Anda di halaman 1dari 8

Close

Sejarah Gereja Asia GEREJA MULA-MULA DI ASIA Kekristenan lahir di


tempat antara Timur dan Barat, yakni Yerusalem. Dari segi geografis
kota Yerusalem terletak diwilayah Asia Barat, tetapi dari segi polotis
merupakan ibukota suatu propinsi kekaisaran Romawi yang
berorientasi ke arah Eropa. Dari sinilah Tuhan Yesus mengutus murid-
murid-Nya menjadi saksi ke Yudea, Samaria, sampai ke ujung bumi.
Masa pertama Gereja di Asia (sampai tahun 1500), menguraikan
perluasan kekristenan pertama ke arah Timur, ke wilayah Timur
Tengah, India dan sampai ke Cina. Orang Kristen Asia adalah orang
yang pertama sekali memakai gedung gereja sebagai tempat beribadah
dan yang pertama menerjemahkan Alkitab. Raja Kristen pertama
adalah orang Asia. Bagian Barat mengabarkan Injil di Asia (1500-1945),
menguraikan sejarah gereja Asia pada zaman misi Gereja Barat.
Periode tersebut merupakan periode yang paling kaya dari segi
sumber-sumber historis, baik sumber primer maupun buku-buku dan
lain-lain. Di Asia kekristenan menghadapi agama-agama dan
kebudayaan kuat, yang sulit dimasuki Injil. Kesulitannya menimbulkan
beberapa pertikaian, misalnya mengenai isu tentang kasta, upacara
menghormati nenek moyang dan lain-lain. Penginjilan diarahkan pada
golongaan masyarakat yang dianggap strategis. Berbeda dengan misi
katolik, misi Protestan mengutamakan penerjemahan Alkitab sebagai
langkah pertama pekabaran Injil. Gereja protestan menekankan Firman
Tuhan (sola scriptura), ditambah lagi tersedianya Alkitab dalam bahasa
setempat, memungkinkan gereja membentuk teologi kontekstual,
tanpa bergantung terus pada hasil penafsiran orang-orang Barat.
Tujuan misi Protestan adalah menanam serta mendidik gereja-gereja
bumi putra mandiri. Beberapa gereja di Asia, terutama di Korea dan
jepang, dengan cepat mencapai kemandirian ekonomi, sedangkan di
negara lain gereja tetap bergantung pada dana dari luar. Orang Kristen
setempat dipersiapkan jawab atau kekuasaannya. Perang Dunia II
secara dratis menghentikan "masa remaja" gereja Asia, sehingga
dipaksa untuk mencapai kemandirian. Kekristenan Asia pada periode
1945-90, menguraikan sejarah gereja-gereja dalam usaha mencapai
kemandirian, serta mengembangkan kekristenan bergaya Asia abad ke-
20. Permulaan Gereja Di Asia A. Timur Tengah Antiokhia, ibukota
propinsi Siria, kota ketiga dalam Kekaisaran Romawi, menjadi pusat
penginjilan kepada orang-orang bukan Yahudi. Di kota inilah para
pengikut Yesus untuk pertama kalinya disebut ‘Kristen’. Gereja di
Antiokhia menjadi gereja pengutus bagi perjalanan Paulus dan
Barnabas ke propinsi Asia Kecil (Turki). Gereja di Antiokhia bertanggung
jawab atas penggembalaan di daerah tersebut, sebagaimana tampak
pada tujuh puncak surat tulisan Ignatius, Uskup Antiokhia, ketika ia
sedang dibawa ke Kota Roma untuk dihukum mati pada tahun 107 M.
Uskup Antiokhia berkuasa atas daerah di sebelah timur Laut Tengah.
Dua negara besar yang berkuasa atas daerah Timur Tengah pada abad
pertama adalah Roma dan Partia (kemudian disebut Persia). Dalam
Kekaisaran Romawi ada beberapa faktor yang emnolong penyebaran
Injil kearah Barat. Hukum dan tata-kenegaraan Romawi (pax
Romana‘Perdamaian Roma’) menjamin keamanan dan stabilitas.
Daerah-daerah di kawasan timur kurang stabil dibandingkan dengan
Kekaisaran Romawi. Lembah Sungai Efrat, daerah yang berbatasan
dengan Kekaisaran Romawi, tergoncang oleh peperangan antara Roma
dan Partia/Persia. Namun, sistem perhubungan melalui jalan
perdagangan (jalan sutra) dari Siria ke lembah Tigris-Efrat (Irak, Iran),
menuju ke Cina, ataupun melalui arah perjalanan laut dari Mesir ke
Arabia dan India sudah baik. Penyebaran Injil ke Asia mengikuti jalan-
jalan perdegangan tersebut. Daerah timurjuga mempunyai bahasa
bersama. Bahasa Siria (Arami), yang dipakai seluruh Mesopotamia, dan
juga orang Yahudi untuk sehari-harinya. Terjemahan Alkitab dalam
bahasa Siria menjadi sarana penginjilan yang penting. Bangsa Yahudi
menjadi jembatan untuk penginjilan di seluruh daerah Timur Tengah.
B. India Menurut Kisah Rasul Tomas, setelah hari pentakosta kedua
belas rasul membuang undi untuk menentukan ke mana setiap orang
diutus untuk mengabarkan Injil. Di India, disuruh membangun istana
un tuk Raja Gudnaphar. Akan tetapi, uang yang diterima untuk
pembangunan istana diberikan oleh Tomas kepada orang miskin.
Tomas menerangkan bahwa ia sedang membangun istana di sorga
bagi Raja Gudnaphar. Raja itu sangat marah memenjarakan Tomas.
Akan tetapi, sesudah Tomas melakukan beberapa mujizat bersama
dengan adiknya Gad menerima ‘tiga tanda meterai kekristenan’, yaitu
urapan minyak, babtisan dan perjamuan Kudus. Tomas berjalan jauh
untuk mengabarkan Injil, sampai ia ditombak mati di bagian di india.
Bukti menunjukkan bahwa seorang yang bernama Tomas pedagang
memimpin suatu kelompok besar, 400 oarng Kristen, mengungsi pada
Partia pada tahun 345, pada masa penghambatan. Sebuah patung
perunggu telah ditemukan yang menggambarkan raja Malabar, Palli-
Vanavar, yang meninggal kira-kira tahun 350. Patung raja tersebut
dihiasi kalung dengan lambang salib, dengan teratai di tangahnya. C.
Edessa Di antara dua negara besar, Kekaisaran Romawi dan Kekaisaran
Partia, terletak beberapa negara kecil yang berjuang dengan susah
payah untuk mempertahankan kedudukan mereka sebagai negara
merdeka. Salah satu negara kecil itu adalah kerajaan Osrhoene.
Ibukotanya adalah Edessa, yang terletak di Sungai Daisan, anak Sungai
Efrat, dekat jalan perdagangan antara Armenia dan padang gurun pasir
di Siria. Edessa adalah kota pertama yang mempunyai gedung gereja.
Orang-orang Kristen di Kekaisaran Romawi masa itu berkumpul di
rumah-rumah jemaat untuk beribadat. Pada akhir abad ke-2 gereja di
Edessa sudah mempunyai klerus. Menurut ajaran Addai, Uskup Edessa
yang pertama adalah Addai dan ia mengangkat Aggai sebagai
penggantinya. Aggai, tukang jahit kain sutra di istana, dibunuh atas
perintah anak Abgar, orang yang tidak percaya. Kemudian Palut
ditahbiskan sebagai uskup oleh Serapion, Uskup Antiokhia, menjelang
akhir abad ke-2. Peristiwa tersebut membuktikan bahwa Uskup
Antiokhia berwewenang atas Gereja Timur pada masa itu. Pada abad
ke-3 gereja di Edessa sudah berkembang dan kuat. Pada tahun 216
kota Edessa direbut oleh Kaisar Caracalla, sehingga Osrhoene menjadi
sebaian Kekaisaran Romawi. D. Kristologi dan Soteriologi Gereja Asia
Purba Agama Kristen lahir di suatu tempat dan pada suatu waktu di
mana berbagai kebudayaan dan kepercayaan bertemu. Akarnya ada
dalam agama Yahudi. Dalam perkembangan teologi Kristen muncul
berbagai perbedaan antara Gereja Timur dan Gereja Barat. Mengenai
antara hubungan Allah dan manusia. Gereja Roma berpikir secara
praktis dan etis. Pokok persoalan utama yang dibicarakan adalah
kebenaran; yaitu masalah dosa dan akibat dosa, pertobatan, dan kasih
karunia Allah dalam pengampunan dosa. Yesus dianggap terutama
sebagai Juruselamat. Perjamuan Kudus diberi tempat yang pokok, oleh
karena sakramen tersebut kematian Tuhan Yesus di Kayu salib kita
peringati. Orang-orang Kristen Asia lebih menekankan perasaan dan
pengertian daripada kelakuan. Pokok utama bagi gereja Asia adalah
perbedaan antara yang abadi dan yang fana; apa yang diketahui untuk
memperoleh hidup yang kekal. Kesimpulannya: kota Antiokhia menjadi
pusat pekabaran Injil ke dunia bukan Yahudi. Sumber-sumber unutk
penginjilan di luar Kekaisaran Romawi sebagian bergantung pada
legenda-legenda. Namun, trdisi bahwa Rasul Tomas mendirikan gereja
di India didukung oleh penemuan-penemuan ilmu purbakala lain.
Sudah terbukti bahwa Injil cepat tersebar di lembah Tigris-Efra, dengan
perkembangan gereja yang kuat, yang berpusat di kota Edessa.
Terjemahan Alkitab ke dalam bahasa Siria memainkan peran bermakna
dalam perkembangan jemaat. Gereja Asia purba memandang Kristus
dari segi pertentangan antara yang fana dan yang abadi, sebagai Guru
dan Penebus. Pengertian Asia itu dianggap dualistis oleh beberapa
tokoh Gereja Barat, tetapi sekarang diterima sebagai suatu usaha
mewujudkan kekristenan dalam konteks Asia. Pertumbuhan Dan
Penghambatan Di Persia A. Gereja Purba di Partia Kerajaan Persia telah
menguasai daerah Barat Tengah mulai abad ke-6 sampai abad ke-4 SM.
Persia dikalahkan oleh Aleksander Agung, perintis dinasti Seleucid
(Yunani). Kemudia pada tahun 247 SM bangsa Partia, pengembara-
pengembara dari bagian utara, merebut kekuasaan di Asia Barat
Tengah. Disana banyak corak kebudayaan dan agama yang berbeda-
beda. Agama utama adalah agama Zoroaster. Dan masih banyak
penganut-penganut lain. Imam-imam Zoroaster sering merampas
rumah orang Kristen, menangkap dan menyiksa para penghuninya.
Pada tahun 160 Uskup Abraham pergi ke Ktesiphon, ibukota
Kekaisaran Partia, dengan tujuan memohon agar kaisar mengeluarkan
edik melarang penyiksaan orang Kristen oleh imam-imam. Meskipun
gereja menghadapi penghambatan dari para tokoh Zoroaster, namun
gereja terus berkembang. B. Penghambatan di bawah Kekaisaran
Persia Pada tahun 225 M propinsi Persia memberontak melawan
Kekaisaran Partia. Dalam waktu satu tahun mereka merebut kekuasaan
di seluruh daerah Kekaisaran Partia, dan memproklamirkan Ardasyair
sebagai raja pertama dinasti Sassandi. Dengan peristiwa tersebut
mulailah zaman Kekaisaran Persia yang kedua. Dinasti Sassanid
menganggap dirinya sebagai ahli waris bangsa Media dan Persia.
Mereka mempunyai cita-cita untuk memulihkan kejayaan Persia yang
dulu, dan mempersatukan kekaisaran dalam satu agama. Pada tahun
226 agama Zoroaster dinyatakan sebagai agama negara Persia. Pada
mulanya gereja tidak mengalami penghambatan, malahan
berkembang. Kerajaan Persia Sassanid meneruskan peperangan
melawan Kekaisaran Romawi. Permusuhan antara Persia dan Roma
begitu dahsyat sehingga orang Kristen yang mengungsi dari Roma
karena dianiaya semakin diterima di Persia. Gereja di Persia maupun di
Roma dianggap sebagai satu umat. Kesimpulannya: Gereja
berkembang di Persia, namun tetap merupakan kelompok minoritas.
Agama Zoroaster (agama negara sesudah tahun 226) mempunyai
susunan kepercayaan yang kuat dan hierarki magus-magus melawan
agama-agama lain. Hubungan umat Kristen dengan saudara-saudara
seiman di negara-negara lain menimbulkan kecurigaan, dengan akibat
kebijakan pemerintah terhadap gereja selalu dipengaruhi oleh
kebijakan pemerintah Roma, dan juga oleh baik buruknya hubungan
Kekaisaran Persia dengan Kekaisaran Romawi. Umat Kristen di Persia
mengalami penganiayaan yang pasang surut. Tahun 339-379
merupakan puncak penganiayaan. Penganiayaan kali ini sampai-
sampai melemahkan gereja. Meskipun demikian, gereja bertahan,
sampai akhirnya pada tahun 410 diberi status minoritas resmi dalam
negara bukan Kristen. Gereja di Persia mengembangkan suatu identitas
yang kuat; dengan ciri-ciri teologi bercorak Nestorian, sehingga
akhirnya dikenal sebagai gereja Nestorian; dengan penghargaan tinggi
terhadap hidup beraskese; dan semangat besar untuk mengabarkan
Injil ke seluruh dunia. Gereja Dan Islam Perluasan agama Islam yang
cepat pada abad ke-7 merupakan tantangan besar bagi Kekristenan di
Asia, bahkan yang terbesar dalam sejarah gereja. Di Arabia dan di
Afrika iman Kristen nyaris musnah. Di Siria dan di Palestina gereja
dibiarkan sebagai minoritas resmi dalam sistem ‘dhimmi’. Penyerbuan
bangsa Turki, bangsa yang sangat kejam, pada abad ke-11
menambahkan penganiayaan, sedangkan Perang Salib, dengan tujuan
membebaskan Tanah Suci, akhirnya membawa penderitaan dan
memperburuk hubungan Kristen-Islam. Penindasan sosial dan
ekonomi di bawah pemerintahan Islam melemahkan gereja.
Penderitaan umat Kristen mencapai puncak yang paling dahsyat
dengan pembunuhan besar-besaran oleh tentara Tamerlan. Akibatnya
gereja Asia hampir hilang, kecuali di Siria, India Selatan dan beberapa
jemaat kecil yang terpencar-pencar di Asia. Misi Katolik Roma Akibat
sistim padroado, para pekabar Injil Katolik datang ke Asia
berdampingan dengan penjajahan Portugal. Fransiskus Xaverius
bersama tokoh-tokoh Yesuit lain mempelopori pengabdian penuh
kasih serta metode pengajaran yang sederhana dan pekabar Injil di
seluruh dunia, baik di dalam maupun di luar wilayah jajahan Portugal
dan Spanyol. Di Jepang, Cina dan India misi Yesuit menghadapi agama-
agama asli yang kuat. Mereka berusaha memenangkan orang-orang
terkemuka, pemimpin masyarakat, dengan metode menyesuaikan
imannya dengan kebudayaan Asia. Ordo-ordo lain menuduh Serikat
Yesus terlalu sinkretis. Di Jepang gereja cepat berkembang sebagai
hasil pertobatan beberapa daimyo, lalu masa penganiayaan dahsyat
hampir melenyapkan gereja. Di Cina, Ricci dan pengganti-penggantinya
disenangi di istana, tetapi akhirnya gereja dilemahkan oleh kontroversi
mengenai upacara istiadat Cina, dan penentangan kaum Buddha. Di
India De Nobili berhasil menginjili beberapa orang Brahmin, tetapi
gereja dilemahkan oleh kontroversi mengenai upacara istiadat
Malabar. Dalam setiap pertikaian, keputusan terakhir Gereja Katolik
Roma menolak bahaya sinkretisme atau kompromis dengan agama-
agama lain. Misi Protestan Dan Perkembangan Gereja Di Cina Dengan
menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Cina, Robert Morrison
meletakkan dasar misi Protestan di Cina. Pada abad ke-19 Cina
terpaksa membuka diri terhadap orang asing dan terhadap
perdagangan candu. Meskipun para misionaris mencela perdagangan
tersebut, mereka berbondong-bondong masuk Cina bersamaan
dengan imperialisme. Keadaan ini mengakibatkan kekristenan
dianggap berkaitan erat dengan imperialisme. Hudson taylor dengan
badan misinya CIM mengabarkan Injil secara luas di pedalaman Cina,
dengan tujuan agar orang Cina percaya secara pribadi kepada Yesus
Kristus. Ia berusaha menyesuaikan diri dengan masyarakat Cina dan
mendirikan gereja asli Cina. Pada tahun 1905 kurang lebih seperseuluh
orang Protestan Cina telah menjadi Kristen sebagai hasil pelayanan
CIM. Di lain pihak tujuan Timothy Richards adalah mendidik golongan
terkemuka, agar kebudayaan Cina diresapi nilai-nilai Kristen dan alumni
perguruan tinggi Kristen. Wang Mingado memimpin gerakan Kristen
Cina yang bersifat asli, yang bebas dari pengaruh Barat dan tidak
bergabung pada dukungan ekonomi Barat. Pada tahun 1949 kaum
komunis menguasai seluruh Cina. Misi Dan Perkembangan Gereja Di
Jepang Pada abad ke-19 perjanjian-perjanjian perdagangan membuka
jalan bagi pekabaran Injil di Jepang. Orang Jepang ingin memperoleh
teknologi dan pengetahuan Barat, sehingga semakin terbuka terhadap
agama Kristen, bahkan pemerintah mengangkat orang Kristen sebagai
pengajar diperguruan negeri. Dengan datangnya pastor-pastor Katolik
Roma, umat Kristen tersembunyi yang merupakan keturunan jemaat-
jemaat yang pertama di Injili 300 sebelumnya, berani manampakkan
diri. Meskipun dianiaya, gereja Katolik Roma berkembang. Nikolai,
pendeta konsul Rusia, membangun gereja Ortodoks Rusia di Jepang.
Gereja-gereja Protestan berhasil diantara golongan militer, yaitu
Samorai, yang
 tertarik pada konsep pemuridan dan pengabdian. Orang-orang
Skristen Samurai mengadakan pertemuan ditempat salah seorang guru
Kristen, di perguruan tinggi Kristen atau di perguruan tinggi
pemerintah. Kebangunan rohani pada masa 1880-an membuat gereja
berkembang cepat. Beberapa tokoh Kristen Jepang muncul sebagai
pemimpin , yang mewujudkan kekristenan gaya Jepang. Uchimura
memimpin gerakan nir-gereja. Pengabdian Kagawa melayani orang
miskin menggerakkan hati nurani masyarakat Jepang. Meskipun
perkembangan gereja di Jepang cukup menggembirakan, namun
kehidupan umat Kristen tidak lepas dair pergumulan. Nasionalisme
Jepang yang semakin kuat berkaitan dengan upacara agama Syinto
menyebabkan orang Kristen menjadi bingung mancari jalan
menyatakan kesetiaannya kepada tanah air Jepang, tanpa
membahayakan iman Kristen sejati. Kekristenan Di Thiland Dan
Burma/Myanmar Baik di Thailand maupun di Burma/Myanmar agama
Buddha berkaitan erat sekali dengan kepribadian suku bangsa utama.
Baik di Thailand maupun di Burma, kekristenan paling berhasil
berkembang diantara suku-suku minoritas, terutama di daerah
pegunungan. Akibatnya, di Burma perjuangan politik suku-suku
minoritas dan permusuhan antara suku sering melibatakan soal
agama. Gereja di Thailand mengembangkan kepemimpian penduduk
asli. Gereja mengalami perkembangan pesat pada tahun 1960-an dan
1970-an, terdorong oleh kerjasama antara gereja dan kampanye
pekabaran Injil bersatu. Kebijakan pemerintah Burma yang suka
mengasingkan negerinya dari dunia mendorong gereja untuk berdiri
sendiri dan mengabarkan Injil secara agresif. Kekristenan berkembang
diantara suku-suku pegunungan di mana gereja mengalami
pembaharuan rohani serta gerakan kharismatik. Baik di Thailand
maupun di Burma/Myanmar terjadi polarisasi antara kaum evangelikal
dan kaum oikumenis mengenai misi gereja dan peranan gereja
terhadap masyarakat beragama Buddha. Kekristenan Di Malaysia Dan
Singapura Pendudukan Jepang pada masa perang Dunia II mendorong
baik perkembangan kepemimpinan asli maupun oikumene.

Anda mungkin juga menyukai