Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM KORALOGI

(LABORATORIUM) Commented [A1]: Font style, font size, dll mengikuti


format tugas akhir

IDENTIFIKASI BENTUK PERTUMBUHAN, KORALIT


DAN PENYAKIT KARANG SERTA SIMULASI
PENGAMATAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG

Dilaksanakan dan disusun untuk dapat mengikuti ujian praktikum (responsi) pada
mata kuliah Koralogi

oleh :
Nama : Ade Dwiki Andrianto
NIM : L1C017021
Kelompok : 02
Asisten : Karina Maharani

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU


KELAUTAN UNIVERSITAS JENDERAL
SOEDIRMAN PURWOKERTO
2019
ACARA I. BENTUK PERTUMBUHAN KARANG

I. MATERI DAN METODE


1.1. Materi

1.1.1. Alat
Alat yang dipergunakan dalam acara praktikum kali ini adalah buku
identifikasi, kaca pembesar, dan alat dokumentasi.

1.1.2. Bahan
Bahan yang dipergunakan dalam acara praktikum kali ini adalah sample
karang.
1.2. Metode
Metode kerja pada praktikum kali ini adalah pertama sample karang
diambil dan diamati menggunakan kaca pembesae bentuk & bagian –
bagian dari karang dersebut. Kemudian bentuk pertumbuhannya ditentukan
dan dicatat pada lembar kerja.
1.3. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada Selasa, 8 Oktober 2019 di laboratorium
fakultas perikanan dan ilmu kelautan Unsoed. Commented [A2]: Laboratorium Pengajaran Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jenderal
Soedirman.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar Bentuk
No. Keterangan
Pertumbuhan
1. Nama bentuk pertumbuhan :
Acropora Branching Commented [A3]: Kata asing diitalic
2. Kode bentuk pertumbuhan :
ACB
3. Deskripsi bentuk pertumbuhan :
1. (gambar handmade) Sesuai namanya, jenis karang ini
berbentuk seperti pohon atau
tanduk rusa. Jika dilihat secara
detail, terdapat jelas axial koralit
pada karang ini. jenis ini paling
banyak ditemukan dan juga yang
paling cepat tumbuh. Commented [A4]: Minimal 4 kalimat yaa

(English et al., 1997) Commented [A5]: Et al. itu bahasa asing, jadi
1. Nama bentuk pertumbuhan : selanjutnya diitalic yaa
Coral Branching Commented [A6]: Kata asing diitalic
2. Kode bentuk pertumbuhan :
CB
3. Deskripsi bentuk pertumbuhan :
2. (gambar handmade)
Memiliki cabang lebih panjang
daripada diameter yang dimiliki,
banyak terdapat di sepanjang tepi
terumbu dan bagian atas lereng,
terutama yang terlindungi atau
setengah terbuka. Bersifat banyak
memberikan tempat perlindungan
bagi ikan dan invertebrata
tertentu. Commented [A7]: Minimal 4 kalimat ya

(English et al., 1997)


DAFTAR PUSTAKA

English, S., Wilkinson, C. dan Baker, V., 1997. Survey Manual For
Tropical Marine Resources. Australia: ASEAN – Australia Marine
Science Project Living Coastal Resources. Commented [A8]: Penulisan dapus mengikuti Format
TA
ACARA II. IDENTIFIKASI STRUKTUR KORALIT KARANG

I. MATERI DAN METODE


1.1. Materi

1.1.1. Alat
Alat yang dipergunakan dalam acara praktikum kali ini adalah penggaris,
nampan, kaca pembesar, dan alat dokumentasi.

1.1.2. Bahan
Bahan yang dipergunakan dalam acara praktikum kali ini adalah sample
koralit karang.
1.2. Metode
Metode kerja pada praktikum kali ini adalah sample koralit karang
dipersiapkan dan diukur diamater koralit karang tersebut. Kemudian bentuk
dan bagian – bagian koralit diamatai dengan kaca pembesar, lalu dicatat
dalam lembar kerja.
1.3. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada Selasa, 8 Oktober 2019 di laboratorium
fakultas perikanan dan ilmu kelautan Unsoed. Commented [A9]: Sama seperti Acara 1
II. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar Bentuk
No. Keterangan
Pertumbuhan
1. Tipe koralit karang :
Placoid
2. Bagian koralit karang :
a. Septa
b. Kolumela
1. c. Pali
d. Kosta
e. Konesteum
3. Deskripsi karang :
Masing-masing koralit memiliki
dindingnya masing-masing
dan dipisahkan oleh coenosteum Commented [A10]: Minimal 4 kalimat

(Suharsono, 2008)
1. Tipe koralit karang :
Hydnophoroid
2. Bagian koralit karang :
a. Kolumella
b. Septa
2. c. Kosta
d. Konesteum
3. Deskripsi karang :
Koralit terbentuk seperti bukit
tersebar pada seluruh permukaan
sehingga sangat mudah untuk
dikenal Commented [A11]: Minimal 4 kalimat

(Suharsono, 2008)
DAFTAR PUSTAKA

Suharsono, 2008. Jenis-Jenis Karang di Indonesia. LIPI. Jakarta. Commented [A12]: Good :’) Akhirnya ada yang
dapusnya bener
ACARA III. SIMULASI PENGAMATAN EKOSISTEM
TERUMBU KARANG

I. MATERI DAN METODE


1.1. Materi

1.1.1. Alat
Alat yang dipergunakan dalam acara praktikum kali ini adalah minitur
ekosistem terumbu karang, meteran (1 meter), dan alat dokumentasi.

1.1.2. Bahan
Bahan yang dipergunakan dalam acara praktikum kali ini adalah sample
biota karang, biota indikator/ikan, dan substrat.
1.2. Metode
Metode kerja pada praktikum kali ini adalah meteran dibentangkan
sepanjang 100 cm/ 1 meter dan sepanjang line transect tersebut dicatat
setiap lifeform karang dengan interval 0,5 cm, jenis substrat, ikan terumbu,
dan avertebrata asosiasi.
1.3. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada Selasa, 8 Oktober 2019 di laboratorium
fakultas perikanan dan ilmu kelautan Unsoed. Commented [A13]: Sama seperti Acara 1
II. HASIL DAN PEMBAHASAN (tiap bab beda halaman)
2.1. Hasil
Titik Kategori Biota Asosiasi / Ikan Karang Commented [A14]: Kategorinya pake kode seperti S,
0 Sand - CF, S, S, dst.
5 Lifeform foliose (hc) -
10 Sand -
15 Sand Amblyglyphidodon curacao
20 Rubble -
25 Sand -
30 Sand Mespilia globules
35 Sand Abudefduf sexfasciatus
40 Lifeform tabulate (hc) -
45 Sand -
50 Lifeform massive (hc) Holothuria scabra
55 Massive (cm) -
60 Sand Pomacentrus moluccensis
65 Sand -
70 Softcoral (Melitea) Halichoeres vrolikii Commented [A15]: Soft coral tdk disinggung titik, jadi
75 Lifeform mushroom Halichoeres hotulanus masuknya ke biota asosiasi
80 Rubble -
85 Sand Cypraea tigris
90 Liform massive (hc) -
95 Massive (cm) -
100 Sand Cheilinus fasciatus

Perhitungan :

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒊𝒕𝒊𝒌 𝒑𝒆𝒓 𝒌𝒂𝒕𝒆𝒈𝒐𝒓𝒊


𝑻𝒖𝒕𝒖𝒑𝒂𝒏 𝑲𝒂𝒓𝒂𝒏𝒈 (%) = 𝑿 𝟏𝟎𝟎%
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒕𝒊𝒕𝒊𝒌
𝟕
= 𝑿 𝟏𝟎𝟎% = 𝟑𝟓%
𝟐𝟎

Ni = 35%
Kategori Penutupan Karang Hidup (Sedang)
2.1. Pembahasan

2.1.1. Penutupan Terumbu Karang


Metode PIT (Point Intercept Transect), merupakan salah satu metode
yang dikembangkan untuk memantau kondisi karang hidup dan biota
pendukung lainnya di suatu lokasi terumbu karang dengan cara yang
mudah dan dalam waktu yang cepat (Hill & Wilkinson, 2004).
Metode kerja dari PIT adalah:
 Menentukan lokasi dimana PIT akan dilakukan.
 Kedalaman ditentukan antara 3 – 5 meter, transek ditarik sejajar
garis pantai.
 Pita berskala (roll meter) sepanjang 25 meter atau tali bertanda
diletakkan didasar, ditentukan atau diikatkan pada titik nol (0).
 Tiap koloni karang, yang berada di bawah tali transek, dicatat
berapa kali (jumlah) kehadirannya per titik, dimulai dari titik ke 1, 2,
3 danseterusnya. (skala ke: 50, 100, 150, ……..) dan seterusnya
sampai ke ujung akhir yaitu skala ke 2500 atau pada titik ke 50
(ujung meter ke 25).
 Kategori yang harus dicatat pada alat tulis ialah : karang batu,
dengan kode AC dan NA, biota lain dan substrat.
 Jumlah titik yang dibawahnya terdapat koloni karang batu atau
biota lain atau substrat, masing-masing dikelompokkan dan
dihitung sebagai persentase tutupan (%).
 Data pengamatan selanjutnya disusun dalam bentuk tabel untuk
analisa selanjutnya dengan rumus tutupan. Commented [A16]: Kalau bisa dijadikan paragraf aja

Kondisi ekosistem terumbu karang ditentukan berdasarkan persen


tutupan karang batu hidup dengan kriteria CRITC-COREMAP LIPI
berdasarkan Gomez & Yap (1988) sebagai berikut:

 Rusak; apabila persen tutupan karang hidup antara 0-24,9%.

 Sedang; apabila persen tutupan karang hidup antara 25-49,9%

 Baik; apabila persen tutupan karang hidup antara 50-74,9%, dan

 Sangat Baik; apabila persen tutupan karang batu hidup 75-


100%

Berdasarkan kategori tersebut, hasil perhitungan pada praktikum


masuk dalam kategori Sedang, karena persen tutupan berada pada
nilai antara 25-49,9%

Indikator kesehatan ekosistem terumbu karang dapat terdiri dari :

 Kondisi fisik ekologi terumbu karang (dalam bentuk ”persen


tutupan karang batu hidup”/LC) dan biota asosisasi terumbu
karang yang mempengaruhi LC, yaitu populasi biota asosiasi
terumbu karang (megabentos), dan populasi ikan terumbu
karang yang terdiri dari ikan target, ikan Indikator dan ikan
major.

 Kondisi fisik ekosistem terumbu karang (LC) juga dipengaruhi


oleh substrat dasar terumbu karang lain seperti DCA (karang
mati yang ditumbuhi algae halus), DC (Dead coral, karang baru
mati yang berwarna putih), FS (Fleshy Seaweed / makro alga),
SC (Soft Coral / karang lunak), R (Rubble yaitu patahan karang
bercabang), dan kondisi Abiotik (Sand, Silt dan Rock)

 Biota megabentos yang berpengaruh terhadap kehidupan


karang batu dan kesehatan terumbu karang pada umumnya
terdiri dari: Acanthaster planci, Diademaspp. (kelompok bulu
babi), kima, Drupellasp. dan jenis moluska lain yang dapat
bernilai ekonomi tinggi yaitu lola (Trochussp.), serta teripang,
lobster (udang barong) yang dapat dimakan.

 Kelompok ikan terumbu karang sebagai indikator kesehatan


terumbu karang terdiri dari: Ikan Target yaitu kelompok ikan
yang menjadi target penangkapan nelayan, Ikan Indikator yaitu
kelompok ikan kepe-kepe dan Ikan Major yaitu kelompok ikan
lainnya di terumbu karang. Secara rinci kelompok ikan-ikan
tersebut akan dibahas selanjutnya, dalam penjelasan tentang
pengamatan ikan di terumbu karang. Commented [A17]: Dijadikan proper paragraf ya
Biota Asosiasi dan Ikan Karang
a. Amblyglyphidodon curacao

Gambar 1. Amblyglyphidodon curacao


(a) dokumentasi pribadi (b) referensi (fishbase.se)
Klasifikasi menurut Bloch (1787) adalah sebagai berikut :
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Famili: Pomacentridae
Genus: Amblyglyphidodon
Spesies: Amblyglyphidodon curacao

Spesies dewasa tinggal didaerah laguna atau wilayah perkarangan,


dan spesies yang muda seringkali ditemukan diantara soft coral
Sarcophyton and Sinularia. Agregasi makanan sering diamati pada saat
pertumbuhan dan jenis makan A. curacao adalah zooplankton, ganggang
berserabut, dan beberapa spesimen lain termasuk kepiting dan udang
larva, dan telur spesies ikan lain. A. curacao bersifat oviparous dan
memiliki pasangan yang berbeda setiap berkembang biak. Cabang koral
yang mati berfungsi sebagai sarang temoat tinggal dan tempat melekatkan
telur – telur nya. Pada masa itu spesies jantan akan menjaga dan
menganginkan telur supaya aman dari predator (Allen, G.R., 1991). Commented [A18]: (Author’s last name, year), berlaku
seterusnya
b. Mespilia globules

Gambar 2. Mespilia globules


(a) dokumentasi pribadi (b) referensi (marinespecies.org)

Klasifikasi menurut Linnaeus. (1758) adalah sebagai berikut :


Kingdom: Animalia
Filum: Echinodermata
Kelas: Echinoidea
Ordo: Camarodonta
Famili: Temnopleuridae
Genus: Mespilia
Spesies: Mespilia globules

Banyak ditemukan di area karang terendam, coral rubble, dan


padang lamun pada perairan dangkal dan hidup secara deteritus dan
menyerap sedimen untuk memfilter makanan. Berkembang biak secara
eksternal dan akan mengerami telurnya dengan meletakan telurnya pada
sisi tubuhnya. Embrio berkembang menjadi larva planktotrophic dan hidup
selama beberapa bulan sebelum mereka tenggelam ke dasar dimana
akan tumbuh dewasa sebagai bulu babi muda (Schoppe, S. 2000).
Commented [A19]: 1 paragraf 4 kalimat, berlaku
seterusnya
c. Abudefduf sexfasciatus

Gambar 3. Abudefduf sexfasciatus


(a) dokumentasi pribadi (b) referensi (fishbase.se)
Klasifikasi menurut Lacepède, (1801) adalah sebagai berikut :
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Famili: Pomacentridae
Genus: Abudefduf
Spesies: Abudefduf sexfasciatus

Spesies dewasa tinggal di daerah karang lepas pantai atau bebatuan


karang, namun juga ada yang tinggal di daerah pesisir dangkal pada
terumbu karang terutama pada tempat yang dipenuhi dengan soft coral.
Biasa ditemukan bergerombol dalam kelompok untuk mencari makan atau
dalam sarang di bebatuan karang. Bersifat ovipar dan meletakan telurnya
pada substrat dimana spesies jantan akan menjaga telur dari predator
(Allen, G.R., 1991).
d. Holothuria scabra

Gambar 4. Holothuria scabra


(a) dokumentasi pribadi (b) referensi (kkp.go.id)
Klasifikasi menurut Jaeger, (1833) adalah sebagai berikut :
Kingdom: Animalia
Filum: Echinodermata
Kelas: Holothuroidea
Ordo: Holothuriida
Famili: Holothuriidae
Genus: Holothuria
Spesies: Holothuria scabra

Teripang Pasir atau dikenal juga dengan teripang gosok dalam dunia
internasional dikenal dengan nama Sand Fish. Teripang ini dapat tumbuh
sampai ukuran 40 cm dengan bobot 1,5 kg. Kematangan gonad hewan air
berumah dua (diosis) ini pertama kali terjadi pada ukuran rata-rata 220
mm. Seekor teripang betina mampu menghasilkan telur dalam jumlah
yang sangat banyak hingga mencapai sekitar 1,9 juta butir telur. Daur
hidup hewan ini dimulai dengan telur yang dibuahi yang akan menetas
dalam waktu seitar 2 hari. Jenis ini mempunyai bentuk badan yang bulat
panjang yang berwarna putih kekuning-kuningan serta terdapat sekat-
sekat yang melintang berwarna putih. Diantara sekat-sekat tersebut
terdapat garis-garis hitam pada punggungnya apabila seluruh badannya
diraba, akan terasa kasar seperti butiran (kkp.go.id). Commented [A20]: Bukan seperti ini sitasinya
e. Pomacentrus moluccensis

Gambar 5. Pomacentrus moluccensis


(a) dokumentasi pribadi (b) referensi (fishbase.se)

Klasifikasi menurut Bleeker, (1853) adalah sebagai berikut :


Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Famili: Pomacentridae
Genus: Pomacentrus
Spesies: Pomacentrus moluccensis

Spesies dewasa tinggal di perairan laguna yang jernih atau diantara rumput
laut pada area karang branching dan mereka hidup secara berkelompok kecil.
Makanan utama mereka adalah alga atau plankton. Bersifat ovipar dan
meletakan telurnya pada substrat dimana spesies jantan akan menjaga telur dari
predator (Allen, G.R., 1991). Commented [A21]: Tambahkan
f. Halichoeres vrolikii

Gambar 6. Halichoeres vrolikii


(a) dokumentasi pribadi (b) referensi (fishbase.se)
Klasifikasi menurut Bleeker, (1853) adalah sebagai berikut :
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Famili: Pomacentridae
Genus: Halichoeres
Spesies: Halichoeres vrolikii

Dapat ditemukan diperairan dangkal berbatuan yang berumput, namun


jarang ditemukan di perairan berkarang kaya. Makanan utama mereka adalah
jenis jenis spesies yang berukuran lebih kecil dari mereka, mulai dari udang
hingga larva ikan kecil lainnya. Mereka memiliki kebiasaan untuk membenamkan
diri ke dalam substrat pasir apabila merasa terancam. (Allen, G.R., 1991). Commented [A22]: Tambahkan
g. Halichoeres hotulanus

Gambar 6. Halichoeres hotulanus


(a) dokumentasi pribadi (b) referensi (fishbase.se)
Klasifikasi menurut Lacepède, (1801) adalah sebagai berikut :
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Famili: Pomacentridae
Genus: Halichoeres
Spesies: Halichoeres hotulanus

Dapat ditemukan di perairan dangkal pada petak pasir dan terumbu karang
yang dipenuhi rumput laut, beberapa juga dapat ditemukan pada kedalaman sedang
asalkan memiliki tempat untuk berlindung bagi mereka dan spesies remaja mudah
ditemukan di bawah kanal berombak. Mangsa utama mereka adalah moluska,
krustacea, ataupun bulu babi (Allen, G.R., 1991). Commented [A23]: Tambahkan
h. Cypraea tigris

Gambar 6. Cypraea tigris


(a) dokumentasi pribadi (b) referensi (fishbase.se)
Klasifikasi menurut Linnaeus, (1758) adalah sebagai berikut :
Kingdom: Animalia
Filum: Mollusca
Kelas: Gastropoda
Ordo: Littorinimorpha
Famili: Cypraeidae
Genus: Cypraea
Spesies: Cypraea tigris

Spesies ini merupakan salah satu spesies yang paling sering ditemukan
diantara moluska cypraea, cangkang mereka yang mengkilap dengan corak pola yang
mudah diidentifikasi menjadi cara cepat untuk menemukan spesies ini. Spesies ini bisa
ditemukan di perairan dangkal pada terumbu karang yang kaya ditumbuhi rumput lau
atau lamun. Spesies ini juga sering diburu untuk dijadikan kerajinan atau suvenir (Reid,
C. 2011). Commented [A24]: Tambahkan
i. Cheilinus fasciatus

Gambar 6. Cheilinus fasciatus


(a) dokumentasi pribadi (b) referensi (fishbase.se)
Klasifikasi menurut Bloch, (1791) adalah sebagai berikut :
Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Famili: Labridae
Genus: Cheilinus
Spesies: Cheilinus fasciatus

Spesies dapat ditemukan di area dangkal hingga menengah pada wilayah


terumbu karang ataupun coral rubble dan pasir. Spesies muda biasa ditemukan
berada pada perairan tenang di terumbu yang dipenuhi alga. Memiliki sifat hidup bentik
dan juga mampu memangsa spesies bercangkang keras seperti moluska atau
krustasea (Allen, G.R., 1991). Commented [A25]: Tambahkan
DAFTAR PUSTAKA

Allen, G.R., 1991. Damselfishes of the world. fishbase.se/summary/5477.


Diakses pada 23 Oktober 2019.
Gomez, E.D. and H.T. Yap, 1988. Monitoring reef condition In: R.A.
Kenchington & B.E.T. Hudson (eds). Coral Reef Management
handbook,UNESCO Jakarta : 187-195.
Hill, J. And C. Wilkinson, 2004. Methods for Ecological Monitoring of Coral
Reefs. A Resources for Managers. Australian Institute of Marine
Science, Townville.
Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2017. Teripang Pasir (Holothuroidea
scabra). bpsplpadang.kkp.go.id/teripang-pasir--holothuroidea-scabra-.
Diakses pada 24 Oktober 2019.
Manuputty, A. dan Djuwariah. 2009. Panduan Metode: Point Intercept
Transect (PIT) untuk Masyarakat. Jakarta: LIPI.
MD, Guiry. 2019. Abudefduf sexfasciatus (Lacepède, 1801).
marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=159289. Diakses pada
24 Oktober 2019.
MD, Guiry. 2019. Amblyglyphidodon curacao (Bloch, 1787).
fishbase.se/summary/5477. Diakses pada 23 Oktober 2019.
MD, Guiry. 2019. Cheilinus fasciatus (Bloch, 1791).
fishbase.se/summary/Cheilinus-fasciatus.html. Diakses pada 29
Oktober 2015.
MD, Guiry. 2019. Halichoeres chrysotaenia (Bleeker, 1853).
fishbase.se/summary/Halichoeres-vrolikii.html. Diakses pada 24
Oktober 2019.
MD, Guiry. 2019. Halichoeres hortulanus (Lacepède, 1801).
fishbase.se/summary/12663. Diakses pada 25 Oktober 2019.
MD, Guiry. 2019. Holothuria (Metriatyla) scabra Jaeger, 1833.
marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=210813. Diakses pada
24 Oktober 2019.
MD, Guiry. 2019. Mespilia globulus (Linnaeus, 1758).
marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=214476. Diakses pada
23 Oktober 2019.
MD, Guiry. 2019. Pomacentrus moluccensis Bleeker, 1853.
marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=277159. Diakses pada
24 Oktober 2019.
MD. Guiry. 2019. Cypraea tigris Linnaeus, 1758.
marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=216843. Diakses pada
25 Oktober 2019.
Reid, C. 2011. Cypraea Tigris Linnaeus 1758.
gbri.org.au/Species/Cypraeatigris.aspx?PageContentID=2042.
Diakses pada 25 Oktober 2019.
Schoppe, S. 2000. Globular sea urchin. sealifebase.org/summary/Mespilia-
globulus.html. Diakses pada 23 Oktober 2019. Commented [A26]: Penulisan mengikuti Format TA
ACARA IV. IDENTIFIKASI GENUS KARANG DENGAN CORAL
FINDER TOOL

I. MATERI DAN METODE


1.1. Materi

1.1.1. Alat
Alat yang dipergunakan dalam acara praktikum kali ini adalah coral finder
tool dan alat dokumentasi. Commented [A27]: Kata asing diitalic

1.1.2. Bahan
Bahan yang dipergunakan dalam acara praktikum kali ini adalah sample
karang.
1.2. Metode
Bentuk pertumbuhan karang yang akan diidentifikasi dilihat pada kolom
key group dalam halaman pertama Coral Finder, dan dilihat bagaimana
bentuk pertumbuhan karang. Setelah bentuk pertumbuhan ditentukan
adalah bentuk dan besar koralit diukur pada karang tersebut dengan
menggunakan bantuan kaca pembesar dan penggaris atau alat ukur.
Selanjutnya pada karang yang sedang diamati dengan gambar karang pada
kolom colony, corallites dan close up, dibandingkan pada halaman look-
alike.
Setelah karakteristik karang yang diamati dengan contoh karang pada
Coral Finder sesuai, kemudian dicatat nama genus karang yang telah
diamati sesuai dengan keterangan nama genus yang terdapat di atas
gambar karang pada Coral Finder dan referensi silang untuk mendapatkan
deskripsi lebih lanjut mengenai karang yang diamati.
1.3. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada Selasa, 8 Oktober 2019 di laboratorium
fakultas perikanan dan ilmu kelautan Unsoed. Commented [A28]: Seperti Acara 1
II. HASIL DAN PEMBAHASAN

Cara menggunakan coral finder adalah sebagai berikut:


 Bentuk pertumbuhan karang yang akan diidentifikasi dilihat pada
kolom key group dalam halaman pertama Coral Finder.
 Lihat bagaimana bentuk pertumbuhan karang dan cocokan dengan
kriteria yang ada pada halaman
 Tentukan adalah bentuk dan ukur besar koralit pada karang tersebut
dengan menggunakan bantuan kaca pembesar dan penggaris atau
alat ukur.
 Selanjutnya pada karang diamati dengan gambar karang pada kolom
colony, corallites dan close up, dibandingkan pada halaman look-alike.
 Kemudian catat nama genus karang yang telah diamati sesuai dengan
keterangan nama genus yang terdapat di atas gambar karang pada
Coral Finder.
 Referensi silang untuk mendapatkan deskripsi lebih lanjut mengenai
karang yang diamati.
Menurut Wahyufatwatul, et. al, (2017) Untuk sistem penggunaan buku
identifikasi Coral Finder Toolkit menggunakan sistem determinan dengan
contoh sebagai berikut:
 Melihat koloni karang,
 Melihat bentuk pertumbuhan,
 Melihat ukuran koralit,
 Menuju halaman yang ditunjukan,
 Mencocokan deskripsi serta bentuk,
 Menemukan genera tersebut.

Kelebihan dari menggunakan Coral Finder Tool adalah proses identifikasi


cukup efisien karena dapat dibawa dengan mudah, bahkan dibawah air
sekalipun; dan proses identifikasi cukup mudah untuk dilakukan, dengan
sistem identifikasi yang simple.

Kekurangan dari menggunakan Coral Finder Tool kurang nya efektifitas kerja
dikarenakan melakukan identifikasi secara manual; dan akurasi kurang tentu,
tergantung kejelian orang dalam membandingkan jenis karang tersebut. Commented [A29]: 1 paragraf 4 kalimat
a. Acropora sp.

Gambar 1. Acropora sp.


(a) dokumentasi pribadi (b) referensi (coral.zone)
Klasifikasi menurut Oken, (1815) adalah sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Filum: Cnidaria
Kelas: Anthozoa
Ordo: Scleractinia
Famili: Acroporidae
Genus: Acropora
Spesies: Acropora sp.

Memiliki koloni berbentuk arboresent tegak bercabang, biasanya


seperti tanduk rusa, memiliki koralit radial terdiri dari bermacam ukuran
dan bentuk, warna coklat muda, biru kuning atau hijau, satu koloni
biasanya mempunyai warna yang sama kecuali ujung cabang berwarna
pucat, biasa hidup di goba yang berpasir dan sering dijumpai di tubir
(Suharsono, 2008).. Commented [A30]: Tambahkan
b. Montipora sp.

Gambar 1. Montipora sp.


(a) dokumentasi pribadi (b) referensi (coral.zone)
Klasifikasi menurut Blainville, (1830) adalah sebagai berikut:
Kingdom: Animalia
Filum: Cnidaria
Kelas: Anthozoa
Ordo: Scleractinia
Famili: Acroporidae
Genus: Montipora Commented [A31]: Pachyseris
Spesies: Montipora sp.

Bentuk morfologi karang seperti piring, berwarna coklat dengan


warna putih di ujungnya, bentuknya lebih kecil dan bertumpuk. Koloni
berupa lembaran yang tidak rata atau membentuk kubah dengan tonjolan
yang tersebar tidak teratur. Berwarna coklat pucat atau kekuningan.
Tersebar di seluruh perairan Indonesia, dan banyak dijumpai pada laut
kedalaman 3-5m (Suharsono, 2008).
DAFTAR PUSTAKA

MD, Guiry. 2019. Acropora Oken, 1815.


marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=205469. Diakses pada 25 Oktober
2019.
MD, Guiry. 2019. Montipora Blainville, 1830.
marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=203834. Diakses pada 25 Oktober
2019.
Suharsono, 2008. Jenis-Jenis Karang Di Indonesia. LIPI. Jakarta.
Wahyulfatwul, UAS. Litay, M. Priosambodo, D. & Moka, W. 2017. Genera Karang
Keras di Pulau Barrang Lompo dan Bone Batang Berdasarkan Merode
Identifikasi Coral Finder. Jurnal Biologi Makasar. Vol. 2(2):39-51. Commented [A32]: Penulisan mengikuti format TA
ACARA V. IDENTIFIKASI PENYAKIT KARANG

I. MATERI DAN METODE


1.1. Materi

1.1.1. Alat
Alat yang dipergunakan dalam acara praktikum kali ini adalah simuator
karang, kartu identifikasi dan alat dokumentasi.

1.1.2. Bahan
Bahan yang dipergunakan dalam acara praktikum kali ini adalah foto
penyakit karang.
1.2. Metode
Metode kerja pada praktikum kali ini adalah terlebih dahulu simulator
transek karang dan dilakukan pengamatan dan pengukuran koloni karang,
serta nama spesies karang yang terserang penyakit di catat dan di
observasi. Selanjutnya di dokumentasikan dan di analisis data untuk
menentukan penyakit karang.
1.3. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada Selasa, 8 Oktober 2019 di laboratorium
fakultas perikanan dan ilmu kelautan Unsoed. Commented [A33]: Seperti Acara 1
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Black Band Disease (BBD)

Gambar 1. Black Band Disease (BBD)


(a) dokumentasi pribadi (b) referensi (marinesavers.com)

Penyakit karang BBD merupakan penyakit yangmenginfeksi jaringan karang


Penyakit menyebar di antarakoloni-koloni karang dan menghancurkan
jaringannya,yang pada akhirnya menyebabkan mortalitas karang. Pengamatan
menunjukkan adanya beragam jenis bakteri yangmengkoloni jaringan karang
tersebut, namun agenutama penyebab penyakit BBD tersebut adalah
bakterigolongan Cyanobacterium, khususnya golongan Cyanobacterium seperti
Phormidium corallyticum. Spesies karang seperti Acropora sp. atau Mantipora sp. Commented [A34]: Italic
adalah contoh dari beberapa jenis karang yang termungkinkan dapat terinfeksi
penyakit ini (Sabdono, A. & Radjasa, O. 2006).
b. Brown Band Disease (BrB)

Gambar 2. Brown Band Disease (BrB)


(a) dokumentasi pribadi (b) referensi (flickr.com)

Penyakit ini dicirikan oleh band warna coklat keemasan atau coklat muda
yang terdapat antara jaringan yang sehat dengan jaringan yang sudah mati.
Kadang terdapat jaringan memutih antara band berwarna coklat keemasan
dengan jaringan sehat yang ada di sekitar Pada band yang berwarna coklat
terdapat ciliata yang diindikasikan sebagai penyebab penyakit tersebut, penyakit
ini menginfeksi karang Acropora branching. Setelah diidentifikasi, penyebab
karang terinfeksi BrB adalah dikarenakan oleh Cromobacterium sp.,
Pseudomonas sp., dan Staphylococcus sp. yang menginfeksi karang (Massinai,
A. 2016.).
c. White Band Disease (WBD)

Gambar 3. White Band Disease (WBD)


(a) dokumentasi pribadi (b) referensi (nature.com)

Penyakit white band disease merupakan jenis penyakit yang menyerang karang
Acropora sp. Penyakit white band disease ditandai dengan adanya band berwarna
putih dengan lebar sekitar 2-8 cm terletak diantara jaringan karang yang sehat dan
jaringan karang yang sudah mati. Pada jaringan karang yang sakit terlihat bahwa
jaringan mengalami degradasi disebabkan oleh jaringan yang lisis dan nekrosis,
jaringan epidermis terlihat hilang dan mulai hancur, zooxanthellae tidak ditemukan
dan mulai terdapat jamur. Bakteri yang berasosiasi dengan penyakit white band
disease pada karang Acropora sp. adalah bakteri Vibrio alginolyticus, Vibrio owensii,
dan Pseudoalteromonas rubra (Huda, F. et, al. 2018). Commented [A35]: Italic
Commented [A36]: et al.,
d. Ulcerative White Spot (UWS)

Gambar 4. Ulcerative White Spot (UWS)


(a) dokumentasi pribadi (b) referensi (researchgate.net)

Penyakit ini ditandai dengan munculnya bintik-bintik putih pada permukaan


luar karang.Penyakit ini membuat luka kecil berdiameter < 1 cm, berbentuk bulat telur
secara teratur pada permukaan luar karang. Kemudian luka bintik-bintik putih ini
dapat bergabung dan membentuk luka yang lebih besar lama-kelamaan. Umumnya
menyerang pada genus : Porites, Montipora, Faviid, Heliopora, dan Acropora. UWS
disebabkan oleh serangan mikroba patogen. (Pamungkas, Y. et, al. 2014). Commented [A37]: Tambahkan
DAFTAR PUSTAKA

Massinai, A. 2016. Laju Infeksi Penyakit Brown Band Disease dan Bakteri Asosiasi pada
Karang Acropora sp. di Pulau Barranglompo, Makassar, Sulawesi Selatan. Jurnal
SPERMONDE. Vol. 2(2):21-26.
Sabdono, A. & Radjasa, O. 2006. Karaterisasi Molekuler Bakteri yang Berasosiasi dengan
Penyakit BBD (Black Band Disease) pada karang Acropora sp. di Perairan
Karimunjawa. Jurnal Ilmu Kelautan. Vol. 11(3):158-162.
Huda, F. Insafitri. Efendy, M. & Nugraha, W. 2018. Karateristik Penyakit White Band
Disease dan White Syndrome Secara Visual dan Histologi pada Karang Acropora
sp. dari Pulau Gili Labak Sumenep Madura. Jurna; Ilmu dan Teknologi Kelautan
Tropis. Vol. 10(3):711-718.
Pamungkas, Y. Sabdono, A. & Wijayanti, D. 2014. Aktivitas Antibakteri Isolat Bakteri
Karang Terhadap Bakteri yang Diisolasi dari Karang Terserang Penyakit Ulverative
White Spot di Perairan Pulau Panjang, Jepara. Jurnal of marine Research. Vol.
3(3):254-264. Commented [A38]: Penulisan mengikuti format TA
LAMPIRAN

Lampiran 1. Bentuk Pertumbuhan Karang


Lampiran 2. Identifikasi Koralit Karang
Lampiran 3. Simulasi Pengamatan Ekosistem Terumbu Karang
Lampiran 4. Identifikasi Genus Karang dengan Coral Finder Tool
Lampiran 5. Identifikasi Penyakit Karang

Anda mungkin juga menyukai