Gunung meletus mengalami sebuah proses yang berkaitan dan
berurutan antara satu tahap dengan tahap lainnya. Ada beberapa tahap proses terjadinya gunung meletus antara lain sebagai berikut:
1. Terdapat endapan magma di perut bumi
Proses terjadinya gunung meletus diawali dengan adanya magma di
dalam perut bumi atau inti Bumi. Magma sendiri merupakan batuan cair yang berada di perut Bumi. Magma dapat terbentuk akibat panasnya suhu di dalam interior Bumi.
2. Terdapat gas yang bertekanan tinggi
Suhu panas yang ada di dalam Bumi mampu melelehkan batuan
penyusun lapisan bumi. Ketika batuan- batuan tersebut meleleh maka dihasilkan gas yang kemudian bercampur dengan magma. Magma ini terbentuk di kedalaman 60 hingga 160 km di bawah permukaan Bumi.
3. Magma didorong gas yang memiliki tekanan tinggi
Magma yang mengandung gas kemudian akan terdorong sedikit demi
sedikit ke permukaan Bumi karena memiliki massa yang lebih ringan daripada batuan padat yang ada di sekelilingnya. Magma yang mengandung gas berada dalam kondisi dibawah tekanan bauan- batuan berat yang berada di sekitarnya. Tekanan inilah yang menyebabkan magma meletus atau yang disebut dengan erupsi gunung berapi atau gunung meletus. 2.1.2 pengertian batuan piroklastik
batuan piroklastik adalah batuan yang dihasilkan dari proses litifikasi
bahan-bahan yang dihembuskan dari pusat vulkanik selama masa erupsi yang memiliki sifat eksplosif. Dimana nantinya bahan-bahan tersebut akan jatuh ke permukaan bumi yang kemudian akan mengalami litifikasi baik itu sebelum di transport maupun hasil dari reworking. Menurut Williams, Turner dan Guillbert pada tahun 1954, batuan ini merupakan batuan yang tersusun atas fragmen- fragmen hasil dari erupsi vulkanik. Batuan Piroklastik adalah batuan vulkanik klastik yang dihasilkan oleh serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunungapi. Material penyusun tersebut terendapkan dan terbatukan/terkonsolidasikan sebelum mengalami transportasi (reworked) oleh air atau es (William, 1982). Pada kegiatannya batuan hasil kegiatan gunungapi dapat berupa aliran lava sebagaimana diklasifikasikan dalam batuan beku atau berupa produk ledakan/eksplosiv dari material yang bersifat padat, cair ataupun gas yang terdapat dalam perut gunung.
Secara genetik, batuan piroklastik dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
Endapan jatuhan piroklastik (pyroclastic fall deposits), dihasilkan
dari letusan eksplosif yang melemparkan material-material vulkanik dari lubang vulkanik ke atmosfer dan jatuh ke bawah dan terkumpul di sekitar gunung api. Endapan ini semakin jauh dari pusat erupsi maka akan semakin menipis dan ukuran butir menghalus karena tereliminasi oleh angin, sebarannya mengikuti bentukan topografi, pemilahannya baik, struktur gradded bedding normal & reverse, komposisi pumis, scoria, abu, sedikit lapili dan fragmen litik, komposisi pumis lebih besar daripada litik. Endapan aliran piroklastik (pyroclastic flow deposits), kalau orang umum biasa dibilang "awan panas" atau "wedhus gembel". Endapan ini terbentuk oleh proses aliran permukaan dengan mekanisme aliran debris piroklastik yang mengalir dengan campuran partikel padat dan gas konsentrasi tinggi yang panas. Endapan ini umumnya pemilahannya buruk, mungkin menunjukan grading normal fragmen litik dan butiran litik yang padat, yang semakin berkurang menjauhi pusat erupsi, sortasi buruk dan butiran menyudut, sebaran tidak merata dan menebal di bagian lembah. Mekanisme yang membentuk piroklastik aliran dapat terbentuk dengan beberapa cara, yaitu:
- Berasosiasi dengan ekstrusi kubah lava dan aliran lava.
- Runtuhnya kolom letusan vertikal. - Dihasilkan langsung dari lubang akibat semburan gas dengan material piroklastik. Endapan seruakan piroklastik (pyroclastic surge deposits), endapan piroklastik seruakan (surge) adalah endapan piroklastik yang terbentuk melalui mekanisme semburan, hembusan, seruakan secara lateral. Ada 3 jenis endapan seruakan piroklastika yaitu seruakan pangkal (base surge), seruakan dasar (ground surge) dan seruakan abu cendawan (ash cloud surge). Endapan seruakan pangkal dicirikan oleh material berukuran abu-lapili, umumnya mengandung pumis, litik atau skoria, dan kristal mineral, struktur pengendapan slump hingga laminasi silang dan selalu menumpang di atas endapan jatuhan piroklastika. Endapan seruakan dasar dan seruakan abu cendawan berasosiasi dengan endapan aliran piroklastika dan masing-masing sebagai endapan zona batas bawah dan zona batas atas aliran. Endapan seruakan juga bisa dijadikan sebagai batas penyebaran dari endapan aliran piroklastik. Endapan seruakan dasar dicirikan oleh komposisinya abu vulkanik, skoria (berukuran lapili) dan bom, namun di daerah distal bom tersebut sangat jarang ditemukan.
2.1.3 KLASIFIKASI BATUAN PIROKLASTIK
Pembuatan klasifikasi batuan piroklastik sudah banyak dibuat oleh para ahli, tetapi masih terjadi kekurangan maupun perbedaan tentang batuan piroklastik. Klasifikasi berdasarkan perkembangan terbentuknya batuan piroklastik sangat sulit, sedangkan saat ini klasifikasi didasarkan pada: - Asal - usul fragmen - Ukuran fragmen - Komposisi fragmen 1. Klasifikasi berdasarkan asal - usul fragmen Batuan piroklastik yang merupakan hasil endapan bahan volkanik dari letusan tipe eksplosif maka Johnson dan Levis (1885), lihat Mac Donald (1972) membuat klasifikasi sebagai berikut a. Kelompok Material Esensial (juvenil) Yang termasuk dalam kelompok ini adalah material langsung dari magma yang diletuskan baik yang tadinya berupa padatan atau cairan serta buih magma. Massa yang tadinya berupa padatan akan menjadi blok piroklastik, massa cairan akan segera membeku selama diletuskan dan cenderung membentuk bom piroklastik dan buih magma akan menjadi batuan yang porous dan sangat ringan, dikenal dengan batuapung. Fragmen berasal langsung dari pembekuan magma segar. b. Kelompok material Asesori (Cognate) Yang termasuk dalam kelompok ini adalah biia materialnya berasal dari endapan letusan sebelumnya dari gunungapi yang sama atau tubuh volkanik yang lebih tua. Fragmen berasal dari lava atau piroklastik yang terdapat pada kerucut volkanik. c. Kelompok Asidental (bahan asing) Yang dimaksud dengan material asidental adalah material hamburan dari batuan dasar yang lebih tua di bawah gunung api tersebut, terutama adalah batuan dinding di sekitar leher volkanik. Batuannya dapat berupa batuan beku,endapan maupun batuan ubahan. Fragmen yang berasal dari batuan lain yang tidak menunjukkan gejala pembekuan, metamorfisme. 2. Klasifikasi berdasarkan ukuran dari fragmen Klasifikasi ini dibuat pertama kali oleh Grabau (1924) dalam Carozzi (1975) : o 2,5 mm : Rudyte o 2,5 - 0,5 mm : Arenyte o < 0,5 mm : Lutyte Klasifikasi batuan piroklastik dari Wenworth dan Williams (1932) dalam Pettijohn banyak dipakai, tetapi kisaran yang dipakai tidak sama antara batuan sedimen dan piroklastik : o Breksi volkanik Tersusun dari fragmen-fragmen diameter > 32 mm, bentuk fragmen meruncing. Breksi Volkanik seperti halnya aglomerat, breksi volkanik juga dibentuk oleh material gunungapi (volkanik) o Aglomerat Fragmen berupa born-born dengan ukuran > 32 mm. Aglomerat adalah batuan piroklastik yang mirip dengan konglomerat (batuan sedimen) di dalam tekstur. Perbedaannya terletak pada komposisi, dimana aglomerat terdiri dari fragmen-fragmen volkanik (lava dan piroklastik di antaranya gelas) o Lapili/tuf lapili: Fragmen tersusun atas Lapili yang berukuran antara 4 mm -32 mm. Tufa (Tuff), batuan piroklastik yang berukuran halus adalah tufa (tuff). Batuan ini terdiri dari material fragmen kristal / mineral. Berdasarkan pada komponen terbanyak fragmen kristal / mineral yang dikandung, tufa dapat dibedakan atas 3 golongan sebagai berikut : a. Tufa Vitric : Banyak fragmen gelas b. Tufa Kristal : Banyak fragmen kristal c. Tufa Lithik : Banyak fragmen batuan o Tuf kasar : Fragmen-fragmen tersusun atas abu kasar dengan ukuran butir terletak antara 0,25 mm - 4 mm o Tuf halus : Fragmen-fragmen tersusun atas abu halus dengan ukuran < 0,25 mm Tabel 2. Klasifikasi Schmid, 1981
Gambar 8. Klasifikasi Fisher 1966
2.1.4 Mekanisme Pembentukan Endapan Piroklastik
DAFTAR PUSTAKA
Staff Asisten Mineralogi dan Petrologi. 1995. Diktat Praktikum
Petrologi. Laboratorium Bahan Galian Jurusan Teknik Geologi UGM. Yogyakarta.
from http://www.academia.edu/8825662/BATUAN_PIROKLASTIK (Diakses pada tanggal 11 Oktober 2015 pukul 21.32 WIB)
Universitas Gadjah Mada. BAB III Batuan Piroklastik. Retrieved
from http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/40384/ d025fd0777d36d725d3a023f00a51cb (Diakses pada tanggal 12 Oktober 2015 pukul 22.33 WIB). Hidayat, Arief.(n.d).Laporan Petrologi Batuan Piroklastik. Retrieved from https://www.scribd.com/doc/24314361/laporan-petrologi-batuan-piroklastik (Diakses pada tanggal 12 Oktober 2015 pukul 23.47 WIB)