INTERPRETASI SEISMIK
Disusun Oleh:
RAIS INDRA G
111.180.073
PLUG 3
i
2021
ii
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2021
BAB I
PENDAHULUAN
1. Praktikan mampu menententukan batas tiap - tiap top formasi dari suatu
horizon seismik serta kemenerusan dari tiap top formasi
2. Praktikan mampu mengolah data excel/ data seismik yang masih mentah
untuk kemudian diolah agar menjadi data yang dapat digunakan untuk
membuat peta interpolasi kontur dengan aplikasi arcgis
3. Praktikan mampu menentukan zona prospek pada peta yang telah dibuat
BAB II
METODE
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum yakni alat
tulis lengkap beserta checklist.
2. Tentukan batas ekspresi seismik tiap top formasi pada penampang Xline
dan Inline. Setelah didapati titik dari tiap top formasi, lakukan penandaan
dengan cara mewarnai ekspresi garis seismik dengan warna tertentu secara
menerus. Perhatikan keterdapatan sesar yang dapat mempengaruhi
kemenerusan ekspresi garis seismik. Keberadaan sesar dilakukan dengan
memplot garis pada garis seismik yang terganggu. Lakukan pada semua
penampang dengan memperhatikan ketentuan pada format penampang
Xline dan Inline.
4. Hitung nilai kedalaman, selanjutnya bila telah selesai gunakan file excel
yang sudah diolah tadi untuk melakukan interpolasi peta pada peta dasar
yang telah ada.
BAB 3
PEMBAHASAN
Data kedalaman dilakukan dengan mengolah data excel berupa data jarak
dengan top batu cinta pada kedalaman – 1000 dari setiap penampang seismik yang ada,
yakni penampang Inline dan Xline
Berdasarkan keberadaan struktur geologi dalam skala regional dalam hal ini sesar
naik yang diidentifikasi dari identifikasi dari penampang horizon seismik sebelumnya
dapat diketahui keberadaan antiklin yang dikontrol oleh sesar naik tersebut memiliki
potensi sebagai terakumulasi nya hidrokarbon. Struktur sesar tersebut mengakibatkan
adanya pengangkatan yang membentuk perangkap antiklin. Daerah disekitar perangkap
antiklin dapat diidentifikasi sebagai daerah dengan zona prospek yang baik
Pada mulanya terbentuk basement dengan lithologi granit akibat proses pembekuan
magma di bawah permukaan bumi yang diikuti oleh pengendapan batupasir akibat
transport pelapukan akibat tersingkapnya batuan disekitar nya, dalam hal ini adalah batuan
beku. Kedua satuan tersebut membentuk suatu ketidakselarasan yakni “non conformity”.
Batu pasir yang mengalami pengendapan secara intens membentuk formasi di atasnya,
yakni formasi batucinta. Pengaruh tektonik mengakibatkan terjadinya depresi yang
membentuk daerah rendahan yang lama kelamaan berada di bawah 0 m dari permukaan
laut. Pada saat itu secara berangsur - angsur material karbonat yang didukung oleh
salinitas rendah, suhu yang hangat, serta keberadaan arus tenang menjadikan terbentuknya
satuan karbonat berupa formasi batusayang. Satuan karbonat yang tersingkap lalu diikuti
dengan terendapkan nya material lempung dan lanau secara selaras akibat transportasi
dengan energi tinggi yang berakibat pengendapan yang telah mengalami penghalusan
ukuran butir dari pelapukan. Dan terakhir terjadi pengendapan material pasir yang
terkompaksi dan tersemenkan menjadi satuan batu pasir berupa formasi batukasih. Proses
tektonik dalam skala regional menyebabkan adanya sesar naik yang mengontrol perangkap
antiklin yang memiliki potensi sebagai tempat akumulasi hidrokarbon.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
2. Didapatkan hasil interpolasi pada data excel berupa peta kontur geologi bawah
permukaan lapangan greenfield. Berdasarkan data pada peta yang telah dibuat, didapati
nilai dengan titik tertinggi (terdekat dengan permukaan) sebesar -1305,56 m dan titik
terendah (terjauh dari permukaan) sebesar -1576,39 m
eberadaan struktur geologi regional berupa sesar naik menjadi pengontrol terhadap
keberadaan dan perkembangan antiklin yang berpotensi sebagai perangkap migas.
Keberadaan antiklin juga dapat mengindikasikan bahwa daerah disekitar antiklin
merupakan daerah dengan prospek migas yang baik
Koesoemadinata R.P., 1980. Geologi Minyak dan Gas Bumi. Edisi kedua, Jilid 2.
Penerbit ITB
Ellis, Darwin. 2007. Well Logging for Earth Scientists: Second Edition.
Dordrecht: Springer
LAMPIRAN