Anda di halaman 1dari 9

INTEGRASI TEOLOGI DAN KOMUNIKASI

I. PENDAHULUAN
1. Etimologi dan Terminologi
1.1.1. Integrasi
Jika melihat pengertian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata integrasi dapat
berarti pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. Integrasi juga dapat dipahami
sebagai upaya membangun paradigma, serta menetapkan interpretasi dan aksi yang baru dalam
pembauran kedua hal. Namun dalam hal ini, integrasi teologi dan komunikasi sebagaimana
dalam judul adalah upaya menemukan korelasi antara teologi dan komunikasi sebagai ilmu.

1.1.2. Teologi
Jika merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti Teologi adalah pengetahuan
ketuhanan (mengenai sifat Allah, dasar kepercayaan kepada Allah dan agama, terutama pada
kitab suci). Menurut Roland J. Allen, secara etimologi kata Teologi sendiri berasal dari
transliterasi Yunani dengan dua akar kata di dalamnya, yaitu Theos yang berarti Allah, dan
Logos yang berarti perkataan atau Firman yang dipelajari. Sederhananya, Teologi adalah upaya
seseorang dalam mempelajari ataupun memahami perkataan atau Firman Allah. Hal ini juga
berarti bagaimana upaya seseorang dalam menafsirkan dan memahami hakekat Allah menurut
keyakinannya. Allen menjelaskan, dalam pengertian yang lebih eksplisit teologi merujuk pada
upaya sistematis untuk menyatakan sejelas mungkin keyakinan-keyakinan yang paling dalam
mengenai orang Kristen atau komunitas Kristen tertentu. 1Sementara itu, B.F Drewes
mengungkapkan meskipun teologi adalah wacana ilmiah mengenai Allah atau ilah-ilah, tidak ada
teologi Kristen tanpa keyakinan bahwa Allah bertindak atau berfirman, secara khusus dalam
Yesus Kristus yang menggenapi perjanjian dengan umat Israel. Dalam hal ini pernyataan Allah
turut diterima dengan iman. Oleh karenanya Drewes mendefinisikan ilmu teologi sebagai bidang
studi ilmiah yang melayani gereja yang diutus ke dalam dunia dalam usahanya untuk memahami
dan menghayati karya Allah, sesuai dengan Firman Allah yang hidup, di mana hal ini berarti
bahwa ilmu teologi secara kritis meninjau praktik dan misi Gereja dalam terang kebenaran
Firman Allah.2
1
Allen, Ronald J, Berfikir Secara Teologis: Pengkhotbah Sebagai Teolog, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017) 9-10
2
Drewes B.F,Apa Itu Teologi?, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007) 16
Saat ini, Teologi telah menjadi disiplin ilmuyang kini memiliki berbagai cabang ilmu
yang secara khusus mempelajari lebih rinci berbagai aspek di dalamnya. Sebagai contoh,terdapat
cabang ilmu Teologi Kristen yang berfokus pada kemampuan dalam menafsir Alkitab yang
disebut Hermeneutika. Di sisi lain, cabang ilmu Teologi yang secara khusus mempelajari tentang
Pekabaran Injil disebut Misiologi. Adapula Homiletika (Berkhotbah), Ekologi, Dogmatika, Etika
Kristen, dan lain sebagainya.Namun seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa Teologi,
(termasuk seluruh cabang ilmu di dalamnya), adalah upaya dalam memahami, memaknai, dan
menghidupi hakekat Allah seluas-luasnya. Hal ini juga harus tetap dilandaskan pada iman
terhadap Yesus Kristus dan tidak hanya sebagai tindakan mengungkapkan kebenaran secara
ilmiah. Upaya berteologi adalah upaya menyajikan iman dengan lebih logis sehingga kebenaran
akan Firman Tuhan dapat diterima dengan baik.

1.1.3. Komunikasi
Jika melihat pengertian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti komunikasi adalah
Pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang
dimaksud dapat dipahami. Menurut M. Zamroni, istilah komunikasisendiri menjadi kata serapan
yang berasal dari kata communicare yang berarti menyampaikan. Pandangan ini juga sejalan
dengan kata common yang berarti kesamaan. Jadi, pengertiankomunikasi berkaitan dengan
penyampaian sesuatu dalam rangka mendapatkan kesamaan makna. 3Menurut Zikri Fachrul,
dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan interaksi antara satu dengan yang lain. Alat
interaksi itu secara akumulatif disebut komunikasi, yaitu hubungan ketergantungan
(interdependensi) antar manusia baik secara individu maupun kelompok. Karena itu, disadari
atau tidak, komunikasi merupakan bagian penting dari kehidupan manusia sejak ia lahir. Dalam
ruang lingkup sosial, melalui komunikasi seseorang dapat bekerja sama dan melangsungkan
kehidupan di tengah masyarakat.4
Dalam hal ini,pemahaman komunikasijuga dipahami sebagai sebuah disiplin ilmu.Setiap
manusia sejak lahir perlu belajar dalam berkomunikasi, baik verbal maupun nonverbal.Menurut
Harianto GP, komunikasi disebut ilmu karena sudah memenuhi persyaratan ilmu itu sendiri,
yaitu: Pertama, harus ada objek yang dikaji. Komunikasi memiliki objek, yaitu usaha manusia
dalam menyampaikan isi pernyatannya kepada manusia lain. Kedua, objek kajiannya harus
3
Zamroni M, Filsafat Komunikasi, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2022), 22
4
Fachrul, Zikri, Teori Komunikasi Kontemporer, (Depok: Kencana, 2017) 2-3
terdiri dari satu golongan masalah yang sama tabiatnya. Ketiga, keterangan mengenai objek
harus dapat disusun dengan teratur dalam hubungan sebab akibat. Komunikasi akan memenuhi
syarat apabila terjadi feedback (hubungan timbal balik) antara komunikator dengan komunikan
secara sebab-akibat. Di sinilah mengapa manusia sebagai makhluk sosial tidak akan lepas dari
lingkungan dan sesamanya. Hubungan ini merupakan dasar dari eksistensi suatu masyarakat dan
menentukan struktur masyarakat itu sendiri, dan komunikasi adalah medianya. 5Fachrul
mengungkapkanbahwa mempelajari ilmu komunikasi dapat dikategorikan dalam dua aspek:
Pertama, bertujuan untuk memperoleh ilmu yang terkait dengan proses komunikasi itu sendiri.
Kedua, diharapkan akan dapat menuntun manusia untuk dapat merubah sikap, mengubah
opini/pendapat/pandangan, mengubah perilaku, ataupun mengubah masyarakat.6
Merujuk pada sejarahnya,salah satu tokoh terkemuka dalamperkembangan ilmu
komunikasi adalah Aristoteles. Salah satuperkembangan ilmukomunikasi yang dikemukakan
Aristoteles ialah Retorika (Seni Berbicara/Seni Berpidato). 7Hadirnya Retorikamenjadi bagian
penting dalam sejarah perkembangan komunikasi sebagai ilmu Pendidikan.Sebab seiring
berjalannya waktu, kemampuan berbicarasangat dibutuhkan guna mengemukakan fakta yang
logis dan lebih muda diterima. Menurut Aristoteles, Retorika sebagai ilmu komunikasi tidak
hanya terbatas pada kemampuan dalam berbicara saja, akan tetapi jugaberhubungan dengan
berbagai aspek ilmu lainnya, baik itu logika, dialektika, hingga pengembangankarakter personal
dalam kemampuan persuasi.Karena hanya dengan begitu,komunikasi yang terjadi akan lebih
hidup dan menghidupkan. Dikatakan menghidupkan sebab ia mampu membangun nalar, mampu
menyentuh berbagai kebutuhan yang diharapkan,mampu menggerakkan (baik secara
emosi/perasaandan tindakan).8Oleh karenanya, perkembangan komunikasi sebagai ilmu
Pendidikan bertujuan membangun kemampuan dalam berkomunikasi agar semakin lebih baik.
Hal ini sudah menjadi bagian dari eksistensi manusia sebagai makhluk sosial.Komunikasi
diharapkan akan membantu seseorang agar mampu mengemukakan argumen dengan alasan yang
logis, mampu membawa audiens sesuai dengan kerangka berfikir yang diharapkan, serta
akhirnya mampu berbuah melalui tindakan.
2. Pengertian Integrasi Teologi dan Komunikasi

5
GP. Harianto, Komunikasi dalam Pemberitaan Injil, (Yogyakarta: ANDI, 2012) 3
6
Fachrul, Zikri, Teori Komunikasi Kontemporer… 5
7
Ronda, Andi Mirza, Tafsir Kontemporer Ilmu Komunikasi, (Tangerang: Indigo Media, 2018) 43
8
W.Rhys Roberts, “RetorikaAristoteles” Terj: Dedeh Sry Handayani (Yogyakarta: Basabasi, 2018), 18
Jika merujuk pada pengertian mendasar sebelumnya, dapat dipahami bahwa kata
Integrasi, Teologi,dan Komunikasi memiliki pemaknaan masing-masing. Berdasarkan pendapat
para ahli sebelumnya, dapat kita pahami bahwa Teologi (dalam hal ini Teologi Kristen), adalah
ilmu yang secara khusus berupaya memahami berbagai hal tentang Allah dan hakekatnya, serta
berbagai aspek yang merujuk pada ajaran kekristenan pada khusunya. Sementara itu komunikasi
merupakan disiplin ilmu yang sebenarnya sudah menjadi bagian dari hidup manusia sebagai
makhluk sosial. Baik teologi dan komunikasi, keduanya menjadi disiplin ilmu yang memiliki
arahnya masing-masing. Maka jika melihat pengertian atas ketiganya, dapat dipahami tulisan ini
menjadi upaya pembauran/menyatukan teologi dengan komunikasi sebagai ilmumenjadi satu
kesatuan.Akan tetapiperlu dipahami, pada dasarnya teologi dan komunikasi sesungguhnya
adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Teologi pada dasarnya adalah komunikasi itu
sendiri. Teologi tidak akan berjalan tanpa adanya komunikasi, dan upaya berteologi
membutuhkan ilmu komunikasi yang tepat di dalam prosesnya. Bahkan, Alkitab sendiri
sesungguhnya adalah bentuk nyata komunikasi Allah terhadap umatNya.Melalui Alkitab, Allah
turut berbicara/Berfirman kepada seluruh umatNya, dan itu terus berlangsung sampai saat ini. 9
Oleh karena itu, tulisan ini secara khusus akan berfokus pada pemaknaan mengapa ilmu
komunikasi begitu berperan penting dalam upaya berteologi. Tulisan ini juga akan berfokus
menggali lebih jauh bagaimana ilmu komunikasimampu membangun teologi semakin bertumbuh
dan menunjukkan eksistensinya. Hal ini termasuk bagaimana pemaknaan akan hakekat Allah dan
kebenaran akan FirmanNya harus mampu dipahami dan disajikan dengan logis.Meskipun
demikian, perlu kita pahami sekalipun berbagai teori dan metode komunikasi digunakan dalam
upaya berteologi, sangat tidak mungkin kita sebagai manusia mampu mendefenisikan hakekat
Allah (yang transenden) secara utuh dan menyeluruh. Oleh karenanya sebagaimana dijelaskan
sebelumnya, bahwa upaya berteologi bersamaan dalam ilmu komunikasi juga harus disertai
dengan iman sebagai kunci utama.Upaya berteologi turut membutuhkan iman di dalam
prosesnya, secara khusus terhadap Yesus Kristus sebagai Juruslamat. Sehingga peran Ilmu
komunikasi akan membantu upaya berteologi gunamenemukan dan membangun argumen
berteologi yang tepat dalam pertumbuhan iman.

II. PEMBAHASAN

9
GP. Harianto, Komunikasi dalam Pemberitaan Injil, (Yogyakarta: ANDI Offset, 2012) 15
Sebagaimana penjelasan sebelumnya, bahwa upaya berteologi seyogyanya juga
merupakan upaya berkomunikasi, yaitu bagaimana teologi sebagai ilmu dapat dikomunikasikan
dengan lebih logis dan dapat diterima dengan baik.

2.1. Membangun Persuasi dalam Teologi


Secara umum, persuasi sendiri dapat berarti kemampuan dalam mengajak, mengarahkan,
ataupun membujuk secara halus. Pemahaman akan persuasi juga termasuk bagian dari
perkembangan ilmu Retorika yang diajarkan Aristoteles. Teknik persuasif umumnya banyak
digunakan para orator ataupun pembicara publik dalam menarik simpati dan menyampaikan
argumen di dalam orasinya. Sebagaimana dalam sejarahnya, retorika menjadi perkembangan
ilmu yang tidak jauh dengan sejarah politik dan tata negara Yunani kala itu. 10Pada dasarnya,
selama manusia mampu berkomunikasi, akan selalu ada upaya persuasi di dalamnya.Manusia
secara naluriah akan terus berupaya untuk saling mempengaruhi dalam komunikasinya. Entah
untuk sekedar memberi respon dialog, atau membawa orang lain memasuki cara berfikirnya, atau
sebagai upaya memenangkan argumen terhadap orang lain, bahkan untuk bertahan hidup.
Persuasi menjadi bagian yang tidak akan terpisahkan dari komunikasi.
Dalam hal ini, upaya berteologi juga turut membutuhkan kemampuan dalam komunikasi
yang persuasif.Dalam hal ini, terdapat dua cabang ilmu Teologi yang pada dasarnya
membutuhkan komunikasi persuasif secara khusus, yaitu Misiologi dan Homiletika. Ini menjadi
penting sebab keduanya adalah cabang ilmu Teologi yang secara khususmenjadi wujud
komunikasi secara langsung kepada orang lain. Ada komunikator, ada pendengar.Jika dilihat dari
pengertiannya, adapun Misiologi merupakan ilmu teologi yang berbicara tentang berbagai aspek
yang mencakup teologi misi, sejarah misi, antropologi, studi antar budaya, strategi misioner dan
berbagai keterkaitan ilmu lainnya, di mana secara khusus bertugas menyelidiki secara ilmiah dan
kritis latar belakang, motivasi, struktur, metode, ataupun model dari pelaksanaan tugas
pengutusan gereja dalam pekabaran Injil. 11Tugas Misi dalam upaya Pekabaran Injil secara
khusus ialah membawa berita damai, membawa kabar baik, keselamatan, dan upaya
memproklamirkan Allah itu Raja.12Ini merupakan wujud nyata tanggung jawab Gereja dana
seluruh orang percaya terhadap mandat Amanat Agung Yesus Kristus, yaitu turut serta

10
Widowatie, Derta Sri,”Tentang Persuasi: Handbook Ilmu Komunikasi”, (Bandung: Nusa Media, 2021) 1-3
11
Lih, Misiologi dalam Aritonang, Jan. S,”Kamus Gereja dan Teologi Kristen” (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2021)
12
Kirk, J. Andrew, “Apa Itu Misi?”, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018) 22
memberitakan keselamatan di dalam Yesus Kristus keseluruh dunia. 13 Sementara itu, Homiletika
sendiri sederhananya merupakan cabang ilmu Teologi yang secara khusus mempelajari ilmu seni
berkhotbah atau pewartaan Firman Tuhan Sejalan dengan Misi, Homiletika turut berupaya agar
pengajaran akan Firman Allah dapat diterima dengan baik.14
Dalam hal ini, teknik komunikasi persuasif merupakan salah satu hal yang dibutuhkan di
dalam Misiologi dan Homiletika.Sebab keduanya (Misiologi dan Homiletika) pada dasarnya
berfokus dalam upaya agar komunikasi(Pengajaran Firman Tuhan) yang disampaikan harus
mampu diterima dengan baik oleh para pendengar, mampu menyentuh, menggerakkan,
menghasilkan pertobatan, dan akhirnya menumbuhkan iman.Teknik komunikasi persuasif

2.2Alkitab: Awal Komunikasi dan Teologi


Dalam Injil Yohanes 1:1 tertulis: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-
sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”. Melalui ayat ini, dapat dipahami bahwa
kebenaran Allah sendiri sesungguhnya ada di dalam FirmanNya. Upaya berteologi dalam
mencari dan menjelaskan tentang hakekat Allah itu sendiri pada dasarnya bermula melalui
Firman yang tertulis dalam Alkitab. Inilah mengapa Alkitab dikatakan menjadi dasar komunikasi
dalam Teologi. Mengungkapkan hakekat dan kebenaran Allah dimulai dengan memahami bahwa
semua bermula dari komunikasi Allah itu sendiri. Alkitab sendiri menghadirkan banyak cara
yang unik dalam penyampaian Firman Allah.

2.2. Yesus Kristus: Teladan Komunikasi Alkitab


Berbicara mengenai tokoh komunikator dalam Alkitab, baik Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru sebenarnya menghadirkan banyak tokoh-tokoh dengan kemampuan komunikasi
yang bagus. Sebut saja Musa dalam menjalankan tugas dari Allah memimpin bangsa Israel.
Terlihat jelas bagaimana Allah selalu berbicara kepadanya, dan ia menjadi perantara bagi
umatNya. Atau mungkin Raja Salomo dalam hikmatnya yang penuh didikan sebagai wujud
pengakuan atas kedaulatan Allah. Akan tetapi dalam hal ini, penulis lebih memilih Yesus Kristus
sebagai tokoh utama. Hal ini dikarenakan segala pengajaran Yesus Kristus sudah termasuk
dalam iman Kekristenan itu sendiri. Kita mengimani Yesus Kristus adalah Allah yang turut
berkomunikasi kepada manusia secara langsung. Dalam hal ini, penulis melihat secara khusus
13
Thomas, Norman E, “Teks-teks Klasik Tentang Misi & Kekristenan Dunia”, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019) 48
14
Lih, “Homilitika” dalam Aritonang, Jan.s,”Kamus Teologi …
peristiwa khotbah di bukit sebagai acuan utama. Dalam peristiwa Khotbah di Bukit, Yesus
Kristus menyampaikan pengajaran dengan begitu luas dan penuh dengan komunikasi yang hebat.
Khotbah di Bukit sendiri adalah salah satu bagian pengajaran Yesus yang sangat banyak
mengandung nilai pengajaran terlebih dalam iman kekristenan. Khotbah di Bukit terdapat dalam
Injil Matius, yang secara khusus dimulai dari Matius pasal 5 sampai pasal 7. 15 Pada teks Matius
5:2 tertulis“Maka Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya:” Ayat ini menjadi
pembuka salah satu bagian pengajaran Yesus Kristus yang memang begitu luar biasa hingga saat
ini.Oleh karenanya, beberapa hal yang dapat penulis hadirkan mengenai sosok komunikasi Yesus
Kristus diantaranya adalah:
1. Ajakan Persuasif yang kuat.
Mulai dari awal sampai akhir, Khotbah di Bukit berisi ajakan yang sangat kuat.
Dikatakan kuat sebab terdapat berbagai penekanan metode yang khas di dalamnya. Sebut saja
penggunaan analogi yang di luar pemikiran awam kala itu. Seperti pada teks Matius 7:7-11.
Yesus menggambarkan Roti dengan Batu, Ikan dengan Ular, dan hubungan Allah Bapa terhadap
umatnya dianalogikan seperti seorang Anak dengan seorang Ayah. Ajakan persuasive yang kuat
ini menunjukkan bahwa apa yang disampaikan Yesus Kristus bukan lagi bersifat ajakan,
melainkan sudah menjadi ketetapan dan kewajiban.
2. Argumen yang tepat dan logis
Dalam komunikasinya, Yesus Kristus selalu menggunakan gaya Bahasa yang khas dan
unik. Semua bertujuan dalam mengajar, mendidik, menegur, menguatkan, dan membawa
keselamatan bagi para pengikutNya. Alkitab mencatat bahwa Yesus Kristus seolah tidak pernah
kalah dalam beradu argumen. Sebut saja bagaimana para Ahli Taurat dan orang Farisi selalu
berupaya menjebak dengan menghubungkan Hukum Taurat terhadap pengajaranNya.Padahal
Yesus Kristus sesungguhnya tidak berbicara menurut pendapatNya sendiri, akan tetapi selalu
terlebih dahulu berangkat dari pemahamanNya mengenai Hukum Taurat lalumemberi
penyempurnaan dalam ajaran yang baru.

3. Mengajarkan Respon Komunikasi

15
Sebenarnya dalam Injil Sinoptik, peristiwa ini turut dihadirkan dalam Injil Lukas, yang dihadirkan dengan judul
“Khotbah di Padang”. Hanya saja Injil Matius menyajikan lebih mendetail danlebih luas sebab terdapat perbedaan
30 ayat di dalamnya. Lih,Stott, John,Khotbah di Bukit, (Jakarta: Yayasan Bina Kasih, 2016), 24-25
Melakukan perintah Allah dan mengikuti ajaranNya menjadi respon orang percaya dalam
berkomunikasi dengan Allah. Tidak hanya itu, terdapat satu komunikasi khusus yang kini
menjadi bagian penting dalam kekristenan, yaitu melalui doa. Pada bagian khotbah di bukit
inilah doa dasar iman Kristen mulai diajarkan, yaitu Doa Bapa Kami. Yesus Kristus tidak hanya
mengajarkan untuk melakukan Firman Allah, tetapi juga bagaimana berdoa. Dengan melakukan
Firman Allah dan berdoa, adalah bentuk komunikasi setiap orang percaya dalam merespon
komunikasi Allah. Dalam teori komunikasi, Andi Mirza Ronda mengemukakan bahwa
Komunikasi sebagai ilmu merupakan bentuk penelitian yang tidak hanya terbatas pada
pembahasan teoritis saja, akan tetapi perlu adanya asumsi filosofis dari teori ataupun konsep
yang digunakan di dalamnya. Ronda mengutip pendapat Littlejohn dan Foss yang menyebutkan
bahwa titik awal dari berbagai teori adalah asumsi filosofis yang mendasarinya. Asumsi tersebut
dikelompokkan menjadi tiga bagian utama, yaitu epistemologi, ontologi, dan aksiologi. 16

III. PENUTUP
Dalam memahami Teologi, yakni pencarian manusia akan sesuatu yang transenden tersebut,
sangat diperlukan komunikasi di dalamnya, karena dengan proses komunikasi tersebut manusia
dapat menyatakan dirinya secara utuh dalam hal mencari sesuatu yang transenden atau biasa
dikatakan “Tuhan”. Ada pandangan mengenai kaitan antara Teologi dan Komunikasi dari Robby
I. Chandra, pandangan pertama jika dilihat hubungan antara Teologi dan Komunikasi sangat
dekat dengan ‘bahasa’, karena tanpa bahasa kita tidak dapat berkomunikasi dan berteologia
secara sistematis dan efektif. Pandangan kedua yang menyatakan bahwa komunikasi serta
Teologi saling terkait dengan ‘relasi-relasi’, baik relasi dengan sesama maupun dengan Sang
Pencipta. Sehinga dengan melihat pandangan tersebut, semakin jelas dipemikiran kita bahwa
Teologi dan Komunikasi saling terkait satu dengan yang lainnya, sehingga proses ini berjalan
dua arah, yakni proses proses penyusunan teologi tentang komunikasi sebagai proses komunikasi
dan komunikasi perlu dikaji agar manusia lebih mengenal hakikat manusiawinya, sehingga
dengan memahami komunikasi kita akan lebih mengenal diri kita. 17 Ternyata jika ditelusuri lebih
dalam lagi mengenai komunikasi, dapat dipahami bahwa komunikasi pengertiannya sangat luas,
karena komunikasi itu terbagi atas dua landasan utama, baik komunikasi verbal maupun non
verbal, sehingga dengan pengertian tersebut komunikasi merupakan suatu bidang ilmu yang
16
Ronda… 32-33
17
Robby I Chandra l, Teologi dan Komunikasi, (Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1996), hal. 20-21
sangat terkait di dalam kehidupan manusia, baik secara sadar maupun tidak sadar kita telah
melakukan suatu proses komunikasi tersebut. Setelah memahami makna kedua kata tersebut,
dapat dimengerti bahwa Teologi dan Komunikasi sangat terkait satu dengan yang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai