UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
PRAKTIKUM PETROLOGI
ACARA 8
"PENGENALAN BATUAN PIROKLASTIK"
LAPORAN
SEFAR PAROTOK
F 121 22 044
PALU
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Bom gunung api berstruktur vesikuler di dalamnya berserat kaca dan sifatnya
ringan disebut batu apung (pumice). Batu apung ini umumnya berwarna putih terang
atau kekuningan, tetapi ada juga yang merah daging dan bahkan coklat sampai hitam.
Batu apung umumnya dihasilkan oleh letusan besar atau kuat suatu gunung api
dengan magma berkomposisi asam hingga menengah, serta relatif kental. Bom
gunungapi yang juga berstruktur vesikuler tetapi di dalamnya tidak terdapat serat
kaca, bentuk lubang melingkar, elip atau seperti rumah lebah disebut skoria (scoria).
Bom gunung api jenis ini warnanya merah, coklat sampai hitam, sifatnya lebih berat
daripada batu apung dan dihasilkan oleh letusan gunung api lemah berkomposisi basa
serta relatif encer. Bom gunung api berwarna hitam, struktur masif, sangat khas
bertekstur gelasan, kilap kaca, permukaan halus, pecahan konkoidal (seperti botol
pecah) dinamakan obsidian.
Blok atau bongkah gunung api dapat merupakan bom gunung api yang
bentuknya meruncing, permukaan halus gelasan sampai hipokristalin dan tidak
terlihat adanya struktur - struktur pendinginan. Dengan demikian blok dapat
merupakan pecahan daripada bom gunung api, yang hancur pada saat jatuh di
permukaan tanah/batu. Bom dan blok gunung api yang berasal dari pendinginan
magma secara langsung tersebut disebut bahan magmatik primer, material esensial
atau juvenile). Blok juga dapat berasal dari pecahan batuan dinding (batuan
gunungapi yang telah terbentuk lebih dulu, sering disebut bahan aksesori), atau
fragmen non – gunung api yang ikut terlontar pada saat letusan (bahan aksidental).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat Dan Bahan
Alat:
1. Lup
2. Pensil
3. Bolpoint
4. Penghapu
5. Clipboard
6. Buku Penuntun Petrologi
Bahan:
1. Lembar deskripsi
2. Sampel Batuan sedimen piroklastik
Pada sampel nomor 9C dengan warna segar Abu-abu, warna lapuk cokelat.
Ukuran butir dari batuan ini adalah 2 - 4 mm. Kebundaran dari batuan ini adalah
Angular. Sortasi dari batuan ini adalah buruk. Kemas dari batuan ini adalah terbuka.
Struktur dari batuan ini adalah Laminasi. Batuan ini memiliki komposisi fragmen
vulkanik dengan Lapilin (100%). Nama batuan ini Tuff Lapili. Proses dimulai dengan
letusan gunung berapi. Selama letusan, material vulkanik, termasuk lapili,
dikeluarkan dari gunung berapi. Lapili adalah partikel-partikel vulkanik kecil yang
memiliki ukuran antara 2 hingga 64 milimeter. Mereka terbentuk ketika tetesan lava
cair membeku di udara dan membentuk partikel kecil yang kemudian jatuh kembali
ke permukaan bumi selama letusan. Lapili yang dihasilkan oleh letusan dapat
diangkut oleh angin atau jatuh kembali ke permukaan bumi, membentuk lapisan-
lapisan lapili. Lapili yang dihasilkan selama letusan dapat menumpuk dalam jumlah
besar, membentuk lapisan-lapisan yang dapat memadat seiring waktu. Seiring
berjalannya waktu, lapisan-lapisan lapili dapat mengalami proses kompaksi, di mana
tekanan dari lapisan di atasnya menyebabkan partikel-partikel tersebut merapatkan.
Cementasi juga dapat terjadi, di mana mineral pelarut dalam air memadatkan lapili.
Kompaksi dan cementasi mengarah pada konsolidasi lapili, di mana endapan tersebut
mengeras menjadi batu tuff lapili. Batu tuff lapili dapat memiliki tekstur yang
beragam, tergantung pada ukuran dan komposisi lapili serta proses pembentukan
selanjutnya. Mereka sering memiliki struktur yang khas dengan lapili tertanam dalam
matriks batuan.
Pada sampel nomor 9D dengan warna Abu-abu, warna lapuk Coklat. Ukuran
butir dari batuan ini adalah 2 - 64 mm. Kebundaran dari batuan ini adalah Sub
Angular. Sortasi dari batuan ini adalah buruk. Kemas dari batuan ini adalah tertutup.
Struktur dari batuan ini adalah masif. Batuan ini memiliki komposisi fragmen
vulkanik dengan Bomb/Blok (0%), Lapilin (>5%), Ash (<5%). Nama batuan ini
adalah Batu lapilli. Batu lapili adalah fragmen vulkanik kecil yang terbentuk ketika
lava cair keluar dari gunung berapi dan cepat membeku di udara. Proses dimulai
dengan letusan gunung berapi. Lava cair yang kaya akan gas, seperti air dan karbon
dioksida, dikeluarkan dengan tekanan tinggi ke atmosfer. Begitu lava mencapai
udara, suhunya turun dengan cepat karena perbedaan suhu antara lava dan
lingkungan sekitarnya yang lebih dingin. Pendinginan yang cepat ini menyebabkan
lava membeku dan membentuk partikel-partikel kecil. Batu lapili memiliki ukuran
antara 2 hingga 64 milimeter, yang berada di antara ukuran batu halus dan abu
vulkanik yang lebih kecil, serta batu yang lebih besar seperti bom vulkanik.
Komposisi mineral batu lapili dapat bervariasi tergantung pada jenis magma yang
terlibat dalam letusan. Mereka dapat mengandung mineral seperti olivin, piroksen,
feldspar, dan lainnya. Batu lapili sering memiliki tekstur poros atau retak karena
perbedaan suhu dan tekanan selama pembentukan. Mereka mungkin juga memiliki
bentuk yang tidak teratur atau tajam. Proses ini dapat terjadi secara cepat selama
letusan gunung berapi dan menyebabkan pembentukan batu lapili dalam waktu yang
relatif singkat. Studi tentang batu lapili dapat memberikan informasi berharga tentang
sejarah letusan vulkanik dan kondisi lingkungan selama pembentukan mereka.
Pada sampel nomor 9A dengan warna Hitam, warna lapuk Abu-abu. Ukuran
butir dari batuan ini adalah 2 mm. Kebundaran dari batuan ini adalah Rounded –
Well Rounded. Sortasi dari batuan ini adalah buruk. Kemas dari batuan ini adalah
tertutup. Struktur dari batuan ini adalah masif. Batuan ini memiliki komposisi
fragmen vulkanik dengan Bomb/Blok (0%), Lapilin (5%), Ash (95%). Nama batuan
ini adalah batu apung. Batu apung adalah jenis batuan vulkanik ringan yang
terbentuk melalui proses vulkanik yang khas. Proses batuan ini dimulai dengan
letusan gunung berapi yang meletus yang membawa magma panas, gas dan lava cair
yang disemburkan keluar. Ketika lava cair mencapai permukaan, tekanan atmosfer
yang lebih rendah membuat gas yang terperangkap di dalam lava meletus, dan lava
cair mengembang menjadi gelembung-gelabung. Selama ekspansi ini, lava
mendingin dan mengeras dengan cepat. Gelembung-gelembung tersebut
terperangkap dalam lava yang masih lembut dan kemudian membeku saat lava
mendingin. Gelembung-gelembung ini berisi gas-gas vulkanik seperti air, karbon
dioksida. Lava cair yang mengandung gelembung-gelabung tersebut kemudian
mengalami proses litifikasi, di mana lava tersebut menjadi padat dan keras seiring
berjalannya waktu. Proses ini mengunci gelembung-gelabung dalam batuan.
Biasanya digunakan sebagain hiasan akuarium dan tanaman.
PRAKTIKUM PETROLOGI
1. No Sampel : 14
5. Tekstur
Ukuran Butir : 2 – 64 mm
Kebundaran : Terpilah Buruk
Sortasi : Sub-Angular
Kemas : Tertutup
6. Struktur : Amigdaloidal
7. Komposisi
Bomb/Blok :-
Lapili : Quartz (70%)
Ash : Gelas (30%)
PRAKTIKUM PETROLOGI
1. No Sampel : 12
5. Tekstur
Ukuran Butir : 2 – 4 mm
Kebundaran : Sub Angular
Sortasi : Terpilah Buruk
Kemas : Tertutup
6. Struktur : Vesikular
7. Komposisi :
Bomb/Blok :-
Lapili : Lapili > 50%
Ash :-
PRAKTIKUM PETROLOGI
1. No Sampel : 9C
5. Tekstur
Ukuran Butir : 2 – 4 mm
Kebundaran : Angular
Sortasi : Terpilah Buruk
Kemas : Terbuka
6. Struktur : Laminasi
7. Komposisi
Bomb/Blok :-
Lapili : Lapili 100%
Ash :-
PRAKTIKUM PETROLOGI
1. No Sampel : 9D
5. Tekstur
Ukuran Butir : 2 - 64
Kebundaran : Sub-Angular
Sortasi : Terpilah Buruk
Kemas : Tertutup
6. Struktur : Masif
7. Komposisi
Bomb/Blok :-
Lapili : Kristal >50%
Ash : Gelas <50%
PRAKTIKUM PETROLOGI
1. No Sampel : 9A
5. Tekstur : Glasy
6. Struktur : Skoria
7. Komposisi :-
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Batuan piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari material atau bahan-
bahan yang dihasilkan oleh suatu lelehan atau erupsi gunungapi sehingga
batuannya sering pula disebut batuan vulkanik (ditinjau dari genesanya).
2. Batuan piroklastik merupakan batuan yang tercipta akibat letusan gunung
berapi. Batuan piroklastik ini terbentuk akibat diawalinya dengan letusan -
letusan dari gunung berapi, yang kemudian gunung berapi tersebut akan
mengeluarkan magma atau menyemburkan magma yang bersuhu kurang lebih
850°C.
3. Sifat fisik batuan piroklastik antara lain ada jenis batuan, warna, struktur,
tekstur, dan komposisi mineral
4. Pada sampel batuan yang terdeskripsi didapatkan nama batuan Tufa lapili,
Aglomerat, Tufa vitrik, Batu lapili, dan Tuf vitrik.
5.2 Saran
Diharapkan para praktikan saling kerja sama dalam menyusun laporan agar
lebih mengefisienkan waktu. Komunikasi juga penting agar praktikum dapat
berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA