Abstrak
Geologi Pegunungan Kulon Progo telah banyak diteliti oleh para ahli dengan parameter yang
berbeda-beda, namun hubungan stratigrafi antarformasi masih menjadi perdebatan. Penelitian
ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi litologi Old Andesite Formation, dan Formasi
Jonggrangan dengan tujuan untuk menentukan hubungan stratigrafi antara Old Andesite
Formation (Formasi Kaligesing) dengan Formasi Jonggrangan pada lintasan Jatimulyo. Lokasi
penelitian berada di Kembang Soka 7046’5,47’’LS dan 11006’59,7’’BT, dan desa Branti
07046’32.5’’LS dan 110006’46.7’’BT, singkapan menunjukan kontak litologi yang tegas antara
Old Andesite Formation (OAF) dan Formasi Jonggrangan. Dalammenentukan hubungan
stratigrafi digunakan metode, antara lain : analisis petrografi, dan analisis mikroplaeontologi.
Hasil analisis petrografi menunjukan bahwa sayatan memiliki tekstur subofitik dengan mineral
ortopiroksen, amfibol, hematit, dan plagioklas yang telah teralterasi menjadi serisit, yang
mengindikasikan batuan terbentuk sebagai batuan subvulkanik atau intrusi dangkal,
sedangankan hasil analisis mikropaleontologi menunjukan umur relatif batuan pada N4 – N9
(Miosen Awal – Miosen Tengah) yang dicirikan oleh foram bentonik yaituCibicidoides
alazanensis, Cibicidoides barnetti, Cibicidoides matanzasensis, Cibicidoides mundulus. Hasil
analisis menunjukan Formasi Jonggrangan diendapkan diatas intrusi dangkal, sehingga
hubungan startigrafi antara Old Andesite Formation dengan Formasi Jonggrangan adalah
tidakselaras nonconformity.
Kata kunci : nonconformity, subofitik, subvulkanik.
1. Pendahuluan
Pegunungan Kulon Progo terletak disebelah barat
cekungan Yogyakarta berjarak ± 40 km. Kondisi
geologi pada pegunungan Kulon Progo sangat
menarik untuk diteliti, para ahli geologi yang telah
melakukan penelitian antara lain : (van Bemmelen,
1949; Rahardjo, dkk., 1977; Pringgoprawiro dan
Riyanto, 1987; Soeria-Atmadja, 1991; Lelono, 2000;
Budiadi, 2008;). Hasil penelitian menunjukan
perbedaan dalam penyusunan kolom stratigrafi
Kulon Progo, sehinggaperkembangan sejarah
geologinya belum terungkap dengan tuntas,
sehubungan dengan hal itu kajian terhadap hubungan
stratigrafi antara Old Andesite Formation(OAF)atau
Formasi Kaligesing dengan Formasi Jonggrangan
memerlukan banyak data, salah satu yang perlu
dikaji adalah di wilayah Jatimulyo dan sekitarnya
karena di tempat tersebut tersingkap dengan baik Old
Andesite Formation(OAF) dan Formasi
Jonggrangan. Lokasi penelitian berada pada Desa
Jatimulyo, Girimulyo, Kulon Progo, D.I Yogyakarta Gambar 1 Lokasi Daerah Penelitian.
(Gambar 1.).
192
Prosiding Seminar Nasional XII “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
193
Prosiding Seminar Nasional XII “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
194
Prosiding Seminar Nasional XII “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
Tabel 1.Kolom Stratigrafi Kulon Progo menurut beberapa peniliti (dalam Hartono, 2017).
Pada lokasi singkapan yang ke 2 berada di daerah bataun beku dari Old Andesite Formation.Pada
Branti, Jatimulyo dengan koordinat 070 46’ 32.5’’ LS lapisan atas dijumpai litologi dengan warna segar
dan 1100 06’ 46.7’’ BT (Gambar 4.). Dijumpai abu-abu cerah, warna lapuk abu-abu kekuningan,
kontak litologi yang hampir sama dengan lokasi ukuran butir 1/16 mm, bentuk rounded, struktur
pertama. Dibagian bawah merupakan lapisan batuan berlapis, tidak bereaksi dengan HCl, terdiri atas
dengan warna merah kecoklatan yang menunjukan kuarsa, feldspar, mineral ubahan, semen silika,
batuan telah lapuk akibat proses oksidasi dengan diinterpretasikan sebagai batupasir. Singkapan di
terkstur fanitik porfiritik, berstruktur masif, dengan lokasi Branti tidak ditemukan lapisan lignit seperti di
komposisi mineral antara lain plagioklas feldspar, k- Kembang Soka, yang kemudian dibagian atas
feldspar, kuarsa, amphibole, dengan massa dasar terdapat soil batugamping dengan ciri warna lapuk
mineral alterasi yang diinterpretasikan sebagai cokelat kehitaman, yang bereaksi dengan HCl.
195
Prosiding Seminar Nasional XII “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
Gambar 3. Singkapan kontak litologi di Kembang Soka Gambar 4. Singkapan kontak litologi di Branti
(LP KS 01). (LP KS 02).
Untuk menentukan jenis, genesa, dan komposisi Hasil analisis sayatan petrografi menunjukan batuan
mineral pada batuan maka diperlukan adanya analisis pada lokasi penelitian telah mengalami ubahan
petrografi sebagai berikut :Sayatan ini dimana terjadi suksesi mineral plagioklas menjadi
memperlihatkan tekstur subofitik, hipokristalin, mineral lempung yaitu serisit. Tekstur subofitik pada
granularitas fanerik halus, bentuk kristal subhedral – batuan menunjukan proses pendinginan yang cepat,
anhedral tersusun atas mineral ortopiroksen 15 %, dengan proses pembentukan kristal yang lambat,
amfibol 10%, plag feldspar 60%, mineral opak 10 %, perubahan tekstur ini banyak dijumpai pada batuan
mineral isometris 5 %. Pengamatan menggunakan subvulkanik / intrusi dangkal berkomposisi basa.
perbesaran lensa okuler 10x, dan lensa objektif 4x Munculnya mineral serisit menunjukan bahwa
(Gambar 5.). batuan pada lokasi penelitian terbentuk sebagai
batuan subvulkanik / intrusi dangkal.
196
Prosiding Seminar Nasional XII “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
5.2 Analisa Mikropaleontologi Jenis foraminifera yang ditemukan antara lain (a)
Analisa mikropaleontologi menggunakan sample Cibicidoides matanzasensis, (b) Cibicidoides
batugamping kalkarenit LP KS 01 yang ditemukan di alazanensis, (c) Cibicidoides barnetti, (d)
Branti, Jatimulyo dengan hasil sebagai berikut Cibicidoides mundulus, (e) Quinqueloculina
:Kelimpahan fosil pada batugamping kalkarenit bicostata(Gambar 6.), dengan hasil penarikan umur
tergolong jarang, fosil yang dijumpai antara lain relatif batuan menurut Morkhoven (Tabel 2.) pada
foraminifera bentonik, ostracoda, dan koral. kisaran N4 – N9 yang menunjukan bahwa
Sehingga untuk penentuan umur relatif batuan batugamping kalkarenit Formasi Jonggrangan
menggunakan zonasi foraminifera bentonik menurut diendapkan pada umur Miosen Awal hingga Miosen
Markhoven (1986). Tengah.
197
Prosiding Seminar Nasional XII “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
Formation(Formasi Kaligesing) yang tersingkap di sebagai batuan intrusi dangkal, sedangkan hasil
lokasi penelitian terbentuk sebagai batuan intrusi analisis mikropaleontologi pada batugamping
dangkal akibat aktifitas vulkanisme pada kala kalkarenit Formasi Jonggrangan menunjukan umur
Oligosen. Batuan intrusi dangkal yang tersingkap di relatif pada N4 – N9 yaitu Miosen Awal – Miosen
lokasi penelitian telah mengalami pelapukan yang Tengah. Hal ini menunjukan bahwa tidak adanya ciri
intensif ditunjukan oleh warna lapuk merah ciri terterobosnya pada bagian bawah Formasi
kecoklatan yang dikontrol oleh proses oksidasi, Jonggrangan, yang menunjukan bahwa formasi
tekstur subofitik pada sayatan tipis menjelaskan tersebut diendapkan diatas intrusi dangkal, sehingga
pendinginan magma yang sangat cepat dengan hubungan startigrafi antara Old Andesite Formation
proses nukleasi yang lambat dan kehadiran mineral dengan Formasi Jonggrangan adalah
serisit menunjukan bahwa batuan terbentuk sebagai ketidakselarasannonconformity.
batuan intrusi dangkal. Komposisi batuan ditentukan
melalui munculnya mineral ortopiroksen, dan 8. Ucapan Terima Kasih
amfibol yang dapat diinterpretasi bahwa komposisi
batuan bersifat basa – intermediet.
Penelitian ini merupakan bagian dari penilitian yang
berjudul “Analisa Umur Dan Lingkungan
Hasil analisis mikropaleontologi pada batugamping
Pengendapan Jenjang Moluska West Progo Di Desa
kalkarenit Formasi Jonggrangan dapat
Jonggrangan”. Penelitian tersebut diketuai oleh
diinterpretasikan bahwa batuan terbentuk pada kala
Penulis kedua. Ucapan terima kasih ditujukan
Miosen awal hingga Miosen tengah yang ditandai
kehadiran foraminifera bentonik Cibicidoides kepada Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Nasional
Yogyakarta yang telah mendanai penelitian ini pada
matazensis, Cibicidoides alazanensis, Cibicidoides
Tahun Anggaran 2017.
barnetti,Cibicidoides mundulus, Quinqueloculina
bicostata ( Markhoven, 1986). Terbentuknya
Formasi Jonggrangan pada kala Miosen awal Daftar Pustaka
menandai bahwa batugamping kalkarenit diendapkan
diatas intrusi dangkal sehingga tidak menunjukan Boggs, Sam J.R. 1995, Principle of Sedimentology
kenampakan bagian bawah Formasi Jonggrangan and Stratigraphy Fourth Edition, Prentice
terterobos oleh Intrusi dangkal Formasi Kaligesing Hall, New Jersey.
(Old Andesite Formation). Cushman, J. A. 1948. Foraminifera, their
classification and economic use. Harvard
Mengacu pada prinsip stratigrafi tentang hubungan Univ. Press, Massachustts, USA.
stratigrafi maka hubungan antara Formasi Kaligesing Hartono, H. G., & Pambudi, S. 2017. Gunung Api
(Old Andesite Formation) dengan Formasi Purba Mujil, Kulonprogo, Yogyakarta:
Jonggrang pada lintasan Jatimulyo adalah Suatu Bukti Dan Pemikiran. In Prosiding
ketidakselarasan dengan jenis nonconformity, Seminar Nasional ReTII.
dimana batuan sedimen diendakan di atas batuan Hartono, H. G., Sudradjat, A., &Verdiansyah, O.
beku (intrusi dangkal). Data ini memperkuat hasil 2017. Caldera of Godean, Sleman,
peneliti peneliti sebelumnya yang telah Yogyakarta: A Volcanic Geomorphology
menyimpulkan bahwa hubungan stratigrafi Old Review. In Forum Geografi (Vol. 31, No. 1,
Andesite Formation(Formasi Kaligesing)dengan pp. 138-147).
Formasi Jonggrangan secara regional adalah MacKenzie, W. S., Donaldson, C. H., & Guilford, C.
ketidakselarasan. 1982. Atlas of igneous rocks and their
textures. Longman.
7. Kesimpulan Maryanto, S. 2013. Sedimentologi batugamping
formasi jonggrangan di sepanjang
Lokasi singkapan yang menunjukan kontak litologi lintasanGua kiskendo, girimulyo,
berada di daerah Kembang, dan di daerah Branti, kulonprogo. Jurnal Sumber Daya Geologi
Jatimulyo. Berdasarkan hasil analisis petrografi (Vol 23, No 2).
dapat diketahui bahwa jenis batuan beku yang Morkhoven, F.P.C.M. van ; Berggren, W.A &
tersingkap di Kembang Soka merupakan batuan Edwards, A.S. 1986. Cenozoic
intrusi dangkal yang berkomposisi basa, dicirkan Cosmopolitan Deep-Water Benthic
dengan tekstur sayatan subofitik yang menunjukan Foraminifera, Centres Rech. Elf-Aquitaine,
pendinginan magma yang cepat dengan proses Mem. 11; Pau.
nukleasi kristal lambat, munculnya mineral serisit
menunjukan bahwa batuan tersebut terbentuk
198
Prosiding Seminar Nasional XII “Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
Pringgoprawiro, H., & Riyanto, B. 1987. Formasi skala 1:100.000, Geological Survey of
Andesit Tua Suatu Revisi. PIT IAGI XVI. Indonesia. 1-15.
Bandung. Thompson, A. J. B., & Thompson, J. F. H. 1998.
Pringgoprawiro, H., Kapid, R., & Barmawidjaja, D. Atlas of alteration: A field guide to
1993. Mikrofosil, Buku I. Foraminifera, hydrothermal alteration minerals. Alpine,
Panduan Kuliah Mikropaleontologi Umum, Vancouver, 119.
ITB. Bandung. Van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology of
Rahardjo,W., Rumidi, S., & Rosidi, H.M.D. IndonesiaVol. IA, Martinus Nijhoff,
1977.Peta Geologi lembar Yogyakarta, Netherland
199