Anda di halaman 1dari 14

BAB 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Oseanografi


4.1.1. Pasang Surut
Secara umum terdapat empat tipe pasang surut dengan bersadarkan pada
periode dan keraturannya, yakni pasang-surut harian tunggal (diurnal tide), pasang-
surut harian ganda (semidiurnal tide), pasang-surut campuran condong ke tunggal
(mixed tide prevailing diurnal) dan pasang-surut campuran condong ke ganda
(mixed tide prevailing semidiurnal).
Dari analisis pasang surut di perairan Desa Sungai Dua Laut dapat
disimpulkan bahwa tipe pasang surut air laut adalah tipe pasang-surut campuran
condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing semidiurnal) dimana terjadi dua
kali pasang dan dua kali surut dalam sehari, tetapi berbeda dalam tingi dan
waktunya.

220
215
210
TINGGI MUKA AIR (cm)

205
200
195
190
185
180
175
170
165
160
155
150
00.30

06.30
20.30
22.30

02.30
04.30

08.30
10.30
12.30
14.30
16.30
18.30
20.30
22.30
1:00
3:00
5:00
8:30
10:30
12:30
14:30
16:30
18:30
20:30
22:30
0:30
2:30
4:30
Senin. 25 November Selasa. 26 November Rabu. 27 november Kamis. 28 November
WAKTU (menit)

Gambar 4.1. Arus Pasang Surut di Perairan Sungai Dua Laut


Dari Gambar grafik pasang surut di atas dapat disimpulkan bahwa tipe
pasang surut air laut di perairan Sungai dua laut adalah tipe pasang surut campuran
condong ke harian ganda (mixed tide prevailing semidiurnal) dimana terjadi dua
kali pasang dan dua kali surut dalam sehari, tetapi berbeda dalam tingi dan
waktunya.
a) Pasang tertinggi = 216 cm
b) Surut terendah = 153 cm
c) Tunggang pasut = 63 cm
Pasang surut laut dapat didefinisikan pula sebagai gelombang yang
dibangkitkan oleh adanya interaksi antara bumi, matahari dan bulan. Puncak
gelombang disebut pasang tinggi (High Water/RW) dan lembah gelombang disebut
surut/ pasang rendah (Low Water/LW). Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan
pasang rendah disebut rentang pasang surut atau tunggang pasut (tidal range) yang
bisa mencapai beberapa meter hingga puluhan meter. Priode pasang surut adalah

17
18

waktu antara puncak atau lembah gelombang berikutnya. Harga priode pasang surut
bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit (Setiawan, 2005).
Tipe pasut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap harinya,
Hal ini disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya
pembangkit pasang surut, Jika suatu perairan megalami satu kali pasang dan satu
kali surut dalam satu hari, maka kawasan tersebut dikatakan bertipe pasut harian
tunggal, namun jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut, makatipe pasutnya
adalah pasut harian ganda, Tipe pasut lainnya adalah peralihan antara pasut tungal
dan ganda disebut dengan tipe pasut campuran dan tipe pasut ini digolongkan
menjadi 2 bagian yaitu tipe campuran condong harian ganda dan tipe pasut condong
harian tunggal.
Pada perairan Sungai dua laut tipe pasang surut yang terjadi adalah pasang
surut condong harian ganda (mixed tide prevailing semidiurnal), dimana terjadi dua
kali pasang dan dua kali surut dengan rentang waktu yang berbeda dan tinggi
periode gelombang yang berbeda, hal ini disebabkan oleh adanya massa daratan
dan topografi dasar laut serta pantai, gesekan anatara dasar laut dengan viskositas
yang memperlambat reaksi air terhadap gaya penyebab pasut, pengaruh gaya
coriolis yang membelokkan gaya tekanan ataupun massa aliran air yang berkerja
dan yang terakhir adalah resonansi tiap bagian air mempunyai periode osilasi alami
tergantung ukuran dan kedalaman.
Menurut Wibisono (2005) sebenarnya hanya ada tiga tipe pasang surut yang
didasarkan pada priode dan keteraturannya, yaitu sebagai berikut:
a. Pasang surut tipe harian tunggal (diurnal type) yakni bila dalam waktu 24 jam
terdapat 1 kali pasang satu kali surut.
b. Pasang surut tipe tengah harian/harian ganda (semi diurnal type) yakni bila
dalam waktu 24 jam terdapat 2 kali pasang 2 kali surut.
c. Pasang surut tipe campuran (mixed tides) yakni bila dalam waktu 24 jam
terdapat bentuk campuran yang condong ke tipe harian tunggal atau condong
ke tipe harian ganda.
4.1.2. Arus
Arus laut (sea current) adalah perpindahan massa air dari satu tempat
menuju tempat lain, yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti gradien
tekanan, hembusan angin, perbedaan densitas, atau pasang surut (Pariwono,
1999). Secara umum, karakteristik arus laut di perairan Indonesia dipengaruhi
oleh angin dan pasang surut (Sugianto dan Agus, 2007). Di perairan dangkal
(kawasan pantai), arus laut dapat dibangkitkan oleh gelombang laut, pasang
surut laut atau sampai tingkat tertentu angin. Di perairan sempit dan semi tertutup
seperti selat dan teluk, pasut merupakan gaya penggerak utama sirkulasi massa
airnya (Dahuri et al., 2013). Sedangkan arus yang disebabkan oleh angin pada
umumnya bersifat musiman, dimana pada satu musim arus mengalir ke satu
arah dengan tetap dan pada musim berikutnya akan berubah arah sesuai dengan
perubahan arah angin yang terjadi (Pariwono, 1999).
Berdasarkan dari data yang diperoleh dari pengukuran arus di perairan
Sungai Dua Laut, arus tercepat terjadi pada hari ketiga yaitu pada tanggal 27
november 2019, pukul 17:00 dengan kecepatan mencapai 0,114 m/s. Pergerakan
massa air ini ditimbulkan oleh beberapa gaya sehingga sinyal arus merupakan
resultan dari berbagai sinyal yang mempunyai frekuensi tertentu yang dibangkitkan
19

oleh beberapa gaya yang berbeda-beda. Ada dua jenis gaya utama yang penting
dalam proses gerak (motion) yakni gaya primer dan sekunder. Gaya primer
merupakan gaya yang menyebabkan gerak (motion) antara lain: gravitasi, wind
stress, tekanan atmosfer, dan sesmic. Sedangkan gaya sekunder merupakan gaya
yang uncul akibat adanya gerak (motion) antara lain: gaya coriolis dan gesekan
(fricting).
Berdasarkan Gambar 4, dapat diketahui arah arus perairan Sungai Dua Laut,
dimana arus datang dari arah laut jawa yang menuju daratan dan juga arah arusnya
datang dari arah barat daya serta timur laut itu disebabkan karena saat praktik
lapang angin dominan bertiup dari arah barat daya serta timur laut dapat dibuktikan
pada Gambar 5 yaitu peta sebarana angin Sungai Dua Laut.
Menurut Octavia (2018) arah arus laut permukaan pada musim peralihan I
tidak searah dengan arah anginnya. Arah arus laut permukaan bergerak dibelokkan
dari arah anginnya yang disebabkan oleh gayakoriolis. Pada saat air pasang arus
datang dari arah selatan menuju ke utara. Sedangkan pada saat kondisi surut arus
datang dari utara menuju ke selatan. Hasil Pengukuran arah dan kecepatan arus
dilapangan dilakukan pada satu stasiun yaitu di daerah jembatan, hal ini di lakukan
untuk mengetahui bagaimana arah dan kecepatan arus di dekat pantai, dikemukakan
oleh Rahim (1998), bahwa arus merupakan penyebab timbulnya sirkulasi air baik
dalam bentuk penyebaran (diffusion) maupun arus vertikal, sehingga terjadi proses
percampuran partikel-partikel dalam air, dengan adanya arus laut serta proses
difusi, maka faktor pencemar dapat menyebar secara horizontal seiring dengan
perjalanan waktu. Proses masuknya bahan pencemar ke dalam perairan laut dan
kemudian dialirkan melalui tingkat-tingkat tropik yang terdapat pada lingkungan
tersebut dipicu melalui adukan/turbulensi oleh arus laut tersebut.

Gambar 4.2. Peta Sebaran Arus di Perairan Sungai Dua Laut


4.2. Ukuran dan Sebaran Butir Sedimen
Dari hasil analisis ukuran butir sedimen dengan mengunakan software
Gradistat didapatkan nilai rata-rata (Mean) ukuran butir sedimen pada Perairan
Sungai Dua Laut. Komposisi sedimen pada Perairan Sungai Dua Laut termasuk
dalam kisaran berupa pasir (sand), dengan persentase 93.65%. Sedangkan sedimen
20

dasar sisanya adalah berupa kerikil dengan persentase 5.1 % dan lumpur dengan
persentase 1.24 %. Perbedaan ukuran butir sedimen berhubungan dengan asal
sumber sedimen. Semakin ke arah dalam teluk, ukuran butir sedimen semakin
halus, sedangkan ukuran butir yang berhadapan dengan laut lepas lebih kasar. Hal
ini menunjukkan bahwa sumber sedimen berasal dari laut yang kemudian
mengalami proses transportasi hingga akhirnya terendapkan menjadi sedimen di
masing-masing lokasi. Komposisi yang di dominasi oleh cangkang biota laut,
foraminifera dan organisme laut yang telah mati menunjukkan endapan tersebut
termasuk sedimen biogenik. Selain itu, beberapa sedimen yang berasal dari dekat
pantai ditemukan endapan terigenik berupa batuan berukuran halus dan mineral-
mineral lempung dan sisa tumbuhan, hal ini mencirikan adanya pengaruh dari
daratan dan aktivitas Perkebunan.
Berdasarkan nilai kemencengan (skewness) cenderung bervariasi yakni very
coarse skewed, fine skewed, coarse skewed, dan symmetrical. Nilai skewness
berkisar antara -0,154 – 0,77. Nilai skewness positif menunjukan suatu populasi
sedimen condong berbutir halus, sebaliknya skewness negatif menunjukan populasi
sedimen condong berbutir kasar sehingga skewness dapat digunakan untuk
mengetahui dinamika sedimentasi di suatu perairan (Folk, 1974).
Klasifikasi ukuran butiran yang digunakan adalah klasifikasi dari The
Subcommittee on Sediment Terminology of AGU (American Geophysical Union).
Ukuran butiran ditetapkan berdasarkan ukuran saringan (untuk butiran kasar) dan
ukuran/diameter sedimentasi (untuk butiran halus).Klasifikasi butiran dilakukan
berdasarkan nilai diameter referensi (D50) dari material dasar.
Ukuran butiran ditetapkan berdasarkan ukuran saringan (untuk butiran
kasar) dan ukuran/diameter sedimentasi (untuk butiran halus). Klasifikasi butiran
dilakukan berdasarkan nilai diameter referensi (D50) dari material dasar.
Berdasarkan nilai (D50) dengan rentang nilai antara 115 – 415 dari 10 stasiun.
Stasiun yang memiliki tekstur pasir sedikit kerikil (Slightly Gravelly Sand) terdapat
pada stasiun 1, 2, 3, 5, 6, dan 10. Sedangkan pada stasiun 4, 7, 8 dan 9 memiliki
tekstur Pasir berkerikil (Gravelly Sand). Maka dapat disimpulkan tekstur sedimen
di perairan Sungai Dua Laut didominasi sedimen dasar pasir sedikit kerikil
(Slightly Gravelly Sand).
Jenis sedimen yang dominan di Perairan Sungai Dua Laut berupa pasir
(sand), dengan persentase 93.65%. Sedangkan sedimen dasar sisanya adalah
berupa kerikil dengan persentase 5.1 % dan lumpur dengan persentase 1.24 %. Peta
sebaran sedimen disajikan pada (Gambar 4.3).
21

Gambar 4.3. Peta Sebaran D50


Tabel 4.1. Rekapitulasi nilai d50
Persentase (%)
St X Y D50 Bentuk Tekstur
Gravel Sand Mud
Pasir sedikit
1 3.69769 115.76 551.8 Pasir 0,3 99,7 0
kerikilan
Pasir Pasir sedikit
2 3.70861 115.761 149.8 0,8 97,7 1,4
Halus kerikilan
Pasir Pasir sedikit
3 3.69911 115.756 160.8 0,3 99,2 0,5
Halus kerikilan
Pasir
4 3.69719 115.753 179.1 Pasir berkerikil 6,9 93,1 0,1
Halus
Pasir Pasir sedikit
5 3.69775 115.762 164.4 1,7 92,7 5,5
Halus kerikilan
Pasir Pasir sedikit
6 3.69461 115.76 159 3,7 94,8 1,5
Halus kerikilan
Pasir
7 3.6935 115.766 171.3 Pasir berkerikil 9,1 88,9 2
Halus
Pasir
8 3.68952 115.771 169.6 Pasir berkerikil 13,4 86,2 0,4
Halus
9 363773 9592066 274.6 Pasir Pasir berkerikil 17,1 82,6 0,3
Pasir Pasir sedikit
10 363814 9592039 165.7 4,6 95 0,4
Halus kerikilan

Berdasarkan perhitungan statistik diatas dapat ditunjukkan bahwa


transportasi sedimen di kawasan tersebut dipengaruhi arus yang berfluktuasi
sehingga mampu memilah setiap ukuran butiran sedimen yang halus. Arus
mempunyai sifat yang mampu menyeleksi ukuran butir yang dipindahkannya dalam
proses sedimentasi sehingga menyebabkan variasi ukuran butir dalam suatu
lingkungan. Transpor sedimen yang terjadi disebabkan adanya arus sejajar pantai
22

(longshore sediment transport). Adanya sedimen berukuran kasar menunjukkan


bahwa arus dan gelombang pada daerah itu relatif kuat, fraksi kasar umumnya
diendapkan pada daerah terbuka yang berhubungan dengan laut lepas, sedangkan
sedimen halus diendapkan pada arus dan gelombang benar-benar tenang.
Kondisi oseanografi di bagian Selatan dengan arus yang lebih kuat
menyebabkan sedimen fraksi berukuran kasar (pasir – kerikil) cepat terendapkan,
sedangkan fraksi halus tidak dapat mengendap dan terbawa ke tempat lain yang
lebih tenang. Pada daerahberturbulensi tinggi, fraksi ukuran butir yang lebih besar
akan lebih cepat mengendap dan tenggelam pada dekat dasar laut dibandingkan
fraksi yang berukuran lebih halus. Sedimen halus akan lebih mudah berpindah dan
cenderung lebih cepat daripada ukuran kasar karena terangkut dalam bentuk
suspensi. Lumpur terakumulasi pada semua setting dengan kondisi arus yang benar-
benar tenang dan akan mulai mengendap ketika kecepatan aliran mulai merendah.
Jika kondisi arus tidak stabil maka terjadi pengendapan fraksi sedang sampai kasar
(pasir) sehingga terjadi perselingan lumpur dan pasir seperti pada lingkungan
pengendapan tidal pada umumnya.
4.3. Stratifikasi sedimen dan Geomorfologi Pantai
4.3.1.Stratifikasi sedimen
Struktur sedimen adalah bentuk-bentuk struktur dalam batuan sedimen yang
terjadi karena proses pada saat atau tidak lama setelah terjadinya proses
sedimentasi. Ciri utama dari struktur sedimen ialah adanya unsur perlapisan atau
yang lebih kita kenal dengan stratifikasi. Dimana stratifikasi dapat menunjukan
proses pembentukan suatu litologi Struktur sedimen sendiri sangat berguna bagi
geologist. Fungsi utama dari struktur sedimen ialah untuk mengetahui proses
pembentukan batuan, keadaan arus purba, serta untuk mengetahui lingkungan
pengendapan.
Adapun stratifikasi yang diperoleh praktikan adalah sebagai berikut:
a. Stasiun 1
20 cm 11 cm (Pasir Kasar)
8 cm (Pasir Halus+Pecahan Gastropoda)
1 cm (Pasir Batu Bara)
b. Stasiun 2
50 cm 18 cm (Pasir Kasar)
11 cm (Pasir Halus+Pecahan Gastropoda)
1 cm (Pasir Batu Bara)
20 cm (Pasir Berlumpur)
23

c. Stasiun 3
40 cm 22 cm (Pasir Kasar)
2 cm (Pasir Batu Bara)
1 cm (Pasir Lumpur)

d. Stasiun 4
30 cm 21 cm (Pasir Kasar)
1 cm (Pasir Batu Bara)
8 cm (Pasir Halus+Pecahan Gastropoda)

Berdasarkan data yang tersaji di atas dapat dilihat berbagai macam


stratifikasi sedimen yang didapat oleh praktikan. Stratifikasi sedimen dilakukan
dengan cara menggali lubang dengan kedalaman yang diinginkan kemudian
mengidentifikasi jenis sedimen yang terlihat pada lubang tersebut. Praktikan
menggali lubang dengan kedalaman 20 cm, 30 cm, 40 cm dan 50 cm. Lubang
pertama dengan kedalaman 20 cm terlihat 3 jenis sedimen yang teridentifikasi yaitu
pasir kasar yang ditemukan di permukaan sampai dengan kedalaman 11 cm, pasir
halus+pecahan gastropoda di kedalaman 12-19 cm, dan pasir batu bara di
kedalaman 20 cm. Lubang kedua dengan kedalaman 50 cm terlihat 4 jenis sedimen
yang teridentifikasi yaitu pasir kasar ditemukan di permukaan sampai dengan
kedalaman 18 cm, pasir halus+pecahan batubara di kedalaman 19-29 cm, pasir batu
bara di kedalaman 30 cm, dan pasir lumpur di kedalaman 31-50cm. Lubang ketiga
dengan kedalaman 40 cm terlihat 3 jenis sedimen yang teridentifikasi yaitu pasir
kasar ditemukan di permukaan sampai dengan kedalaman 22 cm, pasir batu bara di
kedalaman 23-24 cm, dan pasir lumpur di kedalaman 25-40 cm. Lubang keempat
dengan kedalaman 30 cm terlihat 3 jenis sedimen yang teridentifikasi yaitu pasir
kasar ditemukan di permukaan sampai dengan kedalaman 21 cm, pasir batu bara di
kedalaman 22 cm, dan pasir+pecahan gastropoda di kedalaman 23-30 cm.
Menurut Rifardi (2012) arus dan gelombang merufakan faktor kekuatan
utama yang menentuhkan arah dan sebaran sedimen. Kekuatan ini pula yang
menyebabkan karakteristik sedimen berbeda sehingga pada dasar perairan disusun
oleh berbagai kelompok ukuran butiran sedimen.
Perbedaan ukuran partikel sedimen pada dasar perairan dipengaruhi juga
oleh perbedaan jarak dari sumber sedimen tersebut. Proses transport sedimen di
pantai akan memberikan dampak pada perubahan kemiringan pantai, bahkan dapat
mengganggu proses keseimbangan pantai. Jika keseimbangan tersesbut terganggu
maka akan ada kawasan pantai di tempat lain yang bertambh atau erosi pantai dan
ditempat lain terjadi pengendapan sedimen yang berlebihan atau akresi (Pariwono,
1999 dalam Tokndekut, 2013).
24

4.3.2. Kemiringan Pantai Sungai Dua Laut


Tabel 4.2. Kemiringan pantai Sungai Dua Laut adalah sebagai berikut:
Kemiringan
Stasiun Tinggi (m) Jarak (m)
Pantai (m)
1,1 47,9 48
1
0,95 163,9 164

Kemiringan
Stasiun Tinggi (m) Jarak (m)
Pantai (m)
0,75 39,99 40
2
0,42 47,49 47,5

Kemiringan
Stasiun Tinggi (m) Jarak (m)
Pantai (m)
3 1,3 43,6 43,61

Kemiringan
Stasiun Tinggi (m) Jarak (m)
Pantai (m)
4 0,39 10,8 40,4

Dari data di atas diketahui bahwa setiap stasiun memiliki kemiringan


pantai yang berbeda-beda. Stasiun 1 memiliki 2 plot, plot pertama memiliki nilai
kemiringan pantai sebesar 48 meter. Plot kedua memilki nilai kemiringan pantai
sebesar 164 meter. Stasiun 2 juga memiliki 2 plot, plot pertama memilki nilai
kemiringan pantai sebesar 40 meter. Plot 2 memiliki nilai kemiringan pantai sebesar
47,5 meter. Plot 3 memiliki nilai kemiringan pantai 43,61 meter. Plot 4 memiliki
nilai kemiringan pantai sebesar 40,4 meter.

0 -0.003
-0.01 1 -0.007
2 3
-0.012
-0.02
-0.03
Kemiringan (m)

-0.05

-0.07

-0.09

-0.11 -0.107

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4

Gambar 4.4. Diagram Kemiringan Pantai Sungai Dua Laut


Bentuk topografi pantai dipengaruhi oleh aktivitas gelombang, arus sungai,
angin dan organisme. Faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi gelombang,
misalnya ukuran dan kekuatan gelombang, kemiringan lereng dan ketinggian garis
25

pantainya, komposisi batuannya, kedalaman airnya, serta lamanya proses tersebut


berlangsung. Hasil pengukuran kemiringan garis pantai di Sungai Dua Laut yang
dilakukan di empat stasiun menghasilkan data kemiringan yang berbeda-beda yang
dapat dilihat pada gambar 12, dimana kemiringan stasiun adalah -0,107 merupakan
kemiringan pantai yang paling terjal dibandingkan beberapa stasiun yang diukur
4.4. Transpor Sedimen
Transpor sedimen pantai adalah gerakan sedimen yang disebabkan oleh
gelombang dan arus yang dibangkitkannya (Triatmodjo 1999). Transport sedimen
pantai dapat diklasifikasikan menjadi transport menyusur pantai (longshore
transport) dan transpor tegak lurus pantai (onshore-offshore transport).
Perbedaan kecepatan arus berpengaruh terhadap transpor sedimen, dimana
semakin besar arus yang terbentuk maka transpor sedimennya juga besar, baik
berupa bed load (sedimen dasar) maupun suspended load (sedimen tersuspensi)
selain faktor lain seperti karakteristik butir sedimen dan kemiringan pantai.
Dari hasil perhitungan volume transport sedimen, terdapat volume transpor
sedimen sejajar pantai yang paling tinggi terdapat pada stasiun 2B dengan laju
transpor mencapai 113,75 cm3/jam dengan arah sedimen menuju ke Barat
sedangkan volume transpor terendah terdapat pada stasiun 4B yaitu sekitar 1,21
cm3/jam dengan arah sedimen menuju ke Barat Laut.
Sedangkan nilai Q total atau resultan tertinggi terjadi pada stasiun 4C
dengan nilai resultan mencapai 2,50 kemudian nilai resultan terendahnya terdapat
pada stasiun 4A yaitu mencapai 0,08.
Pengukuran prediksi transpor sedimen di Perairan Sungai Dua Laut,
menunjukkan volume arah barat terjadi abrasi (minus) dan arah timur terjadi
sedimentasi. Dari pengukuran budget menghasilkan terjadinya sedimentasi lebih
dominan dari pada abrasi. Transpor sedimen menyusur pantai banyak menyebabkan
permasalahan pada daerah pantai, sehingga pemahaman akan hal tersebut sangat
penting diketahui dan kemungkinan permaslahan dalam dampak pemanfaatan
pantai dapat diketahui dan dapat mengurangi dampaknya bagi pantai itu sendiri.

Gambar 4.5. Arah Transpor Sedimen dan Budget Sedimen Perairan Sungai Dua
Laut
26

Tabel 4.3. volume transpor sedimen di Perairan Sungai Dua Laut


Jam Lama Pemasangan
ST Volume Sedimen Waktu
(t)
Pemasangan Pengambilan Jam Menit Timur Barat Selatan Utara Atas
1A 17:40 7:25 62 15 635 595 635 605 185 62.15
2A 17:57 8:37 62 10 170 200 220 270 40 62.1
2B 18:00 6:40 62 40 625 630 690 535 250 62.4
3A 17:36 7:00 62 36 600 550 510 535 160 62.36
3B 18:07 7:00 62 7 155 150 185 250 25 62.07
4A 17:20 7:50 62 30 8.4 8.2 1.4 6.4 6.4 62.3
4B 17:40 7:50 62 10 2.4 9.6 5.2 8 4 62.1
4C 17:53 6:50 62 3 360 515 445 440 90 62.03
5A 18:45 9:16 62 29 415 370 240 245 160 62.29
5B 19:20 7:25 61 5 580 520 325 345 240 61.05

Volume transport Volume transport Arah Angkutan Angkutan


Sedimen Sedimen angkutan Resultan total sedimen total sedimen
Sejajar Pantai (Qx) Tegak Lurus (Qy) sedimen (α) (Q/bln) (Q/Thn)
0.64 -0.48 -36.86 0.80 24.93 293.64
-0.48 0.80 -59.03 0.93 29.10 342.72
-0.08 -2.48 88.15 2.48 77.04 907.12
0.80 0.40 26.56 0.89 27.78 327.19
0.08 1.04 85.60 1.05 32.55 383.35
0.003 0.08 87.70 0.08 2.48 29.31
-0.11 0.04 -21.25 0.12 3.85 45.40
-2.49 -0.08 1.84 2.50 77.50 912.53
0.72 0.08 6.34 0.72 22.53 265.30
0.98 0.32 18.43 1.03 32.11 378.12

Keterangan:
Nilai (-) pada transpor sedimen menunjukan bergerak ke arah Barat
sedangkan nilai (+) bergerak ke arah Timur.
Berdasarkan bentuk pantai dan arah gelombang yang terbentuk pada lokasi
studi menunjukkan bahwa arah arus dan transpor sedimen akan bergerak sesuai arah
dan sudut gelombang pecah yang terbentuk sebagai pembangkit. Untuk arah
pembangkitan gelombang dari barat menyebabkan arus dan transpor sedimen
bergerak ke arah timur, sedangkan arah utara, timur laut dan timur menyebabkan
arus dan transpor sedimen bergerak ke arah barat.
Analisi arus menunjukkan bahwa arus yang dominan yang memiliki
kecepatan untuk metransport sedimen yaitu arus dari timur, sedangkan pada besar
volume transport sedimen junga dari timur.
Hasil analisis ini dapat dipergunakan untuk memperkirakan daerah pantai
yang mengalami erosi (abrasi) atau akresi (sedimentasi). Konsep keseimbangan
profil pantai menjadi perhatian jika gaya-gaya di alam yang mempengaruhi
keseimbangan pantai berubah berdasarkan variasi pasut, gelombang, arus dan
angin. Keseimbangan profil tersebut merupakan salah satu konsep yang sangat
bermanfaat dalam menyajikan suatu kerangka kerja dalam studi mengenai
ketidakseimbangan dan selanjutnya angkutan sedimen tegak-lurus maupun sejajar
pantai pantai.
27

Pengukuran volume transpor sedimen di Perairan Sungai Dua Laut


menggunakan sedimen trap dilakukan di 10 stasiun dalam jangka waktu
pemasangan alat sedimen trap selama 3 hari menghasilkan Qx (sejajar pantai), Qy
(tegak lurus), arah dan Qtotal perhari, perbulan dan pertahun (Tabel 4.3.1 ). Jumlah
dari Qx (sejajar pantai) adalah 0,056, Qy (tegak lurus) adalah -0,260, dan Qtotal
perhari adalah 10,643, perbulan adalah 329,93 dan pertahun adalah 3.884,73
Pengukuran prediksi transpor sedimen di Perairan Sungai Dua Laut,
menunjukkan volume arah timur terjadi abrasi (minus) dan arah barat terjadi
sedimentasi. Dari pengukuran budget menghasilkan terjadinya sedimentasi lebih
dominan dari pada abrasi.
Dari hasil pengukuran volume transpor sedimen di Perairan Sungai Dua Laut
dan prediksi transpor sedimen di Perairan Sungai Dua Laut dapat di simpulkan
bahwa mengalami abrasi dan sedimentasi. Abrasi diduga karena Perairan tersebut
berseberangan dengan Laut Jawa sehingga arahnya dominan Timur, Tenggara dan
hasilnya minus, tanah berbentuk tebing dan dipengaruhi oleh gelombang, pasang
surut, arus, sungai, hujan. Sedangkan sedimentasi diduga karena pertumbuhan
kelapa sawit menyebabakan tingginya run up menyebabkan adanya sedimentasi
dan berdampak negatif terhadap perairan yaitu kekeruhan sehingga menghambat
pertumbuhan ekosistem perairan. Akan tetapi pengukuran budget sedimen di
Perairan Sungai Dua Laut dan prediksi transpor sedimen di Perairan Sungai Dua
Laut menghasilkan sedimentasi hal ini diduga karena sedimentasi lebih dominan
daripada abrasi.
4.5. Budget Sedimen
Tabel 4.4. Prediksi Sedimen dan Budget Sedimen selama 10 tahun

Arah Budget Ket Tahun Bulan


S 35465.97521 Sedimentasi 2009 11
T -354.9711625 Abrasi 2009 12
S -23512.01714 Sedimentasi 2010 1
T -148.3496242 Abrasi 2010 2
T -148.3496242 Abrasi 2010 3
BD 9089.163112 Sedimentasi 2010 4
BD 40846.62662 Sedimentasi 2010 5
S 23512.01714 Sedimentasi 2010 6
S 23512.01714 Sedimentasi 2010 7
S 84762.85593 Sedimentasi 2010 8
S 66117.49996 Sedimentasi 2010 9
S 84762.85593 Sedimentasi 2010 10
BD 25568.27582 Sedimentasi 2010 11
TG -47228.8289 Abrasi 2010 12
S 84762.85593 Sedimentasi 2011 1
BD 19208.9899 Sedimentasi 2011 2
S 105601.5867 Sedimentasi 2011 3
BD 32782.30134 Sedimentasi 2011 4
28

TG -13014.0155 Abrasi 2011 5


TG -38769.24537 Abrasi 2011 6
S 128626.2819 Sedimentasi 2011 7
S 350999.4948 Sedimentasi 2011 8
S 153833.4835 Sedimentasi 2011 9
TG -66562.70653 Abrasi 2011 10
S 242554.7364 Sedimentasi 2011 11
BD 93898.22988 Sedimentasi 2011 12
BD 32782.30134 Sedimentasi 2012 1
BD 19208.9899 Sedimentasi 2012 2
TG -56783.95661 Abrasi 2012 3
S 176899.956 Sedimentasi 2012 4
S 242554.7364 Sedimentasi 2012 5
S 150148.7249 Sedimentasi 2012 6
S 125535.0736 Sedimentasi 2012 7
T -5202.228988 Abrasi 2012 8
TG -43350.13197 Abrasi 2012 9
T -5671.689116 Abrasi 2012 10
BD 63083.36004 Sedimentasi 2012 11
BD 65042.84064 Sedimentasi 2012 12
BD 108932.103 Sedimentasi 2013 1
S 147375.2107 Sedimentasi 2013 2
TG -56783.95661 Abrasi 2013 3
S 176899.956 Sedimentasi 2013 4
S 242554.7364 Sedimentasi 2013 5
S 150148.7249 Sedimentasi 2013 6
S 125535.0736 Sedimentasi 2013 7
T -5202.228988 Abrasi 2013 8
TG -43350.13197 Abrasi 2013 9
T -5671.689116 Abrasi 2013 10
BD 63083.36004 Sedimentasi 2013 11
BD 65042.84064 Sedimentasi 2013 12
S 236834.7366 Sedimentasi 2014 1
T -98.29915025 Abrasi 2014 2
T -1982.655043 Abrasi 2014 3
TG 105625.1384 Sedimentasi 2014 4
T -644.886822 Abrasi 2014 5
TG -41423.79515 Abrasi 2014 6
S 127865.4309 Sedimentasi 2014 7
T -6599.519309 Abrasi 2014 8
S 236834.7366 Sedimentasi 2014 9
S 147375.2107 Sedimentasi 2014 10
S 125535.0736 Sedimentasi 2014 11
29

BD 232875.3391 Sedimentasi 2014 12


BD 20992.11792 Sedimentasi 2015 1
S 13865.5164 Sedimentasi 2015 2
BD 20992.11792 Sedimentasi 2015 3
BD 9933.00861 Sedimentasi 2015 4
S 35465.97521 Sedimentasi 2015 5
S 32699.36659 Sedimentasi 2015 6
S 35465.97521 Sedimentasi 2015 7
BD 14984.90358 Sedimentasi 2015 8
TG -16733.91917 Abrasi 2015 9
TG -13367.51221 Abrasi 2015 10
S 32699.36659 Sedimentasi 2015 11
BD 12334.26443 Sedimentasi 2015 12
TG -9541.857883 Abrasi 2016 1
BD 17178.96901 Sedimentasi 2016 2
BD 20992.11792 Sedimentasi 2016 3
BD 9933.00861 Sedimentasi 2016 4
S 35465.97521 Sedimentasi 2016 5
S 32699.36659 Sedimentasi 2016 6
S 35465.97521 Sedimentasi 2016 7
S 48476.3674 Sedimentasi 2016 8
BD 17279.06733 Sedimentasi 2016 9
S 66117.49996 Sedimentasi 2016 10
BD 22999.54659 Sedimentasi 2016 11
BD 27941.58698 Sedimentasi 2016 12
S 64519.23751 Sedimentasi 2017 1
S 391554.8613 Sedimentasi 2017 2
BD 27941.58698 Sedimentasi 2017 3
S 32699.36659 Sedimentasi 2017 4
BD 17178.96901 Sedimentasi 2017 5
TG 15597.05082 Sedimentasi 2017 6
S 375611.9931 Sedimentasi 2017 7
S 63326.76567 Sedimentasi 2017 8
S 35250.89 Sedimentasi 2017 9
BD 27941.58698 Sedimentasi 2017 10
BD 20992.11792 Sedimentasi 2017 11
S 48476.3674 Sedimentasi 2017 12
BD 44637.74241 Sedimentasi 2018 1
BD 17279.06733 Sedimentasi 2018 2
BD 17279.06733 Sedimentasi 2018 3
S 48476.3674 Sedimentasi 2018 4
S 32699.36659 Sedimentasi 2018 5
BD 24065.49352 Sedimentasi 2018 6
30

TG -15597.05082 Abrasi 2018 7


S 84762.85593 Sedimentasi 2018 8
S 127865.4309 Sedimentasi 2018 9
S 63326.76567 Sedimentasi 2018 10
T -1107.212653 Abrasi 2018 11
S 82716.67748 Sedimentasi 2018 12
S 49678.36946 Sedimentasi 2019 1
S 32699.36659 Sedimentasi 2019 2
S 49377.65188 Sedimentasi 2019 3
S 35465.97521 Sedimentasi 2019 4
S 49377.65188 Sedimentasi 2019 5
S 66117.49996 Sedimentasi 2019 6
S 65718.48476 Sedimentasi 2019 7
S 64519.23751 Sedimentasi 2019 8
S 65718.48476 Sedimentasi 2019 9
TG -21849.73822 Abrasi 2019 10

Dari hasil perhitungan prediksi sedimen dapat di simpulkan bahwa di Perairan


Sungai Dua Laut hingga Tanjung Kandang Haur mengalami abrasi dan sedimentasi.
Abrasi diduga karena Perairan tersebut berseberangan dengan Laut Jawa sehingga
arahnya dominan Timur, Tenggara dan hasilnya minus, tanah berbentuk tebing dan
dipengaruhi oleh gelombang, pasang surut, arus, sungai, hujan. Sedangkan
sedimentasi diduga karena pertumbuhan kelapa sawit menyebabakan tingginya run
up menyebabkan adanya sedimentasi dan berdampak negatif terhadap perairan
yaitu kekeruhan sehingga menghambat pertumbuhan ekosistem perairan.

Anda mungkin juga menyukai