Anda di halaman 1dari 32

alasan untuk melakukan workover suatu

Workovers peringkat di antara jenis yang paling kompleks, sulit dan mahal wellwork
ada. Mereka hanya dilakukan jika penyelesaian sumur yang mematikan tidak cocok
untuk pekerjaan di tangan. Pipa produksi mungkin telah menjadi rusak karena faktor-
faktor operasional seperti korosi ke titik di mana integritas juga terancam. Downhole
komponen seperti pipa katup pengaman downhole dpt atau listrik pompa submersible
mungkin tidak berfungsi, perlu penggantian.

Dalam keadaan lain, alasan untuk workover tidak mungkin bahwa penyelesaian itu
sendiri berada dalam kondisi buruk, tetapi bahwa kondisi reservoir yang berubah
membuatnya tidak cocok. Misalnya, produktivitas yang tinggi mungkin telah selesai
dengan 5 ½ "tubing untuk memungkinkan tingkat aliran tinggi (tabung sempit akan
perlu tersedak aliran). Beberapa tahun kemudian, menurunnya produktivitas berarti
waduk tidak bisa lagi mendukung aliran stabil melalui ini luas menanggung Hal ini
dapat menyebabkan workover untuk menggantikan 5 ½ "tabung dengan 4 ½" tabung
ini dikenakan sempit membuat untuk aliran lebih stabil...

operasi

Sebelum workover apapun, baik yang pertama harus dibunuh. Karena workovers
panjang direncanakan terlebih dahulu, akan ada banyak waktu untuk merencanakan
dengan baik membunuh dan sehingga sirkulasi terbalik akan umum. Sifat intens
operasi ini sering membutuhkan tidak kurang dari kemampuan dari rig pengeboran.

Workover dimulai dengan menghapus kepala sumur dan mungkin garis aliran lalu
mengangkat gantungan pipa dari kepala casing dan dengan demikian mulai menarik
penyelesaian keluar dari sumur. String akan hampir selalu tetap di tempat oleh
setidaknya satu packer produksi. Jika packer yang dapat diambil bisa dilepaskan
cukup mudah dan menarik keluar dengan string selesai. Jika permanen, maka itu
adalah umum untuk memotong pipa di atasnya dan tarik keluar bagian atas string.
Jika perlu, para pengepak dan tubing kiri di lubang dapat digiling keluar, meskipun
lebih umum, penyelesaian baru akan memanfaatkannya dengan menetapkan
pembungkus baru saja di atasnya dan berjalan pipa baru ke atas yang lama.

Workovers pada casing

Meskipun kurang terkena cairan lubang sumur, casing string juga telah dikenal untuk
kehilangan integritas. Pada kesempatan itu, dapat dianggap ekonomis untuk menarik
dan menggantinya. Karena casing string yang disemen di tempat, ini secara signifikan
lebih sulit dan mahal daripada mengganti string selesai. Jika dalam beberapa kasus
casing tidak dapat dihapus dari sumur, mungkin perlu untuk sidetrack area
menyinggung dan recomplete, juga merupakan proses yang mahal. Untuk semua
tetapi juga yang paling produktif, mengganti casing tidak akan ekonomis.

http://en.wikipedia.org/wiki/Workover
PERAWATAN SUMUR

Kerussakan Peralatan

Terdapat tiga tipe kerusakan tubular goods yang biasa terjadi di lapangan
:

1. Erosi
2. Keausan mekanis
3. Korosi
a. Bagaimana logam terkorosi
b. Faktor-faktor yang menyebabkan korosi
i. Komposisi logam
ii. Komposisi air
iii. Besaran-besaran fisika
c. Macam-macam korosi
i. Bimetalic corrosion
ii. Carbon dioxide corrosion/sour corrosion
iii. Oxygen corrosion
iv. Concentration cells corrosion
v. Erosion corrosion
vi. Corrosion fatigue
vii. Intergranular corrosion

Hal lain yang mendukung tipe kerusakan di atas:

4. kerusakan peralatan sembur buatan :


 Sucker Rod Pump
 Gas lift
 Electric Submersible Pump
Masalah Parafin

Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dari parafin :


 Sifat-sifat endapan parafin
 Faktor-faktor yang menyebabkan endapan parafin
 Pembersihan parafin
 Pencegahan parafin

Pengendapan Scale dan Pengontrolannya

Untuk mengantisipasi pengendapan dan pengontrolan scale diperlukan


pengetahuan sebagai berikut :

A. Tipe-tipe pengendapan scale


B. Faktor-faktor pembentukan scale
C. Bagaimana membersihak endapan-endapan scale
D. Pencegahan scale

Masalah Pasir

 Penilaian permasalahan
 Mekanisme terjadinya masalah pasir
 Prinsip-prinsip pengendalian pasir
 Metoda pengendalian pasir
 Pembersihan pasir dalam sumur

Kerusakan Formasi

Perlu diketahui hal-hal berikut :

 Clay swelling
 Penyumbatan partikel-partikel padatan
 Pengendapan aspal dan parafin
 Efek kerusakan formasi terhadap produktivitas sumur
WORK OVER

5.1 Pengertian

Workover atau disebut juga kerja ulang adalah perbaikan terhadap sumur-
sumur yang mengalami penurunan produksi bahkan telah mati namun berdasarkan
diagnose dari reservoir dan biaya pengerjaan sumur masih menguntungkan, namun
workover tidak dikerjakan jika produksi kecil akibat kerusakan formasi. Sumur-
sumur yang mengalami penurunan produksi tersebut akan dapat dihidupkan kembali
sehingga kelangsungan produksi minyak dan gas bumi dapat dipertahankan yang
berarti target produksi yang telah ditetapkan oleh perusahaan akan tercapai.

5.2 Alasan melakukan Workover

Alasan melakukan workover terbagi atas 2, yaitu :

1. Pengerjaan pada sumur yang mempunyai persoalan mekanis,seperti :

a. Mengefisiensikan produktivitas sumur (merubah atau menambah perforasi)


b. Menutup zona air atau gas.
c. Penggantian pompa dan alat-alat lain atau perbaikan lainnya.

2. Pengerjaan pada sumur tanpa persoalan mekanis, seperti :

a. Menambah produksi dengan mengganti completion atau multicompletion.


b. Untuk evaluasi.
c. Mendapatkan service well (merubah ke injector di secondary recovery).

5.3 Jenis kegiatan workover PT>PERTAMINA E & P sangasanga.

Dengan mengamati kegiatan workover PT.PERTAMINA E & P selama tahun


2010,maka kegiatan workover yang dilakukan adalah:
Gambar 5.1 salah satu kegiatan Workover & Well Service

5.3.1. Mengubah zona produksi

Mengubah zona produksi yaitu :

1. Re-kompleksi ke zona lain,baik zona yang lebih bawah maupun zona yang lebih
atas.

Alasan untuk mengubah zona reduksi ke zona lain adalah sehubungan dengan
zona yang sekarang sudah tidak ekonomis lagi untuk diproduksikan karena:

a. Infuks yang sudah kecil sekali karena energy reservoir sudah lemah sekali.
Biasanya zona ini ditutup sementara dulu sehubungan nilai ekonomisnya
sudah kurang dan yang nantinya kemungkinan akan dibuka kembali untuk
diproduksi dengan menggunakan sembur buatan (artificial lift).
b. Zona yang sekarang sudah “Watered Ouut” artinya sudah memproduksi air
yang terlalu banyak sehingga minyak yang dihasilkan sudah tidak ekonomis
lagi.
c. Zona yang sekarang GOR (gas Oil Ratio) –nya sudah terlalu tinggi sehingga
minyak yang sudah dihasilkan sudah tidak ekonomis lagi dan gas yang
diproduksi belum bisa dimanfaatkan karena belum ada penggunaannya atau
alas an-alasan yang menyangkut reservoir performance.

2. Re-komplesi zona yang sama tapi interval pervorasi yang berbeda

Pada suatu sumur yang telah berproduksi lama dan reservoirnya dari tipe
“water drive”, kadang-kadang Water Oil Contact (batas air dan minyak) akan naik
sehingga akan mencapai perforasinya maka mengakibatkan air ikut terproduksi
dan ini tidak dikehendaki. Jika masih memungkinkan biasanya perforasi lama
disumbat semen kemudian diperforasi dengan interval di atas lagi untuk menjauhi
WOC dan menghindari water coning.

Perpindahan perforasi bisa juga dilakukan keinterval yang lebih awal, hal
ini dilakukan untuk menghindari ikut terproduksinya gas dari gas cap dan untuk
memperbaiki interval perforasi agar tidak terjadi gas coning.

3. Memperbaiki kegagalan penyemenan casing(primary sementing).

Kegagalan primary cementing disini adalah akibat adanya chanel-chanel


pada semen di belakang casing sehingga fluida yang tidak diinginkan ikut
terproduksi bersama-sama dengan aliran fluida yang menjadi object produksi yang
sebenarnya.

Terjadinya chanel-chanel tersebut diakibatkan oleh beberapa sebab, diantaranya :

a. Ikatan yang kurang baik antara semen dengan casing atau semen dengan
formasi akibat lumpur yang kurang baik.
b. Casing menyandar di dinding lubang sumur.
c. Pendorong lumpur di annulus oleh cement kurang sempurna.
d. Terjadi pergerakan casing pada saat cement dalam proses mengeras.
e. Pencampuran cement yang kurang baik, sehingga pada waktu cement
mongering air terpisah dari padatannya, membentuk chanel-chanel(saluran-
saluran kecil).
f. Lubang sumur yang tidak merata.

5.3.2. Swabbing

Swabbing adalah pengisapan fluida sumur atau fluida komplesi setelah


perforasi pada kondisi overbalance dilakukan sehingga fluida produksi dari formasi
dapat mengalir masuk kedalam sumur dan kemudian di produksi dipermukaan.

Ada 2 sistem pengisapan fluida yang berada pada sumur sebelum diproduksikan :

A. Penurunan Densitas Cairan

Dengan menginjeksikan lumpur yang mempunyai densitas lebih kecil dari


fluida yang berada disumur, sehingga densitas lumpur baru akan memperkecil
tekanan hidrostatik (Ph) fluida sumur, sehingga akan terjadi aliran dari formasi
menuju sumur produksi selanjutnya ke permukaan.

B. Penurunan Kolom Cairan

Seperti halnya penurunan densitas cairan, untuk tujuan menurunkan tekanan


hidrostatik fluida dalam sumur agar lebih kecil dari tekanan formasi, dapat dilakukan
dengan 2 cara :

1. Pengisapan
Dengan memasukkan karet penghisap (swann-cup) yang berdiameter persis
sama dengan tubing untuk swabbing. Dengan cara menarik swab-cup ke atas,
maka tekanan dibawah swab-cup menjadi kecil sehingga terjadi surge dari
bawah yang akan mengakibatkan aliran.
2. Timba
Timba dimasukkan melalui tubing, dimana saat timba diturunkan. Katup pada
ujung membuka dan bila ditarik katup tersebut akan menutup. Dengan cara
ini,maka suatu saat tekanan formasi akan melebihi tekanan hidrostatik kolom
lumpur.

5.3.3. Squeeze Cementing

Squeeze cementing adalah suatu operasi dimana suatu bubur semen (cement
slurry) ditekan sampai tekanan tertentu pada suatu sumur minyak atau gas. Squeeze
cementing dilakukan pada saat kerja ulang suatu sumur.

Tujuan dari squeeze cementing adalah untuk menyumbat perforasi yang sudah
tidak diperlukan lagi atau bagian lubang terbuka sehingga suatu reservoir bisa
diisolasi.

Kegunaan squeeze cementing adalah :

a. Menyumbat aliran air atau gas dari zona minyak.


b. Menutup kembali zona tertentu untuk memproduksi zona produktif yang
lainnya.
c. Memperbaiki casing yang rusak.
d. Sebagai kelanjutan dari pekerjaan penyemenan utama (primary cementing)

Mekanisme dehidrasi semen jika ditempatkan di permukaan media berpori


yang kemudian di dalam penekanan adalah sama persis seperti lumpur pemboran
(proses terjadi mud cake). Jika semen terhydrasi pada media permeabilitas, air akan
terperas dari campuran buburnya dan endapan padatannya yang terdiri dari partikel-
partikel semen akan terbentuk di permukaan media berpermeabilitas tersebut
membentuk “filter cake”.

Ketebalan “filter cake” semen tersebut tergantung pada :

a. Permeabilitas dari filter cake atau formasi.


b. Karakteristik perasan (filtration) dari bubur semen.
c. Besarnya perbedaan tekanan yang dikerjakan.

Jika semen dengan kecepatan perasan tinggi (high filtration rate-high water
loss) di pompakan ke dalam sumur maka dehydrasi yang cepat akan terjadi pada
perforasi yang permeable dimana filter cake akan penuh mengisinya. Akibatnya
proses perasan akan terhambat pada perforasi di bawahnya karena lubang di
bawahnya tidak tersumbat. Semen dengan kecepatan perasan rendah (low filtration
rate-low water loss) akan membentuk filter cake yang tipis, semen akan tetap
berbentuk fluida sehingga kesempatan unutk mengisi semua lubang perforasi dan alur
akan tercapai.

Sifat fisik bubur semen untuk squeeze cementing adalah :

1. Thickening Time.

Adalah lama waktu semen masih dalam keadaan bisa dipompakan, seperi
diketahui bubur semen harus tetap dalam keadaan “fluida” dalam waktu yang cukup
sehingga semen bisa ditempatkan pada interval kedalaman yang diinginkan.

Waktu pemompaan harus lebihkecil dari thickening time karena bila tidak
akan menyebabkan suspensi semen akan mengeras lebih dahulu sebelum seluruh
suspensi semen mencapai target yang diinginkan dan bila mengeras di dalam casing
merupakan kejadian yang sangat fatal dalam operasi pemboran selanjutnya.
Sedangkan jika waktu pemompaan lebih besar dari thickening time maka semen
lambat mengeras sehingga merugikan waktu dan additive semen yang banyak
digunakan.

Factor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan thickening time dari


bubur semen:

a. Temperature sumur yang tinggi akan mempercepat reaksi hydrasi, jadi


mengurangi thickening time bubur semen.
b. Tekanan makin tinggi (sampai kira-kira 500 psi)akan mengurangi thickening
time.
c. Makin tinggi filtration loss akan mempercepat thickening time.
d. Penghentian sementara pada pemompaan semen akan mengurangi thickening
time.

2. Fluid Loss

Fluid loss adalah peristiwa hilangnya cairan dari suspense semen ke dalam
formasi permeable yang dilaluinya. Cairan ini disebut filtrate. Jika fluid loss besar
maka banyak filtrate yang hilang maka suspensi akan kekurangan air dan
menyebabkan pecahnya formasi.

Jika bubur semen di atas permukaan yang permeable ditekan, maka air akan
terperas keluar oleh proses ini disebut “dehydrasill” karena air keluar dari bubur
semen. Dehydrasi tidak sama dengan proses pengesetan semen. Pengesetan atau
hydrasi semen dimulai jika air ditambahkan dan semen akan menset apakah dalam
bentuk slurry atau dehydrasi.

3. Compressive Strength (kekuatan) semen.

Compressive strength adalah kekuatan semen dalam menahan tekanan-


tekanan yang berasal dari formasi maupun dari casing, jadi compressive strength
menahan tekanan-tekanan dalam arah horizontal.
Setelah operasi squeeze selesai, maka perlu penguatan semen yang cukup
tepat untuk memperkecil WOC (waiting on cement). Semen dengan compressive
strength 500 psi pada umumnya sudah cukup untuk semen squeeze, oleh karena itu
pekerjaan selanjutnya dapat dikerjakan tapi bukan untuk melakukan DOC (drill on
cement). Kekuatan semen dapat dipercepat dengan mempercepat reaksi hydrasi
semen. Bubur semen yang ideal adalah yang mempunyai waktu dapat dipompakan
yang cukup tatapi cukup cepat menjadi kuat.

4. Densitas Slurry.

Merupakan factor penting pada pekerjaan squeeze tekanan rendah (dibawah


tekanan retak formasi) perbedaan tekanan hidrostatik antara fluida berat (semen0 dan
fluida ringan (air) akan menyebabkan tekanan sirkulasi di dasar sumur berlebih dan
mengakibatkan retaknya formasi.

Pada umumnya hanya ada 2 tes atau pengujian sifat-sifat bubur semen di
lapangan yaitu : Densitas, diukur dengan pengukur standar umum “mud cup balance”
dalam satuan lbs/gal. Fluid loss, untuk semen low water loss harus dilakukan di
lapangan dengan menggunakan “mud filter press”.

Pada saat ini bubur semen untuk squeeze di sumur-sumur mengandung atau
dicampur dengan beberapa tipe additive untuk mengatur semen agar mempunyai
sifat-sifat tertentu.

Beberapa tipe additive tersebut antara lain :

1. Accelerators

Digunakan untuk mempercepat pengerasan semen dan mengurangi waktu


WOC, contoh Calcium Clorida, Sodium Clorida, Gipsum, Sodium Silikat dan
air laut.

2. retarder
Digunakan untuk memperlambat proses pengerasan semen agar mempunyai
waktu yang cukup untuk mencapai target kedalam waktu yang diinginkan.
Contoh: Calsium Lignosulfonat.

3. Fluid Loss Control Additive

Digunakan untuk mencegah hilangnya fasa liquid semen kedalam formasi,


sehingga terjadi kandungan cairan pada suspense semen. Contoh: Polymer,
CMHEC, dan Latex.

4. Additive-additive lain

Additive ini antara lain untuk mengatur densitas, strength, viscositas, tahanan
terhadap korosif, loss sirculation dan sebagainya.

5. Control kehilangan semen ke formasi (Lost Return Control)

Problem ini biasanya terjadi pada pekerjaan squeeze cement untuk zona
bertekanan rendah dan zona berongga. Untuk mengontrol masalah ini
digunakan semen dengan fluid loss yang tinggi dan dengan konsentrasi padatan
yang tinggi sehingga dapat menjadikan sumbatan disekitar lubang sumur.
Contoh: Fracsand, Gilsinite (blowen aspal).

Faktor-faktor yang harus di pertimbangkan dalam squeeze cementing:

a. Seleksi fluida yang dipakai dalam kerja ulang.

Teknik squeeze cementing dengan tekanan rendah hanya bisa dilakukan jika
fluida yang bersih seperti air, garam (salt water) atau minyak dipakai dalam
pekerjaan kerja ulang atau workover.

b. Volume slurry
volume slurry dan beratnya tergantung terutama kepada jumlah air yang
digunakan untuk campuran.

Surry weight = lbs cement + lbs water + lbs additive

Gals cement + gals water + gals additive

Gallon cement, water dan additive adalah volume absolute dalam gallon.

Absolute Volume, gal = lbs material

(8,34 lbs/gal)x(specific grafity material)

Volume slurry yang bisa didapatkan dari satu sack semen jika dicampur
dengan sejumlah voluke air tertentu dan additivenya disebut YIELD

Yield, cuft/sack = gals cement + gals water + gals additive

7.48 gals/cuft

5.3.3.1. Teknik-teknik Squeeze Cementing

Setiap sumur masing-masing mempunyai problem-problem khusus


yang kadang-kadang tidak bisa diperkirakan. Oleh sebab itu pekerjaan squeeze
cementing sangat tergantung kondisi di lapangan karena squeeze cementing
dipergunakan terutama untuk hal-hal sebagai berikut:

1. Re-kompleksi

a. Braden Head (open ended tubing) squeeze, metode ini digunakan


dengan cara menempatkan cement slurry di depan perforasi dan
disebut “balancing-the plug”.
Keuntungan :

 Tidak memerlukan peralatan khusus

 Resiko casing pecah terhindar

 Bisa melakukan squeeze job pada casing berdiameter kecil

Kerugian :

 Perlu test tubing

 Tidak dapat mentest kebocoran casing

 Casing terkena tekanan squeeze

b. Packer 9tool) squeeze, packer squeeze biasanya dipakai apabila


perkiraan tekanan squeeze akan melebihi kekuatan casing, casing
sudah tua dan bisa saja ada kebocoran di atas perforasi yang akan
disqueeze serta terdapat perforasi atau casing bocor yang pernah
diperbaiki di atas perforasi yang akan disqueeze. Packer yang
digunakan adalah dari jenis retrievable packer yang diturunkan
bersama tubing dan diset secara mekanikal dan hidrolik.

Keuntungan :

 Casing dan tubing dapat ditest dari kebocoran

 Casing terlindungi dari tekanan squeeze yang tinggi

 Semen tetap berada didalam tubing diatas packer

 Bila melakukan squeeze operation dengan tekanan tinggi

Kerugian :
 Biaya tinggi

 Resiko packer terjepit (stuck0

 Resiko meninggalkan ikan (fish) didalam sumur

2. perbaikan primary cementing

Kegagalan primary yang dimaksud disini adalah terjadinya chanel-chanel,


saluran-saluran pada cement di belakang casing sehingga menimbulkan
komunikasi antara zona-zona yang berbeda reservoir atau zona-zona air gas
dan minyak.

3. Memperbaiki kebocoran casing

Memperbaiki kebocoran casing yang terjadi diatas top of primary cement


selalu banyak menimbulkan problem. Tidak hanya tingkat keberhasilannya
rendah tapi juga memerlukan bermacam-macam usaha yang kadang-kadang
mahal. Salah satu problem dalam perbaikan casing ini adalah cemen harus
mengisi ruangan di belakang casing, sedangkan banyak terjadi formasi loss
circulation sebab perforasi dangkal yang harus menderita tekanan
penyemenan yang bisa merekakkan formasi ini.

5.4 Perforasi

Pembuatan lubang menembus casingdan semen sehingga terjadi


komunikasi antara formasi dengan sumur yang mengakibatkan fluida formasi
dapat mengalir kedalam sumur, hal tersebut dinamakan perforasi.

5.4.1 Perforator
Untuk melakukan perforasi digunakan perforator yang dibedakan atas tipe
perforator :

A. Bullet / gun perforator

Komponen utama dari bullet perforator, yaitu :

a) Fluid seal disk : pengaman agar fluida sumur tidak masuk kedalam
alat

b) Gun barrel

c) Badan gun : terdiri dari selinder panjang yang terbuat dari besi
yang dilengkapi suatu alat control untuk penembakan. Sejumlah
gun/susunan gun ditempatkan dengan interval tertentu dan
diturunkan kedalam sumur dengan menggunakan kawat (electric
wireline cable) dimana kerja gun dikontrol dari permukaan melalui
wireline untuk melepaskan peluru (penembakan) baik secara
sendiri-sendiri maupun serentak .

d) Electric wire : kawat listrik yang meneruskan arus untuk


pengontrolan pembakaran powder charge.

B. Shape charge/jet perforator.

Prinsip kerja dari jet perforator berbeda dengan gun perforator, bukannya
gaya powder yang melepas bullet tetapi powder yang eksplosif diarahkan
oleh bentuk powder chargenya menjadi suatu arus yang berkekuatan tinggi
yang dapat menembus casing,semen dan formasi.

5.4.2 kondsi kerjaa perforasi

A. conventional overbalance
merupakan kondisi kerja didalam sumur dimana tekanan formasi dikontrol
oleh fluida/lumpur komplesi,atau dengan kata lain bahwa tekanan
hidrostatik lumpur (ph) lebih besar dibanding tekanan formasi (pf)
sehingga memungkinkan dilakukan perforasi,pemasangan tubing dan
perlengkapan sumur lainnya.Cara overbalance ini umumnya dilakukan
pada :

a) Komleksi multi zona

b) Kompleksi gravel pack (cased hole).

c) Komplesi dengan menggunakan linier.

d) Komplesi pada casing intermediate

Masalah atau problem yang sering timbul dengan teknik overbalance ini adalah :

1. Terjadinya kerusakan formasi (damage) yang lebih besar, akibat reaksi antara
lumpur kompesi dengan mineral-mineral batuan formasi.

2. Penyumbatan oleh bullet / charge dan runtuhan batuan

3. Sulit mengontrol terjadinya mud-loss atau kick

B. Under Balance

Merupakan kebalikan dari overbalance, dimana tekanan hidrostatik lumpur


komplesi lebih kecil dibandingkan tekanan formasi. Cara ini sangat cocok
digunakan untuk perforasi sensitive/reaktif dan umumnya lebih baik
dibandingkan overbalance, karena :
1. Dengan Ph < Pf, memungkinkan terjadinya aliran balik : dari formasi
ke sumur, sehingga hancuran hasil formasi perforasi (debris) dapat
segera terangkat keluar dan tidak menyumbat hasil perforasi.

2. Tidak memungkinkan terjadinya mud-loss dan skin akibat reaksi


antara lumpur dengan mineral batuan

3. Clean-up lebih cepat efektif

5.4.3. Teknik / Cara Perforasi

Berdasarkan cara menurunkan gun kedalam sumur, ada 2 teknik perforasi yaitu :

1. Wireline conveyed perforation

Biasanya menggunakan gun berdiameter besar. Kondisi kerja perforasi


dengan teknik adalah overbalance, sehingga tidak terjadi aliran setelah
perforasi dan menara pemboran dengan BOP masih tetap terpasang untuk
penyelesaian sumur lebih lanjut.

2. Tubing conveyed perforation

Gun berdiameter kecil dimasukkan kedalam sumur melalui x-mastree dan


tubing string setelah tubing dan packer terpasang diatas interval perforasi.
Penyalaan gun dilakukan pada kondisi underbalance, dan umumnya untuk
operasi ini menggunakan lubricator (alat control tekanan) atau snubbing unit.

5.4.4. Peralatan-peralatan

Adapun perlatan-peralatan yang dipakai dalam kegiatan Work Over di


PT.PERTAMINA E&P Sangasanga.

5.4.4.1 RIG
Dalam peralatan pengeboran, terdapat lima system pemboran yang harus
tersedia agar pelaksanaan pemboran dapat berjalan dengan baik. Dalam pekerjaan
workover juga membutuhkan lima system pemboran hanya saja terdapat sedikit
perbedaan pada system-system tersebut.

5.4.4.2 Hoisting System

Fungsi dari Housting system adalah untuk menyediakan fasilitas untuk


mengangkat, menahan dan menurunkan drill string, casing string dan perlengkapan
bawah permukaan lainnya dari dalam sumur atau atau keluar sumur. Dua jenis
kegiatan rutin yang sering menggunakan peralatan hoisting system pada saat operasi
pemboran adalah :

1. Melaksanakan penyambungan rangkaian string (making connecting).


Melaksanakan penyambungan berhubungan dengan proses penambahan
sambungan baru pada drillpipe untuk penembusan yang makin dalam.

2. Melaksanakan trip (making trip). Melakukan trip adalah berhubungan dengan


proses pencabutan drillstring dari lubang bor untuk mengganti kombinasi dari
peralatan bawah permukaan (bottom hole assembly) dan kemudian
menurunkan kembali kedalam sumur pemboran. Trip biasanya dilakukan
untuk mengganti bit yang sudah mulai tumpul.

Terdapat komponen-komponen utama dalam hoisting system, antara lain :

a. Derrick dan substructure

Fungsi dari derrick adalah untuk menyediakan ruang ketinggian vertical yang
diperlukan untuk mengangkat pipa atau menurunkan ke lubang bor. Semakin
tinggi derrick, semakin panjang rangkaian pipa yang dapat ditangani.
Sehingga semakin cepat pipa yang panjang dapat dimasukkan atau
dikeluarkan dari lubang bor. Panjang umumnya digunakan adalah berkisar
antara 27 dan 30 ft. Kemampuan derrick untuk menangani suatu panjang
rangkaian pipa sering disebut dengan stand. Yang tersusun dari dua tiga atau
empat sambungan drill pipe,yang sering disebut dengan kemampuan menarik
boubles,tribbles atau fourbles.

Dalam penambahan ketinggian, kemampuan rig ditentukan berdasarkan


kemampuan menahan beban kompresif dan beban angin. Beban angin yang
diijinkan ditentukan dari rangkaian drill string dilubang bor dan rangkaian
drill string yang disandarkan pada salah satu sisi rig. Bila drill string dilubang
bor dan rangkaian drill string yang disandarkan pada salah satu sisi dari rig.
Momen mengguling (overtuning moment) harus dikenakan titik tersebut.
Beban angin harus dihitung dengan asumsi beban angin searah dengan
momen penggulingan. Anchored guy wires ditarik dari masing-masing kaki
rig untuk meningkatkan ketahanan rig dari beban.

Substruktur adalah bagian dibawah derrick yang menahan sebagian tempat


berdirinya derrick. Selain ia menahan beban tekan, tingginya juga harus cukup
untuk member ruang yang cukup bagi peralatan BOP.

b. Block dan Tackle

Block dan Tackle terdiri dari :

1. Crown Block

Crown block adalah suatu unit katrol (sheaves/puli) yang terletak


dirangka atas pada crown block dan sheaves bawah yang ada pada
travelling block. Lilitan ini berulang agar membuat system pengangkat
dapat bekerja.

2. Travelling block
merupakan suatu katrol yang dapat naik turun dan menghubungkan
drilling line dengan hook dan swivel. Hal ini dapat dikombinasikan
dengan hook sebagai satu unit atau dapat terpisah.

3. Drilling line

Drilling line adalah tali kawat yang terbuat dari enam untaian kawat
baja yang dipintal dan dililitkan pada crown block dan travelling
block. Drilling line digunakan untuk menahan beban pada hook.

Sebagai contoh, “8 line string” berarti 4 puli pada travelling block


dililitkan secara bergantian oleh drilling line bersama crown block.
Jumlah puli yang diperlukan pada crown block satu lebih banyak dari
pada jumlah puli pada travelling block, kelebihan satu puli ini adalah
untuk tali mati (dead line) yang dijangkarkan kedasar substruktur.

4. Hook

Hook merupakan alat berbentuk kait yang besar yang terletak dibawah
travelling block, dimana swivel dan pipa tergantung selama operasi.
Didalam hook terdapat suatu pegas yang membantu menyerap kejutan
dan juga lompatan pin keluar dari box sewaktu melepas atau membuka
sambungan pipa.

5. Elevator

Elevator adalah suatu penjepit pipa yang sangat kuat sehingga dapat
dimasukkan tau dikeluarkan pipa. Elevator digantung pada elevator
link yang dipasang pada travelling block atau hook.ada dua tipe
elevator, yaitu:

a. Bottle neck (taper shoulder), yang dipakai untuk hampir semua


pipa bor.
b. Collar left (square shoulders), yang dipakai pada pipa bor berbahu
segi empat (Kelly) atau pipa collar.

c. Draw work

draw work atau juga disebut hoist karena merupakan otak dari pada derrick
karena :

1. Merupakan pusat pengontrol dari mana driller menjalankan


pengeboran.

2. Drawwork merupakan rumah dari gulungan drilling line.

Adapun tugas-tugas utama drawwork adalah :

1. Meneruskan tenaga dari penggerak mula ke unit travelling block


sewaktu proses pengangkatan dan penurunan rangkaian pipa.
Penurunan pengangkatan ini disebut”Trip in”, “Trip out “ atau
“Tripping”.

2. Meneruskan tenaga dari penggerak mula ke rotary drive sprockets


pada kebanyakan rig-rig.

3. Meneruskan tenaga dari penggerak mula ke cat head untuk


menyambung (making up) atau melepas (breaking up) bagian-bagian
pipa.

Bagian utama dari Drawwork adalah :

1. Drum

2. Brake

3. Transmisi
4. Cathead

5.5. Circulating system

Fungsi utama dari ssirkulasi adalah mengangkat serpihan cutting dari dasar
sumur kepermukaan. Namun dalam pekerjaan workover dan well service system
sirkulasi berfungsi untuk membersihkan lubang sumur dari endapan-endapan paraffin
dan sebagai tenaga pendorong pada saat melakukan squeeze cementing. Peralatan
sirkulasi system dalam workover dan well service :

1. Tangki Lumpur

Tangki lumpur berfungsi sebagai tempat untuk membuat, menyimpan dan


mengkondisikan lumpur yang akan digunakan untuk pemboran. Tangki ini
terbuat dari plat baja yang dilengkapi dengan mixing hooper untuk pembuatan
lumpur, mud gun dan agitator yang berguna untuk pengadukan lumpur agar
pengendapan lumpur dapat dihindari.

2. Fluida

Fluida untuk workover sama seperti fluida untuk komplesion yang mana
diperlukan untuk menahan tekanan reservoir tetapi harus juga mencegah
terjadinya formation damage. Fluida ini juga digunakan untuk packer fluid,
tetapi karena pada packer fluid ditambahkan anti korosi, maka packer fluid
tidak boleh dimasukkan kedalam reservoir. Sifat-sifat fluida yang diharapkan :

a. Tidak menyebabkan formation damage

b. Bisa diatur sampai densitas yang diinginkan

c. Ekonomis dan mudah didapat

d. Aman untuk manusia dan lingkungan


e. Sifat korosivenya kecil sekali

f. Stabil pada kondisi sumur

g. Compatible dengan zat additive

Jenis fluida yang bisa digunakan adalah Salt Water (air garam) dengan range
densitas 8.4 – 10.0 ppg.

3. Pompa

Untuk pekerjaan perawatan sumur digunakan pompa jenis positive


displacement pumps 9jenis pompa piston atau pompa plunger). Oleh karena
pada perawatan sumur tekanan relative tidak terlalu tinggi maka kebanyakan
menggunakan pompa piston.

Pada umumnya pompa yang digunakan adalah pompa duplex, yaitu dua
silinder kerja ganda. Sedangkan motor penggeraknya adalah motor diesel,
rangkaian pada skid (skid mounted) atau pada truck (truck mounted).

5.6. Rotary system

Rotary system yang digunakan pada pekerjaan workover adalah power swivel
yang digerakan oleh pompa secara hidrolis. Power swivel digunakan sebagai penahan
beban drill string berputar.

Fungsi utama Swivel :

a. Menghubungkan drill string ke hoisting system. Swivel dikaitkan ke hook dan


traveling block melalui swivel bail.

b. Memungkinkan rotary system berputar. Drillstring, swivel tidak berputar


tetapi menahan swivel stem.
c. Berguna untuk mengalirkan lumpur pemboran dari rotary hose masuk ke drill
string.

5.7. BOP System

Blow Out Preventer (BOP) adalah alt pencegah semburan liar yang berfungsi
untuk menutup apabila terjadi semburan liar pada saat pekerjaan perawatan atau kerja
ulang sumur dilakukan. Alat ini digunakan terutama pada sumur yang mempunyai
tekanan formasinya masih tinggi.

Apabila merawat sumur artificial lift (sumur pompa atau gas lift) yang
tekanan formasinya sudah kecil, yang digunakan sebagai BOP adalah tubing stripper.
Pada prinsipnya BOP ada dua macam yang digunakan yaitu annular dan ram (pipe
ram dan blind ram).

a. Annular preventer

Annular BOP didesain untuk menutup disekeliling lubang sumur dengan


berbagai jenis ukuran dan bentuk peralatan sehingga annular BOP ini dapat
menutup annulus disekitar drill pipe, drill collar dan casing.

Annular preventer merupakan master valve yang umumnya ditutup pertama


kali bila sumur mengalami well kick karena kefleksibelan karet penutup unutk
mengisolasi lubang bor.

b. Ram Preventer

1. Pipe Ram

Pipe ram didesain untuk annulus disekelilingi menutup peralatan-peralatan


yang berupa drill pipe, tubing atau casing. Penutup ini berupa dua block ram
baja yang berbentuk semi-circular yang dilengkapi dengan dua pasang karet
isolasi. Ram ini dapat menutup disekeliling drill pipe, tubing, drill colar, Kelly
atau casing tergantung dari ukuran ram yang dipilih.

2. Blind Ram

Blind ram hampir mirip dengan pipe ram, hanya saja packer pada blind ram
diganti dengan packer tanpa cutouts (lengkungan pipa). Ram ini didesain
untuk menutup dan mengisolasi lubang bor yang tanpa drill string atau casing.

5.8. Power System

Hampir sebagian besar daya yang tersedia pada rig dikonsumsi oleh hoisting
system dan circulating system. System lainnya hanya sedikit mengkonsumsi daya
yang tersedia. Untungnya hoisting system dan circulating system memerlukan daya
tidak secara bersamaan, sehingga mesin yang sama dapat menyediakan daya untuk
kedua system tersebut. Total daya yang umum diperlukan dalam sebuah rig dari 1000
sampai 3000 hp. Rig modern sumber penggeraknya biasanya berasal dari internal
combustion diesel engine dan secara umum diklasifikasikan menjadi :

1. Diesel-electric type

2. Direct- drive type

Tergantung dari metode yang digunakan untuk mentransmisikan daya tersebut


keberbagai system dalam rig.

5.9. Wireline Unit

Wireline unit adalah peralatan kerja ulang sumur dengan menggunakan


gulungan kawat panjang untuk menurunkan dan menaikkan alat kedalam dan/ dari
sumur (tubing). Metode ini sangat praktis dan ekonomis dan mudah dalam hal rig-up
dan rig-down serta dalam hal memasukkan dan mengeluarkan tool string ke dan/ dari
sumur. Alat ini sangat mengandalkan peranan dari kerja jar (jar action) yaitu gerakan
yang dapat menghasilkan gerakan pukulan/hantaman yang sangat diperlukan didalam
pemasangan dan pelepasan peralatan didalam sumur. Alat ini dipakai untuk
menunjang pekerjaan workover. Namun mempunyai keterbatasan terhadap daya
cabut / angkat barang dari dalam sumur yang realtif kecil.

Jenis pekerjaan yang dapat dikerjakan dengan wireline yaitu :

 pengukuran kedalaman sumur

 pengukuran tekanan dan temperature dasar sumur

 pembukaan dan penutupan sliding side door

 pemasangan dan pelepasan alat control produksi (plug, separation tool,


straddle tool, dll)

 kalibrasi tubing

 pembersihan paraffin dan pasir

 pengambilan Bottom Hole Sampling (pelubangan tubing)

 mencari kebocoran tubing

 pengamanan sumur

 menurunkan dan menaikkan Production Logging Tool

Peralatan wireline terdiri dari tiga section yaitu :

1. Winch Unit dan Powerpack

Merupakan mesin hidroulik yang digerakan oleh diesel dapat berupa single
drum maupun double drum. Type kawat yaitu :

a. Slick Line
Terdiri dari satu kawat dengan diameter dari 0.066 “ s/d 0.108 “ yang
digulung pada single drum atau dua drum yang lebih kecil. Biasanya
dipakai untuk pekerjaan wireline yang normal dengan ukuran kawat 0.092
dan (0.105 untuk fishing job).

b. Braided Line

Terdiri dari multi straded line yang berdiameter dari 0.125” sampai
dengan 0.312”. Yang sering dipakai adalah 0.125” dan 0.1875” untuk
pekerjaan ‘fishing’, ‘sand bailing’ dan ‘swabbing’.

c. Conductor Line

Sama dengan braided line dengan core yang terisolasi, untuk pekerjaan
logging dan BHP survey. Winch Unit ini dilengkapi dengan pengukuran
kedalaman dan pengukuran berat (weight indicator).
c. Work Over

Work over adalah semua pekerjaan yang dilakukan untuk memperbaiki keadaan sumur agar
produksi sumur tersebut semakin meningkat, atau tetap dapat dipertahankan termasuk
diantaranya karakteristik sumur. Jenis-jenis pekerjaan work over adalah :

1. Add perforation (penambahan lubang perforasi).


2. Pembersihan lubang-lubang perforasi.
3. Isolasi zona.

d. Equipment Maintenance

Perawatan dan penjagaan barang atau alat-alat dalam keadaan baik dan dapat dipakai
berulang-ulang kali merupakan pekerjaan dari equipment maintenance. Pekerjaan ini sangat
penting sekali mengingat peralatan yang dipakai dalam produksi minyak bumi sangat mahal
sehingga perlu untuk menghematnya. Disamping itu tempat ini juga digunkan untuk
memperbaiki peralatan yang rusak seperti packer, swivel dan reda pump.

e. Subproduce Equipment

Subproduce equipment adalah peralatan yang berfungsi untuk memindahkan minyak dari
perut bumi ke permukaan. Terdapat beberapa peralatan yang berfungsi sebagai subproduce
equipment yaitu sebagai berikut :

1. Reda pump, pompa submersible yang berfungsi memompakan minyak ke permukaan.


Pompa ini memiliki kapasitas yang beragam yaitu 100 –15000 bpd.
2. Switch board, berfungsi menyuplai listrik pada reda pump dan mengontrol kerja reda
pump.
3. Transformer, untuk mengubah tegangan arus listrik dari line agar sesuai dengan
kebutuhan reda pump yang dipasang.
4. Tubing hanger, berfungsi untuk menggantung tubing pada casing head.
5. Cable guard, berfungsi sebagi pelindung flat cable extention.

http://migasnet06irul8053.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai