Anda di halaman 1dari 12

Nama:Salsabila

Nim:220604019
ABAD PERTENGAHAN ABAD KEGELAPAN
ABAD SKOLASTIK DAN PATRISTIK

Pendahuluan
A.Latar Belakang
Keruntuhan kekaisaran Romawi Barat pada tahun 476 menyetujui para sejarah sebagai
permulaan dari abad pertengahan. Tidak ada satupun imperium yang mampu menggantikan
Romawi yang pernah menguasai seluruh Laut Tengah. pemerintahan Bizantium yang masih
bertahan pun hanya bisa mengendalikan kekuasaannya di Balkan dan Anatolia.
Munculnya kekuatan baru seperti Orang Islam di selatan berbanding terbalik dengan
Eropa yang tidak memiliki kiblat kekuasaan besar. Bangsa Eropa memasuki masa transisi yang
diisi dengan instabilitas, absolutisme feodal dan gereja, serta kualitas hidup yang rendah.
Abad pertengahan sering disebut sebagai "Abad Kegelapan Filsafat" dalam sejarah
pemikiran Barat. Sebutan ini sering kali Merujuk pada periode sekitar abad ke-5 hingga ke-15
Masehi, yang ditandai dengan tidak adanya kemajuan signifikan dalam pemikiran filosofis,
terutama jika dibandingkan dengan masa Yunani Kuno dan Renaisans yang akan datang. Namun
penting untuk dipahami bahwa Abad pertengahan juga merupakan periode penting dalam sejarah
perkembangan pemikiran dan filsafat, dengan periode Abad Skolastik dan Patristik yang
memiliki kontribusi yang signifikan. Makalah ini akan menjelaskan mengapa Abad pertengahan
disebut Abad Kegelapan Filsafat dan bagaimana periode Abad Skolastik dan Patristik
mempengaruhi pemikiran filosofis.
B.Ciri-Ciri Abad pertengahan
Abad pertengahan merupakan peralihan Eropa dari zaman klasik masa yang baru.
Sehingga terdapat beberapa perubahan dan karakteristik unik yang berubah seiring dengan
perkembangan zaman pertengahan. Beberapa ciri-ciri penting yang dimiliki oleh peradaban
Eropa pada masa ini adalah :

 Meluasnya praktik kristenisasi di tengah masyarakat.


 Jatuhnya populasi Eropa akibat kelaparan dan wabah.
 Menurunnya kesejahteraan masyarakat akibat instabilitas politik dan ekonomi.
 Tumbuhnya semangat kebangsaan yang memunculkan negara-negara baru.
 Feodalisme muncul menjadi tatanan sosial yang banyak dimanfaatkan.
 Munculnya banyak konflik misalnya negara, bangsa, atau agama.
 Berkembangnya sistem ekonomi manorial.
 Terhambatnya ilmu pengetahuan akibat feodalisme dan gereja sebelum akhir
Abad ditengahi.

C. Perkembangan Abad Pertengahan


I. Awal Abad Pertengahan (±Abad 5-10 M)
Masuknya Eropa ke dalam Abad dimulai dengan penyesuaian diri terhadap hilangnya
kekuasaan besar Romawi. Periode ini dianggap sebagai kegelapan Eropa pasca Zaman Klasik.
Kota-kota besar kehilangan penduduk yang bermigrasi untuk mencari penghidupan yang lebih
baik. Hal ini berdampak pada lesunya aktivitas perekonomian yang sebelumnya ramai
berlangsung.
Selain itu, pada masa ini, lembaga kekuatan gereja menguat dan menempatkan Alkitab
sebagai sumber referensi utama masyarakat. Sehingga membatasi munculnya karya ilmiah dan
kesusasteraan yang dapat menjadi sumber pembaharuan.
Pada periode ini, Bangsa Eropa bermusuhan pada kebangkitan Umat Islam yang menguasai
banyak wilayah di Mediterania sejak abad ke-7. Kesusasteraan dan keilmuan juga berkembang
pesat di Cordoba yang dikuasai oleh Islam, meninggalkan banyak wilayah Eropa. Salah satu
peristiwa penting dari masa ini adalah berdirinya kekaisaran Romawi Suci oleh Karel yang
Agung pada tahun 800, monarki penting Eropa yang berdiri sampai tahun 1806.

II. Puncak Abad Pertengahan (±1001-1300 M)


Abad pertengahan pada periode ini mencapai puncak peradabannya. Eropa mengalami
peningkatan jumlah penduduk yang signifikan, sehingga berdampak positif pada perkembangan
perekonomian dan politik. Meskipun terjadi beberapa invasi seperti Viking dan Bangsa Mongol,
kekuasaan Eropa tumbuh secara sehat di banyak wilayah. Sementara gereja yang kuat masih
memperkuat Perang Salib melawan Islam memperebutkan Yerusalem.
Bibit negara-bangsa baru seperti Inggris, Perancis, Hongaria dan Jerman mulai muncul pada
masa ini. Selain itu, ilmu pengetahuan mulai sedikit mendapat tempat di masyarakat, misalnya
Albertus Magnus dan Thomas Aquinas yang membangkitkan filsafat khas Aristoteles dan
Cicero.

III. Akhir Abad Pertengahan (±1301-1500 M)


Periode terakhir dari Abad yang dilanda bencana besar bagi Bangsa Eropa dalam berbagai
bidang. Black Death dan Black Famine menghancurkan demografi dan perekonomian Eropa, hal
ini diperparah dengan konflik seperti Perang Seratus Tahun antara Perancis dan Inggris.
Kejayaan pada periode sebelumnya dalam waktu singkat runtuh termasuk kekuasaan Gereja
yang terlibat dalam Skisma Barat.
Secara kolektif, bencana ini menimbulkan pemberontakan dari kalangan petani di Inggris dan
Perancis. Menurut ceritanya, Krisis Abad Pertengahan adalah fase terburuk sekaligus titik balik
bangsa Eropa dalam memasuki Zaman Modern atau Renaisans.
Akhir dari Abad sendiri memiliki banyak pendapat dari sejarah. Beberapa di antaranya
Pelayaran Kolombus (1492), Penaklukan Konstantinopel (1453), Penaklukan Granada (1492),
atau Reformasi Gereja (1517). Perbedaan ini disebabkan upaya-upaya kebangkitan Eropa tidak
terjadi secara bersamaan di Eropa. Sejarawan sendiri memiliki pandangan masing-masing
terhadap dampak dari peristiwa-peristiwa tersebut.

2. Periode Abad Skolastik


Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata sekolah, yang berarti sekolah.
jadi, skolastik berarti aliran atau yang berhubungan dengan sekolah. Perkataan skolastik
merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan.

Terdapat beberapa pengertian tentang corak khas skolastik, sebagai berikut.


 Filsafat Skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama. Skolastik
ini sebagai bagian dari kebudayaan pertengahan yang religius.
 Filsafat Skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional
mernecahkan persoalan-persoalan megenai berpikir, sifat ada, kejasmanian, kerohanian,
baik buruk. Dari rumusan tersebut kemudian muncul istilah skolastik Yahudi, skolastik
Arab dan lain-lainnya.
 Filsafat Skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam
kodrat, akand–i–m–asukkan ke dalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara
kepercayaan dan akal.
 Filsafat Skolastik adalah filsafat Nasrani karena banyak dipengaruhi oleh ajaran gereja.
Filsafat Skolastik ini dapat berkembang clan tumbuh karena beberapa faktor berikut.
a.Faktor Religius
Faktor keagamaan dapat mempengaruhi corak pemikiran filsafatnya. Yang dimaksud
dengan faktor religius adalah keadaan lingkungan saat itu yang bersifat perikehidupan religius.
Mereka beranggapan bahwa hidup di dunia ini suatu perjalanan ke tanah suci Yerussalem, dunia
ini bagaikan negeri asing dan sebagai tempat pembuangan limbah air mats saja (tempat
bersedih). sebagai dunia yang menjadi tanah airnya adalah surga. Manusia tidak dapat sampai ke
tanah airnya (surga) dengan kemampuannya sendiri, sehingga harus ditolong. Karena manusia
itu menurut sifat kodratnya mempunyai cela atau kelemahan yang dilakukan (diwariskan) oleh
Adamomereka juga berkeyakinan bahwa Isa anak Tuhan berperan sebagai pembebas dan
pemberi bahagia. Ia akan memberi pengampunan sekaligus membantunya. Maka, hanya dengan
jalan penyesalan inilah manusia dapat tertolong agar dapat mencapai tanah airnya (surga).
Anggapan dan keyakinan inilah yang dijadikan dasar pemikiran filsafatnya .

b.Faktor Ilmu Pengetahuan


Pada saat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran yang diusahakan oleh biara-
biara, gereja, ataupun dari uarga istana. Kepustakaannya diambilkan dari para penulis Latin,
Arab (Islam), dan Yunani.
Masa Skolastik terbagi menjadi tiga periode, yaitu:
1.Skolastik Awal
Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat Patristik mulai merosot, terlebih
lagi pada abad ke-6 dan 7 dikatakan abad kacau. Hal ini disebabkan pada saat itu terjadi serangan
terhadap Romawi sehingga kerajaan Romawi beserta peradabannya ikut runtuh yang telah
dibangun selama berabad-abad.
Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan berada di bawah Karel Agung (742 – 814) dapat
memberikan suasana ketenanigar-TaFam bidang politik, Kebudayaan, dan ilmu pengetahuan,
terffiasuvEfii- dbpan manusia Berta p–emikiran filsafat yang semuanya menampakkan mulai
adanya kebangkitan. Kebangkitan inilah yang merupakan kecemerlangan abad pertengahan, di
mana pemikirannya berbeda sekali dengan sebelumnya.
Saat ini merupakan zaman gudang bagi bangsa Eropa. Hal ini ditandai dengan skolastik
yang di dalamnya banyak diupayakan pengembangan ilmu pengetahuan di sekolah-sekolah. Pada
mulanya skolastik ini muncul pertama kali di biara Italia Selatan dan akhirnya sampai
berpengaruh ke Jerman dan Belanda.
Kurikulum pengajarannya meliputi studi duniawi atau asses liberales, meliputi tata
bahasa, retorika, dialektika (Beni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan, dan
musik.
Di antara tokoh-tokohnya adalah Aquinas (735-805), Johannes Scotes Eriugena (815 –
870), Peter Lombard (1100 – 1160), John Saabs=– mengubur (1115 – 1180), Peter Abaelardus
(1079 – 1180).

1) Peter Abaelardus (1079 – 1180)


Ia dilahirkan di Le Pallet, Prancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan
memancarkan sangat tajam sehingga sering kali berdiskusi dengan pars ahli pikir dan pejabat
gereja. Ia termasuk orang-orang konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra romantik,
sekaligus sebagai rasionalistik, artinya peran akal dapat menundukkan kekuatan iman. Iman
harus mau didahului akal. Yang harus dipercaya adalah apa yang telah disetujui atau dapat
diterima oleh akal.
Berbeda dengan Anselmus yang mengatakan bahwa berpikir harus sejalan dengan iman,
Abaelardus memberikan alasan bahwa berpikir itu berada di luar iman (di luar kepercayaan).
Karena itu berpikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan metode
dialektika yang tanpa ragu-ragu ditunjukkan dalam teologi, yaitu bahwa teologi harus
memberikan tempat bagi semua buktibukti. Dengan demikian, dalam teologi itu iman hampir
kehilangan tempat. Ia mencontohkan, seperti ajaran Trinitas juga berdasarkan pada bukti-bukti,
termasuk bukti dalam wahyu Tuhan.’

2) skolastik Puncak
Masa ini merupakan masa kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahun 1200 – 1300
dan masa ini juga disebut masa berbunga. Masa itu Ran–dai dengan munculnya universitas-
universitas dan ordo-ordo, yang secara bersama . -sama ikut menyelenggarakan atau memajukan
ilmu pengetahuan, di samping juga peran universitas sebagai sumber atau pusat ilmu
pengetahuan dan kebudayaan.

Berikut ini beberapa faktor mengapa masa skolastik mencapai puncaknya.


a) Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-12 hingga sampai
abad ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan–yang luas.
b) Tahun 1200 Didirikan Universitas Almamater di Prancis. Universitas ini merupakan gabungan
dari beberapa sekolah. Almamater inilah sebagai awal (embrio) berdirinya Universitas di Paris,
di Oxford, di Mont Pellier, di Cambridge dan lain-lainnya.
c) Berdirinva ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian orang
terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang karat untuk memberikan
suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan
kerohanian di mana kebanyakan tokoh-tokohnya memegang peran di bidang filsafat dan teologi
seperti Albertus de Grote, Thomas Aquinas, Binaventura, J.D. Scotus, William Ocham.
Upaya Kristenisasi Ajaran Aristoteles
Pada awalnya hanya sebagian ahli pikir yang membawa dan meneruskan ajaran
Aristoteles, tetapi upaya ini mendapatkan perlawanan dari Augustinus. Hal ini disebabkan oleh
adanya suatu anggapan bahwa ajaran Aristoteles yang mulai dikenal pada abad ke-12 telah
diolah dan tercemar oleh ahli pikir Arab (Islam). Hal inidianggap sangat membahayakan ajaran
Kristen. Yang demikian ini bertolak belakang Keadaan bahwa ajaran Aristoteles masih diajarkan
di fakultas-fakultas, bahkan dianggapnya sebagai pelajaran yang penting dan harus dipelajari.
Untuk menghindari adanya polusi tersebut di atas (dari ahli pikir Arab atau Islam),
Albertus Magnus dan Thomas Aquinas sengaja menghilangkan unsur-unsur atau selipan dari
Ibnu Rusyd, dengan menerjemahkan langsung dari bahasa Latinnya. Juga, bagianbagian ajaran
Aristoteles yang dibandingkan dengan ajaran Kristen diganti dengan teori-teori lumbung yang
bersumber pada ajaran Aristoteles dan diselaraskan dengan ajaran Kristen. Langkah terakhir, dari
ajaran Aristoteles telah diselaraskan dengan ajaran ilmiah (suatu sintesis antara kepercayaan dan
akal).
Upaya Thomas Aquinas ini sangat berhasil dengan terbitnya sebuah buku Summa
Theologise dan sekaligus merupakan bukti bahwa ajaran Aristoteles telah mendapatkan
kemenangan dan sangat mempengaruhi seluruh perkembangan skolastik.

Albertus Magnus (1203-1280)


Di samping sebagai biarawan, Albertus Magnus juga dikenal sebagai cendekiawan abad
pertengahan. Ia lahir dengan nama Albert von Bollstadt yang juga dikenal sebagai “doktor
universalis” dan “doktor magnus”, kemudian bernama Albertus Magnus (Albert the Great). Ia
mempunyai kepandaian luar biasa. Di universitas Padua ia belajar artes liberates, ilmu-ilmu
pengetahuan slam, kedokteran, filsafat Aristoteles, belajar teologi di Bulogna, dan masuk ordo
Dominican tahun 1223, kemudian masuk ke Koln menjadi dosen filsafat dan teologi.
Terakhir ia diangkat menjadi uskup agung. Pola pemikirannya meniru Ibnu Rusyd dalam
mentilis tentang Aristoteles. Dalam bidang ilmu pengetahuan, ia mengadakan penelitian dalam
ilmu biologi dan ilmu kimia.11

Thomas Aquinas (1225-1274)


Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas, yang artinya Thomas yang suci dari
Aquinas. Di samping sebagai ahli pikir, ia juga seorang dokter gereja bangsa Italia. Ia lahir di
Rocca Secca, Napoli, 78
Filsafat Umum
Italia. Ia merupakan tokoh terbesar Skolastisisme, salah seorang suci gereja Katolik
Romawi dan pendiri aliran yang dinyatakan menjadi filsafat resmi gereja Katolik. Tahun 1245
belajar pada Albertus Magnus. Pads tahun 1250 ia menjadi guru besar dalam ilmu ‘agama di klan
Prancis tahun 1259 menjadi guru besar dan penasihat istana NUS.12
Karya Thomas Aquinas telah menandai taraf yang tinggi dari aliran Skolastisisme pada
abad pertengahan.
Ia berusaha untuk membuktikan bahwa iman Kristen secara penuh dapat dibenarkan dengan
pemikiran logis. Ia telah menerima pemikiran Aristoteles sebagai otoritas tertinggi tentang
pemikirannya yang logis.
Menurut pendapatnya, semua kebenaran berasal dari Tuhan. Kebenaran diungkapkan
dengan jalan yang berbeda-beda, sedangkan iman berjalan di luar jangkauan pemikiran. Ia
mengimbau agar orangorang mengetahui hukum alamiah (pengetahuan) yang terungkap dalam
kepercayaan. Tidak ada perbedaan antara pemikiran dan iman. Semua kebenaran mulai timbul
secara ketuhanan meskipun iman diungkapkan melalui beberapa kebenaran yang berada di luar
kekuatan pikir.
Thomas menafsirkan pandangan bahwa Tuhan sebagai Tukang Boyong tidak berubah
dan tidak berhubungan dengan atau tidak mempunyai pengetahuan tentang kejahatan-kejahatan
di dunia. Tuhan tidak pernah mencipta dunia, tetapi zat pemikirannya tetap abadi.
Selanjutnya ia katakan bahwa iman lebih tinggi dan berada di luar pemikiran yang
berkenaan sifat Tuhan dan slam semesta. Timbulnya pokok permasalahan yang aktual clan
praktis dari gagasannya adalah “pemikirannya dan kepercayaannya telah menemukan kebenaran
mutlak yang harus diterima oleh orang-orang lain”. Pandangannya inilah yang menjaclikan
perlawanan kaum Protestan karena sikapnya yang otoriter.
Thomas sendiri menyadari bahwa tidak dapat menghilangkan unsur-unsur Aristoteles.
Bahkan ia menggunakan ajaran Aristoteles, tetapi sistem pemikirannya berbeda. Masuknya unsur
Aristoteles ini didorong oleh kebijakan pimpinan gereja Paus Urbanus V (1366) yang
memberikan angin segar bagi kemajuan filsafat. Kemudian Thomas mengadakan Langkah-
Langkah sebagai berikut.
Langkah pertama, Thomas menyuruh teman sealiran Willem van Moerbeke untuk
membuat terjemahan baru yang langsung dari Yunani. Hal ini untuk melawan Aristotelianisme
yang berorientasi pada Ibnu Rusyd, upaya klan ini mendapat dukungan dari Siger van Brabant.
Langkah kedua, pengkristenan ajaran Aristoteles dari dalam. Bagian-bagian yang
bertentangan dengan spa yang dianggap Kristen bertentangan dengan firman Aristoteles, tetapi
diupayakan selaras dengan ajaran Kristen.
Langkah ketiga, ajaran Aristoteles yang telah dikristenkan dipakai untuk membuat
sintesis yang lebih bercorak ilmiah (sintesis deduktif antara iman clan akal). Sistem barunya itu
untuk menyusun Summa Theologise.

3)Skolastik Akhir
Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macampemikiran filsafat
yang menjadi kiblatnya sehingga menampilkan stagnasi (kemandegan). Di antara tokoh-
tokohnya adalah William Ockham (1285 – 1349), Nicolas Cusasus (1401-1464).
1) William Ockham. (1285 – 1349)
Ia merupakan ahli pikir Inggris yang beraliran skolastik. Karena terlibat dalam
perselisihan umum dengan Paus John XXII, ia dipenjara di Avignon, tetapi ia dapat melarikan
diri dan mencari perlindungan pada Kaisar Louis IV. Ia menolak ajaran Thomas dan mendalilkan
bahwa kenyataan itu hanya terdapat pada benda-benda satu demi satu, dan hal-hal yang umum
itu hanya tanda-tanda abstrak.
Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang atau
kejadian-kejadian individu. Konsep-konsep atau kesimpulan-kesimpulan umum tentang alam
hanya merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran seperti ini, dapat dilalui hanya
melalui intuisi, bukan melalui logika. Dalam ramping itu, ia membantah anggapan skolastik
bahwa logika dapat membuktikan doktrin teologis. Hal ini akan membawa kesulitan dirinya pada
saat itu sebagai penguasanya Paus Yohanes XXII.

2) Nicolas Cusasus (1401 – 1464)


Ia sebagai tokoh pemikir yang berada paling akhir masa skolastik. Menurut pendapatnya,
terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu melalui indra, akal, dan intuisi. Dengan Indra kita akan
mendapatkan pengetahuan tentang benda-benda berjasad, yang sifatnya tidak sempurna. Dengan
akal kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang abstrak berdasarkan pada sajian atau
tangkapan Indra. Dengan intuisi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi. Hanya
dengan intuisi inilah kita akan dapat mempersatukan apa yang menurut akal tidak dapat
dipersatukan. Manusia seharusnya menyadari akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang
seharusnya dapat diketahui.
Karena keterbatasan akal tersebut, hanya sedikit saja yang dapat diketahui oleh akal.
Dengan intuisi inilah diharapkan akan sampai pada kenyataan, yaitu suatu tempat di mans segala
sesuatu bentuknya menjadi larut, yaitu Tuhan.

Pemikiran Nicolaus ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad


pertengahan, yang dibuat ke suatu sintesis yang lebih lu gs. Sintesis ini mengarah ke masa depan,
dari pemikirannya ini tersirat suatu pernikiran para humanis.

1. Skolastik Arab (Islam)


Dalam bukunya, Hasbullah Bakry menerangkan bahwa istilah skolastik Islam jarqpg,
dipakai di kalangan umat Islam. Istilah yang biasa dipakai adalah ilmu kalam atau filsafat
islitn7balarn pembahasan antara ilmu kalam dan filsafat Islam biasanyadipisahkan.

Tokoh-tokoh yang termasuk para ahli pikir Islam (pemikir Arab atau,Islam-,Rrabi, Ibnu
Sina, Al-Kindi,pada masa skolastik). yaitu Al Ibnu Rusyd. Peranan para ahli pikir tersebut besar
sekali, yaitu sebagai berikut,
1)Sampai pertengahan abad ke-12 orang-orang Barat belum pernah mengenal filsafat Aristoteles
sehingga‘ yang dikenal hanya bukuLogtka Aristoteles.
2)Orang-orang Barat itu mengenal Aristoteles berkat tulisan dari para ahli pikir Islam,
terutamaJari Ibnu Rusyd’ sehingga. Ibnu Rusyd dikatakan sebagai guru terbesar para ahli pikir
Skolastik Latin.

3)Skolastik Islamlah yang membawakan perkembangan Skolastik Latin.

Tidak hanya dalam pemikiran filsafat saja, tetapi para ahli piker Islam tersebut
memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi Eropa yaitu dalam bidang ilmu pengetahuan. Para
ahli pikir Islam sebagian menganggap bahwa filsafat Aristoteles benar, Plato dan Alquran benar,
mereka mengadakan perpaduan dan sinkretisme antara agama dan filsafat. Pemikiran-pemikiran
tersebut kemudian masuk ke Eropa yang merupakan sumbangan Islam paling besar.11

Dengan demikian, dalam pernbahasan skolastik Islam terbagi menjadi dua periode, yaitu:

1. Periode Mutakallimin (700 – 900);


2. Periode Filsafat Islam (850 – 1200).
Banyak buku filsafat dan sejenisnya mengenai peranan para ahli pikir Islam atas kemajuan dan
peradaban Barat sengaja disembunyikan karena mereka (Barat) tidak mengakui secara terns
terang jasa para ahli pikir Islam itu dalam mengantarkan kemoderenan Barat.

III. Periode Abad Patristik (100-700)


Patristik berasal dari kata Latin Patres yang berarti bapa-bapa greja, yaitu ahli agama
kristen pada abad dimulainya agama kristen.
Didunia barat agama katolik mulai disebarkan dengan ajaranya tentang tuhan, manusia
dan etikanya. Untuk mempertahankan dan menyebarkanya maka mereka menggunakan filsafat
yunani dan mengembangkannya lebih lanjut, khususnya menganai soal soal kebebasan manusia,
kepribadian, kesusilaan, sifat tuhan. Yang terkenal Tertulianus (160-222), Origenes (185-254),
Agustinus (354-430), yang sangat besar pengaruhnya (De Civitate Dei).
Pratistik berasal dari kata latin prates yang berarti Bapa-Bapa Gereja, yaitu ahli agama
Kristen pada abad dimulainya agama Kristen. Zaman ini muncul pada abad ke-2 sampai abad ke-
7, dipadukan dengan usaha keras para Bapa Gereja untuk mengartikulasikan, menata, dan
memperkuat isi ajaran Kristen serta membelanya dari serangan kaum kafir dan bid’ah kaum
Gnosis. Bagi para Bapa Gereja, ajaran Kristen adalah filsafat yang sejati dan wahyu sekaligus.
Sikap para Bapa Gereja terhadap filsafat yunani berkisar antara sikap menerima dan sikap
penolakan. Penganiayaan keji atas umat Kristen dan karangan-karangan yang menyerang ajaran
Kristen membuat para bapa gereja awal memberikan reaksi pembelaan (apologia) atas iman
Kristen dengan mempelajari serta menggunakan paham-paham filosofis.
Akibatnya, dalam perjalanan waktu, terjadilah reaksi timbal balik, kristenisasi helenisme
dan helenisasi kristianisme. Maksudnya, untuk menjelaskan dan membela ajaran iman Kristen,
para Bapa Gereja memakai filsafat Yunani sebagai sarana (helenisme”di kristenkan”). Namun
demikian, unsur-unsur pemikran kebudayaan helenisme, terutama filsafat Yunani, bisa masuk
dan berperan dalam bidang ajaran iman Kristen dan ikut membentuknya (ajaran Kristen “di
Yunanikan” lewat gaya dan pola argumentasi filsafat yunani). Misalnya, Yustinus Martir melihat
“Nabi dan Martir” kristus dalam diri sokrates. Sebaliknya, bagi Tertulianus (160-222), tidak ada
hubungan antara Athena (simbol filsafat) dan Yerussalem (simbol teologi ajaran kristiani). Bagi
Origenes (185-253) wahyu ilahi adalah akhir dari filsafat manusia yang bisa salah. Menurutnya
orang hanya boleh mempercayai sesuatu sebagai kebenaran bila hal itu tidak menyimpang dari
trasdisi gereja dan ajaran para rasul. Pada abad ke-5, Augustinus (354-430) tampil. Ajarannya
yang kuat dipengaruhi neo-platonisme merupakan sumber inspirasi bagi para pemikir abad
pertengahan sesudah dirinya selama sekitar 800 tahun.
Zaman Patristik ini mengalami dua tahap:
1. Permulaan agama Kristen. Setelah mengalami berbagai kesukaran terutama mengenai filsafat
Yunani maka agama Kristen memantapkan diri. Keluarnya gereja dan ke dalam menetapkan
dogma-dogma.
2. Filsafat Augustinus yang merupakan seorang ahli filsafat yang terkenal pada masa patristik.
Augustinus memandang dogma-dogma sebagai suatu keseluruhan.
Setelah berakhirnya zaman sejarah filsafat Barat Kuno dengan ditutupnya Akademia
Plato pada tahun 529 oleh Kaisar Justinianus, karangan-karangan peninggalan para Bapa Gereja
berhasil disimpan dan diwariskan di biara-biara yang , pada zaman itu dan berates-ratus tahun
sesudahnya, praktis menjadi pusat-pusat Intelektual berkat kemahiran para biarawati dalam
membaca, menulis, dan menyalinnya ke dalam bahasa Latin-Yunani serta tersedianya fasilitas
perpustakaan.
KESIMPULAN
Filsafat abad pertenghan yaitu filsafat yang berisi tentang pemikiran keagamaan yaitu
agama keristen. Pada abad ini dibagi menjadi 2 zaman yaitu patristric dan sekolastik, pengertian
patristic dari kata latinpatres yang berarti bapak-bapak gereja, adalah ahli agma Kristen pada
abad dimulainya agama Kristen. Pada zaman ini ada tokoh yang bernama Augustinus. Dan
Skolastik Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata sekolah, yang berarti sekolah.
Atau dari kata Schuler yang mempunyai arti kurang lebih sama yaitu ajaran atau sekolahan.
Dan ciri-ciri filsafat abad pertengahan antara lain adalah:
1. Bercirikan Agama Kristen.
2. Injil Menjadi Pedoman Dan Pandangan Hidup Manusia.
3. Kehidupan Diarahkan Pada Alam Baka Sebagai Tujuan Akhir.
4. Cita-Cita Kebudayaan Untuk Mencari Keselamatan.
5. Ilmu Pengetahuan Diarahkan Pada Pengetahuan Agama/Teologi
6. Pemikiran Filsafat Yang Berkembang Adalah Filsafat Scholastik, Yaitu Pemikiran Filsafat
Agama.
7. Berkembang Pemikiran Untuk Menuju Tujuan Akhir Yang Bahagia Di Alam Baka.
DAFTAR PUSTAKA
http://khotimhanifudinnajib.blogspot.com/2011/07/sejarah-filsafat-masa-pertengahan.html

Mustansyir, Rizal. (2009). Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Belajar Offset


Salam, Burhanuddin. (1995). Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara
Surajiyo. (2005). Ilmu filsafat suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara
https://eviayunita.wordpress.com/2016/12/25/masa-abad-pertengahan-masa-skolastik/

Anda mungkin juga menyukai