PETROGRAFI
Disusun Oleh :
Agusti Mutiara R
21100117140069
SEMARANG
MARET 2021
STUDI KARAKTERISTIK DAN PETROGENESIS BATUAN BEKU DI DAERAH
SINGKAWANG DAN SEKITARNYA, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Petrogenesis merupakan bagian dari ilmu petrologi yang menjelaskan tentang seluruh
aspek pembentukan batuan mulai dari sumber, proses primer terbentuknya batuan hingga
perubahan-perubahan (proses sekunder) yang terjadi pada batuan tersebut. Dalam studi
petrogenesis batuan beku, magma merupakan sumber utama pada proses pembentukannya.
Batuan beku di daerah Singkawang dan sekitarnya secara umum didominasi oleh Batolit
Singkawang (Suwarna dkk., 1993). Selain itu, terdapat pula beberapa batuan beku yang tersebar
dan mewakili berbagai periode magmatik. Periode magmatik di daerah penelitian ini memiliki
rentang umur geologi yang panjang, yaitu mulai dari pra-Trias hingga Pliosen. Batuan beku
yang terbentuk di daerah Singkawang dan sekitarnya ini memiliki karakteristik yang beragam,
begitu pula dengan kondisi lingkungan pembentukannya.
Berdasarkan hasil analisis petrografi, komposisi mineral yang menyusun batuan beku di
daerah penelitian terdiri dari berbagai jenis mineral, seperti kuarsa, plagioklas, ortoklas,
hornblenda, biotit, muskovit, piroksen. Pada periode magmatik Perm –Trias, batuan plutonik
yang diwakili oleh Kompleks Embuoi memiliki komposisi mineral kuarsa, plagioklas, ortoklas
dan biotit. Jenis batuan merupakan granitoid yang kaya akan biotit. Sedangkan batuan volkanik
yang diwakili oleh Volkanik Sekadau memiliki komposisi mineral plagioklas, piroksen dan
mineral mafik berukuran sangat halus. Pada periode magmatik Kapur, batuan plutonik yang
diwakili oleh Granodiorit Mensibau secara umum memiliki komposisi kuarsa, plagioklas,
ortoklas, hornblenda, piroksen, biotit dan mineral opak. Kehadiran hornblenda pada Granodiorit
Mensibau cenderung lebih melimpah apabila dibandingkan dengan biotit.
Kehadiran mineral hornblenda yang melimpah ini dapat diinterpretasikan bahwa batuan
granitoid termasuk ke dalam tipe-I. Batuan beku dari Granit Laur memiliki komposisi yang
hampir sama dengan Granodiorit Mensibau. Batuan beku dari Granit Pueh yang diwakili oleh
sampel C memiliki komposisi mineral yaitu kuarsa, plagioklas, ortoklas, biotit dan muskovit.
Batuan beku dari Granit Pueh diinterpretasikan tergolong ke dalam granitoid tipe-S karena
berdasarkan karakteristik mineraloginya memiliki kandungan biotit yang lebih melimpah.
Batuan volkanik pada periode magmatik Kapur yang diwakili oleh Volkanik Raya memiliki
komposisi mineral plagioklas, kuarsa, hornblenda, piroksen dan mineral mafik berukuran sangat
halus. Pada periode magmatik Eosen –Miosen, batuan plutonik yang diwakili oleh Intrusi
Sintang memiliki komposisi kuarsa, plagioklas, ortoklas, hornblenda dan biotit. Berdasarkan
karakteristik mineraloginya, jenis batuan granitoid dari Intrusi Sintang merupakan granitoid
yang kaya akan hornblenda, sehingga dapat diinterpretasikan tergolong ke dalam granitoid tipe-
I. Pada periode magmatik Pliosen, batuan volkanik yang diwakili oleh Volkanik Niut memiliki
komposisi plagioklas, piroksen dan mineral mafik berukuran sangat halus.
Analisis magma adakit pada batuan beku di daerah Singkawang dan sekitarnya (Gambar
9) menunjukkan bahwa batuan beku pada periode magmatik Eosen –Miosen secara dominan
memiliki kandungan Y yang rendah (< 20 ppm) dan kandungan Sr yang tinggi (diperlihatkan
oleh perbandingan Sr/Y yang tinggi) sehingga termasuk ke dalam kelompok adakit. Batuan
beku periode magmatik Eosen –Miosen diinterpretasikan terbentuk dari proses pelelehan kerak
samudra pada subduksi yang berumur muda. Lelehan adakit tersebut kemudian bercampur
dengan magma andesitik hingga akhirnya mengintrusi kerak benua. Sedangkan batuan beku
pada periode magmatik Pliosen cenderung memiliki kandungan Y yang tinggi (> 20 ppm) dan
kandungan Sr yang rendah sehingga termasuk ke dalam kelompok Andesit-Dasit -Rhyolit
(ADR) dari busur volkanik “normal”. Batuan beku pada periode magmatik Pliosen
diinterpretasikan terbentuk dari hasil pelelehan magma dari mantel.
Batuan beku pada periode magmatik Perm –Trias terbentuk pada tatanan tektonik yang
berhubungan dengan proses subduksi dan kolisi, yaitu pada active continental margin. Batuan
beku pada periode magmatik Kapur terbentuk pada tananan tektonik yang berhubungan dengan
proses subduksi dan kolisi, yaitu pada active continental margin. Batuan beku pada periode
magmatik Eosen –Miosen terbentuk pada tatanan tektonik yang berhubungan dengan proses
subsuksi, yaitu pada active continental margin. Sedangkan batuan beku pada periodemagmatik
Pliosen terbentuk pada tatanantektonik yang berhubungan dengan proses perenggangan (rifting)
akibat proses subduksi, yaitu pada continental rift zone.
STUDI KARAKTERISTIK DAN PETROGENESIS BATUAN BEKU DI DAERAH
SINGKAWANG DAN SEKITARNYA, PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Egy Erzagian1*
Lucas Donny Setijadji2
I Wayan Warmada2
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
2
Dosen Jurusan Teknik Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
*Email : egy.erzagian@gmail.com
SARI
Studi petrogenesis batuan beku di daerah Singkawang dan sekitarnya menjadi suatu hal yang menarik
untuk dipelajari karena meliputi beberapa periode magmatik dengan jangkauan waktu geologi yang
panjang. Daerah penelitian berada di bagian baratlaut Kalimantan dengan batasan termasuk ke
dalam peta geologi regional skala 1 : 250.000 lembar Singkawang, Sambas-Siluas dan Sanggau.
Batasan umur batuan beku pada daerah penelitian yaitu pra-Trias hingga Pliosen. Tujuan penelitian
adalah untuk 1) mengetahui tipe dan karakteristik komposisi batuan beku, dan 2) menginterpretasikan
proses pembentukan (petrogenesis) batuan beku serta keterkaitannya dengan tatanan tektonik di
daerah Singkawang dan sekitarnya pada masing-masing periode magmatik. Metode yang digunakan
dalam penelitian adalah analisis petrografi dari data primer dan analisis geokimia dari data
sekunder yang berasal dari beberapa peneliti terdahulu yang meliputi analisis afinitas magma,
kristalisasi fraksinasi, tatanan tektonik dan keberadaan magma adakit. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa batuan beku yang terbentuk pada masing-masing periode magmatik memiliki tipe dan
karakteristik komposisi batuan yang berbeda-beda. Batuan beku pada periode magmatik Perm – Trias
memiliki afinitas seri kalk-alkali K- tinggi hingga kalk-alkali dengan sebagian batuan intrusi berupa
granit tipe-S. Periode magmatik Kapur memiliki afinitas seri kalk-alkali K-tinggi hingga toleitik
dengan batuan yang terbentuk memiliki tipe-I dan tipe-S. Batuan beku pada periode magmatik Eosen
- Miosen memiliki afinitas seri kalk-alkali dengan batuan granitoid berupa tipe-I. Batuan beku pada
periode magmatik Pliosen memiliki afinitas seri toleitik. Pembentukan batuan beku pada periode
magmatik Perm – Trias terjadi pada tatanan active continental margin dengan mekanisme subduksi
dan kolisi. Periode magmatik Kapur terbentuk pada tatanan active continental margin dengan
mekanisme subduksi dan kolisi. Periode magmatik Eosen – Miosen terbentuk pada tatanan active
continental margin dengan mekanisme subduksi. Sedangkan periode magmatik Pliosen terbentuk
pada tatanan continental rift zone dengan mekanisme peregangan (rifting).
afinitas seri toleitik dan tidak memiliki tektonik yang berhubungan dengan
batuan granitoid. proses subduksi dan kolisi, yaitu pada
2. Batuan beku dari masing-masing active continental margin. Batuan beku
periode magmatik terbentuk pada pada periode magmatik Eosen – Miosen
tatanan tektonik yang berbeda-beda dan terbentuk pada tatanan tektonik yang
telah mengalami perkembangan. Batuan berhubungan dengan proses subsuksi,
beku pada periode magmatik Perm – yaitu pada active continental margin.
Trias terbentuk pada tatanan tektonik Sedangkan batuan beku pada periode
yang berhubungan dengan proses magmatik Pliosen terbentuk pada
subduksi dan kolisi, yaitu pada active tatanan tektonik yang berhubungan
continental margin. Batuan beku pada dengan proses perenggangan (rifting)
periode magmatik Kapur terbentuk pada akibat proses subduksi, yaitu pada
tananan continental rift zone.
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin. 2009. Cretaceous Orogenic Granite Belts, Kalimantan, Indonesia. JSDG, Geoscience, Vol.
19, No. 3, p:167-176.
Castillo, P.R. 2006. An Overview of Adakite Petrogenesis. Chinese Science Bulletin Vol.51 Issue.3,
Sprigger, p:257-268.
Hall, R. dan G. Nichols, 2002. Cenozoic Sedimentation and Tectonics in Borneo : Climatic Influences
on Orogenesis. The Geological Society of London
Hartono, H.M.S. 1983. Summary of Tectonic Development of Kalimantan and Adjacent Areas. Energy,
Pergamon Press Ltd.Vol. 10, No. 3/4, p:341-352.
Rollinson, H. 1993. Using Geochemical Data : Evaluation, Presentatation, Interpretation. Longman
Singapore Publishers (Pte) Ltd, Singapore.
Rusmana, E., R.P. Langford, F. de Keyser dan D.S. Trail, 1993. Peta Geologi Lembar Sambas/Siluas,
Kalimantan Skala 1:250.00. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Soeria-Atmadja, R., D. Noeradi dan B. Priadi, 1999. Cenozoic Magmatism in Kalimantan and Its
Related Geodynamic Evolution. Journal of Asians Earth Sciences, Vol.17, Elsevier Science
Ltd., p.25-45.
Supriatna, S., U. Margono, Sutrisno, F.de Keyser, R.P. Langford dan D.S. Trail, 1993. Peta Geologi
Lembar Sanggau, Kalimantan Skala 1:250.00. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.
Surata, M., O. Suksiano, M. Pratomo dan Supriyadi, 2010. Discovery and Its Genetic Relationship of
Bauxite Deposit in Mempawah and Landak Regency West Kalimantan Province. Proceeding
Book of Kalimantan Coal and Mineral Resources, Balikpapan.
Suwarna, N., Sutrisno, F. de Keyser, R.P. Langford dan D.S. Trail, 1993. Peta Geologi Lembar
Singkawang, Kalimantan Skala 1:250.00. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.
Van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology of Indonesia Vol. 1 A, Government Printing Office, The
Hauge, Amsterdam.
Verhoogen, J., I.S.E. Carmichael dan F.J. Turner. 1974. Igneous Petrology. McGraw-Hill Inc., New
York.
Williams, H., F. J. Turner dan C.M. Gilbert. 1982. Petrography : An Introduction the Study of Rocks
in Thin Section 2nd Edition. W. H. Freeman & Co.
Williams, P. R., C. R. Johnston, R. A. Almond dan W. H. Simamora. 1988. Cretaceous to Early
Tertiary Structural Elements of West Kalimantan. Tectonophysics, No. 148, Elsvier Science
Publisher B.V., Amsterdam, p.279-297.
Wilson, M. 1989. Igneous Petrogenesis. Harper Collins Academic, Hammersmith, London.
Winter, J.D. 2001. Introduction to Igneous and Metamorphic Petrology. Prentice-Hall Inc., Upper
Saddle River, New Jersey.
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
TABEL
Tabel 1. Rangkuman komposisi mineral
hasil analisis petrografi di daerah penelitian
Komposisi (%)
No Kode Sampel Formasi
Kuarsa Plagioklas Ortoklas Hornblenda Piroksen Biotit Muskovit M Dasar M. Opak
1 120309-03 Volkanik Niut - 5 - - 15 - - 80 -
2 120728-09 I Intrusi Sintang 38 51 - 11 - - - - -
3 120728-09 II Intrusi Sintang 51 30 - 14 - - - - 5
4 120728-11A Intrusi Sintang 34 16 38 12 - - - - -
5 120728-12 I Intrusi Sintang 36 22 26 14 - - - - -
6 120728-12 II Intrusi Sintang 44 18 26 12 - - - - -
7 120728-12 III Intrusi Sintang - 22 - - 10 - - 68 -
8 120729-04B Intrusi Sintang - 18 - 12 10 - - 60 -
9 120801-04 Intrusi Sintang 43 40 10 7 - - - - -
10 140820-01 Granit Pueh 40 25 10 - - 14 11 - -
11 120728-08 Volkanik Raya 5 13 - 6 - - - 76 -
12 120801-02 Volkanik Raya - 17 - - 6 - - 67 -
13 120309-09 Volkanik Raya - 26 - - 6 - - 68 -
14 120728-01 I Granodiorit Mensibau 34 42 - 10 14 - - - -
15 120728-01 II Granodiorit Mensibau 31 43 - 10 12 - - - 4
16 120728-05 Granodiorit Mensibau 42 28 16 10 - - - - 4
17 120305-01 Granodiorit Mensibau 43 30 10 12 - 5 - - -
18 120308-08 Granodiorit Mensibau 28 56 - 18 - - - - -
19 120309-10 Granodiorit Mensibau 40 10 32 10 - - - - -
20 120310-08 Granodiorit Mensibau 42 28 12 10 - - - - -
21 120310-09 Granodiorit Mensibau 46 33 - 13 - 6 - - -
22 120305-06 Granit Laur 50 35 - 15 - - - - -
23 120730-03 I Volkanik Sekadau - 60 - - 15 - - 25 -
24 120730-03 II Volkanik Sekadau - 55 - - 20 - - 25 -
25 120308-09 Kompleks Embuoi 45 12 35 - - 13 - - -
26 120308-15 Kompleks Embuoi 50 26 12 - - 12 - - -
428
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
GAMBAR
Gambar 2. Peta geologi regional Kalimantan Baratlaut (Suwarna dkk., 1993 dengan modifikasi) dan
persebaran sampel
429
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 3. Kenampakan petrografis (a) sampel A dari Kompleks Embuoi yang mewakili periode
magmatik Perm – Trias (b) sampel B dari Granodiorit Mensibau yang mewakili periode
magmatik Kapur (c) sampel C dari Intrusi Sintang yang mewakili periode magmatik
Eosen
– Miosen dan (d) sampel D dari Volkanik Niut yang mewakili periode magmatik Pliosen
430
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 5. Diagram analisis afinitas magma. Diagram: a) MacDonald, 1968 dalam Winter, 2001. b)
Pecerrillo dan Taylor, 1976 dalam Rolinson, 1993. c) Mayashiro, 1974 dalam Winter,
2001.
d) Diagram AFM
Gambar 6. Diagram tatanan tektonik batuan granitoid di daerah Singkawang dan sekitarnya (Pearce
dkk., 1984 dalam Winter, 2001)
Gambar 7. Diagram tatanan tektonik batuan beku volkanik basaltik di daerah Singkawang dan
sekitarnya (a) Mullen (1983 dalam Winter, 2001). (b) Pearce, 1982 dan Coish dkk., 1986
431
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
dalam Winter, 2001.
432
Gambar 8. Diagram perbandingan Y vs. Sr/Y pada batuan beku di daerah Singkawang dan sekitarnya
(Defant dan Drummond, 1990)