Anda di halaman 1dari 6

2.1.

1 mekanisme gunung api meletus

Gunung meletus mengalami sebuah proses yang berkaitan dan


berurutan antara satu tahap dengan tahap lainnya. Ada beberapa tahap
proses terjadinya gunung meletus antara lain sebagai berikut:

1. Terdapat endapan magma di perut bumi

Proses terjadinya gunung meletus diawali dengan adanya magma di


dalam perut bumi atau inti Bumi. Magma sendiri merupakan batuan
cair yang berada di perut Bumi. Magma dapat terbentuk akibat
panasnya suhu di dalam interior Bumi.

2. Terdapat gas yang bertekanan tinggi

Suhu panas yang ada di dalam Bumi mampu melelehkan batuan


penyusun lapisan bumi. Ketika batuan- batuan tersebut meleleh maka
dihasilkan gas yang kemudian bercampur dengan magma. Magma ini
terbentuk di kedalaman 60 hingga 160 km di bawah permukaan Bumi.

3. Magma didorong gas yang memiliki tekanan tinggi

Magma yang mengandung gas kemudian akan terdorong sedikit demi


sedikit ke permukaan Bumi karena memiliki massa yang lebih ringan
daripada batuan padat yang ada di sekelilingnya. Magma yang
mengandung gas berada dalam kondisi dibawah tekanan bauan-
batuan berat yang berada di sekitarnya. Tekanan inilah yang
menyebabkan magma meletus atau yang disebut dengan erupsi
gunung berapi atau gunung meletus.
2.1.2 pengertian batuan piroklastik

batuan piroklastik adalah batuan yang dihasilkan dari proses litifikasi


bahan-bahan yang dihembuskan dari pusat vulkanik selama masa
erupsi yang memiliki sifat eksplosif. Dimana nantinya bahan-bahan
tersebut akan jatuh ke permukaan bumi yang kemudian akan
mengalami litifikasi baik itu sebelum di transport maupun hasil
dari reworking. Menurut Williams, Turner dan Guillbert pada tahun
1954, batuan ini merupakan batuan yang tersusun atas fragmen-
fragmen hasil dari erupsi vulkanik.
Batuan Piroklastik adalah batuan vulkanik klastik yang dihasilkan oleh serangkaian proses
yang berkaitan dengan letusan gunungapi. Material penyusun tersebut terendapkan dan
terbatukan/terkonsolidasikan sebelum mengalami transportasi (reworked) oleh air atau es
(William, 1982). Pada kegiatannya batuan hasil kegiatan gunungapi dapat berupa aliran lava
sebagaimana diklasifikasikan dalam batuan beku atau berupa produk ledakan/eksplosiv dari
material yang bersifat padat, cair ataupun gas yang terdapat dalam perut gunung.

Secara genetik, batuan piroklastik dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

 Endapan jatuhan piroklastik (pyroclastic fall deposits), dihasilkan


dari letusan eksplosif yang melemparkan material-material vulkanik
dari lubang vulkanik ke atmosfer dan jatuh ke bawah dan terkumpul
di sekitar gunung api. Endapan ini semakin jauh dari pusat erupsi
maka akan semakin menipis dan ukuran butir menghalus karena
tereliminasi oleh angin, sebarannya mengikuti bentukan topografi,
pemilahannya baik, struktur gradded bedding normal & reverse,
komposisi pumis, scoria, abu, sedikit lapili dan fragmen litik,
komposisi pumis lebih besar daripada litik.
 Endapan aliran piroklastik (pyroclastic flow deposits), kalau orang
umum biasa dibilang "awan panas" atau "wedhus gembel". Endapan
ini terbentuk oleh proses aliran permukaan dengan mekanisme aliran
debris piroklastik yang mengalir dengan campuran partikel padat
dan gas konsentrasi tinggi yang panas. Endapan ini umumnya
pemilahannya buruk, mungkin menunjukan grading normal fragmen
litik dan butiran litik yang padat, yang semakin berkurang menjauhi
pusat erupsi, sortasi buruk dan butiran menyudut, sebaran tidak
merata dan menebal di bagian lembah. Mekanisme yang membentuk
piroklastik aliran dapat terbentuk dengan beberapa cara, yaitu:

- Berasosiasi dengan ekstrusi kubah lava dan aliran lava.


- Runtuhnya kolom letusan vertikal.
- Dihasilkan langsung dari lubang akibat semburan gas
dengan material piroklastik.
 Endapan seruakan piroklastik (pyroclastic surge deposits), endapan
piroklastik seruakan (surge) adalah endapan piroklastik yang
terbentuk melalui mekanisme semburan, hembusan, seruakan secara
lateral. Ada 3 jenis endapan seruakan piroklastika yaitu seruakan
pangkal (base surge), seruakan dasar (ground surge) dan seruakan
abu cendawan (ash cloud surge). Endapan seruakan pangkal
dicirikan oleh material berukuran abu-lapili, umumnya mengandung
pumis, litik atau skoria, dan kristal mineral, struktur pengendapan
slump hingga laminasi silang dan selalu menumpang di atas endapan
jatuhan piroklastika. Endapan seruakan dasar dan seruakan abu
cendawan berasosiasi dengan endapan aliran piroklastika dan
masing-masing sebagai endapan zona batas bawah dan zona batas
atas aliran. Endapan seruakan juga bisa dijadikan sebagai batas
penyebaran dari endapan aliran piroklastik. Endapan seruakan dasar
dicirikan oleh komposisinya abu vulkanik, skoria (berukuran lapili)
dan bom, namun di daerah distal bom tersebut sangat jarang
ditemukan.

2.1.3 KLASIFIKASI BATUAN PIROKLASTIK


Pembuatan klasifikasi batuan piroklastik sudah banyak dibuat oleh para ahli, tetapi masih
terjadi kekurangan maupun perbedaan tentang batuan piroklastik. Klasifikasi berdasarkan
perkembangan terbentuknya batuan piroklastik sangat sulit, sedangkan saat ini klasifikasi
didasarkan pada:
- Asal - usul fragmen
- Ukuran fragmen
- Komposisi fragmen
1. Klasifikasi berdasarkan asal - usul fragmen
Batuan piroklastik yang merupakan hasil endapan bahan volkanik dari letusan tipe
eksplosif maka Johnson dan Levis (1885), lihat Mac Donald (1972) membuat klasifikasi
sebagai berikut
a. Kelompok Material Esensial (juvenil)
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah material langsung dari magma yang
diletuskan baik yang tadinya berupa padatan atau cairan serta buih magma. Massa yang
tadinya berupa padatan akan menjadi blok piroklastik, massa cairan akan segera membeku
selama diletuskan dan cenderung membentuk bom piroklastik dan buih magma akan menjadi
batuan yang porous dan sangat ringan, dikenal dengan batuapung. Fragmen berasal langsung
dari pembekuan magma segar.
b. Kelompok material Asesori (Cognate)
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah biia materialnya berasal dari endapan letusan
sebelumnya dari gunungapi yang sama atau tubuh volkanik yang lebih tua. Fragmen berasal
dari lava atau piroklastik yang terdapat pada kerucut volkanik.
c. Kelompok Asidental (bahan asing)
Yang dimaksud dengan material asidental adalah material hamburan dari batuan dasar
yang lebih tua di bawah gunung api tersebut, terutama adalah batuan dinding di sekitar leher
volkanik. Batuannya dapat berupa batuan beku,endapan maupun batuan ubahan. Fragmen
yang berasal dari batuan lain yang tidak menunjukkan gejala pembekuan, metamorfisme.
2. Klasifikasi berdasarkan ukuran dari fragmen
Klasifikasi ini dibuat pertama kali oleh Grabau (1924) dalam Carozzi (1975) :
o 2,5 mm : Rudyte
o 2,5 - 0,5 mm : Arenyte
o < 0,5 mm : Lutyte
Klasifikasi batuan piroklastik dari Wenworth dan Williams (1932) dalam Pettijohn banyak
dipakai, tetapi kisaran yang dipakai tidak sama antara batuan sedimen dan piroklastik :
o Breksi volkanik
Tersusun dari fragmen-fragmen diameter > 32 mm, bentuk fragmen meruncing. Breksi
Volkanik seperti halnya aglomerat, breksi volkanik juga dibentuk oleh material gunungapi
(volkanik)
o Aglomerat
Fragmen berupa born-born dengan ukuran > 32 mm. Aglomerat adalah batuan piroklastik
yang mirip dengan konglomerat (batuan sedimen) di dalam tekstur. Perbedaannya terletak
pada komposisi, dimana aglomerat terdiri dari fragmen-fragmen volkanik (lava dan
piroklastik di antaranya gelas)
o Lapili/tuf lapili: Fragmen tersusun atas Lapili yang berukuran antara 4 mm -32 mm. Tufa
(Tuff), batuan piroklastik yang berukuran halus adalah tufa (tuff). Batuan ini terdiri dari
material fragmen kristal / mineral. Berdasarkan pada komponen terbanyak fragmen kristal /
mineral yang dikandung, tufa dapat dibedakan atas 3 golongan sebagai berikut :
a. Tufa Vitric : Banyak fragmen gelas
b. Tufa Kristal : Banyak fragmen kristal
c. Tufa Lithik : Banyak fragmen batuan
o Tuf kasar : Fragmen-fragmen tersusun atas abu kasar dengan ukuran butir terletak antara 0,25
mm - 4 mm
o Tuf halus : Fragmen-fragmen tersusun atas abu halus dengan ukuran < 0,25 mm
Tabel 2. Klasifikasi Schmid, 1981

Gambar 8. Klasifikasi Fisher 1966

2.1.4 Mekanisme Pembentukan Endapan Piroklastik

DAFTAR PUSTAKA

Staff Asisten Mineralogi dan Petrologi. 1995. Diktat Praktikum


Petrologi. Laboratorium Bahan Galian Jurusan Teknik Geologi UGM. Yogyakarta.

Mulyanti, Wini Rina. (n.d). Batuan Piroklastik. Retrieved


from http://www.academia.edu/8825662/BATUAN_PIROKLASTIK (Diakses pada tanggal
11 Oktober 2015 pukul 21.32 WIB)

Universitas Gadjah Mada. BAB III Batuan Piroklastik. Retrieved


from http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/40384/
d025fd0777d36d725d3a023f00a51cb (Diakses pada tanggal 12 Oktober 2015 pukul 22.33
WIB).
Hidayat, Arief.(n.d).Laporan Petrologi Batuan Piroklastik. Retrieved
from https://www.scribd.com/doc/24314361/laporan-petrologi-batuan-piroklastik (Diakses
pada tanggal 12 Oktober 2015 pukul 23.47 WIB)

Anda mungkin juga menyukai