Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTIKUM KORALOGI

(LABORATORIUM)

IDENTIFIKASI BENTUK PERTUMBUHAN, KORALIT


DAN PENYAKIT KARANG SERTA SIMULASI
PENGAMATAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG

Dilaksanakan dan disusun untuk dapat mengikuti ujian praktikum (responsi)


pada mata kuliah Koralogi

oleh :

Nama : Judith Adyatma Putra Yudanta


NIM : L1C017052
Kelompok :3
Asisten : Eza Fahreza Sandy

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2019
ACARA I. BENTUK PERTUMBUHAN KARANG

I. MATERI DAN METODE

1.1. Materi

1.1.1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum Bentuk Pertumbuhan Karang

adalah buku identifikasi, kaca pembesar, dan alat tulis.

1.1.2. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum Bentuk Pertumbuhan Karang

adalah sampel karang.

1.2. Metode

Metode yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu dengan

mengamati sampel karang mulai dari bentuk dan bagian-bagian karang

dengan menggunakan kaca pembesaruntuk menenentukan bentuk

pertumbuhannya, dan catat kedalam lembar kerja.

1.3. Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 8 Oktober 2019 di

Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jendral

Soedirman.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN

No. Gambar Bentuk Pertumbuh Keterangan


1. Nama bentuk pertumbuhan :
Acropora Branching

2. Kode bentuk pertumbuhan :


ACB

3. Deskripsi bentuk
pertumbuhan :
Acropora Branching
memiliki ciri bentuk
pertumbuhan yang mirip
1.
seperti pohon atau tanduk
rusa. Bentuk koralit dari
Acropora Branching
bervariasi dari bentuk
tabular nariform dan
tenggelam. Bentuk
pertumbuhan Acropora
Branching menpunyai axial
Gambar 1 koralit dan radial koralit
(Andrianto, 2016).

1. Nama bentuk pertumbuhan :


Coral Branching

2. Kode bentuk pertumbuhan :


CB

3. Deskripsi bentuk
2. pertumbuhan :
Coral Branching memiliki
bentuk pertumbuhan yang
bercabang dengan ukuran
cabang lebih panjang
dibandingkan ketebalan atau
diameter yang dimilikinya
Gambar 2 (English et al, 1994). Coral
Branching banyak terdapat
di sepanjang tepi terumbu
dan bagian atas lereng,
terutama yang terlindungi
atau setengah terbuka
(Andrianto, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Andrianto. 2016. Variasi Morfologi Karang Bercabang (Branching)


Berdasarkan Zona Terumbu Karang Di Perairan Pulau Badi Kabupaten
Pangkep. Skripsi. 50 Halaman.

English, S., Wilkinson, C., Baker,V,. 1994. Survey Manual For Tropical
MarineResources. ASEAN – Australia Marine Science Project Living
CoastalResources. Australia.
ACARA II. IDENTIFIKASI STRUKTUR KORALIT KARANG

I. MATERI DAN METODE

1.1. Materi

1.1.1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum Identifikasi Struktur Koralit

Karang adalah kaca pembesar, penggaris, nampan, alat dokumentasi, dan

alat tulis.

1.1.2. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum Identifikasi Struktur Koralit

Karang adalah sampel koralit karang.

1.2. Metode

Metode yang digunakan pada praktikum ini mengamati koralit karang.

Amati bentuk dan bagian-bagian koralit karang menggunakan kaca

pembesar, dan catat kedalam lembar kerja.

1.3. Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 8 Oktober 2019 di

Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jendral

Soedirman.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN

No. Gambar Bentuk Pertumbuh Keterangan


1. Tipe koralit karang :
Hydnophoroid

2. Bagian koralit karang :


a. Kolumella
b. Septa
c. Kosta
d. Konesteum
e. Lempeng Dasar

1. 3. Deskripsi koralit
karang :
Tipe koralit karang
Hydnophoroid memiliki
kerucut kecil di antara
dinding koralit. Struktur
kerucut kecil ini terbentuk
dan menutupi seluruh
permukaan (Suharso,
2008).

1. Tipe koralit karang :


Placoid

2. Bagian koralit karang :


a. Kolumella
b. Septa
c. Kosta
d. Konesteum
2. e. Lempeng Dasar

3. Deskripsi koralit
karang :
Placeoid adalah koralit
karang yang terbentuk
seperti bukit dan tersebar
pada seluruh permukaan
sehingga sangat mudah
untuk dikenal, Koralit tipe
ini memiliki dinding
masing-masing dan
dipisahkan oleh
konesteum (Suharsono,
2008).
DAFTAR PUSTAKA

Suharsono. 2008. Jenis-Jenis Karang Di Indonesia. Coremap Program : Jakarta.


ACARA III. SIMULASI PENGAMATAN EKOSISTEM
TERUMBU KARANG

I. MATERI DAN METODE

1.1. Materi

1.1.1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum Simulasi Pengamatan

Pertumbuhan Ekosistem Terumbu Karang adalah miniatur simulasi terumbu

karang dan meteran (1 meter)

1.1.2. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum Simulasi Pengamatan

Pertumbuhan Ekositem Terumbu Karang adalah sampel biota karang, biota

indikator, dan substrat.

1.2. Metode

Transect sebagai meteran direntangkan sejauh 100 cm, kemudian catat

lifeform karang dengan interval 0,5 cm, jenis substrat, ikan terumbu, dan

avertebrata asosiasinya. Lalu catat spesies biota karang kemudian lengkapi

klasifikasinya, selanjutnya masukan data pengamatan ke dalam tabel data

pengamatan yang telah disediakan.


1.3. Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 8 Oktober 2019 di

Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jendral

Soedirman.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1. Hasil
Titik (cm) Kategori Biota Asosiasi/Ikan Karang
0 Sand
5 Foliose
10 Sand
15 Sand Amblyglyphiidodon curocao
20 Rubble
25 Rubble
30 Sand Mespilia globulus
35 Sand Abudefduf sexfasciatus
40 Acropora Tabulate
45 Sand
50 Coral Massive Holothuroidea scabra
55 Coral Massive
60 Sand Pomacentrus moluccensis
65 Sand
70 Sand Halichoeres vrolikii
75 Coral Mushroom Halichoeres hotulanus
80 Sand
85 Rubble Cypraea tigris
90 Coral Massive
95 Coral Massive
100 Sand Cheilinus fasciatus
Perhitungan :

𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐭𝐢𝐭𝐢𝐤 𝐩𝐞𝐫 𝐤𝐚𝐭𝐞𝐠𝐨𝐫𝐢


𝐓𝐮𝐭𝐮𝐩𝐚𝐧 𝐊𝐚𝐫𝐚𝐧𝐠 (%) = 𝐱 𝟏𝟎𝟎
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐭𝐢𝐭𝐢𝐤
7
Tutupan Karang (%) = 20 x 100% = 35 %

Kategori Penutupan Karang Hidup adalah Sedang.

2.2. Pembahasan

2.2.1. Penutupan Terumbuh Karang

Metode yang digunakan adalah Point Intercept Transect (PIT) yaitu

metode untuk memantau kondisi substrat dasar perairan yang dikeluarkan

oleh reef check foundation yang mana untuk memonitoring persentase

karang hidup hidup, karang mati, karang rusak serta biota lainnya yang

berada dalam ekosistem karang tersebut (Hodgson, 2006). Metode PIT

merupakan salah satu metode untuk mengetahui kondisi terumbu karang

serta dalam pelaksanaannya menggunakan waktu yang relative efisien atau

cepat. Dalam pelaksanaannya metode ini menggunkan poin pengamatan tiap

0.5 meter (Hodgson, 2006).

Kondisi ekosistem terumbu karang ditentukan berdasarkan persen

tutupan karang batu hidup dengan kriteria CRITC-COREMAP LIPI

berdasarkan Gomez & Yap (1988) dalam Manuputty (2009) sebagai berikut:
• rusak bila persen tutupan karang hidup antara 0-24,9%.

• sedang bila persen tutupan karang hidup antara 25-49,9%

• baik bila persen tutupan karang hidup antara 50-74,9%, dan

• sangat baik apabila persen tutupan karang batu hidup 75-100%

Dengan menggunakan rumus persentase tutupan karang (English et al.,

1997) sebagai berikut :

Persen cover = Jumlah titik dalam kategori x 100%

Total jumlah titik dalam transek

Dari hasil praktikum dan perhitungan :


7
Ni = 20 x 100 = 35%

Hasil tutupan karang hidup dari praktikum Simulasi Pengamatan

Pertumbuhan Ekosistem Terumbu Karang adalah Sedang, hal tersebut sesuai

dengan CRITC-COREMAP LIPI.

Hal yang menyebabkan kondisi terumbu karang tersebut sesuai

kategorinya yaitu dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan aktivitas

manusia. Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi diantaranya


substrat dasar terumbu karang seperti karang mati yang ditumbuhi algae

halus, karang baru mati yang berwarna putih, karang lunak, patahan karang

bercabang, dan kondisi Abiotik (Sand, Silt dan Rock) (Manuputty, 2009).

Selain itu juga dipengaruhi oleh biota asosiasi karang seperti ikan, teripang,

acanthaster planci, teripang, bulu babi dan moluska. Faktor tersebut berbeda

baik secara waktu maupun tempat. Adanya fenomena-fenomena alam seperti

aktivitas vulkanis, tsunami, dan peningkatan suhu air laut secara global juga

sangat berpengaruh secara langsung kepada kondisi terumbu karang secara

umum. Kondisi terumbu karang terkini merupakan hasil dari proses-proses

dinamika terumbu karang baik itu berupa penurunan maupun kenaikan

persentase tutupan karang hidup (Giyanto et al, 2017).

2.2.2. Biota Asosiasi dan Ikan Karang

a) Amblyglyphiidodon curocao

Gambar 5
(a) Dokumentasi Pribadi (b) Referensi(http://marinespecies.org)

Klasifikasi menurut Bloch (1787) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Parcifolmes

Famili : Pomacentridae

Genus :Amblyglyphiidodon

Spesies : Amblyglyphiidodon curocao

Deskripsi menurut Setiawan (2010). Memiliki panjang max 13cm.

Populasi di Indonesia berwarna hijau dengan garis kehitaman saat

dewasanya. Papua berwarna lebih keperakan dengan garis kehijauan.

Hidup di Daerah laguna dan lereng karang Bagian luar, Juvenil sering

terlihatdekat karang lunak jenis Sarcophyton dan Sinularia. Makan sering ber

kelompok didaerah karang. Range kedalaman 1 – 40 m. terdapat di Pasifik

barat. Pemakan Zooplankton dan Filamentous alga.


b) Mespilia globulus

Gambar 6
(a) Dokumentasi Pribadi (b) Referensi
(http://marinespecies.org)

Klasifikasi menurut Linnaeus, (1758) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Echinodermata

Kelas : Echinoidea

Ordo : Camosodonea

Famili : Femoapenadea

Genus : Mespilia

Spesies : Mespilia globulus

Menurut Setiawan (2010) Mesipilia globulus atau bisa disebut globular

sea urchin memiliki panjang badan max 5 cm, badan biru dengan duri orange

merah belang putih yang tersusun rata vertikal dan tentakel keluar dri sela –

sela duri tersebut. Habitat di daerah fringing reef (terumbu karang tepi) dan
padang lamun range kedalaman 0-60 m. Fidtribusi penyebaran di Filipina,

Indonesia, palau dan Australia.

c) Abudefduf sexfasciatus

Gambar 7
(b) Dokumentasi Pribadi (b)
Referensi(http://marinespecies.org)

Klasifikasi menurut Lacepede (1801) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Parcifolmes

Famili : Pomacentridae

Genus : Abudefduf

Spesies : Abudefduf sexfasciatus

Deskripsi menurut Setiawan (2010) memiliki Panjang max 16 cm, badan

putih dan agak kehijauan saat dewasa dengan 5 garis hitam, ciri khasnya

adalah memiliki garis hitam di bagian cagak ekornya. Hidup di daerah

pantai, karang berbatu dan terumbu karang yang baik. Biasa berada di
karang lunak dan koloni hydroid. Range kedalaman 1 – 20 m. Terdapad di

Indo-Pasifik. Pemakan Zooplankton dan alga/omnivore.

d) Holothuroidea scabra

Gambar 8
(c) Dokumentasi Pribadi (b) Referensi

Klasifikasi menurut Jaeger et al. (1833) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Echinodermata

Kelas : Holothuroidea

Ordo : Aspidochirotida

Famili : Holothuroidea

Genus : Holothuria

Spesies : Holothuroidea scabra

Teripang Pasir atau Holothuria scabra memiliki bentuk tubuh dengan

ciri bulat silindris atau memipih dan panjang serta memiliki garis-garis

melintang berwarna hitam pada punggungnya, tubuhnya akan terasa kasar

seperti butir-butiran bila disentuh dan diraba. Tubuh Teripang Pasir ini
memiliki warna kuning keputihan-putihan di bagian perutnya dan abu-abu

hingga kehitaman pada bagian punggungnya (Hartati, et al., 2016).

e) Pomacentrus moluccensis

Gambar 9
(d) Dokumentasi Pribadi (b)
Referensi(http://marinespecies.org)

Klasifikasi menurut Bleeker (1853) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Famili : Pomacintridae

Genus : Pomacentrus

Spesies : Pomacentrus moluccensis

Deskripsi menurut Setiawan (2010) adalah Panjang max 9 cm (TL),

badan kuning dengan batas sirip anal berwarna hitam. Habitat: Laguna,
Terumbu Karang dengan banyak karang bercabang. Range 1 – 14 m.

Distribusi: Pasifik Barat. Tipe pemakan alga dan crustacea planktonic.

e) Halichoeres hotulanus

Gambar 10
(e) Dokumentasi Pribadi (b)
Referensi(http://marinespecies.org)

Klasifikasi menurut Lacepede (1801) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Famili : Labridae

Genus : Halichoeres

Spesies : Halichoeres hotulanus

Menurut Setiawan (2010) Ikan Halichoeres hortulanus memiliki ciri-ciri

panjang max 27cm (TL) bagian muka dengan corak merah, badan biru

kehijauan dan sirip ekor dan dorsal kuning. Juvenil bercorak hitam putih
berubah saat dewasa. Ikan Halichoeres hortulanus memakan molusca,

crustacea dan bulu babi (zoobenthos). Habitatnya di daerah terumbu karang

dari dangkal hingga dalam dan laguna range kedalamannya 1-30 m.

Distribusi penyebarannya di wilayah Indo-Pasifik.

f) Halichoeres vrolikii

Gambar 11
(f) Dokumentasi Pribadi (b)
Referensi(http://marinespecies.org)

Klasifikasi menurut Bleeker (1855) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Famili : Labridae

Genus : Halichoeres

Spesies : Halichoeres vrolikii


Menurut Setiawan (2010) Ikan Halichoeres vroliki memiliki ciri-ciri badan

hijau terang dengan 3-4 garis vertikal di punggung serta garis pink di kepala.

Habitatnya di terumbu karang kedalaman 2-20 m. Distribusi penyebarannya

di sekitar wilayah Indo-west pasifik.

g) Cypraea tigris tigris

Gambar 12
(g) Dokumentasi Pribadi (b)
Referensi(http://marinespecies.org)

Klasifikasi menurut Linnaeus (1758) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Gastropoda

Ordo : Littorinimorpha

Famili : Cypraeidae

Genus : Cypraea

Spesies : Cypraea tigris tigris

Menurut Setiawan (2010) Kerang Cypraea tigris memiliki ciri-ciri panjang

max 16 cm, banyak terdapat spot hitam di cangkang dan sangat mudah
dikenali ciri fisiknya. Cypraea tigris memiliki cangkang yang keras dan

berbentuk mirip seperti helm yang ditelungkupkan. Panjang cangkang

sekitar 6 cm dengan lebar cangkang sekitar 4,5 cm. Bagian atas, cangkang

tubuhnya berbentuk oval dan bagian bawahnya rata bergerigi. Habitatnya di

terumbu karang, batu di zona intertidal dan zona sabuk intertidal, perairan

dangkal range 1-30 m. Distribusi penyebarannya di sekitar Indo Pasifik.

h) Cheilinus fasciatus

Gambar 13
(h) Dokumentasi Pribadi (b)
Referensi(http://marinespecies.org)

Klasifikasi menurut Bloch (1791) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes
Famili : Labridae

Genus : Cheillous

Spesies : Cheilinus fasciatus

Menurut Setiawan (2010) Panjang max 40 cm (TL), Ben-tuknya sangat

mudah dikenali den-gan warna merah terang mulai dr depan dorsal sampai

sirip perut dan belakang mata serta garis ver-tikal dibadan belakangnya.

Habitatnya di area laguna, karang beralga dan diarea campuran antara

karang, pasir dan rubble. Range kedalaman 4-40 m. Distribusi Indo-pasifik.

Ikan ini tipe pemakan moluska dan krusta.


DAFTAR PUSTAKA
Giyanto, M., Bachriar, I., Budiyanto, A. 2017. Status Terumbu Karang
Indonesia. Coremap-CTI Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI :
Jakarta.

Hodgson, G., Bette, J., Ernesto, W. 2006. Instruction Manual: A Guide Reef Check
Coral Reef Monitoring. Reef Check Foundation. Indonesia

Manuputty, Anna., Djuwariah. 2009. Panduan metode point intercept transect


(PIT) untuk masyarakat. LIPI Jakarta. 66 hal.

Setiawan Fakhrizal. 2010. Identifikasi Ikan Karang dan Invertevrate Laut. Wildlife
Conservation Society. Manado, Indonesia
ACARA IV. IDENTIFIKASI GENUS KARANG DENGAN
CORAL FINDER TOOL

I. MATERI DAN METODE

1.1. Materi

1.1.1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah Coral finder tool, alat

dokumentasi, dan alat tulis.

1.1.2. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sampel karang.

1.2. Metode

Metode pada praktikum Identifikasi Genus Karang dengan Coral Finder

Tool yaitu dengan melihat bentuk pertumbuhan karang yang akan

diidentifikasi dan dilihat pada kolom key group di Coral Finder. Lalu,

menentukan bentuk koralit pada karang tersebut menggunakan bantuan

kaca pembesar dan alat ukur, pada halaman look alike karang yangsedang

diamati dengan gambar karang pada kolom colony, corallites, close up dan

scaled dibandingkan. Selanjutnya membandingkan karang yang sedang

diamati dengan gambar karang pada kolom colony, corallites dan close up.
Setelah karakteristik karang yang diamati dengan contoh karang pada Coral

Finder sesuai, kemudian dicatat nama genus karang.

1.3. Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 8 Oktober 2019 di

Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jendral

Soedirman.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1. Tutorial Menggunakan Coral Finder

Cara penggunaan Coral Finder yaitu dengan melihat pertumbuhan

karang yang akan diidentifikasi. setelah mengetahui bentuk pertumbuhan

karang selanjutnya menentukan bentuk dan mengukur besar koralit pada

karang dengan menggunakan alat bantu kaca pembesar serta alat ukur untuk

mengukur besar koralit lihat halaman look a like. Bandingkan karang yang

sedang diamati dengan gambar karang pada kolom colony, corallities dan close

up. setelah semuanya sama maka hasil dari karang yang diidentifikasi dicatat

nama genus karangnya sesuai dengan keterangan. Pernyataan Timotius

(2013) dalam Arifin (2016) sesuai yaitu ada tiga langkah untuk melakukan

identifikasi genus karang dengan coral finder tool :

1. Lihat bentuk pertumbuhan karang tersebut (Branching, Meandering,

Massive, Plates, dsb) pada kolom Key Group dalam Coral Finder.

2. Menentukan bentuk pertumbuhannya, selanjutnya adalah mengukur

besar koralit pada karang tersebut. Untuk langkah ini gunakan

bantuan kaca pembesar dan penggaris/ alat ukur. Setelah

menentukan besar koralit karang yang identifikasi, maka langsung

diarahkan pada halaman dimana terdapat jenis-jenis karang yang

memiliki besar koralit yang anda ukur sebelumnya.


3. Halaman yang sudah dirujuk, lihat dan cari gambar karang yang

sesuai dengan karang yang sedang amati. Jika terdapat kemiripan

antar genus, kerucutkan pilihan menjadi 2 jenis saja.

2.2. Kelebihan dan Kekurangan Coral Finder

Kelebihan coral finder antara lain cepat dan mudah untuk dimengerti.

Coral Finder sangat cocok untuk pemula yang ingin belajar mengidentifikasi

karang karena sistematis penggunaan Coral Finder ini cukup jelas dan

mudah. Coral Finder mempermudah penggunanya dengan meringkas

genus-genus karang sebanyak kurang lebih 66 Genus di daerah Indo-Pasific

kedalam suatu buku panduan jenis karang yang bisa dibawa ke dalam air.

Selain memiliki kelebihan coral finder juga memiliki kelemahan antara lain

coral finder hanya menjadikan life form sebagai acuan dasar dalam

penentuan genus karang, coral finder tidak bisa menggambarkan coralit

secara 3 dimensi sehingga kadang susah untuk membedakan coralit satu

dengan yang lain (Kelley, 2012).


a) Pachyseris

Gambar
(a) Dokumentasi Pribadi (b) Referensi

Klasifikasi menurut Oken et al. (1815) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Cnidaria

Kelas : Anthozoa

Ordo : Scleractinia

Famili : Acroporidae

Genus : Acropora

Spesies : Acropora sp.


b) Acropora

Gambar
(b) Dokumentasi Pribadi (b) Referensi

Klasifikasi menurut Pallas et al. (1766) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Famili : Labridae

Genus : Cheillous

Spesies : Cheiunus tasciatus


DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainul Dan Oktiyas Muzaky Luthfi.2016. Studi Pertumbuhan Dan
Survival Rate Pada Transplantasi Karang Acropora Sp. Di Pantai
Kondang Merak Kabupaten Malang. Seminar Nasional Perikanan
Dan Kelautan Vi,Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas
Brawijaya Malang

P. Kelley. 2012. Struktur Komunitas Karang dan Biota Asosiasi pada Kawasan
Terumbu Karang di Perairan Desa Minanga Kecamatan Malalayang II dan
Desa Mokupa Kecamatan Tombariri. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis, vol.
3(1): 6-12.
ACARA V. IDENTIFIKASI PENYAKIT KARANG

I. MATERI DAN METODE

1.1. Materi

1.1.1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah kartu identifikasi,

simulator transek, alat dokumentasi, dan alat tulis.

1.1.2. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah foto penyakit karang.

1.2. Metode

Metode yang digunakan pada praktikum ini yaitu, observasi lapangan

tentang keberadaan penyakit karang dilakukan dengan metode survei (manta

tow, time swimmed). Jika ditemukan adanya penyakit karang (tissue loss,

perubahan warna jaringan, pertumbuhan abnormal), pada lokasi tersebut

dibuat patok/transek permanen marker (penanda). Dalam Simulasi Transek

untuk Praktikum Laboratorium. Dibuat Point Intercept Transect (25 m) dan

Belt Transect (2x25 m) untuk praktikum lapangan. Kemudian, pengamatan

dan pengukuran koloni karang dalam LIT. Pengamatan dan perhitungan

koloni karang dalam Belt Transect (Jumlah total koloni, jumlah koloni yang

terserang penyakit). Jika memungkinkan catat nama dan jumlah genus


karang yang terserang penyakit X, Y atau Z. Jika terdeteksi adanya tissue loss,

perubahan warna atau petumbuhan abnormal pada jaringan karang, dan

dibandingkan dengan kunci identifikasi penyakit karang.

1.3. Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 8 Oktober 2019 di

Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jendral

Soedirman.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN

(a) Brown Band Disease (BrBd)

Menurut Richardson (2002) adalah Lebar kerangka terkena bervariasi

dengan tarif menyebar, BBD berlangsung dari tunggal titik (di margin koloni,

atau dalam permukaan koloni dan memancar keluar dalam melingkar atau

setengah lingkaran. Kehilangan jaringan hingga 1 cm / hari (rata-rata = 3 mm /

hari). Brown band disease (BrBD) bermanifestasi pada karang sebagai Ciliata

yang mendominasi yang biasanya berlangsung cepat menyebabkan kematian

yang luas.

(b) Ulterative White Spot (UWS)

UWS adalah kehilangan jaringan fokal karang yang diakibabkan non

predasi atau bukan karena pemangsaan hewan lain. Ciri-ciri penyakit ini

adalah terdapat lingkaran-lingkaran kecil berwarna putih dengan diameter 2-

3 mm, terpisah-pisah dan menyebar pada permukaan koloni (Gambar 2d).

Penyakit ini ditemukan di Pulau Sapoda Laut hanya menyerang karang jenis

massive (Rotjan and Lewis, 2008).

(c) Black Band Disease (BBD)

Menurut Davis (2013), Black band adalah sebuah band yang

menyebabkan jaringan didalam sabuk karang mati. Jaringan berdekatan

dengan sabuk tampak sehat atau membentuk sebuah sabuk sempit yang

menyebabkan jaringan karang didalamnya mengupas kerangka. dimulai


kematian jaringan dekat dasar koloni dan kemudian maju ke arah cabang

(rata-rata = 5,5 mm / hari) Kadang mengelilingi seluruh cabang. Lebar

kerangka yang terkena bervariasi tergantung pada tingkat penyebaran,

dengan daerah yang lebih tua menjadi semakin dijajah oleh filamen, rumput,

makro dan alga koralin.


DAFTAR PUSTAKA
Davis M., et.al. 2013. Geographic range and research plan for monitoring white
band disease. Biosphere Reserve Research : Australia.

Richardson, L.L., and R.A. Aronson. 2002. Infectious diseases of reef corals. Proc.
Ninth Intern.Coral Reef Symp. 2: 1225-1230.

Rotjan, R.D and Sara M. Lewis, S.M. 2008. Impact of Coral Predators on
Tropical Reefs. Marine ecology progress series 367:73- 91
LAMPIRAN

Lampiran 1. Bentuk Pertumbuhan Karang


Lampiran 2. Identifikasi Koralit Karang
Lampiran 3. Simulasi Pengamatan Ekosistem Terumbu Karang
Lampiran 4. Identifikasi Genus Karang Dengan Coral Finder Tool
Lampiran 5. Identifikasi Penyakit Karang

Anda mungkin juga menyukai