Foto 1
Batuan Piroklastik
Foto 2
Genesa Letusan Gunung Api
Gambar 1
Jenis Pengendapan
1. Piroklastik Jatuhan (Fall)
Endapan jatuhan piroklastik yang terjadi dari letusan gunung api yang
meledak yang kemudian terlempar pada suatu permukaan, memiliki ketebalan
endapan yang relative berukuran sama.
2. Piroklastik Aliran (Flow)
Endapan piroklastik yang umumnya mengalir kebawah dari pusat letusan
gunung api yang memiliki kecepatan tinggi pada saat adanya longsoran. Endapan
aliran ini berisikan batu yang berukuran bongkah dan abu.
Gambar 2
Siklus Endapan Piroklastik Aliran
3. Piroklastik Surge
Endapan piroklastik surge dihasilkan dari letusan gunung api yang kemudian
mengalir karena adanya penyatuan dari jatuhan dan aliran.
Gambar 3
Siklus Endapan Piroklastik Surge
Batuan piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari hasil ledakan gunungapi
akibat adanya gaya energi endogen dari dalam bumi. Batuan piroklastik ini belum
mengalami proses pengangkutan oleh medium apapun, jadi batuan ini membeku
diatas udara pada saat terjadinya letusan pada gunungapi yang masih aktif.
Proses pembentukan batuan piroklastik yaitu dari letusan gunungapi,
mengeluarkan magma dari dalam bumi diakibatkan dari energi yang sangat besar
yaitu gaya endogen dari pusat bumi.
Mekanisme pengendapan batuan piroklastik ada 2 macam mekanisme, yaitu :
1. Fall Deposit yaitu endapan piroklastik yang dibentuk oleh jatuhan mineral halus
yang terbawa oleh angin.
2. Flow Deposit yaitu endapan piroklastik yang diangkut oleh media air dimana
terjadi pencampuran dari segala macam ukuran butiran.
3. Surge Deposite yaitu gabungan antara piroklastik yang dibentuk oleh jatuhan
dan aliran.
DAFTAR PUSTAKA
2. Ash fall yaitu primary piroklastik atau bahan yang belum mengalami pergerakan dari
tempat semula diendapkan oleh proses jatuhan selama belum mengalami
pembatuan/litifikasi ( Fisher, 1960 ).
a. Agglomerate diartikan sebagai batuan yang terbentukdari hasil konsolidasi material
yang mengandung bomb (tuff agglomerate merupakan batuan yang kandungan bomb
sabending atau lebih banyak dari abu vulkanik ) ( widiasmoro dkk,1977 ).
b. Agglutinate merupakan hasil akumulasi fragmen – fragmen pipih yang terelaskan,
berasal dari erupsi basaltic yang sangat encer ( tryrell, 1931 ).
c. Breksi piroklastik adalah batuan yang mengandung block lebih dari 50% (
macDonald,1972 dan Fisher 1958 ).
d. Tuff pyroclastic brecia adalah batuan yang mengandung block sebanding dengan abu
volkanik atau bias juga lebih dominant abu volkanik ( Norton 1917 dan
MacDonald, 1972 ).
e. Lapilistone adalah batuan yang penyusun utamanya berukuran lapili yaitu 2 – 64 mm
( fisher, 1961 ).
f. Lapili tuff batuan yang kandungan lapili dan abu volkanik sebanding atau lebih
dominant abu volkanik ( Fisher, 1961 dan MacDonald, 1972 ).
3. Nama batuan tidak berkaitan dengan genesanya, misalnya breksi volkanik adalah
batuan yang terdiri dari penyusun utama fragmen volkanik yang runcing – runcing,
dengan matriks berukuran sekitar 2 mm dengan bermacam – macam komposisi dan
tekstur (bisa berupa endapan piroklastik, autoklastik,alloklastik dll), ( Fisher, i958 ).
4. Breksi volkanik autoklastik terbentuk sebagai akibat letusan gas yang terkandung di
dalam lava atau akibat pergerakan lava sebelum mengalami pembatuan.
a. Breksi aliran terbentuk pada bagian tepi lava aliran akibat pemadatan pada tepi kerak
dan gerakan mengalir setelah pendinginan ( Fisher 1960, Wright & owes, 1963,
MacDonald, 1972 ).
b. Breksi letusan terbentuk akibat letusan gas yang terkandung didlam lava sehingga
terjadi fragmentasi pada kerak bagian luar lava yang mulai membeku.
5. Breksi volkanik aloklastik adalah breksi yang terbentuk dari hasil fragmentasi,
batuan yang telah ada sebelum mengalami pengerjaan oleh proses volkanisme.
a. Breksi intrusi yaitu breksi yang mengandung fragmen batuan yang diterobos magma
dalam matriks batuan beku ( Harker, 1908 dan Bowes, 1960 ).
b. Explosion brecia terbentuk dari hancuran batuan karena adanya ledakan volkanik
yang terjadi dibawah permukaan ( Wright & bowes, 1960 ).
c. Tuffisite merupakan material klastik yang dihasilkan dari pelarutan material tufaan
oleh gas didalam pipa volkanik ( Fisher, 1961 ).
d. Tuffisite brecia merupakan breksi yang tersusun atas fragmen batuan yang diintrusi
magma dengan tuff sebagai matriks dan mengandung bekas aliran gas didalamnya
(Wright & Bowes, 1960).
1. Tipe I
Batuan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat volkanik jatuh ke darat yang
kering dengan medium udara saja, kemudian mengalami litifikasi membentuk batuan
fragmental. Jadi batuan piroklastik ini belum mengalami pengangkutan.
2. Tipe II
Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat volkanik ke tempat
pengendapannya di daratan yang kering dengan media gas yang dihasilkan dari
magma sendiri yang merupakan aliran abu yang merupakan onggokan aliran litifikasi
dan membentuk batuan fragmental.
3. Tipe III
Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat erupsi yang jatuh ada suatu
tubuh perairan (baik darat maupun laut) yang tenang arusnya sangat kecil. Onggokan
tersebut belum tercampur dengan material lain dan tidak juga mengalami “re-
warking”.
4. Tipe IV
Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat eruosi yang jatuh pada suatu
tubuh perairan (baik darat maupun laut) yang arusnya aktiv (begerak). Sebelum
mengalami litifikasi mengalami ‘re-warking’ dan dapat bercampur dengan batuan
lain yang dihasilkan akan mempunyai struktur sedimen biasa.
5. Tipe V
Bahan piroklastik yang telah jatuh sebelum mengalami pelapukan kemudian
diangkut dan diendapkan di tempat lain (bisa laut, bisa cekungan di daratan) dengan
media air. Hasilnya batuan sedimen dengan asal-usulnya adalah bahanbahan
piroklastik, dengan struktur sedimen biasa.
6. Tipe VI
Bahan piroklastik yang telah jatuh sudah mengalami proses-proses litifikasi,
kemudian diendapkan kembali ketempat yang lain. Batuan yang dihasilkan adalah
batuan sedimen dengan propenan piroklastik (Epiklastik).
c. Struktur Batuan
Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuan yang
berbeda.pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada pengamatan
dalam skala besar atau singkapan dilapangan.pada batuan beku struktur yang sering
ditemukan adalah:
a. Masif : bila batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas
b. Vesikular : dicirikandengan adanya lubang-lubang gas,sturktur ini dibagi lagi
menjadi 3 yaitu:
- Skoriaan : bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
- Pumisan : bila lubang-lubang gas saling berhubungan.
- Aliran : bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal maupun lubang gas.
c. Amigdaloidal : bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral sekunder.
d. Berlapis : bila dalam batuan tersebut terdapat lapisan-lapisan endapan dari fragmen-
fragmen letusan gunung api.
d. Derajat Kristalisasi
Derajat kristalisasi mineral dalam batuan beku, terdiri atas 3 yaitu :
Holokristalin
Tekstur batuan beku yang kenampakan batuannya terdiri dari keseluruhan mineral
yang membentuk kristal, hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi berlangsung
begitu lama sehingga memungkinkan terbentuknya mineral - mineral dengan bentuk
kristal yang relatif sempurna.
Hipokristalin
Tekstur batuan yang yang kenampakannya terdiri dari sebagaian mineral membentuk
kristal dan sebagiannya membentuk gelas, hal ini menunjukkan proses kristalisasi
berlangsung relatif lama namun masih memingkinkan terbentuknya mineral dengan
bentuk kristal yang kurang.
Holohyalin
Tekstur batuan yang kenampakannya terdiri dari mineral yang keseluruhannya
berbentuk gelas, hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi magma berlangsung
relatif singkat sehingga tidak memungkinkan pembentukan mineral - mineral dengan
bentuk yang sempurna.
e. Ukuran Batuan
Ukuran batuan yang dihasilkan dari letusan gunung api terbagi menjadi 4, antara
lain :
1. Bomb ( d > 64 mm)
Bomb adalah gumpalan-gumpalan lava yang mempunyai ukuran lebih besar dari 64
mm.
2. Block (d > 64 mm)
Block adalah batuan piroklastik yang dihasilkan oleh erupsi eksplosif dari fragmen
batuan yang sudah memadat lebih dulu dengan ukuran lebih besar dari 64 mm.
3. Lapili (d = 2 – 64 mm) Lapili berasal dari bahasa latin lapillus, yaitu nama untuk
hasil erupsi ekplosif gunung api yang berukuran 2 mm – 64 mm.
4. Debu / ash (d < 2 mm)
Debu adalah batuan piroklastik yanh berukuran 2 mm – 1/256 mm yang dihasilkan
oleh pelelmparan dari magma akibat erupsi ekplosif.
1. Glassy
Glassy adalah bentuk tekstur pada batuan piroklastik yang nampak pada batuan
tersebut ialah glass.
2. Fragmental
Faragmental ialah bentuk tekstur pada batuan piroklastik yang nampak pada
batuan tersebut ialah fragmen-fragmen hasil letusan gunung api.
3.5. Struktur Batuan Piroklastik
Struktur batuan piroklastik pada prinsipnya sama dengan struktur batuan beku, seperti
struktur skoria, vesikuler, massive maupun amikdoloidal maupun struktur batuan
sedimen, yaitu struktur perlapisan graded bedding atau cross bedding.
3.6.Tahap Penamaan Batuan Piroklastik
Klasifikasi penamaan batuan piroklastik secara umum dibedakan atas :
1. Klasifikasi berdasarkan fragmen piroklastiknya ( Fisher, 1966 dan Schimid,
1981 ) yaitu :
Anglomerat, bila batuan disusun oleh fragmen piroklastik dominan berupa bom yang
berukuran > 64 mm.
Breksi piroklastik, bila batuan disusun oleh fragmen piroklastik dominan berupa blok
yang berukuran > 64 mm.
Breksi tufa, bila batuan disusun oleh percampuran fragmen piroklastik blok maupun
ash.
Tufa, bila batuan disusun oleh fragmen piroklastik berupa ash dan lapilli dimana ash
lebih dominan.
Tufa lapilli, bila batuan disusun oleh fragmen piroklastik berupa lapili dan ash
dimana lapilli lebih dominan. Oleh Schimid (1981), tufa lapili disebut juga lapilli.
Fine ash
Tabel 3.1. Klasifikasi batuan piroklastik oleh Wentworth, william (1932), Twen Hofel (1950), Fisher (1961)
(Fisher, 1966)
3.7.Kesimpulan
1. Batuan piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari letusan gunung api (berasal dari
pendinginan dan pembekuan magma) namun seringkali bersifat klastik.
2. Batuan piroklastik dapat terdiri dari berbagai macam ukuran clast; dari agglomerates
terbesar, dengan sangat halus dan tuffs abu.
3. Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuan yang
berbeda.pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada pengamatan
dalam skala besar atau singkapan dilapangan.pada batuan beku struktur yang sering
ditemukan adalah:
a. Masif : bila batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas
b. Vesikular : dicirikandengan adanya lubang-lubang gas,sturktur ini dibagi lagi
menjadi 3 yaitu:
Skoriaan : bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
Pumisan : bila lubang-lubang gas saling berhubungan.
Aliran : bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal mau pun lubang gas.
c. Amigdaloidal : bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral sekunder.
d. Berlapis : bila dalam batuan tersebut terdapat lapisan-lapisan
e. endapan dari fragmen-fragmen letusan gunung api
4. Scoria adalah jenis batuan tekstur dan bukan batu yang diklasifikasikan oleh
mineralogi atau kimia. Terbentuk dari lava yang kaya volatiles atau gas tetapi kurang
kental dari lava membentuk batu apung. Ketika batuan cair meningkat dalam pipa
vulkanik, gas mulai terbentuk dan mengumpulkan dan gas-gas yang membentuk
gelembung besar dalam lava. Batu dipadatkan yang dihasilkan adalah Scoria.
Meskipun ruang terbuka di dapat Scoria batu besar umumnya lebih berat daripada air
yang tidak seperti kebanyakan batu apung bisa mengapung di atas air.
5. Lapili stone yang memiliki kenampakan warna yaitu hitam, struktur batuannya
massive, dan derajat kristalisasinya hipokristalin dimana komposisi mineral
penyusunnya mayoritas adalah glass dan kristal, tekstur pada lapili stone ialah
fragmental dengan ukuran batuannya ialah lapili (d= 2 - 64 mm). Sedangkan bentuk
dari lapili stone ialah fragmental. Petrogenesa dari lapili stone ini ialah terbentuk
didalam permukaan, tetapi mineral ada yang belum membentuk kristal yang utuh.
Lapili stone memilki komposisi mineral dalam batuannya, mineralnya ialah
plagioklas dan hornblende (amphibol). Masing-masin jumlah dalam % dalam
batuannya ialah plagioklase 30% dan amphibol 20%.
6. Mineral pagioklase kilapnya vitreous, warna yang tampak yaitu putih, kekerasan
yang dimiliki oleh mineral hornblande yaitu 6 – 6,5, pecahannya concoidal to uneven,
belahannya ialah 2,1 - basal, system kristalnya yaitu monoclinic atau ortorombik,
prosentase mineral hornblende pada lapili stone saat pengamatan yaitu mencapai
30%.dari prosentase plagioklase seperti itu dapat di asumsikan bahwa lapili stone
tersebut tergolong lapili stone – plagioklase. Mineral plagioklase pada lapilin stone
kristalnya masih kurang begitu sempuna, karena hal ini dipengaruhi oleh proses
pembentukan dari kristal tersebut yang tidak sempurna.
7. Mineral Hornblande kilapnya vitreous – dull, warna yang tampak yaitu
hitam,kekerasan yang dimiliki oleh mineral hornblande yaitu 5- 6,pecahannya
uneven,belahannya hampir tidak dapat terlihat,system kristalnya yaitu monoclinic
atau ortorombik,prosentase mineral hornblende pada andesit saat pengamatan yaitu
mencapai 40%.dari prosentase hornblende seperti itu dapat di asumsikan bahwa
andesit tersebut tergolong andesit – hornblende. . Sangat gelap coklat hornblendes
hitam yang mengandung titanium yang biasa disebut basaltik hornblende, dari
kenyataan bahwa mereka biasanya merupakan konstituen dari basalt dan batu yang
terkait.Common Hornblende adalah konstituen dari banyak batuan beku dan batuan
metamorf seperti granit, syenite, diorite, gabbro, basal, andesit, gneiss, dan schist.Ini
adalah mineral utama dari amphibolites.