Anda di halaman 1dari 4

Agama Katolik 

tumbuh ketika Yesus lahir di kota Betlehem yang terletak di Palestina pada awal abad
keempat  Masehi dimana gereja mendapat pengakuan resmi dari kaisar Romawi Konstantin Agung (380
M) dalam bentuk Katolik Ortodoks yang berkedudukan monopoli dan terus berkembang di luar kerajaan
Romawi.

Sejak abad pertama sampai abad keempat agama Kristen Katolik ini telah menyebar di sekitar laut
tengah. Dan dalam abad keempat sampai abad ketiga belas menyebar di Eropa, abad ketiga belas
sampai abad kedelapan belas memasuki benua Amerika, sebagian  Afrika dan Asia.

Dalam abad ke-19, agama Kristen Katolik sudah berkembang ke seluruh dunia. Penganutagama Kristen
Katolik itu pun membludak.

Masyarakat animism dan politeisme, dan lain-lain yang dianut oleh masyarakat setempat, ketika agama
Kristen Katolik disebarkan, meninggalkan animismenya dan memeluk agama Kristen Katolik. Pada abad
kedua puluh gerakan zending internasional telah menjelajahi seluruh dunia.

Agama Kristen adalah sebuah kepercayaan yang berdasar pada ajaran , hidup , sengsara, wafat dan
kebangkitan Yesus Kristus atau Isa Almasih.

Agama ini meyakini Yesus Kristus adalah Tuhan dan Mesias, sang juru selamat bagi seluruh umat
manusia, yang menebus dan membebaskan seluruh umat manusia dari belenggu dosa. Mereka
beribadah di gereja dan Kitab Suci mereka adalah Alkitab yang di dalamnya ada Injjil.

Murid-murid Yesus Kristus pertama kali dipanggil Kristen di Antiokia . Murid Yesus sebanyak 12 orang.

Setelah wafat dan bangkit sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan umat Kristiani, para rasulnya
meneruskan ajaran-ajaran Yesus, dan terbentuklah agama Kristen Katolik, yang diperkuat dengan
terbangunnya gereja di atas makam santo Petrus, yang merupakan salah satu murid kesayangan Yesus
Kristus, Isah Almasih.

Agama Kristen Katolik pun terus berkembang sampai hari ini, dengan pengikutnya miliaran yang
tersebar di seluruh dunia. Pusatnya adalah Vatikan, dengan kepala utamanya Paus.

Dan dalam agama Kristen Katolik tokoh utama dan sentral adalah Yesus Kristus, Isa Almasih yang
diyakini dan diimani oleh umat Kisten Katolik dan Kristen Protestan sebagai Sang Juru Selamat.

Reformasi Protestan

Reformasi Protestan adalah pergolakan agama, politik, intelektual, dan budaya pada
abad ke-16 atas Gereja Katolik yang pada akhirnya melahirkan Protestantisme.
Gerakan ini dipelopori oleh Martin Luther, yang kemudian diikuti oleh John Calvin,
Ulrich Zwingli, dan Henry VIII. Para reformis mengkritik otoritas kepausan dan
mempertanyakan berbagai penyalahgunaan dan ketidaksesuaian Gereja Katolik
sebagai pusat politik dan budaya Kekristenan di Eropa. Reformasi Protestan
berujung pada perpecahan Gereja Barat menjadi Potestantisme dan Gereja
Katolik Roma. Gerakan ini memicu perang, penganiayaan, dan Gereja Katolik pun
menanggapinya dengan gerakan Kontra-Reformasi yang diprakarsai oleh Konsili
Trente. Oleh para sejarawan Eropa, Reformasi Protestan dianggap sebagai salah
satu peristiwa yang manandai berakhirnya Abad Pertengahan dan awal dari
periode modern. Latar belakang Reformasi Protestan Sejak abad ke-5 Masehi,
Gereja Katolik Roma menjadi pusat kegiatan politik dan budaya Kekristenan di
Eropa. Memasuki periode Renaisans, para pemikir Barat mulai mempertanyakan
bahkan menentang otoritas tinggi Gereja Katolik. Mereka mengkritik doktrin-
doktrin yang dianggap palsu dan mengutuk korupsi Gereja Katolik Roma. Praktik
korupsi yang dimaksud adalah jual-beli jabatan rohaniwan serta penjualan
indulgensi atau pembayaran untuk pengampunan dosa. Menurut para reformis,
hal tersebut adalah bukti kerusakan sistemik yang harus direformasi. Baca juga:
Zaman Renaisans, Kelahiran Kembali Peradaban dan Kebudayaan Eropa Reformasi
Gereja Martin Luther Sebelum Martin Luther, sebenarnya terdapat banyak tokoh
yang telah mencoba mereformasi Gereja Katolik, seperti John Wycliffe, Peter
Waldo, dan Jan Hus. Akan tetapi, para sejarawan menganggap bahwa titik awal
dimulainya reformasi adalah ketika Martin Luther memaku selembar kertas yang
berisi 95 kritik terhadap otoritas Gereja Katolik. Aksi ini dilakukan di depan sebuah
gereja di Wittenberg, Jerman, pada 31 Oktober 1517. Saat itu, Martin Luther
dikenal sebagai seorang biarawan dan dosen di sebuah universitas di Wittenberg.
Pada 1521, Luther dipanggil ke hadapan Dewan Worms dan secara resmi
dikucilkan oleh Gereja Katolik. Tidak hanya itu, Dewan Worms mengutuk aksi
Luther dan melarang warga Kekaisaran Romawi Suci untuk membela ataupun
menyebarkan gagasan-gagasannya. Atas perlindungan Frederick III, Luther
kemudian menerjemahkan Alkitab dari bahasa latin ke bahasa Jerman. Alhasil,
legitimasi para imam Katolik pun terancam karena orang-orang tidak perlu
bergantung padanya untuk menafsirkan Alkitab. Serangkaian perang antara
Gereja Katolik Roma dan reformis Protestan pun pecah antara 1524-1648. Pada
akhir reformasi, Lutheranisme telah menjadi agama di sebagian besar wilayah
Jerman, Skandinavia, dan Baltik.

Reformasi Protestan di Eropa Jerman adalah rumah bagi sebagian besar tokoh
reformis Protestan. Bahkan di setiap negara bagian yang memeluk Protestan
memiliki tokoh reformis sendiri. Bermula pada 1517 di Jerman, gelombang
Reformasi Protestan kemudian meluas ke seluruh benua Eropa hingga mencapai
puncaknya pada 1545 dan 1620. Di Swiss, reformasi dimulai pada 1519 setelah
khotbah Ulrich Zwingli, yang sebagian besar ajarannya menyerupai ajaran Luther.
Pada 1541, seorang Protestan Prancis bernama John Calvin, yang telah
menghabiskan sepuluh tahun sebelumnya di pengasingan dengan menulis
doktrin, dipanggil ke Jenewa untuk menyebarkan ajarannya. Ajaran Calvin pun
cepat menyebar ke Skotlandia, Prancis, dan Transylvania, di mana Calvinisme
menjadi kekuatan agama dan ekonomi selama 400 tahun berikutnya. Sementara
di Inggris, reformasi dimulai pada 1534, ketika Henry VIII menyatakan dirinya yang
akan memegang otoritas akan hal-hal yang berkaitan dengan gereja. Henry VIII
kemudian membubarkan biara-biara Inggris dan membagikan Alkitab kepada
rakyatnya. Setelah kematian Henry VIII, Inggris sempat condong ke
Protestantisme yang diresapi Calvinisme juga Katolik. Pada 1559, Elizabeth I naik
takhta dan selama 44 tahun pemerintahannya, gereja Inggris memilih jalan
tengah antara Calvinisme dan Katolik.

Perang Tiga Puluh Tahun Konflik keagamaan antara kaum Protestan dan Katolik
memuncak pada 1618-1648 atau kemudian dikenal sebagai Perang Tiga Puluh
Tahun. Perang ini kemudian diakhiri dengan perjanjian damai Westfalen, yang
berisi dua prinsip utama, yaitu: Semua pihak memiliki hak untuk menentukan
agama negaranya sendiri. Tiga aliran Kristen yang diakui adalah Katolik Roma,
Lutheran, dan Calvinis. Jaminan hak bagi orang-orang Kristen dalam menjalankan
agamanya Perjanjian ini secara resmi mengakhiri kekuasaan politik kepausan di
Eropa. Meskipun Perang Tiga Puluh Tahun diakhiri dengan Perdamaian Westfalen,
Perang Kontra-Reformasi Prancis dan pengusiran orang-orang Protestan di Austria
masih berlanjut. Dampak Reformasi Protestan Terbelahnya agama Kristen
menjadi beberapa aliran Timbulnya pembaharuan tatanan sosial, ekonomi,
politik, dan budaya pada awal abad ke-16 Runtuhnya pengaruh kekuasaan Paus di
negara-negara Eropa Munculnya gerakan misionaris untuk menyebarkan agama
Kristen ke seluruh penjuru dunia Referensi: West, Willis Mason. (2018). A History
of Europe (Sejarah Eropa). (Terje

Anda mungkin juga menyukai