Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH IDEALISME

ROMANTISME DAN HISTORISME

PADA PEMIKIRAN TEOLOGIA ABAD 19

A. Perkembangan Politik dan Sosial.

Abad ke 19 di maknai dengan zaman sejak jatuhnya Napoleon ( dalam pertempuran di


waterloo pad a1815) sampai pecahny aperang dunia pertama pada 1914. Pada masa ini
terdapat banyak perubahan dan perkembangan. Diantaranya perkembangan dalam bidang
politik dan sosial.

Menurut Berkhof, kejatuhan Napoleon disusul oleh reaksi yang hebat, raja raja yang
sebelumnya diusir dari tahtanya pada zaman Revolusi dan perang Napoleon sekarang
kembali. Dengan kerasnya mereka menindas segala revolusioner dan cita cita kedaulatan
rakyat, zaman ini disebut zaman restaurasi, karena hendak merestaurasi (membangun
kembali) keadaan yang lampau. Tetapi rakyat di Eropa telah sadar dan bangkit menuntut
haknya. Akhirnya timbul Revolusi di beberapa negeri pada 1848. Sejak itu Eropa mulai
diperintah menurut asas asas demokrasi.

Pasca perang Prancis-Jerman pada 1870-1871, timbullah masalah baru. Hasil besar
dari teknik dan kemajuan kapitalisme di lapangan perekonomian menimbulkan
berkembangnya industri dimana mana dan semakin bertambah kaum proletariat di kota kota.
Segala untung besar masuk ke kantong para pengusaha, tetapi kaum buruh hidup dalam
kemiskinan dan kemelaratan. Kaumindustri dimana mana dan semakin bertambah kaum
proletariat di kota kota. Segala untung besar masuk ke kantong para pengusaha, tetapi kaum
buruh hidup dalam kemiskinan dan kemelaratan. Kaum buruh mengatur kepentingannya
sendiri mereka berjuang untuk perbaikan sosial dan menentang kapitalisme. Gerakan ini
disebut sosialisme, yang bertambah kuat pada 1848. Kemudian pada tahun 1900 muncul
imperialisme.

B. Perkembangan Rohani

Seiring dengan perkembangan politik di atas, yang menunjukan tiga zaman pada abad
ini, yakni zaman reaksioner, konstitusionil, dan sosialisasi-imperialistis. Maka pada zaman ini
ilmu teologia berada di bawah pengaruh idealisme, liberialisme, dan naturalisme.

Pada zaman idealisme, zaman ini dipimpin oleh ahli filsafat Berlin Hegel yang
menyempurnakan idealisme Jerman. Agama Kristen dalam pemahamannya bersifat
panteistis, yang dalam pandangannya merupakan bentuk terindan dan tertinggi dari segala
agama. Berbeda dengan pendirian dan anggapan para pengikutnya, seperti David Friedrich
Strauss yang menyerang kebenaran Injil.

Liberalisme menurut Berkhof semakin menguasai golongan Cendikiawan di Eropa.


Roh Liberalisme langsung terkait dengan pencerahan dan toleransi. Disamping itu terlalu
mengagungkan perkembangan dirinya sendiri dan juga berlebihan dalam celaannya terhadap
agama Kristen Ortodoks yang menurut mereka terlalu kolot. Pada sekitar tahun 1860 bukan
Roh melainkan tabiat alam (nature) yang dipakai sebagai dasar dalam menjelaskan dunia.
Karena jika roh yang digunakan menjadi pangkal pikiran manusia terhadap rahasia dunia ini,
sudah tentu tak mungkin menerangkan segala permasalahan benda (materi). Sekarang zamna
naturalisme, orang menjelaskan bahwa tak berbeda dari benda dan apa yang kita sebut
sebagai roh Cuma permasalahan lalu. Oleh karena itu aliran ini dinamakan Materialisme.

Karl Mark menghubungkan gerakan sosial dan kaum buruh dengan materialisme
baru, dengan menguraikan bahwa dalam tiap tiap waktu segala hidup rohani adalah hasil dari
keadaan perekonomian waktu itu. Dengan resmi kaum sosialis menerangkan bahwa agama
adalah partikula, tetapi Karl Mark mengajarkan bahwa agama bagaikan candu bagi rakyat.
Karena menurutnya gereja Kristen mencegah rakyat untuk ikut dalam “perjuangan golongan”
dengan menjanjikan selamat dan bahagia kepad amereka dalam surga nanti. Dalam abad 20
ajaran materialistis dan ateisitis dari mark itu dilksanakan dalam Republik Sovyet di Rusia
semenjak 1917.

Zaman sebelum perang dunia pertama memperlihatkan beragam aliran, yaitu


optimisme di samping pesimisme, naturalisme, yang membangun reaksi idealisme.
Perjuangan golongna internasional tetapi juga perkembangan bangsa dan negara negara di
Eropa. Di zaman modern sekarang manusia lupa akan paham dunia dari al-Kitab, yaitu Alah
menjadikan dunia ini dalam hikmat-Nya dan kini manusia berada di antara kejatuhan dunia
dalam dosa dan penyudahan dunia ini oleh Tuhan pada akhir zaman. Segala pandangan kafir
midern itu mencapai puncaknya dalam filsafat Friedrich Nietzshe orang Jerman yang
merupakan guru besar di Basel. Berpendapat bahwa dunia pada zamannya itu tidak lagi
mempunyai tujuan yang penting, meskipun manusia telah melepaskan iman Kristen, tetapi
mereka belum berani membuang kesusilaan Kriten. Dengan sikap hidup ini, demokrasi dan
liberalisme telah menyebabkan manusia menjadi lemah. Nietzshe menolak kesusilaan Injil,
karena agama Kristen memuji dan memuliakan kasih dan pelayanan. Itulah sikap budak, kata
yang harus di berantas dan diganti dengan sikap tuan dan hendak berkuasa. Manusia harus
kasar sifat pahlawan dan penguasa ia harus menjadi manusia atsan, yang melaksanakan
nafsunya untuk memerintah dengan bertindak keras dan menindas segala yang sakit dan
lemah.

C. Gereja Pada Zaman Restorasi

Pada zaman reaksi sesudah tahun 1815 gereja di hormati lagi, bersama dengan segala
kuasa lain yang telah dihalau oleh revolusi Prancis. Sekarang gereja dijunjung karena
memelihara tradisi dan kuasa seperti sebelumnya. Hal ini tampak di Jerman yang menjadi
pusat Protestanisme. Pada 1817 tahun perayaan peringatan 300 tahun lahirnya pembaruan
gereja dan memjadi tahun lahirnya gerakan pembaruan.

1. Raja Prusia mengumumkan bahwa pertikaian antara golongan Luterhan dan Calvinis
perlu di hentikan, dan pada tahun 1817 mengadakan persatuan dua golongan itu
dalam satu gereja yang di sebut Union. Dari persatuan ini maka lahirlah tiga aliran
yaitu Lutheran, Calvinis, dan Union.
2. Pada 1817 lahir gerakan pembaruan Rohani yang bersifat Poetis.
3. Munculnya gerakan Neo-Luthernisme yang menjauhkan diri dari gerakan Pietis dan
semangat menentang Union.
4. Munculnya dua gerakan pembaruan di Inggris, yaitu Metodisme dan Anglikan.
5. Sesudah tahun 1830 tampilah gerakan Oxford diantara golongan Gereja Tinggi yang
mengutamakan gereja bersama kuasa dan tradisi, sesuai dengan haluan restaurasi,
bahkan golongan ini berniat menarik gereja Anglikan ke arah Khatolik.
6. Munculny agerakan pembangunan yang menimbulkan berdirinya gerej abebsa di
Jenewa dan Kanton Waadt yang dipimpin oleh Alexander Vinet di Swis di bagian
daerah yng berbahasa Prancis.
7. Gereja negara yang kurang terpengaruh oleh semangat zaman baru akhirnya mendapat
gerakan [embaruan, terletak di daerah Skandivania.

D. Gereja Pada Zaman Liberalisme

Liberalisme kurang berpengaruh pada lingkungan gereja di Jerman, jika dibandingkan


dengan negara lain, pada tahun 1848 Teologi midern terbatas pada sekolah sekolah tinggi,
dan perubahan di bidang pemerintahan negeri yang berubah menjadi konstitusional, salah
satunya Jerman yang dipimpin oleh raja raja diganti dengan susunan gereja yang presbiteral-
synodal. Dengan itu akhirnya Gereja Lutherhan di Jerman berdiri sendiri, meskipun
kepurusan akhir tentang hal penting masih berada di dalam kekuasaan pemerintah negeri.

Gerakan liberal dalam gerej adi Inggris lebih kuat dan lebih tua, karena sudah ada
sejak tahun 1830, dengan menamakan dirinya gerakan Broad Church (gereja luas).
Pertentangan antara golongan Ortodoks dan liberal mengakibatkan perpisahan yang
mengakibatkan munculnya golongan Ortodoks yang bebsa di lingkungan Gereja Injil di
Prancis. Negeri yang paling di pengaruhi oleh liberalisme di gereja dan teologia, adalah
Swiss dan Belanda yang dari dulu menjadi benteng toleransi.

E. Gereja Pada Zaman Naturalisme

Zaman ini merupakan zaman perpisahan gereja dari negara. Dalam lingkungan gereja
baik sayap kanan (Ortodoks) maupun sayap kiri (Liberal) bergumul untuk mendapatkan
kekuasaan. Sayap kanan berjuang untuk memperthankan kuasanya dan kurang mengerti
bahwa pokok perkara dalam gereja bukanlah kekuasaan manusia, melainkan hak dan kuasa
Kristus. Sementara itu kaum cendikiawan dan kaum buruh semakin jauh dari gereja.

Semangat Pietisme mulai hidup kembali dalam gereja di Jerman dalam Gerakan
Persekutuan sebagai reaksi skularisme di sayap kiri dan terhadap semangat Taurat sayap
kanan. Muncul nya cita cita Goespel Injildi Amerika akibat dari hilngnya minat kekristenan.

F. Gereja Roma Katolik Abad 19

Abad ini menjadi zaman perjuangan lahir dan batin bagi gereja Roma Katolik dan
hampir semua gereja mendapat kemenangan, setelah sebelumya gereja ini di duniawikan,
tetapi dalam beberapa tahun kemudian gereja ini mengalami perubaha. Terdapat dua hal yang
di perjuangkan Gereja Rum yaitu perjuangan politik dan perjuangan batin.
PEMIKIRAN TEOLOGI ABAD 19

A. Teologi Akal Budi

Pada akhir abad ke 18 muncullah Imanuel Kant yang merupakan filsuf besar dalam
filsafat modern. Imanuel kant lahir di Konigberg (Prusia Timur). Kehidupannya sebagai filsuf
di bagi menjadi dua periode yaitu zaman pra kritis dan zaman kritis. Pada zaman kritis ia
menganut pendirian rasionalitas yang di rancangkan oleh wolf, tetapi karen apengaruh dari
Humme ia berangsur meninggalkan rasionalisme, dan Immanuel Kant mengatakan bahwa
hume lah yang membangunkan dirinya dari tidur dogmatisnya. Pada zaman kedua ia
menamakan filsafatnya sebagai sebagai kritisisme dan mempertentangkannya dengan
dogmatis. Menurutnya kritisisme adalah filsafat yang lebih terpengaruh dengan rasio.

Imanuel Kant mengatkan pada manusia terdapat perintah yang di sebut perintah
kategori, yaitu perintah yang mengharuskan orang berbuat untuk mentaati perintah itu. Tetapi
dalam prakteknya orang tidak dapat mematuhi perintah itu. Pemenuhan perintah itu yang
dilakukan secara sempurna jika di bantu dengan pertolongan Allah Swt. Pertolongan iu
memang ada sebab Allah menghendaki supaya orang memperoleh kebahagiaan. Adanya
harapan akan kebahagiaan inilah awal agama. Berdasarkan keyakinan ini, kant menolak
untuk mengangap, bahwa beragama (juga agama Kristen) berarti menyetujui dogma dogma
gereja sebagai kebenaran yang mutlak. Agama bukan soal akal, tetapi soal perbuatan
sebenarnya apa yang diajarkan dalam al-Kitab sebagai hal yang diwahyukan, dapat juga
diketahui melalui rasio murni.

Ahli filsafat dari Berlin, Friedrich Hegel (1770-1831) yang menyempurnakan


idealisme Jerman. Pemikiran Hegel berpangkal pada pendirian bahwa, yang ideal, yang
rohani ialah sumber realitas, oleh karena itu yang ideal tadi juga menjadi akhir segala sesuatu.
Yang ideal itu bergerak, berkembang. Gerak dan perkembangan tadi membangkitkan lainnya,
yang menjadikan keduanya diatasi di dalam kesatuan yang lebih tinggi. Cara berpikir
demikian disebut dialektika, yang dirumuskan dalam istilah tesis, antitesis, dan sintesis.

Selain Hegel wakil utama dari golongan teologia yang memakai akal budi sebagai
dasar dari kaidah dogmatik, ialah guru besar J.H. Scholten Leiden (1811-1885). Dengan
teologinya ia menyambung pada Kekristenan Liberal dari abad ke XVI, yang rasionalistis dan
moralistis serta menjadi bapa dan pemimpini teologia liberal (pada abad 19 disebut modern)
di Belanda. Dalam kitabnya Ajaran Gereja Hervormd- Belanda, ia mencoba memasukan
pandangannya kedalam teologi para pembawa gereja. Akal budi adalah anti pati yang illahi
dari manusia. Selama manusia berpaut dengan nafsunya akal budi di gelapakan, itulah tingkat
hidup yang paling rendah yang disebut dosa manusia. Akal budi dibngun dan di haluskan
oleh Yesus, sehingga akal dianggap pernyataan tertinggi dari hikmat illahi. Jelasnya teologia
pada masa ini berusaha menegaskan bahwa agama Kristen adalah agama yang paling sesuai
dengan akal.

Pengaruh Hegel terasa di bidang ilmu Perjanjian Baru, yaitu dalam mazhab Tubingen
dengan Christian Baru (1792-1960) sebagai pendirinya. Perkembangan sejarah pembentukan
dogma dan gereja serta terjadinya kann perjanijian baru dilihat didalam terang tesis, antitesis
dan sintesis. Gagasan kedua belas rasul dipandang sebagai mewakili aliran Yudaisme, sebab
para rasul dipandang kurang mengerti ajaran Yesus. Kebalikan dari Mazhab diatas adalah
mazhab Erlangga, yaitu kelompok yang Ortodoks baik didalam Dogmatik maupun di dalam
Perjanjian Bearu. Tokoh yang terkenal di dalam perjanijin baru ialah Teodor Zahn (1838-
1933). Sedang tokoh yang terkenal di bidang dogmatik ialah J.Chr.K.Von Hifman. Ia
menggali bahan bahan dogmatik dari pengalaman kelahirannya sendiri sebagai yang
menjadikannya Kristen. Berdasarkan pengalamannya dogmatiknya mewujudkan suatu sistem
ucapan ucapan tentang apa yang ada pada manusia dalam persekutuannya dengan Allah dan
apa yang mendsarinya dan apa yang akan diilhami di masa yang akan datang. Hal yang
mendasari pengalaman pengalaman itu di temukannya ajaran tentang Trinitas, presdestinasi,
penciptaan, kejahatan manusia ke dalam dosa, karya kritis, kitab suci gereja, serta yang akan
dialami adalah eskatologi,

Salah satu tokoh yang terkenal pada akhir abad 19 ialah Theodorus Harnack (1851-
1930), seorang ahli sejarah gereja. Menurut Harnack dogma dalam konsepnya dan
perkembangannya muwujudkan suatu karya roh Yunani diatas dasar Injil. Maka yang dapat
mematahkan semua tradisi tradisi yang hingga kini membebani hati orang Kristen, bukan
tafsir dan bukan pula dogmatik, tetapi hanya hasil hasi; penelitian historis semata.

Menurut Hadiwijono ada tiga tema yang senantiasa diulang dalam pembelaannya atas
suatu pemikiran historis yang tak dogmatis dalam bidang agama dan teologi yaitu :

a. Kewibawaan kanonik Perjanian Lama, menurutnya hanya Perjanjian Baru yang


menjadi dasar agama Kristen, oleh karenanya hanya Perjanjian Baru yang dipandang
sebagai kitab suci, sedangkan Perjanjian Lama hanya di pandang dan dibaca dari segi
sejarahnya.
b. Ajaran tentang Kristus, Karnack berharap agar kristen modern melepaskan diri dari
dogma tentang diri Yesus. Orang Kristen harus puas dengan PB yang mengganbarkan
kristus sebagai manusia.
c. Kesatuan Agama Kristen, Harnack yakin agama Kristen merupakan kekuatan terbesar
yang dapat mendamaikan manusia.

Ada satu Mazhab yang menengahi kedua mazhab diatas yaituVermitthangs Teologi
(Teologi Penengah) yang mengungkapkan gagasan modern dengan istilah istilah bahasa
ortodoks. Pemikirannya dimulai dari pendirian Scheleiermarcher yang subyektif dan
mencari hubungan antar agama Kristen dan filsafat Idealisme Hegel dan Scheling dan
dengan maksud membela kebenaran kristus di depan filsafat dengan cara spekulatif dan
mengungkapkan gagasan Kristiani sebagai gagasan yang paling masuk akal dan susila.
Diantara tokohnya yaitu JP Lange (1802-1884).

B. Teologi Perasaan

Pengaruh Romantik terhadap teologia lebih menekankan rasa. Teologia ini dipelopori
oleh F.Scheleirmacher (1763-1834), Scheleirmacher di sebut sebagai bapak teologi modern,
karena dialah yang mula mula secara sistematis memikirkan pertanyaan pertanyaan teologia
yang sebelumnya selalu dihindari oleh gereja. Pertanyaan pertanyaan sekitar keabsahan dari
catatan sejarah dalam al-Kitab, tentang penjelasan atas realita dan gejala gejala alam, tentang
natur dari otoritas dalam kehidupan agama, tentang keabsahan dari klaim setiap agama atas
kemurnian wahyu Allah yang merea miliki di tengah pluralitas agama di dunia.

Menurut Steenbrink (1987 : 21-25) beberapa tema pokok pemikiran teologi


Scheleiermacher antara lain yaitu :

a. Emosi atau perasaan manusia sebagai dasar teologi. Dalam buku pertamanya Uraian
uraian Tentang Agama (1799) ia menempatkan agama dalam bati (perasaan seseorang
sambil menerangkannya selaku cendrung dan nafsu kepada yang baka). Kalimat ini
bercorak pantei sdan tentuny atidak cocok dengan Injil.
b. Yesus sebagai guru, Scheleiermacher menjelasakan dalam agama di temukan guru
dan murid. Tetapi para murid tidak terikat dengan gurunya dengan ikatan buta. Bukan
guru yang mengambil murid, tetapi seorang guru baru bisa menjadi guru bila dipilih
oleh murid.
c. Ajaran Trinitas, menurutnya Trinitas bukan merupakan ajaran paling dasar untuk
orang Kristen. Ajaran ini merupakan kombinasi dan konklusi dari beberpa keyakinan
yang merupakan keyakinan pokok.

C. Teologi Kesusilaan

Pemimpin golongan teologia kesusuilaan adalah Albert Ritschl (1822-1889), seorang


guru besar Jerman, dan merupakan sarjana teologia yang berpengaruh pada abad 19. Ritschl
mendasarkan isi pernyataan Kristen kepada kebutuhan susila manusia. Ia mengajarkan
masalah yang terpenting bagi manusia adalah mempertahankan ajarannya. Pernyataan Allah
dalam kristus adalah satu satunya kuasa yang dapat menjamin dan meluputkan umat kristiani.
Oleh sebab dasar kesusilan yang dipakainya, maka Ritschel dapat menggunakan paham
paham iman, pernyataan, al-Kitab dan Kristus lebih gampang dari Scheleiermacher.

D. Teologi Kelahiran Kembali

Dalam buku Tentang Rahmat Umum Calvinisme, suatu rentetan uraian yang di
ucapkan Kyuper di Amerika dan dalam buku teologinya yang terpenting Encylopedia
Theologia Suci. Dasar dasar Kyuper dalam kitab kitab itu ialah kenyataan yang berdasarkan
pengalaman bahwa ada dua macam manusia yang telah diperankan kembali dan yang belum
diperankan kembali. Kelahiran kembali itu adalah suatu prose yang tidak disadari. Dengan
pandangan ini Kyuper mengambil dasarnya pada asas teologi yang subyektif dan dari sana ia
melangkah kepada asas teologia yang obyektif yaitu pernyataan tuhan dalam firmnanya.

E. Teologi Historis Kritis

Historisme ialah pandangan hidup yang memutlakan segi historis dari kenyataan.
Sehingga segala kejadian dikembalikan kepada hasil hasil perkembangan sejarah semata.
Sementara aliran historisme di dalam teologia ialah agama dipandang sebagai gejala sejarah,
sehingga teologia berusaha untuk mempelajari sejarah Israel. Di Jerman Julias Wellhausen
(1844-1918) terkenal dalam pandangannya mengenai sejarah. Ia memperkembangkan suatu
sejarah dibawah filsafat Hegel.
PEMIKIRAN TEOLOGI

KONTEMPORER

ABAD 20 DI EROPA

A. Teologi Dialektika Karl Bath

Karl Bath lahir pada tahun 1886 dalam lingkungan keluarga yang cukup mendalami
studi teologi. Ayahnya sebagai profesor teologi di Basel. Karl Bath banyak belajar pada
teolog liberal, seperti Adolf Von Harnack, Wilhem Herman, yang tekanan beratnya diletakan
diatas kritis historis, sifat ilmiah, hubungan antara teologis dengan kebudayaan. Bertolak
pada kebutuhan memberitakan firman Tuhan serta mengingat situasi masa itu, Karl
memusatkan perhatiannya pada buku dan alasan pemberitaan itu.

Menurut Harvie M.Conn (2000: 24-30) garis besar analisanya dalam prespektif
teologis antara lain :

a. Pemberontakan neo-ortodoks terhadap liberalisme. Pemberontakan neo-ortodoks


terhadap liberalisme merupakan salah satu ciri khas ajarannya. Pada 1919 Barth
mencoba menolak sebagian besar liberlisme klasik, karena Liberalisme membangun
teologia di atas dasar etika, sementara Barth membangunnya diatas dasar teologia.
b. Teologi firman Allah. Menurutnya semua orang bisa membaca al-Kitabtanpa
mendengar firman Allah. Al-Kitab adalah suatu tanda atau simbol, tetaoi melalui
simbol itu firman datang kepada umat Kristen.
c. Metode dialektika, istilah dialektika seringkali dihubungkan dengan Barth, ia
mengatakan selama ada di dunia ini, kita tidak dapat melakukan hal lain dalam
teologia selain menggunakan metode pernyataan dan lawan pernyataan. Menurut
Barth, pernyataan yang datang dari atas kepada manusia didalam kontradiksi dosa dan
di dalam keterbatasan hanya dapat mengena pada pikiran manusia sebagai paradoks.
d. Memulihkan konsep transdensi Allah yang mutlak. Metode ini terkait dengan
pemikiran bahwa Allah itu senantiasa subyek, tidak pernah obyek. Allah bukan suatu
benda bagian dari dunia, ia mutlak dan berbeda ( Wholly Other).
e. Tafsiran yang tidak peduli terhdap sejarah dalam dunia teologia. Teologi Barth sangat
dipengaruhi oleh pengalamnnya, ia menulis serangannya atas doktrin baptisan anak
anak, bahkan pembabtisan secara umum, karena melihat kemunafikan dan melihat
kekosongan dari praktek praktek itu di gereja pada zamannya.
f. Ajaran tentang Predestinasi, Barth menolak ajaran yang memandang predestinasi
yang terdiri dari penolakan dan pemilihan dan tersusun secara sistematis sebagai dua
keputusan yang sejajar di putuskan oleh Allah. Predestinasi hanya memberitakan
terang, sebab merupakan inti injil, rangkum berita gembira. Tidak terdapat penolakan
sebab hanya memberitakan pemilihan. Pemilihan Allah berdasarkan kasih-Nya, dia
telah memilih kasih karunianya kepada Kristus.
B. Kritik Bentuk dan Demitologisasi Bultmann

Rudolf Bultmann lahir tahun 1884 di desa wiefelstade, Jerman ayahnya merupakn
seorang pendeta dan neneknya adalah pendeta Lutheran. Metode yang dipakai Bultmann
ialah filsafat Heidegger tentang penganalisaan eksistensi. Bahan bahan atau material yang
menyusun teologinya ialah kritik historis dari teologi liberal, pengarahan kepada firman dan
iman dalam teologi dialektis degan ajaran reformatis tentang pembenaran dan filsafat
eksistensi Heidegger.

Dalam bukunya yang mengubah studi Perjanjian Baru ialah History of the Synoptic
Tradition (1921). Salah satu sumbangan Bultmann menurut Conn(200: 42-45), bahwa ia telah
mengkritik Perjanjian Baru.

1. Kritk bentuk metode Bultmann


a. Pranggapan kritik bentuk, ialah bahwa Al-Kitab tidak dapat diterima sebagai
catatan dari kehidupan dan pengajaran kristus dan para rasul yang banyak
dipercaya. Bagi Bultmann al-Kitab bukanlah firman Allah yang telah
diwahyukan dalam pengertian obyektif .
b. Anggapan dasar kritik bentuk, ialah bahwa kitab kitab injil terutama
merupakan hasil peredaksian oleh gereja mula mula. Penulis kitab ini berusaha
untuk menyatukan berbagai tradisi lisan yang berdiri sendiri dan saling
kontradiksi, yang beredar dalam gereja sebelum waktu penulisan Perjanjian
Baru.
c. Tujuan langkah dari hasil metode kritik, bertujuan untuk menganalisis sejarah
dari tradisi lisan yang mendasari kitab kitab injil. Kitab injil hanya bagaikan
bahan mentah penyelidikan umat kristen untuk menemukan injil sebelum kitab
kitab injil.
2. Demitologisasi Bultmann
Salah satu kata kunci untuk mengerti teologi abad 20 ialah demitologisasi
yang dipopulerkan oleh Bultmann. Ide ini semakin meluas sejarah John Robinson dari
Inggris mempopulerkannya dalam bukunya Honest to God. Pusat dari konsep ini
adalah Injil kristen, dan panangan orang pada adab pertama yang berceritakan mitos.
Oelh karena itu Bultmannmenganjurkan bahwa pengalaman historis tentang manusia
Yesus tidak relevan lagi untuk iman Kristen.
Berdasarkan uraian di atas tentang teologia Bultmann ini, maka wajar jika
kemudian menimbulkan reaksi yang juga cukup tajam, diantaranya :
a. Demitologisasi seperti halnya neo-ortodoksi berhubungan besar dengan aliran
filsafat eksistensialisme, yang sama sekali bertentangan dengan perjanjian
baru.
b. Demitologisasi menghancurkan dasar kekristenan dalam sejarah agama.
c. Bultmann mengurangi pengaruh Yesus, sampai menjadi tidak berpengaruh
sama sekali.
d. Demitologisasi seperti halnya liberalisme membawa kepad asikap skeptis
yang radikal mengenai hal hal yang supranatural dalam Perjanjian Baru.
e. Perkiraan Bultamann bahwa relevansi Injil akan menjadi nyata bagi manusia
modern berarti mengabaikan kebobrokan hati manusia.

C. Teologi Paul Tilich

Dalam abad 20 ada tiga teolog besar, yaitu Barth dan Bultman, serta yang ketiga
adalah Paul Tilich(1886-1965), yang dikenal sebagai teolog para teolog. Ketiga teolog ini
dipengaruhi oleh filsafat eksistensialis dan menerima sepenuhnya kritk para sarjana liberal
terhadap al-kitab. Sebagian alasan kepopuleran Tilichdalam dunia kademis ialah perhatiannya
yang besar dalam menghubungkan berita al-Kitab dengan situtasi zamannya, yang disebut
prinsip kolerasi antara pemikiran dan masalah masalah manusia dengan jawaban jawaban
yang diberikan oleh iman agamawi. Meurut Tillich dalam conn (2000:106-108) yaitu:

a. Mendefinisikan ulang makna agama


b. Keperhatinan yang mendasar ialah hal yang menentukan apakah kita ada atau tidak
ada.
c. Baginya Allah bukanlah suatu benda dan bukanlah suatu oknum.
d. Dosa didefinisikan terkait dengan ada dan pemisahan dari keadaan ada itu.
e. Menurutnya, Kristus merupakan simbol di mana pemisahan dapat diatasi.

D. Teologi Sekularisasi

Salah satu kecendrungan besar dalam pemikiran di dunia Barat di abad 20 adalah
sekularisasi masyarakat . kecendrungan ini juga mempengaruhi teologia. Salah satu
pernyataan yang paling berani tentang manusia sekularisasi muncul dalam teologia
sekularisasi . dalam banyak ke ekstrimannya, gerakan ini menentang definisi tetapi menuntut
perhatian Gerakan Allah Mati,. Tetapi sebagai cabang teologia sekularis, terus berlangsung
mempengaruhi gereja jauh di luar ajaran ajarannya yang hanya diterima orang orang tertentu
saja.

Istilah sekularisasi menuntut Theo Huijbers (1992:245) berasal dari kata latin
saeculum, berari dunia, yaitu suatu perkembangan yang menunju kearah dunia. Selanjutnya
menurut Huijbers, proses skularisasi tidak berhenti di muka pintu agama. Lama kelamaan
semangat hidup juga menjadi skuler juga. Maka proses sekularisasi ini melalui dua tahap
yaitu sekularisasi dalam banyak bidang hidup kecuali bidang religius, dan sekularisasi dalam
bidang religius.

Kemudian menurut conn (2000:65), beberapa tema umum teologia ini yaitu :

a. Para teolog sekuler setuju bahwa problem problem dunia ini harus menjadi perhatian
utama dari orang Kristen.
b. Teolog sekuler setuju bahwa teologiapun harus mengekspresikan semangat
sekularisasi.
c. Teolog sekuler menuntut agar pembedaan antara dunia dan gereja harus di hapuskan.
d. Didalam teologi sekuler terdapat usaha mengurangi sebanyak mungkin segala bentuk
supranaturalisme.
Dalam perkembangannya, teologi ini banyak merugikan, menurut Huijbers(1999:250)
oleh sebab itu tidak sadar tentang batasnya sendiri.

a. Pada kenyataannya apa yang sakral itu diserang. Seakan akan inilah yang perlu
dihancurkan.
b. Dalam teologi ini tidak dipelajari gejala sekularisai sendiri, apa artinya itu, dimana
batasannya.
c. Ide sekularisasi sebagai desakralisasi tidak cukup untuk melukiskan situasi religius
zaman sekarang.

Sementara conn(1988: 67-68) mengkritisi apa yang telah dikemukakan oleh para teolog
sekularisasi yaitu :

a. Teolog teolog sekuler secara konstan menolak benar benar untuk memperhatikan
kesaksian al-Kitab tentang Allah, dunia dan manusia.
b. Teolog teolog sekuler menelorkan kekaguman yang kurang kritis terhadap prestasi
prestasi terhadap teknologi modern, dan kepandaian manusia sekuler.
c. Para teolog ini di dalam perlawanan mereka terhadap metafisika dan ontologi, yang
menyatakan tanda tanda khas dari gereja.
d. Para teolog sekuler di dalam menagsirkan kembali kekristenan secara konsisten
menolak pikiran apapun tentang eskatologi al-Kitabiah yang berakar pada suatu
kerajaan yang akan datang.

Teologia ini paling tidak memperlihatkan hal hal diatas sebagai sutau kerinduan untuk
menyatakan kembali kekristenan dalam istilah istilah yang dapat kokoh ditengah tengah
pemikiran modern.

Anda mungkin juga menyukai