kas neto sebesar Rp947,0 miliar.
CPIN 2016
Total aset menurun sebesar Rp711,66 miliar atau 2,86% dari Rp24,92 triliun di 2015
menjadi Rp22,20 triliun di 2016.Penurunan tersebut terutama berasal dari penurunan aset
tidak lancar sebesar Rp712,22 miliar. Aset lancar tahun 2016 dan 2015 tetap sebesar Rp12,06
triliun karena meningkat hanya sebesar Rp560 juta. Kas dan setara kas meningkat sebesar
Rp825,16 miliar atau 49,14% dari sebesar Rp1,68 triliun di 2015 menjadi Rp2,50 triliun di
2016. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan penerimaan kas aktivitas
operasi. Aset tetap menurun sebesar Rp75,78 miliar atau 0,67% dari Rp11,31 triliun di 2015
menjadi Rp11,23 triliun di 2016. Penurunan tersebut terutama disebabkan penambahan aset
tetap di tahun berjalan lebih kecil dari beban penyusutan Total liabilitas menurun sebesar
Rp2,08 triliun atau 17,17% dari Rp12,13 triliun di tahun 2015 menjadi Rp10,05 triliun di
2016. Penurunan ini terutama berasal dari pelunasan utang bank. Liabilitas jangka pendek
menurun sebesar Rp153,58 miliar atau 2,69% dari Rp5,70 triliun di 2015 menjadi Rp5,55
triliun di tahun 2016. Penurunan tersebut terutama berasal dari penurunan utang usaha - pihak
ketiga sebesar Rp1,24 triliun dan utang bank jangka pendek sebesar Rp310 miliar yang
dikompensasi dengan peningkatan bagian lancar utang bank jangka panjang sebesar
Rp890,38 miliar dan utang pajak sebesar Rp416,30 miliar. Liabilitas jangka panjang menurun
sebesar Rp1,93 triliun atau 30,01% dari Rp6,43 triliun di 2015 menjadi Rp4,50 triliun di
2016. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan utang bank jangka panjang setelah
dikurangi bagian lancar sebesar Rp2,23 triliun. Total ekuitas yang dapat diatribusikan kepada
pemilik entitas induk meningkat sebesar Rp1,60 triliun dari Rp12,54 triliun di 2015 menjadi
Rp14,14 triliun. Kenaikan tersebut terutama berasal dari laba tahun berjalan tahun 2016
sebesar Rp2,22 triliun, yang dikompensasi dengan pembagian dividen atas laba bersih tahun
2015 sebesar Rp475,54 miliar dan selisih nilai transaksi kombinasi bisnis entitas
sepengendali sebesar Rp169,56 miliar.
Penjualan neto meningkat sebesar Rp8,34 triliun atau 27,86% dari Rp29,92 triliun di
2015 menjadi Rp38,26 triliun di tahun 2016. Peningkatan ini terutama berasal dari
peningkatan penjualan daging ayam pedaging dan anak ayam usia sehari masing-masing
sebesar Rp6,00 triliun dan Rp977,38 miliar. Beban pokok penjualan meningkat sebesar
Rp6,93 triliun atau 27,92% dari Rp24,82 triliun di 2015 menjadi Rp31,74 triliun di 2016.
Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan beban pokok penjualan pada segmen
ayam pedaging sebesar Rp6,01 triliun . Laba bruto meningkat sebesar Rp1,41 triliun dari
Rp3,39 triliun di 2015 menjadi Rp4,42 triliun di 2016. Peningkatan laba bruto tersebut
terutama berasal dari peningkatan laba bruto anak ayam usia sehari sebesar Rp1,08 triliun dan
pakan ternak sebesar Rp282,25 miliar.
Arus kas neto mengalami peningkatan sebesar sebesar Rp2,37 triliun atau 133,23%
dari Rp1,78 triliun di tahun 2015 menjadi Rp4,16 triliun pada tahun 2016. Peningkatan
tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan penerimaan dari pelanggan sebesar Rp9,70
triliun yang dikompensasi dengan peningkatan pembayaran tunai ke pemasok sebesar Rp7,06
triliun. Kas neto yang digunakan untuk aktivitas investasi menurun sebesar Rp767,60 miliar
atau 39,48% dari Rp1,94 triliun di tahun 2015 menjadi sebesar Rp1,18 triliun di tahun 2016.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan kas untuk perolehan aset tetap sebesar
Rp1,36 triliun, yang dikompensasi dengan penambahan arus kas untuk kombinasi bisnis
entitas sepengendali sebesar Rp481,25 miliar dan piutang kepada peternak sebesar Rp114,27
miliar. Kas neto yang digunakan untuk aktivitas pendanaan meningkat sebesar Rp3,25 triliun
dari arus kas diperoleh dari aktivitas pendanaan sebesar Rp1,11 triliun di tahun 2015 menjadi
arus kas yang digunakan untuk aktivitas pendanaan sebesar Rp2,15 triliun di tahun 2016. Hal
ini terutama disebabkan karena adanya peningkatan arus kas untuk pembayaran utang bank
sebesar Rp3,07 triliun dan dividen sebesar Rp180,38 miliar.
Berdasarkan analisis di atas, kita dapat mengetahui bahwa laporan keuangan memiliki
kesinambungan atau hubungan dengan laporan keuangan yang lain, beberapa perubahan
dalam akun-akun tertentu mempengaruhi jumlah saldo dalam akun yang lainnya, hal itulah
yang disebut dengan artikulasi laporan keuangan.
3. PERHITUNGAN DAN ANALISIS DENGAN COMPARATIVE FINANCIAL
STATEMENT ANALYSIS
PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk
Penghasilan Komprehensif Lain Tahun Berjalan, Setelah Pajak 1.502 841 - 1.502
Chart Title
250000
200000
150000
100000
50000
0
-50000 ASII Penjualan BPP Laba Bruto
-100000
-150000
-200000
Tabel diatas menunjukkan hasil analisis tren angka indeks untuk pos-pos signifikan
dalam laporan laba rugi PT Holcim Indonesia Tbk. Hasil analisis menunjukkan bahwa
penjualan, beban pokok penjualan dan laba bruto mengalami kestabilan dari tahun ke
tahun. Seperti yang telah disebutkan dalam analisis sebelumnya, Dalam tinjauan keuangan
laporan tahunan PT Astra International Tbk Selama tahun 2016, Grup Astra telah mengalami
perkembangan yang stabil dalam beberapa area bisnis. Akan tetapi Bagian atas hasil bersih
ventura bersama dan entitas asosiasi turun sebesar 28% menjadi Rp 4,5 triliun (2014: Rp 6,2
triliun) di tahun 2015 , dengan kontribusi dari PermataBank yang turun secara signifikan
karena meningkatnya provisi kerugian pengucuran kredit sebagai konsekuensi dari penurunan
kualitas siklus kredit korporasi, selain juga kontribusi yang lebih rendah dari ventura bersama
dan entitas asosiasi segmen otomotif Grup Astra dengan volume penjualan otomotif yang
lebih rendah akibat pelemahan pasar secara keseluruhan. Ventura bersama dan entitas
asosiasi pada segmen otomotif menyumbang 89% (2014: 77%) dari seluruh hasil bersih
ventura bersama dan entitas asosiasi. PermataBank, ventura bersama dengan Standard
Chartered Bank dengan 44,56% kepemilikan saham Grup Astra, memberikan kontribusi
sebesar Rp 4 miliar (2014: Rp 599 miliar) kepada bagian atas hasil bersih ventura bersama
dan entitas asosiasi, atau turun 99%. Dengan demikian membuat trend angka indeks pada
tampilan mengalami ketidak stabilan yang tinggi.
PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA Tbk
a. Year-to-Year Change Analysis
LABA SEBELUM BEBAN PAJAK PENGHASILAN 3.983.661 2.281.628 1.835.519 2.148.142 117
Beban pajak penghasilan-neto (1.731.848) (449.030) (360.248) (1.371.600) 381
Chart Title
50000000
40000000
30000000
20000000
10000000
0
-10000000 cpin Penjualan BPP Laba Bruto
-20000000
-30000000
-40000000
Tabel diatas menunjukkan hasil analisis tren angka indeks untuk pos-pos
signifikan dalam laporan laba rugi PT Holcim Indonesia Tbk. Analisis pada
tabel menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun, baik dari pos
penjualan, beban pokok penjualan, dan juga laba bruto. Dalam tinjauan
keuangan laporan tahunan PT Charoend Pokphand Tbk. Perseroan
mencatatkan penjualan neto sebesar Rp29,2 triliun pada tahun 2014 yang
merupakan peningkatan sebesar Rp3,5 triliun atau 13,59% dibandingkan
penjualan tahun sebelumnya. Peningkatan ini terutama berasal dari peningkatan
penjualan pakan ternak sebesar Rp3,6 triliun atau 19,35%. Beban pokok penjualan
meningkat sebesar Rp4,5 triliun atau 21,95%. Peningkatan ini terutama
disebabkan peningkatan beban pokok penjualan pakan sebesar Rp3,3 triliun atau
21,91% dan beban pokok penjualan DOC sebesar Rp796,5 miliar atau 27,46%
dibandingkan tahun sebelumnya. Di tahun 2014, Perseroan mengalami penurunan
laba bruto sebesar Rp1,0 triliun dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan
laba bruto tersebut terutama berasal dari penurunan laba bruto DOC sebesar
Rp1,4 triliun. Beban penjualan pada tahun 2014 adalah sebesar Rp545,9 miliar,
naik sebesar Rp166,2 miliar atau 43,76% dibandingkan tahun 2013. Perseroan
mencatatkan penjualan neto sebesar Rp30,1 triliun pada tahun 2015 yang
merupakan peningkatan sebesar Rp957,5 miliar atau 3,28% dibandingkan
penjualan tahun sebelumnya. Peningkatan ini terutama berasal dari peningkatan
penjualan DOC sebesar Rp640,9 miliar atau 19,66%. Beban pokok penjualan
menurun sebesar Rp48,5 miliar atau 0,19%. Penurunan ini terutama disebabkan
penurunan beban pokok penjualan pakan sebesar Rp577,3 miliar atau 3,11%
dibandingkan tahun sebelumnya. Di tahun 2015, Perseroan mengalami
peningkatan laba bruto sebesar Rp1,0 triliun dibandingkan tahun sebelumnya.
Peningkatan laba bruto tersebut terutama berasal dari peningkatan laba bruto
pakan ternak sebesar Rp294,2 miliar dan DOC sebesar Rp434,8 miliar. Penjualan
neto meningkat sebesar Rp8,34 triliun atau 27,86% dari Rp29,92 triliun di 2015
menjadi Rp38,26 triliun di tahun 2016. Peningkatan ini terutama berasal dari
peningkatan penjualan daging ayam pedaging dan anak ayam usia sehari masing-
masing sebesar Rp6,00 triliun dan Rp977,38 miliar. Dengan demikian dapat
diihat bahwa dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, ada beberapa pos
penurunan tetapi terlalu tipis.
ASET
ASET LANCAR
Kas dan setara kas 2.504.434 1.679.273 884.831 4,241 6,803 10,347
Investasi jangka pendek 20.870 - - - 0,086
Piutang
Usaha
Pihak ketiga - neto 2.187.133 2.709.134 3.021.952 14,485 10,975 9,036
Pihak berelasi 128.882 289.173 137.334 0,658 1,171 0,532
Lain-lain 521.381 341.542 362.923 1,740 1,384 2,154
Persediaan - neto 5.109.719 5.454.001 4.333.238 20,771 22,094 21,110
Ayam pembibit turunan-neto 1.227.729 1.172.874 1.077.653 5,166 4,751 5,072
Hewan ternak dalam pertumbuhan 83.533 53.914 - 0,218 0,345
Uang muka 143.677 186.803 126.709 0,607 0,757 0,594
Biaya dibayar dimuka 57.296 45.476 38.977 0,187 0,184 0,237
Pajak pertambahan nilai dibayar di muka 4.178 34.278 2.687 0,013 0,139 0,017
Bagian lancar sewa jangka panjang dibayar dimuka 70.601 46.826 23.366 0,112 0,190 0,292
Total Aset Lancar 12.059.433 12.013.294 10.009.670 47,979 48,667 49,822
ASET TIDAK LANCAR
Uang muka pembelian
Aset tetap 33.388 41.021 780.780 3,743 0,166 0,138
Piutang pihak berelasi non-usaha 11.770 6.589 14.947 0,072 0,027 0,049
Aset pajak tangguhan 70.927 466.629 375.061 1,798 1,890 0,293
Aset keuangan tidak lancar/investasi saham 21.000 17.500 219 0,001 0,071 0,087
Aset tetap - neto 11.233.847 11.123.465 9.058.302 43,419 45,062 46,411
Tagihan pajak penghasilan 52.065 577.171 492.509 2,361 2,338 0,215
Sewa jangka panjang dibayar dimuka
Setelah dikurangi bagian lancar 68.260 62.622 52.655 0,252 0,254 0,282
Goodwill 444.803 - - - 1,838
Aset tak berwujud - neto 101.418 292.659 - 1,186 0,419
Aset tidak lancar lainnya 108.083 83.965 78.296 0,375 0,340 0,447
Total Aset Tidak Lancar 12.145.561 12.671.621 10.852.769 52,021 51,333 50,178
TOTAL ASET 24.204.994 24.684.915 20.862.439 100,000 100,000 100,000
LIABILITAS
LIABILITAS JANGKA PENDEK
Utang bank jangka pendek 1.400.000 1.710.000 1.487.338 7,129 6,927 5,784
Utang
usaha:
pihak ketiga 1.114.310 2.357.885 1.491.270 7,148 9,552 4,604
pihak berelasi 152.636 105.883 99.836 0,479 0,429 0,631
Lain-lain 460.274 444.260 498.971 2,392 1,800 1,902
Beban akrual 157.713 123.236 115.936 0,556 0,499 0,652
Liabilitas imbalan kerja
Jangka pendek 5.558 2.573 2.035 0,010 0,010 0,023
utang pajak 676.825 260.521 365.426 1,752 1,055 2,796
uang muka pelanggan 19.122 26.044 19.676 0,094 0,106 0,079
bagian lancar utang bank
jangka panjang 1.563.819 673.440 386.752 1,854 2,728 6,461
Total Liabilitas jangka pendek 5.550.257 5.703.842 4.467.240 21,413 23,107 22,930
LIABILITAS JANGKA PANJANG
Utang pihak berelasi non-usaha 244.714 97.248 268.858 1,289 0,394 1,011
Liabilitas pajak tangguhan 90.938 31.785 2.862 0,014 0,129 0,376
Liabilitas imbalan kerja
jangka panjang 515.760 410.091 4.722.759 22,638 1,661 2,131
Utang bank jangka panjang
setelah dikurangi bagian lancar 3.646.082 5.880.522 457.431 2,193 23,822 15,063
Total Liabilitas jangka panjang 4.497.494 6.419.646 5.451.910 26,133 26,006 18,581
TOTAL LIABILITAS 10.047.751 12.123.488 9.919.150 47,545 49,113 41,511
EKUITAS
Ekuitas yang Dapat
Diatribusikan kepada
Pemilik Entitas Induk
Modal saham - nilai nominal
Rp10 per saham (Rupiah penuh)
Modal dasar -
40.000.000.000 saham
Modal ditempatkan dan disetor penuh - 163.980 163.980 163.980 0,786 0,664 0,677
16.398.000.000 saham
Tambahan modal disetor -43.385 121.175 121.175 0,581 0,491 (0,179)
Komponen lain dari ekuitas 18.034
Ekuitas merging bisnis
Saldo laba
Telah ditentukan penggunaannya 33.000 33.000 33.000 0,158 0,134 0,136
Belum ditentukan penggunaannya 13.966.362 12.228.973 10.607.548 50,845 49,540 57,700
Ekuitas yang Dapat Diatribusikan kepada Pemilik Entitas Induk 14.137.991 12.547.128 10.925.703 52,370 50,829 58,409
Kepentingan Nonpengendali 19.252 14.299 17.586 0,084 0,058 0,080
TOTAL EKUITAS 14.157.243 12.561.427 10.943.289 52,455 50,887 58,489
TOTAL LIABILITAS DAN EKUITAS 24.204.994 24.684.915 20.862.439 100,000 100,000 100,000
PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA Tbk
ANALISIS COMMON SIZE
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN KOMPARATIF
2014 2015 2016
2016 2015 2014
ASET
ASET LANCAR
Kas dan setara kas 29.357 27.102 20.902 8,856 11,042 11,211
Investasi lain lain 899 484 277 0,117 0,197 0,343
Piutang usaha, setelah dikurangi
penyisihan piutang ragu-ragu
Pihak berelasi 1.537 923 909 0,385 0,376 0,587
Pihak ketiga 17.409 16.853 20.423 8,653 6,867 6,648
Piutang pembiayaan, setelah dikurangi
penyisihan piutang ragu-ragu sebesar 33.216 31.728 30.297 12,836 12,927 12,685
Piutang lain-lain, setelah dikurang
penyisihan piutang ragu-ragu sebesar
Pihak berelasi 223 249 261 0,111 0,101 0,085
Pihak ketiga 3.741 3.252 2.869 1,216 1,325 1,429
Persediaan 17.771 18.337 16.986 7,197 7,471 6,787
Pajak dibayar dimuka 4.443 4.729 3.168 1,342 1,927 1,697
Pembayaran dimuka lainnya 1.807 1.504 1.149 0,487 0,613 0,690
Total Aset Lancar 110.403 105.161 97.241 41,199 42,847 42,162
ASET TIDAK LANCAR
Piutang usaha - pihak ketiga 480 - 0,183
Piutang pembiayaan, setelah dikurangi 31.423 28.377 30.408 12,883 11,562 12,000
penyisihan piutang ragu-ragu sebesar
Piutang lain-lain, setelah dikurangi
penyisihan piutang ragu-ragu sebesar nihil
Pihak berelasi 489 1.276 819 0,347 0,520 0,187
Pihak ketiga 973 3.589 1.724 0,730 1,462 0,372
Investasi pada ventura bersama 26.988 23.201 21.997 9,320 9,453 10,306
Investasi pada entitas asosiasi 6.999 6.439 5.253 2,226 2,624 2,673
Investasi lain-lain 6.372 5.320 5.455 2,311 2,168 2,433
Aset pajak tangguhan 3.980 3.043 2.891 1,225 1,240 1,520
Properti investasi 6.183 3.493 2.534 1,074 1,423 2,361
Tanaman perkebunan, setelah dikurangi
akumulasi penyusutan 6.675 6.686 6.007 2,545 2,724 2,549
Aset tetap, setelah dikurangi
akumulasi penyusutan 43.237 41.702 41.250 17,477 16,991 16,512
Properti pertambangan, setelah dikurangi
akumulasi penyusutan dan penurunan nilai 4.613 4.859 9.149 3,876 1,980 1,762
Hak konsesi, setelah dikurangi
akumulasi amortisasi sebesar 5.987 5.298 4.930 2,089 2,159 2,286
Goodwill 1.974 1.974 1.534 0,650 0,804 0,754
Aset takberwujud lainnya 2.072 2.039 1.968 0,834 0,831 0,791
Aset lain-lain 3.007 2.978 2.869 1,216 1,213 1,148
Total Aset Tidak Lancar 151.452 140.274 138.788 58,801 57,153 57,838
TOTAL ASET 261.855 245.435 236.029 100,000 100,000 100,000
LIABILITAS
LIABILITAS JANGKA PENDEK
Pinjaman jangka pendek 18.764 11.975 10.586 4,485 4,879 7,166
Utang usaha :
pihak berelasi 3.666 3.246 2.801 1,187 1,323 1,400
pihak ketiga 18.823 17.311 16.038 6,795 7,053 7,188
Liabilitas lain-lain:
pihak berelasi 557 285 81 0,034 0,116 0,213
pihak ketiga 7.039 6.791 5.567 2,359 2,767 2,688
Utang pajak 1.851 2.142 2.132 0,903 0,873 0,707
Akrual 6.174 5.621 5.450 2,309 2,290 2,358
Provisi 293 23 430 0,182 0,009 0,112
Liabilitas imbalan kerja 420 451 0,184 0,160
Pendapatan ditangguhkan 4.436 4.170 3.603 1,527 1,699 1,694
Bagian jangka pendek dari utang jangka panjang:
pinjaman bank dan pinjaman lain lain 15.104 16.437 17.898 7,583 6,697 5,768
Surat berharga yang diterbitkan 11.264 7.357 8.487 3,596 2,998 4,302
Utang sewa pembiayaan 688 433 450 0,191 0,176 0,263
Total Liabilitas jangka pendek 89.079 76.242 73.523 31,150 31,064 34,018
LIABILITAS JANGKA PANJANG
Liabilitas lain-lain - pihak ketiga 232 574 947 0,401 0,234 0,089
Pendapatan ditangguhkan 1.873 1.694 2.537 1,075 0,690 0,715
Liabilitas pajak tangguhan 1.641 1.796 2.645 1,121 0,732 0,627
Provisi 207 293 192 0,081 0,119 0,079
Liabilitas imbalan kerja 3.827 3.856 3.210 1,360 1,571 1,461
Utang jangka panjang, setelah dikurangi bagian jangka pendek:
Pinjaman bank dan pinjaman lain-lain 10.195 18.315 19.587 8,299 7,462 3,893
Surat berharga yang diterbitkan 14.836 15.239 12.465 5,281 6,209 5,666
Utang sewa pembiayaan 59 893 599 0,254 0,364 0,023
Total Liabilitas jangka panjang 32.870 42.660 42.182 17,872 17,381 12,553
TOTAL LIABILITAS 121.949 118.902 115.705 49,022 48,445 46,571
EKUITAS
Modal saham:
Modal dasar - 60.000.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 50
(dalam satuan Rupiah) per saham 2.024 2.024 2.024 0,858 0,825 0,773
Modal ditempatkan dan disetor penuh - 40.483.553.140 saham biasa 1.139 1.139 1.139 0,483 0,464 0,435
Tambahan modal disetor
Saldo laba:
Dicadangkan 425 425 425 0,180 0,173 0,162
Belum dicadangkan 101.217 92.564 87.034 36,874 37,714 38,654
Komponen ekuitas lainnya 7.146 5.891 4.989 2,114 2,400 2,729
Ekuitas yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk
Kepentingan nonpengendali 27.955 24.490 24.713 10,470 9,978 10,676
TOTAL EKUITAS 139.906 126.533 120.324 50,978 51,555 53,429
TOTAL LIABILITAS DAN EKUITAS 261.855 245.435 236.029 100,000 100,000 100,000
5. PERHITUNGAN DAN ANALISIS DENGAN ANALYSIS RATIO
A. RASIO LI KUIDITAS
2014 2015 2016
A. RASIO LANCAR = Aktiva Lancar = 97.241 105.161 110.403
Liabilitas Jangka Pendek 73.523 76.242 89.079
=
1,323 1,379 1,239
Long term debt to equity digunakan untuk mengukur bagian dari ekuitas
yang dijadikan jaminan untuk kewajiban jangka panjang. Long term debt to
equity PT Astra International Tbk, pada tahun 2014 tercatat sebesar 0,35 yang
lalu mengalami penurunan menjadi 0,33 Pada tahun 2016, mengalami penurunan
kembali menjadi 0,23.
C. RETURN ON INVESTMENT
D. KINERJA OPERASI
2014 2015 2016
Penjualan - HPP 38.809 36.710 36.432
A. MARGIN LABA KOTOR .=
Penjualan 201.701 184.196 181.084
=
0,192 0,199 0,201
E. ASSETS UTILIZATION
A. RASIO LIKUIDITAS
Long term debt to equity digunakan untuk mengukur bagian dari ekuitas
yang dijadikan jaminan untuk kewajiban jangka panjang. Long term debt to
equity PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk pada tahun 2014 tercatat sebesar
0,02. Untuk dua tahun berikutnya mengalami penurunan yaitu tahun 2015 sebesar
0,51 dan tahun 2016 long term debt to equity di angka 0,31 yang disebabkan oleh
adanya peningkatan liabilitas jangka panjang.
C. RETURN ON INVESTMENT
D. KINERJA OPERASI
E. ASSETS UTILIZATION
A. LIABILITAS
Berikut ini adalah tampilan Liabilitas dalam Laporan Posisi Keuangan
Konsolidasian PT Astra International Tbk yang menampilkan berapa jumlah dari
liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang.
2014 2015 2016
LIABILITAS
LIABILITAS JANGKA PENDEK
Pinjaman jangka pendek 18.764 11.975 10.586
Utang usaha :
pihak berelasi 3.666 3.246 2.801
pihak ketiga 18.823 17.311 16.038
Liabilitas lain-lain:
pihak berelasi 557 285 81
pihak ketiga 7.039 6.791 5.567
Utang pajak 1.851 2.142 2.132
Akrual 6.174 5.621 5.450
Provisi 293 23 430
Liabilitas imbalan kerja 420 451
Pendapatan ditangguhkan 4.436 4.170 3.603
Bagian jangka pendek dari utang jangka panjang:
pinjaman bank dan pinjaman lain lain 15.104 16.437 17.898
Surat berharga yang diterbitkan 11.264 7.357 8.487
Utang sewa pembiayaan 688 433 450
Total Liabilitas jangka pendek 89.079 76.242 73.523
LIABILITAS JANGKA PANJANG
Liabilitas lain-lain - pihak ketiga 232 574 947
Pendapatan ditangguhkan 1.873 1.694 2.537
Liabilitas pajak tangguhan 1.641 1.796 2.645
Provisi 207 293 192
Liabilitas imbalan kerja 3.827 3.856 3.210
Utang jangka panjang, setelah dikurangi bagian jangka pendek:
Pinjaman bank dan pinjaman lain-lain 10.195 18.315 19.587
Surat berharga yang diterbitkan 14.836 15.239 12.465
Utang sewa pembiayaan 59 893 599
Total Liabilitas jangka panjang 32.870 42.660 42.182
TOTAL LIABILITAS 121.949 118.902 115.705
Long term debt to equity digunakan untuk mengukur bagian dari ekuitas
yang dijadikan jaminan untuk kewajiban jangka panjang. Long term debt to
equity PT Astra International Tbk, pada tahun 2014 tercatat sebesar 0,35 yang
lalu mengalami penurunan menjadi 0,33 Pada tahun 2016, mengalami penurunan
kembali menjadi 0,23.
B. SEWA
Sewa pembiayaan – Grup merupakan pihak yang menyewa
Setiap pembayaran sewa dialokasikan antara porsi pelunasan liabilitas dan biaya
keuangan. Jumlah liabilitas sewa, setelah dikurangi biaya keuangan, disajikan sebagai
liabilitas jangka panjang kecuali untuk bagian yang jatuh tempo dalam waktu 12
bulan atau kurang yang disajikan sebagai liabilitas jangka pendek. Unsur bunga dalam
biaya keuangan dibebankan ke laba rugi selama masa sewa yang menghasilkan
tingkat suku bunga konstan atas saldo liabilitas. Aset tetap yang diperoleh melalui
sewa pembiayaan disusutkan selama jangka waktu yang lebih pendek antara umur
manfaat aset dan masa sewa.
Sewa pembiayaan – Grup merupakan pihak yang menyewakan
Piutang pembiayaan konsumen dan piutang sewa pembiayaan Entitas anak yang
bergerak dalam jasa keuangan mengadakan perjanjian pembiayaan bersama dengan
beberapa bank dimana risiko kredit ditanggung bersama sesuai dengan porsinya
masing-masing (without recourse). Piutang pembiayaan bersama disajikan secara
bersih di laporan posisi keuangan konsolidasian. Pendapatan pembiayaan konsumen
dan beban bunga yang terkait dengan pembiayaan bersama disajikan secara bersih di
laba rugi.
Sewa operasi – Grup merupakan pihak yang menyewa
Sewa dimana bagian signifikan dari risiko dan manfaat kepemilikan aset berada pada
lessor diklasifikasikan sebagai sewa operasi. Pembayaran yang dilakukan untuk sewa
operasi dibebankan ke laba rugi dengan dasar garis lurus selama masa sewa.
Sewa operasi – Grup merupakan pihak yang menyewakan
Pendapatan sewa diakui dengan dasar garis lurus selama masa sewa.
Fasilitas kredit d. Credit facilities Perseroan dan beberapa entitas anak tertentu
memiliki fasilitas kredit untuk modal kerja, pembiayaan, jaminan bank, letters of
credit dan kontrak valuta asing. Fasilitas kredit yang mengikat dan tidak mengikat
yang belum digunakan oleh Perseroan dan entitas anak pada tanggal 31 Desember
2016 masingmasing sejumlah Rp 19,9 triliun dan Rp 12,2 triliun (2015: masing-
masing sejumlah Rp 24,0 triliun dan Rp 12,0 triliun).
Komitmen sewa operasi Grup menyewakan beberapa jenis aset tetap dibawah
perjanjian sewa operasi yang tidak dapat dibatalkan. Jumlah piutang sewa minimum
yang akan diterima di masa datang yang berasal dari kontrak sewa operasi yang tidak
dapat dibatalkan tetapi belum diakui sebagai piutang pada tanggal pelaporan, adalah
sebagai berikut:
2016 2015
Dalam 1 Tahun 1.128 1.186
1 sampai 5 Tahun 956 940
Lebih Dari 5 Tahun 2.084 2.128
Pengaruhnya:
Dikarenakan aset kontijensi tidak diakui dalam laporan keuangan maka
pengaruhnya terhadap perusahaan tidak begitu signifikan. Akan tetapi
kontijensi diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan konsolidasian
dan kemungkinan keluarnya arus sumber daya yang mengandung manfaat
ekonomi adalah kecil kemungkinannya. Aset ini biasanya timbul dari
kejadian tidak terduga dan tidak direncanakan yang menimbulkan
kemungkinan atas manfaat ekonomi bagi perusahaan.
2016 2015
Laba Per Saham
Laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk 15.156 14.464
Rata rata tertimbang jumlah saham biasa yang beredar
-dasar dan dilusian (dalam jutaan rupiah) 40.484 40.484
Laba Per Saham-dasar dan dilusian (dalam satuan rupiah 374 357
Laba per saham dasar dihitung dengan membagi laba yang dapat diatribusikan kepada
pemilik entitas induk dengan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar pada
tahun yang bersangkutan. Pada tanggal 31 Desember 2016 dan 2015, tidak ada efek yang
berpotensi menjadi saham biasa. Oleh karena itu, laba per saham dilusian sama dengan laba
per saham dasar. Laba dasar dan dilusian per saham tahun 2016 adalah Rp374 per saham,
naik 5% dibandingkan tahun 2015.
Convertible Bond
Obligasi Konversi adalah obligasi yang dapat dikonversi menjadi saham. Karena
sifatnya yang bisa dikonversi itu, obligasi konversi ini biasa juga disebut dengan obligasi
tukar. Penukaran saham biasanya dengan prasarat tertentu, misalnya saat jatuh tempo, atau
pada harga tertentu.
Pada tahun 1997 Konversi obligasi menjadi 280.837 saham yang dilakukan oleh
sebagian pemegang obligasi konversi. Konversi obligasi menjadi 280.837 saham yang
dilakukan oleh sebagian pemegang obligasi konversi. Pemecahan nilai nominal saham dari
Rp 1.000 (dalam satuan Rupiah) per saham menjadi Rp 500 (dalam satuan Rupiah) per
saham, yang mengakibatkan kenaikan jumlah saham yang beredar menjadi 2.325.662.474.
F. PENSIUN
Pengaruhnya:
PT. Astra International menyelenggarakan dan mengoperasikan program
pensiun secara formal bagi karyawannya, tambahan penyisihan atas
liabilitas diestimasi untuk imbalan kerja karyawan dibuat di atas imbalan
yang melekat pada masingmasing program pensiun, apabila diperlukan,
dalam rangka memenuhi batas minimum imbalan yang harus dibayar
kepada karyawan berdasarkan UUK.
BAB III
A. ASET LANCAR
2016 2015 2014
ASET
ASET LANCAR
Kas dan setara kas 29.357 27.102 20.902
Investasi lain lain 899 484 277
Piutang usaha, setelah dikurangi
penyisihan piutang ragu-ragu
Pihak berelasi 1.537 923 909
Pihak ketiga 17.409 16.853 20.423
Piutang pembiayaan, setelah dikurangi
penyisihan piutang ragu-ragu sebesar 33.216 31.728 30.297
Piutang lain-lain, setelah dikurang
penyisihan piutang ragu-ragu sebesar
Pihak berelasi 223 249 261
Pihak ketiga 3.741 3.252 2.869
Persediaan 17.771 18.337 16.986
Pajak dibayar dimuka 4.443 4.729 3.168
Pembayaran dimuka lainnya 1.807 1.504 1.149
Total Aset Lancar 110.403 105.161 97.241
Long term debt to equity digunakan untuk mengukur bagian dari ekuitas
yang dijadikan jaminan untuk kewajiban jangka panjang. Long term debt to
equity PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk pada tahun 2014 tercatat sebesar
0,02. Untuk dua tahun berikutnya mengalami penurunan yaitu tahun 2015 sebesar
0,51 dan tahun 2016 long term debt to equity di angka 0,31 yang disebabkan oleh
adanya peningkatan liabilitas jangka panjang.
Analisis Terhadap Kas, Setara Kas Piutang dan Biaya Dibayar Dimuka
Pada tahun 2014, Net Working Capital PT Astra International Tbk. sebesar
23.718, tahun 2015 sebesar 28.929 , tahun 2016 sebesar 21.324 . Kondisi
perusahaan ini bisa dikatakan baik. Artinya, working capital yang bernilai
positif mencerminkan bahwa perusahaan mampu untuk melunasi hutang jangka
pendeknya dengan harta lancarnya yang terdiri dari cash, piutang (account
receivables), dan persediaan (inventory).
B. PERSEDIAAN
2016 2015
Barang jadi termasuk unit CBU 15.147 15.595
Barang habis pakai 866 844
Suku cadang 789 833
Bahan baku dan unit CKD 566 573
Barang dalam penyelesaian 532 555
Lain-lain 231 315
18.131 18.715
Penyisihan persediaan usang dan tidak lancar (360) 378
17.771 18.337
Manajemen berkeyakinan bahwa penyisihan persediaan usang dan tidak lancar cukup
untuk menutup kerugian karena penurunan nilai persediaan. Pada tanggal 31 Desember 2016,
persediaan Grup telah diasuransikan terhadap risiko kebakaran dan risiko lainnya dengan
nilai pertanggungan sebesar Rp 14,7 triliun (2015: Rp 14,8 triliun) yang menurut pendapat
manajemen cukup untuk menutup kerugian yang mungkin timbul.
Pada perusahaan PT. Indofood Tbk. Aset tak berwujud “goodwill” memiliki
nilai yang sama pada tahun 2014 dan 2015 sebesar 1.974 dan 2016 sebesar 1.534,
sedangkan jumlah aset tak berwujud neto mengalami penurunan setiap tahunnya. Aset
tak berwujud tidak dapat dipisahkan dari suatu perusahaan. Pada tabel tersebut juga
memperlihatkan bahwa terjadi perubahan nilai yang besar karena kondisi yang
kompetitif.
E. REVALUASI ASET
Perusahaan PT. Astra International Tbk. tidak pernah melakukan revaluasi dalam 3
tahun terakhir.
Revaluasi aset adalah penilaian kembali aset tetap perusahaan, yang diakibatkan
adanya kenaikan nilai aset tetap tersebut dipasaran atau karena rendahnya nilai aset
tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi atau sebab
lain. sehingga tidak ada lagi nilai aset tetap dalam laporan keuangan.