Anda di halaman 1dari 6

BAB 5

PETROLOGI BATUAN VULANIK KLASTIK

5.1 Pendahuluan Batuan Vulkanik Klastik


Batuan vulkanik klastik atau piroklastik merupakan batuan yang susunannya
disusun oleh material hasil letusan gunung berapi yang kemudian mengalami peng
endapan di suatu tempat, lalu setelah proses pengendapan mengalami proses komp
aksi (litifikasi) hingga menjadi batuan piroklastik.

Gambar 5.1 Keterdapatan batuan vulkanik klastik


(Sumber: Aras, 2021)

Batuan hasil letusan gunung api dapat berupa suatu hasil lelehan yang merupa
kan lava yang telah dibahas dan diklasifikasikan dalam batuan beku, serta dapat p
ula berupa produk ledakan atau eksplosif yang bersifat fragmental dari semua bent
uk cair, gas, ataupun padat.
Berdasarkan klasifikasi genetik, batuan piroklastik terdiri dari 3 jenis endapan
piroklastik yaitu:
1. Endapan jatuhan piroklastik (pyroclastic fall deposits)
Dihasilkan dari letusan eksploif material vulkanik dari lubang vulkanik ke at
mosfer dan jatuh kembali ke bawah dan terkumpul di sekitar gunung api. Endapan
ini umumnya menipis dan ukuran butir menghalus secara sistimatis menjauhi pusa
t erupsi, pemilahannya baik, menunjukan grading normal pumis dan fragmen litik,
mungkin menunjukan stratifikasi internal dalam ukuran butir atau komposisi, kom
posisi pumis lebih besar daripada litik.

33
34

2. Endapan aliran piroklastik (pyroclastic flow deposits)


Dihasilkan dari pergerakan lateral di permukaan tanah dari fragmen-fragmen
piroklastik yang tertransport dalam matrik fluida (gas atau cairan), material vulkan
ik ini tertransportasi jauh dari gunung api. Endapan ini umumnya pemilahannya b
uruk, mungkin menunjukan grading normal fragmen litik, dan butiran litik yang p
adat semakin berkurang menjauhi pusat erupsi. Contoh: lahar yaitu masa piroklast
ik yang mengalir menerus antara aliran temperatur tinggi (>1000C) di mana materi
al piroklastik ditransportasikan oleh fase gas dan aliran temperatur rendah yang bi
asanya bercampur dengan air.
3. Endapan surge piroklastik (pyroclastic surge deposits)
Termasuk pergerakan lateral fragmen piroklatik sebagai campuran padatan/ga
s konsentrasi rendah yang panas. Karekteristiknya, endapan ini menunjukan stratif
ikasi bersilang, struktur dunes, laminasi planar, struktur anti dunes dan pind and s
well, endapan sedikit menebal di bagian topografi rendah dan menipis pada topogr
afi tinggi.
Tiga jenis fagmen yang ditemukan dalam endapan piroklastik:
a. Fragmen dari lava baru atau disebut fragmen juvenil
Berupa material padat tidak mempunyai vesikuler sampai fragmen lava
yang banyak vesikulernya.
b. Kristal individu
Dihasilkan dari fenokris yang lepas dalam lava juvenil sebagai hasil
fragmentasi.
c. Fragmen litik
Termasuk batuan yang lebih tua dalam endapan piroklastik, tetapi sering
terdiri dari lava yang lebih tua.
5.2 Genesa Batuan Vulkanik Klastik
Proses pembentukan batuan vulkanik klastik atau piroklastik diawali o
leh meletusnya gunungapi, mengeluarkan magma dari dalam bumi diakiba
tkan dari energi yang sangat besar yaitu gaya endogen dari pusat bumi. Ma
gma yang dikeluarkan oleh gunung itu terhempas ke udara, sehingga mag
ma tersebut membeku dan membentuk gumpalan yang mengeras yang
35

kemudian membatu. Sedangkan batu tersebut yang telah mengalami prose


s pengangkutan (transportasi) oleh angin dan air, maka disebut dengan bat
uan epiklastik. Batuan epiklastik yaitu batuan yang telah mengalami penga
ngkutan yang mengakibatkan terjadinya pengikisan pada batuan oleh medi
a air dan angin yang membawanya. Batuan epiklastik ini terdapat pada dat
aran yang rendah, disebabkan oleh air dan angin yang membawanya ke te
mpat yang rendah disekitar gunung api. Tempat-tempat yang rendah itu se
perti di daerah sungai, danau, laut dan lembah-lembah pegunungan.

Gambar 5.2 Genesa batuan piroklastik


(Sumber: Boogs, 2009)

5.3 Klasifikasi Batuan Vulkanik Klastik


Berikut adalah klasifikasi tipe endapan piroklastik menurut Fisher
(1966):
1. Endapan Piroklastik Tak Terkonsolidasi (Unconsolidated)
a. Bom Gunung Api
Bom gunungapi adalah gumpalan-gumpalan lava yang mempunyai
ukuran lebih besar dari 64mm. Beberapa bomb mempunyai ukuran yang
sangat besar.
b. Blok Gunung Api
Blok gunung api merupakan batuan piroklastik yang dihasilkan oleh
erupsi eksplosif dari fragmen batuan yang sudah memadat lebih dulu
dengan ukuran lebih besar dari 64 mm. Blok-blok ini selalu menyudut
bentuknya atau equidimensional.
36

c. Lapili
Lapili berasal bahasa latin lapillus, yaitu nama untuk hasil erupsi
eksplosif gunung api yang berukuruan 2mm-64mm.
d. Debu Gunung Api
Debu gunung api adalah batuan piroklastik yang berukuran 2mm-
1/256mm yang dihasilkan oleh pelemparan dari magma akibat erupsi
eksplosif. Namun ada juga debu gunung berapi yang terjadi karena proses
penggesekan pada waktu erupsi gunung api. Debu gunung api masih
dalam keadaan belum terkonsolidasi (Endarto, Danang, 2005).
2. Endapan Piroklastik yang Terkonsolidasi (consolidated)
a. Breksi piroklastik
Breksi piroklastik adalah batuan yang disusun oleh blok-blok gunung api
yang telah mengalami konsolidasi dalam jumlah lebih 50% serta
mengandung lebih kurang 25% lapili dan abu.
b. Aglomerat
Aglomerat adalah batuan yang dibentuk oleh konsolidasi material-
material dengan kandungan yang didominasi oleh bomb gunung api
dimana kandungan lapili dan abu kurang dari 25%.
c. Batu lapilli
Batu lapili adalah batuan yang dominant terdiri dari fragmen lapili dengan
ukuran 2-64 mm.
d. Tuff
Tuff adalah endapan dari gunung api yang telah mengalami konsolidasi,
dengan kandungan abu mencapai 75%.

5.4 Cara Pemerian Batuan Vulkanik Klastik


Pada dasarnya pemerian batuan piroklastik hampir sama dengan pemerian
pada batuan sedimen klastik. Perbedaannya hanya terletak pada teksturnya yang
menggunakan klasifikasi Fisher untuk menentukan ukuran butirnya, serta asalnya
yang dari material letusan gunungapi. Berikut cara pemerian batuan piroklastik:
1. Jenis batuan
37

2. Warna
3. Struktur
Struktur adalah hubungan antara golongan butir-butir penyusun batuan
piroklastik. Beberapa di antaranya adalah:
a. Masif
Yaitu apabila tidak terlihat struktur dalam atau ketebalan lebih dari 120 cm.
b. Perlapisan
Terjadi karena adanya variasi warna, perbedaan besar butir, perbedaan
komposisi mineral, ataupun perubahan macam batuan.
c. Laminasi
Perlapisan sejajar bila memiliki kurang dari 1cm. Terbentuk dari suspensi
energi yang besar.
4. Tekstur
Suatu kenampakan yang berhubungan dengan ukuran dan bentuk butir serta s
usunannya. Adapun tekstur meliputi:
a. Ukuran butir
Ukuran butir pada batuan piroklastik didasarkan pada skala Fisher (1966).
Tabel 5.1 Klasifikasi batuan piroklastik
(Sumber: Fisher, 1966)

b. Bentuk butir atau kebundaran


Kebundaran digolongkan menjadi:
1) Menyudut (angular) yaitu permukaan butiran runcing dan tajam
2) Menyudut tanggung (subanggular) yaitu permukaan butiran datar de
ngan ujung-ujung yang datar
3) Membulat tanggung (sub-rounded) yaitu permukaan butiran umumn
ya datar dengan ujung-ujung yang membundar
38

4) Membulat (rounded) yaitu pada umumnya butiran memiliki permuka


an yang bundar, ujung-ujung dan tepi permukaan yang cekung.
5) Sangat membulat (well rounded) yaitu hampir semua butiran permuk
aanya cembung (ekuidimensial).
c. Derajat pemilahan (sortasi)
Merupakan tingkat keseragaman besar butir dalam batuan sedimen. Dala
m pendeskripsian batuan sedimen kalstik khususnya derajat pemilahan butir d
ipakai istilah:
1) Pemilahan sangat jelek (verry poorly sorted).
2) Pemilahan jelek (poorly sorted).
3) Pemilahan sedang (moderately sorted).
4) Pemilahan baik (well sorted).
5) Pemilahan sangat baik (verry well sorted).

Gambar 5.3 Derajat pemilahan


(Sumber: Miftahussalam, 2013)

d. Kemas (fabric)
Hubungan antara butir dalam material batuan sedimen ada dua macam:
1) Kemas terbuka, hubungan butir materialnya tidak saling
bersinggungan.
2) Kemas tertutup, hubungan antara material saling bersinggungan.
5. Komposisi Batuan Vulkanik Klastik
Komposisi batuan vulkanik dibagi menjadi fragmen, matriks, dan semen,
seperti halnya batuan sedimen klastik. Perbedaannya hanya terletak pada
klasifikasi ukuran butirnya.
6. Nama Batuan
7. Petrogenesa

Anda mungkin juga menyukai