Anda di halaman 1dari 18

Sejarah Gereja umum

SANTO SIRILUS

DOSEN PENGAMPU:

Bernat Sitorus, M.Th

NIDN: 0125057202

DISUSUN OLEH:

Septa Hutagalung/2310263, Theresia Pandiangan/2310264, Yoel


Tambunan/2310265, Zella Marbun/2310266, Rahel Siahaan/2210216,
Kamrol Sidauruk/2210

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI GEREJA METHODIST INDONESIA

BANDAR BARU

2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sirilus dari Yerusalem merupakan santo yang berasal dari Yerusalem. Lahir
sekitar tahun 315, Sirilus menghadapi banyak sekali pertetangan.

Ketika Uskup Yerusalem Maximus wafat, Sirilus dipilih untuk menggantikan


kedudukannya. Kemudian selama tiga puluh lima tahun Sirilus menjadi Uskup
Yerusalem. Enam belas tahun dari masa pengabdiannya itu ia lewatkan dalam
pengasingan serta pembuangan. Tiga kali ia diusir dari kota oleh orang-orang
berpengaruh yang tidak menghendaki kehadirannya. Mereka memaksa Sirilus untuk
menerima ajaran-ajaran sesat tentang Yesus dan Gereja. Tetapi, Sirilus pantang
menyerah.

Masa pemerintahan Kaisar Yulianus - seorang kaisar yang ingkar terhadap


agama - dimulai tahun 361. Yulianus bermaksud hendak membangun kembali Bait
Allah (Yerusalem) di Yerusalem yang terkenal itu.[1][2] Ia punya suatu tujuan pasti, yakni
hendak membuktikan bahwa Yesus salah ketika Ia menyatakan bahwa Bait Allah di
Yerusalem tidak akan dibangun kembali. Ia bertekad akan membuktikannya. Maka, ia
menghabiskan banyak sekali uang serta mengirimkan segala macam bahan bagi
pembangunan Bait Allah yang baru. Banyak orang mendukungnya dengan menyerahkan
barang-barang perhiasan serta emas dan perak. Namun demikian, Sirilus sanggup
menghadapi situasi yang sulit tersebut dengan tenang. Ia yakin, Bait Allah (Yerusalem)
tidak akan dapat dibangun kembali karena Yesus, yang adalah Allah, telah
mengatakannya. 1

Ketika melihat seluruh bahan-bahan bangunan tersebut, Uskup Sirilus berkata,


”Aku tahu bahwa usaha ini pasti akan gagal.” Dan, memang demikian, pertama-tama
badai, kemudian gempa bumi, dan yang terakhir kebakaran, yang akhirnya
menghentikan usaha kaisar. Akhirnya, Kaisar Yulianus membiarkan pekerjaan tersebut
terbengkalai.

Sirilus wafat tahun 386, karena semangatnya dalam mengajarkan kebenaran


tentang Yesus dan gereja-Nya, Sirilus diangkat sebagai pelindung para katekesis

1
Manifestasi Modernisme" . www.catholicculture.org . Diakses tanggal 30-12-2019
BAB II
PEMBAHASAN

I. Riwayat Singkat

St. Sirilus dan St. Metodius adalah orang kudus yang identik dengan ‘alfabeth Cyrilic’,
ahli banyak bahasa, penerjemahan Kitab Suci dalam bahasa Slavia, dan Liturgi dengan bahasa
setempat [Slavia]. Keduanya memiliki karier yang menonjol. Diantaranya, mereka membawa
iman Kristen kepada bangsa Slavia yang sebelumnya belum percaya kepada Tuhan dan masih
percaya pada dewa-dewa. Selain melakukan misi di Slavia, mereka berdua juga melakukan
beberapa misi besar lainnya seperti menjadi perwakilan Kekaisaran Binzantium di Timur
Tengan dan misi di Khazar Khaganate.

Mereka berdua adalah warga gereja yang penuh dedikasi. St. Metodius [Saudara yang tua]
adalah seorang biarawan dan kepala pemimpin salah satu biara di Yunani. Sedangkan St. Sirilus
[Saudara yang muda] adalah seorang profesor filsafat di Konstantinopel. Universitas
Konstantinopel jurusan filsafat adalah jalur pendidikan yang mereka tempuh terlebih dalam
mewujudkan keinginan mulia mereka untuk menjadi seorang imam. Setelah lulus [tahun
867/868] dari filsafat Universitas Konstantinopel, St. Sirilus ditahbiskan menjadi seorang imam
sedangnkan saudaranya [St. Metodius] masih menjadi Diakon.

Santo Sirilus dan Metodius adalah saudara kandung – kakak beradik. Mereka berasal dari
Tesalonika tepatnya pada masa Kekaisaran Bizantium yang sekarang menjadi Yunani. St.
Sirilus lahir pada tahun 827 sedangkan saudaranya – St. Metodius lahir pada tahun 815. Mereka
berdua adalah misionaris dari Gereja Ortodoks Timur [Katolik Ritus Timur]. Karena karya misi
mereka yang sungguh besar, akhirnya mereka benar-benar dihormati di banyak gereja –
termasuk Gereja Katolik Roma yang oleh Yohanes Paulus II juga menganonisasinya menjadi
seorang Santo (orang kudus). Gereja Katolik Roma memperingati mereka berdua pada tanggal
14 Februari. Selain memperingatinya, Gereja Katolik juga mengambil pengalaman hidup
mereka sabagai acuan untuk membuat kebijakan gereja yang baru. Yakni kebijakan
memperbolehkan mengadakan peribadatan (perayaan Ekaristi) menggunakan bahasa setempat.2

2
Tujuh Ancaman Besar terhadap Gereja Katolik di Amerika Modern" . www.saintaquinas.com . Diakses tanggal
30-12-2019
II. Karya

a. Karya Misi

i. Karya Misi di Timur Tengah

Pada tahun 860, Santo Sirilus dan Metodius dikirim untuk menjadi utusan
perwakilan Kekaisaran Binzantium ke Khalifahan Abbasiyah Al – Mutawakkil.
Mereka dikirim untuk melakukan dialog teologi, terlebih menjelaskan tentang
teologi Tritunggal Maha Kudus kepada mereka. Selain itu, dialog teologi itu juga
bertujuan untuk mempererat relasi antara Kekhalifahan dengan Kekaisaran.

ii. Karya Misi di Khazar Khaganate

Kaisar Binzantium Michael III dan juga Patriak Konstantinopel Photius


meminta kepada Santo Sirilus dan Metodius untuk bermisi pewartaan Injil ke
Khazar Khaganate terlebih untuk mencegah perluasan aliran Yudaisme yang
mulai meluas di sana. Namun sayangnya misi ini gagal. Karena Khagan sendiri
tidak mendukung misi ini malahan menjadikan Yudaisme sebagai agama
nasionalnya.

Lalu mereka kembali ke Konstantinopel. Di sana, Sirilus berperan sebagai


seorang profesor filsafat di Universitas Konstantinopel sedangkan saudaranya
Santo Metodius menjadi orang penting dalam bidang administrasi di Binzantium
dan juga menjadi kepala pemimpin biara-biara.3

iii. Karya Misi di Slavia [Big Moravia]

Bangsa Kievan-Rus adalah suatu bangsa besar yang hidup di dataran Eropa
Timur (Slavia) pada kisaran bentanag waktu tahun 882-1283. Kievan-Rus
merupakan cikal bakal bagi lahirnya 3 bangsa besar Eropa Timur, yaitu Ukraina,
Rusia, dan Belarusia. Pada tahun 863, Patriak Konstantinopel mengirimkan 2
misionaris bersaudara, yakni Santo Sirilus dan Santo Metodius. Mereka dikirim
untuk mewartakan Injil di Kievan-Rus sesuai dengan permintaan Pangeran
Rastislav [Motif Politis]. Saat itu bangsa Kievan-Rus merupakan bagian dari
rumpun wilayah Slavia. Pada saat itu bangsa Slavia belum memiliki aksara tulis
apapun, mereka hanya mengenal bahasa lisan saja. Maka dengan kemampun-
kemampuan yang St. Sirilus dan Metodius miliki terlebih dalam hal bahasa,
mereka mencoba untuk mengembangkan aksara tulis yang nantinya dipakai oleh
seluruh rakyat wilayah Slavia. Aksara tulis itu namanya aksara tulis Silirik,
3
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 43.
sesuai nama Sirilus. Selain membuat serta mengembangkan aksara tulis Silirik,
St. Sirlius dan Metodius juga menerjemahkan Kitab Suci ke dalam bahasa Silirik
sehingga mudah dimengerti oleh bangsa Slavia, termasuk Kievan-Rus.
Pembuatan (pengembangan) bahasa Silirik/alfabeth Cyrilic serta penerjemahan
Kitab Suci dalam bahasa Slavia tersebut menjadi sarana bagi Santo Sirilus dan
Metodius untuk mewartakan Injil serta iman Kristiani kepada mereka. Dan
bagusnya berkat karya-karya St. Sirilus dan Metodius, kekristenan mulai
diterima di sana.

Santo Sirilus dan Metodius juga mengadakan kebhaktian/peribadatan


menggunakan bahasa selain bahasa Latin atau Yunani, tepatnya menggunakan
bahasa Slavia. Namun tindakan itu menuai banyak pertentangan dari berbagai
kalangan. Misi Santo Sirilus dan Metodius di Slavia menjadi fokus perselisihan
antara Uskup Agung Salzburg [Jerman] dan Uskup Passau, yang mengaku tidak
setuju dengan penggunaan bahasa setempat dalam peribadatan. Santo Sirilus dan
Metodius tidak tinggal diam dalam hal ini, mereka memandang bahwa hal ini
adalah yang paling tepat karena lebih memudahkan menyampaikan sesuatu
(iman) kepada mereka yang menjadi obyek misi pewartaan Injil. Mereka berdua
berangkat ke Roma untuk bertemu dengan Paus pada tahun 868 untuk
mempertahankan penggunaan bahasa daerah dalam kebhaktian/peribadatan.4

Sekitar tahun 944, sudah mulai banyak terbentuk komunitas-komunitas


Kristiani di wilayah Slavia. Walaupun masih kecil, namun perkembangannya
sungguh signifikan. Pada tahun 945, kekristenan mulai diterima di kalangan
Kerajaan semenjak St. Olga [Ratu bangsa Kievan-Rus] memberikan diri dibaptis
di Konstantinopel. Usahanya berbuah manis. Paus Adrianus II setuju dengan
Sirilus dan Metodius, dengan mengizinkan mereka untuk mengadakan
peribadatan liturgi dalam bahasa setempat [Slavia]. Ketika berada di Roma,
mereka berdua menjadi biarawan. Pada tahun berikutnya Sirilus meninggal, dan
Metodius kembalik ke Slavia sebagai Uskup resmi utusan Paus. Namun,
walaupun Metodius merupakan utusan resmi Paus, biara Jerman tetap
menangkap dan memenjarakannya selama tiga tahun. Paus berikutnyam Paus
Yohanes VIII ternyata berpihak kepada Metodius dengan memerdekakan gereja
Slavia dan mengangkat Metodius menjadi Uskup Agung. Tapi tetap saja,
Metodius senantiasa mendapat perlawanan dari biara Jerman hingga wafatnya
pada tahun 885.

4
Manifestasi Modernisme" . www.catholicculture.org . Diakses tanggal 30-12-2019
Pada kisaran tahun 980 hingga 1015, berkuasalah seorang raja bernama
(Santo) Vladimir Agung. Saat itu juga masih ada bangsa Kievan-Rus yang masih
menyembah berhala. Dan pada tahun 988 sesuai dengan kebijakannya, St.
Vladimir Agung menetapkan bahwa bangsa Kievan-Rus meninggalkan
penyembahan berhala dan menerima satu keyakinan yaitu keyakinan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.

b. Karya Non-Misi

i. Pembuat dan Pengembang Aksara Tulis Silirik. Bahasa Rusia, adalah bahasa
Slavia [dengan akasara tulis Silirik/alfabeth Cyrilic] yang utamanya dituturkan di
Rusia, Belarus, Uzbekistan, Kazakhstan, dan Kirgizstan. St. Sirilus dan Metodius
juga dihormati karena dengan adanya aksara tulis ciptaannya [alfabeth Cyrilic],
pada saat itu bangsa Slavia yang hanya memiliki peraturan/hukum secara lisan –
kini mereka memiliki peraturan-peraturan hukum secara tertulis.

ii. Orang Pertama yang melakukan kebhaktian/peribadatan liturgi dengan menggunakan


bahasa setempat [Slavia]. Hal ini menjadi acuan bagi banyak Gereja terlebih Gereja
Katolik Roma untuk memperbolehkan melakukan peribadatan liturgi menggunakan
bahasa setempat. Gereja Katolik mengesahkannya ketika Konsili Vatikan II.

iii. Kitab Suci dalam Bahasa Slavia. St. Sirilus dan Metodius adalah penerjemah
Kitab Suci ke dalam bahasa Slavia. Yang juga memudahkan St. Sirilus dan
Metodius untuk mewartakaan iman Kristiani dan Injil kepada bangsa Slavia.

III. Pengaruh Bagi Gereja [Katolik Roma]

Gereja mempelajari bagaimana cara mewartakan kabar baik dengan optimal dari
hidup St. Sirilus dan Metodius walaupun mereka bukan berasal dari Gereja Katolik Roma.
Akhirnya melalui banyak pertimbangan, dari acuan pengalaman hidup St. Sirilus dan
Metodius Gereja Katolik membuat kebijkan dalam Konsili Vatikan II bahwa peribadatan
liturgi serta Kitab Suci boleh diterjemahkan/digunakan dalam bahasa setempat berdasarkan
pertimbangan yang matang.5

Selain itu, gereja juga mendapat pasokan orang kudus baru. Sirilus dan Metodius.
Mereka dikanonikasi oleh Paus Yohanes Paulus II dalam Gereja Katolik dan digelari gelar
Santo [Orang Kudus].6

5
Tujuh Ancaman Besar terhadap Gereja Katolik di Amerika Modern" . www.saintaquinas.com . Diakses tanggal
30-12-2019

6
Manifestasi Modernisme" . www.catholicculture.org . Diakses tanggal 30-12-2019
Maksud argumen ini adalah bahwa banyak kebenaran, tentang banyak kebenaran
tentang indah, banyak kebenaran tentang baik Menghadapi keadaan ini manusia didesak
pada harus adanya kebenaran yang absolut serta abadi itulah Tuhan. Jadi, ada semacam
desakan kebutuhan yang ada di dalam manusia, kebutuhan pada ukuran absolut tertinggi
tatkala ia dihadapkan pada kenekaan objek.

2.3 Jiwa Menurut Agustinus


Origenes (185-253) adalah seorang apologet Kristen, ekseget Kitab Suci dan
teolog. Dia lahir di Alexandria dari keluarga kristen yang memberikannya pendidikan
Kitab Suci dan ilmu-ilmu lainnya. Penganiayaan di Alexandria mengakibatkan
kematian ayahnya, saat dia belum berumur 17 tahun. Saat berumur 18 tahun, dia belajar
banyak tentang pendidikan kristiani. Ketika sekolah-sekolah berkembang, dia
memasukinya dan mengembangkan berbagai pengetahuan sekaligus kedisiplinan.7
Kehidupan Origenes erat dengan bidang pendidikan. Sebagai seorang pendidik,
garis hidupnya dapat dibagi ke dalam dua bagian. Pertama, Origenes sebagai kepada
sekolah di Alexandria pada tahun 203-231. Dia memperoleh murid-murid bahkan dari
kaum heretik dan sekolah-sekolah filsuf Pagan. Dia mengajar dialektika, fisika,
matematika, geometri, astronomi, filsafat dan teologi spekulatif. Pada 216, dia diminta
oleh Uskup dari Kaisarea untuk memberikah khotbah dan penjelasan Kitab Suci kepada
para imam sekalipun Origenes bukanlah imam. Namun superiornya, Demetrius dari
Alexandria, menyalahkan Origenes karena tindakannya tersebut. Origenes disuruh
kembali ke Alexandria. Demetrius kemudian memanggil sinode yang
mengekskomunikasi Origenes dari Gereja di Alexandria. Setelah kematian Demetrius
pada 232, Origenes berniat kembali ke Alexandria, namun penggantinya, Heraklas,
mengulangi ekskomunikasi yang serupaAugustinus

2.4 Moral Menurut Agustinus


Selama hidupnya Origenes membuat banyak tulisan. Namun karya-karyanya
banyak yang hilang. Karya-karyanya yang tersisa sekarang kebanyakan tidak lagi
berbahasa Yunani seperti aslinya, melainkan dalam terjemahan Latin. Jerome, yang
menggunakan karyanya, menyebut jumlahnya dua ribu. Epiphano memperkirakan
tulisan-tulisannya berjumlah enam ribu. Kini banyak orang hanya mengetahui jumlah
tulisannya sebanyak delapan ratus. Tampaknya Origenes tidak berniat untuk
mempublikasikan karya-karyanya.8

7
Gerald H. Anderson (ed.), Biographical Dictionary of Christian Missions (USA: Wm. B. Eerdmans
Publishing Co., 2003), hlm. 507.
8
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 43.
Tulisan-tulisan Origenes dapat dibagi menjadi lima bagian yakni kritik teks,
karya-karya eksegetis, karya-karya apologetis, tulisan dogmatis dan tulisan-tulisan
praktis.9 Kritik teks menyangkut uraian kritis atas Kitab Suci. Karyanya dalam bagian
ini adalah Hexapla yang berisi komentar atas Kitab Suci Perjanjian Lama. 10 Karya-karya
eksegetis adalah eksegese ilmiah yang mengomentari semua Kitab Suci Perjanjian Lama
dan Perjanjian Baru. Bagian kedua ini terbagi menjadi beberapa tulisan, yakni: scholia,
khotbah dan komentar.

Menyetujuinya tanpa diadakan penelitian terlebih dahulu. Gereja-gereja di


Palestina, Arabia, Fu- nisia dan Akhaya menolak keputusan tersebut. Origenes
menunjukkan kebesaran yang

luar biasa dalam menghadapi lawan-lawannya. la menyatakan sikapnya kepada


lawan-lawan nya melalui ungkapan sebagai berikut, "Kita ha rua mengasihi mereka, me
bukan membenci reka berdua bagi mereka, bakan mengutak me reka karena kita harus
menjadi berkat bagi me reka dan bukannya kutuk."

Origunes diundang oleh Uskup Theoetitus suntuk pindah ke Kaisarea. Di


sini ia membuka sekolah filsafat dan sekolah teologi. Pecahnya penghambatan di
bawah Kasar Maximus Thrax menyebabkan Origenes pindah ke Kapadokia dan
dari sana ke Yunani dan kembali lagi Kaisarea Gereja11

Remaja sebagai kelompok yang sedang berada dalam masa topan dan badai
(storm and stress) sesungguhnya sangat membutuhkan arahan yang jelas. Mereka
berada pada masa dimana akan ada banyak pilihan-pilihan di sekitar mereka yang
dapat mengganggu mereka dalam membentuk sebuah konsep diri yang benar. Konsep
diri remaja perlu dibangun di atas dasar yang tepat, bukan karena kata iklan atau
perkataan seseorang. Bukan juga karena pengaruh hal-hal lainnya.

Akan tetapi khususnya sebagai remaja Kristen perlu landasan yang tepat
dalam membangun konsep diri yang benar, yaitu Firman Tuhan. tuk mencari identitas
diri dan mancari panduan untuk pegangan hidup.12

Tahun 231 Origenes meninggalkan Alexandria menuju Kaisarea. Dari sini


dimulailah periode kedua hidupnya. Uskup Kaisarea menugaskan Origenes untuk
membentuk sebuah sekolah teologi di Kaisarea. Di sana Origenes mengabdikan
hidupnya selama hampir dua puluh tahun. Gregorius menulis bahwa Origenes menyuruh
semua muridnya untuk membaca semua karya filsuf-filsuf kuno, kecuali mereka yang
9
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 44-74.
10
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 44-45.
11
Modernisme (Katolik Roma)" . Ensiklopedia Britannica . 8 Desember 2006
12
Ecclesiam Suam (6 Agustus 1964) | Paulus VI" . www.vatikan.va . Diakses tanggal 30-01-2023
menyangkal keberadaan Tuhan dan penyelenggaraan Ilahi. Di sana pula ia
mengembangkan tulisan-tulisannya. Karena penganiayaan Decian tahun 250 dia
dipenjara dan sangat menderita. Dia meninggal di Tyre pada 253M di umur ke-69
karena sakit.13

Origenes adalah perintis dari berbagai ajaran misi. Karya-karyanya sangat


fenomenal dan menuai banyak kontroversi. Namun itu bukan berarti dia bukanlah
seorang Kristen. Di awal karya teologisnya dia menekankan bahwa hanya satu yang
pantas untuk diterima sebagai kebenaran yakni yang berasal dari Gereja dan Tradisi
apostolik.14 Sekalipun ada banyak kontribusinya bagi Gereja, dia tetap diumumkan
sebagai heretik oleh Gereja dan tidak pernah menjadi santo...15
Pada dasarnya jika kita cermati lebih lanjut kata filsafat berasal dari kata falsafah
(bahasa Arab) dan piloshsophy (bahasa Inggris) berasal dari bahasa Yunani
philoshophia terdiri dari dari dua kata “Philos” yang berarti cinta dan “Shopia” berarti
kebijaksanaan. Berarti jika kedua kata tersebut disambungkan maka akan bermakna
mencintai kebijaksanaan. Arti kebijaksanaan itu sendiri berarti pula kebenaran di dalam
perbuatan. Jika orang beriman ia berinsip bahwa kebenaran yang mutlak itu hanya ada
pada Tuhan, dan manusia hanya bisa mencari kebenaran itu karena didorong oleh
cintanya akan kebenaran tersebut. Filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai
segala sesuatu dengan memandang sebab-sebab yang terdalam, tercapai dengan budi
murni.

Menurut catatan sejarah, kata Philosopia ini pertama kali digunakan oleh
Pythagoras, seorang filosof Yunani yang hidup pada 582-496 sebelum Masehi. Cicero
(106-43 SM), seorang penulis Romawi terkenal pada zaman-nya dan sebagian
karyanya masih dibaca hingga saat ini, mencatat bahwa kata ‘filsafat’ dipakai
Pythagoras sebagai reaksi terhadap kaum cendekiawan pada masanya yang
menamakan dirinya ‘ahli pengetahuan.’ Pythagoras menyatakan bahwa pengetahuan
itu begitu luas dan terus berkembang. Tiada seorangpun yang mungkin mencapai
ujungnya. Jadi, jangan sombong menjuluki diri kita ‘ahli’ dan ‘menguasai’ ilmu
pengetahuan. Bukan itu maksud kata kebijaksanaa16

13
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 40.
14
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 40.
15
Tony Lane.Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristen. 2007. Jakarta. Penerbit:BPK Gunung Mulia (hal 14)
16
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 43.
Remaja Masa Kini
Mayer (dalam Tafsir Ahmad, n.d., : 85) menyatakan bahwa “Sementara itu di
Aleksandria terjadi per uhahan yang baru. Kini yang menjadi uskup di sana adalah
Dionysius, bekas murid Origerina. Dionysius mengundang Origenes kembali ke
Aleksandria untuk memimpin sekolah kateketik i sana. Namun, muncul penghambatan
Decius dan Origenes ditangkap serta dipenjarakan. Mes kipun ia dibebaskan kemudian
tatkala Decius mati, tubuhnya sudah sangat lemah akibat peng aninyaan yang
dideritanya selama dalam penja ra. Tak lama kemudian Origenes meninggal pada tahun
254 dan dikuburkan di Tirus. Dalam bidang ilmu toologi, Origenes men

catat beberapa prestasi yang gemilang. Dalam ekaegesis (tafsiran Alkitalo ia


dipandang sebagai bapa metode penafsiran alegoris. la memandang hahwa Alkitab
sebagai suatu organisme yang hidup, yang terdiri dari tiga unsur yang mem berikan
jawaban kepada tubuh, jiwa dan roh, Ayat-ayat Alkitab mempunyai tiga arti, yaitu
harfiah, etis, dan mistis. Pemakaian penafsiran alegoris yang berlebihan menyebabkan ia
jatuh ka dalam kasalahan.

Origenalah yang pertama kali berusaha untuk menyusun secara sistematis ilmiah
selu rah ajaran Kristen yang ang dituangkannya dalam karya besarnya, yaitu Peri
Archoon (Mengenai152 yang Pokok-pokok). Inilah buku dogmatika per tama dalam
Gereja Lama. Karyanya ini terdiri dari empat buku yang is tulis selama berada di
Aleksandria. Buku pertama membahas Trinitas Buku kedua membahas pokok-pokok
pencipta an, inkarnasi, kebangkitan dan penghukuman Buku ketiga membahas pokok-
pokok kubebasan Buku keempat membahas pokok-pokok Alkitab dan suatu rekapitulasi
mengenai Trinitas17

Jasanya sangat besar dalam bidang studi kritik teks. Dialah orang pertama yang
meng usahakan suatu perbandingan naskah-maskah Alkitah. Karya yang agung itu
dinamakan Hexa plo karena terdiri dari enam kolom. Kolom per tama dan kedua
memuat naskah asli, yaitu Ibra ni dan Yunani, kokım ketiga dan seterusnya ma sing-
masing memuat naskah terjemahan Septu aginta, Aquilla, Summachus dan Theodotion.
Karyanya menjadi sumbangan besar hagi pene litian naskah-naskah Alkitab oleh para
ahli bi blika pada zaman sekarang ini.

17
Bella, Julius I. "Dogma Pastor Tyrrell." Sejarah Gereja , jilid. 8, tidak. 4, 1939, hlm.316–341
2.5 Gereja Menurut Agustinus
Mengundang pertikaian-pertikaian, haik se masa hidup maupun sesudah
wafatnya. Perti kaian Arianisme harus dijejala akarnya dalam kristologi Origones.
Origenis mergajarkan bah wa Logos dilahirkan secara kekal oleh Allah se hingga Logas
sama kekal dan memiliki hakikat yang sama dengan Allah lapa. Ungkapannya. yang
terkenal adalah tidak pernah ada waktu, Putra Allah tidak ada. Allah Bapa tak ada tanpa
Putra Allah dan juga sebaliknya. Sejauh ini ajar annya masih ortodoks. Namun katika ia
mem

hahas mengenai kemanusiaan Yesus, Origene mengajarkan bahwa Putra Allah


ibih rendah da ripada Allah Bapa. Putra Allah adalah allah ka dua. Origenes
mengajarkan adanya subordinasi di dalam Trinitas, yaitu Allah Bapa di tempatScholia
mencakup penjelasan singkat atas perikop-perikop Kitab Suci yang rumit. 18 Karya
Aplogetis adalah tulisan apologetis Origenes yang dibagi dalam delapan buku. Tulisan
ini menjawab tuduhan Celsus, seorang filsuf pagan pada tahun 178. Celsus mengkritik
banyak aspek dalam iman Kristiani.

Karya-Karya Celsus sebenarnya telah hilang, namun hampir ditulis ulang


seluruhnya dalam kutipan-kutipan di buku Origenes. Adapun tema besar dalam bagian
ini adalah Contra Celsum.19 Tulisan dogmatis mencakup prinsip pertama, diskusi
dengan Heraclides, tentang kebangkitan dan stromateis.20 Tulisan-tulisan praktis
mencakup tentang doa (On Prayer/ De Oratione), eksortasi kemartiran, tentang paskah
dan surat-surat.21

22

Remaja sebagai kelompok yang sedang berada dalam masa topan dan badai
(storm and stress) sesungguhnya sangat membutuhkan arahan yang jelas. Mereka
berada pada masa dimana akan ada banyak pilihan-pilihan di sekitar mereka yang
dapat mengganggu mereka dalam membentuk sebuah konsep diri yang benar. Konsep
diri remaja perlu dibangun di atas dasar yang tepat, bukan karena kata iklan atau
perkataan seseorang. Bukan juga karena pengaruh hal-hal lainnya.

18
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 45- 51
19
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 52-56.
20
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 57-65.
21
Vermeersch, Arthur (1911). "Modernisme" . Ensiklopedia Katolik . Jil. 10. New York: Perusahaan Robert
Appleton . Diakses tanggal 8 Juni 2016
22
Modernisme (Katolik Roma)" . Ensiklopedia Britannica . 8 Desember 2006
Akan tetapi khususnya sebagai remaja Kristen perlu landasan yang tepat
dalam membangun konsep diri yang benar, yaitu Firman Tuhan. tuk mencari identitas
diri dan mancari panduan untuk pegangan hidup.23

Nomensen sangatlah rajin dalam hal kerajian tangan seperti menulis dengan
banyak tulisan dan karya karyanya yang sangat bagus (dalam Tafsir Ahmad, n.d., : 85)24
Selama hidupnya Origenes membuat banyak tulisan. Namun karya-karyanya
banyak yang hilang. Karya-karyanya yang tersisa sekarang kebanyakan tidak lagi
berbahasa Yunani seperti aslinya, melainkan dalam terjemahan Latin. Jerome, yang
menggunakan karyanya, menyebut jumlahnya dua ribu. Epiphano memperkirakan
tulisan-tulisannya berjumlah enam ribu. Kini banyak orang hanya mengetahui jumlah
tulisannya sebanyak delapan ratus. Tampaknya Origenes tidak berniat untuk
mempublikasikan karya-karyanya.25

Tulisan-tulisan Origenes dapat dibagi menjadi lima bagian yakni kritik teks,
karya-karya eksegetis, karya-karya apologetis, tulisan dogmatis dan tulisan-tulisan
praktis.26 Kritik teks menyangkut uraian kritis atas Kitab Suci. Karyanya dalam bagian
ini adalah Hexapla yang berisi komentar atas Kitab Suci Perjanjian Lama. 27 Karya-karya
eksegetis adalah eksegese ilmiah yang mengomentari semua Kitab Suci Perjanjian Lama
dan Perjanjian Baru. Bagian kedua ini terbagi menjadi beberapa tulisan, yakni: scholia,
khotbah dan komentar)28
Permata di antara tulisan-tulisan Origenes adalah karyanya On Prayer, yang
dituliskannya atas saran dari sahabatnya Ambrosius dan istrinya Tatiana pada 233/234.
Teks ini masih ada dalan sebuah codex abad keempatbelas di Cambridge, sementara
pada manuskrip abad kelimabelas di Paris, turut terkandung sebuah fragmen. Karya ini
mengungkapkan dengan lebih jelas kedalaman dan kehangatan hidup religius Origenes,
daripada karya-karyanya yang lain. Beberapa pandangan fundamental yang
ditekankannya dalam karyanya ini, sangat berguna untuk menganalisa sistem
teologinya.29 Di dalam karyanya ini, pembaca dapat melihat Origenes sebagai seorang
grammarian, seorang alegoris, seorang teolog filsafati dari tradisi Platonis, seorang
musuh dari kaum heretik dan seorang Kristen yang saleh.30

23
Ecclesiam Suam (6 Agustus 1964) | Paulus VI" . www.vatikan.va . Diakses tanggal 30-01-2023
24
Manifestasi Modernisme" . www.catholicculture.org . Diakses tanggal 30-12-2019
25
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 43.
26
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 44-74.
27
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 44-45.
28
Manifestasi Modernisme" . www.catholicculture.org . Diakses tanggal 30-12-2019
29
John J. O’ Mearn, Origen: Prayer, Exhortation to Martyrdom (New York: Newman Press, 1953), hlm.
66.
30
Joseph Wilson Trigg, Origen (London: SCM Press LTd, 1983), hlm. 157.
Bila awalnya Origenes menciptakan karya yang penuh dengan ide-ide filsafat
dan teologis, kini karyanya beralih ke arah spiritualitas. Wescott berpendapat bahwa tak
ada tulisan Origenes yang lebih bebas dari kesalahan karakteristik atau lebih penuh
dengan pemikiran cemerlang daripada karyanya On Prayer. Erasmus berpendapat
bahwa karya Origenes ini sejalan dengan cara hidupnya yang selalu menginspirasi di
manapun.31

Di dalam karyanya ini, Origenes membahas segala topik tentang doa, dimulai
dari hal-hal yang paling umum: seberapa sering kita harus berdoa, kapan saja kita harus
berdoa, di mana kita harus berdoa, bagaimana sikap kita seharusnya ketika berdoa dan
apa yang harus kita doakan. Pandangan Origenes memengaruhi perilaku hidup religius
Kristen pada jamannya. On Prayer membuat suatu langkah penting dalam
perkembangan kesalehan Kristiani.32

Traktat tentang doa secara umum juga terdapat dalam De Oratione dari
Tertullianus, De Oratione dari St. Gregorius dari Nissi dan De Sacramentum dari St.
Ambrosius. Namun On Prayer dari Origenes adalah seri panjang pertama yang 33

Bagian introduksi dibuka dengan pernyataan bahwa apa yang tidak mungkin
bagi kodrat manusia menjadi mungkin oleh rahmat Allah dan penyertaan Kristus serta
Roh Kudus. Dalam bab 5, Origenes menjawab pertanyaan-pertanyaan Ambrosius. 34
Pada 223 atau 224 M, Ambrosius meminta Origenes untuk menjawab beberapa
paradoks filsafati mengenai doa yang mengganggunya. Dia bertanya, apakah perlu
berdoa kepada Tuhan apabila Tuhan sudah tahu apa yang kita butuhkan sebelum kita
meminta, karena Dia adalah Bapa yang baik, yang menyediakan bagi kita lebih dari
apa yang mau kita minta? Selanjutnya, apabila Tuhan sudah tahu dan merencanakan
masa depan kita, mengapa kita perlu berdoa mengenai masa yang akan datang?
Bukankah doa kita percuma karena Tuhan sudah menentukan untuk mengabulkan
atau tidak mengabulkan doa kita sejak awal? Kemudian, bila Tuhan sudah
merencanakan keselamatan bagi kita, maka tidak penting lagi berdoa bagi
keselamatan atau untuk menerima Roh Kudus. Namun bila Tuhan sudah
merencanakan hukuman bagi kita, maka doa pun percuma saja35

Terpisah dari pengantar dan penutup, karya ini terdiri dari tiga bagian yang
mencakup masalah-masalah umum sekaitan dengan doa (Bab 3-17), komentar atas doa
31
John J. O’ Mearn, Origen…, hlm. 8.
32
Joseph Wilson Trigg, Origen…, hlm. 157.
33
Tujuh Ancaman Besar terhadap Gereja Katolik di Amerika Modern" . www.saintaquinas.com . Diakses tanggal
30-12-2019
34
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 66.
35
Gisler, Anton (1912). "1. Teil: Vorläufer des Modernismus. I. Buch. Der Amerikanismus". Der Modernisme .
Einsiedeln: Benziger. hlm.27–222
Bapa Kami (bab 18-30) dan dan beberapa poin tambahan (Bab 31-33), yang berkaitan
dengan sikap dari tubuh dan jiwa, gerak-gerik, tempat dan arah doa. 36 Pendekatannya
adalah penjelasan yang berdasarkan Kitab Suci. Dalam bagian penutup (epilog),
Origenes mengatakan bahwa dia menemukan masalah dalam doa dan pertanyaan
tentang doa sebagaimana terdapat dalam Injil, khususnya Injil Matius. 37 Origenes juga
memohon kepada Ambrosius dan Tatiana untuk berpedoman pada tulisan ini sampai dia
bisa memberikan yang lebih baik lagi, lebih indah dan lebih menyeluruh. Namun
Origenes tidak pernah mampu memenuhi janji ini.38

Bagian introduksi dibuka dengan pernyataan bahwa apa yang tidak mungkin
bagi kodrat manusia menjadi mungkin oleh rahmat Allah dan penyertaan Kristus serta
Roh Kudus. Dalam bab 5, Origenes menjawab pertanyaan-pertanyaan Ambrosius. 39
Pada 223 atau 224 M, Ambrosius meminta Origenes untuk menjawab beberapa
paradoks filsafati mengenai doa yang mengganggunya. Dia bertanya, apakah perlu
berdoa kepada Tuhan apabila Tuhan sudah tahu apa yang kita butuhkan sebelum kita
meminta, karena Dia adalah Bapa yang baik, yang menyediakan bagi kita lebih dari apa
yang mau kita minta? Selanjutnya, apabila Tuhan sudah tahu dan merencanakan masa
depan kita, mengapa kita perlu berdoa mengenai masa yang akan datang? Bukankah doa
kita percuma karena Tuhan sudah menentukan untuk mengabulkan atau tidak
mengabulkan doa kita sejak awal? Kemudian, bila Tuhan sudah merencanakan
keselamatan bagi kita, maka tidak penting lagi berdoa bagi keselamatan atau untuk
menerima Roh Kudus. Namun bila Tuhan sudah merencanakan hukuman bagi kita,
maka doa pun percuma saja. 40

perbudakan pada anak-anak miskin. Karena latar belakang keluarga ini adalah
keluarga yang sederhana maka sejak umur 8 tahun, Nommensen sudah mencari nafkah
dengan menggembalakan domba milik orang lain pada saat musim panas, dan pada saat
musim dingin ia bersekolah41. Pada umur 10 tahun ia menjadi buruh tani. .42

Nommensen berasal dari Pulau Noordstrand di Schleswig, yang pada waktu itu
merupakan wilayah Denmark. Keluarganya hidup dalam kemiskinan dan penderitaan,
sehingga sejak kecil, Nommensen terbiasa hidup dalam kondisi yang demikian. Maka dari

36
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 66.
37
John J. O’ Mearn, Origen…, hlm. 8.
38
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 66.
39
Johannes Guasten, Patrology…, hlm. 66.
40
Joseph Wilson Trigg, Origen…, hlm. 157.
41
J.T. Nommensen. Ompu i Dr. Ingwer Ludwig Nommensen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1974), 9
42
J.T. Nommensen. Ompu i Dr. Ingwer Ludwig Nommensen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1974), 9
itu, sejak kecil, ia sudah mencari nafkah untuk membantu orangtuanya. Ketika berumur 7
tahun, Nommensen memilih menggembalakan angsa daripada duduk di bangku sekolahPada
umur 8 tahun, ia mulai mencari nafkah untuk membantu orang tuanya dengan cara
menggembalakan domba. Pada usia 9 tahun, ia belajar menjadi tukang atapLalu, pada usia 10
tahun, ia bekerja pada seorang petani yang kaya sambil belajar mengerjakan tanah. Ia juga
bekerja menuntun kuda yang menarik bajak untuk membajak tanah petani kaya tersebut.

Pada tahun 1846, saat berusia 12 tahun, Nommensen mengalami kecelakaan. Sewaktu ia
bermain kejar-kejaran dengan temannya, ia ditabrak kereta kuda yang menggilas kakinya sampai
patah dan keadaan yang demikian memaksanya berbaring di tempat tidur berbulan-bulan
lamanya. Waktu itu, dalam doanya, Nommensen meminta kesembuhan dan berjanji, jika ia
disembuhkan, maka ia akan memberitakan injil kepada orang kafir. Setelah kakinya sembuh,
Nommensen kembali menjadi buruh tani untuk membantu keluarganya setelah kematian
ayahnya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
St. Sirilus dan Metodius adalah dua pribadi berintegritas tinggi. Konsisten pada
komitmennya. Orang-orang yang berpribadi yang tangguh. Aku sungguh kagum pada
mereka. Mereka telah banyak melakukan misi di banyak tempat. Mereka tak pernah
gentar dalam menghadapi sesuatu. Walaupun sesuatu itu mengancam mereka, tapi
mereka tetap teguh asalkan itu demi nama Tuhan Yesus. St. Sirilus dan Metodius adalah
orang-orang yang totalitas. Mereka all-out. Memang, mereka tergolong orang yang
cerdas bahkan St. Sirilus adalah tokoh filsuf termasyur pada masa itu.

Tapi mengagumkannya, mereka tidak menggunakan kecerdasannya tersebut


sebagai sarana untuk mencari kesenangan. Namun kecerdasan itu dimanifestasikannya
pada tugas yang mulia yakni mejadi seorang misionaris. Menginjili orang-orang yang
belum mengenal Tuhan Yesus Sang Allah. Dalam salah satu tugas misi misionarisnya,
mereka ditugaskan di Slavia. Slavia pada saat itu adalah bangsa yang belum memiliki
aksara tulis dan hanya memiliki bahasa lisan saja. Jika dirasa, memang itu adalah hal
yang sangat mustahil. Bagaimana bisa? Inilah yang menjadi daya ketertarikanku kepada
mereka. Mereka dengan segala kekuatan dan kemampuan dalam dirinya itu berani dan
mau berusaha untuk mewartakan Injil Tuhan kepada mereka yang belum mengenal-Nya.

Aku menyadari bahwa diriku masih jauh jika dibandingkan dengan St. Sirilus dan
Metodius. Dalam menjalani panggilan ini, kerap kali aku menemui banyak tantangan.
Kerap kali aku menemui banyak rintangan. Di dalam tugas pastoralku, aku juga sering
mendapatkan kendala-kendala. Di kelas IV ini [Seminari – Menjalani Panggilan] aku
ditugaskan di sebuah desar yang sebagian besar sarana komunikasinya menggunakan
bahasa Jawa. Sedangkan aku tidak begitu menguasai bahasa Jawa. Ini menjadi tantangan
bagi diriku pribadi. Namun, disini. Aku. Benar-benar ingin belajar seperti St. Sirilus dan
Metodius. Aku ingin seperti mereka. Dengan segala kemauan dan kerja keras untuk
melatih diri dan berani mewartajan Injil Tuhan pada mereka. “Carilah Kerajaan Allah
dahulu, maka segalanya akan ditambahkan bagimu”.
DAFTAR PUSTAKA

Dupe, S. I. S. (2020). Konsep Diri Remaja Kristen Dalam Menghadapi


Perubahan Zaman. Jurnal Ilmiah Religiosity Entity Humanity (JIREH),
2(1), 53-69.
Nurgiansah, H. (2021). Filsafat pendidikan. Jawa Timur: Pena Persada
Bisri, B. (2018). Perenialisme Pemikiran Etika Santo Augustinus (Dari
Theologi ke Filsafat Keabadian). JURNAL YAQZHAN: Analisis
Filsafat, Agama dan Kemanusiaan, 4(2).
Putri, H. A., & Aziz, M. I. (2023). Filsafat Sejarah Dalam Perspektif Santo
Agustinus. Aksiologi: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial, 4(1), 8-15.
Sampe, N., & Petrus, S. (2021). Realita Kompleks Pemimpin Kristen: Hikmat dan
Integritas Pemimpin Kristen Menghadapi Laju Perubahan Dunia Sebagai
Dampak Globalisme dan Postmodernisme. Kinaa: Jurnal Kepemimpinan
Kristen dan Pemberdayaan Jemaat, 2(2), 133-146.
Sandur, Simplesius. (2017). Etika Kebahagiaan Fondasi Filosofi Etika Thomas
Aquinas. Yogyakarta: PT. Kanisius
Sinuor, Y. L. (2010). Etika bisnis: Pendekatan filsafat moral terhadap perilaku
pebisnis kontemporer. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Zega, Y. K. (2021). Pendidikan Agama Kristen Dalam Keluarga: Upaya
Membangun Spiritualitas Remaja Generasi Z. Jurnal Luxnos, 7(1), 105-

116.
Theologi ke Filsafat Keabadian). JURNAL YAQZHAN: Analisis
Filsafat, Agama dan Kemanusiaan, 4(2).
Putri, H. A., & Aziz, M. I. (2023). Filsafat Sejarah Dalam Perspektif Santo
Agustinus. Aksiologi: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial, 4(1), 8-15.
Sampe, N., & Petrus, S. (2021). Realita Kompleks Pemimpin Kristen: Hikmat dan
Integritas Pemimpin Kristen Menghadapi Laju Perubahan Dunia Sebagai
Dampak Globalisme dan Postmodernisme. Kinaa: Jurnal Kepemimpinan
Kristen dan Pemberdayaan Jemaat, 2(2), 133-146.

4
5

Anda mungkin juga menyukai