Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MATA KULIAH

PETROGRAFI

BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL

Disusun Oleh :
Agusti Mutiara R
21100117140069

DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
MARET 2021
STUDI KARAKTERISTIK DAN PETROGENESIS BATUAN BEKU DI DAERAH
SINGKAWANG DAN SEKITARNYA, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Petrogenesis merupakan bagian dari ilmu petrologi yang menjelaskan tentang seluruh
aspek pembentukan batuan mulai dari sumber, proses primer terbentuknya batuan hingga
perubahan-perubahan (proses sekunder) yang terjadi pada batuan tersebut. Dalam studi
petrogenesis batuan beku, magma merupakan sumber utama pada proses pembentukannya.
Batuan beku di daerah Singkawang dan sekitarnya secara umum didominasi oleh Batolit
Singkawang (Suwarna dkk., 1993). Selain itu, terdapat pula beberapa batuan beku yang tersebar
dan mewakili berbagai periode magmatik. Periode magmatik di daerah penelitian ini memiliki
rentang umur geologi yang panjang, yaitu mulai dari pra-Trias hingga Pliosen. Batuan beku
yang terbentuk di daerah Singkawang dan sekitarnya ini memiliki karakteristik yang beragam,
begitu pula dengan kondisi lingkungan pembentukannya.

Berdasarkan hasil analisis petrografi, komposisi mineral yang menyusun batuan beku di
daerah penelitian terdiri dari berbagai jenis mineral, seperti kuarsa, plagioklas, ortoklas,
hornblenda, biotit, muskovit, piroksen. Pada periode magmatik Perm –Trias, batuan plutonik
yang diwakili oleh Kompleks Embuoi memiliki komposisi mineral kuarsa, plagioklas, ortoklas
dan biotit. Jenis batuan merupakan granitoid yang kaya akan biotit. Sedangkan batuan volkanik
yang diwakili oleh Volkanik Sekadau memiliki komposisi mineral plagioklas, piroksen dan
mineral mafik berukuran sangat halus. Pada periode magmatik Kapur, batuan plutonik yang
diwakili oleh Granodiorit Mensibau secara umum memiliki komposisi kuarsa, plagioklas,
ortoklas, hornblenda, piroksen, biotit dan mineral opak. Kehadiran hornblenda pada Granodiorit
Mensibau cenderung lebih melimpah apabila dibandingkan dengan biotit.

Kehadiran mineral hornblenda yang melimpah ini dapat diinterpretasikan bahwa batuan
granitoid termasuk ke dalam tipe-I. Batuan beku dari Granit Laur memiliki komposisi yang
hampir sama dengan Granodiorit Mensibau. Batuan beku dari Granit Pueh yang diwakili oleh
sampel C memiliki komposisi mineral yaitu kuarsa, plagioklas, ortoklas, biotit dan muskovit.
Batuan beku dari Granit Pueh diinterpretasikan tergolong ke dalam granitoid tipe-S karena
berdasarkan karakteristik mineraloginya memiliki kandungan biotit yang lebih melimpah.
Batuan volkanik pada periode magmatik Kapur yang diwakili oleh Volkanik Raya memiliki
komposisi mineral plagioklas, kuarsa, hornblenda, piroksen dan mineral mafik berukuran sangat
halus. Pada periode magmatik Eosen –Miosen, batuan plutonik yang diwakili oleh Intrusi
Sintang memiliki komposisi kuarsa, plagioklas, ortoklas, hornblenda dan biotit. Berdasarkan
karakteristik mineraloginya, jenis batuan granitoid dari Intrusi Sintang merupakan granitoid
yang kaya akan hornblenda, sehingga dapat diinterpretasikan tergolong ke dalam granitoid tipe-
I. Pada periode magmatik Pliosen, batuan volkanik yang diwakili oleh Volkanik Niut memiliki
komposisi plagioklas, piroksen dan mineral mafik berukuran sangat halus.

Analisis magma adakit pada batuan beku di daerah Singkawang dan sekitarnya (Gambar
9) menunjukkan bahwa batuan beku pada periode magmatik Eosen –Miosen secara dominan
memiliki kandungan Y yang rendah (< 20 ppm) dan kandungan Sr yang tinggi (diperlihatkan
oleh perbandingan Sr/Y yang tinggi) sehingga termasuk ke dalam kelompok adakit. Batuan
beku periode magmatik Eosen –Miosen diinterpretasikan terbentuk dari proses pelelehan kerak
samudra pada subduksi yang berumur muda. Lelehan adakit tersebut kemudian bercampur
dengan magma andesitik hingga akhirnya mengintrusi kerak benua. Sedangkan batuan beku
pada periode magmatik Pliosen cenderung memiliki kandungan Y yang tinggi (> 20 ppm) dan
kandungan Sr yang rendah sehingga termasuk ke dalam kelompok Andesit-Dasit -Rhyolit
(ADR) dari busur volkanik “normal”. Batuan beku pada periode magmatik Pliosen
diinterpretasikan terbentuk dari hasil pelelehan magma dari mantel.

Batuan beku pada periode magmatik Perm –Trias terbentuk pada tatanan tektonik yang
berhubungan dengan proses subduksi dan kolisi, yaitu pada active continental margin. Batuan
beku pada periode magmatik Kapur terbentuk pada tananan tektonik yang berhubungan dengan
proses subduksi dan kolisi, yaitu pada active continental margin. Batuan beku pada periode
magmatik Eosen –Miosen terbentuk pada tatanan tektonik yang berhubungan dengan proses
subsuksi, yaitu pada active continental margin. Sedangkan batuan beku pada periodemagmatik
Pliosen terbentuk pada tatanantektonik yang berhubungan dengan proses perenggangan (rifting)
akibat proses subduksi, yaitu pada continental rift zone.
STUDI KARAKTERISTIK DAN PETROGENESIS BATUAN BEKU DI DAERAH
SINGKAWANG DAN SEKITARNYA, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Egy Erzagian1*
Lucas Donny Setijadji2
I Wayan Warmada2
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
2
Dosen Jurusan Teknik Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
*Email : egy.erzagian@gmail.com

SARI
Studi petrogenesis batuan beku di daerah Singkawang dan sekitarnya menjadi suatu hal yang menarik
untuk dipelajari karena meliputi beberapa periode magmatik dengan jangkauan waktu geologi yang
panjang. Daerah penelitian berada di bagian baratlaut Kalimantan dengan batasan termasuk ke
dalam peta geologi regional skala 1 : 250.000 lembar Singkawang, Sambas-Siluas dan Sanggau.
Batasan umur batuan beku pada daerah penelitian yaitu pra-Trias hingga Pliosen. Tujuan penelitian
adalah untuk 1) mengetahui tipe dan karakteristik komposisi batuan beku, dan 2) menginterpretasikan
proses pembentukan (petrogenesis) batuan beku serta keterkaitannya dengan tatanan tektonik di
daerah Singkawang dan sekitarnya pada masing-masing periode magmatik. Metode yang digunakan
dalam penelitian adalah analisis petrografi dari data primer dan analisis geokimia dari data
sekunder yang berasal dari beberapa peneliti terdahulu yang meliputi analisis afinitas magma,
kristalisasi fraksinasi, tatanan tektonik dan keberadaan magma adakit. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa batuan beku yang terbentuk pada masing-masing periode magmatik memiliki tipe dan
karakteristik komposisi batuan yang berbeda-beda. Batuan beku pada periode magmatik Perm – Trias
memiliki afinitas seri kalk-alkali K- tinggi hingga kalk-alkali dengan sebagian batuan intrusi berupa
granit tipe-S. Periode magmatik Kapur memiliki afinitas seri kalk-alkali K-tinggi hingga toleitik
dengan batuan yang terbentuk memiliki tipe-I dan tipe-S. Batuan beku pada periode magmatik Eosen
- Miosen memiliki afinitas seri kalk-alkali dengan batuan granitoid berupa tipe-I. Batuan beku pada
periode magmatik Pliosen memiliki afinitas seri toleitik. Pembentukan batuan beku pada periode
magmatik Perm – Trias terjadi pada tatanan active continental margin dengan mekanisme subduksi
dan kolisi. Periode magmatik Kapur terbentuk pada tatanan active continental margin dengan
mekanisme subduksi dan kolisi. Periode magmatik Eosen – Miosen terbentuk pada tatanan active
continental margin dengan mekanisme subduksi. Sedangkan periode magmatik Pliosen terbentuk
pada tatanan continental rift zone dengan mekanisme peregangan (rifting).

Kata Kunci : Kalimantan baratlaut, Singkawang, batuan beku, granitoid, petrogenesis

I. PENDAHULUAN pembentukan berbagai jenis magma hingga


Petrogenesis merupakan bagian dari ilmu
petrologi yang menjelaskan tentang seluruh
aspek pembentukan batuan mulai dari
sumber, proses primer terbentuknya batuan
hingga perubahan-perubahan (proses
sekunder) yang terjadi pada batuan tersebut.
Dalam studi petrogenesis batuan beku,
magma merupakan sumber utama pada
proses pembentukannya. Proses primer
menjelaskan rangkaian kejadian mulai dari
terbentuknya berbagai jenis batuan beku, menambah wawasan di bidang ilmu geologi.
termasuk tatanan tektonik pembentukannya.
Studi petrogenesis ini dinilai sangat penting Batuan beku di daerah Singkawang dan
untuk mengetahui proses pembentukan sekitarnya secara umum didominasi oleh
batuan dan keterkaitannya dengan tatanan Batolit Singkawang (Suwarna dkk., 1993).
tektonik sehingga dapat bermanfaat dan Selain itu, terdapat pula beberapa batuan
beku yang tersebar dan mewakili berbagai
periode magmatik. Periode magmatik di Sekadau dan Granodiorit. Kemudian periode
daerah penelitian ini memiliki rentang umur magmatik Kapur dijumpai Batolit Singkawang
geologi yang panjang, yaitu mulai dari pra- yang tersusun oleh Granodiorit Mensibau dan
Trias hingga Pliosen. Batuan beku yang Volkanik Raya. Terdapat pula beberapa batuan
terbentuk di daerah Singkawang dan beku lain pada periode magmatik Kapur seperti
sekitarnya ini memiliki karakteristik yang Granit Laur dan Granit Pueh yang berumur
beragam, begitu pula dengan kondisi Kapur Akhir.
lingkungan pembentukannya.
Penelitian mengenai batuan beku di daerah
Singkawang dan sekitarnya sudah dilakukan
oleh beberapa peneliti, seperti oleh Suwarna
dkk. (1993), Amiruddin (2000) dan
sebagainya. Namun sejauh ini belum ada
pembahasan yang lebih rinci mengenai
perbandingan karakteristik komposisi batuan
beku dari berbagai periode magmatik di
daerah tersebut. Selain itu, penelitian
mengenai petrogenesis batuan beku di
daerah Singkawang dan sekitarnya juga
relatif belum pernah dilakukan, sehingga
mendorong penulis untuk melakukan
penelitian ini.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui tipe, karakteristik
mineralogi dan komposisi kimia batuan beku
di daerah Singkawang dan sekitarnya pada
masing- masing periode magmatik serta
melakukan interpretasi terhadap proses
pembentukan batuan beku dan
keterkaitannya dengan tatanan tektonik.

II. KONDISI GEOLOGI REGIONAL


Daerah penelitian merupakan daerah yang
disebut sebagai Kalimantan Baratlaut
(Northwest Borneo) menurut Williams dkk.
(1988). Daerah penelitian terdiri dari tiga
lembar geologi regional skala 1:250.000,
yaitu Lembar Singkawang (Suwarna dkk.,
1993), Sambas-Siluas (Rusmana dkk., 1993)
dan Sanggau (Supriatna dkk., 1993).
Geologi daerah Singkawang dan sekitarnya
tersusun oleh berbagai batuan beku yang
terbentuk dari berbagai perode magmatik,
yaitu periode magmatik Trias/pra-Trias yang
diwakili oleh Kompleks Embuoi, Volkanik
Periode magmatk Tersier Bawah – dan Oligosen Akhir – Miosen.
Miosen menghasilkan Intrusi Sintang,
yaitu berupa intrusi-intrusi yang tersebar III. SAMPEL DAN METODE
di daerah penelitian. Periode magmatik PENELITIAN
Pliosen terdapat Volkanik Niut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
Secara regional, Kalimantan telah adalah metode analisis petrografi dan
mengalami evolusi tektonik yang panjang geokimia. Analisis petrogtafi digunakan
semenjak pra- Trias hingga Pliosen. untuk menentukan komposisi mineral,
Beberapa peneliti juga telah kelimpahan, serta hubungan tekstur antar
mengungkapkan proses yang terjadi pada mineral dalam batuan. Jumlah sampel yang
evolusi tektonik Kalimantan yang digunakan dalam analisis petrografi ini
berpengaruh terhadap daerah penelitian sebanyak 26 sampel yang mewakili batuan
nantinya. Pada periode pra-Trias dan Trias beku di berbagai lokasi dan periode
terjadi proses subduksi dari arah utara dan magmatik. Sedangkan analisis geokimia
diikuti proses kolisi yang menurut digunakan untuk menentukan unsur-unsur
Hartono (1983) diasumsikan sebagai efek kimia yang terkandung di dalam batuan,
ekstensi dari Sutur Bentong Raub yang yaitu berupa unsur utama dan minor. Data
membentang di Semenanjung Malaysia. yang digunakan untuk analisis geokimia
Menurut Pieters dkk. (1993) dan merupakan hasil kompilasi data geokimia
Amiruddin (2000) selama periode Kapur yang berasal dari peneliti terdahulu dari
terjadi proses subduksi yang berbagai sumber. Jumlah data geokimia
menghasilkan Batolit Schwaner, termasuk yang digunakan dalam analisis ini sebanyak
Batolit Singkawang yang diakhiri dengan 44 data geokimia yang berasal dari JICA
proses kolisi pada Kapur Akhir. (1982), Harahap (1987) dan Proyek
Kemudian magmatisme berlanjut pada Pemetaan Geologi Indonesia Australia atau
Kenozoik, Soeria-Atmaja dkk. (1999) IAGMP (1989). Analisis data geokimia yang
membaginya menjadi dua periode dilakukan pada penelitian ini terdiri dari
subduksi yaitu Eosen – Oligosen Awal analisis kristalisasi fraksinasi, afinitas
magma, tatanan tektonik dan keberadaan Pada periode magmatik Perm – Trias,
magma adakit. Data petrografi dan geokimia batuan plutonik yang diwakili oleh
kemudian disinergikan berdasarkan Kompleks Embuoi memiliki komposisi
kesesuaian lokasi, formasi keterdapatan mineral kuarsa, plagioklas, ortoklas dan
sampel dan tinjauan geologi sehingga batuan biotit. Jenis batuan merupakan granitoid
beku di daerah penelitian dapat yang kaya akan biotit, seperti yang
dikelompokkan menjadi beberapa periode diperlihatkan oleh sampel A (Gambar 3a).
magmatik, yaitu Perm – Trias, Kapur, Eosen Sedangkan batuan volkanik yang diwakili
– Miosen dan Pliosen. oleh Volkanik Sekadau memiliki
komposisi mineral plagioklas, piroksen
IV. DATA DAN ANALISIS dan mineral mafik berukuran sangat halus.
Pada periode magmatik Kapur, batuan
Berikut adalah hasil pengolahan data
plutonik yang diwakili oleh Granodiorit
yang meliputi analisis petrografi, kristalisasi
Mensibau secara umum memiliki
fraksinasi, afinitas magma, analisis tatanan
komposisi kuarsa, plagioklas, ortoklas,
tektonik dan keberadaan magma adakit.
hornblenda, piroksen, biotit dan mineral
Analisis Petrografi opak. Kehadiran hornblenda pada
Granodiorit Mensibau cenderung lebih
Berdasarkan hasil analisis petrografi, melimpah apabila dibandingkan dengan
komposisi mineral yang menyusun batuan biotit, seperti yang diperlihatkan oleh
beku di daerah penelitian terdiri dari sampel B (Gambar 3b). Kehadiran mineral
berbagai jenis mineral, seperti kuarsa, hornblenda yang melimpah ini dapat
plagioklas, ortoklas, hornblenda, biotit, diinterpretasikan bahwa batuan granitoid
muskovit, piroksen. Setiap sampel memiliki termasuk ke dalam tipe-I. Batuan beku
komposisi mineral yang berbeda-beda dari Granit Laur memiliki komposisi yang
dengan kelimpahan yang berbeda-beda pula. hampir sama dengan Granodiorit
Mensibau. Batuan beku dari Granit Pueh diinterpretasikan tergolong ke dalam
yang diwakili oleh sampel C memiliki granitoid tipe-S karena berdasarkan
komposisi mineral yaitu kuarsa, plagioklas, karakteristik mineraloginya memiliki
ortoklas, biotit dan muskovit (Gambar 3c). kandungan biotit yang lebih melimpah.
Batuan beku dari Granit Pueh Batuan volkanik pada periode magmatik
Kapur yang diwakili oleh Volkanik Raya
memiliki komposisi mineral plagioklas,
kuarsa, hornblenda, piroksen dan mineral
mafik berukuran sangat halus. Pada periode
magmatik Eosen – Miosen, batuan plutonik
yang diwakili oleh Intrusi Sintang memiliki
komposisi kuarsa, plagioklas, ortoklas,
hornblenda dan biotit. Berdasarkan
karakteristik mineraloginya, jenis batuan
granitoid dari Intrusi Sintang merupakan
granitoid yang kaya akan hornblenda,
sehingga dapat diinterpretasikan tergolong
ke dalam granitoid tipe-I. Pada periode
magmatik Pliosen, batuan volkanik yang
diwakili oleh Volkanik Niut memiliki
komposisi plagioklas, piroksen dan mineral
mafik berukuran sangat halus.
Analisis Kristalisasi Fraksinasi
Diagram Harker perbandingan SiO2 dengan
unsur-unsur utama lainnya memperlihatkan
adanya trend yang khas (Gambar 4).
Misalnya perbandingan SiO2 dengan
Al2O3, MgO, FeO*, CaO, TiO2 terlihat
adanya trend menurun seiring dengan
bertambahnya SiO2 yang terjadi pada hasil
plot periode magmatik Perm-Trias, Kapur
dan Eosen-Miosen. Hal ini menunjukkan
bahwa pada saat pembentukan batuan terjadi
proses fraksinasi sehingga menghasilkan
mineral-mineral felsik yang lebih banyak.
Diagram perbandingan SiO2 dengan unsur
lain, seperti Na2O dan K2O juga
menunjukkan bahwa periode magmatik
Perm-Trias, Kapur dan Eosen-Miosen
mengalami proses fraksinasi, yaitu dengan
adanya trend naik seiring bertambahnya
SiO2. Namun periode magmatik Pliosen
tetap tidak memiliki tren tersebut sehingga
tidak mengindikasikan fraksinasi.
Analisis Afinitas Magma
Berdasarkan hasil analisis afinitas magma
dari diagram alkali – silika (MacDonald,
1968 dalam Winter, 2001), diagram SiO2 –
K2O (Pecerrillo dan Taylor, 1976 dalam
Rolinson, 1993), diagram FeOt/MgO – SiO2
(Mayashiro, 1974 dalam Winter, 2001) dan
diagram AFM (garis oleh Irvine dan
Baragar,
1971 dalam Rollinson, 1993), dapat ditarik Diagram tatanan tektonik batuan granitoid di
kesimpulan bahwa masing-masing periode daerah Singkawang dan sekitarnya
magmatik memiliki afinitas magma yang menunjukkan bahwa selama periode
berbeda-beda (Gambar 5). Magmatisme magmatik Perm – Trias hingga Kapur,
periode magmatik Perm – Trias memiliki batuan granitoid terbentuk pada tatanan
afinitas Kalk-alkali k-tinggi hingga kalk- tektonik VAG (Volcanic Arc Granitoid).
alkali. Hal ini menunjukkan bahwa batuan Tatanan tektonik VAG ini menunjukkan
terbentuk pada tatanan tektonik yang bahwa lingkungan pembentukan batuan
berhubungan dengan subduksi, seperti active granitoid berhubungan dengan proses
continental margin. Kandungan k-tinggi subduksi dan menghasilkan bentukan
pada afinitas kalk-alkali menunjukkan bahwa pegunungan (tatanan orogenik). Granitoid
batuan terbentuk pada kerak batuan yang pada periode magmatik Perm – Trias dan
lebih tebal. Periode magmatik Kapur dan Kapur diinterpretasikan terbentuk pada
Eosen – Miosen juga terbentuk pada tatanan tatanan busur volkanik, yaitu pada active
tektonik yang berhubungan dengan subduksi continental margin.
seperti active continental margin namun
dengan ketebalan kerak benua yang berbeda- Analisis Magma Adakit
beda. Kerak benua pada periode magmatik
Kapur lebih tebal daripada periode Analisis magma adakit pada batuan beku di
magmatik. Periode magmatik Pliosen daerah Singkawang dan sekitarnya (Gambar
memiliki afinitas toleitik yang artinya dapat 9) menunjukkan bahwa batuan beku pada
terbentuk d berbagai tektonik, namun periode magmatik Eosen – Miosen secara
diinterpretasikan terbentuk di tatanan dominan memiliki kandungan Y yang
tektonik yang berhubungan dengan subduksi. rendah (< 20 ppm) dan kandungan Sr yang
tinggi (diperlihatkan oleh perbandingan Sr/Y
Analisis Tatanan Tektonik yang tinggi) sehingga termasuk ke dalam
kelompok adakit. Batuan beku periode
Diagram tatanan tektonik batuan beku magmatik Eosen – Miosen diinterpretasikan
volkanik basaltik di daerah Singkawang dan terbentuk dari proses pelelehan kerak
sekitarnya menunjukkan bahwa batuan beku samudra pada subduksi yang berumur muda.
terbentuk pada tatanan tektonik yang Lelehan adakit tersebut kemudian bercampur
berbeda-beda, yaitu CAB (Calc-Alkaline dengan magma andesitik hingga akhirnya
Basalts), IAT (Island-Arc Tholeiites) dan mengintrusi kerak benua. Sedangkan batuan
MORB (Mid-Ocean Ridge Basalts) (Gambar beku pada periode magmatik Pliosen
7 dan 8). Berdasarkan diagram perbandingan cenderung memiliki kandungan Y yang
Y – Cr, batuan beku pada periode magmatik tinggi (> 20 ppm) dan kandungan Sr yang
Kapur terbentuk pada tatanan tektonik IAT. rendah sehingga termasuk ke dalam
Sedangkan pada diagram segitiga TiO2 – kelompok Andesit-Dasit-Rhyolit (ADR) dari
MnO – P2O5, terlihat batuan beku tersebut busur volkanik “normal”. Batuan beku pada
terbentuk pada tatanan tektonik CAB dan periode magmatik Pliosen diinterpretasikan
IAT. Batuan beku periode magmatik Kapur terbentuk dari hasil pelelehan magma dari
yang terbentuk pada tatanan tektonik CAB mantel.
dan IAT ini dapat diinterpretasikan bahwa
batuan terbentuk pada tatanan active V. DISKUSI
continental margin. Sedangkan periode
magmatik Pliosen menunjukkan bahwa Petrogenesis batuan beku di daerah
batuan beku terbentuk pada tatanan tektonik Singkawang dan sekitarnya dapat
IAT dan MORB. Diinterpretasikan bahwa diinterpretasi berdasarkan hasil analisis
batuan terbentuk pada active continental petrografi dan geokimia. Penjelasan
margin. Tatanan tektonik MORB pada mengenai petrogenesis batuan beku
periode magmatik Pliosen ini menunjukkan didasarkan pada pembagian periode
bahwa proses pembentukan batuan beku magmatik yang membentuk batuan beku di
lebih terkait dengan proses rifting. daerah Singkawang dan sekitarnya.
Pada periode magmatik Perm – Trias, batuan
beku di daerah penelitian terbentuk pada active
tatanan tektonik konvergen, yaitu pada
continental margin. Proses pembentukan tenggara dan mengakibatkan subduksi pada
batuan beku pada periode magmatik ini lempeng Laut Cina Selatan dengan
berhubungan dengan proses subduksi yang
membentuk busur volkanik di daerah
penelitian. Pembentukan batuan beku
kemudian dilanjutkan oleh proses kolisi
yang menurut Hartono (1983) kolisi tersebut
diasumsikan sebagai ekstensi ke timur dari
Sutur Bentong-Raub yang membentang dari
Semanjung Malaysia hingga Belitung pada
Trias Akhir sehinga menghasilkan granitoid
tipe-S.
Pada periode magmatik Kapur, batuan beku
di daerah penelitian terbentuk pada tatanan
active continental margin. Pembentukan
batuan beku tersebut dipengaruhi oleh
proses subduksi yang berlangsung antara
Lempeng Timurlaut (proto Laut Cina
Selatan) dengan Sundaland di bagian selatan
sehingga menghasilkan Batolit Singkawang,
yang umumnya merupakan granitoid tipe-I.
Batuan volkanik juga terbentuk akibat
proses tersebut. Proses subduksi pada
periode magmatik ini berlangsung dalam
jangka waktu dari Kapur Awal hingga Kapur
Akhir. Pembentukan batuan granitoid
kemudian berlangsung kembali pada Kapur
Akhir oleh proses subduksi yang baru.
Proses subduksi yang terjadi pada Kapur
Akhir tidak hanya membentuk batolit, tetapi
juga menghasilkan intrusi-intrusi kecil yang
tersebar secara setempat (Williams dkk.,
1988). Proses subduksi tersebut membuat
Lempeng Timurlaut secara terus-menerus
bergerak ke arah selatan dan mengakibatkan
proto Laut Cina Selatan sebagai bagian dari
kerak bena mengalami kolisi dengan kerak
benua di bagian selatan (Sunda Land) dan
menghasilkan granitoid tipe-S.
Pada periode magmatik Eosen – Miosen,
batuan beku di daerah penelitian terbentuk
pada tatanan active continental margin.
Proses pembentukan batuan beku pada
periode magmatik ini berhubungan dengan
proses subduksi yang membentuk sabuk
magmatik di pulau Kalimantan. Salah satu
produk penting dari proses tersebut adalah
Intrusi Sintang yang tersebar secara luas di
daerah penelitian. Proses subduksi pada
periode Eosen – Oligosen melibatkan
pergerakan blok kontinental Luconia ke arah
Sundaland. Berdasarkan analisis adakit, daerah penelitian terbentuk sebagai produk
batuan beku periode magmatik Eosen - rekahan ekstensional pada kerak benua.
Miosen termasuk ke dalam kelompok Batuan yang terbentuk umumnya adalah
adakit sehingga diinterpretasikan batuan beku volkanik basaltik.
terbentuk dari proses pelelehan kerak
samudra pada subduksi yang berumur VI. KESIMPULAN
muda (< 25 jtl.). Hal tersebut dapat
1. Batuan beku yang terbentuk pada
dikorelasikan dengan proses subduksi
yang terjadi pada periode Oligosen masing-masing periode magmatik
Akhir pada bagian utara Kalimantan. memiliki tipe dan karakteristik
komposisi batuan yang berbeda-beda.
Pada periode magmatik Pliosen, batuan
Batuan beku pada periode magmatik
beku di daerah penelitian memiliki
afanitas berupa seri toleitik. Hal Perm – Trias memiliki afinitas seri kalk-
tersebut menjelaskan bahwa batuan alkali K-tinggi hingga kalk-alkali dan
beku di daerah penelitian dapat batuan granitoid yang terbentuk
terbentuk pada tatanan continental rift merupakan granitoid tipe-S. Batuan
zone (Wilson, 1989). Proses beku pada periode magmatik Kapur
pembentukan batuan beku pada periode memiliki afinitas seri kalk-alkali K-
magmatik Pliosen berhubungan dengan
tinggi hingga toleitik dan batuan
proses perenggangan (rifting) yang
terjadi setelah proses subduksi. Proses granitoid yang terbentuk merupakan
ini dapat dikorelasikan dengan proses granitoid tipe-I dan tipe-S. Batuan beku
subduksi yang terjadi pada periode pada periode magmatik Eosen - Miosen
Oligosen Akhir – Miosen Tengah memiliki afinitas seri kalk-alkali dan
dengan melibatkan kerak samudra dari batuan granitoid yang terbentuk
Lempeng Laut Cina Selatan dengan merupakan granitoid tipe-I. Batuan beku
blok kontinental Luconia di Palung
pada periode magmatik Pliosen
Palawan (Soeria-Atmaja dkk., 1999).
Batuan beku volkanik yang terdapat di memiliki

afinitas seri toleitik dan tidak memiliki tektonik yang berhubungan dengan
batuan granitoid. proses subduksi dan kolisi, yaitu pada
2. Batuan beku dari masing-masing active continental margin. Batuan beku
periode magmatik terbentuk pada pada periode magmatik Eosen – Miosen
tatanan tektonik yang berbeda-beda dan terbentuk pada tatanan tektonik yang
telah mengalami perkembangan. Batuan berhubungan dengan proses subsuksi,
beku pada periode magmatik Perm – yaitu pada active continental margin.
Trias terbentuk pada tatanan tektonik Sedangkan batuan beku pada periode
yang berhubungan dengan proses magmatik Pliosen terbentuk pada
subduksi dan kolisi, yaitu pada active tatanan tektonik yang berhubungan
continental margin. Batuan beku pada dengan proses perenggangan (rifting)
periode magmatik Kapur terbentuk pada akibat proses subduksi, yaitu pada
tananan continental rift zone.

DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin. 2009. Cretaceous Orogenic Granite Belts, Kalimantan, Indonesia. JSDG, Geoscience, Vol.
19, No. 3, p:167-176.
Castillo, P.R. 2006. An Overview of Adakite Petrogenesis. Chinese Science Bulletin Vol.51 Issue.3,
Sprigger, p:257-268.
Hall, R. dan G. Nichols, 2002. Cenozoic Sedimentation and Tectonics in Borneo : Climatic Influences
on Orogenesis. The Geological Society of London
Hartono, H.M.S. 1983. Summary of Tectonic Development of Kalimantan and Adjacent Areas. Energy,
Pergamon Press Ltd.Vol. 10, No. 3/4, p:341-352.
Rollinson, H. 1993. Using Geochemical Data : Evaluation, Presentatation, Interpretation. Longman
Singapore Publishers (Pte) Ltd, Singapore.
Rusmana, E., R.P. Langford, F. de Keyser dan D.S. Trail, 1993. Peta Geologi Lembar Sambas/Siluas,
Kalimantan Skala 1:250.00. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Soeria-Atmadja, R., D. Noeradi dan B. Priadi, 1999. Cenozoic Magmatism in Kalimantan and Its
Related Geodynamic Evolution. Journal of Asians Earth Sciences, Vol.17, Elsevier Science
Ltd., p.25-45.
Supriatna, S., U. Margono, Sutrisno, F.de Keyser, R.P. Langford dan D.S. Trail, 1993. Peta Geologi
Lembar Sanggau, Kalimantan Skala 1:250.00. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.
Surata, M., O. Suksiano, M. Pratomo dan Supriyadi, 2010. Discovery and Its Genetic Relationship of
Bauxite Deposit in Mempawah and Landak Regency West Kalimantan Province. Proceeding
Book of Kalimantan Coal and Mineral Resources, Balikpapan.
Suwarna, N., Sutrisno, F. de Keyser, R.P. Langford dan D.S. Trail, 1993. Peta Geologi Lembar
Singkawang, Kalimantan Skala 1:250.00. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.
Van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology of Indonesia Vol. 1 A, Government Printing Office, The
Hauge, Amsterdam.
Verhoogen, J., I.S.E. Carmichael dan F.J. Turner. 1974. Igneous Petrology. McGraw-Hill Inc., New
York.
Williams, H., F. J. Turner dan C.M. Gilbert. 1982. Petrography : An Introduction the Study of Rocks
in Thin Section 2nd Edition. W. H. Freeman & Co.
Williams, P. R., C. R. Johnston, R. A. Almond dan W. H. Simamora. 1988. Cretaceous to Early
Tertiary Structural Elements of West Kalimantan. Tectonophysics, No. 148, Elsvier Science
Publisher B.V., Amsterdam, p.279-297.
Wilson, M. 1989. Igneous Petrogenesis. Harper Collins Academic, Hammersmith, London.
Winter, J.D. 2001. Introduction to Igneous and Metamorphic Petrology. Prentice-Hall Inc., Upper
Saddle River, New Jersey.
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
TABEL
Tabel 1. Rangkuman komposisi mineral
hasil analisis petrografi di daerah penelitian
Komposisi (%)
No Kode Sampel Formasi
Kuarsa Plagioklas Ortoklas Hornblenda Piroksen Biotit Muskovit M Dasar M. Opak
1 120309-03 Volkanik Niut - 5 - - 15 - - 80 -
2 120728-09 I Intrusi Sintang 38 51 - 11 - - - - -
3 120728-09 II Intrusi Sintang 51 30 - 14 - - - - 5
4 120728-11A Intrusi Sintang 34 16 38 12 - - - - -
5 120728-12 I Intrusi Sintang 36 22 26 14 - - - - -
6 120728-12 II Intrusi Sintang 44 18 26 12 - - - - -
7 120728-12 III Intrusi Sintang - 22 - - 10 - - 68 -
8 120729-04B Intrusi Sintang - 18 - 12 10 - - 60 -
9 120801-04 Intrusi Sintang 43 40 10 7 - - - - -
10 140820-01 Granit Pueh 40 25 10 - - 14 11 - -
11 120728-08 Volkanik Raya 5 13 - 6 - - - 76 -
12 120801-02 Volkanik Raya - 17 - - 6 - - 67 -
13 120309-09 Volkanik Raya - 26 - - 6 - - 68 -
14 120728-01 I Granodiorit Mensibau 34 42 - 10 14 - - - -
15 120728-01 II Granodiorit Mensibau 31 43 - 10 12 - - - 4
16 120728-05 Granodiorit Mensibau 42 28 16 10 - - - - 4
17 120305-01 Granodiorit Mensibau 43 30 10 12 - 5 - - -
18 120308-08 Granodiorit Mensibau 28 56 - 18 - - - - -
19 120309-10 Granodiorit Mensibau 40 10 32 10 - - - - -
20 120310-08 Granodiorit Mensibau 42 28 12 10 - - - - -
21 120310-09 Granodiorit Mensibau 46 33 - 13 - 6 - - -
22 120305-06 Granit Laur 50 35 - 15 - - - - -
23 120730-03 I Volkanik Sekadau - 60 - - 15 - - 25 -
24 120730-03 II Volkanik Sekadau - 55 - - 20 - - 25 -
25 120308-09 Kompleks Embuoi 45 12 35 - - 13 - - -
26 120308-15 Kompleks Embuoi 50 26 12 - - 12 - - -

428
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

GAMBAR

Gambar 1. Ruang lingkup wilayah penelitian

Gambar 2. Peta geologi regional Kalimantan Baratlaut (Suwarna dkk., 1993 dengan modifikasi) dan
persebaran sampel

429
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 3. Kenampakan petrografis (a) sampel A dari Kompleks Embuoi yang mewakili periode
magmatik Perm – Trias (b) sampel B dari Granodiorit Mensibau yang mewakili periode
magmatik Kapur (c) sampel C dari Intrusi Sintang yang mewakili periode magmatik
Eosen
– Miosen dan (d) sampel D dari Volkanik Niut yang mewakili periode magmatik Pliosen

Gambar 4. Diagram Harker analisis kristalisasi fraksinasi

430
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 5. Diagram analisis afinitas magma. Diagram: a) MacDonald, 1968 dalam Winter, 2001. b)
Pecerrillo dan Taylor, 1976 dalam Rolinson, 1993. c) Mayashiro, 1974 dalam Winter,
2001.
d) Diagram AFM

Gambar 6. Diagram tatanan tektonik batuan granitoid di daerah Singkawang dan sekitarnya (Pearce
dkk., 1984 dalam Winter, 2001)

Gambar 7. Diagram tatanan tektonik batuan beku volkanik basaltik di daerah Singkawang dan
sekitarnya (a) Mullen (1983 dalam Winter, 2001). (b) Pearce, 1982 dan Coish dkk., 1986
431
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
dalam Winter, 2001.

432
Gambar 8. Diagram perbandingan Y vs. Sr/Y pada batuan beku di daerah Singkawang dan sekitarnya
(Defant dan Drummond, 1990)

Gambar 9. Model interpretasi pembentukan batuan beku di daerah penelitian

Anda mungkin juga menyukai