Anda di halaman 1dari 24

BATUAN PIROKLASTIK

A. Pengertian Batuan Piroklastik


Batuan piroklastik merupakan batuan yang susunannya disusun oleh
material hasil dari letusan gunung berapi akibat adanya gaya endogen. Yang
kemudian mengalami pengendapan sesuai dengan bidang pengendapan nya, lalu
setelah proses pengendapan mengalami proses kompaksi (litifikasi) yang kemudian
menjadi batuan piroklastik.

Foto 1
Batuan Piroklastik

B. Genesa Batuan Piroklastik


Proses pembentukan batuan piroklastik diawali oleh meletusnya gunungapi,
mengeluarkan magma dari dalam bumi diakibatkan dari energi yang sangat besar
yaitu gaya endogen dari pusat bumi. Magma yang dikeluarkan oleh gunung itu
terhempas ke udara, sehingga magma tersebut membeku dan membentuk
gumpalan yang mengeras (yang kemudian disebut batu). Gumpalan tersebut
memiliki tekstur dan struktur yang tertentu pula. Sedangkan batu-batu tadi yang
telah mengalami prosespengangkutan (transportasi) oleh angin dan air, maka
batuan tersebut disebut dengan batuan epiklastik.
Batuan epiklastik ini yaitu batuan yang telah mengalami pengangkutan yang
mengakibatkan terjadinya pengikisan pada batuan oleh media air dan angin yang
membawanya. Batuan epiklastik ini terdapat pada dataran yang rendah, disebabkan
oleh air dan angin yang membawanya ke tempat yang rendah disekitar gunung api.
Tempat-tempat yang rendah itu seperti di daerah sungai, danau, laut dan
lembah-lembah pegunungan.

Foto 2
Genesa Letusan Gunung Api

C. Klasifikasi Endapan Piroklastik


Endapan piroklastik mulanya terjadi akibat adanya jatuhan pada saat gunung
api meletus, dan pada saat pengendapan memiliki ukuran ketebalan yang sama
pada endapannya. Piroklastik lainnya yaitu piroklastik aliran akan membentuk
penebalan apabila pada proses pengendapannya ada cekungan, dan piroklastik
surge penyatuan antara piroklastik endapan dan piroklastik aliran.

Gambar 1
Jenis Pengendapan
1. Piroklastik Jatuhan (Fall)
Endapan jatuhan piroklastik yang terjadi dari letusan gunung api yang
meledak yang kemudian terlempar pada suatu permukaan, memiliki ketebalan
endapan yang relative berukuran sama.
2. Piroklastik Aliran (Flow)
Endapan piroklastik yang umumnya mengalir kebawah dari pusat letusan
gunung api yang memiliki kecepatan tinggi pada saat adanya longsoran. Endapan
aliran ini berisikan batu yang berukuran bongkah dan abu.

Gambar 2
Siklus Endapan Piroklastik Aliran
3. Piroklastik Surge
Endapan piroklastik surge dihasilkan dari letusan gunung api yang kemudian
mengalir karena adanya penyatuan dari jatuhan dan aliran.
Gambar 3
Siklus Endapan Piroklastik Surge

D. Mineral Penyusun Batuan Piroklastik


Susunan mineral dari batuan piroklastik tidak jauh berbeda dengan mineral
pembentuk batuan beku. Hal ini disebabkan oleh zat yang terkandung dalam mineral
penyusunnya sama, yaitu magma. Dan yang membedakannya hanyalah bentuk dari
butirannya. Pada batuan beku butirannya campuran dari beberapa butir, dan batuan
piroklastik gabungan dari butiran.

E. Tiga Jenis Fragmen Dalam Endapan Piroklastik


1. Fragmen Lava Baru
2. Fragmen Litik
3. Kristal Individu

F. Tekstur Batuan Piroklastik


1. Ukuran Butir
Ukuran butir adalah ukuran dari batuan piroklastik itu sendiri, terbagi menjadi
beberapa macam, yaitu :
 Block (untuk yang berbentuk menyudut) dan Bomb (untuk yang membentuk
membulat) berukuran lebih besar dari 32 mm.
 Lapili yaitu untuk butiran dari 4 mm – 32 mm diameternya.
 Debu yaitu batuan yang lebih kecil dari 4 mm.
2. Bentuk Butir
Bentuk butir adalah bentuk dan keadaan batuan tersebut, ada beberapa
macam yaitu :
 Membulat sempurna, sangat bulat seperti bola.
 Membulat hampir seperti bola.
 Menyudut, yaitu memiliki sudut-sudut pada permukaannya.
3. Kompaksi
Kompaksi adalah tingkat kekerasan pada batuan piroklastik, ada 2 macam
kompaksi yang dikenal dalam batuan piroklastik, yaitu :
 Kompak, permukaannya kuat, keras dan padat.
 Mudah hancur, bila dipegang meninggalkan serbuk pada tangan.

G. Struktur Batuan Piroklastik


Pada batuan piroklastik yang berbutir kasar maupun halus bisa didapatkan
struktur – struktur yang sering kali terdapat pada batuan sedimen, seperti perlapisan.
Batuan piroklastik yang berbutir halus (tufa) seringkali memperlihatkan tekstur
seperti pada batuan beku lelehan.
Penamaan batuan piroklastik berdasarkan pada butirnya, dikenal 4 jenis
yaitu :
1. Aglomerat, ukuran butir lebih besar 32 mm (Bomb).
Aglomerat adalah batuan piroklastik yang mirip dengan konglomerat (batuan
sedimen) di dalam tekstur. Perbedaannya terletak pada komposisi, dimana
aglomerat terdiri dari fragmen-fragmen volkanik (lava dan piroklastik di
antaranya gelas).
2. Breksi Volkanik, ukuran butir lebih besar dari 32 mm (Block).
Breksi Volkanik seperti halnya aglomerat, breksi volkanik juga dibentuk oleh
material gunungapi (volknik).
3. Tufa Lapili, ukuran butir antara 4 – 32 mm.
Tufa (Tuff), batuan piroklastik yang berukuran halus adalah tufa (tuff). Batuan
ini terdiri dari material fragmen kristal / mineral. Berdasarkan pada komponen
terbanyak fragmen kristal / mineral yang dikandung, tufa dapat dibedakan
atas 3 golongan sebagai berikut :
a. Tufa Vitric : Banyak fragmen gelas
b. Tufa Kristal : Banyak fragmen kristal
c. Tufa Lithik : Banyak fragmen batuan
4. Tufa, ukuran butir sangat halus (abu / debu).
KESIMPULAN

Batuan piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari hasil ledakan gunungapi
akibat adanya gaya energi endogen dari dalam bumi. Batuan piroklastik ini belum
mengalami proses pengangkutan oleh medium apapun, jadi batuan ini membeku
diatas udara pada saat terjadinya letusan pada gunungapi yang masih aktif.
Proses pembentukan batuan piroklastik yaitu dari letusan gunungapi,
mengeluarkan magma dari dalam bumi diakibatkan dari energi yang sangat besar
yaitu gaya endogen dari pusat bumi.
Mekanisme pengendapan batuan piroklastik ada 2 macam mekanisme, yaitu :
1. Fall Deposit yaitu endapan piroklastik yang dibentuk oleh jatuhan mineral halus
yang terbawa oleh angin.
2. Flow Deposit yaitu endapan piroklastik yang diangkut oleh media air dimana
terjadi pencampuran dari segala macam ukuran butiran.
3. Surge Deposite yaitu gabungan antara piroklastik yang dibentuk oleh jatuhan
dan aliran.
DAFTAR PUSTAKA

UNP, Tambang. 2013. “Batuan Piroklastik” Blogspot.com. Diakses pada


tanggal 17 Desember 2013.
Ratu 22, Mata. 2013 “Batuan Piroklastik” Blogspot.com. Diakses pada
tanggal 17 Desember 2013.
Prazard. 2013. “Batuan Beku Piroklastik” Blogspot.com. Diakses pada
tanggal 17 Desember 2013.
BAB III
BATUAN PIROKLASTIK

3.1 Tinjauan umum Batuan Piroklastik


3.1.1 Pengertian Batuan Piroklastik
Batuan piroklastik atau pyroclastics (berasal dari bahasa Yunani πῦρ, yang
berarti api; dan κλαστός, yang berarti rusak) adalah bebatuan clastic semata-mata atau
terutama terdiri dari material vulkanik. Mana materi vulkanik telah diangkut dan
ulang melalui tindakan mekanis, seperti oleh angin atau air, batu-batuan ini disebut
volcaniclastic. Umumnya terkait dengan aktivitas gunung berapi ledakan seperti
Plinian atau letusan Krakatau gaya, atau letusan phreatomagmatic piroklastik
deposito yang umumnya terbentuk dari udara abu, dan bom lapilli atau blok yang
dikeluarkan dari gunung berapi itu sendiri, dicampur dengan negara hancur batu.
Batuan piroklastik dapat terdiri dari berbagai macam ukuran clast; dari
agglomerates terbesar, dengan sangat halus dan tuffs abu. Pyroclasts dengan ukuran
yang berbeda diklasifikasikan sebagai bom vulkanik, lapilli dan abu vulkanik. Abu
dianggap piroklastik karena debu halus terbuat dari batu vulkanik. Salah satu bentuk
yang paling spektakuler adalah deposito piroklastik ignimbrites, deposito dibentuk
oleh suhu tinggi gas dan abu campuran dari aliran piroklastik acara.
Tiga jenis transportasi dapat dibedakan: aliran piroklastik, aliran piroklastik,
dan piroklastik jatuh. Selama letusan Plinian, batu apung dan abu yang terbentuk
ketika magma silicic terpecah dalam saluran vulkanik, karena dekompresi dan
pertumbuhan gelembung. Pyroclasts kemudian entrained dalam letusan apung
membanggakan yang dapat naik beberapa kilometer ke udara dan menyebabkan
bahaya penerbangan. Partikel jatuh dari awan letusan bentuk lapisan di tanah (ini
jatuh atau tephra piroklastik). Piroklastik kerapatan arus, yang disebut sebagai 'aliran'
atau 'gelombang', tergantung pada konsentrasi partikel dan tingkat turbulensi, kadang-
kadang disebut bercahaya longsoran. Deposit batu apung yang kaya aliran piroklastik
dapat disebut ignimbrites.
Sebuah letusan piroklastik mensyaratkan meludah atau "fountaining" lava, di
mana lava akan dilemparkan ke udara bersama abu, bahan piroklastik, dan vulkanik
produk sampingan lainnya. Hawaii letusan seperti di Kilauea dapat mengeluarkan
gumpalan magma ditangguhkan menjadi gas; ini disebut 'api air mancur'. Pembekuan
magma, jika cukup panas mungkin menyatu atas arahan untuk membentuk aliran
lahar. Terdiri dari endapan piroklastik yang tidak pyroclasts disemen bersama-sama.
Batuan piroklastik (tuff) adalah deposito piroklastik yang telah lithified. Batuan
piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari letusan gunung api (berasal dari
pendinginan dan pembekuan magma) namun seringkali bersifat klastik. Menurut
william (1982) batuan piroklastik adalah batuan volkanik yang bertekstur klastik yang
dihasilkan oleh serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunung api, dengan
material asal yang berbeda, dimana material penyusun tersebut terendapkan dan
terkonsolidasi sebelum mengalami transportasi (“rewarking”) oleh air atau es.

3.2 Mineral Penyusun Batuan Piroklastik


Berdasarkan terbentuknya, fragmen piroklast dapat dibagi menjadi:
 Juvenile pyroclasts : hasil langsung akibat letusan, membeku dipermukaan (fragmen
gelas, kristal pirojenik)
 Cognate pyroclasts : fragmen batuan hasil erupsi terdahulu (dari gunungapi yang
sama).
 Accidental pyroclasts : fragmen batuan berasal dari basement (komposisi berbeda)
Fragmen:
1. Gelas/ Amorf
2. Litik
3. Kristalin
3.2.1 Mineral – Mineral Alterasi
Alterasi = Metasomatisme
Merupakan perubahan komposisi mineralogy batuan (dalam keadaan padat)
karena pengaruh Suhu dan Tekanan yang tinggi dan tidak dalam kondisi isokimia
menghasilkan mineral lempung, kuarsa, oksida atau sulfida logam.
Proses alterasi merupakan peristiwa sekunder, tidak selayaknya metamorfisme yang
merupakan peristiwa primer. Alterasi terjadi pada intrusi batuan beku yang
mengalami pemanasan dan pada struktur tertentu yang memungkinkan masuknya air
meteoric untuk dapat mengubah komposisi mineralogy batuan.
` Gambar 3.1 Proses terbentuk nya Batu Piroklastik

Beberapa contoh mineral alterasi antara lain:


 Kalkopirit
 Pirit
 Limonit
 Garnierit
 Epidote
 Malakit
 Khlorit
 Orphiment
 Realgar
 Galena

1. Ash flow (tufls) – fragmental flow.


a. breksi aliran piroklastik adalah bahan piroklastik yang tersusun atas fragmen runcing
– runcing hasil endapan piroklastik ( Fisher, 1960 ).
b. Ignimbrite adalah suatu batuan yang terbentuk dari aliran abu panas ( MacDonald,
1972).
c. Welded tuff adalah endapan aliran abu panas yang terelaskan akibat deposisi pada
saat masih panas.

2. Ash fall yaitu primary piroklastik atau bahan yang belum mengalami pergerakan dari
tempat semula diendapkan oleh proses jatuhan selama belum mengalami
pembatuan/litifikasi ( Fisher, 1960 ).
a. Agglomerate diartikan sebagai batuan yang terbentukdari hasil konsolidasi material
yang mengandung bomb (tuff agglomerate merupakan batuan yang kandungan bomb
sabending atau lebih banyak dari abu vulkanik ) ( widiasmoro dkk,1977 ).
b. Agglutinate merupakan hasil akumulasi fragmen – fragmen pipih yang terelaskan,
berasal dari erupsi basaltic yang sangat encer ( tryrell, 1931 ).
c. Breksi piroklastik adalah batuan yang mengandung block lebih dari 50% (
macDonald,1972 dan Fisher 1958 ).
d. Tuff pyroclastic brecia adalah batuan yang mengandung block sebanding dengan abu
volkanik atau bias juga lebih dominant abu volkanik ( Norton 1917 dan
MacDonald, 1972 ).
e. Lapilistone adalah batuan yang penyusun utamanya berukuran lapili yaitu 2 – 64 mm
( fisher, 1961 ).
f. Lapili tuff batuan yang kandungan lapili dan abu volkanik sebanding atau lebih
dominant abu volkanik ( Fisher, 1961 dan MacDonald, 1972 ).

3. Nama batuan tidak berkaitan dengan genesanya, misalnya breksi volkanik adalah
batuan yang terdiri dari penyusun utama fragmen volkanik yang runcing – runcing,
dengan matriks berukuran sekitar 2 mm dengan bermacam – macam komposisi dan
tekstur (bisa berupa endapan piroklastik, autoklastik,alloklastik dll), ( Fisher, i958 ).
4. Breksi volkanik autoklastik terbentuk sebagai akibat letusan gas yang terkandung di
dalam lava atau akibat pergerakan lava sebelum mengalami pembatuan.
a. Breksi aliran terbentuk pada bagian tepi lava aliran akibat pemadatan pada tepi kerak
dan gerakan mengalir setelah pendinginan ( Fisher 1960, Wright & owes, 1963,
MacDonald, 1972 ).
b. Breksi letusan terbentuk akibat letusan gas yang terkandung didlam lava sehingga
terjadi fragmentasi pada kerak bagian luar lava yang mulai membeku.

5. Breksi volkanik aloklastik adalah breksi yang terbentuk dari hasil fragmentasi,
batuan yang telah ada sebelum mengalami pengerjaan oleh proses volkanisme.
a. Breksi intrusi yaitu breksi yang mengandung fragmen batuan yang diterobos magma
dalam matriks batuan beku ( Harker, 1908 dan Bowes, 1960 ).
b. Explosion brecia terbentuk dari hancuran batuan karena adanya ledakan volkanik
yang terjadi dibawah permukaan ( Wright & bowes, 1960 ).
c. Tuffisite merupakan material klastik yang dihasilkan dari pelarutan material tufaan
oleh gas didalam pipa volkanik ( Fisher, 1961 ).
d. Tuffisite brecia merupakan breksi yang tersusun atas fragmen batuan yang diintrusi
magma dengan tuff sebagai matriks dan mengandung bekas aliran gas didalamnya
(Wright & Bowes, 1960).

6. Breksi volkanik epiklastik.


a. Breksi laharik merupakan breksi yang dihasilkan dari aliran Lumpur pekat, berupa
percampuran antara batuan volkanik berukurn beragam dengan bahan non volkanik
(Fisher, 1960 ).
b. Batupasir tufaan/konglomerat tufaan merupakan batuan sedimen epiklastik yang
terangkut juga didalamnya komponen piroklastik misalnya pumis atau shard. 14 .
c. Batupasir/konglomerat volkanik merupakan batuan epiklastik yang tersusun atas
fragmen – fragmen berupa batuan volkanik yang telah mengalami erosi dan
pengangkutan yang kemudian terendapkan.
3.3 Endapan priklastik
Pada kenyataannya, batuan hasil letusan gunung api dapat berupa suatu hasil
lelehan yang merupakan lava yang telah dibahas dan diklasifakasikan ke dalam
batuan beku, serta dapat pula berupa produk ledakan atau eksplosif yang bersifat
fragmental dari semua bentuk cair, gas atau padat yang dikeluarkan dengan jalan
erupsi. Berdasarkan proses keterbentukan yang dialaminya, batuan piroklastik
dibedakan menjadi enam tipe, antara lain :

1. Tipe I
Batuan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat volkanik jatuh ke darat yang
kering dengan medium udara saja, kemudian mengalami litifikasi membentuk batuan
fragmental. Jadi batuan piroklastik ini belum mengalami pengangkutan.
2. Tipe II
Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat volkanik ke tempat
pengendapannya di daratan yang kering dengan media gas yang dihasilkan dari
magma sendiri yang merupakan aliran abu yang merupakan onggokan aliran litifikasi
dan membentuk batuan fragmental.
3. Tipe III
Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat erupsi yang jatuh ada suatu
tubuh perairan (baik darat maupun laut) yang tenang arusnya sangat kecil. Onggokan
tersebut belum tercampur dengan material lain dan tidak juga mengalami “re-
warking”.
4. Tipe IV
Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat eruosi yang jatuh pada suatu
tubuh perairan (baik darat maupun laut) yang arusnya aktiv (begerak). Sebelum
mengalami litifikasi mengalami ‘re-warking’ dan dapat bercampur dengan batuan
lain yang dihasilkan akan mempunyai struktur sedimen biasa.
5. Tipe V
Bahan piroklastik yang telah jatuh sebelum mengalami pelapukan kemudian
diangkut dan diendapkan di tempat lain (bisa laut, bisa cekungan di daratan) dengan
media air. Hasilnya batuan sedimen dengan asal-usulnya adalah bahanbahan
piroklastik, dengan struktur sedimen biasa.
6. Tipe VI
Bahan piroklastik yang telah jatuh sudah mengalami proses-proses litifikasi,
kemudian diendapkan kembali ketempat yang lain. Batuan yang dihasilkan adalah
batuan sedimen dengan propenan piroklastik (Epiklastik).

3.4 Tektur Batuan Piroklastik


a. Warna Batuan
Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya.mineral
penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya
sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk
batuan yang mempunyai tekstur gelasan.
b. Tekstur Batuan
Pengertian tekstur batuan piroklastik mengacu pada kenampakan butir-butir
mineral yang ada di dalamnya, yang meliputi Glassy dan Fragmental. Pengamatan
tekstur meliputi :
1. Glassy
Glassy adalah tekstur pada batuan piroklastik yang nampak pada batuan
tersebut ialah glass.
2. Fragmental
Faragmental ialah tekstur pada batuan piroklastik yang nampak pada batuan
tersebut ialah fragmen-fragmen hasil letusan gunung api.

c. Struktur Batuan
Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuan yang
berbeda.pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada pengamatan
dalam skala besar atau singkapan dilapangan.pada batuan beku struktur yang sering
ditemukan adalah:
a. Masif : bila batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas
b. Vesikular : dicirikandengan adanya lubang-lubang gas,sturktur ini dibagi lagi
menjadi 3 yaitu:
- Skoriaan : bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
- Pumisan : bila lubang-lubang gas saling berhubungan.
- Aliran : bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal maupun lubang gas.
c. Amigdaloidal : bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral sekunder.
d. Berlapis : bila dalam batuan tersebut terdapat lapisan-lapisan endapan dari fragmen-
fragmen letusan gunung api.

d. Derajat Kristalisasi
Derajat kristalisasi mineral dalam batuan beku, terdiri atas 3 yaitu :
 Holokristalin
Tekstur batuan beku yang kenampakan batuannya terdiri dari keseluruhan mineral
yang membentuk kristal, hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi berlangsung
begitu lama sehingga memungkinkan terbentuknya mineral - mineral dengan bentuk
kristal yang relatif sempurna.

 Hipokristalin
Tekstur batuan yang yang kenampakannya terdiri dari sebagaian mineral membentuk
kristal dan sebagiannya membentuk gelas, hal ini menunjukkan proses kristalisasi
berlangsung relatif lama namun masih memingkinkan terbentuknya mineral dengan
bentuk kristal yang kurang.
 Holohyalin
Tekstur batuan yang kenampakannya terdiri dari mineral yang keseluruhannya
berbentuk gelas, hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi magma berlangsung
relatif singkat sehingga tidak memungkinkan pembentukan mineral - mineral dengan
bentuk yang sempurna.

e. Ukuran Batuan
Ukuran batuan yang dihasilkan dari letusan gunung api terbagi menjadi 4, antara
lain :
1. Bomb ( d > 64 mm)
Bomb adalah gumpalan-gumpalan lava yang mempunyai ukuran lebih besar dari 64
mm.
2. Block (d > 64 mm)
Block adalah batuan piroklastik yang dihasilkan oleh erupsi eksplosif dari fragmen
batuan yang sudah memadat lebih dulu dengan ukuran lebih besar dari 64 mm.
3. Lapili (d = 2 – 64 mm) Lapili berasal dari bahasa latin lapillus, yaitu nama untuk
hasil erupsi ekplosif gunung api yang berukuran 2 mm – 64 mm.
4. Debu / ash (d < 2 mm)
Debu adalah batuan piroklastik yanh berukuran 2 mm – 1/256 mm yang dihasilkan
oleh pelelmparan dari magma akibat erupsi ekplosif.

f. Bentuk Batuan Piroklastik


Bentuk batuan dalam batuan piroklastik sama halnya dengan teksturnya, antara
lain :

1. Glassy
Glassy adalah bentuk tekstur pada batuan piroklastik yang nampak pada batuan
tersebut ialah glass.
2. Fragmental
Faragmental ialah bentuk tekstur pada batuan piroklastik yang nampak pada
batuan tersebut ialah fragmen-fragmen hasil letusan gunung api.
3.5. Struktur Batuan Piroklastik
Struktur batuan piroklastik pada prinsipnya sama dengan struktur batuan beku, seperti
struktur skoria, vesikuler, massive maupun amikdoloidal maupun struktur batuan
sedimen, yaitu struktur perlapisan graded bedding atau cross bedding.
3.6.Tahap Penamaan Batuan Piroklastik
Klasifikasi penamaan batuan piroklastik secara umum dibedakan atas :
1. Klasifikasi berdasarkan fragmen piroklastiknya ( Fisher, 1966 dan Schimid,
1981 ) yaitu :
 Anglomerat, bila batuan disusun oleh fragmen piroklastik dominan berupa bom yang
berukuran > 64 mm.
 Breksi piroklastik, bila batuan disusun oleh fragmen piroklastik dominan berupa blok
yang berukuran > 64 mm.
 Breksi tufa, bila batuan disusun oleh percampuran fragmen piroklastik blok maupun
ash.
 Tufa, bila batuan disusun oleh fragmen piroklastik berupa ash dan lapilli dimana ash
lebih dominan.
 Tufa lapilli, bila batuan disusun oleh fragmen piroklastik berupa lapili dan ash
dimana lapilli lebih dominan. Oleh Schimid (1981), tufa lapili disebut juga lapilli.

Size Wentworth William Twen Hofel Fisher


(mm) 1932 1950 1961
Blocks = Volcanik breccia Bombs
256 Coarse Blocks
Bomb = anglomerat
128 and
64
32 Lapili = Lapili tuff Lapili Fine Bomb
10
8
4 Coarse ash = Fine ash Lapili
2
0.5 Coarse ash
0.250 Coarse ash
0.125 Fine ash (Fine tuff)
0.0825 Fine ash

Fine ash
Tabel 3.1. Klasifikasi batuan piroklastik oleh Wentworth, william (1932), Twen Hofel (1950), Fisher (1961)

2. Klasifikasi untuk tufa, berdasarkan pada material penyusun tufa ( W. T. G, 1954 )


dibedakan atas :
 Tufa gelas, tufa yang dominan disusun oleh material gelas.
 Tufa kristal, tufa yang dominan disusun oleh material kristal.
 Tufa litik, tufa yang dominan disusun oleh material litik.
Batuan Piroklastik yang terbentuk melalui ekstrusif mengalami pelapukan, kemudian
tererosi dan tertransportasi kedaerah cekungan dan terendapakan membentuk sedimen
tufa yang disebut dengan “ Batuan Epiklastik “.
Geol
ogi
instit
ut (
1975
),
Carr
ozzi
meng
ataka
n
batua
n epiklastik adalah : Batuan yang bahan penyusunnya berasal dari pelapukan batuan
Vulkanik, termasuk juga batuan piroklastik serta bahan hasil jatuhan piroklastik yang
terangkat sebelum mengalami pelapukan.
Gambar 3.2 Klasifikasi Batuan Piroklastik Berdasarkan Fragmen Piroklastik

(Fisher, 1966)
3.7.Kesimpulan
1. Batuan piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari letusan gunung api (berasal dari
pendinginan dan pembekuan magma) namun seringkali bersifat klastik.
2. Batuan piroklastik dapat terdiri dari berbagai macam ukuran clast; dari agglomerates
terbesar, dengan sangat halus dan tuffs abu.
3. Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuan yang
berbeda.pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada pengamatan
dalam skala besar atau singkapan dilapangan.pada batuan beku struktur yang sering
ditemukan adalah:
a. Masif : bila batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas
b. Vesikular : dicirikandengan adanya lubang-lubang gas,sturktur ini dibagi lagi
menjadi 3 yaitu:
 Skoriaan : bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
 Pumisan : bila lubang-lubang gas saling berhubungan.
 Aliran : bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal mau pun lubang gas.
c. Amigdaloidal : bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral sekunder.
d. Berlapis : bila dalam batuan tersebut terdapat lapisan-lapisan
e. endapan dari fragmen-fragmen letusan gunung api
4. Scoria adalah jenis batuan tekstur dan bukan batu yang diklasifikasikan oleh
mineralogi atau kimia. Terbentuk dari lava yang kaya volatiles atau gas tetapi kurang
kental dari lava membentuk batu apung. Ketika batuan cair meningkat dalam pipa
vulkanik, gas mulai terbentuk dan mengumpulkan dan gas-gas yang membentuk
gelembung besar dalam lava. Batu dipadatkan yang dihasilkan adalah Scoria.
Meskipun ruang terbuka di dapat Scoria batu besar umumnya lebih berat daripada air
yang tidak seperti kebanyakan batu apung bisa mengapung di atas air.
5. Lapili stone yang memiliki kenampakan warna yaitu hitam, struktur batuannya
massive, dan derajat kristalisasinya hipokristalin dimana komposisi mineral
penyusunnya mayoritas adalah glass dan kristal, tekstur pada lapili stone ialah
fragmental dengan ukuran batuannya ialah lapili (d= 2 - 64 mm). Sedangkan bentuk
dari lapili stone ialah fragmental. Petrogenesa dari lapili stone ini ialah terbentuk
didalam permukaan, tetapi mineral ada yang belum membentuk kristal yang utuh.
Lapili stone memilki komposisi mineral dalam batuannya, mineralnya ialah
plagioklas dan hornblende (amphibol). Masing-masin jumlah dalam % dalam
batuannya ialah plagioklase 30% dan amphibol 20%.
6. Mineral pagioklase kilapnya vitreous, warna yang tampak yaitu putih, kekerasan
yang dimiliki oleh mineral hornblande yaitu 6 – 6,5, pecahannya concoidal to uneven,
belahannya ialah 2,1 - basal, system kristalnya yaitu monoclinic atau ortorombik,
prosentase mineral hornblende pada lapili stone saat pengamatan yaitu mencapai
30%.dari prosentase plagioklase seperti itu dapat di asumsikan bahwa lapili stone
tersebut tergolong lapili stone – plagioklase. Mineral plagioklase pada lapilin stone
kristalnya masih kurang begitu sempuna, karena hal ini dipengaruhi oleh proses
pembentukan dari kristal tersebut yang tidak sempurna.
7. Mineral Hornblande kilapnya vitreous – dull, warna yang tampak yaitu
hitam,kekerasan yang dimiliki oleh mineral hornblande yaitu 5- 6,pecahannya
uneven,belahannya hampir tidak dapat terlihat,system kristalnya yaitu monoclinic
atau ortorombik,prosentase mineral hornblende pada andesit saat pengamatan yaitu
mencapai 40%.dari prosentase hornblende seperti itu dapat di asumsikan bahwa
andesit tersebut tergolong andesit – hornblende. . Sangat gelap coklat hornblendes
hitam yang mengandung titanium yang biasa disebut basaltik hornblende, dari
kenyataan bahwa mereka biasanya merupakan konstituen dari basalt dan batu yang
terkait.Common Hornblende adalah konstituen dari banyak batuan beku dan batuan
metamorf seperti granit, syenite, diorite, gabbro, basal, andesit, gneiss, dan schist.Ini
adalah mineral utama dari amphibolites.

Anda mungkin juga menyukai