SANTO SIRILUS
DOSEN PENGAMPU:
NIDN: 0125057202
DISUSUN OLEH:
BANDAR BARU
2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN
Sirilus dari Yerusalem merupakan santo yang berasal dari Yerusalem. Lahir
sekitar tahun 315, Sirilus menghadapi banyak sekali pertetangan.
1
Manifestasi Modernisme" . www.catholicculture.org . Diakses tanggal 30-12-2019
BAB II
PEMBAHASAN
I. Riwayat Singkat
St. Sirilus dan St. Metodius adalah orang kudus yang identik dengan ‘alfabeth Cyrilic’,
ahli banyak bahasa, penerjemahan Kitab Suci dalam bahasa Slavia, dan Liturgi dengan bahasa
setempat [Slavia]. Keduanya memiliki karier yang menonjol. Diantaranya, mereka membawa
iman Kristen kepada bangsa Slavia yang sebelumnya belum percaya kepada Tuhan dan masih
percaya pada dewa-dewa. Selain melakukan misi di Slavia, mereka berdua juga melakukan
beberapa misi besar lainnya seperti menjadi perwakilan Kekaisaran Binzantium di Timur
Tengan dan misi di Khazar Khaganate.
Mereka berdua adalah warga gereja yang penuh dedikasi. St. Metodius [Saudara yang tua]
adalah seorang biarawan dan kepala pemimpin salah satu biara di Yunani. Sedangkan St. Sirilus
[Saudara yang muda] adalah seorang profesor filsafat di Konstantinopel. Universitas
Konstantinopel jurusan filsafat adalah jalur pendidikan yang mereka tempuh terlebih dalam
mewujudkan keinginan mulia mereka untuk menjadi seorang imam. Setelah lulus [tahun
867/868] dari filsafat Universitas Konstantinopel, St. Sirilus ditahbiskan menjadi seorang imam
sedangnkan saudaranya [St. Metodius] masih menjadi Diakon.
Santo Sirilus dan Metodius adalah saudara kandung – kakak beradik. Mereka berasal dari
Tesalonika tepatnya pada masa Kekaisaran Bizantium yang sekarang menjadi Yunani. St.
Sirilus lahir pada tahun 827 sedangkan saudaranya – St. Metodius lahir pada tahun 815. Mereka
berdua adalah misionaris dari Gereja Ortodoks Timur [Katolik Ritus Timur]. Karena karya misi
mereka yang sungguh besar, akhirnya mereka benar-benar dihormati di banyak gereja –
termasuk Gereja Katolik Roma yang oleh Yohanes Paulus II juga menganonisasinya menjadi
seorang Santo (orang kudus). Gereja Katolik Roma memperingati mereka berdua pada tanggal
14 Februari. Selain memperingatinya, Gereja Katolik juga mengambil pengalaman hidup
mereka sabagai acuan untuk membuat kebijakan gereja yang baru. Yakni kebijakan
memperbolehkan mengadakan peribadatan (perayaan Ekaristi) menggunakan bahasa setempat.2
2
Tujuh Ancaman Besar terhadap Gereja Katolik di Amerika Modern" . www.saintaquinas.com . Diakses tanggal
30-12-2019
II. Karya
a. Karya Misi
Pada tahun 860, Santo Sirilus dan Metodius dikirim untuk menjadi utusan
perwakilan Kekaisaran Binzantium ke Khalifahan Abbasiyah Al – Mutawakkil.
Mereka dikirim untuk melakukan dialog teologi, terlebih menjelaskan tentang
teologi Tritunggal Maha Kudus kepada mereka. Selain itu, dialog teologi itu juga
bertujuan untuk mempererat relasi antara Kekhalifahan dengan Kekaisaran.
Bangsa Kievan-Rus adalah suatu bangsa besar yang hidup di dataran Eropa
Timur (Slavia) pada kisaran bentanag waktu tahun 882-1283. Kievan-Rus
merupakan cikal bakal bagi lahirnya 3 bangsa besar Eropa Timur, yaitu Ukraina,
Rusia, dan Belarusia. Pada tahun 863, Patriak Konstantinopel mengirimkan 2
misionaris bersaudara, yakni Santo Sirilus dan Santo Metodius. Mereka dikirim
untuk mewartakan Injil di Kievan-Rus sesuai dengan permintaan Pangeran
Rastislav [Motif Politis]. Saat itu bangsa Kievan-Rus merupakan bagian dari
rumpun wilayah Slavia. Pada saat itu bangsa Slavia belum memiliki aksara tulis
apapun, mereka hanya mengenal bahasa lisan saja. Maka dengan kemampun-
kemampuan yang St. Sirilus dan Metodius miliki terlebih dalam hal bahasa,
mereka mencoba untuk mengembangkan aksara tulis yang nantinya dipakai oleh
seluruh rakyat wilayah Slavia. Aksara tulis itu namanya aksara tulis Silirik,
3
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 43.
sesuai nama Sirilus. Selain membuat serta mengembangkan aksara tulis Silirik,
St. Sirlius dan Metodius juga menerjemahkan Kitab Suci ke dalam bahasa Silirik
sehingga mudah dimengerti oleh bangsa Slavia, termasuk Kievan-Rus.
Pembuatan (pengembangan) bahasa Silirik/alfabeth Cyrilic serta penerjemahan
Kitab Suci dalam bahasa Slavia tersebut menjadi sarana bagi Santo Sirilus dan
Metodius untuk mewartakan Injil serta iman Kristiani kepada mereka. Dan
bagusnya berkat karya-karya St. Sirilus dan Metodius, kekristenan mulai
diterima di sana.
4
Manifestasi Modernisme" . www.catholicculture.org . Diakses tanggal 30-12-2019
Pada kisaran tahun 980 hingga 1015, berkuasalah seorang raja bernama
(Santo) Vladimir Agung. Saat itu juga masih ada bangsa Kievan-Rus yang masih
menyembah berhala. Dan pada tahun 988 sesuai dengan kebijakannya, St.
Vladimir Agung menetapkan bahwa bangsa Kievan-Rus meninggalkan
penyembahan berhala dan menerima satu keyakinan yaitu keyakinan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
b. Karya Non-Misi
i. Pembuat dan Pengembang Aksara Tulis Silirik. Bahasa Rusia, adalah bahasa
Slavia [dengan akasara tulis Silirik/alfabeth Cyrilic] yang utamanya dituturkan di
Rusia, Belarus, Uzbekistan, Kazakhstan, dan Kirgizstan. St. Sirilus dan Metodius
juga dihormati karena dengan adanya aksara tulis ciptaannya [alfabeth Cyrilic],
pada saat itu bangsa Slavia yang hanya memiliki peraturan/hukum secara lisan –
kini mereka memiliki peraturan-peraturan hukum secara tertulis.
iii. Kitab Suci dalam Bahasa Slavia. St. Sirilus dan Metodius adalah penerjemah
Kitab Suci ke dalam bahasa Slavia. Yang juga memudahkan St. Sirilus dan
Metodius untuk mewartakaan iman Kristiani dan Injil kepada bangsa Slavia.
Gereja mempelajari bagaimana cara mewartakan kabar baik dengan optimal dari
hidup St. Sirilus dan Metodius walaupun mereka bukan berasal dari Gereja Katolik Roma.
Akhirnya melalui banyak pertimbangan, dari acuan pengalaman hidup St. Sirilus dan
Metodius Gereja Katolik membuat kebijkan dalam Konsili Vatikan II bahwa peribadatan
liturgi serta Kitab Suci boleh diterjemahkan/digunakan dalam bahasa setempat berdasarkan
pertimbangan yang matang.5
Selain itu, gereja juga mendapat pasokan orang kudus baru. Sirilus dan Metodius.
Mereka dikanonikasi oleh Paus Yohanes Paulus II dalam Gereja Katolik dan digelari gelar
Santo [Orang Kudus].6
5
Tujuh Ancaman Besar terhadap Gereja Katolik di Amerika Modern" . www.saintaquinas.com . Diakses tanggal
30-12-2019
6
Manifestasi Modernisme" . www.catholicculture.org . Diakses tanggal 30-12-2019
Maksud argumen ini adalah bahwa banyak kebenaran, tentang banyak kebenaran
tentang indah, banyak kebenaran tentang baik Menghadapi keadaan ini manusia didesak
pada harus adanya kebenaran yang absolut serta abadi itulah Tuhan. Jadi, ada semacam
desakan kebutuhan yang ada di dalam manusia, kebutuhan pada ukuran absolut tertinggi
tatkala ia dihadapkan pada kenekaan objek.
7
Gerald H. Anderson (ed.), Biographical Dictionary of Christian Missions (USA: Wm. B. Eerdmans
Publishing Co., 2003), hlm. 507.
8
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 43.
Tulisan-tulisan Origenes dapat dibagi menjadi lima bagian yakni kritik teks,
karya-karya eksegetis, karya-karya apologetis, tulisan dogmatis dan tulisan-tulisan
praktis.9 Kritik teks menyangkut uraian kritis atas Kitab Suci. Karyanya dalam bagian
ini adalah Hexapla yang berisi komentar atas Kitab Suci Perjanjian Lama. 10 Karya-karya
eksegetis adalah eksegese ilmiah yang mengomentari semua Kitab Suci Perjanjian Lama
dan Perjanjian Baru. Bagian kedua ini terbagi menjadi beberapa tulisan, yakni: scholia,
khotbah dan komentar.
Remaja sebagai kelompok yang sedang berada dalam masa topan dan badai
(storm and stress) sesungguhnya sangat membutuhkan arahan yang jelas. Mereka
berada pada masa dimana akan ada banyak pilihan-pilihan di sekitar mereka yang
dapat mengganggu mereka dalam membentuk sebuah konsep diri yang benar. Konsep
diri remaja perlu dibangun di atas dasar yang tepat, bukan karena kata iklan atau
perkataan seseorang. Bukan juga karena pengaruh hal-hal lainnya.
Akan tetapi khususnya sebagai remaja Kristen perlu landasan yang tepat
dalam membangun konsep diri yang benar, yaitu Firman Tuhan. tuk mencari identitas
diri dan mancari panduan untuk pegangan hidup.12
Menurut catatan sejarah, kata Philosopia ini pertama kali digunakan oleh
Pythagoras, seorang filosof Yunani yang hidup pada 582-496 sebelum Masehi. Cicero
(106-43 SM), seorang penulis Romawi terkenal pada zaman-nya dan sebagian
karyanya masih dibaca hingga saat ini, mencatat bahwa kata ‘filsafat’ dipakai
Pythagoras sebagai reaksi terhadap kaum cendekiawan pada masanya yang
menamakan dirinya ‘ahli pengetahuan.’ Pythagoras menyatakan bahwa pengetahuan
itu begitu luas dan terus berkembang. Tiada seorangpun yang mungkin mencapai
ujungnya. Jadi, jangan sombong menjuluki diri kita ‘ahli’ dan ‘menguasai’ ilmu
pengetahuan. Bukan itu maksud kata kebijaksanaa16
13
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 40.
14
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 40.
15
Tony Lane.Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristen. 2007. Jakarta. Penerbit:BPK Gunung Mulia (hal 14)
16
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 43.
Remaja Masa Kini
Mayer (dalam Tafsir Ahmad, n.d., : 85) menyatakan bahwa “Sementara itu di
Aleksandria terjadi per uhahan yang baru. Kini yang menjadi uskup di sana adalah
Dionysius, bekas murid Origerina. Dionysius mengundang Origenes kembali ke
Aleksandria untuk memimpin sekolah kateketik i sana. Namun, muncul penghambatan
Decius dan Origenes ditangkap serta dipenjarakan. Mes kipun ia dibebaskan kemudian
tatkala Decius mati, tubuhnya sudah sangat lemah akibat peng aninyaan yang
dideritanya selama dalam penja ra. Tak lama kemudian Origenes meninggal pada tahun
254 dan dikuburkan di Tirus. Dalam bidang ilmu toologi, Origenes men
Origenalah yang pertama kali berusaha untuk menyusun secara sistematis ilmiah
selu rah ajaran Kristen yang ang dituangkannya dalam karya besarnya, yaitu Peri
Archoon (Mengenai152 yang Pokok-pokok). Inilah buku dogmatika per tama dalam
Gereja Lama. Karyanya ini terdiri dari empat buku yang is tulis selama berada di
Aleksandria. Buku pertama membahas Trinitas Buku kedua membahas pokok-pokok
pencipta an, inkarnasi, kebangkitan dan penghukuman Buku ketiga membahas pokok-
pokok kubebasan Buku keempat membahas pokok-pokok Alkitab dan suatu rekapitulasi
mengenai Trinitas17
Jasanya sangat besar dalam bidang studi kritik teks. Dialah orang pertama yang
meng usahakan suatu perbandingan naskah-maskah Alkitah. Karya yang agung itu
dinamakan Hexa plo karena terdiri dari enam kolom. Kolom per tama dan kedua
memuat naskah asli, yaitu Ibra ni dan Yunani, kokım ketiga dan seterusnya ma sing-
masing memuat naskah terjemahan Septu aginta, Aquilla, Summachus dan Theodotion.
Karyanya menjadi sumbangan besar hagi pene litian naskah-naskah Alkitab oleh para
ahli bi blika pada zaman sekarang ini.
17
Bella, Julius I. "Dogma Pastor Tyrrell." Sejarah Gereja , jilid. 8, tidak. 4, 1939, hlm.316–341
2.5 Gereja Menurut Agustinus
Mengundang pertikaian-pertikaian, haik se masa hidup maupun sesudah
wafatnya. Perti kaian Arianisme harus dijejala akarnya dalam kristologi Origones.
Origenis mergajarkan bah wa Logos dilahirkan secara kekal oleh Allah se hingga Logas
sama kekal dan memiliki hakikat yang sama dengan Allah lapa. Ungkapannya. yang
terkenal adalah tidak pernah ada waktu, Putra Allah tidak ada. Allah Bapa tak ada tanpa
Putra Allah dan juga sebaliknya. Sejauh ini ajar annya masih ortodoks. Namun katika ia
mem
22
Remaja sebagai kelompok yang sedang berada dalam masa topan dan badai
(storm and stress) sesungguhnya sangat membutuhkan arahan yang jelas. Mereka
berada pada masa dimana akan ada banyak pilihan-pilihan di sekitar mereka yang
dapat mengganggu mereka dalam membentuk sebuah konsep diri yang benar. Konsep
diri remaja perlu dibangun di atas dasar yang tepat, bukan karena kata iklan atau
perkataan seseorang. Bukan juga karena pengaruh hal-hal lainnya.
18
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 45- 51
19
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 52-56.
20
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 57-65.
21
Vermeersch, Arthur (1911). "Modernisme" . Ensiklopedia Katolik . Jil. 10. New York: Perusahaan Robert
Appleton . Diakses tanggal 8 Juni 2016
22
Modernisme (Katolik Roma)" . Ensiklopedia Britannica . 8 Desember 2006
Akan tetapi khususnya sebagai remaja Kristen perlu landasan yang tepat
dalam membangun konsep diri yang benar, yaitu Firman Tuhan. tuk mencari identitas
diri dan mancari panduan untuk pegangan hidup.23
Nomensen sangatlah rajin dalam hal kerajian tangan seperti menulis dengan
banyak tulisan dan karya karyanya yang sangat bagus (dalam Tafsir Ahmad, n.d., : 85)24
Selama hidupnya Origenes membuat banyak tulisan. Namun karya-karyanya
banyak yang hilang. Karya-karyanya yang tersisa sekarang kebanyakan tidak lagi
berbahasa Yunani seperti aslinya, melainkan dalam terjemahan Latin. Jerome, yang
menggunakan karyanya, menyebut jumlahnya dua ribu. Epiphano memperkirakan
tulisan-tulisannya berjumlah enam ribu. Kini banyak orang hanya mengetahui jumlah
tulisannya sebanyak delapan ratus. Tampaknya Origenes tidak berniat untuk
mempublikasikan karya-karyanya.25
Tulisan-tulisan Origenes dapat dibagi menjadi lima bagian yakni kritik teks,
karya-karya eksegetis, karya-karya apologetis, tulisan dogmatis dan tulisan-tulisan
praktis.26 Kritik teks menyangkut uraian kritis atas Kitab Suci. Karyanya dalam bagian
ini adalah Hexapla yang berisi komentar atas Kitab Suci Perjanjian Lama. 27 Karya-karya
eksegetis adalah eksegese ilmiah yang mengomentari semua Kitab Suci Perjanjian Lama
dan Perjanjian Baru. Bagian kedua ini terbagi menjadi beberapa tulisan, yakni: scholia,
khotbah dan komentar)28
Permata di antara tulisan-tulisan Origenes adalah karyanya On Prayer, yang
dituliskannya atas saran dari sahabatnya Ambrosius dan istrinya Tatiana pada 233/234.
Teks ini masih ada dalan sebuah codex abad keempatbelas di Cambridge, sementara
pada manuskrip abad kelimabelas di Paris, turut terkandung sebuah fragmen. Karya ini
mengungkapkan dengan lebih jelas kedalaman dan kehangatan hidup religius Origenes,
daripada karya-karyanya yang lain. Beberapa pandangan fundamental yang
ditekankannya dalam karyanya ini, sangat berguna untuk menganalisa sistem
teologinya.29 Di dalam karyanya ini, pembaca dapat melihat Origenes sebagai seorang
grammarian, seorang alegoris, seorang teolog filsafati dari tradisi Platonis, seorang
musuh dari kaum heretik dan seorang Kristen yang saleh.30
23
Ecclesiam Suam (6 Agustus 1964) | Paulus VI" . www.vatikan.va . Diakses tanggal 30-01-2023
24
Manifestasi Modernisme" . www.catholicculture.org . Diakses tanggal 30-12-2019
25
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 43.
26
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 44-74.
27
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 44-45.
28
Manifestasi Modernisme" . www.catholicculture.org . Diakses tanggal 30-12-2019
29
John J. O’ Mearn, Origen: Prayer, Exhortation to Martyrdom (New York: Newman Press, 1953), hlm.
66.
30
Joseph Wilson Trigg, Origen (London: SCM Press LTd, 1983), hlm. 157.
Bila awalnya Origenes menciptakan karya yang penuh dengan ide-ide filsafat
dan teologis, kini karyanya beralih ke arah spiritualitas. Wescott berpendapat bahwa tak
ada tulisan Origenes yang lebih bebas dari kesalahan karakteristik atau lebih penuh
dengan pemikiran cemerlang daripada karyanya On Prayer. Erasmus berpendapat
bahwa karya Origenes ini sejalan dengan cara hidupnya yang selalu menginspirasi di
manapun.31
Di dalam karyanya ini, Origenes membahas segala topik tentang doa, dimulai
dari hal-hal yang paling umum: seberapa sering kita harus berdoa, kapan saja kita harus
berdoa, di mana kita harus berdoa, bagaimana sikap kita seharusnya ketika berdoa dan
apa yang harus kita doakan. Pandangan Origenes memengaruhi perilaku hidup religius
Kristen pada jamannya. On Prayer membuat suatu langkah penting dalam
perkembangan kesalehan Kristiani.32
Traktat tentang doa secara umum juga terdapat dalam De Oratione dari
Tertullianus, De Oratione dari St. Gregorius dari Nissi dan De Sacramentum dari St.
Ambrosius. Namun On Prayer dari Origenes adalah seri panjang pertama yang 33
Bagian introduksi dibuka dengan pernyataan bahwa apa yang tidak mungkin
bagi kodrat manusia menjadi mungkin oleh rahmat Allah dan penyertaan Kristus serta
Roh Kudus. Dalam bab 5, Origenes menjawab pertanyaan-pertanyaan Ambrosius. 34
Pada 223 atau 224 M, Ambrosius meminta Origenes untuk menjawab beberapa
paradoks filsafati mengenai doa yang mengganggunya. Dia bertanya, apakah perlu
berdoa kepada Tuhan apabila Tuhan sudah tahu apa yang kita butuhkan sebelum kita
meminta, karena Dia adalah Bapa yang baik, yang menyediakan bagi kita lebih dari
apa yang mau kita minta? Selanjutnya, apabila Tuhan sudah tahu dan merencanakan
masa depan kita, mengapa kita perlu berdoa mengenai masa yang akan datang?
Bukankah doa kita percuma karena Tuhan sudah menentukan untuk mengabulkan
atau tidak mengabulkan doa kita sejak awal? Kemudian, bila Tuhan sudah
merencanakan keselamatan bagi kita, maka tidak penting lagi berdoa bagi
keselamatan atau untuk menerima Roh Kudus. Namun bila Tuhan sudah
merencanakan hukuman bagi kita, maka doa pun percuma saja35
Terpisah dari pengantar dan penutup, karya ini terdiri dari tiga bagian yang
mencakup masalah-masalah umum sekaitan dengan doa (Bab 3-17), komentar atas doa
31
John J. O’ Mearn, Origen…, hlm. 8.
32
Joseph Wilson Trigg, Origen…, hlm. 157.
33
Tujuh Ancaman Besar terhadap Gereja Katolik di Amerika Modern" . www.saintaquinas.com . Diakses tanggal
30-12-2019
34
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 66.
35
Gisler, Anton (1912). "1. Teil: Vorläufer des Modernismus. I. Buch. Der Amerikanismus". Der Modernisme .
Einsiedeln: Benziger. hlm.27–222
Bapa Kami (bab 18-30) dan dan beberapa poin tambahan (Bab 31-33), yang berkaitan
dengan sikap dari tubuh dan jiwa, gerak-gerik, tempat dan arah doa. 36 Pendekatannya
adalah penjelasan yang berdasarkan Kitab Suci. Dalam bagian penutup (epilog),
Origenes mengatakan bahwa dia menemukan masalah dalam doa dan pertanyaan
tentang doa sebagaimana terdapat dalam Injil, khususnya Injil Matius. 37 Origenes juga
memohon kepada Ambrosius dan Tatiana untuk berpedoman pada tulisan ini sampai dia
bisa memberikan yang lebih baik lagi, lebih indah dan lebih menyeluruh. Namun
Origenes tidak pernah mampu memenuhi janji ini.38
Bagian introduksi dibuka dengan pernyataan bahwa apa yang tidak mungkin
bagi kodrat manusia menjadi mungkin oleh rahmat Allah dan penyertaan Kristus serta
Roh Kudus. Dalam bab 5, Origenes menjawab pertanyaan-pertanyaan Ambrosius. 39
Pada 223 atau 224 M, Ambrosius meminta Origenes untuk menjawab beberapa
paradoks filsafati mengenai doa yang mengganggunya. Dia bertanya, apakah perlu
berdoa kepada Tuhan apabila Tuhan sudah tahu apa yang kita butuhkan sebelum kita
meminta, karena Dia adalah Bapa yang baik, yang menyediakan bagi kita lebih dari apa
yang mau kita minta? Selanjutnya, apabila Tuhan sudah tahu dan merencanakan masa
depan kita, mengapa kita perlu berdoa mengenai masa yang akan datang? Bukankah doa
kita percuma karena Tuhan sudah menentukan untuk mengabulkan atau tidak
mengabulkan doa kita sejak awal? Kemudian, bila Tuhan sudah merencanakan
keselamatan bagi kita, maka tidak penting lagi berdoa bagi keselamatan atau untuk
menerima Roh Kudus. Namun bila Tuhan sudah merencanakan hukuman bagi kita,
maka doa pun percuma saja. 40
perbudakan pada anak-anak miskin. Karena latar belakang keluarga ini adalah
keluarga yang sederhana maka sejak umur 8 tahun, Nommensen sudah mencari nafkah
dengan menggembalakan domba milik orang lain pada saat musim panas, dan pada saat
musim dingin ia bersekolah41. Pada umur 10 tahun ia menjadi buruh tani. .42
Nommensen berasal dari Pulau Noordstrand di Schleswig, yang pada waktu itu
merupakan wilayah Denmark. Keluarganya hidup dalam kemiskinan dan penderitaan,
sehingga sejak kecil, Nommensen terbiasa hidup dalam kondisi yang demikian. Maka dari
36
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 66.
37
John J. O’ Mearn, Origen…, hlm. 8.
38
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 66.
39
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 66.
40
Joseph Wilson Trigg, Origen…, hlm. 157.
41
J.T. Nommensen. Ompu i Dr. Ingwer Ludwig Nommensen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1974), 9
42
J.T. Nommensen. Ompu i Dr. Ingwer Ludwig Nommensen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1974), 9
itu, sejak kecil, ia sudah mencari nafkah untuk membantu orangtuanya. Ketika berumur 7
tahun, Nommensen memilih menggembalakan angsa daripada duduk di bangku sekolahPada
umur 8 tahun, ia mulai mencari nafkah untuk membantu orang tuanya dengan cara
menggembalakan domba. Pada usia 9 tahun, ia belajar menjadi tukang atapLalu, pada usia 10
tahun, ia bekerja pada seorang petani yang kaya sambil belajar mengerjakan tanah. Ia juga
bekerja menuntun kuda yang menarik bajak untuk membajak tanah petani kaya tersebut.
Pada tahun 1846, saat berusia 12 tahun, Nommensen mengalami kecelakaan. Sewaktu ia
bermain kejar-kejaran dengan temannya, ia ditabrak kereta kuda yang menggilas kakinya sampai
patah dan keadaan yang demikian memaksanya berbaring di tempat tidur berbulan-bulan
lamanya. Waktu itu, dalam doanya, Nommensen meminta kesembuhan dan berjanji, jika ia
disembuhkan, maka ia akan memberitakan injil kepada orang kafir. Setelah kakinya sembuh,
Nommensen kembali menjadi buruh tani untuk membantu keluarganya setelah kematian
ayahnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
St. Sirilus dan Metodius adalah dua pribadi berintegritas tinggi. Konsisten pada
komitmennya. Orang-orang yang berpribadi yang tangguh. Aku sungguh kagum pada
mereka. Mereka telah banyak melakukan misi di banyak tempat. Mereka tak pernah
gentar dalam menghadapi sesuatu. Walaupun sesuatu itu mengancam mereka, tapi
mereka tetap teguh asalkan itu demi nama Tuhan Yesus. St. Sirilus dan Metodius adalah
orang-orang yang totalitas. Mereka all-out. Memang, mereka tergolong orang yang
cerdas bahkan St. Sirilus adalah tokoh filsuf termasyur pada masa itu.
Aku menyadari bahwa diriku masih jauh jika dibandingkan dengan St. Sirilus dan
Metodius. Dalam menjalani panggilan ini, kerap kali aku menemui banyak tantangan.
Kerap kali aku menemui banyak rintangan. Di dalam tugas pastoralku, aku juga sering
mendapatkan kendala-kendala. Di kelas IV ini [Seminari – Menjalani Panggilan] aku
ditugaskan di sebuah desar yang sebagian besar sarana komunikasinya menggunakan
bahasa Jawa. Sedangkan aku tidak begitu menguasai bahasa Jawa. Ini menjadi tantangan
bagi diriku pribadi. Namun, disini. Aku. Benar-benar ingin belajar seperti St. Sirilus dan
Metodius. Aku ingin seperti mereka. Dengan segala kemauan dan kerja keras untuk
melatih diri dan berani mewartajan Injil Tuhan pada mereka. “Carilah Kerajaan Allah
dahulu, maka segalanya akan ditambahkan bagimu”.
DAFTAR PUSTAKA
116.
Theologi ke Filsafat Keabadian). JURNAL YAQZHAN: Analisis
Filsafat, Agama dan Kemanusiaan, 4(2).
Putri, H. A., & Aziz, M. I. (2023). Filsafat Sejarah Dalam Perspektif Santo
Agustinus. Aksiologi: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial, 4(1), 8-15.
Sampe, N., & Petrus, S. (2021). Realita Kompleks Pemimpin Kristen: Hikmat dan
Integritas Pemimpin Kristen Menghadapi Laju Perubahan Dunia Sebagai
Dampak Globalisme dan Postmodernisme. Kinaa: Jurnal Kepemimpinan
Kristen dan Pemberdayaan Jemaat, 2(2), 133-146.
4
5