Anda di halaman 1dari 3

Nama :Siti Nurholisah

NIM : 160810301015
Kelas : Akuntansi Pemerintah A

PERSEDIAAN
Di indonesia, Pengertian persediaan dalam Akuntansi Komersial secara jelas
ditunjukkan dalam PSAK Nomer 14 tentang Persediaan yaitu :
Persedian adalah aset :
1. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
2. Dalam proses produksi dan atau perjalanan
3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi
atau pemberian jasa.
Di indonesia, definisi persediaan meliputi juga perlengkapan yang digunakan
dalam proses produksi. Hal ini dijelaskan dalam PSAP 5 tentang akuntansi persediaan
sebagai berikut :
Persediaan merupakan aset yang berwujud :
1. Barang atau perlengkapan yang digunakan dala rangka kegiatan operasional
pemerintah.
2. Beban atau perlengkapan yang digunakan dala proses produksi
3. Barang dala proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan
kepada masyarakat.
4. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam
rangka kegiatan pemerintahan.

Pengakuan Persediaan
Pencatatan persediaan dapat dilakukan dengan sistem perpetual maupun
periodik. Sistem pencatatan perpetual memberikan informasi tentang jumlah persediaan
secara up-to-date. Hal ini karena dengan sistem perpetual, pembelian maupun penjualan
barang persediaan langsung dicatat pada akun persediaan. Saldo pada akun persediaan
di akhir periode mencerminkan jumlah jumlah persediaan akhir. Jumlah barang
persediaan yang terjual harus diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan
atas penjualan tersebut. Dengan sistem perpetual, beban atas penjualan persediaan
tersebut (Harga Pokok Penjualan- HPP/Cost of Goods Sold- COGS) langsung dapat
terlihat.
Dengan sistem pencatatan periodik, perolehan persediaan akan dicatat pada akun
pembelian. Nilai persediaan akhir diperoleh dari hasil perhitungan fisik di lapangan tiap
akhir periode. Dengan demikian, nilai beban atas penjualan persediaan harus dihitung
setelah nilai persediaan akhir diperoleh.
Persyaratan Standart Akuntansi Pemerintah (PSAP) mengatur bahwa persediaan
diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah dan
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Persediaan diakui pada
saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah. Pada akhir
periode akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik.
Pengakuan persediaan menurut PSAP tersebut menggunakan basis akrual.
Pengakuan persediaan pada akuntansi pemerintah yang berbasis kas modifikasiakan
dilakukan di akhir tahun. Pada saat perolehan hanya akan dicatat sebagai belanja dan
pengeluaran kas. Maka pengakuan persediaan seperti ini mirip dengan sistem
pencatatan periodik dalam akuntansi komersial.
Pengukuran Persedian
Dalam praktik akuntansi komersial, persediaan diukur menggunakan nilai
terendah antara biaya perolehan (cost) dengan nilai pasar (market). Istilah tersebut
disebut dengan LoCoM (Lower of Cost or Market). Jika diperkirakan kemampuan
persediaan untuk menghasilkan pendapatan lebih rendah dari biaya awalnya, maka
penurunan tersebut harus diakui sebagai kerugian.
Terminologi market dalam istilah LoCoM umumnya mengacu pada current
replacement cost atau realisasi bersih (net realizable value-NRV). Current replacement
cost adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh asset tersebut pada tanggal
pelaporan. Sedangkan net realizable value (NRV) adalah estimasi harga jual dengan
memperhitungkan biaya-biaya yang mungkin dikeluarkan untuk merealisasikan
penjualan.
IPSAS 12 mengatur bahwa persediaan pada organisasi sektor publik, termasuk
entitas pemerintahan harus diukur menggunakan nilai terendah antara cost dan net
realizable value (NRV). Khusus untuk persediaan yang diperoleh/disimpan dengan
tujuan tidak untuk dijual secara komersial, maka perusahaan harus diukur menggunakan
nilai terendah antara cost dan current replacement cost, dimana nilai persediaan (cost of
inventory) harus ditentukan menggunakan specific identification, first-in first-out
(FIFO), atau weight average cost.
Dalam akuntansi pemerintahan di Indonesia, pengukuran persediaan sangat
tergantung pad cara perolehan persediaan. Persediaan dapat diperoleh/dimiliki
pemerintah melalui beberapa cara. Salah satu cara yang paling umum adalah melalui
pembelian. Selain melalui pembelian, pemerintah juga dapat memperoleh persediaan
dari donasi atau santunan pihak lain.
Pengukuran persediaan pada entitas pemerintah dijelaskan dalam PSAP 5
sebagai berikut:
a. Biaya perolehan apabila diperoleh melalui pembelian
b. Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri
c. Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya, seperti donasi atau santunan.
Pembelian
Apabila pemerintah memperoleh persedian melalui pembelian, maka persediaan
tersebuat akan disajikan sebesar biaya perolehannya. Biaya perolehan tersebut meliputi
harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya yang secara
langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Nilai persediaan yang digunakan
adalah biaya perolehan persediaan yang terakhir diperoleh. Potongan harga, rabat, dan
lainnya yang serupa harus dikurangkan dari biaya perolehan.
Produksi Sendiri
Jika persediaan diperoleh dengan cara memproduksi sendiri, maka biaya standar
digunakan dalam penyajian pesediaan dalam neraca. Biaya standar meliputi biaya
langsung yang terkait dengan persediaan yang diproduksi dan biaya tidak langsung yang
dialokasikan secara sistematis berdasarkan ukuran-ukuran yang digunakan pada saat
penyusunan rencana kerja dan anggaran.
Jurnal yang dibuat untuk mencatat persediaan tidak dilakukanpada saat proses
produksi melainkan pada akhir periode (sebelum menyusun laporan keuangan). Hal
yang dicatat pada saat melakukan produksi adalah jurnal belanja terkait.
Ada dua sistem pencatatatan yaitu
1. Menggunakan Basis Akrual
2. Menggunakan Basis Cash Toward Accrual.
Penyajian Dan Pengungkapan
Persedian merupakan salah satu Aset yang dimiliki pemerintahan dalam neraca
secara priodik.persedian merupakan sebagian dari. Aset Lancar dan kontak akunnya
adalah cadangan persedian yang ada dibagian ekuitas dan lancer
Metode Penyajian Khusus
Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Bank :
Laporan keungan Bank terdiri atas:
1. Neraca
2. Laporan laba rugi
3. Laporan atus kas
4. Laporan perubahan ekuitas
5. Catatan atas laporan keuangan
Laporan keuangan harus menerapkan PSAK secara benar disertai pengungkapan
yang diharuskan PSAK dalam catatan atas laporan keuangan. Informasi lain tetap
diungkapkan untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun pengungkapan
tersebut tidak diharuskan oleh standar akuntansi (PSAK No.1, par.10). Dari sumber
PSAK tersebut dapat disimpulkan bahwa:
 Catatan atas laporan keuangan adalah merupakan pengungkapan yang diharuskan
oleh standar akuntansi.
 Informasi lain (informasi tambahan) adalah merupakan pengungkapan yang
dianjurkan (tidak diharuskan dan diperlakukan dalam rangka memberikan
penyajian yang wajar dan relevan dengan kebutuhan pemakai.
 Pengungkapan di dalam ilmu audit dikaitkan ke dalam tujuan umum audit.
 Tujuan audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat atas
kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip
yang diterima umum di Indonesia.
 Kewajaran laporan keuangan dinilai berdasarkan asersi yang terkandung dalam
setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan.
Hal hal yang terkait dengan persediaan yang diungkap dalam Laporan keuangan antara
lain :
a. Kebijakan akutansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan
b. Penjelasan lebih lanjut mengenai persediaan, seperti barang atau perlengkapan
yang digunakan dalam pelayanan masyarakat
c. Kondisi persediaan. Khusus kondisi persediaan yang kondisinya rusak atau usang
tidak. Perlu dilaporkan dalam neraca tetapi harus diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan

Anda mungkin juga menyukai