Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batuan piroklastik adalah batuan vulkanik klastik yang dihasilkan oleh

serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunung api. Materi penyusun

tersebut terendapkan dan terbatukan/terkonsolidasikan sebelum mengalami

transportasi (reworked) oleh air atau es (Williams, 1982). Pada kenyataannya

batuan hasil kegiatan gunung api dapat berubah aliran lava sebagaimana

diklasifikasikan dalam batuan beku atau berupa produk ledakan (eksplosif) dari

material yang bersifat padat,cair,ataupun gas yang terdapat dalam perut gunung

api.

Ada tiga macam petrologi,berkaitan dengan tiga tipe batuan

beku,metamorf,dan sedimen.Kata petrologi itu sendri berasal dari kata Bahasa

Yunani petro yaitu berarti “batu” Petrologi adalah salah satu cabang ilmu

pengetahuan geologi yang mempelajari batuan pembentuk kulit bumi, mencakup

aspek pemerian (deskripsi) dan aspek genesa interpretasi. Secara garis besar

batuan memiliki jenis dan manfaat yang berbeda, seperti batuan beku, batuan

sedimen, batuan piroklastik, dan batuan metamorf. petrologi batuan piroklastik

berfokus pada komposisi dan tekstur batuan sedimen.ada beberapa macam batuan

sedimen contohnya yaitu batuan karbonat dan piroklastik batuan karbonat

merupakan batuan yang dapat berfungsi sebagai menroving hidrokarbon yang

melingkupi lebih dari sepertiga cadangan hidrokarbon dunia.selain itu,batuan

karbonat dapat juga digunakan sebagai bahan untuk material kontruksi.sedangkan


batuan piroklastik adalah hubungan bebatuan klastik yang terbentuk dari material

vulkanik.ketika material vulkanik dikirim dan diolah kembali melalui proses

mekanik,seperti dengan air atau angin,bebatuan tersebut disebut

vulkaniklastik.Oleh karena itu dalam praktikum kali ini kita akan melakukan

pengklasifikasikan batuan piroklastik.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari praktikum ini adalah untuk para praktikan dapat mengetahui

dan mempelajari tentang deskripsi dari batuan sedimen.

Adapun tujuan dilaksanakannya praktiukum ini yaitu:

1. Memahami karakteristik batuan piroklastik

2. Mengklasifikasikan jenis-jenis batuan piroklastik.

3. Ganesa pembentukan batuan

1.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini sebagai

berikut:

1. Lembar Kerja Praktikum

2. Penuntun

3. ATK

4. Pensil Warna

5. Komparator Batuan Sedimen

6. Lup

7. HCL
8. Penggaris

9. Kamera

10. Jas Lab


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Batuan Piriklastik

Piroklastik berasal dari Bahasa Yunani,yaitu pyro yang berarti api (magma yang

dihamburkan ke permukaan dan hampir selalu membara,berpender,atau berapi),dan clast berarti

fragmen,pecahan,atau klastik. Batuan piroklastik sendiri diartikan sebagai batuan yang terbentuk

akibat akumulasi material yang berasal dari hasil ledakan gunung api yang bersifat

eksplosif.Material tersebut dapat berupa fragmen dari batuan dalam bentuk mineral,kristal

maupun kaca.(Maulana,2019)

Batuan piroklastik adalah batuan yang tersusun oleh materia-material yang berasal dari

hasil erupsi gunung api yang eksplosif ,dan di endapkan dengan proses-proses vulkanik

primer.Batuan piroklastik juga masuk kedalam kelompok batuan beku fragmentasi Bersama

kelompok hiolaklastik atau autoklastik karena batuan ini sering terbentuk dari pembekuan

magma secara cepat dan tiba-tiba.yang menyebabkan terjadinya fragmentasi magma,pada fase

eksplosif gunung api (Bahri,2019)

Batuan Piroklastik adalah batuan vulkanik bertekstur klastik yang dihasilkan oleh

serangkaian proses yang berkaitan dengan erupsi gunung api.Material penyusun tersebut

terendapkan dan terbatukan/terkonsolidasikan selama mengalami transportasi (reworked) oleh

air atau es (Williams,1902)

Piroklastik berasal dari bahasa yunani, pyro yang berarti api dan

clastic yang berarti hancuran. Piroklastik adalah batuan tertransport dari


akibat letusan gunung berapi dan memiliki komposisi material-material

vulkanik. Dengan kata lain batuan piroklastik berasal dan berhubungan

dengan gunung api.(galang,2019)

2.2 Sumber Material Piroklastik

Material piroklastik bersumber dari magma andesit basaltic dengan

kandungan mineral primer mudah lapuk dominan berupa plagioklas (albite

dan anorthite). (Ani dkk, 2016)

Pembentukan batuan piroklastik sangat eratnya kaitnya dengan proses

vulkanisme atau proses pembentukan gunung apj,baik yang bersifat eksplosif

maupun efusif.oleh karena itu,sebelum membahas lebih detail tentang batuan

piroklastik,maka pemahaman umum tentang proses mengenai pembentukan dan

produkk yang dihasilkan olej gunung api sangat diperlukan.pembentukan gunung

api sangat berkaitan dengan dinamika lempeng,sehingga peyebaran gunung api

selalu berasosiasi dengan batas-batas lempeng,proses pembentukan gunung api

dapat dibedahkan dari kedudukan tektonik lempengnya,yaitu pada daerah batas

lempeng divergen,batas lempeng konvergen dan host spot (intraplate volcanism)

(maulana, 2019)

Bebatuan klastik yang terbentuk dari material vulkanik. Ketika material

vulkanik dikirim dan diolah kembali melalui proses mekanik, seperti dengan air

atau angin, bebatuan tersebut disebut vulkaniklastik. Piroklastik biasanya

berhubungan dengan aktivitas vulkanik, seperti gaya letusan gunung Krakatau

Piroklastik biasanya dibentuk dari abu vulkanik, lapili dan bom vulkanik yang


dikeluarkan dari gunung berapi, bergabung dengan bebatuan di daerah tersebut

yang hancur.(Wikipedia, 2021)

Pembentukan gunung api dari aktivitas hot spot disebabkan oleh terobosan

magma dari atmosfer menuju litosfer,pada bagian bahwa kerak litosfer magma

melewati celah yang mempunyai kedudukan lateral.komposisi magma yang keluar

dari lempeng Samudera akan bersifat basa.hal Yang sama terjadi pula apabila

magma keluar di kontinen,dan sangat berpotensi menjadi magma yang bersifat

sama.pembentukan gunung api daerah ini berbeda dengan proses pembentukan

daerah subduksi dan pemekaran,karena daerah ini mempunyai pusat magma yang

tepat.(Maulana,2019)

Batuan piroklastik merupakan batuan yang tercipta akibat letusan

gunungberapi. Batuan piroklastik ini terbentuk akibat diawalinya dengan letusan -

letusandari gunung berapi, yang kemudian gunung berapi tersebut akan

mengeluarkanmagma atau menyemburkan magma yang bersuhu kurang lebih

850C (Aulizar, 2010)

Sebagian besar material yang dihasilkan oleh gunung api secara intensif

akan terpanaskan dan membentuk abu vulkanik (ash.abu vulkanik merupakan

material hasil erupsi gunung api yang akan terendapkan terakhir setelah erupsi

yang biasanya akan terbawa sampai ratusan bahkan ribuan kilometer sebelum

terendap.
2.3 Jenis Jenis Endapan Piroklastik

Pada umumnya,material piroklastik atau material hasil erupsi gunung api

dapat dibagi menjadi tiga yaotu,Endapan piroklasitik jatuhan,endapan piroklastik

aliran,dan endapan piroklastik surge.

1. Endapan jatuhan piroklastik

Endapan jatuhan piroklasik adalah endapan yang disusun oleh material

vulkanik yang terangkut melalui medium udara selama proses erupsi gunung

api,yang akan membentuk tefra atau material hasil erupsi gunung api sebagai

produk utama dari gunung api,Fragmen batuan yang berukur sama dengan

bom,tetapi mempunyai bentuk menyudut membentuk blok.blok disusun oleh

batuan yang berasal dari erupsi sebelumnya dan terbentuk akibat ledakan

eksplosif yang membuat saluran gunung apiterbuka dan mengeluarkan

fragmen-fragmen batuan ke udara.

2. Endapan aliran piroklastik 

Endapan aliran piroklastik Sebagian besar terbentuk Ketika material panas

yang terfragmentasikan menjadi terapung oleh adanya gas panas yang

mengalir dalam bentuk aliran fluida.proses ini disebut dengan fluidasi yang

terjadi akibat kekuranganya berbagai material hasil erupsi gunung api oleh gas

panas disertai udara yang terjebak dan gas yang dihasilakn oeh material ejecta

pada saat proses vulkanisme,membentuk celah udara di antara setiap partikel

yang membuatnya tidak terhubungan satu samalain.


3. Endapan Gelombang piroklastik

Tipe endapan aliran piroklastik lainnya adalah endapan gelombang atau surge

deposit.endapan ini terbentuk dari material hasil erupsi gunung api yang

terangkut dan secara gravitasi akan mengalir dan terendapkan yabg biasa

disebut dengan density current.endapaan ini biasanya berukuran kurang dari

10m dan tersusun oleh pencampuran anatar juvenil magma,fragmen litik dan

kristal Biasanya endapan ini erat kaitnya dengan suatu ledakan yang sangat

eksplosif seperti ledakan phreatmagmatic(ledakan gunung api yang disertai

dengan air)surge terbagi menjadi dua,yaitumaar deposit atau base surge

deposit,dan graund surge deposit. (Maulana,2019)

2.4 Jenis-Jenis Gunung Api

Sebagian besar gunung api yang aktif di dunia ini berada di pertemuan

lempeng tektonik dan muncul di wilayah-wilayah yang ada di sabuk Lautan

Pasifik, yang disebut dengan 'ring of fire'. Selain itu, gunung api juga terdiri dari

berbagai jenis berdasarkan aktivitas, sejarah erupsi, bentuk dan terjadinya.

Penjelasannya sebagai berikut.

2.4.1. Jenis Gunung Api Berdasarkan Aktivitasnya

1. Gunung api aktif, yakni gunung api yang masih bekerja dan mengeluarkan

asap, letusan, dan gempa.

2. Gunung api mati, yaitu gunung api yang tidak memiliki catatan erupsi sejak

tahun 1600.
3. Gunung api istirahat, yaitu gunung api yang meletus sewaktu-waktu lalu

istirahat. Misalnya Gunung Ceremai dan Kelud.

2.4.2. Jenis Gunung Api Berdasarkan Bentuk dan Terjadinya

1. Gunung api maar, Gunung api ini berbentuk seperti danau kawah. Proses

terjadinya berasal dari letusan besar yang kemudian membentuk lubang

besar di puncaknya. Material yang dikeluarkan oleh gunung api maar adalah

benda padat dan efflata, misalnya adalah Gunung Lamongan.

2. Gunung api kerucut/strato, Gunung api kerucut adalah jenis gunung api yang

paling sering dijumpai. Bentuk gunung api ini memang seperti kerucut dan

punya lapisan lava serta abu yang berlapis-lapis. Gunung api strato terbentuk

karena letusan serta lelehan batuan panas serta cair. Lelehan yang kerap

terjadi inilah yang menyebabkan lereng berlapis dan disebut strato. Sebagian

besar gunung api di Indonesia juga termasuk dalam gunung api kerucut,

misalnya Gunung Merapi.

3. Gunung api perisai/tameng, Gunung api perisai terbentuk karena lelehan

yang keluar dari tekanan rendah. Sehingga, nyaris tidak ada letusan serta

terbentuk lereng sangat landai yang kemiringannya 1 sampai 10 derajat.

Akan tetapi, di Indonesia tidak ada gunung api jenis perisai. Contoh gunung

api perisai/tameng adalah Gunung Maona Loa Hawaii yang ada di Amerika

Serikat.

2.4.3. Jenis Gunung Api Berdasarkan Tipe Letusan/Intensitas


1. Hawaiian, Gunung api tipe hawaiian mempunyai tipe letusan dengan

beberapa karakteristik, yaitu pancuran lava ke udara yang ketinggiannya

mencapai 200 meter, mengalir secara bebas, dan mudah bergerakak.

2. Strombolian, Gunung api strombolian mempunyai ciri letusan yang

ketinggiannya mencapai 500 meter dan pijarnya seperti kembang api.

3. Volcanian, Letusan gunung api jenis ini akan membentuk volcano yang

disertai awan panas padat.

4. Pelean, Jenis gunung api tipe pelean memiliki ciri letusan paling merusak

karena magma yang yang keluar berasal dari lereng gunung yang lemah.

5. Merapi, Ciri letusan gunung api jenis merapi adalah adanya guguran lava

pijar saat kubah lavanya runtuh.

6. St. Vincent, Gunung api jenis st. vincent mempunyai letusan yang dibarengi

longsoran besar serta awan panas yang dapat menutupi area luas.

7. Sursteyan, Tipe letusan gunung api jenis sursteyan sama dengan volcanian,

tetapi kekuatan letusannya lebih besar.

8. Plinanan,Gunung api jenis Plinian punya letusan eksplosif yang sangat kuat

dan tinggi letusannya bisa lebih dari 55 kilometer

2.5 Klasifikasi Batuan Piroklastik

Berdasarkan ukuran butir klastikanya, sebagai bahan lepas (endapan) dan

setelah menjadi batuan piroklastika, penamaannya seperti pada Tabel 1. Bom

gunungapi adalah klastika batuan gunungapi yang mempunyai struktur-struktur

pendinginan yang terjadi pada saat magma dilontarkan dan membeku secara
cepat di udara atau air dan di permukaan bumi. Salah satu struktur yang sangat

khas adalah struktur kerak roti (bread crust structure). Bom ini pada umumnya

mempunyai bentuk membulat, tetapi hal ini sangat tergantung dari keenceran

magma pada saat dilontarkan. Semakin encer magma yang dilontarkan, maka

material itu juga terpengaruh efek puntiran pada saat dilontarkan, sehingga

bentuknya dapat bervariasi.

Selain itu, karena adanya pengeluaran gas dari dalam material

magmatik panas tersebut serta pendinginan yang sangat cepat maka pada bom

gunungapi juga terbentuk struktur vesikuler serta tekstur gelasan dan kasar pada

permukaannya. Bom gunungapi berstruktur vesikuler di dalamnya berserat kaca

dan sifatnya ringan disebut batuapung (pumice). Batuapung ini umumnya

berwarna putih terang atau kekuningan, tetapi ada juga yang merah daging dan

bahkan coklat sampai hitam. Batuapung umumnya dihasilkan oleh letusan besar

atau kuat suatu gunungapi dengan magma berkomposisi asam hingga menengah,

serta relatif kental. Bom gunungapi yang juga berstruktur vesikuler tetapi di

dalamnya tidak terdapat serat kaca, bentuk lubang melingkar, elip atau seperti

rumah lebah disebut skoria (scoria). Bom gunungapi jenis ini warnanya merah,

coklat sampai hitam, sifatnya lebih berat daripada batuapung dan dihasilkan oleh

letusan gunungapi lemah berkomposisi basa serta relatif encer. Bom gunungapi

berwarna hitam, struktur masif, sangat khas bertekstur gelasan, kilap kaca,

permukaan halus, pecahan konkoidal (seperti botol pecah) dinamakan obsidian.

Blok atau bongkah gunungapi dapat merupakan bom gunungapi yang

bentuknya meruncing, permukaan halus gelasan sampai hipokristalin dan tidak


terlihat adanya struktur-struktur pendinginan. Dengan demikian blok dapat

merupakan pecahan daripada bom gunungapi, yang hancur pada saat jatuh di

permukaan tanah/batu. Bom dan blok gunungapi yang berasal dari pendinginan

magma secara langsung tersebut disebut bahan magmatik primer, material

esensial atau juvenile). Blok juga dapat berasal dari pecahan batuan dinding

(batuan gunungapi yang telah terbentuk lebih dulu, sering disebut bahan

aksesori), atau fragmen non-gunungapi yang ikut terlontar pada saat letusan

(bahan aksidental).

Tabel 2.5 Klasifikasi batuan piroklastika, Fisher 1966

Gambar 2.5 Klasifikasi batuan piroklastika, Fisher 1966

Berdasarkan komposisi penyusunnya, tuf dapat dibagi menjadi tuf gelas,

tuf kristal dan tuf litik, apabila komponen yang dominan masing-masing

berupa gelas/kaca, kristal dan fragmen batuan. Tuf juga dapat dibagi menjadi

tuf basal, tuf andesit, tuf dasit dan tuf riolit, sesuai klasifikasi batuan beku.
Apabila klastikanya tersusun oleh fragmen batuapung atau skoria dapat juga

disebut tuf batuapung atau tuf skoria. Demikian pula untuk aglomerat

batuapung, aglomerat skoria, breksi batuapung, breksi skoria, batulapili

batuapung dan batulapili skoria.

2.6 Genesa Pembentukan Batuan Piroklastik

Proses pembentukan batuan piroklastik diawali oleh meletusnya

gunungapi, mengeluarkan magma dari dalam bumi diakibatkan dari energi yang

sangat besar yaitu gaya endogen dari pusat bumi. Magma yang dikeluarkan oleh

gunung itu terhempas ke udara, sehingga magma tersebut membeku dan

membentuk gumpalan yang mengeras (yang kemudian disebut batu). Gumpalan

tersebut memiliki tekstur dan struktur yang tertentu pula. Sedangkan batu-batu

tadi yang telah mengalami proses pengangkutan (transportasi) oleh angin dan

air, maka batuan tersebut disebut den gan batuan epiklastik.

Batuan epiklastik ini yaitu batuan yang telah mengalami pengangkutan

yang mengakibatkan terjadinya pengikisan pada batuan ole media air dan angin

yang membawanya. Batuan epiklastik in terdapat pada dataran yang rendah,

disebabkan oleh air dan angin yang membawanya ke tempt yang rendah

disekitar gunung api.

Tempat-tempat yang rendah itu seperti di daerah sungai, danau, laut dan

lembah-lembah pegunungan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Jenis penelitin yang digunakan adalah penelitian kualitatif.

Tempat : Laboratorium Sedimentologi, Departemen Teknik Geologi,

Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.

Waktu : Jumat, 30 September 2022 pukul 08:00 – 10:00 WITA

Sumber data yang digunakan adalah buku penuntun praktikum geologi dasar

untuk membantu praktikan mengidentifikasi objek. Fokus penelitian

mengidentifikasi batuan sedimen, yaitu untuk mengetahui jenis batuan, tekstur,

stuktur, komposisi kimia, komposisi mineral, ukuran butir, dan linngkungan

pengendapan. Teknik pengumpulan data dengan mengamati objek dan

mengidentifikasi objek dengan menggunakan buku penuntun.

3.2 Tahapan Penelitian

1. Tahap pendahuluan

Tahap ini merupakan tahap awal sebelum pelaksanaan praktikum

2. Tahap praktikum

Tahap ini dilakukan dengan mendiskripsikan sampel secara megaskopis

berupa data ciri fisik seperti tekstur, struktur, dan komposisi mineral

3. Tahap pemberian nama batuan


Pada tahap ini data-data ciri fisik batuan yang telah diperoleh kemudian

disesuaikan dengan klasifikasi penamaan batuan sedimen.

4. Analisis ganesa

Tahap ini dilakukan setelah mengetahui nama batuan sehingga dapat

dilakukan analisis proses pembentukan batuan secara umum.

5. Tahap pembuatan laporan

Terakhir semua data yang telah dianalisis kemudian diolah dan disatukan

dalam bentuk laporan.


PENDAHULUAN

- DESKRIPSI STUDI
- ASISTENSI ACARA
- PENDAHULUAN

PRAKTIKUM

DESKRIPSI MEGASKOPIS SKETSA

TEKSTUR MINERAL STRUKTUR

NAMA BATUAN

ANALISIS GANESA

LAPORAN

Gambar 3.2 Diagram Alir Tahapan Praktikum


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Sampel 1

Gambar 4.1.1 Tufa Ash

Sampel batuan dengan nomor alat peraga YST67 merupakan batuan

piroklastik yang memiliki warna segar putih kecokelatan dan warna lapuknya

adalah coklat kehitaman. Batuan ini memiliki permeabilitas yang tinggi, porositas

rendah, kemas yang tertutup, sortasinya baik, ukuran butirnya ash, komposisi

kimianya silikaan dan komposisi materialnya adalah ash dengan bentuk tufa halus.

Batuan ini merupakan batuan piroklastik dengan nama Tufa Ash/Halus (Fisher,

1966).
4.1.2 Sampel 2

Gambar 4.1.2 Tufa Lapili

Sampel batuan dengan nomor alat peraga MJST5. Batuan piroklastik ini

memiliki warna segar kecoklatan dan warna lapuknya adalah coklat. Batuan ini

memiliki permeabilitas yang rendah, porositas tinggi, kemas yang terbuka,

sortasinya buruk, ukuran butirnya lapili, komposisi kimianya silikaan dan

komposisi materialnya adalah lapilli dengan bentuk angular dan ash dengan

bentuk rounded. Batuan ini adalah batuan piroklastik dengan nama Tufa Lapili

(Fisher, 1966).

4.1.3 Sampel 3

Gambar 4.1.3 Tufa Lapili

Sampel batuan dengan nomor alat peraga MJS77. Batuan piroklastik ini

memiliki warna segar hijau kemerahan dan warna lapuknya adalah cokelat.

Memiliki permeabilitas tinggi, porositas tinggi, kemas yang terbuka, sortasinya


buruk, ukuran butirnya lapilli, komposisi materialnya adalah ash yang berbentuk

angular dan komposisi kimianya adalah silikaan. Batuan ini adalah batuan

piroklastik dengan nama Tufa Lapili (Fisher, 1966).

4.1.4 Sampel 4

Gambar 4.1.4 Tufa Ash

Sampel batuan dengan nomor alat peraga YST04. Batuan piroklastik ini

memiliki warna segar abu-abu dan warna lapuknya adalah abu kecokelatan.

Batuan ini memiliki permeabilitas yang tinggi, porositas rendah, kemas yang

tertutup, sortasinya baik, ukuran butirnya ash, komposisi kimianya karbonatan dan

komposisi materialnya adalah ash. Batuan ini adalah batuan piroklastik dengan

nama Tufa Ash/Halus (Fisher, 1966).


4.1.5 Sampel 5

Gambar 4.1.5 Tufa Ash

Sampel batuan dengan nomor alat peraga YST08. Batuan piroklastik ini

memiliki warna segar kuning keabuan dan warna lapuknya adalah coklat. Batuan

ini memiliki permeabilitas yang rendah, porositas rendah, kemas yang tertutup,

sortasinya baik, ukuran butirnya ash, komposisi kimianya karbonatan dan

komposisi materialnya adalah ash. Sampel batuan ini adalah batuan piroklastik

dengan nama Tufa Ash/Halus (Fisher, 1966).


BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Dari hasil praktikum ini dapat disimpulkan bahwa karakteristik dari endapan

itu adalah yang memiliki stratigafi yang bersilang, strukturnya berpasir,

laminasi planar, memiliki struktur pind dan swell serta memiliki endapan

yang sedikit menchal pada bagian topografi yang rendah dan menipis pada

bagian topografi yang tinggi.

2. Dan dari hasil praktikum ini juga kita dapat menyimpulkan bahwa batuan

piroklastik, berdasarkan genesa pembentukannya memiliki, tiga jenis batuan

yaitu, endapan jatuhan piroklastik (fall deposite), endapan aliran piroklastik

(flow deposite) dan yang terakhir adalah endapan hamburan piroklastik

(surge deposite).

3. Kesimpulan yang terakhir adalah kita dapat mengetahui bahwa batuan

piroklastik ini terbentuk dari hasil letusan gunung berapi yang memiliki

material asalnya berbeda. lalu terendapkan sebelum mengalami suatu proses

transportasi oleh media air. Keterbentukannya batuan piroklastik diawali

oleh meletusnya gunung. berapi. mengeluarkan magma dari dalam bumi

diakibatkan dari energi yang sangat besar yaitu gaya endogen dari pusat

bumi.

5.2. Saran

5.2.1. Saran Untuk Laboratorium


1. Kursi untuk praktikan jika bisa diperbanyak lagi.

2. Kesejukan ruangan perlu ditingkatkan lagi.

3. Sampel-sampel yang tersedia di laboratorium sekiranya bisa Diperbanyak

lagi.

5.2.2. Saran Untuk Praktikan

1. Mengurangi tingkat keterlambatan ketika menghadiri kegiatan apapun itu.

2. Tetap menyimak dan mengurangi kegiatan lain selama mengikuti Acara.

3. Mengerjakan tugas sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Asisten

laboratorium.

5.2.3. Saran Untuk Asisten

1. Keramahan dan kesabaran kepada praktikan tetap dipertahankan.

2. Tetap menjaga suasana kondusif dalam kegiatan di laboratorium.

3. Tetap memberikan contoh yang baik kepada para praktikan.


DAFTAR PUSTAKA

Lutfi Aulia. 2014. Batuan Piroklastik. Bandung: Universitas Islam Bandung

Patria Ufaira Apriana. 2015. Batuan Piroklastik . Yogyakarta: Universitas Gadjah

Mada

Wina Rina Mulyanti. 2013. BATUAN PIROKLASTIK. Bandung: Universitas

Islam Bandung

Wisnu Indra Bahtiar. 2019. Batuan Piroklastik Ganesa & Kalsifikasi Real.

Bandung: Universitas Padjadjaran

Arriqo Fauqi. 2014. Macam – macam Batuan Piroklastik. Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada

Anda mungkin juga menyukai