BAB III
GEREJA DI ASIA BARAT SELAMA KHALIFAT DAN KERAJAAN-KERAJAAN
MONGGOL
Damsyik, dll). Dan selama masa pemerintah dinasti “Ummayah, posisi orang-orang Kristen
masih baik. Sebabnya:
a. Khalifah-khalifah tidak mau kehilangan pajak khusus yang dibayar oleh orang-orang non
islam
b. Jasa-jasa orang-orang kristen masih dibutuhkan dibidang administrasi: orang-orang Arab
belum belajar mengurus negara yang begitu luas
c. Orang-orang kristen masih unggul dibidang kultural: mereka menjadi guru-guru bagi orang-
orang Arab. Akibatnya: sampai th 700 belum ada pertobatan masal/masuk keagama Islam.
Tetapi: (a) sekitar tahun 700 bahasa administrasi negara sudah menjadi bahasa arab.
Orang-orang kristen sudah tidak diperlukan lagi secara khusus. (b). Dalam abad kedelapan islam
sudah diresapi, sesuai dengan wataknya sendiri, dengan kebudayaan yunani dengan persia. (c).
Khalifat-khalifat Abbasia lebih setia kepada agamanya dibandingkan dengan khalifa ‘Ummaya.
Akibatnya posisi orang0orang Kristen merosot, walaupun masih tetap agak baik.
Pada tahun 800 tercapailah keadaan yang tetap berlaku dalam abad-abad berikutnya dan
yang diungkapkan dalam sejumlah penentuan. Hubungan islam dengan non islam digambarkan
sebagai suatu perjanjian, yang mempunyai ketentuan-ketentuan tertentu. Kalau pihak non islam
melanggar ketentuan ini, maka ia dianggap telah merusak perjanjian, dan berlaku lagi status
perang yang semula, sehingga dapat dihukum/dibunuh. Ketentuannya: lihat sejarah perjumpaan
Gereja dengan Islam, bab III.
Akibat perubahan dalam abad ke-8 ini: pada abad ini agama Kristen dari mayoritas
menjadi minoritas dalam khalifat bagian barat. Adakalanya terjadi pemberontakan, tetapi
ditumpas (misalnya di Mesir).
Untuk sementara (sampai tahun 1400) yang paling berhasil mempertahankan diri ialah
gereja Nestorian, mula-mula Gereja ini memang kehilangan sebagian anggotanya di
semenanjung Arabia sendiri (lihat Young Handbook Of source Materials, No 430 punt a & c (hal
318 br) tetapi di zaman ini juga Gereja Nestorian memulai pekerjaan pekabaran Injil di Asia
Tengah dan Tiongkhok, yang cukup berhasil.
Sejak ± 800-1300 agama Kristen berhasil mempertahankan diri pada taraf yang dicapai
pada tahun 800 itu, sebagai minoritas yang besar. Kemudian mereka merosot dengan cepat:
a. Yang di Barat (Siria, Palestina, asia kecil) merosot karena invasi-invasi dari tentara salib,
orang-orang Turki dan orang-orang Monggol. Mereka cenderung untuk bersekutu dengan
orang-orang Kristen Barat dan Monggol, dan setelah mereka ini dikalahkan maka mereka
dihukum karenanya, terutama oleh sultan-sultan Mesir.
b. Yang Timur sangat menderita karena keadaan keterangan yang terus menerus selama abad ke
13 dan ke 14, karena penghambatan oleh raja-raja Monggol setelah mereka ini masuk Islam,
tetapi terutama karena kerusakan-kerusakan berat yang menimpa Asia dibawah Timor lenk.
2. Corak kerohanian theologia Gereja asia Lama pada zaman itu
a. Sejak zaman sesudah Khalcedon/abad ke-5 tiada lagi perubahan yang besar. Ajaran golongan
Kristen dipegang oleh masing-masing dengan teguh: mereka sibuk menyusun sanggahan
terhadap kelompok lain, tetapi tidak menghasilkan suatu pemikiran theologia yang baru.
Bandingkan situasi dalam Gereja Ortodoks Timur di Barat lain hal nya: dogma-dogma baru
lahir dalam Gereja Roma Katolik abad pertengahan dan selanjutnya: tentang Ekaristi
(Transubstansiasi, 1215), tentang Paus (invallibillis/tidak bisa keliru, th 1870), tentang Maria
(1854, 1950). Juga kemudian terjadi perkembangan didunia protestan: penekanan baru atas
pembenaran oleh Iman: Pietisme revivalisme; reaksi-reaksi teologis atas pencerahan, bst dan
seterus, juga timbul bentuk-bentuk Gereja baru: papalisme dalam GRK, presbytriayanisme
dan kongregationalisme dalam Gereja-Gereja protestan, dst, sebabnya: mungkin Gereja Barat,
FTh – UKAW Kupang 2
Sejarah Gereja dan Teologia Asia 2021
dibandingkan dengan Gereja Timur (Gereja Ortodoks Timur dan Gereja Asia Lama), jauh
lebih memandang keluar, sehingga lebih beraksi terhadap perkembaangan- perkembangan
didunia luar ( kebudayaan umum, politik).
b. Ada kegiatan Apologetis terhadap islam. Misalnya Dialog Timotius I dengan Al-mahdi (lihat
sejarah perjumpaan), Al-Kindi, dan lain-lain. Sifatnya agak intelektualistis: bukti-bukti
mathematis mengenai Trinitas, dsb, lebih diarahkan keotak dari pada ke hari.
c. Dalam kehidupan kerohanian, Askesse sangat dijunjung tinggi. Dalam hal ini nampaklah
kontinuitas kehidupan Gereja Asia Lama sejak abad ke 2: keselamatan tetap dilihat sebagai
keselamatan manusia lepas dari dunia. Eskesse ini sangat keras sifatnya. Bandingkan dengan
gambaran yang kita temukan dalam “book of governors” karangan Tomas dari Marga. Para
asket sangat berpengaruh juga dalam gereja: Rohaniawan dari tingkat uskup keatasa dipilih
dari kalangan para Rahib. Hanya imam-imam desa biasalah yang tidak merupakan Rahib dan
yang kawin, tetapi rahib jauh lebih ddihormati. Rahib-rahib juga mengadakan pekabaran Injil
ke luar.