Anda di halaman 1dari 9

UMS PAK I PENGANTAR DAN KONTEKSTUAL

SOAL ESSAY
1. Jelaskan 5 pendapat ahli menurut anda & berikan kesimpulan pendapatmu
2. Apa itu hakekat PAK serta tujuan PAK itu sendiri, berikan pendapat
3. Jelaskan konteks PAK
4. Apa yang dimaksud dengan PAK secara praksis, mitra-mitranya dan sejarah
perkembangan PAK itu (Gereja Mula-mula,abad pertengahan,pasca reformasi, era
masakini)
5. Bagaimana penyelenggaraan PAK di indonesia, mengapa kurikulum PAK harus
mendasarkan pada alkitab, bagaimana menjadi guru yang profesional dan apa alasan
yesus disebut guru agung, berikan 3 contoh alkitab

1. E.G. Homrighausen mengatakan: “Pendidikan Agama Kristen berpangkal pada


persekutuan umat Tuhan.
Menurut Warner C. Graedorf PAK adalah “Proses pengajaran dan pembelajaran yang
berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus, dan bergantung kepada Roh Kudus
Hieronimus (345-420) PAK adalah pendidikan yang tujuannya mendidik jiwa sehingga
menjadi bait Tuhan.
Agustinus (345-430) PAK adalah pendidikan yang bertujuan mengajar orang supaya
“melihat Allah” dan “hidup bahagia.”
Martin Luther (1483-1548) PAK adalah pendidikan yang melibatkan warga jemaat
untuk belajar teratur dan tertib agar semakin menyadari dosa mereka serta
bersukacita dalam Firman Yesus Kristus yang memerdekakan.
2. Usaha yang dilakukan secara terencana dan kontinu dalam rangka mengembangkan
kemampuan peserta didik agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami
dan menghayati kasih Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus yang dinyatakan dalam
kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungan hidupnya dengan bertujuan
mengajar orang supaya “melihat Allah” dan “hidup bahagia.”
3. pendidikan yang berporos pada pribadi Tuhan Yesus Kristus dan Alkitab (firman
Allah) sebagai dasar atau sumber acuannya
usaha sengaja gereja untuk menolong orang dari semua golongan umur yang
dipercayakan kepada pemeliharaannya untuk menjawab penyataan Allah dalam
Yesus Kristus, Alkitab dan kehidupan Gereja berusaha atau bertujuan untuk
mengembangkan seluruh potensi (kemampuan) anak didik (baik anak-anak maupun
dewasa) kepada ketaatan dan pengabdian kepada Allah dan FirmanNya sesuai
dengan ajaran agama Kristen yang berdasarkan Alkitab (Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru).
4. 1. Orang tua
Orangtua diharuskan untuk mengajar dan aktif dalam pengajaran mengenai
firman Tuhan. Alkitab memerintahkan orangtua mengajarkan kehendak Tuhan
kepada anaknya. Bukan hanya memberi perintah tetapi metode mengajarkan juga
dicantumkan, misalnya, 8 Orangtua harus mengajar dengan teladan (Keluaran 6:5-8;
31:12).
2. Gereja
Tujuan utama PAK di gereja adalah untuk membimbing warga gereja agar
percaya dan mengenal Alkitab, pembaharuan tingkah laku, menjadi pribadi yang
bijaksana dalam Kristus yang menuju kesempurnaan hidup dan memperlengkapi
mereka demi pelayanan yang efektif
3. Sekolah
Sekolah menjadi sentral dalam pembentukan spiritualitas, karakter, dan watak
peserta didik agar dapat tumbuh dan berakar dalam iman
- ABAD PERTENGAHAN
Gereja mula-mula
Sejarah perkembangan PAK sudah mencangkup dasarnya dalam
kebudayaan Yunani, Romawi dan Yahudi. Sejarah Kekristenan tidak bisa
dipisahkan dari Sejarah gereja Kristen yang membawa ajaran agama Kristen,
mengayomi penganutnya dan menjadi saksi perkembangan pekerjaan yang telah
dijalankan sepanjang dua ribu tahun, sejak abad pertama Masehi, mulai dari
tanah Israel hingga ke Eropa, Amerika, dan seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Sejarah gereja sangat menarik untuk dicermati, dipengaruhi oleh tokoh-tokoh
gereja yang tidak terhitung banyaknya, dan juga menimbulkan kejadian-kejadian
yang mengubah alur sejarah dunia. Tanggal-tanggal terpenting dalam sejarah
gereja dan kekristenan dapat dilihat pada sub bagian artikel ini.

Kekristenan muncul dari wilayah Levant (sekarang Palestina dan Israel) mulai
pertengahan abad pertama Masehi. Asalnya Kekristenan dimulai di kota
Yerusalem dan mulai menyebar ke wilayah Timur Dekat, termasuk ke Siria, Asyur,
Mesopotamia, Fenisia, Asia Minor, Yordania dan Mesir. Sekitar 15 tahun
setelahnya Kekristenan mulai memasuki Eropa Selatan dan berkembang di sana.
Sementara itu juga terjadi penyebaran di Afrika Utara serta Asia Selatan dan
Eropa Timur. Pada abad ke-4 Kekristenan telah dijadikan agama negara oleh
Dinasti Arsakid di Armenia pada tahun 301, "Caucasian Iberia" (atau Republik
Georgia) pada tahun 319, Kekaisaran Aksum di Etiopia pada tahun 325, dan
Kekaisaran Romawi pada tahun 380 M.

Kekristenan menjadi umum bagi seluruh Eropa pada Abad Pertengahan dan
mengembang ke seluruh dunia selama Masa Eksplorasi negara-negara Eropa dari
zaman Renaissance sampai menjadi agama terbesar di dunia. Sekarang terdapat
lebih dari 2,5 miliar orang Kristen, yaitu sepertiga jumlah manusia di dunia.
Kekristenan terbagi menjadi Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks Timur
pada Skisma Timur-Barat atau Skisma Besar pada tahun 1054. Reformasi
Protestan memecah Gereja Katolik Roma menjadi berbagai denominasi Kristen.
sesudah kebangkitan Yesus (sekitar tahun 30-34 Masehi). Yesus sudah berjanji
bahwa Dia akan mendirikan gerejaNya (Matius 16:18), dan dengan datangnya
Roh Kudus pada hari Pentakosta (Kisah 2:1-4), "Gereja" (“kumpulan yang
dipanggil keluar”) secara resmi dimulai. Tiga ribu orang yang menerima khotbah
Simon Petrus pada hari itu dan memilih untuk mengikuti Kristus dengan cara
dibaptiskan.

Petobat-petobat pertama kepada kekristenan adalah orang-orang Yahudi atau


penganut-penganut Yudaisme, dan gereja, yaitu persekutuan orang-orang yang
mengaku Kenabian Yesus itu, berpusat di Yerusalem. Karena itu kekristenan pada
mulanya dipandang sebagai sekte Yahudi, sama seperti orang-orang Farisi,
Saduki, atau Eseni. Namun, apa yang dikhotbahkan para rasul berbeda secara
radikal dari apa yang diajarkan oleh kelompok-kelompok Yahudi lainnya. Yesus
diberitakan sebagai "Mesias" atau Juruselamat orang Yahudi, yaitu Raja yang
Diurapi, yang telah dinubuatkan kedatangannya untuk menggenapi Hukum
Taurat dan mendirikan Perjanjian Baru yang berdasarkan pada kematianNya.
Berita ini, dan tuduhan bahwa mereka telah membunuh Mesias mereka sendiri,
membuat banyak pemuka Yahudi menjadi marah, dan beberapa orang, seperti
Saul, yang kemudian dikenal sebagai Paulus, dari Tarsus, mengambil tindakan
untuk memusnahkan “Jalan” itu. sebelum ia sendiri akhirnya menjadi penganut
Kristus yang sangat gigih.

Periode gereja mula-mula dimulai sejak kurang lebih tahun 33 dengan pelayanan
rasul Petrus, Paulus dan lain-lainnya dalam memberitakan kisah Yesus hingga
bertobatnya Kaisar Konstantinus I pada tahun 325. Pada periode ini gereja dan
orang-orang Kristen mengalami penganiayaan, terutama penganiayaan fisik,
tetapi para Bapa gereja mulai menulis tulisan-tulisan Kristen yang pertama dan
ajaran-ajaran yang menyeleweng yang bermunculan diatasi.

Tidak lama setelah Pentakosta, pintu gereja terbuka kepada orang-orang bukan
Yahudi. Penginjil Filipus berkhotbah kepada orang-orang Samaria, dan banyak
dari mereka yang percaya kepada Kristus. Rasul Petrus berkhotbah kepada
rumah tangga Kornelius yang bukanlah orang Yahudi dan mereka juga menerima
Roh Kudus. Rasul Paulus (mantan penganiaya gereja) memberitakan Injil di
seluruh dunia Greko-Romawi, sampai ke Roma sendiri dan bahkan mungkin
sampai ke Spanyol.

2. Gereja pertengahan
Ketika tentara Gotik dibawah komandan Raja Alarik masuk ke kota Roma
pada tanggal 24 Agustus tahun 410 M. Kemegahan kota itu sudah berlalu
meskipun secara resmi ia masih tetap hidup sebagai kerajaan Romawi sampai
tahun 476 M. Dan dibagian Timur sampai tahun 1453 M. Sementara itu, pelbagai
Paus mengambil kekuasaan umum yang ditinggalkan oleh kejatuhan semua
lembaga Romawi. Dan proses itu terjadi secara berangsur-angsur sampai puncak
ketika Paus Gregorious Agung (590-604) mengklaim mahkota dan tongkat Raja
sebagai milik Kepausan. Dan dia hanya mewujudkan kepausan dalam arti luas
yang tersirat dalam mandat yang diberikan kepada Petrus oleh Tuhan Yesus
sebagaimana yang tertulis dalam kitab Matius 16:19 “Kepadamu akan ku berikan
kunci kerajaan sorga. Apa yang kau ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa
yang kau lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga”. Jadi kekuasaan di gereja
tidak hanya mengurusi rohani saja, tetapi termasuk urusan politis. Pada
pokoknya kekuasaan kunci itu mencapai puncaknya secara simbolis ketika Karel
raja negeri Frank dinobatkan sebagai raja kerajaan Roma suci oleh Paus Leo III
pada hari natal tahun 800.
Pada tahun 1077 di Kannosa, Italia Utara, persaingan antara Kaisar dan Paus
berlangsung dalam bentuk amat dramatis ketika Paus Gregorious VII menang
atas diri kaisar Henri IV dari Kerajaan Roma Suci walaupun hanya sementara saja.
Tujuh tahun kemudian, Kaisar Henri masuk Italia kembali. Sebagai catatan kaki
yang perlu diingat pengalaman pahit raja Henri itu hidup kembali dalam ucapan
Reichskanselar Otto Von Bismarch dari Prusia Bismarch berbicara tahun 1871
“kami tidak akan pergi ke Kanossa”. Sesudah Kaisar Henri dan Paus Gregorius VII
wafat, perjuangan antara kutup kekuatan itu diwariskan kepada penggantinya
pada tahun 1299.
Mulai tahun 1378, kepausan di Avignon tetap berlangsung sementara di Roma
Paus yang bersangpun dinobatkan pula, dan selama 40 tahun masing-masing
mengangkat uskup menjadi anggota Kolege Kardinal seakan-akan Paus yang
lainnya tidak ada. Dan raja Sigismund mengeluarkan undangan yang dikirim ke
uskup, biarawan, sarjana, pastor, dan yang lainnya agar semua berkumpul pada
tahun 1414 dikota konstan dekat tapal batas negeri swiss. Mereka bekerja disana
sampai tahun 1418. Tentang keterlibatan mereka ke Yohannes Hus, mereka
mempertahankan diri dengan jalan mengutip ucapkan Kayafas (Yoh. 11:50b).
Dan nampaknya Pendidikan Agama Kristen yang mencerminkan keadaan budaya
yang merupakan lingkungan luas dari pada jemaat, yaitu kebudayaan yang tuna
aksara. Sementara itu terdapat dua macam siasat yang pertama ruang
lingkupnya kebanyakan kepada warga jemaat sedangkan kedua kebanyakan
diarahkan kepada warga dengan jumlah yang secara nisbi sedikit sekali. Sesuai
dengan kedua sifat itu, Pendidikan Agama Kristen yang nampak pada abad
pertengahan akan dibahas dibawah ini. Bagi masyarakat Abad Pertengahan yang
pada umumnya Yuna Aksara, para warga dijangkau oleh rencana Pendidikan
Agama Kristen secara formal sedikit sekali. Tetapi beberapa wadah bertumbuh
untuk pengajaran Kristen, keterampilan membaca dan menulis, khususnya
kepada kaum muda. Disamping jemaat wadah paling umum, akan dibahas
sumbangan dari empat wadah lainnya yaitu sekolah katedral, universitas
lembaga kesatriaan dan biara. Jemaat itu sendiri sebagai Wadah Paling Umum
Wadah yang paling umum akan diserap dalam saksi tersendiri, karena masih ada
beberapa pengalaman bersifat Pedagogis yang berlangsung pada Jemaat, yaitu
ketujuh sakramen dan beberapa kepingan pengetahuan minimal yang diajarkan
sedikit banyaknya kepada para warga jemaat. Sakramen-sakramen itu
dimaksudkan supaya anugrah disalurkan kepada setiap orang yang lazimnya
menghadapi kemelut-kemelut kehidupan. Kemelut kelahiran Gereja
menyalurkan anugrah berupa sakramen Baptisan kepada si bayi yang terancam
oleh seribu satu macam penyakit dan ancaman lainnya. Pendidikan tidak
langsung melalui tujuh sakramen itu masih memerankan peranan bermakna
dalam Gereja Katolik Roma modern tetapi berbeda sekali dengan gereja pada
abad pertengahan, pendidikan tidak langsung tersebut merupakan lingkungan
luas bagi pendidikan Agama Kristen yang direncanakan Gereja Katolik Roma
modern dan bukan kegiatan pokok. Namun pendidikan agama Kristen melalui
rencana teratur walaupun dalam bentuk sederhana. Pada tahun 1281 Yohannes
Peckham, uskup agung dari centerbury di Inggris, menyusun lambeth
constitution yang terdiri dari sejumlah ringkasan, sejumlah teologis yang perlu
diketahui oleh para imam. Kemudian isi yang sama wajib diberitahukan empat
kali kepada kaum awam, yaitu Pengakuan Iman Rasuli, Dasa Firman, Kedua
Hukum Baru yang diberlakukan Yesus, Ketujuh Kebaikan Utama, Ketujuh
Kebaikan Brahmat, dan Ketujuh Sakramen. Dan pokok tersebut menjadi darah
daging Pendidikan Agama Kristen pada abad pertengahan dan tidak ada yang
lebih berbobot dari pada Doa Bapa Kami dan Pengakuan Iman Rasuli. Dan
kesimpulan itu didukung oleh ucapan Joan Arc pada pengadilannya tahun 1431.
Tinjauan itu ditunjang pula dengan laporan yang dikeluarkan oleh seorang
Biarawan ordo Dominikan yang ingin supaya warga jemaat hidup setia kepada
Roh Kudus. Tetapi usahanya tidak berbuah sesuai dengan yang diharapkan.
Sekolah Kadertal sebagai Wadah Pendidikan Barang kali sekolah pertama itu
berasal dari keputusan Konsili Teledo Spanyol pada tahun 633 M. Menurut
keputusan tersebut semua imam muda diwajibkan mempelajari isi alkitab,
Hukum Gereja dan keterampilan menyanyi. Semuanya itu berada dalam sebuah
bimbingan gerejawan berjabatan tinggi. Bagi sejumlah imam muda yang belajar
pada sekolah kadetral itu pendidikannya bersifat penataran, tetapi bagi yang
lainnya isinya sangat dasariah dalam arti mereka ini tuna aksara dan karena itu
harus diajarkan menulis dan membaca. Rupanya sekolah-sekolah kadertal
berkembang terus menerus sesudah keputusan Konsili Teledo, tetapi Gereja
harus menunggu sampai tahun 1179, ketika diadakan konsili Lateran di Roma
sebelum wadah pendidikan Agama Kristem menerima status dan struktur tetap.
Menurut keputusan Lateran, setiap uskup wajib mengangkat seorang sarjana
untuk mengajar pastor-pastor disamping pelajar-pelajar imam muda dan miskin
yang bukan pelayan Gereja. Pada tahun 1215 diselenggarakan kembali komisi
kembali di Lateran yang memberlakukan kembali keputusan komisi Lateran pada
tahun 1197, tetapi dengan isi tambahan sehingga gereja yang bukan Kadetral
yaitu menjadi pusat keuskupan juga wajib mengangkat para ahli untuk mengajar
baik pelayan Gereja maupun laki-laki muda miskin. Pada abad ke-12, sekolah
Kadetral di Chartres mencapai pendidikan paling bermutu. John mengajarkan
gaya yang nampak dalam diri Barnadus ketika ia mengajar sekolah Kadetral
Chartres. Tata cara yang diajarkan dalam bentuk kontekstual. Kurikulumnya
terdiri dari pokok-pokok pelajaran yang menjelaskan imam Kristen disamping
tujuh pokok seni liberal yang berasal dari akar subur Aristoteles, yaitu Trivium
yang merupakan bagian studinya terdiri atas vak tata bahasa, retorika dan logika.
Untuk quadrivium, bagian atas terapat study berikut ilmu musik, ilmu ukur, ilmu
hitung dan ilmu bintang. Kurikulum berikut dinamakan kurikulum Liberal oleh
Uskup John. Universitas Sebagai Wadah Pendidikan agama Kristen Pada mulanya
universitas dibentuk demi pertahanan diri para pelajar, karena tidak jarang kaum
muda berkumpul untuk belajar di bawah bimbingan beberapa ahli berasal dari
sejumlah negara asing, karena itu mereka gampang untuk menjadi korban
perlakuan yang tidak manusiawi yang dilakukan ileh para warga setempat. Untuk
menjaga keamanan yang diperlukan demi maksud belajar, mereka mendirikan
universitas.
- PASCA REFORMASI
Pendidikan Agama Kristen Pada Gereja Reformasi Protestan 1. Sumbangan
Luther Luther banyak menyumbangkan pikiran dan ilmunya dalam pendidikan
agama Kristen pada zaman reformasi. Luther adalah orang pertama yang
menentang adanya surat jual-beli penghapusan siksa oleh gereja katolik Roma.
Luther mempunyai tiga keputusan dalam pemikirannya bahwa mendukung
pemberontakan yang dilakukan para Tani, namun itu tidak lama karena para tani
tersebut menjadi anarkis, kemudian dia menyetujui adanya perkawinan bagi
pelayan Firman gereja Kristen Protestan dan yang ketiga dia membuat liturgy
baru yaitu missa jerman yang berisikan amanat injil,nyanyian rohani bagi jemaat
dan perjamuan kudus dengan roti dan anggur yang boleh diikuti oleh siapa saja
yang sudah dipersiapkan dahulu. Dalam dasar teologinya Luther percaya akan
setiap manusia mempunyai dosa asal, manusia dapat memperoleh pembenaran
iman, semau orang manusia dapat menjadi imamat orang percaya panggilan, dan
dasar dari pendidikan agama Kristen adalah Alkitab firman Allah. Dasar sosiologi
Luther yakin pendidikan akan berjalan tidak lepas dari peran orang tua dan
penguasa sipil. Menurutnya pendidikan sangat penting terutama kaum muda
karena akan menjadi penerus. 2. Sumbangan Calvin Calvin membuat peraturan-
peraturan bagi warga Jenewa. Calvin mempunyai dasar teologi yaitu Allah
sebagai dasar kedaulatan, sumber dari dasar tersebut adalah Alkitab, ajaran
bahwa manusia serupa dengan Allah, ajaran tentang sakramen pada gereja, dan
hubungan akan gereja dan Negara. Pendidikan agama Kristen menurut Calvin
ialah menanamkan akal-akal orang percaya yang terpilih dengan firman Allah dan
peran Roh kudus beserta pengalaman belajar. Tujuannya supaya manusia
menyadasi bahwa mereka adalah kepunyaan Allah. Dan pengajar terutama
adalah Allah dan muridnya adalah mereka yang belajar katekisasi. Ignatius
Loyola, Pendidik Jalan Kehidupan Suci Tujuan Loyola daam pendidikan agama
Kristen meluruskan pada umat Kristen bahwa kehendak Allahlah yang harus
didengar bukan paus. Loyola juga meilirkan wadah atau tempat dalam
pendidikan yaitu SMPSMA dan juga perguruan tinggi. Kurikulumnya adalah
mengajak semua pelajar naradidik menyampaikan gagasannya dalam bahasa
latin. Menurutnya disipin sangat penting dalam pendidikan agama Kristen dan
gereja. 4. Sesudah Reformasi Setelah Reformasi gereja 1517, gereja terus
berkembang demikian juga dengan pendidikan agama Kristen. Robert Raikes
1735-1811 perintis sejarah dan perkembangan sekolah minggu memulai sekolah
minggu pada 1750, dan terus berkembang. Pendidikan yang awalnya hanya
diberikan kepada anak-anak miskin untuk mengajarkan moral dan iman menjadi
bagian lahan pendidikan bagi gereja. 45 Mendekati abad kesembilan belas, ada
gerakan yang berbeda yang menambah peningkatan pendidikan gereja. Gerakan
misi yang terjadi ditahun 1800an mendorong pengembangan sekolah-sekolah
Alkitab dan Institut-institut, pelatihan kepada orang dewasa untuk memberitakan
Injil dan memuridkan orang lain dalam iman
5. Asuhan Kristen harus mengambil secara lebih sungguh-sungguh pemahaman yang
muncul dari studi-studi Alkitab masa kini. Bahan-bahan kurikulum menunjukkan
bahwa penemuan-penemuan ilmiah abad XIX mengenai kritik teks dan kritik bentuk
telah dipadukan ke dalam bahan. Terdapat keprihatinan yang kuat bahwa anak-anak
harus mengetahui bagaimana Alkitab berkembang, bagaimana kehidupan gembala
berlangsung di Palestina purba, dan bagaimana kemungkinan cara hidup Yesus
sebagai kanak-kanak. Namun semuanya ini hanyalah data lingkungan bagi berita
utama dari Alki tab, yang ditafsirkan para ahli masa kini sebagai catatan tentang
kegiatan yang mer bus dari Allah yang hidup melalui orang-orang dalam situasi
sejarah mereka. Pengajaran Perjanjian Baru dapat diperkaya dalam sejumlah bidang
melalui sumbangan-sumbangan yang telah dilakukan oleh kritik bentuk terhadap
pemahaman tentang Yesus dan kehidupan gereja Kristen purba. Terdapat suatu
kesatuan yang dapat dikenali dalam Perjanjian Baru sebagai kesaksian kepada Yesus
sebagai Tuhan. Hal ini akan memerlukan sejumlah pemikiran ulang tentang usaha-
usaha di masa lampau untuk memisahkan dalam bentuk anak-anak antara Yesus dari
sejarah dan Kristus dari peng alaman, seperti halnya juga keprihatinan bahwa anak-
anak akan mengacaukan Yesus dengan Allah. Diusulkan agar dalam kurikulum
diberikan tempat di mana anak-anak dapat ditolong untuk memahami pekerjaan Roh
Kudus melalui kehidupan gereja. Kritik bentuk memberikan sejumlah pengertian
baru mengenai kata kata dan pekerjaan Yesus. Para penulis Injil mengenalNya
sebagai Dia yang telah diutus Allah untuk menunjukkan bagaimana Allah
sebenarnya, untuk menyelamatkan manusia dari dosa dan memberikan mereka
kehidupan baru. Kata-kata dan teladanNya kehidupan dan pengajaran adalah untuk
semua yang telah menjawab dalam pertobatan. Kerajaan itu telah datang dalam diri
pribadiNya untuk semua orang yang rela menerimanya. Kisah-kisah demikian tidak
memiliki petunjuk tentang apa yang ada pada orang-orang itu yang memungkinkan
Yesus menolong mereka. Kisah kisah itu ditulis begitu rupa sehinga pembaca
cenderung mengidentifikasikan diri dengan Yesus dan terbawa kepada pemahaman
bahwa ia harus menjadi orang yang ramah tamah dan banyak menolong seperti
halnya Yesus. Studi-studi Alkitab masa kini mempunyai pemahaman lebih lanjut
tentang pendidikan Kristen dalam pemahaman kerygma dan didache. Menggunakan
pemahaman-pemahaman mereka akan menuntut sejumlah peng. arahan fokus yang
baru terhadap tekanan-tekanan dalam pengajaran. Keryg ma, sebagai pemberitaan
utama, haruslah menjadi yang terutama. Namun bahan-banan pengajaran sekarang
ini, telah cenderung menghindari kata Injil dan memakai penjelasan-penjelasan yang
tidak memadai tentang apa kabar sukacita itu yang sebenarnya. Hal ini secara khusus
menonjol ketika Injil disajikan sebagai suatu cara hidup atau aturan-aturan
kehidupan yang baru, karena cara ini sama sekali tidak menangkap makna dari karya
penuh kasih karunia Allah terhadap manusia. Bahan-bahan yang berusaha
membahas makna Injil terkadang menunjukkan kebingungan natara makna kerygma
dan maknanya sebagai pengajaran moral yang berkembang dari. padanya.
Pengakuan tentang tempat kerygma memberikan suatu tekanan yang baru terhadap
kegiatan yang dengannya Yesus mengubah hidupnya. Pe nyembuhan-
penyembuhanNya lebih daripada sekedar pertolongan. Penyem buhan-
penyembuhan itu dimungkinkan oleh iman orang itu terhadap diriNya dan akibatnya
menghasilkan suatu arah hidup yang baru. Penekanan pada kerygma tidak
dimaksudkan dilakukan dengan mengor bankan penafsiran terhadap didache. Iman
Kristen diperkenalkan dalam suatu cara hidup, dan orang-orang Kristen adalah
mereka yang mengikut Yesus. Pada saat yang sama, pentinglah bahwa menjalani
hukum kasih itu tidak disusun untuk menjadi suatu disiplin menolong diri sendiri
yang dengannya watak dikembangkan.
- GURU YANG PROFESIONAL
Alkitab Perjanjian Baru menampilkan sosok Yesus Sang Guru Agung yang
memberi teladan dan menjadi model mengajar dengan efektif dan efisien. Yesus
adalah sosok guru yang datang dari Allah Yoh. 32. Orang-orang Yahudi yang
mengikuti-Nya memanggil-Nya dengan sebutan Rabbi. Sebutan Rabbi adalah
gelar kehormatan yang menunjukkan bahwa betapa kagumnya para pengikut-
Nya. Dalam Yohanes 1313 tampak dialog Yesus terkait pengakuannya sebagai
guru. Dalam Yohanes 1313 dituliskan bahwa Kamu menyebut aku Guru dan
Tuhan, dan katamu itu tepat. Memang Akulah Guru dan Tuhan. Yohanes 1313.
Alasan yang menunjukkan bahwa Yesus layak disebut guru atau rabbi karena
dalam menyampaikan pengajaranNya disertai dengan kuasa, otoritas, wibawa,
mujizat sehingga para pengikut dan pendengarnya menjadi terpukau dan
memberi tanggapan positif. Yesus menjadi Guru yang Agung karena Ia menjadi
Guru yang menjadikan seluruh kehidupannya dan pengajaran menjawab
kebutuhan manusia yang berdosa. Dalam Alkitab tampak bahwa Yesus adalah
guru yang menggunakan metode yang kreatif dan kontekstual. Ia menggunakan
pengalaman hidup para pendengar-Nya untuk menyampaikan pesan yang
hendak disampaikan-Nya. Dengan demikian, pesan yang disampaikan mudah
dimengerti oleh para pendengar-Nya, sebab Ia menjawab kebutuhan para murid.
Ketika Ia bertemu dengan perempuan Samaria, tampak jika Yesus memulai
pembicaraan-Nya dengan berbicara tentang air dan Yesus kemudian masuk lebih
dalam berbicara tentang air kehidupan. Sebagai guru, Yesus mempunyai sasaran
dan metode-metode untuk mencapai sasaran itu. Dengan berbagai ilustrasi,
metode, media dan situasi bahkan tempat, Yesus berhasil menyampaikan pesan-
Nya melalui pengajaran. Salah satu bukti bahwa Yesus menjangkau semua orang
untuk mendengar pesan-Nya adalah dengan sifat pengajaran-Nya yang tidak
eksklusif. Pengajaran-Nya ditujukan kepada semua orang tanpa pandang bulu
Mrk. 213 37-8 634 101. Bahkan, Yesus tidak membedakan gender, kepribadian
ataupun kasta dalam tujuan pengajaran-Nya ini. Semua orang berhak menerima
kabar baik yang menyelamatkan. Pengajaran-Nya diselamatkan kepada khalayak
umum Mat. 111 Mrk. 41-20, massal Mat. 1353-58, di tempat terbuka Mat. 5-7
Mrk. 213-17 41-20 Luk. 620-23, dan di Bait Suci Mat. 423-25 935-38 Mat. 1353-
58 2123-27 Mrk. 121-28. Kepada banyak orang diberitakan injil dan Yesus
mengajar supaya mereka menjadi percaya dan memasuki satu hubungan intim
yang dikhususkan dengan Yesus dan pengajaran-Nya . Setiap media yang
digunakan, bagaimana pun bentuknya, tujuannya adalah Injil diterima.
Kehidupan Yesus sebagai Guru Agung dalam pengajaran-Nya merupakan dasar
yang layak dijadikan acuan bagi setiap guru khususnya guru Agama Kristen.

Anda mungkin juga menyukai