220
215
210
TINGGI MUKA AIR (cm)
205
200
195
190
185
180
175
170
165
160
155
150
00.30
06.30
20.30
22.30
02.30
04.30
08.30
10.30
12.30
14.30
16.30
18.30
20.30
22.30
1:00
3:00
5:00
8:30
10:30
12:30
14:30
16:30
18:30
20:30
22:30
0:30
2:30
4:30
Senin. 25 November Selasa. 26 November Rabu. 27 november Kamis. 28 November
WAKTU (menit)
17
18
waktu antara puncak atau lembah gelombang berikutnya. Harga priode pasang surut
bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit (Setiawan, 2005).
Tipe pasut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap harinya,
Hal ini disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya
pembangkit pasang surut, Jika suatu perairan megalami satu kali pasang dan satu
kali surut dalam satu hari, maka kawasan tersebut dikatakan bertipe pasut harian
tunggal, namun jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut, makatipe pasutnya
adalah pasut harian ganda, Tipe pasut lainnya adalah peralihan antara pasut tungal
dan ganda disebut dengan tipe pasut campuran dan tipe pasut ini digolongkan
menjadi 2 bagian yaitu tipe campuran condong harian ganda dan tipe pasut condong
harian tunggal.
Pada perairan Sungai dua laut tipe pasang surut yang terjadi adalah pasang
surut condong harian ganda (mixed tide prevailing semidiurnal), dimana terjadi dua
kali pasang dan dua kali surut dengan rentang waktu yang berbeda dan tinggi
periode gelombang yang berbeda, hal ini disebabkan oleh adanya massa daratan
dan topografi dasar laut serta pantai, gesekan anatara dasar laut dengan viskositas
yang memperlambat reaksi air terhadap gaya penyebab pasut, pengaruh gaya
coriolis yang membelokkan gaya tekanan ataupun massa aliran air yang berkerja
dan yang terakhir adalah resonansi tiap bagian air mempunyai periode osilasi alami
tergantung ukuran dan kedalaman.
Menurut Wibisono (2005) sebenarnya hanya ada tiga tipe pasang surut yang
didasarkan pada priode dan keteraturannya, yaitu sebagai berikut:
a. Pasang surut tipe harian tunggal (diurnal type) yakni bila dalam waktu 24 jam
terdapat 1 kali pasang satu kali surut.
b. Pasang surut tipe tengah harian/harian ganda (semi diurnal type) yakni bila
dalam waktu 24 jam terdapat 2 kali pasang 2 kali surut.
c. Pasang surut tipe campuran (mixed tides) yakni bila dalam waktu 24 jam
terdapat bentuk campuran yang condong ke tipe harian tunggal atau condong
ke tipe harian ganda.
4.1.2. Arus
Arus laut (sea current) adalah perpindahan massa air dari satu tempat
menuju tempat lain, yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti gradien
tekanan, hembusan angin, perbedaan densitas, atau pasang surut (Pariwono,
1999). Secara umum, karakteristik arus laut di perairan Indonesia dipengaruhi
oleh angin dan pasang surut (Sugianto dan Agus, 2007). Di perairan dangkal
(kawasan pantai), arus laut dapat dibangkitkan oleh gelombang laut, pasang
surut laut atau sampai tingkat tertentu angin. Di perairan sempit dan semi tertutup
seperti selat dan teluk, pasut merupakan gaya penggerak utama sirkulasi massa
airnya (Dahuri et al., 2013). Sedangkan arus yang disebabkan oleh angin pada
umumnya bersifat musiman, dimana pada satu musim arus mengalir ke satu
arah dengan tetap dan pada musim berikutnya akan berubah arah sesuai dengan
perubahan arah angin yang terjadi (Pariwono, 1999).
Berdasarkan dari data yang diperoleh dari pengukuran arus di perairan
Sungai Dua Laut, arus tercepat terjadi pada hari ketiga yaitu pada tanggal 27
november 2019, pukul 17:00 dengan kecepatan mencapai 0,114 m/s. Pergerakan
massa air ini ditimbulkan oleh beberapa gaya sehingga sinyal arus merupakan
resultan dari berbagai sinyal yang mempunyai frekuensi tertentu yang dibangkitkan
19
oleh beberapa gaya yang berbeda-beda. Ada dua jenis gaya utama yang penting
dalam proses gerak (motion) yakni gaya primer dan sekunder. Gaya primer
merupakan gaya yang menyebabkan gerak (motion) antara lain: gravitasi, wind
stress, tekanan atmosfer, dan sesmic. Sedangkan gaya sekunder merupakan gaya
yang uncul akibat adanya gerak (motion) antara lain: gaya coriolis dan gesekan
(fricting).
Berdasarkan Gambar 4, dapat diketahui arah arus perairan Sungai Dua Laut,
dimana arus datang dari arah laut jawa yang menuju daratan dan juga arah arusnya
datang dari arah barat daya serta timur laut itu disebabkan karena saat praktik
lapang angin dominan bertiup dari arah barat daya serta timur laut dapat dibuktikan
pada Gambar 5 yaitu peta sebarana angin Sungai Dua Laut.
Menurut Octavia (2018) arah arus laut permukaan pada musim peralihan I
tidak searah dengan arah anginnya. Arah arus laut permukaan bergerak dibelokkan
dari arah anginnya yang disebabkan oleh gayakoriolis. Pada saat air pasang arus
datang dari arah selatan menuju ke utara. Sedangkan pada saat kondisi surut arus
datang dari utara menuju ke selatan. Hasil Pengukuran arah dan kecepatan arus
dilapangan dilakukan pada satu stasiun yaitu di daerah jembatan, hal ini di lakukan
untuk mengetahui bagaimana arah dan kecepatan arus di dekat pantai, dikemukakan
oleh Rahim (1998), bahwa arus merupakan penyebab timbulnya sirkulasi air baik
dalam bentuk penyebaran (diffusion) maupun arus vertikal, sehingga terjadi proses
percampuran partikel-partikel dalam air, dengan adanya arus laut serta proses
difusi, maka faktor pencemar dapat menyebar secara horizontal seiring dengan
perjalanan waktu. Proses masuknya bahan pencemar ke dalam perairan laut dan
kemudian dialirkan melalui tingkat-tingkat tropik yang terdapat pada lingkungan
tersebut dipicu melalui adukan/turbulensi oleh arus laut tersebut.
dasar sisanya adalah berupa kerikil dengan persentase 5.1 % dan lumpur dengan
persentase 1.24 %. Perbedaan ukuran butir sedimen berhubungan dengan asal
sumber sedimen. Semakin ke arah dalam teluk, ukuran butir sedimen semakin
halus, sedangkan ukuran butir yang berhadapan dengan laut lepas lebih kasar. Hal
ini menunjukkan bahwa sumber sedimen berasal dari laut yang kemudian
mengalami proses transportasi hingga akhirnya terendapkan menjadi sedimen di
masing-masing lokasi. Komposisi yang di dominasi oleh cangkang biota laut,
foraminifera dan organisme laut yang telah mati menunjukkan endapan tersebut
termasuk sedimen biogenik. Selain itu, beberapa sedimen yang berasal dari dekat
pantai ditemukan endapan terigenik berupa batuan berukuran halus dan mineral-
mineral lempung dan sisa tumbuhan, hal ini mencirikan adanya pengaruh dari
daratan dan aktivitas Perkebunan.
Berdasarkan nilai kemencengan (skewness) cenderung bervariasi yakni very
coarse skewed, fine skewed, coarse skewed, dan symmetrical. Nilai skewness
berkisar antara -0,154 – 0,77. Nilai skewness positif menunjukan suatu populasi
sedimen condong berbutir halus, sebaliknya skewness negatif menunjukan populasi
sedimen condong berbutir kasar sehingga skewness dapat digunakan untuk
mengetahui dinamika sedimentasi di suatu perairan (Folk, 1974).
Klasifikasi ukuran butiran yang digunakan adalah klasifikasi dari The
Subcommittee on Sediment Terminology of AGU (American Geophysical Union).
Ukuran butiran ditetapkan berdasarkan ukuran saringan (untuk butiran kasar) dan
ukuran/diameter sedimentasi (untuk butiran halus).Klasifikasi butiran dilakukan
berdasarkan nilai diameter referensi (D50) dari material dasar.
Ukuran butiran ditetapkan berdasarkan ukuran saringan (untuk butiran
kasar) dan ukuran/diameter sedimentasi (untuk butiran halus). Klasifikasi butiran
dilakukan berdasarkan nilai diameter referensi (D50) dari material dasar.
Berdasarkan nilai (D50) dengan rentang nilai antara 115 – 415 dari 10 stasiun.
Stasiun yang memiliki tekstur pasir sedikit kerikil (Slightly Gravelly Sand) terdapat
pada stasiun 1, 2, 3, 5, 6, dan 10. Sedangkan pada stasiun 4, 7, 8 dan 9 memiliki
tekstur Pasir berkerikil (Gravelly Sand). Maka dapat disimpulkan tekstur sedimen
di perairan Sungai Dua Laut didominasi sedimen dasar pasir sedikit kerikil
(Slightly Gravelly Sand).
Jenis sedimen yang dominan di Perairan Sungai Dua Laut berupa pasir
(sand), dengan persentase 93.65%. Sedangkan sedimen dasar sisanya adalah
berupa kerikil dengan persentase 5.1 % dan lumpur dengan persentase 1.24 %. Peta
sebaran sedimen disajikan pada (Gambar 4.3).
21
c. Stasiun 3
40 cm 22 cm (Pasir Kasar)
2 cm (Pasir Batu Bara)
1 cm (Pasir Lumpur)
d. Stasiun 4
30 cm 21 cm (Pasir Kasar)
1 cm (Pasir Batu Bara)
8 cm (Pasir Halus+Pecahan Gastropoda)
Kemiringan
Stasiun Tinggi (m) Jarak (m)
Pantai (m)
0,75 39,99 40
2
0,42 47,49 47,5
Kemiringan
Stasiun Tinggi (m) Jarak (m)
Pantai (m)
3 1,3 43,6 43,61
Kemiringan
Stasiun Tinggi (m) Jarak (m)
Pantai (m)
4 0,39 10,8 40,4
0 -0.003
-0.01 1 -0.007
2 3
-0.012
-0.02
-0.03
Kemiringan (m)
-0.05
-0.07
-0.09
-0.11 -0.107
Gambar 4.5. Arah Transpor Sedimen dan Budget Sedimen Perairan Sungai Dua
Laut
26
Keterangan:
Nilai (-) pada transpor sedimen menunjukan bergerak ke arah Barat
sedangkan nilai (+) bergerak ke arah Timur.
Berdasarkan bentuk pantai dan arah gelombang yang terbentuk pada lokasi
studi menunjukkan bahwa arah arus dan transpor sedimen akan bergerak sesuai arah
dan sudut gelombang pecah yang terbentuk sebagai pembangkit. Untuk arah
pembangkitan gelombang dari barat menyebabkan arus dan transpor sedimen
bergerak ke arah timur, sedangkan arah utara, timur laut dan timur menyebabkan
arus dan transpor sedimen bergerak ke arah barat.
Analisi arus menunjukkan bahwa arus yang dominan yang memiliki
kecepatan untuk metransport sedimen yaitu arus dari timur, sedangkan pada besar
volume transport sedimen junga dari timur.
Hasil analisis ini dapat dipergunakan untuk memperkirakan daerah pantai
yang mengalami erosi (abrasi) atau akresi (sedimentasi). Konsep keseimbangan
profil pantai menjadi perhatian jika gaya-gaya di alam yang mempengaruhi
keseimbangan pantai berubah berdasarkan variasi pasut, gelombang, arus dan
angin. Keseimbangan profil tersebut merupakan salah satu konsep yang sangat
bermanfaat dalam menyajikan suatu kerangka kerja dalam studi mengenai
ketidakseimbangan dan selanjutnya angkutan sedimen tegak-lurus maupun sejajar
pantai pantai.
27