Anda di halaman 1dari 4

NAMA : NARTI OKSAFINA POEN

NIM: 22110020

KELAS/SEMESTER: A/2

TUGAS TENGAH SEMESTER: SEJARAH GEREJA

JUDUL BAB : MISI KRISTEN DI ABAD PERTENGAHAN 2

PEMBAHASAN

Abad Pertengahan merupakan abad kebangkitan religi di Eropa. Pada masa ini agama
berkembang dan memengaruhi hampir seluruh kegiatan manusia, termasuk pemerintahan.
Sebagai konsekuensinya, sains yang telah berkembang pada masa zaman klasik dipinggirkan
dan dianggap lebih sebagai ilmu sihir yang mengalihkan perhatian manusia dari ketuhanan.
Pada abad inilah dianggap sebagai abad kegelapan bagi ilmu pengetahuan, sehingga karya
sastra dan budaya yang dihasilkan diEropa Barat padamasa itu sangat sedikit. Ilmu pengetahuan
dan kesenian dimanfaatkan untuk kepentingan religi. Adanya larangan pengeksposan tubuh
manusia dan hewan membuat kesenian menemukan teknik abstraksi yang memungkinkan
sensasi tercipta tanpa adanya kehadiran bentuk realis.

Pada awal periode ini, Kekaisaran Romawi mengalami keruntuhan, tetapi gereja tetap
bertahan. Banyak suku Barbar yang menerima kekristenan dan menghormati Uskup Roma.
Posisi gereja ditingkatkan melalui keberhasilan-keberhasilan uskup Roma dalam melindungi
orang-orang pada tingkat tertentu dari perbuatan-perbuatan paling keji yang dilakukan oleh
orang-orang Barbar, disaat kaisar tidak bisa melindungi mereka.

Sepanjang abad ini gereja terbagi kedalam dua bagian yaitu Gereja Timur dan Gereja Barat.
Gereja Timur berbahasa Yunani mempertahankan tradisi gereja pada abad Perjanjian Baru, dan
Gereja Barat berbahasa Latin berpusat di Eropa Barat.

Pada abad ke-10, pada tahun 1040-an Gereja Barat mengalami kemerosotan total. Pemimpin
gereja. yakni takhta kepausan lumpuh akibat korupsi yang merajalela dalam tubuh gereja. Tidak
ada pengontrolan terhadap penyelewengan yang melanda seluruh gereja di Eropa. Dengan
melemahnya otoritas kepemimpinan gereja, sebagian besar kekuasaan dalam tubuh gereja
diambil alih oleh penguasa sekuler.

Orang-orang yang membangun gereja dan biara beserta para penerusnya selalu mendapat
hak khusus untuk mendapatkan hak khusus untuk mengangkat seorang imam sebagai
pengelolanya. Terdorong oleh ambisi untuk menguasai kekayaan dan tanah gereja yang begitu
luas, para raja dan kaisar pun mengambil otorits untuk menobatkan uskup dan abbas. Para
uskup dan abbas pun menjadi sangat kompromistis, korup dan dipaksa mematuhi para
penguasa sekuler yang telah menobatkan mereka dan mengabaikan hukum Allah. Satu –
satunya pihak yang menentang keras praktik korupsi tersebut adalah para rahib reformis yang
menjadi pengikut kepemimpinan Biara Cluny.

Pada tahun 1046, Kaisar Henry III memecat tiga orang paus yang saling bersaing di Roma dan
mengangkat seorang uskup suci dari Jerman sebagai penggantinya. Paus Leo IX (1049-1054)
berusaha menghentikan penyelewengan dalam tubuh gereja dan mengakhiri campur tangan
kaum sekuler. Para pengganti Leo IX melanjutkan usaha mereformasi gereja ini. Mereka ingin
mengakhiri jual beli jabatan gereja supaya para uskup dan abbas tidak lagi dipilih dan diangkat
oleh penguasa sekuler, melainkan dipilih oleh para pastor dan biarawan. Paus – Paus tersebut
juga berupaya mewujudkan kehidupan selibat yang sejati; dengan demikian, mengakhiri citra
buruk para imam yang menikah dan karena itu, kadang-kadang menjadikan harta milik gereja
sebagai kekayaan pribadi secara turun temurun.

Perjuangan Reformasi ini mencapai titik puncak saat Kardinal Hildebrand menjabat sebagai
paus, dengan nama Gregorius VII sejak tahun 1073. Dia menegakkan otoritas kepausan pada
tatanan baru dengan mendeklarasikan bahwa tak seorang pun yang memiliki hak hukum atas
otoritas kepausan. Kaisar Henry IV mengabaikan seruan tersebut. Paus Gregorius VII
mengekkomunikasikan Kaisar Henry IV.

Sejumlah kerabat kaisar mendukung seruan paus dan mengancam akan memberontak
terhadap kaisar Henry IV. Keadaan ini memaksa kaisar Henry melakukan perjalanan panjang
saat cuaca buruk bulan Januari 1077 untuk menemui paus Gregorius VII yang sedang
beristirahat di Conossa, Appennines. Selama empat hari berturut – turut, ia berlutut di salju
sebelum akhirnya mendapat pengampunan. Hal tersebut merupakan awal dari perselisihan
yang panjang antara otoritas kepausan di Roma dan Kaisar Henry IV. Sebagai kelanjutan dari
perseteruan tersebut, kaisar Henry IV berhasil mencaplok Roma dan menobatkan paus
pilihannya sendiri.

Masalah timbul pada saat wewenang paus tidak diakui dan penguasa-penguasa politik tidak
sudi melakukan kehendaknya. Dalam keadaan ini menjadi nampak paus tidak mempunyai kuasa
untuk memaksakan kehendaknya, sebab sebagai kepala Negara Gereja di Italia Tengah ia tidak
memiliki kekuatan politik yang cukup. Sebenarnya paus sendiri menyebabkan bahwa keadaan
ini timbul. Campur tangan Innocentius III dalam pemilihan kaisar Jerman di kemudian hari
menyebabkan keruntuhan keluarga kekaisaran. Dengan demikian paus kehilangan alat penting
untuk mengatur Jerman. Sekaligus kemunduran Jerman mengakibatkan bahwa Perancis dan
Inggris menjadi lebih kuat, sedangkan raja Inggris dan Perancis tidak dapat diatur seperti kaisar
Jerman dahulu.
Pada masa ini pula dibangun sistem Perang Salib untuk mempertahankan pemerintahan
Eropa dari desakan pengaruh pemerintahan Islam dari timur tengah.Seorang ksatria (crusade)
harus selalu bersedia membela keyakinannya setiap kali terjadi pertempuran dalam perang
suci. Karena itulah pemerintahan kemudian menjadi di bawah pengaruh keagamaan. Diakhir
abad ini terjadi pergolakan yang sangat besar dalam gerejadan diseluruh dunia barat.

“Periode Abad Pertengahan mulai dari tahun 590 – 1517 A.D., saat reformasi dimulai.
Periode dari tahun 500 – 1500 A.D. sering kali disebut masa kegelapan, kerena terjadi
penyimpangan di kalangan gereja. Penyimpangan itulah yang menjadi pemicu Reformasi
Protestan oleh Martin Luther.”

Dalam masa ini Paus menjadi lebih tertarik dengan kebudayaan duniawi daripada kebenaran
kekristenan.Gereja bersama organisasinya yang sangat besar dikuasai oleh pemerintah sipil.
Berulangkali gereja-gereja mencoba membebaskan dirinya dan menguasai negara. Para Paus
dan para kaisar masing-masing mengadakan persekongkolan untuk mendapatkan kekuasaan,
dan banyak suasana dramatis terjadi ketika satu pihak atau lain pihak tunduk dalam
kekalahan.Orang-orang mulai mempertanyakan ajaran dan praktik-praktik gereja. Beberapa
orang mulai menyebarkan gagasan non-kristen, dan orang - orang yang setia pada iman kristen
menuntut adanya reformasi. Hal ini memicu Gerakan Reformasi yang dipelopori oleh Martin
Luther Gerakan Reformasi ini berusaha membersihkan gereja dan merestorasikan doktrin yang
benar pada gereja.

Akhir abad pertengahan(1300-1492/1571) Ini merupakan masa peralihan dari abad


pertengahan ke zaman reformasi. Kepausan mengalami krisis, sedangkan penguasa-penguasa
duniawi makin lama makin lebih menentukan kehidupan diwilayah mereka termasuk
kehidupan rohani. Sesudah paus Bonifatius VIII terjadilah pembuangan kepausan ke Babylon.
Sebagai akibat pembuangan dan kemudian Skhisma kepausan kehidupan gereja merosot sebab
tidak ada pimpinan yang kuat. Kontrol atas rohaniawan menjadi berkurang sehingga tingkah
laku merosot. Ini terjadi karena unsur kuasa dan uang semakin dipentingkan. Yang dicari oleh
paus untuk memperoleh kembali kedudukan politiknya adalah kuasa, pengaruh dan uang untuk
membiayai kepausan dan segala usahanya.

Keadaan gereja menyedihkan banyak orang, sehingga mereka ingin memperbaiki gereja atau
mereformasinya. Yang diperjuangkan adalah para rohaniawan berhenti memikirkan status dan
uang saja dan kembali kepada kehidupan yang terarah kepada Allah. Hasil usaha-usaha untuk
mereformasi gereja antara lain: skhisma kepusan dipulihkan(1415). Raja-raja berperan
mengakhiri perpecahan gereja. Namun, peranan penguasa duniwi semakin menonjol bidang-
bidang tradisional dikuasai oleh gereja: kebudayaan, ilmu pengetahuan, pendidikan bahkan
theologi lebih bebas dibawah lindungan pemerintah. Akibatnya kelahiran kembali
kebudayaan(renaissance) khususnya kebudayaan Yunani dan Romawi berlangsung dari abad
14-16 mulai di Italia, Perancis, Spanyol, Inggirs dan Jerman.

Anda mungkin juga menyukai