Anda di halaman 1dari 3

Setyanta dan Setiadi (2006) mengaplikasikan metode gaya berat dan magnet untuk

mempelajari keadaan geologi dan tektonik di daerah Meratus, secara garis besar kegiatan
tektonik yang terjadi di Pegunungan Meratus berlangsung dari Jura sampai awal Tersier
menyebabkan batuan ultramafik tersingkap serta bercampur dengan rijang radiolaria dan
sekis. Dari pemodelan magnet ditafsirkan bahwa batuan ofiolit tersingkap oleh sistem
tumbukan dua lempeng sejenis. Lapisan batuan ofiolit ini menebal ke arah timur dan
maksimum di sekitar danau Riam Kanan dan menipis lagi ke arah timur dan barat.

Aplikasi metode gaya berat dan magnet telah dilakukan untuk mempelajari geologi dan tektonik
daerah Meratus dan sekitarnya yang berhubungan dengan keberadaan batuan ultramafik. Model-
model
2 D gaya berat dan magnet yang diperoleh menghasilkan beberapa kesimpulan utama sebagai berikut
:

Dari pemodelan gaya berat dapat diketahui bahwa batuan ofiolit di daerah Meratus terbagi menjadi
dua jalur, yaitu jalur sebelah barat (jalur Bobaris) dan jalur sebelah timur (jalur Manjam).

Rapat massa batuan poligon ultramafik dalam perhitungan ternyata hanya sesuai dalam kisaran
2,74 hingga 2,9 gr/cc (dibawah 3,1 gr/cc) dan suseptibilitas sekitar 0,15 S.I. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh proses fragmentasi yang menyebabkan batuan kerak samudera bercampur
dengan batu-batuan Prakapur seperti rijang, batuan malihan dan batuan karbonat sehingga
mengurangi kepadatan maupun besarnya rapat massa batuan.

Batuan ultramafik di daerah Meratus diterobos oleh dua macam retas batuan yang berbeda
rapat massa dan kemungkinan juga berbeda umur. Yang pertama oleh batuan granitik berumur
Jura (rapat massa 2,72 gr/cc) dan yang kedua oleh batuan andesitik berumur Tersier (Miosen
Awal) (rapat massa 2,80 gr/cc).

Oleh proses tunjaman terjadi alih tempat, batuan ultramafik sebagai batuan kerak samudera
menumpang di atas kerak granitik (rapat massa sekitar 2,68 gr/cc) dan akhirnya tersingkap.

Dari pemodelan magnet ditafsirkan bahwa batuan ofiolit tersingkap oleh sistem tumbukan dua
lempeng sejenis. Lapisan batuan ofiolit ini menebal ke arah timur dan maksimum di sekitar danau
Riam Kanan dan menipis lagi ke arah timur dan barat.
Setiawan dkk. (2019) melaporkan, batuan seri ofiolit terdapat di Kalimantan Selatan
merupakan suatu rangkaian proses yang terjadi pada periode Jura Akhir-Kapur Awal (165-137)
jtl, pada periode ini seiring dengan Kerak Benua Paternosfer yang menunjam terhadap
Sundaland dan kedua kerak benua tersebut mendekat, terjadilah proses Pre-Kolisi terhadap
Mikrokontinen Paternoster oleh Blok Sulawesi Selatan. Pada periode ini, batuan-batuan dasar
berupa sikuen ofiolit yang terjadi akibat proses kolisi dan malihan yang sudah terbentuk
sebelumnya terangkat menjadi tinggian. Di Daerah Batulicin merupakan salah satu tempat
tersingkapnya batuan ultramafik yang merupakan bagian dari batuan seri ofiolit, ditemukan
batuan dunit dan piroksenit yang merupakan batuan beku ultramafik bagian dari seri batuan
ofiolit yang berada pada bagian bawah. Uniknya tidak jauh dari ditemukannya batuan ultramafik
tersebut ditemukan juga Batuan Plagiogranit yang diindikasikan menerobos batuan sikuen yang
dibawahnya pada kelompok ofiolit berupa Gabro, hubungan antara satuan batuan felsic dan
mafik ini dapat diindikasikan sebagai batas forearc dan busur vulkanik jenis ofiolit.

Pada periode Jura Akhir-Kapur Awal di Kalimantan Selatan, Kerak Benua Paternosfer
menunjam terhadap Sundaland dan kedua kerak benua tersebut mendekat, terjadilah proses Pre-
Kolisi terhadap Mikrokontinen Paternoster, batuan-batuan dasar berupa sikuen ofiolit yang
terjadi akibat proses kolisi dan malihan yang sudah terbentuk sebelumnya terangkat menjadi
tinggian.

Di Daerah Batulicin ditemukan batuan dunit dan piroksenit yang merupakan bagian seri batuan
ofiolit yang berada pada bagian bawah, batuan plagiogranit serta Rijang merupakan batuan sedimen
silika non-klastik
Based on metamorphic evolution, tectonic setting of the Southeast Sundaland is marked by two
tectonic sutures, which are partitioned by Paternoster micro-continent. The first is Jurassic
accretionary remnant located to the west of the micro-continent and represents the existence of
the Meratus Suture. The metamorphic belt extends offshore beneath the Java sea and extends
northward to the Mangkalihat Peninsula or to western part of Central Sulawesi. Part of the
Jurassic high-pressure belt had been overprinted toward medium pressure even thermal
metamorphism during further geologic events toward the Cretaceous Barrovian even Buchan
type metamorphisms. It was triggered by elevating heat flow as respon to the crustal thickening
due to collision of the Paternoster against Sundaland in the early Cretaceous and subsequent
Cretaceous calc alkaline magmatism.

The second is Cretaceous accretionary complex, located to the east of the micro-continent. It
extends from Karangsambung in Java, Bantimala-Latimojong-Pompangeo in Sulawesi and
surrounds eastern part of Paternoster Platform and West Sulawesi Continent. This subduction
belt was a curve high-pressure metamorphic belt in Southeast Sundaland. High and ultra-high
pressure metamorphic rocks of The BantimalaMelange Complex and The Luk Ulo Melange
Complex together with their ophiolite are cropped out since early Late Cretaceous and Early
Paleogene Periods respectively.

The major structural implication of our results is thus that a subduction-related tectonic
environment was prevailing in the southernmost Kalimantan (Meratus Range) both before (Alino
Formation, of Upper Aptian to Cenomanian age) and after (Manunggul Formation, of Upper
Turonian to Senonian age) the major cretaceous tectonic event, i.e. the obduction of the
Peridotitic Nappe. The succession of events leading to the formation of Alino and Manunggul
Formations, and obduction of the Peridotitic Nappe is given in Fig 7.

Struktur utama lingkungan tektonik terkait subduksi di Kalimantan selatan (Rentang Meratus)
dari kapur tengah dan akhir, baik sebelum (Formasi Alino) dan setelah (Formasi Manunggul),
yaitu obduksi dari Peridotitic Nappe. Rangkaian peristiwa yang mengarah pada pembentukan
Formasi Alino dan Manunggul, dan obduksi dari Peridotitic Nappe.

Anda mungkin juga menyukai