Untuk menjaga kelancaran, cara, mutu, kualitas dan waktu pelaksanaan pekerjaan yang baik
dan benar, maka diperlukan suatu system dan prosedur yang mengatur agar semua kegiatan yang
dilaksanakan oleh kontraktor dapat dikendalikan dan dapat dipertanggung jawabkan dengan baik dan
benar sesuai dengan hakekat quality assurance yang diminta supervise.
Setiap memulai suatu jenis pekerjaan, kontraktor harus mengajukan request yang dilengkapi
dengan berbagai data penunjang. Semua ini akan diperiksa untuk disetujui apabila dinyatakan benar
oleh konsultan supervise, barulah kemudian pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan. Didalam
pelaksanaannya tidak terlepas dari pemeriksaan dan pengujian pengujian, sampai akhirnya
pekerjaan tersebut dapat dinyatakan diterima dengan baik dan pembayarannya pun dapat diajukan.
2. Pemeriksaan lapangan
Kesesuaian kondisi lapangan dengan gambar dan rencana teknis yang ada.
Identifikasi atas lokasi lokasi yang memerlukan data dan perencanaan detail tambahan
Identifikasi atas masalah masalah yang diperkirakan akan dihadapi dalam pelaksanaan
pekerjaan selanjutnya. Hasil pemeriksaan lapangan ini akan dilaporkan atau dibahas dengan
pihak pemberi tugas. Hasil pemeriksaan lapangan ini diharapkan suda selesai sebelum
kontraktor melaksanakan mobilisasi agar berdasarkan temuan temuan yang ada di pihak
kontraktor dapat menyelesaikan program mobilisasi yang disiapkannya.
3. Pekerjaan minor
Pemeriksaan terhadap cara dan pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan kontraktor akan
menjadi tolak ukur keberhasilan control kuantitas dan kualitas konsultan supervise.
Mengingat banyak pihak yang terlibat dalam penanganan pekerjaan ini, suatu system
komunikasi dan koordinasi yang efektif harus tetap terjaga. Fleksibilitas dan kemampuan untuk
menghadapi berbagai macam permasalahan permasalahan membutuhkan kontak kontak baik
formal maupun informal, khususnya diantaranya anggota konsultan supervise sendiri, antara
konsultan supervise dengan pemberi tugas, serta antara konsultan supervise dengan pemberi
tugas dan kontraktor.
Suatu pertemuan / rapat berkala yang terencana dengan agenda serta catatan resmi
mengenai keputusan rapat ( minute of meeting ) merupakan suatu keharusan dan bersifat
mengikat satu sama lain
Rapat mingguan antara anggota professional staff Konsultan supervise dengan pihak
General Superintendent dan Engineer dari pihak kontraktor.
Rapat bulanan antara pihak konsultan supervise dengan pemberi tugas dan pihak
kontraktor.
Rapat mingguan antara, supervision Engineer Konsultan supervisi dengan satuan kerja /
Kuasa Pengguna Anggaran.
Rapat Bulanan antara Konsultan Supervisi dengan pihak pemberi tugas. Frekuensi rapat
yang diusulkan ini tentunya dapat disesuaikan dengan kondisi.
6. Dokumentasi
Untuk dapat menerima pembayaran atas setiap pay-tem yang telah dinyatakan diterima baik
oleh konsultan supervise, kontraktor harus mengajukan Request monthly certificate yang
dilampiri dengan semua Back-Up data yang diperlukan, supervision Engineer dan stafnya akan
membantu satuan kerja / Kuasa Pengguna Anggaran.
Mulai
Item Pekerjaan
Pemeriksaan Mutu
Pengukuran
Pembuatan MC
Pembayaran
Selesai
A. Semen
Digunakan portland Cement yang memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam NI-8 atau
minimal memenuhi S.400 menurut ketentuan yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia.
Semen yang digunakan dalam keadaan fres dan tidak terdapat dalam gumpalan gumpalan.
B. Air
Air yang digunakan tidak mengandung minyak, asam, garam dan bahan bahan lain yang
dapat merusak beton dan baja tulangan. Air yang digunakan adalah air bersih yang diambil
langsung dari mata air yang ada dilokasi.
C. Agregate
Agregate kasar ( batu pecah ) dengan diameter max. 4cm. Agregat halus ( pasir ) biasa
dengan kebersihan yang memenuhi ketentuan.
D. Bekisting
Bekisting harus merencanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada perubahan
bentuk yang nyata. Semua bikisting harus diberi penguat datar silangan sehingga
bergeraknya bikisting pada saat pengecoran dapat ditiadakan.
Kayu bekisting harus bersih dan dibasahi terlebih dahulu sebelum pengecoran.
Adakan tindakan untuk menghindarkan mengumpulnya air pada sisi bawah.
Bekisting yang dipakai yaitu kayu dan tripleks.
E. Pengecoran
Sebelum melakukan pengecoran kontraktor harus mengajukan izin cor kepada
konsultan managemen konstruksi dengan melampirkan volume pengecoran, mutu
beton dan jenis peralatan yang digunakan.
Beton harus cor sedekat mungkin pada posisi akhirnya untuk menghindari terjadinya
segregasi akibat penanganan kembali atau segregasi akibat pengaliran.
Semua beton harus dipadatkan secara menyeluruh dengan menggunakan peralatan
yang sesuai selama pengecoran dan harus diupayakan mengisih sekeliling tulangan
dan seluruh celah dan masuk ke semua sudut cetakan.
Harus digunakan Vibrator untuk pemadatan beton. Ukuran dan jumlah harus
disesuaikan dengan kondisi bagian yang dicor dengan kecepatan pembetonan.
Sebelum melakukan pengecoran, bekesting harus dipasang dan dilod agar terhindar
dari bentuk yang tidak sempurna sehingga tidak mengganggu pekerjaan struktur yang
lain.
Pengecoran dapat dilakukan jika sudah diperiksa oleh konsultan managemen
konstruksi.
Campuran beton juga harus disesuaikan dengan mutu yang dipakai ( K-300 ).
Harus disediakan terpal jika diperkirakan akan terjadi hujan.