Anda di halaman 1dari 24

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM PETROLOGI
ACARA 8
"PENGENALAN BATUAN PIROKLASTIK"

LAPORAN

SEFAR PAROTOK
F 121 22 044

PALU
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Petrologi adalah ilmu geologi yang berfokus pada studi mengenai batuan
dan kondisi pembentukannya. Petrologi merupakan ilmu yang mempelajari
batuan pembentuk kulit bumi, yang mencakup cara terjadinya, komposisi batuan,
klasifikasi batuan dan sejarah geologinya. Batuan sebenarnya telah banyak
dipergunakan orang dalam kehidupan sehari-hari hanya saja kebanyakan orang
hanya mengetahui cara mempergunakannya saja, dan sedikit yang mengetahui
asal kejadian dan seluk-beluk mengenai batuan ini. Batuan merupakan bahan
pembentuk kerak bumi. (Neuendrof, 2005)
Petrologi yaitu ilmu yang mempelajari batuan pembentuk kulit bumi, yang
mencakup cara terjadinya, komposisi batuan, klasifikasi batuan dan sejarah
geologinya. Batuan sebenarnya telah banyak dipergunakan orang dalam
kehidupan sehari-hari hanya saja kebanyakan orang hanya mengetahui cara
mempergunakannya saja, dan sedikit yang mengetahui asal kejadian dan seluk-
beluk mengenai batuan ini. Batuan merupakan bahan pembentuk kerak bumi.
Batuan didefenisikan sebagai kumpulan dari satu atau lebih mineral yang
terbentuk di alam secara alamiah yang merupakan bagian dari kerak bumi.
Batuan adalah materi yang terbentuk secara alamiah, telah terkonsolidasikan,
terdiri dari satu jenis mineral (monominerallic) atau lebih dan umumnya terdiri
dari agregat/ kumpulan dari beberapa mineral yang berbeda ( Plummer, dkk,
2001).
Dalam praktikum ini kita mempelajari tentang batuan piroklastik. Batuan
piroklastik terbentuk dari fragmen-fragmen material vulkanik yang dihasilkan
selama letusan gunung berapi. Fragmen-fragmen ini dapat berupa debu, pasir,
batu kerikil, bahkan blok-blok besar. Saat letusan gunung berapi terjadi, magma
yang keluar dari dalam bumi mengandung banyak gas. Tekanan gas ini
menyebabkan ledakan yang memecahkan magma menjadi potongan-potongan
kecil hingga besar. Ketika material-material ini turun kembali ke permukaan
bumi, mereka membentuk lapisan-lapisan batuan piroklastik.

1.2 Rumusan masalah


Adapun rumusan masalah pada praktikum kali ini adalah:
1. Apa itu batuan piroklastik?
2. Bagaimana klasifikasi batuan piroklastik?
3. Bagaimana proses pembentukan dari batuan piroklastik?
4. Apa saja mineral-mineral pembentuk dari batuan piroklastik?
5. Bagaimana sifat fisik dari batuan piroklastik?

1.3 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dari prsktikum in adalah untuk menambah ilmu dan untuk
mengetahui serta mengidentifikasi batuan piroklastik. Dan adapun tujuan dari
praktikum kali ini yaitu :
1. Untuk mengetahui apa itu batuan piroklastik.
2. Untuk mengetahui klasifikasi batuan piroklastik.
3. Untuk mengetahui proses pembentukan dari batuan piroklastik.
4. Untuk mengetahui mineral-mineral apa saja pembentuk dari batuan
piroklastik.
5. Untuk mengetahui sifat fisik dari batuan piroklastik.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Batuan Piroklastik


Batuan piroklastik adalah batuan beku ekstrusif yang terbentuk dari hasil erupsi
gunung api (volkanisme). Erupsi gunung api pada umumnya mengeluarkan magma
yang dilemparkan (explosive) ke udara melalui lubang kepundan dan membeku
dalam berbagai ukuran mulai dari debu (ash) hingga bongkah (boulder). Tuff adalah
batuan gunung api yang terbentuk dari suatu campuran fragmen - fragmen mineral
batuan gunung api dalam matrik debu gunung api. Tuff terbentuk dari kombinasi
debu, batuan dan fragmen mineral (piroklastik) yang dilemparkan ke udara dan
kemudian jatuh ke permukaan bumi sebagai suatu endapan campuran. Kebanyakan
dari fragmen batuan cenderung merupakan batuan gunung api yang terkonsolidasi
dari hasil erupsi gunung api. Kadang kala material erupsi yang masih panas mencapai
permukaan bumi dan kemudian membeku menjadi “welded tuf”. Batuan piroklastik
secara umum dikelompokan berdasarkan pada ukuran butir seperti halnya dengan
batuan klastik lainnya atau batuan terigenous lainnya.
Berdasarkan klasifikasi genetik, batuan piroklastik terdiri dari 3 jenis endapan
piroklastik yaitu endapan jatuhan piroklastik (pyroclastic fall deposits), dihasilkan
dari letusan eksploif material vulkanik dari lubang vulkanik ke atmosfer dan jatuh
kembali ke bawah dan terkumpul di sekitar gunung api. Endapan ini umumnya
menipis dan ukuran butir menghalus secara sistimatis menjauhi pusat erupsi,
pemilahannya baik, menunjukan grading normal pumis dan fragmen litik, mungkin
menunjukan stratifikasi internal dalam ukuran butir atau komposisi, komposisi pumis
lebih besar daripada litik. Endapan aliran piroklastik (pyroclastic flow deposits),
dihasilkan dari pergerakan lateral di permukaan tanah dari fragmen - fragmen
piroklastik yang tertransport dalam matrik fluida (gas atau cairan), material vulkanik
ini tertransportasi jauh dari gunung api.
Batuan Piroklastik merupakan batuan gunung api bertekstur klastik sebagai hasil
letusan gunung api dan langsung dari magma pijar. Piroklastik merupakan fragmen
yang dibentuk dalam letusan volkanik, dan secara khusus menunjuk pada klastik
yang dihasilkan dari magmatisme letusan. Dalam mempelajari batuan piroklastik kita
tidak dapat lepas dari mempelajari bagaimana mekanisme pembentukan dan
karakteristik endapan piroklastik.
Penamaan batuan piroklastik berdasarkan pada butirnya ada empat yaitu
Aglomerat, ukuran butir lebih besar 32 mm (Bomb). Dimana aglomerat adalah
batuan piroklastik yang mirip dengan konglomerat di dalam tekstur. Perbedaannya
terletak pada komposisi, dimana aglomerat terdiri dari fragmen - fragmen volkanik
(lava dan piroklastik di antaranya gelas). Breksi volkanik, ukuran butir lebih besar
dari 32 mm (Block). Breksi volkanik seperti halnya aglomerat, breksi volkanik juga
dibentuk oleh material gunung api (volkanik). Tufa lapili, ukuran butir antara 4 – 32
mm. Batuan piroklastik yang berukuran halus adalah tuff. Batuan ini terdiri dari
material fragmen kristal/mineral. Berdasarkan pada komponen terbanyak fragmen
kristal/mineral yang dikandung.

2.2 Ciri-ciri Batuan Piroklastik


Batuan Piroklastik memiliki ciri - ciri umum sebagai berikut:
1. Ukuran butir
Ukuran butir batu piroklastik bervariasi dari sangat halus (mikron) sampai sangat
kasar (meter). Ukuran batu piroklastik dipengaruhi oleh ukuran piroklas asalnya,
jarak transportasi, dan proses litifikasi. Secara umum, ukuran butir batu
piroklastik menurun dengan meningkatnya jarak transportasi dan litifikasi.
2. Bentuk butir
Bentuk butir batu piroklastik bervariasi dari bulat sampai tidak beraturan. Bentuk
butir batu piroklastik dipengaruhi oleh bentuk piroklas asalnya, kecepatan
transportasi, dan proses litifikasi. Secara umum, bentuk butir batu piroklastik
menjadi lebih bulat dengan meningkatnya kecepatan transportasi dan litifikasi.
3. Kompaksi
Kompaksi adalah derajat kepadatan batu piroklastik yang ditunjukkan oleh rasio
antara volume ruang pori dengan volume total batu. Kompaksi batu piroklastik
dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk butir, jenis bahan pengisi, dan proses
litifikasi. Secara umum, kompaksi batu piroklastik meningkat dengan
menurunnya ukuran dan bentuk butir, meningkatnya jenis bahan pengisi, dan
meningkatnya proses litifikasi.
4. Tekstur
Tekstur adalah susunan relatif antara butir-butir batu piroklastik. Tekstur batu
piroklastik dipengaruhi oleh jenis dan ukuran piroklas asalnya, jenis erupsi, jenis
transportasi, dan proses litifikasi. Secara umum, tekstur batu piroklastik bisa
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Tekstur eutaksis, yaitu tekstur ini terjadi ketika batu piroklastik terdiri dari
kaca vulkanik yang tidak mengalami kristalisasi. Tekstur ini biasanya
ditemukan pada tefra atau endapan jatuhan yang terbentuk dari erupsi
eksplosif dengan suhu tinggi.
b. Tekstur vitroklas adalah tekstur ini terjadi ketika batu piroklastik terdiri dari
kaca vulkanik yang mengalami devitrifikasi sebagian atau seluruhnya.
Tekstur ini biasanya ditemukan pada tufa atau endapan aliran yang
terbentuk dari erupsi eksplosif dengan suhu sedang.
c. Tekstur kristaloklas merupakan tekstur ini terjadi ketika batu piroklastik
terdiri dari kristal - kristal mineral yang berasal dari magma atau lava
asalnya. Tekstur ini biasanya ditemukan pada aglomerat atau endapan surge
yang terbentuk dari erupsi efusif dengan suhu rendah.
5. Struktur
Struktur adalah susunan spasial antara butir-butir batu piroklastik. Struktur batu
piroklastik dipengaruhi oleh jenis transportasi, jenis endapan, dan proses
litifikasi. Secara umum, struktur batu piroklastik bisa dibedakan menjadi dua
macam, yaitu:
a. Struktur primer, yaitu struktur terbentuk saat endapan piroklastik baru
terbentuk dan belum mengalami litifikasi. Struktur ini bisa berupa lapisan
(bedding), gradasi (grading), sortasi (sorting), atau orientasi (orientation).
b. Struktur sekunder merupakan struktur terbentuk setelah endapan piroklastik
mengalami litifikasi dan terpengaruh oleh faktor - faktor eksternal. Struktur
ini bisa berupa retakan (fracture), lipatan (fold), rekahan (joint), atau foliasi
(foliation).

2.3 Klasifikasi Batuan Piroklastik

Tabel. 1 Klasifikasi Batuan Piroklastik, Fisher 1966

Gambar 1. Klasifikasi Menurut Fisher 1966

Berdasarkan ukuran butir klastikanya, sebagai bahan lepas (endapan) dan


setelah menjadi batuan piroklastika, penamaannya seperti pada tabel bom gunung api
adalah klastika batuan gunung api yang mempunyai struktur - struktur pendinginan
yang terjadi pada saat magma dilontarkan dan membeku secara cepat di udara atau
air dan di permukaan bumi. Salah satu struktur yang sangat khas adalah struktur
kerak roti (bread crust structure). Bom ini pada umumnya mempunyai bentuk
membulat, tetapi hal ini sangat tergantung dari keenceran magma pada saat
dilontarkan. Semakin encer magma yang dilontarkan, maka material itu juga
terpengaruh efek puntiran pada saat dilontarkan, sehingga bentuknya dapat
bervariasi. Selain itu, karena adanya pengeluaran gas dari dalam material magmatik
panas tersebut serta pendinginan yang sangat cepat maka pada bom gunung api juga
terbentuk struktur vesikuler serta tekstur gelasan dan kasar pada permukaannya.

Bom gunung api berstruktur vesikuler di dalamnya berserat kaca dan sifatnya
ringan disebut batu apung (pumice). Batu apung ini umumnya berwarna putih terang
atau kekuningan, tetapi ada juga yang merah daging dan bahkan coklat sampai hitam.
Batu apung umumnya dihasilkan oleh letusan besar atau kuat suatu gunung api
dengan magma berkomposisi asam hingga menengah, serta relatif kental. Bom
gunungapi yang juga berstruktur vesikuler tetapi di dalamnya tidak terdapat serat
kaca, bentuk lubang melingkar, elip atau seperti rumah lebah disebut skoria (scoria).
Bom gunung api jenis ini warnanya merah, coklat sampai hitam, sifatnya lebih berat
daripada batu apung dan dihasilkan oleh letusan gunung api lemah berkomposisi basa
serta relatif encer. Bom gunung api berwarna hitam, struktur masif, sangat khas
bertekstur gelasan, kilap kaca, permukaan halus, pecahan konkoidal (seperti botol
pecah) dinamakan obsidian.

Blok atau bongkah gunung api dapat merupakan bom gunung api yang
bentuknya meruncing, permukaan halus gelasan sampai hipokristalin dan tidak
terlihat adanya struktur - struktur pendinginan. Dengan demikian blok dapat
merupakan pecahan daripada bom gunung api, yang hancur pada saat jatuh di
permukaan tanah/batu. Bom dan blok gunung api yang berasal dari pendinginan
magma secara langsung tersebut disebut bahan magmatik primer, material esensial
atau juvenile). Blok juga dapat berasal dari pecahan batuan dinding (batuan
gunungapi yang telah terbentuk lebih dulu, sering disebut bahan aksesori), atau
fragmen non – gunung api yang ikut terlontar pada saat letusan (bahan aksidental).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat Dan Bahan

Dalam melakukan pendeskripsian sampel batuan Piroklastik di laboraturium kita


memerlukan beberapa alat dan bahan sebagai berikut:

Alat:
1. Lup
2. Pensil
3. Bolpoint
4. Penghapu
5. Clipboard
6. Buku Penuntun Petrologi
Bahan:
1. Lembar deskripsi
2. Sampel Batuan sedimen piroklastik

3.2 Langkah Kerja


Adapun langkah kerja dalam praktikum mendeskripsikan batuan sedimen
siliklastik kali ini adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Adanya penjelasan materi oleh asisten
3. Para asisten membagi kan 5 sampel batuan piroklastik untuk di deskripsi oleh
praktikan.
4. Mendekskripsi warna lapuk, warna segar, tekstur dan struktur sampel batuan
tersebut.
5. Menganalisa komposisi dari batuan tersebut.
6. Mengklasifikasikan batuan tersebut menggunakan klasifikasi Fisher 1966
7. Mencari Ganesa dan kegunaan dari jenis batuan yang di dapatkan.
8. Mengisi lembar deskripsi yang telah disediakan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan tentang mendeskripsi batuan


piroklastik, yaitu sebagai berikut:
Pada sampel nomor 14 dengan warna segar merah , warna lapuk merah bata.
Ukuran butir dari batuan ini adalah 2 – 64 mm. Kebundaran dari batuan ini adalah
Sub angular. Sortasi dari batuan ini adalah buruk. Kemas dari batuan ini adalah
terbuka. Struktur dari batuan ini adalah Amigoidal. Batuan ini memiliki komposisi
fragmen vulkanik dengan Lapili Quartz (30%), Ash (70%). Nama batuan ini adalah
Lapili Tuff. Lapili tuff terbentuk melalui serangkaian proses vulkanik yang dimulai
dengan letusan gunung api. Letusan ini dapat berupa letusan eksplosif yang
melepaskan banyak material vulkanik ke atmosfer termasuk lava, abu vulkanik dan
piroklastik. Yang kemudian cairan lava ini segera mendingin dan membeku menjadi
pecahan kecil yang disebut lapili. Yang dimana lapili yang terlempar menumpuk
disekitaran sumber letusan gunung api dan mengalami kompaksi yang menghasilkan
batu lapili tuff yang lebih kuat dan padat. Kegunaan dari batuan ini adalah biasanya
digunakan sebagai bahan geotermal dan juga digunakan sebagai hiasan tanaman atau
seni
Pada sampel nomor 12 dengan warna segar Abu-abu, warna lapuk Kecoklatan
Ukuran butir dari batuan ini adalah 2 - 64 mm, Kebundaran dari batuan ini adalah
Sub Angular. Sortasi dari batuan ini adalah Buruk. Kemas dari batuan ini adalah
tertutup. Struktur dari batuan ini adalah masif. Batuan ini memiliki komposisi
fragmen vulkanik dengan Bomb/Blok (10%), Lapili (30%), Ash (10%). Nama batuan
ini adalah Lapili Tuff. Lapili tuff terbentuk melalui serangkaian proses vulkanik
yang dimulai dengan letusan gunung api. Letusan ini dapat berupa letusan eksplosif
yang melepaskan banyak material vulkanik ke atmosfer termasuk lava, abu vulkanik
dan piroklastik. Yang kemudian cairan lava ini segera mendingin dan membeku
menjadi pecahan kecil yang disebut lapili. Yang dimana lapili yang terlempar
menumpuk disekitaran sumber letusan gunung api dan mengalami kompaksi yang
menghasilkan batu lapili tuff yang lebih kuat dan padat. Kegunaan dari batuan ini
adalah biasanya digunakan sebagai bahan geotermal dan juga digunakan sebagai
hiasan tanaman atau seni

Pada sampel nomor 9C dengan warna segar Abu-abu, warna lapuk cokelat.
Ukuran butir dari batuan ini adalah 2 - 4 mm. Kebundaran dari batuan ini adalah
Angular. Sortasi dari batuan ini adalah buruk. Kemas dari batuan ini adalah terbuka.
Struktur dari batuan ini adalah Laminasi. Batuan ini memiliki komposisi fragmen
vulkanik dengan Lapilin (100%). Nama batuan ini Tuff Lapili. Proses dimulai dengan
letusan gunung berapi. Selama letusan, material vulkanik, termasuk lapili,
dikeluarkan dari gunung berapi. Lapili adalah partikel-partikel vulkanik kecil yang
memiliki ukuran antara 2 hingga 64 milimeter. Mereka terbentuk ketika tetesan lava
cair membeku di udara dan membentuk partikel kecil yang kemudian jatuh kembali
ke permukaan bumi selama letusan. Lapili yang dihasilkan oleh letusan dapat
diangkut oleh angin atau jatuh kembali ke permukaan bumi, membentuk lapisan-
lapisan lapili. Lapili yang dihasilkan selama letusan dapat menumpuk dalam jumlah
besar, membentuk lapisan-lapisan yang dapat memadat seiring waktu. Seiring
berjalannya waktu, lapisan-lapisan lapili dapat mengalami proses kompaksi, di mana
tekanan dari lapisan di atasnya menyebabkan partikel-partikel tersebut merapatkan.
Cementasi juga dapat terjadi, di mana mineral pelarut dalam air memadatkan lapili.
Kompaksi dan cementasi mengarah pada konsolidasi lapili, di mana endapan tersebut
mengeras menjadi batu tuff lapili. Batu tuff lapili dapat memiliki tekstur yang
beragam, tergantung pada ukuran dan komposisi lapili serta proses pembentukan
selanjutnya. Mereka sering memiliki struktur yang khas dengan lapili tertanam dalam
matriks batuan.

Pada sampel nomor 9D dengan warna Abu-abu, warna lapuk Coklat. Ukuran
butir dari batuan ini adalah 2 - 64 mm. Kebundaran dari batuan ini adalah Sub
Angular. Sortasi dari batuan ini adalah buruk. Kemas dari batuan ini adalah tertutup.
Struktur dari batuan ini adalah masif. Batuan ini memiliki komposisi fragmen
vulkanik dengan Bomb/Blok (0%), Lapilin (>5%), Ash (<5%). Nama batuan ini
adalah Batu lapilli. Batu lapili adalah fragmen vulkanik kecil yang terbentuk ketika
lava cair keluar dari gunung berapi dan cepat membeku di udara. Proses dimulai
dengan letusan gunung berapi. Lava cair yang kaya akan gas, seperti air dan karbon
dioksida, dikeluarkan dengan tekanan tinggi ke atmosfer. Begitu lava mencapai
udara, suhunya turun dengan cepat karena perbedaan suhu antara lava dan
lingkungan sekitarnya yang lebih dingin. Pendinginan yang cepat ini menyebabkan
lava membeku dan membentuk partikel-partikel kecil. Batu lapili memiliki ukuran
antara 2 hingga 64 milimeter, yang berada di antara ukuran batu halus dan abu
vulkanik yang lebih kecil, serta batu yang lebih besar seperti bom vulkanik.
Komposisi mineral batu lapili dapat bervariasi tergantung pada jenis magma yang
terlibat dalam letusan. Mereka dapat mengandung mineral seperti olivin, piroksen,
feldspar, dan lainnya. Batu lapili sering memiliki tekstur poros atau retak karena
perbedaan suhu dan tekanan selama pembentukan. Mereka mungkin juga memiliki
bentuk yang tidak teratur atau tajam. Proses ini dapat terjadi secara cepat selama
letusan gunung berapi dan menyebabkan pembentukan batu lapili dalam waktu yang
relatif singkat. Studi tentang batu lapili dapat memberikan informasi berharga tentang
sejarah letusan vulkanik dan kondisi lingkungan selama pembentukan mereka.

Pada sampel nomor 9A dengan warna Hitam, warna lapuk Abu-abu. Ukuran
butir dari batuan ini adalah 2 mm. Kebundaran dari batuan ini adalah Rounded –
Well Rounded. Sortasi dari batuan ini adalah buruk. Kemas dari batuan ini adalah
tertutup. Struktur dari batuan ini adalah masif. Batuan ini memiliki komposisi
fragmen vulkanik dengan Bomb/Blok (0%), Lapilin (5%), Ash (95%). Nama batuan
ini adalah batu apung. Batu apung adalah jenis batuan vulkanik ringan yang
terbentuk melalui proses vulkanik yang khas. Proses batuan ini dimulai dengan
letusan gunung berapi yang meletus yang membawa magma panas, gas dan lava cair
yang disemburkan keluar. Ketika lava cair mencapai permukaan, tekanan atmosfer
yang lebih rendah membuat gas yang terperangkap di dalam lava meletus, dan lava
cair mengembang menjadi gelembung-gelabung. Selama ekspansi ini, lava
mendingin dan mengeras dengan cepat. Gelembung-gelembung tersebut
terperangkap dalam lava yang masih lembut dan kemudian membeku saat lava
mendingin. Gelembung-gelembung ini berisi gas-gas vulkanik seperti air, karbon
dioksida. Lava cair yang mengandung gelembung-gelabung tersebut kemudian
mengalami proses litifikasi, di mana lava tersebut menjadi padat dan keras seiring
berjalannya waktu. Proses ini mengunci gelembung-gelabung dalam batuan.
Biasanya digunakan sebagain hiasan akuarium dan tanaman.

PRAKTIKUM PETROLOGI

Acara :8 Nama : Sefar Parotok

Hari/Tanggal : Senin 6 November 2023 NIM : F12122044

DESKRIPSI BATUAN PIROKLASTIK

1. No Sampel : 14

2. Jenis Batuan : Batuan Piroklastik

3. Warna Segar : Merah

4. Warna Lapuk : Merah Bata

5. Tekstur
 Ukuran Butir : 2 – 64 mm
 Kebundaran : Terpilah Buruk
 Sortasi : Sub-Angular
 Kemas : Tertutup

6. Struktur : Amigdaloidal

7. Komposisi
 Bomb/Blok :-
 Lapili : Quartz (70%)
 Ash : Gelas (30%)

8. Nama Batuan : Lapili Tuff (Fisher and Schminke 1966)

9. Ganesa : Lapili tuff terbentuk melalui serangkaian proses vulkanik


yang dimulai dengan letusan gunung api. Letusan ini dapat berupa letusan eksplosif
yang melepaskan banyak material vulkanik ke atmosfer termasuk lava, abu vulkanik
dan piroklastik. Yang kemudian cairan lava ini segera mendingin dan membeku
menjadi pecahan kecil yang disebut lapili. Yang dimana lapili yang terlempar
menumpuk disekitaran sumber letusan gunung api dan mengalami kompaksi yang
menghasilkan batu lapili tuff yang lebih kuat dan padat. Kegunaan dari batuan ini
adalah biasanya digunakan sebagai bahan geotermal dan juga digunakan sebagai hiasan
tanaman atau seni
ASISTEN PRAKTIKAN

Gladys Novia S Sefar Parotok


F12120007 F12122044

PRAKTIKUM PETROLOGI

Acara :8 Nama : Sefar Parotok

Hari/Tanggal : Senin 6 November 2023 NIM : F12122044

DESKRIPSI BATUAN PIROKLASTIK

1. No Sampel : 12

2. Jenis Batuan : Batuan Piroklastik

3. Warna Segar : Abu-abu

4. Warna Lapuk : Kecoklatan

5. Tekstur
 Ukuran Butir : 2 – 4 mm
 Kebundaran : Sub Angular
 Sortasi : Terpilah Buruk
 Kemas : Tertutup

6. Struktur : Vesikular

7. Komposisi :
 Bomb/Blok :-
 Lapili : Lapili > 50%
 Ash :-

8. Nama Batuan : Lapili Tuff (Fisher and Schminke 1966)

10. Ganesa : Lapili tuff terbentuk melalui serangkaian proses vulkanik


yang dimulai dengan letusan gunung api. Letusan ini dapat berupa letusan eksplosif
yang melepaskan banyak material vulkanik ke atmosfer termasuk lava, abu vulkanik
dan piroklastik. Yang kemudian cairan lava ini segera mendingin dan membeku
menjadi pecahan kecil yang disebut lapili. Yang dimana lapili yang terlempar
menumpuk disekitaran sumber letusan gunung api dan mengalami kompaksi yang
menghasilkan batu lapili tuff yang lebih kuat dan padat. Kegunaan dari batuan ini
adalah biasanya digunakan sebagai bahan geotermal dan juga digunakan sebagai hiasan
tanaman atau seni
ASISTEN PRAKTIKAN

Gladys Novia S Sefar Parotok


F12120007 F12122044

PRAKTIKUM PETROLOGI

Acara :8 Nama : Sefar Parotok

Hari/Tanggal : Senin 6 November 2023 NIM : F12122044

DESKRIPSI BATUAN PIROKLASTIK

1. No Sampel : 9C

2. Jenis Batuan : Batuan Piroklastik

3. Warna Segar : Abu-abu

4. Warna Lapuk : Coklat

5. Tekstur
 Ukuran Butir : 2 – 4 mm
 Kebundaran : Angular
 Sortasi : Terpilah Buruk
 Kemas : Terbuka

6. Struktur : Laminasi

7. Komposisi
 Bomb/Blok :-
 Lapili : Lapili 100%
 Ash :-

8. Nama Batuan : Tuff Lapili (Fisher and Schminke 1966)

9. Ganesa : Proses dimulai dengan letusan gunung berapi. Selama


letusan, material vulkanik, termasuk lapili, dikeluarkan dari gunung berapi. Lapili
adalah partikel-partikel vulkanik kecil yang memiliki ukuran antara 2 hingga 64
milimeter. Mereka terbentuk ketika tetesan lava cair membeku di udara dan membentuk
partikel kecil yang kemudian jatuh kembali ke permukaan bumi selama letusan. Lapili
yang dihasilkan oleh letusan dapat diangkut oleh angin atau jatuh kembali ke
permukaan bumi, membentuk lapisan-lapisan lapili. Lapili yang dihasilkan selama
letusan dapat menumpuk dalam jumlah besar, membentuk lapisan-lapisan yang dapat
memadat seiring waktu. Seiring berjalannya waktu, lapisan-lapisan lapili dapat
mengalami proses kompaksi, di mana tekanan dari lapisan di atasnya menyebabkan
partikel-partikel tersebut merapatkan. Cementasi juga dapat terjadi, di mana mineral
pelarut dalam air memadatkan lapili. Kompaksi dan cementasi mengarah pada
konsolidasi lapili, di mana endapan tersebut mengeras menjadi batu tuff lapili. Batu tuff
lapili dapat memiliki tekstur yang beragam, tergantung pada ukuran dan komposisi
lapili serta proses pembentukan selanjutnya. Mereka sering memiliki struktur yang khas
dengan lapili tertanam dalam matriks batuan.
ASISTEN PRAKTIKAN

Gladys Novia S Sefar Parotok


F12120007 F12122044

PRAKTIKUM PETROLOGI

Acara :8 Nama : Sefar Parotok

Hari/Tanggal : Senin 6 November 2023 NIM : F12122044

DESKRIPSI BATUAN PIROKLASTIK

1. No Sampel : 9D

2. Jenis Batuan : Batuan Piroklastik

3. Warna Segar : Abu-abu

4. Warna Lapuk : Coklat

5. Tekstur
 Ukuran Butir : 2 - 64
 Kebundaran : Sub-Angular
 Sortasi : Terpilah Buruk
 Kemas : Tertutup

6. Struktur : Masif

7. Komposisi
 Bomb/Blok :-
 Lapili : Kristal >50%
 Ash : Gelas <50%

8. Nama Batuan : Batu Lapili - Stone (Fisher and Schminke 1966)

1. Ganesa : Batu lapili adalah fragmen vulkanik kecil yang terbentuk


ketika lava cair keluar dari gunung berapi dan cepat membeku di udara. Proses dimulai
dengan letusan gunung berapi. Lava cair yang kaya akan gas, seperti air dan karbon
dioksida, dikeluarkan dengan tekanan tinggi ke atmosfer. Begitu lava mencapai udara,
suhunya turun dengan cepat karena perbedaan suhu antara lava dan lingkungan
sekitarnya yang lebih dingin. Pendinginan yang cepat ini menyebabkan lava membeku
dan membentuk partikel-partikel kecil. Batu lapili memiliki ukuran antara 2 hingga 64
milimeter, yang berada di antara ukuran batu halus dan abu vulkanik yang lebih kecil,
serta batu yang lebih besar seperti bom vulkanik. Komposisi mineral batu lapili dapat
bervariasi tergantung pada jenis magma yang terlibat dalam letusan. Mereka dapat
mengandung mineral seperti olivin, piroksen, feldspar, dan lainnya. Batu lapili sering
memiliki tekstur poros atau retak karena perbedaan suhu dan tekanan selama
pembentukan. Mereka mungkin juga memiliki bentuk yang tidak teratur atau tajam.
Proses ini dapat terjadi secara cepat selama letusan gunung berapi dan menyebabkan
pembentukan batu lapili dalam waktu yang relatif singkat. Studi tentang batu lapili
dapat memberikan informasi berharga tentang sejarah letusan vulkanik dan kondisi
lingkungan selama pembentukan mereka.
ASISTEN PRAKTIKAN

Gladys Novia S Sefar Parotok


F12120007 F12122044

PRAKTIKUM PETROLOGI

Acara :8 Nama : Sefar Parotok

Hari/Tanggal : Senin 6 November 2023 NIM : F12122044

DESKRIPSI BATUAN PIROKLASTIK

1. No Sampel : 9A

2. Jenis Batuan : Batuan Piroklastik

3. Warna Segar : Abu - Abu

4. Warna Lapuk : Kecoklatan

5. Tekstur : Glasy

6. Struktur : Skoria

7. Komposisi :-

8. Nama Batuan : Batu Apung (Fisher and Schminke 1966)

9. Ganesa : Batu apung adalah jenis batuan vulkanik ringan yang


terbentuk melalui proses vulkanik yang khas. Proses batuan ini dimulai dengan letusan
gunung berapi yang meletus yang membawa magma panas, gas dan lava cair yang
disemburkan keluar. Ketika lava cair mencapai permukaan, tekanan atmosfer yang
lebih rendah membuat gas yang terperangkap di dalam lava meletus, dan lava cair
mengembang menjadi gelembung-gelabung. Selama ekspansi ini, lava mendingin dan
mengeras dengan cepat. Gelembung-gelembung tersebut terperangkap dalam lava yang
masih lembut dan kemudian membeku saat lava mendingin. Gelembung-gelembung ini
berisi gas-gas vulkanik seperti air, karbon dioksida, dan belerang. Lava cair yang
mengandung gelembung-gelabung tersebut kemudian mengalami proses litifikasi, di
mana lava tersebut menjadi padat dan keras seiring berjalannya waktu. Proses ini
mengunci gelembung-gelabung dalam batuan. Biasanya digunakan sebagain hiasan
akuarium dan tanaman.
ASISTEN PRAKTIKAN

Gladys Novia S Sefar Parotok


F12120007 F12122044

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Batuan piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari material atau bahan-
bahan yang dihasilkan oleh suatu lelehan atau erupsi gunungapi sehingga
batuannya sering pula disebut batuan vulkanik (ditinjau dari genesanya).
2. Batuan piroklastik merupakan batuan yang tercipta akibat letusan gunung
berapi. Batuan piroklastik ini terbentuk akibat diawalinya dengan letusan -
letusan dari gunung berapi, yang kemudian gunung berapi tersebut akan
mengeluarkan magma atau menyemburkan magma yang bersuhu kurang lebih
850°C.
3. Sifat fisik batuan piroklastik antara lain ada jenis batuan, warna, struktur,
tekstur, dan komposisi mineral
4. Pada sampel batuan yang terdeskripsi didapatkan nama batuan Tufa lapili,
Aglomerat, Tufa vitrik, Batu lapili, dan Tuf vitrik.
5.2 Saran
Diharapkan para praktikan saling kerja sama dalam menyusun laporan agar
lebih mengefisienkan waktu. Komunikasi juga penting agar praktikum dapat
berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Geos, Ipong, 2011, "Cara Pendeskripsian Batuan Piroklastik" wordpress.diakses


tanggal 10 November 2023 pukul 00.12 WITA

Genetic, Ryui, 2011, "Pengertian Batuan Piroklastik" Blogspot di akses tanggal 10


November 2023 pukul 00.27

Aulizar, 2010, "Mineral Penyusun Batuan Piroklastik"


http://aulizar.wordpress.com/2010/10/28/batuan -piroklastik. diakses tanggal 10
November 2023 pukul 00.44 WITA

Anda mungkin juga menyukai