Anda di halaman 1dari 17

G.

SEJARAH GEREJA ABAD KE-XI-VV

Latar Belakang

Pada bagian ini penulis berusaha menjelaskan berbagai macam yang terjadi
pada abad pertenganahan (910-1300) yang disebut juga abad pertengahan.Awal
kejayaan abad pertengahan ditandai oleh suatu Reformasi atau pembaharuan
kebiaraan,yang mulai di Cluny,Prancis. Reformasi ini merupakan reaksi terhadap
perkembanagan kebiaraan pada awal adad pertengahan dimana biara-biara,Karena
kedudukanya yang istimewa dalam masyarakat,memperoleh kuasa besar di bidang
duniawi.Biara-biara diberih tanah dan kekayaan,sehingga menjadi semakin
mewah.sekaligus mutu kehidupan menurun sebab disiplin mulai berkurang.Juga
pengaruh dari penguasa-penguasa di sekitar biara menjadi besar,sebab
mereka,melalui pengaruniaan tanah dan sebagainya kepada biara,menuntut hak
untuk campur-tangan dalam kehidupan di dalam biara,pada tahun 910,di cluny
didirikan biara baru yang berusaha memulihkan cita-cita asli kebenaran,yaitu
kehidupan yang suci sederhana diserahkan kepada Tuhan dan kepada
studi.Reformasi ini tersebar diseluruh gereja dan memberi semangat baru untuk
kehidupan kebiaraan 1.

SEJARAH GEREJA ABAD KE- XI (1000-1099 SM)

Pada tahun (1096 M),yaitu pada masa titik terendah kerohanian gereja, perang itu
dimaklumkan bukan oleh raja atau kaisar, tetapi oleh kepala gereja yang berkuasa di
eropa barat. Pada waktu itu islam telah menguasai palestina empat setengah abad
lamanya. Perang salib itu sebenarnya terdiri dari tiga perang berturut-turut yang
memperebutkan palestina, dan mencakup waktu lebih dari dua abad lamanya.
Akhirnya pihak Kristen bukan hanya kalah secara militer, melainkan juga dari semula
mereka telah kalah secara rohani, karena perang itu dinyatakan atas nama raja
perdamaian.Ketika tentara “Kristen” merebut kota Yerusalem untuk pertama kali,
1
Jonge.De.C.DR,Pembimbing kedalam sejarah gereja.Jakarta Bpk Gunung Mulia 2011.hlm 64

50
baik islam maupun yahudi! Dengan kelakuan yang demikian jahat, kita tidak usah
heran bahwa nama “Kristen” tercemar di kalangan islam dan yahudi sampai masa
kini. Akan tetapi, perbuatan-perbuatan jahat demikian, yang sudah lama disesali oleh
kaum kristen yang sungguh-sungguh beriman, akhirnya pada tahun 1996-1999
ditangani secara langsung. Perang yang naas itu diakui secara terbuka sebagai dosa
kaum “kristen”, dan sedang dimohon pengampunan kepada pihak saudara-saudari
kita dari islam dan yahudi. Pada tahun yang kesembilan ratus sejak perang itu
dinyatakan, sejumlah orang kristen telah berkumpul di Eropa Barat untuk berjalan
kaki , menyusuri jalan tentara yang disebut “suci” itu, melalui eropa timur, ke timur
tengah dan terus sampai ke kota Yerusalem. Tetapi, sebagai pengganti pedang,
tombak, busur, dan panah, “tentara kristen” ini membawa plakat-plakat yang
mengaku dosa-dosa nenek moyang “rohaninya”, dan minta ampun dari keturunan
orang islam dan yahudi yang dulu menderita karena kejahatan yang dilakukan atas
nama Kristus .

Dalam hal perang salib sendiri tanah air memang tidak terlibat. Pada abad ke-
10 dan ke-11 itu nenek moyang jasmani kita masih dalam jahiliah. Islam dan
kekristenan belum begitu berkembang di asia tenggara. Meskipun demikian ada
baiknya jika kita, kaum kristen Indonesia, menjadi peka terhadap akibat-akibatnya
yang mungkin terpendam didalam perasaan saudara-saudara kita yang beragama
islam. Apa salahnya jika kita juga turut mengaku dosa-dosa “nenek moyang rohani”
kita2 .

Lain sekali keadaan pada zaman abad-abad pertengahan. Bangsa-bangsa yang


muda di eropa barat dan utara menerima saja segala ajaran theologia yang diwarisi
dari gereja lama. Tapi lama kelamaan kaum terpelajar mulai menuntut ilmu teologia
juga. Akan tetapi hal ini terjadi disekolah-sekolah tinggi,yang timbul kira-kira pada
tahun 1000, dan yang kurang berhubungan dengan hidup jemaat biasa. Theologia

2
D.Ph.C.,Ira.Semakin di bbabat semakin merambat.Jakarta Bpk Gunung Mulia 2001.hal107-108

51
abad-abad pertengahan ini,yang di usahakan di sekolah-sekolah tinggi atau
universitas itu biasanya di namai “scholastic”.

Ilmu scholastik tak berniat menciptakan pasal-pasal kepercayaan yang baru,


karena tak ada lawan-lawan kafir atau sekta-sekta kristen yang perlu dibantahinya.
Tokoh theologia baru ini telah ditetapkan oleh tradisi gereja. Jadi maksud scholastik
tidak lain daripada memikirkan kembali isi theologia yang diwarisinya dari waktu
dahulu. Ahli-ahli scholastik berkeyakinan bahwa segala ajaran gereja itu bukan saja
harus percaya, tetapi dapat dimengerti juga oleh manusia. Sebab itu mereka berusaha,
untuk membuktikan bahwa segala sesuatu yang telah dinyatakan Allah dapat
diterangkan dan dibenarkan terhadap akal budi manusia. Dengan demikian soal yang
terutama yang difikirkan dan dirundingkan oleh scholastik ialah bagaimanakah relasi
antara penyertaan Tuhan dengan akal budi manusia? Untuk mengerti penyertaan
Tuhan dipakainya theologia agustinus, dan untuk melatih dirinya dalam hal berfikir
menurut ilmu filsafat dipergunakannya kitab “Logika” karangan Aristoteles, ahli
filsafat yunani yang mahsyur itu, karena pada abad ke-XI itu hanyalah kitab
Aristoteles ini saja yang dikenal di barat.3

SEJARAH GEREJA ABAD KE-XII (1100-1999 SM)

Semenjak tahun 1100 dari banyak pihak kedengaran tuntutan supaya Gereja
berbalik kepada kemiskinan rasuli. Sekta yang mulai menasehati Gereja demikian
ialah orang-orang Albiatau Kathar di prancis selatan. Mereka dipengaruhi oleh
gnostic dan ajaran kafir lain dari timur. Kata mereka, jiwa adalah sebagian dari
keilahan, tetapi dunia benda ini diciptakan oleh iblis. Sebab itu keselamatan hanya
tercapai dengan jalan melepaslan dunia sama sekali. “orang percaya” biasanya belum
dapat berbuat demikian, tetapi “orang sempurna” yang telah menerima baptisan Roh,
rela melepaskan hidup nikah dan milik, bahkan banyak di antara mereka lebih suka
mati kelaparan daripada dinajiskan lagi oleh dunia ini. Tetapi ajaran yang dualistis ini

3
End.Den.Van.Thomas,Harta dalam bejana,Jakarta Bpk Gunung Mulia 2019.hlm 128

52
bertentangan dengan Injil, karena dosa tidak bertempat pada zat benda dunia sendiri,
melainkan dalam hati manusia. Dunia ciptaan Tuhan yang indah itu kurang dihormati
oleh orang Kathar. Pada tahun 1152 ada seorang kaisar yang kuat dan budiman naik
takhta, yakni Frederik I yang digelar Bararossa. Perintah-perintah paus tidak
diterimanya. Sesudah suatu pertikaian yang lama, ia terpaksa mengaku Alexander III
selaku paus pada tahun 1177, tetapi dalam kekaisarannya ia sendiri saja yang
mengepalai Gereja. Setelah Alexander mangkat pada tahun 1181, kedudukan Frederik
bertambah kuat lagi. Oleh pernikahannya ia dapat memperluas kuasanya sampai di
kerajaan Napels dan Sisilia, sehingga akhirnya Negara-negara dikurung oleh kerajaan
Frederik, dibawah anaknya HENDRIK VI (1190-1197) , kuasa kaisar bertambah
besar lagi, tetapi ketika Hendrik meninggal dengan sekonyong-konyong terjadilah
pembantahan hebat tentang penggantinya. Dan pada ketika itu juga takhta Petrus
diduduki oleh paus yang termulia dalam abad-abad pertengahan, Innocentius III.
Kecongkakan paus-paus dan keinginannya untuk menguasai seluruh dunia sekarang
memuncak. Menurut pendapat Innocentius, “ paus kurang besar dari Allah, tetapi
lebih besar dari manusia” ia bukan wali Petrus saja, tetapi wali Kristus sendiri. Semua
raja harus taat kepada titah paus, negeri, mahkota dan kuasa mereka seharusnya
mereka terima selaku suatu karunia dari tangan paus. Dimana-mana kuasa
Innocentius ditakuti, Italai Selatan dipisahkannya pula dari negeri-negeri kepunyaan
kaisar.

Pada tahun 1177 dibentuknyalah suatu perhimpunan pengkhotbah awam yang


mau turut mengembara untuk menobatkan orang dimana-mana. Larangan dan kutuk
paus tak dipedulikan mereka. Pergerakan itu berkembang dengan pesat di Prancis
Selatan dan di Italia Utara. Penganut-penganut sekta ini menolak sumpah dan perang,
seraya menjelajahi negeri berdua-dua selaku pengkhotbah tobat. Jasa mereka yang
besar ialah, mereka berpegang teguh pada Alkitab, sambil memperkenalkan isi kitab
kudus itu kepada umat Kristen. Beralasankan pendiriannya ini segala pandangan dan
kebiasaan salah dari Gereja Roma diserangnya dengan keras, misalnya misa untuk

53
keselamatan jiwa api penyucian, indulgensi dan lain-lain. Akan tetapi di samping
segala pendapat yang baik dari mereka itu tak dapat disangkal, bahwa orang Waldens
menganggap Injil laksana suatu taurat, sama seperti Gerejs Katolik yang dilawannya.
Tetapi sungguhpun demikian, kritik dan protes mereka terhadap sekularisasi Gereja
sangat berharga.4

SEJARAH GEREJA ABAD KE-XIII (1200-1299 SM)

Awal kejayaan abad pertengahan ditandai oleh suatu reformasi atau


pembaharuan kebiaraan dari perancis. Reformasi ini merupakan reaksi terhadap
perkembangan kebiaraan pada awal abad pertengahan dimana biara-biara,karena
kedudukannya yang istimewa dalam masyarakat, memperoleh kuasa besar di bidang
duniawi. Biara –biara diberi tanah dan kekayaan. Makin lama biara-biara makin lebih
dikuasai oleh penguasa duniawi.Theologi pada abad pertengahan membatasi diri,pada
umumnya,kepada mempertahankan dan menyimpan tradisi gereja. Akan tetapi pada
waktu itu munculah suatu theologia yang lebih kreatif, yang diperkembangkan
pertama kali disekolah-sekolah untuk pendidikan para imam yang ada di rumah
uskup-uskup, kemudian juga disekolah-sekolah untuk para biarawan di biara-biara.
Karena lahir disekolah theologia ini disebut theologia skholastik.

Ada tiga periode dalam skhlolastik yaitu :

I. Awal skholastik
II. Kejayaan skholastik
III. Akhir skholastik5

Pada periode ini pula kepausan mengalami kejayaan. Pada awal abad pertengahan
paus memainkan peranan penting dalam bidang politik,tetapi kemudian gereja mulai
dikuasai oleh raja Eropa,yang mau mengatur gereja di negara mereka. Pada abad
pertengahan yang jaya kepausan membebaskan diri lagi dari pengaruh ini dan
4
Ibid.halaman 89
5
Ibid.Pembimbing kedalam sejarah gereja.Jakarta Bpk Gunung Mulia 2011.Hlm 65

54
memperoleh lagi kedudukan sebagai pemimpin masyarakat. Hal ini menjadi nyata
dalam perang salib, yang diadakan atas dorongan dan dukungan para paus.Perang
salib bertujuan untuk merebut palestina, khususnya kota Yerusalem, dari tangan
islam. Tujuan lain dari peristiwa ini adalah paus ingin memperluas kekuasaannya di
eropa timur6.

Pada akhir abad pertengahan,Paus Bonifatus VIII pada tahun 1294-1308 ia bertengkar
dengan raja perancis dan inggris tentang uang. Paus ingin melarang negara untuk
memungut pajak dari Gereja, sedangkan kedua raja mau melarang gereja untuk
mengekspor uang ke Paus di Roma. Dalam pertikaiannya dengan Raja perancis
Bonifatius VIII pada tahun 1302 mengeluarkan sepucuk surat keputusan yang
mengandung teori tentang kemahakuasaan Paus di dunia ini dalam bentuk yang
paling luas. Kesimpulan Paus bahwa semua orang yang mau memperoleh
keselamatan harus takluk kepada Paus. Akan tetapi raja Perancis tidak Takluk. Ia
mengirim pasukan ke Roma dan mempenjarakan Paus,yang tidak lama kemudian
meninggal. Setelah Bonifatius VIII dikesampingkan, kepausan mulai dikuasai oleh
Perancis. Tidak lama kemudian Paus pindah dari Roma ke kota Avignon di wilayah
perancis. Dengan demikian mulailah apa yang disebut dengan “pembuangan Paus ke
Babel” yang berlangsung dari tahun 1309 sampai 1377. Para kardianal perancis
yang tidak puas dengan paus yang ada di Roma, mereka memilih Paus yang Baru,
yang menetap lagi di Avigon. Dengan demikian Gereja di Eropa Barat terpecah dan
dikepalai oleh dua orang Paus, yang didukung oleh negara-negara masing-masing.
Perpecahan gereja ini, skisma Besar atau Skismas Barat,berlansung dari tahun 1378-
14157.

Keadaan gereja pada saat itu sangat menyedihkan banyak orang, sehingga mereka
ingin memperbaiki gereja atau dengan kata lain mereka ingin mereformasinya
kembali. Usaha untuk mereformasi timbul dari kalangan gereja sendiri. yang

6
Ibit,hlm 66
7
Jonge.De.Christian.Dr,Gereja mencari jawab.Jakarta Bpk Gunung Mulia 2013.hlm 19 dan 20

55
diperjuangkan adalah bahwa para rohaniwan berhenti memikirkan status dan uang
saja dan kembali pada kehidupan yang terarah pada Allah.

Cara Kepercayaan yang dianjurkan oleh Gereja Katolik Roma dalam Abad
pertengahan berpusat pada lembaga Gereja dan pada sakrmen-sakramen yang
dilayani oleh Gereja. Tetapi selama abad pertengahan ada pula orang-orang dan
kelompok-kelompok-kelompok yang menganut cara- cara kepercayaan yang lain.
Kepercayaan itu meliputi:

a) Ada orang yang mencari Tuhan dengan jalan mistik.


b)Ada yang mencari Dia dengan mendengarkan Firman-Nya dan mengkritik teologi
dan kepercayaan yang resmi dengan bertolak dari Firman itu.
c) Ada yang ingin kembali ke suasana Gereja Lama, dan yang kritiknya terhadap teologi
dan kepercayaan yang resmi bertolak dari suasana itu8.

-Kesalehan pada abad pertengahan

• Mistik
Tokoh mistik yang utama pada abad pertengahan yaitu Eckhart. Mistik
merupakan gejala yang biasa ditemukan pada segala zaman dan dalam semua
agama. Pada abad pertengahan,kesalehan yang khas mistik terdapat dalam teologi
Bernhard dari Clairvaux. Sebenarnya, antara mistik dengan iman Kristen terdapat
ketegangan. Tetapi tokoh-tokoh seperti Bernhard dan Eckhart mereka bisa
menyesuaikan mistik dengan ajaran gereja, dan juga reja telah menyesuaikan diri
dengan mistik. Benhard, Eckhart dan kawan-kawan menganggap dirinya anggotta-
anggota gereja yang setia. Eckhart malah bersedia takluk sebelum diperiksa
sebagian dari ajarannya oleh Paus. Memang mereka menjauhi panteisme, mereka
tidak menghina sakramen-sakramen sebagai saluran anugerah, Alkitab sebagai
firman Allah dan paus sebagai wali dari Kristus. 9

8
Ibid.Harta dalam bejana.hlm 141
9
Ibid.142,144

56
• Devosi Baru.

Di belanda timbullah suatu gerakan yang di beri nama “Devosi Baru”.


Seorang pengkhotbah awam, yang bernama Geert Groote (1340-1384) dikota
deventer, mengumpulkan sejumlah orang klerus Awam, yang bergelar “saudara-
saudara yang hidup rukun”. Dengan tidak memakai suatu nazar biara,mereka
hidup bersama-sama. Dengan nafkah hari-hari dicarinya dengan bekerja,
umpamanya mereka bekerja menyalin kitab-kitab. Bedanya Devosi Baru ini
dengan mistik ialah pengikut-pengikut Geert Groote menghormati dan melayani
Gereja, dan penurutan Kristus dinyatakan dalam Praktek. Mereka memajukan
persekolahan, memperhatikan pengembalaan, turut menuntut ilmu Humanis dan
sangat mementingkan kuasa Alkitab.

• Alat – alat keselamatan

Sejak abad ke XIII Gereja Roma mengakui Tujuh sakramen yaitu


perjamuan, baptisan,konfirmasi, pengakuan dosa,urapan penghabisan, nikah
dan tahbisan imam. Dengan sakramen-sakramen ini Gereja membimbing
manusia dari kecil sampai kekuburnya. Menurut ajaran Gereja Roma, rahmat
dan keselamatan hanya boleh disambut manusia dengan menerima sakramen.
Sakramen-sakramen itu merupakan saluran-saluran yang kedalamnya
dicurahkan zat rahmat dari atas, untuk memasuki,memenuhi,menyucikan dan
menyelamatkan manusia lahiriah-batiniah. Imamlah yang berkuasa membuka
atau menutup aliran anugerah (kasih-karunia) itu. Adapun sakramen-sakramen
itu ialah :

• Perjamuan
Berdasarkan dogma transsubstansiasi, roti yang telah ditahbiskan itu di puja
oleh jemaat selaku Tuhan sendiri. Roti suci itu bernama Hostia. Sesudah misa
Hostia disimpan dalam “rumah sakramen”, yang terdapat di atas atau di sebelah
Mezbah.Itulah sebabnya orang Katolik Roma membuka topi waktu melalui

57
sebuah gedung gereja, dan bertelut ketika mereka masuk gereja dan setiap
mereka melalui Mezbah. Adakalanya diadakan prosesi sakramen yaitu Hostia
diarak-arak keliling kota dalam suatu tempat yang elok, yang dibawa oleh
seorang imam,yang berjalan disebuah payung kehormatan. Sudah barang tentu
bahwa setiap umat Katolik Roma yang di pinggir jalan bertelut ketika “Tuhan”
melaluinya.
• Baptisan
Bagi Gereja Romawi baptisan itu bukan Kiasan dari pembasuhan dosa Manusia
oleh darah Kristus, melainkan baptisan itu sungguh-sungguh menghapuskan
dosa turunan dan segala dosa yang telah diperbuat orang itu sendiri. Sebelum
manusia dibaptis, dosa turunannya masih melekat pada dirinya, sehingga ia
berada di luar lingkungan rahmat dan keselamatan, dan pasti akan binasa.
• Konfirmasi (sakramen penguatan)
Sakramen ini menyusul baptisan dan berdasarkan pada Kis 8: 14-17.
Maksudnya ialah menguatkan iman dan mengaruniakan Roh Kudus.
Konfirmasi itu dilakukan dengan membuat tanda salib pada dahi dengan
minyak suci dan dengan melatakan tangan pada orang yang menyambutnya.
Hanya seorang Uskup saja yang boleh melaksanakan itu10.

• Pengkauan dosa
Segala sakramen tadi disampaikan kepada jemaat dengan tangan imam, karena
dialah yang disanggupi untuk jabatan suci itu dengan satu tahbisan istimewa.
Oleh tahbisan itu ia menjadi satu-satunya pengantara, yang dipakai oleh Tuhan
untuk menyampaikan rahmat-Nya kepada manusia. Sebab itu sakramen
tahbisan imam menjadi batu-alas bagi bangunan oleh Gereja Roma.
• Pernyataan Iman
Pada zaman ini pernyataan Iman adalah pertama-tama menaati kuasa gereja
dengan sungguh-sungguh meskipun sejarah gereja hampir tidak diketahui.
10
Ibid.sejarah gereja.hlm 110,112

58
Umat Kristen sangat ditakut-takuti dengan khotbah mengenai hari kiamat dan
siksaan di Neraka. Ketika Gereja mengerahkan anggotanya untuk mengangkat
perang salib, juga kemudian dari pada itu, teristimewa ketika Eropah ditimpa
penyakit “maut Hitam”, yaitu wabah penyakit sampar yang sangat dahsyat pada
tahun 1348-1351, sehingga membuat orang-orang sadar akan dosanya sehingga
mereka ingin menebusnya dengan melakukan penitensia.
• Penghapusan Siksa
Indulgensi timbul dari praktek pengakuan dosa. Maka timbulah pertikaian
tentang penghapusan siksa yang asal usulnya dari gerakan pembaharuan Gereja.
Sesudah pengakuan dosa dan pengampuanan dosa itu oleh absolusi yang diberi
oleh imam, maka haruslah dibuktikan kesungguhan penyesalan itu dengan
menaklukkan diri kepada rupa-rupa hukuman atau usaha penitensia. Praktek
indulgensi Gereja Roma lebih meluas lagi, ketika penghapusan itu bukan saja
boleh didapatkan berdasarkan amalan manusia,tetapi kemudian dijual pula,
boleh dibeli dengan uang. Jika kita ingat kelobaan paus dan klenus, yang tak
putus-putusnya membutuhkan banyak sekali uang, kita tak merasa heran bahwa
penjualan penghapusan siksa itu kemudian dijadikan pandangan Gereja secara
Internasional11.

SEJARAH GEREJA ABAD KE-XIV (1300-1399 SM)

I. Krisis Kepausan

Paus Bonifatius VIII (1294-1308) ketika ia


bertengkar dengan raja Perancis dan Inggris tentang uang. Paus mau
melarang negara untuk memungut pajak dari gereja, sedangkan kedua raja
mau melarang gereja untuk mengekspor uang ke paus di Roma. Dalam
11
Ibid,Hlm 112-116

59
pertikaiannya dengan Raja Perancis Bonifatius VIII pada tahun 1302
mengeluarkan sepucuk surat keputusan (bulla, yang disebut menurut kata-
kata pertama Unam Sanctam) yang mengandung teori tentang
kemahakuasaan paus di dunia ini dalam bentuk yang paling luas.
Kesimpulan paus bahwa semua orang yang mau memperoleh keselamatan
harus takluk kepada paus. Akan tetapi raja Perancis tidak takluk. la
mengirim pasukannya ke Roma dan mempenjarakan paus, yang tidak
lama kemudian meninggal.Setelah Bonifatius VIlI dikesampingkan,
kepausan mulai dikuasai oleh Perancis. Tidak lama kemudian malahan
paus pindah dari Roma ke kota Avignon di wilayah Perancis. Dengan
demikian mulailah apa yang disebut "Pembuangan Paus ke Babel", yang
berlangsung dari tahun 1309 sampai 1377. Karena kuasa paus antara lain
dikaitkan dengan kuburan Petrus, diupayakan untuk membawa kepausan
kembali ke Roma. Akan tetapi satu tahun setelah upaya ini berhasil para
kardinal Perancis, yang tidak puas dengan paus yang ada di
Roma,memilih paus yang baru, yang menetap lagi di Avignon12.
Dengan demikian gereja di Eropa Barat terpecah dan dikepalai dua
orang paus, yang didukung oleh negara-negara masing-masing Perpecahan
gereja ini, Skisma Besar atau Skisma Barat, berlangsung dari tahun 1378
sampai 1415. Pada tahun 1415 akhirnya suatu konSili yang dikumpulkan
oleh negara-negara Eropa Barat berhasil menyelesaikan perpecahan ini.
Dapat dibayangkan bahwa peristiwa skisma ini menimbulkan banyak
pertanyaan tentang peranan paus dalam gereja. Gereja mana yang benar
kalau ada dua paus? Bagaimana dengan keselamatan kalau masing-masing
paus mengucilkan mereka yang taat kepada paus lain, séhingga seluruh
gereja dikucilkan? Apakah tepat kuasa tertinggi di gereja dipegang oleh
paus? Apakah tepat paus berperan dibidang politik atau lebih baik kuasa
gereja dibatasi pada bidang rohani saja?Setelah skisma selesai peranan
12
Ibid.Gereja mencari jawab.

60
paus dalam politik internasional tidak lagi seperti sebelumnya. Kuasa
politiknya terbatas pada Negera Gereja, sehingga paus-paus akhir Abad
Pertengahan begitu sibuk mengurus negara mereka sendiri sehingga tidak
mampu untuk mengatasi krisis gereja yang memecah dalam Reformasi.13
Sesudah paus Bonifatius VIII (1300), kepausan dikuasai oleh raja
Perancis. Kepausan mengalami krisis besaryang sangat mempengaruhi
kehidupan gereja dan masyarakat. Pada tahun 1309, paus berpindah ke
kota Avignonn di Perancis, dan dengan demikian mulailah apa yang
disebut "pembuangan kepausan ke Babylon", yang berlangung sampai
tahun 1377.Bertentangan dengan wasiat Franciscus, paus memberi izin
kepada rahib-rahib Franciscan untuk mempunyai milik juga. Demikianlah
cita-cita kaum Franciscan dengan paksa disesuaikan saja dengan
pandangan-pandangan istana paus. Untuk melumpuhkan kuasa kaisar-
kaisar Jerman, paus mencari bantuan pada raja-raja Prancis, tetapi
sebenarnya mereka itulah yang merupakan bahaya besar bagi paus, karena
di negeri Prancis telah timbul kesadaran kebangsaaan baru, yang tak dapat
tidak harus bertentangan dengan keinginan Roma yang mau menguasai
dunia. Pertentangan ini terjadi tatkala paus Bonifatius VII (1294-1303)
melarang Philip IV yang elok, raja Prancis memungut pajak untuk Negara
dari klerus dan biara-biara serta segala milik Gereja yang lain. Dan
larangan ini tak dipedulikan oleh Philip. Bonifatius mengulang lagi
tuntutan-tuntutan paus untuk memerintahi seluruh dunia. Dalam
“bulla”nya yang beralamat “Unam Sanctam” (1320), diuraikannya bahwa
kepada paus diberikan dua pedang, yaitu kuasa rohani dan duniawi. Akan
tetapi sementara Bonifatius menyediakan kutuk Gereja untuk Philip,
dengan tiba-tiba ia sendiri disergap Segala kritik terhadap kedudukan paus
memuncak dalam kitab syair yang termasyur “Divina Comedia” (Komedi
Ilahi), karangan Dante di Florensa Italia, 1256-1321). Dalam syair yang
13
Ibdid,Hlm 20

61
panjang dan indah ini diceritakannya suatu perjalanan khayali, yang
dibuatnya ke neraka, api penyucian dan sorga. Segala keadaan baik dan
buruk pada zamannya itu, dikupasnya dalam cerita perkunjungan ini.
Dante gelisah melihat kuasa duniawi Gereja, yang menyebabkan derajat
Gereja menjadi merosot. Ia tak sukadilukiskannya sebagai perempuan
sundal dari Wahyu Yohanes. Dante mengharapkan bahwa masyarakat
Kristen akan dibaharui oleh kaisar baru, Hendrik VII (1308-1212), tetapi
harapan ini menjadi kandas karena kaisar ini tiba-tiba mangkat. Pada
tahun 1377 takhta paus dipulangkan ke Roma, tetapi setahun kemudian,
paus Urbanus VI tidak mau menuruti kehendak kardinal-kardinal Prancis
yang banyak dan berkuasa itu, sehingga mereka memilih seorang paus
yang lain di Avignon. Demikianlah mulai “Schisma besar di barat”, yang
baru berakhir pada tahun 1415. Prancis memihak kepada Avignon, tetapi
Jerman dan Inggeris kepada Roma. Kedua paus saling mengutuki,
sehingga sebenarnya segenap umat Kristen pada masa itu kena kutuk.
Sebab itu banyak orang percaya kehilangan ketenangan hatinya, karena
jikalau hanya kepatuhan pada paus saja menjamin keselamatan yang kekal
bagi orang Kristen. Tidak mengherankan, bahwa keadaaan ini sangat
merugikan kedudukan paus dalam Gereja. Timbullah kesangsian dalam
hati banyak orang apakah kuasa paus benar-benar ilahi. Akibat lain pula
dari Schisma ini ialah bahwa orang mulai memikirkan kemungkinan
Gereja-gereja kebangsaan, yang tidak lagi tergantung kepada paus14.

SEJARAH GEREJA ABAD KE-XV(1400-1499 SM)

Sejak tahun 1400,kesenian mulailah melepaskan diri dari Gereja


manusia mulai menyadari harga dirinya dan keindahan hidup
kodrati.Dengan demikian kesenian lambat laun mencari obyek lain:Istana-
14
Ibid,hlm 68

62
istana yang permai didirikan dan para seniman mulai menggambar alam
Bertentangan dengan segald ada Kaua tu, Gereja belum menampakkan
alamat hidup baru. Sebaliknya: gerakan pembaruan yang dimaksudkan
oleh konsili-konsili pada abad ke-XV gagal belaka karena paus-paus
melawannya. Umumnya orang merasa tak senang dan kurang puas karena
keadaan Gereja yang buruk itu, tetapi tak ada yang tahu mengubah nya.
Orang mengeluh dan mengeriuk saja, umpamanya tentang kelobaan paus
atau tentang kelakuan rahib-rahib dan klerus bawahan yang tak senonoh
itu, tetapi tiada seorang yang berani menyerang ajaran dan peraturan
Gereja sendiri, karena Gereja yang diduniakan dan najis itu masih tetap
menjadi satu-satunya pengantara bagi manusia untuk beroleh keselamatan
yang kekal. Oleh sebab takutnya terhadap neraka dan api penyucian maka
orang banyak tetap saja taat kepada kuasa paus dan Gereja Roma.15
Pada abad ke-15 kita menyaksikan dua usaha untuk mengatasi
perpecahan. Pernah ada seorang kaisar yang menjadi anggota Gereja
Katolik Roma untuk memperoleh dukungan paus, tetapi imbalannya
"hanya" berkat surgawi, bukan dukungan politik dan militer. Pada waktu
itu menjadi jelas juga bahwa rakyat Yunani tidak menyetujui usaha-usaha
untuk berdamai dengan Gereja Katolik Roma. Mereka mengatakan (apa
yang dikemudian hari diulangi oleh orang-orang Protestan) bahwa mereka
lebih suka dikuasai oleh orang-orang Turki daripada oleh paus. Namun,
ada usaha resmi lagi pada tahun 1439, waktu kaisar, didorong oleh teolog-
teolog yang pro-Barat (yang berarti pro-paus), pergi ke Italia untuk
mencari perdamaian. Gereja Katolik Roma bersedia untuk mengadakan
perdamaian ini, asal kekuasaan paus diterima. Sekaligus Roma mengakui
ciri-ciri khas gereja Yunani (liturgi, bahasa). Utusan-utusan kaisar dapat
meyakinkan suatu sinode uskup-uskup gereja Yunani untuk menerima
dekrit persatuan. Akan tetapi, oposisi beberapa uskup dan teolog yang
15
Ibid,Sejarah Gereja,Hlm 118

63
penting serta reaksi rakyat menggagalkan rencana persatuan ini. Bantuan
yang dapat dijanjikan paus juga tidak berarti apa-apa. (Perhatikanlah
bahwa skisma kepausan baru saja selesai pada tahun 1415.) Bantuan Barat
yang diberikan tidakmampu membendung kekuasaan militer Otoman,
sehingga Konstantinopel jatuh pada tahun 1453. Walaupun kekaisaran
Byzantium hilang, hal ini tidak berarti bahwa gereja Yunani hilang.
Kendati sultan-sultan Turki dijiwai oleh semangat jihad untuk
mengadakan perang-perang sabil terhadap bangsa-bangsa Kristen dan
membalas perang-perang salib zaman dahulu, mereka bersikap toleran
terhadap gereja. Mereka tidak mau memusnahkan agama Kristen dengan
kekerasan. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa orang-orang Turki
Otoman mengambil alih organisasi politis-religius yang telah berlaku
dalam khalifat Arab. Dalam kesultanan Turki juga orang-orang Kristen
diberi status dhimmi atau, dalam bahasa Turki, millet. Dalam sistem
millet,setiap kelompok minoritas (yaitu bukan Turki) wajib menunjuk
seorang wakil yang bertanggung jawab atas kelompoknya di istana sultan.
Yang menjadi wakil gereja-gereja ialah para patriarkh, sehingga mereka
juga menjadi pemimpin dalam hal-hal duniawi.Kenyataan itu memperkuat
kedudukan mereka.16

Refleksi History:

Demikianlah berakhirnya sejarah gereja pada abad ke-XI s/d abad ke-XV
ditengah-tengah berbagai macam ancaman yang di alami Gereja dan beberapa
pemahaman-pemahaman tokoh-tokoh yang berperan penting dalam mewujutkan
suatu ketertibaan hidup bergereja banyak yang dapat di korbankan dari pejuang-
pejuang pada zaman dahulu sehingga gereja masih dapat bertumbuh sampai sekarang

16
Ibid,119

64
ini.Tentunya semua itu tidak terlepas dari kerja keras para pejuang-pejuang
iman,untuk itu hal yang dapat di maknai dari sejarah ini ialah,diamana sinergitas kita
lebih di perhatikan dalam memberi pandangan yang baik terhadap dunia yang akan
datang,mau tidak mau sebagai seorang yang di percayakan Tuhan untuk menjadi
seorang pelajar historis dapat memberikan pemahaman yang positif bagi orang awam
di luaran sana.

DAFTAR PUSTAKA

Jonge.De.C.DR,Pembimbing kedalam sejarah gereja.Jakarta Bpk Gunung Mulia


2011
D.Ph.C.,Ira.Semakin di bbabat semakin merambat.Jakarta Bpk Gunung Mulia 2001

End.Den.Van.Thomas,Harta dalam bejana,Jakarta Bpk Gunung Mulia 2019

Jonge.De.Christian.Dr,Gereja mencari jawab.Jakarta Bpk Gunung Mulia 2013

65
66

Anda mungkin juga menyukai