Anda di halaman 1dari 12

SEJARAH GEREJA UMUM

“PERINTIS REFORMASI DAN RENAISSANCE HUMANISME”

YAYASAN GMIM DS A.Z.R WENAS

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON

FAKULTAS TEOLOGI

2023

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur patut dipersembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus sang pemilik kehidupan,
karena atas berkat tuntunan tangan-Nya sehingga kami kelompok 14 Mata Kuliah Sejarah Gereja
Umum boleh menyelesaikan tugas kami dengan segala baik, namun di tengah-tengah penulisan
makalah ini kami tidak luput dari kesalahan baik dalam penulisan maupun nanti dalam presentasi..

Banyak kesulitan yang kami alami baik kesulitan Internal maupun kesulitan Eksternal, namun
kami percaya dengan tuntunan Tangan Kasih Tuhan maka kami tetap dikuatkan untuk dapat membuat
tugas ini dengan baik.

Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen kami yang senantiasa memberi
pengarahan dan pembelajaran untuk kami dapat menyusun makalah ini, juga terima kasih untuk
kerjasama kelompok yang terjalin selama seminggu dalam penyusunan makalah ini, serta semua pihak
yang sudah membantu kami dalam pembuatan makalah ini, Tuhan Yesus sumber berkat selalu
memberkati.

18 Maret 2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………......... i

DAFTAR ISI………………………………………………………………....... ii

BAB I. PENDAHULUAN

 Latar Belakang ……………………………………………….….....1


 Rumusan Masalah…………………………………………….…... 3
 Tujuan………………………………...…...................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP

 Kesimpulan..................................................................................
 Daftar Pustaka.............................................................................
BAB I

LATAR BELAKANG

Reformasi gereja tercetus pertama kali pada abad ke-16 yang terjadi di Eropa Barat.  Reformasi Gereja
1483-1546 terjadi karena banyaknya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada agama
khususnya umat kristiani. Antara lain yaitu adanya penjualan surat pengampunan dosa yang disebut
surat aflat. Surat pengampunan itu dijual kepada mereka yang tidak dapat ikut dalam perang
salib antara abad 11-13, Kebiasaan penjualan Surat pengampunan dosa kemudian dilakukan untuk
mengumpulkan dana bagi pembangunan gereja. Dan dilakukan penyogokkan oleh pemuka agama
kepada petinggi gereja agar mereka memperoleh kedudukan sosial keagamaan yang tinggi. Serta
adanya penyimpangan terhadap acara sakramen suci atau ritus pemujaan terhadap benda-benda
keramat atau tokoh-tokoh suci yang nantinya akan menimbulkan takhayul dan mitologisasi yang tidak
masuk akal, seperti para pastor yang semata-mata merupakan manusia yang memiliki sifat yang sama
dengan yang lainnya menganggap dirinya keramat.

Reformasi ini terjadi akibat banyaknya ketidakpuasan terhadap Gereja Katolik Roma pada saat itu.
Ketidakpuasan ini terjadi di Bohemia, Inggris dan di tempat-tempat yang lain. Para pemimpin gereja
pada masa itu hidup secara munafik dan bertentangan dengan Kitab Suci. Rakyat menyaksikan
kerusakan moral gereja yang bahkan melebihi kerusakan moral dalam kalangan orang biasa. Tetapi
rakyat tidak berhak mengkritik karena adanya anggapan bahwa para pemimpin adalah wakil Tuhan dan
rakyat harus mentaati mereka. Keadaan ini membuat orang-orang mulai meninggalkan gereja, namun
mereka tetap terikat oleh gereja sebab adanya pandangan yang mengatakan bahwa keselamatan
hanya terdapat di dalam gereja dan di luar gereja pasti binasa.

Reformasi gereja diilhami dari terjadinya renaisan pada abad pertengahan, menghasilkan pemikiran
Barat kearah modern dan mempunyai rujukan jelas menuju liberalisme dan kebebasan. Renaisans
adalah masa kelahiran atau kebangkitan kembali manusia Barat setelah tertidur lama pada masa yang
disebut “abad kegelapan” (dark ages). Kata ini berasal dari bahasa Itali, rinascimento, yang berarti
“terlahir kembali.”
BAB II

PEMBAHASAN

PERINTIS-PERINTIS REFORMASI

Mereka yang biasa disebut demikian itu sebenarnya masih termasuk kaum abad-abad pertengahan,
jikalau dibandingkan dengan Luther. Karena mereka belum menginsafi sungguh-sungguh kebenaran
Injil, seperti orang-orang Pembaru Gereja. Tetapi sungguhpun demikian, mereka telah merintis jalan
untuk reformasi, sebab bagi mereka Alkitab menjadi satu-satunya kaidah dalam ajaran dan
tindakannya. Berdasarkan Alkitab, dengan berani mereka melancarkan segala kritiknya terhadap
pelbagai kesalahan dan kekhilafan Gereja.

1. Wiclif. John Wiclif hidup di Inggeris pada abad ke-XIV. la seorang gurubesar di Oxford dan
dialah yang menjadi penganjur dan juru bicara per- lawanan nasional terhadap pemerintahan
paus. Pada hematnya, segala milik Gereja di Inggeris haruslah dianggap kepunyaan negara.
Dasar pandangannya itu ialah bahwa sebaiknya Gereja jangan mempunyai milik duniawi,
tetapi patut menjadi miskin dan sederhana. Wiclif mengutus banyak pengkhotbah tobat, orang
Lollard namanya, yang tidak bermilik juga, yang menjelajah segala daerah negeri Inggeris.
Bersama-sama dengan beberapa orang lain. Alkitab diterjemahkan oleh Wiclif ke dalam
bahasa Inggeris. Pandangan Gereja yang realistis tentang Perjamuan Kudus dilawannya
dengan keras; ajaran transsubstansiasi dianggapnya sebagai ibadat kepada berhala. Akhirnya
ketaatan kepada Alkitab mendorong Wiclif untuk menyerang Gereja Roma dari segala jurusan.
Dengan pedas dilancarkannya kritiknya terhadap susunan Gereja yang hierarkhis itu, tentang
kerahiban, pujaan kepada orang kudus dan relikwi-relikwi, kepausan yang dipandangnya
sebagai Antikrist sendiri, dan sebagainya. Oleh karena pendiriannya ini Wiclif harus
meletakkan pangkatnya di Oxford, tetapi oleh karena ia dilindungi oleh raja dan dicintai oleh
kaum bangsawan dan rakyat, maka ia sendiri tak pernah dianiaya sampai ia meninggal (1384).
Akan tetapi pengikut-pengikutnya, yakni orang-orang Lollard, sangat dihambat pada permulaan
abad ke-XV, sehingga hampir dibasmi semuanya.

2. Hus dan orang-orang Husit. Pekerjaan Wiclif banyak berhasil di negeri Bohemia (kini bagian
utara dari Cekoslowakia). Johannes Hus (1369-1415), seorang gurubesar dan pengkhotbah di
kota Praha, mengajarkan segala ajaran Wiclif kepada mahasiswanya dan kepada umat Kristen
di Bohemia. Tetapi ia tidak menolak transsubstansiasi. Sungguhpun Hus dikutuki dan Praha
kena interdik dari paus, tetapi seluruh daerah itu tetap memberontak melawan Roma.
Perlawanan ini bukan saja disebabkan oleh ajaran baru itu, tetapi juga oleh cita-cita
kebangsaan orang-orang Ceko, yang tidak lagi suka dikuasai oleh orang Jerman yang kaya itu
dan oleh Gereja Roma.
Raja Sigmund yang ingin menyelesaikan huru-hara ini dengan cepat, membujuk Hus untuk
pergi ke Constanz, supaya perkaranya dapat dirunding. kan di sana dalam konsili. Raja telah
berjanji untuk melindunginya, tetapi Hus ditangkap juga atas perintah pembesar-pembesar
Gereja, bahkan ia di- penjarakan dan disiksa dengan sangat bengis. Sigmund mau
melepaskan Hus, tetapi pihak Gereja menegaskan kepadanya, bahwa janji kepada seorang
penyesat tak usah digenapi. Oleh karena Sigmund ingin supaya konsilinya itu dapat berjalan
dengan baik, Hus dibiarkan saja. Hus tidak mau menarik kembali ajarannya. Ia dihukum mati
dan pada 6 Juli 1415 ia dibakar hidup. hidup di Constanz. Tidak lama kemudian sahabatnya
Hieronymus dari Praha yang mengikuti Hus ke Constanz pun diadili dan kemudian dibakar.

Tatkala Sigmund menjadi raja Bohemia juga (1419), mulailah perang- perang Husit yang
dahsyat itu, baru berakhir pada tahun 1436. Orang Husit melawan raja dan Gereja. Golongan
yang bernama orang Calixtin hanya menuntut, supaya kaum awam boleh menerima
Perjamuan "dengan dua rupa", yaitu bukan roti saja, tetapi piala anggur juga (calix = piala).
Golongan radikal yang disebut orang Taborit mau membuang segala perkara dan per- aturan
yang tidak dipesankan dengan nyata-nyata oleh "Taurat Allah", yakni Alkitab. Mereka itulah
yang memegang pimpinan militer dalam pergerakan ini. Di mana-mana mereka itu membunuh
dan membakar, teristimewa rumah- rumah biara. Pasukan-pasukan paus dikalahkannya.
Gereja terpaksa mengun- dang pemuka-pemukanya ke Basel selaku partai yang setara
dengan konsili, tetapi permusyawaratan itu tidak berhasil. Lama-kelamaan peperangan ini
dapat diakhiri juga. Di Bohemia didirikan dan diakui sebuah Gereja Husit di samping Gereja
Roma. Kuasa orang Taborit lekas hilang; hanya beberapa kelompok kecil yang masih
kedapatan di Bohemia, yang kemudian dipengaruhi oleh Gereja Protestan.

3. Savonarola. "Perintis Reformasi" yang ketiga, seorang rahib Domi- nican yang bernama
Savonarola (1452-1498), hanya berpengaruh di kota Florensa (Italia) saja. Seperti Yohanes
Pembaptis ia menghardik orang-orang sezamannya. Tuan-tuan Medici, yang memegang kuasa
di kota Florensa, diusirnya dan sesudah itu Savonarola mengajak semua penduduk supaya
ber- tobat. Segala kemewahan dan keinginan duniawi harus dimatikan. Yesus saja yang boleh
diakui selaku raja Florensa. Dengan khotbah dan polisinya Savo- narola memerintahi kota itu.
Paus Alexander VI yang durjana itu diserangnya dengan hebat. Tetapi akhirnya Savonarola
dijatuhkan oleh seteru-seterunya yang banyak itu dan oleh rakyat yang lekas jemu terhadap
pimpinannya yang sangat keras itu. Atas titah paus ia ditangkap oleh inkwisisi, disiksa dan
dibakar.

4. Kekuatan dan kelemahan perintis itu. Kekuatan Wiclif, Hus dan Savo- narola terletak
dalam sikapnya yang keras terhadap sekularisasi Gereja yang dilawannya, tetapi
teristimewa dalam sikap mereka untuk mengalaskan ajaran dan aksinya pada Alkitab.
Tetapi sama seperti lawannya, Injil dipandangnya sebagai suatu taurat, yang hukum-
hukumnya harus diturut oleh manusia untuk memperoleh keselamatan yang kekal.
Dengan menyadarkan jemaat Kristus tentang kesucian dan kesungguhan tuntutan-
tuntutan Tuhan itu mereka bekerja selaku perintis Pembaruan Gereja. Akan tetapi inti-
pokok Injil itu, yakni manusia dibenarkan karena rahmat Tuhan saja, oleh iman, dan bukan
oleh amal dan pekerjaan manusia sendiri, hal ini belum dipahaminya. Sebab itu gelar
"perintis-perintis Reformasi" harus dipakai dengan hati-hati.
RENAISSANCE DAN HUMANISME

Pengertian Renaissance: Renaissans (Renaissance) berasal dari bahasa Prancis melalui kata Re
(kembali) dan Naitre (Kelahiran) yang diartikan "Kelahiran Kembali". Maksud dari kata-kata "Kelahiran
Kembali" di sini adalah munculnya kembali semangat orang-orang Eropa untuk mempelajari ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berasal dari Yunani dan Romawi Kuno. Ilmu Pengetahuan dari Yunani
maupun teknologi yang berasal dari Romawi Kuno merupakan ilmu yang bersifat rasional (masuk akal).
Di bawah ini akan dijelaskan tentang latar belakang dan perkembangan Renaissance di Eropa secara
umum.

Pada masa Renaissance manusia menemukan kesadaran akan dua hal, yaitu: dunia dan dirinya
sendiri. Pengenalan diri berarti sadar akan nilai pribadi dan kekuatan individual yang mana hal ini
tertuang dalam prinsip-prinsip dari humanisme. Humanisme yang muncul di Italia pada masa
Renaissance ini diartikan sebagai sebuah gerakan atau upaya untuk memunculkan kembali,
memulihkan dan menafsirkan bahasa, sastra, pembelajaran dan nilai-nilai yang terdapat dalam
peradaban Yunani dan Romawi Kuno. Kaum humanis Renaissance mempercayai akan kejeniusan dan
kemampuan unik serta pemikiran manusia. Humanisme di Italia lahir sebagai tanggapan terhadap
pendidikan skolastik yang menjadi salah satu ciri khas Abad Pertengahan yang menekankan pada
studi praktikal, pra- profesional, dan ilmiah.

Kemunculan Humanisme Renaissance

Beberapa humanis pertama adalah kolektor manuskrip kuno yang diantaranya adalah Petrarch,
Giovanni Boccaccio, Coluccio Salutati, dan Poggio Bracciolini. Dari keempat tokoh ini Petrarch dijuluki
sebagai "Bapak Humanisme" dikarenakan pengabdian atau kesetiaannya pada naskah-naskah Yunani
dan Romawi. Banyak diantara para humanis pertama ini yang bekerja untuk Gereja Katolik dan berada
dalam ordo suci, seperti Petrarch, sementara yang lain adalah pengacara dan kanselir dari kota-kota di
Italia, dan dengan demikian memiliki akses untuk melakukan penyalinan naskah-naskah itu, seperti
murid Petrarch, Salutati yang merupakan Kanselir Florencia. Pada zaman Klasik, pemikiran humanism
lebih menekankan manusia sebagai bagian dari alam atau polis (negara-negara kota atau masyarakat
Yunani Kuno). Humanisme Renaissance jauh lebih dikenal karena penekanannya pada individualisme.
Individualisme yang menganggap bahwa manusia sebagai pribadi perlu diperhatikan. Kita bukan hanya
umat manusia, tetapi kita juga adalah individu-individu unik yang bebas untuk berbuat sesuatu dan
menganut keyakinan tertentu.
1. Di Italia. Pada abad ke-XIV cara hidup di Italia mendapat bentuk baru. Terutama di Italia Utara
kota-kota bertambah kaya oleh perniagaan. perusahaan dan kerajinan penduduk. Golongan
orang kota itu makin lama makin makmur, makin sadar akan kepentingan dirinya dan makin
berkuasa. Dengan demikian berkembanglah suatu pandangan hidup yang baru, yang antara
lain ternyata dalam syair-syair pujangga Petrarca (1304-1374): Se- benarnya manusia tak usah
mengikuti kuasa apapun di atasnya; kaidah dan pusat hidup manusia ialah pribadinya sendiri.
Sikap ini berhubungan rapat dengan pandangan penyair-penyair Romawi dan Yunani zaman
purba, yang telah lama dikenal, tetapi baru sekarang diinsafi dan diulangi pula. Bertentangan
dengan cita-cita askese, bangkitlah perasaan kesukaan akan dunia ini, yang mengandung
banyak kemungkinan bagi manusia, dan akan alam yang indah dan permai itu. Kesadaran
baru akan keindahan dunia dan manusia ini, biasanya disebut dengan kata Perancis
"renaissance" (baca renesanse), yakni "kelahiran kembali" dari kebudayaan dan kesenian
kuno. Pusat-pusat pergerakan ini, ialah Florensa dan Roma. Pun di lapangan politik
renaissance itu menciptakan bentuk-bentuk baru. Orang-orang yang kuat pendiriannya
merebut kuasa. Misalnya keluarga Medici di Florensa. Mereka itu suka memerintah dan hidup
mewah, tetapi kesenian pun sangat dimajukannya.
Di lapangan ilmu pengetahuan dan kesusasteraan gerakan ini dinamai "humanisme", arti-kata
yang sebenarnya: "kemanusiaan". tetapi arti yang lebih luas ialah: peradaban yang diperoleh
dari kebudayaan kuno. Peradaban bangsa-bangsa Romawi yang mendahului peradaban
Kristen, sekarang di- pelajari pula. "Pulanglah kepada sumber-sumber!" itulah semboyan
huma- nisme; berhubung dengan itu, maka bukan saja sumber-sumber kesusasteraan Kristen,
yaitu kitab-kitab para bapa Gereja tetapi juga segala karangan- karangan para filsuf dan
pujangga kafir diselidiki dengan teliti oleh orang humanis itu. Demikian pula sejarah Gereja
diperiksa lagi dengan cermat. Salah satu hasil pemeriksaan itu, ialah dikumpulkannya cukup
bukti untuk me mastikan, bahwa sehelai dokumen yang disebut "Hadiah Constantinus"
sebenarnya bukan dari zaman dahulu asalnya, melainkan dipalsukan saja. Sebagaimana
diketahui, dokumen itu sudah dipakai oleh paus-paus sejak masa Karel Agung selaku dalil dan
dasar dari tuntutan-tuntutan mereka terhadap pemerintahannya di kota Roma dan daerah
sekitarnya.
Akan tetapi bukanlah maksud renaissance untuk melawan Gereja. Memang banyak orang
yang menurut aliran baru ini kurang menghargai Injil, tetapi mereka sekali-kali tidak bermaksud
mau keluar dari Gereja Kristen. Agaknya kurang disadarinya betapa dalamnya jurang
perbedaan antara cita- cita baru ini dengan semangat Gereja Kristus. Tak sedikit klerus yang
ber- jabatan tinggi dan beberapa paus pun menempuh jalan baru ini dengan tidak merasa
keberatan apa-apa.

2. Di Jerman. Di Jerman gerakan ini dari mulanya lain sifatnya daripada di Italia. Humanisme
sangat mempengaruhi ilmu dan kesusasteraan di tanah Jerman, tetapi renaissance yang
berhaluan kafir tidak terdapat di sana. Sebab itu kaum humanis di Jerman tidak menolak
Gereja sebagai perbendaharaan kebudayaan, tetapi berusaha melayani Gereja dengan
pendapat-pendapatnya yang baru itu. Seorang humanis Jerman yang kenamaan ialah
Reuchlin, yang membuka jalan bagi pelajaran baru bahasa Yunani dan Ibrani. Dengan
demikian di- sediakannya alat-alat untuk membaca Alkitab nas asli.
3. Erasmus. Akan tetapi tokoh humanis yang paling termasyhur, ialah seorang Belanda,
Desiderius Erasmus namanya, yang lahir dekat Gouda pada tahun 1469. Oleh karena ia
sangat dihormati dan disokong oleh raja-raja dan pembesar-pembesar Gereja, Erasmus dapat
menyerahkan segenap karunia dan waktunya kepada pelajaran. Tempat kediamannya ialah
Rotterdam, tetapi lama juga ia tinggal dan bekerja di Italia, Inggeris, Belgia dan Swiss. Pada
tahun 1536 ia meninggal di kota Basel. Humanisme Erasmus adalah campuran pandangan-
pandangan Yunani. Romawi dengan ajaran Injil. la boleh disebut "bapa aliran kekristenan yang
serba bebas (liberal)". Artinya, pada pendapat Erasmus, Injil adalah suatu ajaran yang indah
tentang kebajikan manusia, ajaran mana teristimewa ter- dapat khotbah Yesus di bukit. Yesus
ialah kegenapan yang sesempurna-sem- purnanya dari segala perkara yang baik dan benar,
yang sudah terdapat juga dalam agama-agama kafir. Sama seperti orang apologet dulu kala, ia
ber- pendapat bahwa ajaran filsafat kafir tentang logos, hanya disempurnakan saja oleh Injil
dan theologia Kristen. Dengan demikian segala pandangan, takhyul dan adat Gereja dari
zaman itu sangat dikritik dan diolok-olok oleh Erasmus, tetapi ia tak sampai turut dalam
Pembaruan Gereja, sebab ia membenci segala revolusi dan tindakan radikal. Pada hematnya,
sebaliknya Gereja harus makin dipengaruhi oleh semangat humanis, supaya lama-kelamaan
Gereja dapat berbalik pada kesuciannya yang semula.
4. Renaissance dan Reformasi. Baik dari pihak liberal, maupun dari pihak K.R. sering kali kedua
pergerakan rohani itu, yakni Reformasi dan renaissance, dianggap selaku pergerakan yang
sejalan dan setujuan. Tetapi pandangan itu salah benar. Karena renaissance berarti kelahiran
dari manusia modern (zaman baru), yang tidak mengakui kuasa lain daripada akal budi dan
karunia rohaninya sendiri. Padahal Reformasi berarti, bahwa kuasa Firman Tuhan diakui dan
dihormati pula. Memang secara lahiriah ada juga perasaan antara renaissance dengan
Reformasi, karena kedua-duanya telah membuang rantai yang dengannya Gereja mengikat
jiwa manusia dan masyarakat pada abad-abad pertengahan, tetapi sebab-sebabnya berbeda
jauh. Para pembaru Gereja mendapat banyak keuntungan dari hasil-hasil

BAB III

KESIMPULAN

Setelah menganalisa megenai hubungan antara Humanisme dan Reformasi maka beberapa hal


penting yang menjadi kesimpulan adalah, Semangat Humanis dalam konteks reformasi bukan hanya
memainkan peranan penting pada saat reformasi, namun juga pada era saat ini dan masa depan
dalam artian “penyelidikan seksama terhadap teks-teks klasik”. Dengan kata lain, sastra memiliki
peranan yang sangat penting dalam perkembangan teologi, dengan demikian maka penelitian sastra
menjadi hal yang sangat penting dalam perumusan dan penafsiran teks-teks Alkitab. Sebagaimana
semagat Humanis yang tidak boleh ditinggalkan, maka demikian juga dengan semangat Reformasi.
Reformasi tidak boleh dipandang sebagai suatu sejarah gereja yang statis dan telah selesai tanpa
refleksi. Peristiwa reformasi gereja harus dipandang sebagai suatu semangat pembaharuan, baik
pembaharuan yang bersifat pribadi maupun komunal. Terlepas dari controversial peristiwa reformasi
gereja—baik yang pro, maupun kontra—namun peristiwa ini telah membuktikan satu hal penting yaitu,
peranan Allah dalam sejarah gereja-Nya. Spanjang zaman, Allah selalu mengirimkan hamba-
hambanya untuk membenahi ketidak benaran gereja. Dan reformasi gereja adalah salah satu bagian
dari karya Allah untuk menyelamatkan generasi gereja di masa depan. 
DAFTAR PUSTAKA

1. Dr. H. Berkhof dan Dr. I.H.Enklaar, Sejarah Gereja (Jakarta : BPK Gunung

Mulia,1986), 97

2. Dr. H. Berkhof dan Dr. I.H.Enklaar, Sejarah Gereja, 98

3. Dr. H. Berkhof dan Dr. I.H.Enklaar, Sejarah Gereja, 99

4. Dr. H. Berkhof dan Dr. I.H.Enklaar, Sejarah Gereja, 101

Anda mungkin juga menyukai