Anda di halaman 1dari 1

Katekese Dokumen Kitab Orang Jadwal Sadar Artikel Hubungi

Home Katekese Umat Gereja Apologetik Suci Kudus Misa Liturgi Iman Kami

Kalender Liturgi hari ini


Santo-Santa
November 2022
20 Minggu 12 Maret
HARI RAYA
Santo Theofanus, Biarawan dan Sejarahwan
TUHAN KITA YESUS
KRISTUS RAJA Theofanus lahir di Konstantinopel (sekarang: Istambul, Turki) kira-kira
SEMESTA ALAM pada tahun 758. Namanya dikenal luas karena perlawanannya yang
2Sam. 5:1-3; Mzm. 122:1- gigih terhadap bidaah Ikonoklasme dan karena bukunya
2,4-5; Kol. 1:12-20; Luk. ‘Chronographia" yang menguraikan secara singkat sejarah dunia
23:35-43.
BcO Dan. 7:1-27 atau pada tahun 284 sampai tahun 813.
Why. 1:4-6,10,12-18; Setelah kematian ayahnya, Theofanus dikirim ke Konstantinopel.
◄ Warna Liturgi Putih ►
2:26,28; 3:5,12,20-21. Disana ia dipaksa menikahi seorang gadis. Ketika itu ia baru berusia
Kitab Hukum Kanonik 12 tahun. Perkawinan ini tidak berlangsung lama. Ia bercerai dengan
No. kanon: isterinya pada tahun 780, karena ia bercita-cita menjadi seorang
biarawan. Dalam hidupnya sebagai biarawan, Theofanus dikenal
sebagai seseorang yang rajin berdoa, berpuasa dan bertapa. Ia
Lihat contoh masukan no
kemudian mendirikan sebuah biara pertapaan di gunung Sigrino, dekat
kanon: 34,479,898-906
Cyzicus, Asia Kecil dan sekaligus menjadi pemimpin biara itu.
Cari Teks dalam KHK Pada tahun 787, ia menghadiri Konsili Nicea kedua yang menegaskan
Teks: kebenaran penghormatan kepada gambar-gambar Kudus. Penegasan
Konsili Nicea kedua ditentang oleh Leo V, Kaisar Byzantium. Leo
Cari masukkan kata
melancarkan kampanye perlawanan terhadap ajaran konsili yang
yang akan dicari untuk
membenarkan penghormatan pada gambar-gambar Kudus dan
menunjukkan no. kanon
patung-patung. Untuk maksud itu ia berusaha memperoleh dukungan
Materi iman dari Theofanus. Tetapi Theofanus dengan tegas menolaknya.
Yesus Akibatnya, Theofanus ditangkap dan dipenjarakan selama dua tahun
Hierarkis Gereja
Mengenal Kitab
lamanya; lalu dibuang ke Samothrase. Disana Theofanus meninggal
Suci dunia pada tahun 817.
Dasar Iman
Katolik Santo Gregorius I, Paus dan Pujangga Gereja

Gregorius I dikenal sebagai Paus pertama yang memaklumkan


dirinya kepada dunia sebagai Kepala Gereja Katolik seluruh dunia. Ia
memimpin gereja sejagat selama 14 tahun, dan dikenal sebagai
seorang Paus yang masyur pada awal abad pertengahan, serta Bapa
Gereja Latin yang terakhir. Ia memelihara kaum miskin dan dengan
gigih melindungi mereka dari para penjahat. Ia memprakarsai
pengiriman misionaris ke Inggris dan Eropa dan menulis banyak buku
yang bernilai tinggi.

Gregorius lahir di Eropa pada tahun 540. Ibunya Silvia dan dua orang
tantenya, Tarsilla dan Aemiliana, dihormati pula sebagai orang Kudus
di dalam gereja. Ayahnya, Gordianus, tergolong orang yang kaya raya;
memiliki banyak tanah di Sicilia, dan sebuah rumah indah di lembah
bukit Coelian di Roma. Selama masa kanak-kanaknya, ia mengalami
suasana pendudukan suku Goth, Jerman atas kota Roma; mengalami
berkurangnya penduduk kota Roma dan kacaunya kehidupan kota.
Meskipun demikian, Gregorius menerima suatu pendidikan yang
memadai. Ia pandai sekali dalam pelajaran tata bahasa, retorik dan
dialektika. Karena posisinya diantara keluarga-keluarga aristokrat
(bangsawan) sangat menonjol, Gregorius dengan mudah terlibat
dalam kehidupan umum kemasyarakatan, dan memimpin sejumlah
kecil kantor. Pada usia 33 tahun, ia menjadi Prefek kota Roma, suatu
kedudukan tinggi dan terhormat dalam dunia politik roma pada saat
itu. Dua tahun kemudian ia meletakkan jabatan itu, dan
mengumumkan niatnya untuk menjalani kehidupan membiara. Untuk
itu ia mendirikan sebuah biara kecil di rumahnya sendiri di Coelian.
Selain biara rumahnya sendiri itu, biara Santo Andreas, ia mendirikan
enam biara lainnya di atas tanah milik ayahnya di Sicilia.

Meski ia menjadi seorang biarawan, seluruh waktunya tidak ia


gunakan saja untuk berdoa. Ia juga aktif terlibat dalam urusan
lainnya. Pada tahun 578, ia ditabhiskan sebagai diakon di Roma.
Setahun kemudian Sri Paus Pelagius II (579-590) menunjuk dia
sebagai duta besar untuk kekaisaran Konstantinopel. Pengalaman
kerjanya selama enam tahun di Konstantinopel menyakinkan dirinya
bahwa kekaisaran timur itu tidak dapat disandarkan sepenuhnya pada
bantuan Roma dan kekaisaran Barat. Sekembalinya ke Roma pada
tahun 586, ia dipilih menjadi Abbas biara Santo Andreas yang
didirikannya. Pertemuannya dengan beberapa pemuda Inggris yang
bekerja di Pasar Roma menggerakkan hatinya untuk menjadi seorang
misionaris di Inggris. Untuk itu, ia mengajukan permohonan kepada
Sri Paus untuk berkarya disana. Tetapi permohonan ini ditolak oleh
orang-orang Roma. Ketika Sri Paus Pelagius II meninggal dunia pada 7
Februari 590, para imam dan seluruh umat di Roma memilih dia
menjadi Paus menggantikan Pelagius II. Ia memimpin gereja selama
14 tahun dari tahun 590-604.

Berbagai masalah yang melanda Gereja selama masa


kepemimpinannya ditanganinya dengan bijaksana. Ia mempekerjakan
pertani-petani di bawah pengawasan orang-orang yang terampil guna
mengolah tanah yang diwariskan kepada Gereja. Uang iuran wajib
yang diberikan petani-petani itu digunkannya untuk membantu para
fakir miskin dan para pengungsi yang membanjiri kota Roma.
Sejalan dengan pelayanannya terhadap orang-orang miskin itu, ia
dengan semangat melaksanakan karya pewartaan Injil dan pengajaran
agama, sambil tetap melanjutkan pekerjaan menulis karya-karya yang
besar. Tulisan-tulisan inilah yang membuat dia digelari sebagai
‘Pujangga Gereja". Perhatian Gregorius terhadap pelbagai urusan
tidak hanya terbatas di Roma dan Italia, tetapi juga mengjangkau
wilayah-wilayah dimana Gereja telah didirikan. Ia menaruh perhatian
besar kepada Uskup-uskup Perancis dan perkembangan umat disana.
Dengan cermat dan tegas ia mengawasi semua aspek kegiatan Gereja.
Terhadap penyimpangan-penyimpangan dalam perayaan liturgi
menurut kebiasaan Romawi, ia bersikap toleran. Namun ia bersikap
tegas terhadap setiap pelanggaran hak-hak Paus. Pemilihan seorang
Uskup baru untuk wilayah-wilayah keuskupan yang kosong harus
dilakukan seturut peraturan gereja yang berlaku. Ia mewajibkan para
imam untuk mempelajari dan menaati peraturan-peraturan Gereja
yang melarang mereka untuk menikah. Pengaruhnya yang besar
dalam negara dimanfaatkannya untuk membebaskan imam-imam dari
yurisdiksi negara.

Dengan tangkas, lembut dan bijaksana, ia menangani berbagai


masalah gereja yang rumit. Pengaruhnya yang besar dimanfaatkannya
untuk membereskan berbagai kesulitan di semua keuskupan yang
jauh dari Roma. Tanpa takut ia menegaskan hak-hak Tahkta Suci di
hadapan Patriakh Kontantinopel. Keputusan-keputusan para Uskup di
seluruh wilayah gerejawi, termasuk wilayah-wilayah yang ada di
Patriakat Konstantinopel, harus disetujui dan disahkan oleh tahkta
Suci.

Kepemimpinan Gregorius I ditandai oleh suatu kesuksesan besar yakni


terciptanya hubungan baik antara negara dan gereja. Ia melihat
negara dan gereja sebagai lembaga yang sama-sama didirikan oleh
Allah. Oleh karena itu, keduanya harus bekerja sama dan saling
mendukung dalam semangat kesatuan, meskipun harus harus tetap
mengenal batas-batas wewenang masing-masing. Paus dan Kaisar
sama-sama diangkat untuk melayani masyarakat Kristen yang sama.
Pergolakan-pergolakan besar yang terjadi pada abad ke enam
membuat Gregorius berkeyakinan bahwa negara harus bertindak
sebagai kekuatan duniawi dari gereja dalam menghadapi tantangan-
tantangan bidaah dan penyembahan berhala. Ia tidak memberi suatu
kesempatanpun kepada para penguasa Timur dalam hal-hal yurisdiksi
spiritual, walaupun ia sendiri selalu menerima kuasa sipil dari kaisar.
Dalam urusan negara, Paus Gregorius menghargai kaisar
Konstantinopel sebagai wakil Allah. Dia sendiri di Italia selalu tampil
dalam pakaian kebesaran semi Kaisar. Kewibawaan Kaisar-kaisar pada
masa itu, baik di Roma maupun di Konstantinopel sangat menurun.
Hal ini mendorong Gregorius untuk menjalin hubungan dengan raja-
raja Lombardia-Jerman, yang menguasai seluruh Italia Utara. Ia
mengadakan perjanjian-perjanjian dengan Ariulf, raja Lombardia dari
Spoleto,dan menyatakan diri sebagai pemimpin pertahanan kota. Hal
ini diketahui oleh Romanus, wakil kaisar di Italia. Segera Romanus
mengumpulkan sejumlah besar serdadu untuk membebaskan
beberapa kota dari penguasaan orang-orang Lambordia, tanpa
mengindahkan kuasa Paus dan perjanjian perdamaian yang telah
diadakan dengan Ariulf. Tindakan Romanus ini menimbulkan amarah
Ariulf, karena melanggar perjanjian yang telah diadakan dengan Paus.
Ia berangkat ke Roma untuk membereskan persoalan itu. Paus
berhasil menenangkan hatinya dan memberinya sejumlah besar uang
dari kekayaan gereja bagi kepentingan pelayanan terhadap orang-
orang miskin.

Setelah itu, Paus berusaha menciptakan suatu perdamaian yang


langgeng dengan orang-orang Lombardia. Untuk itu ia melibatkan
wakil dari kekaisaran Konstantinopel, Romawi dan Lombardia. Dalam
tindakannya Paus benar-benar menampilkan diri sebagai seorang
pangeran duniawi, yang mempunyai pengaruh besar diantara kaisar-
kaisar. Ia berkuasa menunjuk gubernur-gubernur kota.
Sebagai seorang bekas pertapa yang menjadi Paus, Gregorius
mempunyai perhatian besar terhadap perkembangan komunitas-
komunitas monastik. Ia mendorong orang-orang kaya untuk
mendirikan rumah-rumah biara yang baru. Ia pun membatasi
pengawasan Gereja terhadap komunitas-komunitas itu, hanya dalam
hal-hal hidup rohani. Dengan berbagai cara, Gregorius mendorong
pertumbuhan iman umat dan perkembangan kehidupan beragama di
seluruh gereja.

Salah satu prestasi terindah Gregorius adalah menggalakkan kegiatan-


kegiatan misioner demi pertobatan orang-orang yang masih kafir. Ia
memprakarsai dan mengarahkan misi kepada pertobatan orang-orang
Inggris. Untuk itu, ia mengangkat Agustinus, pemimpin biara Santo
Andreas yang didirikannya untuk memimpin misionaris-misionaris ke
Inggris. Kemudian, Agustinus ditabhiskan menjadi Uskup Canterbury,
Inggris. Karena para misionaris ini sangat berhasil di Inggris, mereka
selanjutnya melayangkan pandangannya ke Jerman dan Skandinavia.
Gregorius berusaha sekuat tenaga menumbangkan kekafiran di
Perancis dan German, memberantas Arianisme di antara orang-orang
Lombardia dan Visigoth. Di Afrika Utara, usaha-usaha misioner
diarahkan kepada melawan heresi Donatisme yang mengajarkan
bahwa sakramen-sakramen yang dilayani oleh imam-imam yang tidak
pantas adalah tidak sah.

Di bidang Liturgi, Gregorius mengadakan pembaharuan besar. Lagu-


lagu gereja-yang lazim dinamakan Gregorian-tercipta pada masa
kePausannya. Buku perayaan Sakramen Gregorian sebagai salah satu
buku liturgi Romawi purba yang dianggap sebagai karyanya.
Penjelasan terhadap isi buku ini dikirimkan oleh Paus Adrianus I (772-
795) kepada Kaisar dan dijadikan buku pegangan perayaan liturgi di
seluruh kekaisaran. Pada tahun-tahun awal kePausannya, Gregorius
menulis sebuah buku yang menguraikan tentang tugas seorang Uskup
dalam mengembalai umatnya. Buku ini diterbitkan oleh Raja Alfred
dalam bahasa Inggris pada abad ke sembilan. Empat buku lainnya dari
Gregorius yang berjudul ‘dialog" berisi percakapannya dengan
seorang muridnya. Pandangan moralnya terhadap kitab Yob terdiri dari
satu seri komentar yang menerangkan buku itu secara harafiah, mistik
dan moral. Buku ini secara luas dipakai sebagai buku pegangan moral
Katolik selama Abad pertengahan.

Gregorius adalah seorang penulis rohani dan mistikus kenamaan.


Meskipun dia bukan pengarang yang indah gaya bahasanya, namun
tulisan-tulisannya sungguh bernilai tinggi dan mengandung ajaran
mulia. Dia juga adalah bapak Gereja Latin yang terakhir dan tokoh
penting pertama pada abad pertengahan. Salah satu kehebatannya
ialah sikap toleransinya yang tinggi kepada para penganut agama
Yahudi. Ia memperjuangkan hak-hak mereka akan kebebasan
bertindak dalam masalah-masalah sosial-kenegaraan dan untuk
melaksanakan ritus-ritus keagamaanya di dalam sinagoga-sinagoga.
Semua usaha untuk membaptis mereka ditentang dengan keras. Ia
benar-benar bertindak sebagai pelindung mereka ketika terjadi
penganiayaan terhadap mereka dimana-mana. Karena gangguan
kesehatannya, Gregorius meninggal dunia pada tahun 604. Ia
dikuburkan di samping beberapa orang Paus pendahulunya dekat
Sakristi Basilik Santo Petrus di Roma.

Santo Maximilianus, Martir

Anak tentara veteran Romawi ini tidak mau menjadi tentara, karena
taat pada agama dan mempunyai anggapan yang negatif terhadap
personil angkatan perang. Bagi dia, tentara-tentara umumnya banyak
melakukan perbuatan-perbuatan yang bersifat dosa dan berwatak
bejat. Kepada hakim, ia berkata: "Angkatan perang saya ialah
angkatan perang Tuhan. Saya tidak dapat berperang untuk
kepentingan duniawi". Ayahnya menolak desakan hakim supaya
mengubah padangan puteranya itu. Waktu Max diancam hukuman
mati, ia berkata lantang: "Saya tidak akan mati. Apabila saya
meninggalkan dunia ini, saya akan bersatu dengan Kristus Tuhanku".
Ia mati dipenggal lehernya di pinggir kota Kartago, Tunisia pada tahun
295.

Beata Yustina dari Arezzo, Pengaku Iman

Yustina dari Arezzo yang biasa dipanggil ‘Francuccia Bizzoli" lahir di


Arezzo, Italia. Pada usia 13 tahun ia masuk biara Benediktin Santo
Markus di kota Arezzo. Ketika para suster pindah ke biara ‘Para
Kudus", Yustina pun turut pergi kesana. Tetapi ia kemudian
meninggalkan biara itu dengan ijin superiornya, dan hidup menyepi
bersama Lucia di gua Civitelle. Sel dalam gua itu sangat sempit dan
rendah sehingga ia tidak bisa berdiri tegak. Ketika Lucia jatuh sakit,
maka Yustina dengan setia mendampinginya siang-malam. Meskipun
ia sibuk merawati Lucia namun ia tidak lupa berdoa dan tidak
mengurangi kebaktian dan matiraganya. Sesudah Lucia mati, Yustina
tetap tinggal disana sendirian.
Karena menjadi buta Yustina kemudian kembali ke pertapaan Arezzo.
Disana ia semakin berkembang dalam kehidupan rohaninya dan
menjadi seorang pertapa yang saleh. Dengan doa-doanya ia
menyembuhkan banyak orang sakit. Penyembuhan ini masih juga
terjadi atas diri orang-orang sakit yang berdoa dengan perantaraannya
setelah ia wafat. Yustina wafat pada tahun 1319.

[ Kembali ke Bulan Maret]

Diperkenankan untuk mengutip sebagian atau seluruhnya isi materi dengan mencantumkan sumber http://www.imankatolik.or.id/

Anda mungkin juga menyukai