PENDAHULUAN
Batuan Piroklastik dalam bahasa yunani disebut dengan pyro artinya api
dan klastos adalah pecah. Tekstur batuan dikatakan pyroklastik apabila pada
batuan tersebu terdapat butiran fenokris dan massa dasar, mirip dengan
porfiritik. Namun dibawah mikroskop terlihat bahwa butiran-butirannya lebih
banyak pecah-pecah dari pada kristal saling mengunci. Selain itu juga
fragmennya bengkok, terpilih dan terdeformasi. Tekstur ini terjadi akibat erupsi
ledakan material berukuran debu yang dihembuskan ke atas. Di udara
terbentuk mineral dan gelas , bercampur sebagai material yang panas. Bila
diendapkan dalam kondisi masih panas, maka material-material ini saling
merekat seperti di las satu dengan lainnya sehingga terlihat menyatu (Saphe.
2011).
Pada prinsipnya batuan piroklastika adalah batuan beku luar yang
bertekstur klastika. Hanya saja pada saat proses pengendapan, batuan
piroklastika ini mengikuti hukum-hukum di dalam proses pembentukan batuan
sedimen. Misalnya diangkut oleh angin atau air dan membentuk struktur-
struktur sedimen, sehingga kenampakan fisik secara keseluruhan batuannya
seperti batuan sedimen. Oleh sebab itu ada ahli yang memasukkan batuan
Piroklastik ini kedalam Jenis batuan sedimen.Pada kenyataannya, setelah
menjadi batuan, tidak selalu mudah untuk menyatakan apakah batuan itu
sebagai hasil kegiatan langsung dari suatu letusan gunungapi (sebagai endapan
primer piroklastika).Berdasarkan ukuran butir klastikanya, sebagai bahan lepas
(endapan) dan setelah menjadi batuan piroklastika (Amin. 2014).
Batuan piroklastik batuan hasil letusan gunung berapi akibat adanya
gaya endogen. Material hasil letusan gunung berapi tersebut kemudian
terendapkan sebelum mengalami transportasi (reworked) oleh air atau es.
Setelah proses pengendapan mengalami proses kompaksi (litifikasi) yang
kemudian menjadi batuan piroklastik. Seperti halnya batuan vulkanik lainnya,
batuan piroklastik mempunyai struktur vesikuler, scoria dan amigdaloidal. Jika
klastika pijar dilemparkan keudara dan kemudia terendapkan dalam kondisi
masih panas, berkecenderungan mengalami pengelasa antara klastika satu
dengan lainnya. Struktur tersebut dikenal dengan pengelasan atau welded
Struktur Batuan Piroklastik yang lain adalah: Batuan yang berstruktur masif
bila tidak menunjukan struktur dalam. Laminasi ketebalan kurang dari satu
cm. Berlapis, Perlapisan ketebalan lebih dari satu cm. Cara pendiskripsian
tekstur batuan piroklastik hampir sama dengan batuan sedimen klastik, tetapi
yang membedakan adalah UkuranButir yang disesuaikan untuk mencarinama
batuan piroklastik tersebut (Staff Asisten Mineralogi dan Petrologi. 1995).
Menurut Hugh, ed. (1911), Seperti halnya batuan volkanik lainnya,
batuan piroklastik mempunyai struktur vesikuler, scoria dan amigdaloidal. Jika
klastika pijar dilemparkan ke udara dan kemudian terendapkan dalam kondisi
masih panas, berkecenderungan mengalami pengelasan antara klastika satu
dengan lainnya. Struktur tersebut dikenal dengan pengelasan atau welded.
Struktur Batuan Piroklastik yang lain adalah : Masif, batuan masif bila tidak
menunjukan struktur dalam. Laminasi, perlapisan dan struktur sedimen yang
mempunyai ketebalan kurang dari 1 cm. berlapis, Perlapisan dan struktur
sedimen yang mempunyai ketebalan lebih dari 1 cm.
Ukuran butir pada piroklastik tersebut merupakan salah satu kriteria
untuk menamai batuan piroklastik tanpa mempertimbangkan cara terjadi
endapan piroklastik tersebut. Ada tiga cara kejadian endapan piroklastik:
Piroklastik jatuhan, Piroklastik aliran, dan piroklastik hembusan. Derajat
pembundaran Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya bagian
tepi butiran pada batuan sedimen klastik sedang sampai kasar. Kebundaran
dibagi menjadi , Membundar sempurna (well rounded), Membundar (rounded),
Agak membundar (subrounded), Agak menyudut (subangular), Derajat
Pemilahan (Sortasi) adalah keseragaman ukuran besar butir penyusun batuan
endapan atau sedimen. Dalam pemilahan dipergunakan pengelompokan sebagai
berikut, Terpilah baik (well sorted). Kenampakan ini diperlihatkan oleh ukuran
besar butir yang seragam pada semua komponen batuan sedimen.
(Soetoto, S.U. 2001).
Pada prinsipnya batuan piroklastika adalah batuan beku luar yang
bertekstur klastika. Hanya saja pada saat proses pengendapan, batuan
piroklastika ini mengikuti hukum-hukum di dalam proses pembentukan batuan
sedimen. Misalnya diangkut oleh angin atau air dan membentuk struktur-
struktur sedimen, sehingga kenampakan fisik secara keseluruhan batuannya
seperti batuan sedimen. Oleh sebab itu ada ahli yang memasukkan batuan
Piroklastik ini kedalam Jenis batuan sedimen. Pada kenyataannya, setelah
menjadi batuan, tidak selalu mudah untuk menyatakan apakah batuan itu
sebagai hasil kegiatan langsung dari suatu letusan gunungapi (sebagai endapan
primer piroklastika). Berdasarkan ukuran butir klastikanya, sebagai bahan
lepas (endapan) dan setelah menjadi batuan piroklastika (Amin. 2014).
3.2 Pembahasan
Pada praktikum ini dibahas mengenai proses terjadinya batuan
piroklastik dan dilakukan pendeskripsian beberapa sampel batuan piroklastik.
Batuan piroklastik ini merupakan hasil dari material vulkanik yang berupa
lahar, lava ataupun abu yang mengalami proses sedimentasi. Batuan
piroklastik ini belum mengalami proses pengangkutan oleh medium apapun,
jadi diketahui bahwa batuan ini membeku diatas udara pada saat terjadinya
letusan pada gunungapi yang masih aktif. Pada pendeskripsian sampel batuan
piroklastik dimulai dari mengidentifikasi warna pada sampel batuan piroklastik
baik warna fresh maupun warna lapuk. Kemudian mendekripsikan tekstur dari
sampel batuan piroklastik yaitu berupa ukuran butir, derajat kebundaran, dan
derajat pemilahan. Selanjutnya yaitu menentukan komposisi mineral pada
sampel batuan piroklastik, struktur, hingga dapat ditentukan nama sampel
batuan piroklastik yang dideskripsikan dan diketahui ganesa sampel batuan
piroklastik tersebut.
Gelas
Gambar 1. Obsidian
Pada sampel batuan piroklastik pertama, praktikan melakukan
pendeskripsian dimana pada pengamatan yang dilakukan ini diketahui bahwa
sampel batuan pertama memiliki warna fresh hitam sedangkan warna lapuknya
coklat kekuningan. Dimana warna fresh ini merupakan warna asli atau warna
yang masih segar belum terubahkan sedangkan warna lapuk merupakan warna
yang sudah mengalami perubahan atau telah tercampur dengan pengotor. Pada
pengamatan teksturnya, untuk ukuran butir, derajat kebundaran dan derajat
pemilahan tidak diketahui ataupun tidak terdeteksi oleh praktikan meskipun
telah menggunakan loupe, hal ini dikarenakan batuan ini tersusun sepenuhnya
dengan massa dasar gelas. Namun, diketahui bahwa tekstur dari sampel
batuan piroklastik yang dideskripsikan ini adalah Amorf yang susunan
materialnya secara acak atau tidak beraturan sedangkan strukturnya yaitu
masif yang ditandai dengan keadaan sampel batuan yang tidak menunjukkan
adanya fragmen batuan lain yang tertanam dalam tubuhnya. Berdasarkan ciri-
ciri sampel yang telah dideskripsikan ini disimpulkan bahwa sampel batuan ini
merupakan Batu Obsidian dengan proses pembentukannya yaitu terbentuk dari
meterial vulkanik yang terendapkan dan mengalami litifikasi dikarenakan
proses aliran atau terbentuk karena mekanisme autoklastik dimana
fragmentasinya terbentuk secara insitu.
Piroksen
Batu 2. Scorea
Pada sampel batuan piroklastik kedua, praktikan melakukan
pendeskripsian dimana pada pengamatan yang dilakukan ini diketahui bahwa
sampel batuan kedua memiliki warna fresh abu-abu sedangkan warna lapuknya
coklat. Pada pengamatan teksturnya, diketahui ukuran butir dari sampel
batuan ini runcing yaitu menunjukkan bahwa ukuran butirnya blok dengan
derajat kebundaran menyudut atau Angular. Angular ini merupakan keadaan
sampel dimana permukaannya kasar dengan ujung-ujung butir runcing dan
tajam. Sedangkan untuk derajat pemilahan yaitu terpilah baik. Komposisi
mineral dari sampel batuan piroklastik yang dideskripsikan ini yaitu terdapat
mineral sialis berupa kuarsa dan mineral ferromagnesian berupa piroksen,
sedangkan strukturnya scoria ditandai dengan vesikuler atau banyak lubang
gasnya. Berdasarkan ciri-ciri sampel yang telah dideskripsikan ini disimpulkan
bahwa sampel batuan ini merupakan Batuapung Scorea dengan proses
pembentukannya yaitu terbentuk dari mekanisme piroklastik jatuhan yang
dekat dari sumber.
Kuarsa
Batu 3. Pumice
Pada sampel batuan piroklastik ketiga, praktikan melakukan
pendeskripsian dimana pada pengamatan yang dilakukan ini diketahui bahwa
sampel batuan ketiga memiliki warna fresh putih sedangkan warna lapuknya
kuning kecoklatan. Pada pengamatan teksturnya, diketahui ukuran butir dari
sampel batuan ini yaitu blok dengan derajat kebundaran agak menyudut.
Sedangkan untuk derajat pemilahan yaitu terpilah baik ditandai dengan
kenampakan pada sampel batuan yang memiliki ukuran besar butir yang
seragam pada semua komponen batuan. Strukturnya yaitu skoria yang ditandai
dengan keadaan sampel batuan yang memiliki lubang gas yang. Komposisi
mineral pada batuan ini adalah sialis yang ditandai dengan adanya mineral
kuarsa pada batuan tersebut. Berdasarkan ciri-ciri sampel yang telah
dideskripsikan ini disimpulkan bahwa sampel batuan ini merupakan
Batuapung (Pumice) dengan proses pembentukannya yaitu terbentuk terbentuk
karena mekanisme piroklastik jatuhan yang dekat dari sumber.
Kuarsa
Kuarsa
Batu 5. Tuff
Pada sampel batuan piroklastik kelima, praktikan melakukan
pendeskripsian dimana pada pengamatan yang dilakukan ini diketahui bahwa
sampel batuan kelima memiliki warna fresh putih sedangkan warna lapuknya
kuning kecoklatan. Pada pengamatan teksturnya, diketahui ukuran butir dari
sampel batuan ini berkisar 0.04 mm yaitu debu halus dengan derajat
kebundaran membundar sempurna atau Well Rounded. Well Rounded ini
merupakan keadaan sampel dimana hampir semua permukaannya cembung.
Sedangkan untuk derajat pemilahan yaitu terpilah baik, kenampakan ini
diperlihatkan oleh ukuran besar butir yang seragam pada semua komponen
batuan sampel batuan. Komposisi mineral dari sampel batuan piroklastik yang
dideskripsikan ini yaitu terdapat mineral sialis yaitu berupa kuarsa dengan
strukturnya yaitu laminasi yang ditandai dengan keadaan sampel batuan yang
berbentuk perlapisan dengan tebal lapisan <1 cm. Berdasarkan ciri-ciri sampel
yang telah dideskripsikan ini disimpulkan bahwa sampel batuan ini merupakan
Batuan Tuff dengan proses pembentukannya yaitu terbentuk karena
mekanisme piroklastik hembusan yang jauh dari sumber.
Hornblend
a
Kuarsa
Biotit
Batu 6. Pumice
Pada sampel batuan piroklastik ketiga, praktikan melakukan
pendeskripsian dimana pada pengamatan yang dilakukan ini diketahui bahwa
sampel batuan ketiga memiliki warna fresh putih sedangkan warna lapuknya
kuning kecoklatan. Pada pengamatan teksturnya, diketahui ukuran butir dari
sampel batuan ini yaitu blok dengan derajat kebundaran agak menyudut.
Sedangkan untuk derajat pemilahan yaitu terpilah baik ditandai dengan
kenampakan pada sampel batuan yang memiliki ukuran besar butir yang
seragam pada semua komponen batuan. Strukturnya yaitu masif. Komposisi
mineral pada batuan ini adalah sialis yang ditandai dengan adanya mineral
kuarsa dan mineral ferromagnesian yang ditandai dengan mineral biotit dan
hornblende pada batuan tersebut. Berdasarkan ciri-ciri sampel yang telah
dideskripsikan ini disimpulkan bahwa sampel batuan ini merupakan
Batuapung (Pumice) dengan proses pembentukannya yaitu terbentuk terbentuk
karena mekanisme piroklastik jatuhan yang dekat dari sumber.
Hornblend
a
Kuarsa
Biotit
Batu 7. Lapili
Pada sampel batuan piroklastik ketujuh, praktikan melakukan
pendeskripsian dimana pada pengamatan yang dilakukan ini diketahui bahwa
sampel batuan ketujuh memiliki warna fresh putih sedangkan warna lapuknya
kuning kecoklatan. Pada pengamatan teksturnya, diketahui ukuran butir dari
sampel batuan ini berkisar 2 mm yaitu lapilus dengan derajat kebundaran agak
membundar. Sedangkan untuk derajat pemilahan yaitu terpilah buruk ditandai
dengan kenampakan pada sampel batuan yang memiliki besar butir yang
berseragam dimulai dari lempung hingga kerikil atau bahkan bongkahan.
Komposisi mineral dari sampel batuan piroklastik yang dideskripsikan ini yaitu
terdapat mineral sialis yaitu kuarsa dan mineral ferromagnesian berupa
hornblenda dan biotit sedangkan strukturnya masif ditandai dengan yang
ditandai dengan keadaan sampel batuan yang tidak menunjukkan adanya
fragmen batuan lain yang tertanam dalam tubuhnya. Berdasarkan ciri-ciri
sampel yang telah dideskripsikan ini disimpulkan bahwa sampel batuan ini
merupakan Batu Lapili dengan proses pembentukannya yaitu terbentuk karena
mekanisme piroklastik jatuhan yang dekat dari sumber.
Hornblend
Biotit
Hornblend
a
Batu 9. Lapili
Pada sampel batuan piroklastik ketujuh, praktikan melakukan
pendeskripsian dimana pada pengamatan yang dilakukan ini diketahui bahwa
sampel batuan ketujuh memiliki warna fresh abu-abu terang sedangkan warna
lapuknya coklat. Pada pengamatan teksturnya, diketahui ukuran butir dari
sampel batuan ini berkisar 2 mm yaitu lapilus dengan derajat kebundaran agak
membundar. Sedangkan untuk derajat pemilahan yaitu terpilah buruk ditandai
dengan kenampakan pada sampel batuan yang memiliki besar butir yang
berseragam dimulai dari lempung hingga kerikil atau bahkan bongkahan.
Komposisi mineral dari sampel batuan piroklastik yang dideskripsikan ini yaitu
terdapat mineral sialis yaitu kuarsa dan mineral ferromagnesian berupa
hornblenda dan biotit sedangkan strukturnya masif ditandai dengan yang
ditandai dengan keadaan sampel batuan yang tidak menunjukkan adanya
fragmen batuan lain yang tertanam dalam tubuhnya. Berdasarkan ciri-ciri
sampel yang telah dideskripsikan ini disimpulkan bahwa sampel batuan ini
merupakan Batu Lapili dengan proses pembentukannya yaitu terbentuk karena
mekanisme piroklastik jatuhan yang dekat dari sumber.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Batuan piroklastik termasuk dalam batuan beku luar yang merupakan
hasil dari material vulakanik berupa lava, lahar, dan abu dengan proses
sedimentasi. Batuan piroklastik terbentuk akibatdiawalinya dengan
letusan-letusan gunungapi yang kemudian gunungapi tersebut akan
mengeluarkan magma dan menyemburkan magma yang bersuhu tinggi.
Ketika magma yang bersuhu sangat panas tersebut tersemburkan ke
udara maka suhu magma akan turun secara drastic, itu dikarenakan
suhu magama yang diatas akan menyesuaikan dengan duhu
lingkungan.
2. Tahap-tahap dalam pendiskripsian batuan piroklastik dimulai dari
mengidentifikasi warna, tekstur, struktur, komposisi mineralnya,
genesanya, hingga dapat ditentukan nama dari sampel batuan
piroklastikn yang dideskripsikan.
3. Adapun contoh-contoh sampel batuan beku yang dideskripsikan pada
saat praktikum yaitu Tuff halus, Obsidian, Pumice, Breksi Piroklastik,
Batulapili.
4.2 Saran
Sebaiknya waktu yang digunakan untuk mendeskripsikan mineral
diberikan cukup lama agar praktikan lebih berhati-hati dalam melakukan
pendeskripsian untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA