Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“Reformer Agama Kristen”


(Jan Hus, Martin Luther dan Calvin)
(Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Agama Kristen)

Dosen Pengampu : Dr. Khotimah, M.Ag

Disusun Oleh :

KELOMPOK 9
Handimas Amirullah Pasaribu (12030316608)
Paruntungan Hasibuan (12030315873)

STUDI AGAMA AGAMA


FAKULTAS USHULUDDIN
UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kita
banyak nikmat, nikmat yang tak terhingga banyaknya, Sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Reformer Agama Kristen (Jan Hus, Martin
Luther, dan Calvin” ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Tak lupa pula penulis
haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW. Semoga
syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari ibu Dr. Khotimah, M.Ag pada
mata kuliah Agama Kristen di UIN SUSKA RIAU. Selain itu, penulis juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca mengenai Reformer Agama
Kristen.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu selaku dosen


mata kuliah Agama Kristen. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang
membangun.

Pekanbaru, 10 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR........................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN.................................................................... 1

A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................... 2
C. Tujuan...................................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN..................................................................... 3

A. Jan Hus..................................................................................... 3
B. Martin Luther........................................................................... 6
C. Calvin……………………………........................................... 12

BAB III : PENUTUP............................................................................. 18

A. Kesimupulan............................................................................ 18
B. Saran........................................................................................ 19

DAFTAR KEPUSTAKAAN................................................................. 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

spiritualitas Kristen merupakan pembentukan kerohanian sehingga terus


bertumbuh hingga menjadi serupa dengan Kristus. Sidjabat mengungkapkan bahwa
spiritualitas berasal dari kata spiritus dalam bahasa Latin dan spirit dalam bahasa
Inggris. Sidjabat menandaskan bahwa spritualitas substansinya tidak material dan
Tuhan yang adalah Roh, substansinya non material.1

Karena adanya berbagai informasi terkait spiritualitas, penulis memfokuskan


pembahasan pada formasi spiritual yang mewarnai kaum injili. Gerakan reformasi
merupakan gerakan awal yang mewarnai gerakan injili dan gerakan tersebut identik
dengan lima sola. Salah satu dari lima sola adalah sola scriptura yang memegang
peranan penting dalam kehidupan orang percaya pada masa reformasi. Gerakan
reformasi diwarnai oleh beberapa tokoh seperti Martin Luther, Ulrich Swingli, dan
John Calvin. Wells mengemukakan ada dua kelompok spiritualitas Kristen, antara lain
Spiritualitas reformasi atau spiritualitas klasik yang berkaitan dengan kehidupan
Kristen yang telah diformulasikan para tokoh reformasi, kemudian diteruskan kepada
para puritan dalam bentuk pastoral, dan diteruskan terus hingga saat ini; dan
Spiritualitas pascamodern yang mengacu pada terbentuknya spiritualitas karena
adanya interaksi antara kebenaran alkitabiah dan berbagai naluri serta berbagai
instuisi yang merupakan ciri khas dunia modern.2

1
Binsen Samuel Sidjabat, Strategi Pendidikan Kristen (Yogyakarta: Penerbit Andi, 1996), hal.138.
2
David F. Wells, Losing Our Virtue: HIlangnya Kebajikan Kita (Surabaya: Momentum, 2005), hal.
43-45.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas pada makalah kali ini diantaranya :
1. Siapakah Jan Hus Dan Apa Saja Tindakannya Terhadap Reformasi Kristen?
2. Siapakah Martin Luther Dan Apa Saja Tindakannya Terhadap Reformasi
Kristen?
3. Siapakah Calvin Dan Apa Saja Tindakannya Terhadap Reformasi Kristen?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui
dan memahami tokoh-tokoh dalam reformasi gereja.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Jan Hus

Jan Hus, juga dikenal sebagai Yohanes Hus atau Juan Hus adalah seorang


pemikir dan reformator agama Kristen yang berasal dari wilayah petuanan
negara Ceko (yang saat itu ia tinggal di wilayah itu dan dikenal sebagai
provinsi Bohemia). Ia memulai suatu gerakan keagamaan yang didasarkan pada
gagasan-gagasan John Wycliffe. Para pengikutnya dikenal sebagai
kaum Hussit. Gereja Katolik menganggap ajaran-ajarannya sesat dan perlu diberantas
karena akan menimbulkan dogma yang salah dalam tubuh kekristenan, dan
Hus dikucilkan pada 1411, dikutuk oleh Konsili Konstanz, dan dibakar di tiang salib
pada tanggal 6 Juli 1415, di kota Konstanz, Jerman.

Hus adalah seorang perintis gerakan Protestan. Tulisan-tulisannya yang luas


menyebabkan ia menduduki tempat terkemuka dalam sejarah sastra Ceko. Ia pun
memperkenalkan penggunaan diakritik dalam ejaan Ceko untuk mewakili masing-
masing suara dengan sebuah simbol. Sekarang patung Jan Hus terdapat di lapangan
lama di kota Praha.3

Pada masa hidup Hus, bangsa Ceko mencintainya sebagai nabi dan rasul
mereka; kini mereka menghormatinya sebagai santo dan syahid mereka. Namun,
kesarjanaannya telah dikritik. Pengetahuan Hus tidak cukup universal; setiap kali ia
berbicara di luar Wycliffe, ia gagal dan jadi membosankan atau berputar-putar. Ia
hanya meninggalkan beberapa tulisan reformasi dalam pengertian yang
sesungguhnya. Kebanyakan karyanya adalah traktat-traktat polemik melawan
Stanislav ze Znojma dan Štěpán Páleč. orang meragukan apakah ia benar-benar
mengenal semua karya Wycliffe. Ia menerjemahkan Trialogus, dan mengenal baik
karya- karyanya tentang Tuhan, tentang Gereja, tentang kekuasaan paus, dan
khususnya khotbah-khotbahnya. Apa yang dikatakannya dalam khotbah-khotbahnya
tentang korupsi Gereja, kaum agamawan, dan biarawan, tentang tugas-tugas
kekuasaan sekuler, dll. hampir semuanya diambil dari Wycliffe. Tiga khotbahnya
yang besar, De sufficientia legis Christi, De fidei suae elucidatione, dan De pace,
3
Schaff-Herzog: Encyclopedia of Religions

3
yang ia pikir dapat memengaruhi seluruh Konsili di Konstanz, adalah reproduksi
ulang dari khotbah-khotbah Wycliffe. Ia mengklaim bahwa ia tidak mngikuti
pandangan-pandangan Wycliffe tentang sakramen, tetapi hal ini diragukan. Ada
alasan-alasan untuk menduga bahwa doktrin Wycliffe tentang Perjamuan Kudus telah
menyebar ke Praha bahkan sejak 1399. Setelah dilarang pada 1403, doktrin ini malah
semakin luas menyebar, dan Hus mengkhotbahkan dan mengajarkannya, meskipun
ada kemungkinan bahwa ia hanya mengulanginya tanpa benar-benar mengajarkannya.
Tetapi doktrin ini diterima dengan penuh semangat oleh kelompok radikal, kaum
Taborit, yang menjadikannya titik sentral dalam system mereka.

Buku tentang Gereja dan tentang kekuasaan paus mengandung inti doktrin
Hus. Menurut buku ini, Gereja bukanlah hirarkhi yang biasanya disebut sebagai
Gereja; Gereja adalah keseluruhan kumpulan dari mereka yang sejak kekekalan telah
dipredestinasikan (ditetapkan) untuk diselamatkan. Kristus, bukannya paus, adalah
kepalanya. Ketaatan kepada paus bukanlah suatu artikel iman yang menjadi prasyarat
bagi keselamatan. Demikian pula keanggotaan eksternal di dalam Gereja maupun
jabatan-jabatan dan kehormatan gerejawi bukan jaminan bahwa orang yang dimaksud
merupakan anggota Gereja yang sejati. Setelah kematian Hus, para pengikutnya, yang
saat itu dikenal sebagai kaum Hussit, terpecah menjadi kaum Utrakuis, dan
belakangan Taborit.

Hukuman dijatuhkan pada 6 Juli 1415, di hadapan persidangan Konsili yang


khidmat di Katedral. Setelah misa dan liturgi, Hus dibawa masuk ke dalam gereja.
Uskup Lodi menyampaikan pidato tentang tugas untuk membasmi ajaran sesat; lalu
beberapa dalil Hus dan Wycliffe dan sebuah laporan peradilannya dibacakan. Hus
beberapa kali memprotes dengan suara keras, dan ketika bandingnya kepada Kristus
ditolak sebagai ajaran sesat yang layak dikutuk, ia berseru, "O Allah dan Tuhan, kini
Konsili malah mengutuk tindakan-Mu sendiri dan hukum-Mu dianggap sebagai ajaran
sesat, karena Engkau sendirilah yang telah meletakkan perintah-Mu di hadapan Bapa-
Mu sebagai hakim yang adil, sebagai teladan untuk kami semua, setiap kali kami
ditindas dengan hebat."

Sebagai salah satu seorang pejabat gerejawi Italia membacakan kalimat-


kalimat kutukan terhadap Hus dan tulisan-tulisannya. Ia sekali lagi memprotes dengan

4
keras, dan mengatakan bahwa bahkan pada saat itu pun ia tidak menginginkan apa-
apa selain daripada diyakinkan berdasarkan Alkitab. Ia terjatuh di kedua lututnya dan
memohon kepada Allah dengan suara yang rendah untuk mengampuni semua
musuhnya. Kemudian ia direndahkan ia mengenakan pakaian sebagai imam dan
sekali lagi diminta untuk mencabut ajarannya, dan sekali lagi ia menolak.

Dengan kutukan-kutukan ornamen-ornamennya dicabut daripadanya, jubah


imamnya dirusakkan, dan tanda-tanda imamatnya dihancurkan, serta kepadanya
dibacakan hukuman bahwa Gereja telah mencabut semua haknya dan
menyerahkannya kepada kekuasaan sekuler. Kemudian sebuah topi kertas yang tinggi
diletakkan di atas kepalanya dengan tulisan "Haeresiarcha" (pemimpin gerakan
penyesat). Kemudian Hus dibawa ke tiang yang dijaga ketat oleh sejumlah pengawal
bersenjata. Di tempat eksekusi itu ia berlutut, membentangkan tangannya, dan berdoa
keras-keras. Sebagian orang meminta agar kepadanya diberikan seorang konfesor,
tetapi seorang imam berseru bahwa seorang penyesat tidak boleh didengarkan atau
diberikan kepadanya seorang konfesor. Para algojo kemudian menelanjangi Hus dan
dan mengikat lengannya ke belakang dengan tali dan lehernya dengan rantai ke
sebuah tiang. Di sekitarnya telah ditumpukkan kayu dan jerami sehingga ia tertutup
hingga ke leher. Pada detik-detik terakhir, kepala penjara, Von Pappenheim, di
hadapan Pangeran Palatin, memintanya untuk mencabut kata-katanya dan dengan
demikian menyelamatkan nyawanya, tetapi Hus menolaknya dengan kata-kata "Allah
adalah saksiku bahwa aku tidak pernah mengajarkan apa yang telah dituduhkan
kepadaku oleh saksi-saksi palsu. Dalam kebenaran Injil yang telah kutuliskan,
ajarkan, dan beritakan, aku akan mati hari ini dengan suka cita."

Pada saat api dinyalakan. Hus kemudian menyanyikan lagu, "Kristus, Anak
Allah yang hidup, kasihanilah aku". Ketika ia mulai menyanyikan lagu ini untuk
ketiga kalinya dan melanjutkan "yang dilahirkan oleh Perawan Maria", angin
meniupkan lidah api ke wajahnya; ia masih menggerakkan bibirnya dan kepalanya
dan kemudian meninggal karena tidak bisa bernapas. Pakaiannya dilemparkan ke
dalam api, abunya dikumpulkan dan dibuang ke Sungai Rhein yang ada di dekat situ.
Sejumlah sumber melaporkan bahwa ia mengatakan "Oh kesederhanaan yang kudus!"
ketika ia berdiri di tiang dan melihat seorang perempuan menambahkan lebih banyak

5
kayu ke situ. Pada 18 Desember 1999, Paus Yohanes Paulus II mengeluarkan
pernyataan maaf atas hukuman mati terhadap Jan Hus.4

B. Martin Luther
Martin Luther dilahirkan pada tanggal 10 November 1483 dalam sebuah
keluarga petani. Pada tanggal 11 November 1483, ia dibaptis di Gereja Katolik Santo
Peter dan Paul dengan nama baptis Martinus. Dalam waktu enam bulan setelah
kelahiran Martin Luther, keluarga Luther pindah ke Mansfeld, Jerman. Hal ini
dikarenakan ayahnya pindah bekerja ke daerah tambang tembaga Mansfeld.

Martin Luther belajar tentang upah kerja keras dari kerajinan orang tuanya. Ia
mengawasi bagaimana ayahnya bekerja keras mati-matian, mengangkat keluarganya
dari satu kelas ekonomi ke kelas berikutnya. Mulai sebagai pekerja di tambang, Hans
Luther akhirnya membangun dua tungku peleburannya sendiri dan menjadi orang
yang dihormati di tengah masyarakat. Hal ini membawakeluarga Luther ke kelas
masyarakat yang sama sekali baru. Dalam waktu singkat Martin Luther mulai duduk
makan malam bersama dengan orang-orang yang berstatus sosial tinggi dalam
masyarakat, para pejabat dari kawasan-kawasan sekitar, para kepala sekolah, dan
kaum rohaniwan. Meskipun keluarga Luther sudah berhasil keluar dari kelas petani,
ada satu karakteristik bawaan dari kelas petani yang tidak mereka tinggalkan.
Kebanyakan orang-orang dari kelas petani sangat takut akan Allah. Bagi keluarga
Luther, doa dan disiplin berjalan saling bergandengan.5

Pada tahun 1501, Martin Luther memasuki Universitas Erfurt, suatu


universitas yang terbaik di Jerman pada masa itu. Martin Luther di tempat tersebut
belajar filsafat, terutama filsafat nominalis Occam dan theologia Skolastika, serta
untuk pertama kalinya Martin Luther membaca Kitab Suci Perjanjian Lama yang ia
temukan dalam universitas tersebut. Orang tua Martin Luther menyekolahkannya
pada universitas tersebut untuk persiapan memasuki fakultas hukum. Kedua orang tua
Martin Luther menginginkan anaknya agar menjadi seorang ahli hukum. Martin
Luther mendapatkan gelar sarjana pada tahun 1502, dan gelar magisternya pada tahun
1505. Demi mengikuti harapan ayahnya, pada tahun 1505, Martin Luther
mendaftarkan diri di fakultas hukum di Universitas Erfurt. Martin Luther tekun
4
https://id.wikipedia.org/wiki/Jan_Hus, Diakses Pada Kamis, 10 November 2022, Pukul 20.12 WIB.
5
Roberts liardon,Jendral Tuhan: Gebrakan Para Pahlawan Reformasi Iman, (Metanoia: Jakarta, 2006), hal.
134.

6
belajar demi meniti karirnya sebagai pengacara dan demi menyenangkan keluarganya.
Namun, kehidupan Martin Luther berubah ketika ia terserang badai.

Perubahan hidup Martin Luther terjadi di bulan Juli 1505. Pada saat itu Martin
Luther baru saja kembali dari mengunjungi keluarganya di rumah, dan dalam
perjalanan kembali ke universitas, ia terjebak dalam badai dasyat. Martin Luther
mengalami ketakutan yang luar biasa. Dalam ketakutannya, Martin Luther memohon
dan berjanji kepada Santa Anna, Ibu Bunda Maria, yang pada waktu itu baru saja
diangkat menjadi seorang santa dan populer di kalangan para penambang. Dalam
permohonannya yang penuh keputusasaan, Martin Luther berseru kepada Santa Anna,
katanya “Santa Anna, tolonglah saya! Saya akan menjadi seorang biarawan.”

Pada tanggal 16 Juli 1505, Martin Luther memasuki Biara Serikat Eremit
Agustinus di Erfurt dengan diiringi oleh para sahabatnya. Orang tuanya tidak ikut
mengantarkannya karena mereka tidak menyetujui keputusan Martin Luther tersebut.
Di dalam biara, Martin Luther berusaha untuk memenuhi peraturan- peraturan biara
melebihi para biarawan lainnya. Ia banyak berpuasa, berdoa, menyiksa diri, sehingga
nampaknya Martin Lutherlah yang paling saleh dan paling rajin di antara semua para
biarawan.6

Martin Luther memiliki karakter yang agak melankolis dan ia sangat cemas
tentang hidup rohaninya. Ia takut tidak akan masuk surga, karena masih kurang rajin
berbuat baik dan terlalu banyak dosa-dosanya. Dengan pikiran-pikiran yang
sedemikian, akhirnya ia menjadi risau dan jatuh ke dalam konflik batin yang
mengancam dirinya.7

Pada tanggal 2 Mei 1507, Martin Luther ditahbiskan menjadi imam. Orang tua
serta beberapa sahabatnya hadir pada upacara pentahbisan tersebut. Pada waktu yang
sama, Martin Luther memimpin perayaan Ekaristi untuk yang pertama kali. Johann
von Staupitz mengirim Martin Luther untuk belajar teologia di Wittenberg sambil
mengajar filsafat moral di sana. Itulah sebabnya Martin Luther dipindahkan ke Biara
Agustinus di Wittenberg pada tahun 1508, namun pada tahun berikutnya ia kembali
lagi ke Erfurt untuk mengajar dogmatika. Di Biara Erfurt, Martin Luther mendapat

6
Hans Peter Grosshans, Luther, (Yogyakarta, Yayasan Kanisius, 2001), hal. 16.
7
Kleopas Laarhoven, Gereja Abadi, (Gunungsitoli: Offset, 1977), hal. 78.

7
kepercayaan dari pimpinan biara di Jerman untuk membahas soal peraturan-peraturan
serikatnya di Roma pada tahun 1510.8

Sekembalinya dari Roma pada tahun 1511, Martin Luther pindah ke pertapaan
Agustinus di Wittenberg. Pada tahun 1512, Martin Luther menjadi wakil pimpinan
dan kemudian menjadi pengawas pertapaan-pertapaan lain di daerah itu. Setelah
menyelesaikan studi teologi dan memperoleh gelar doktor, Martin Luther menjadi
dosen studi Kitab Suci di Universitas Wittenberg.

Martin Luther meninggal pada tanggal 18 Februari 1546 saat berusia enam
puluh dua tahun. Dua hari sebelumnya, yaitu pada tanggal 16 Februari 1546, Martin
Luther menulis bagian terakhir dari pernyataan-pernyataan tertulisnya yang masih
ada; “Kita adalah pengemis. Itu benar.” Itulah akhir dari alinea yang singkat, yang
menyangkut pemahaman Kitab Suci. Martin Luther menganggap bahwa manusia itu
seperti pengemis yang selalu berharap menerima bagian kepenuhan hidup yang
dibicarakan dalam Kitab Suci.9

Reformasi Kristen pada abad ke-16 berawal mula di Jerman, Eropa Tengah.
Wilayah-wilayah Jerman merupakan bagian dari Kekaisaran Romawi Suci.
Kekaisaran Romawi Suci dipimpin oleh seorang Paus yang juga memilikikekuasaan
terhadap rakyatnya, yaitu seluruh umat Kristiani yang ada di Barat. Situasi dan
kondisi di Jerman sudah lama tidak tenang, terutama di bidang agama, sosial
ekonomi, dan politik. Situasi dan kondisi di Jerman yang mengalami krisis membuat
seorang imam dari Ordo Augustinian yaitu Martin Luther terpanggil untuk memimpin
Gereja ke luar dari lingkup kegelapan supaya tidak makin terseret ke dalam arus
duniawi dengan jalan melakukan gerakan reformasi.

Martin Luther sebagai salah satu dari orang-orang yang terpanggil untuk
melakukan pembaruan dalam Gereja memiliki peranan yang cukup besar. Peranan
Martin Luther dalam reformasi Gereja pada tahun 1517-1546 dapat dilihat di
beberapa bidang kehidupan, antara lain:

8
F.D wellem, Kamus Sejarah Gereja, (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1994), hal. 169.
9
Hans Peter Grosshans, Luther, (Yogyakarta, Yayasan Kanisius, 2001), hal.95.

8
1. Bidang agama

Martin Luther lebih memusatkan perhatiannya kepada kebenaran yang


terdapat dalam Kitab Perjanjian Baru. Martin Luther mengajak umat untuk
mempelajari Kitab Perjanjian Baru dan mengenal kasih Kristus supaya menemukan
kebenaran bahwa manusia diselamatkan hanya karena anugerah.Martin Luther
memperdalam kembali mengenai dasar-dasar Gereja, ketika ia mempertanyakan
keberadaan api penyucian. 10

Martin Luther sebagai seorang imam harus melayani umat sebagai pengkotbah
dan melayani penerimaan pengakuan dosa di Gereja Kastil Wittenburg. Martin Luther
dalam melakukan pelayanannya dihadapkan dengan berbagai akibat yang timbul
ketika orang-orang awam harus mendapatkan surat indulgensia (surat penghapusan
dosa).

Martin Luther sangat prihatin dengan adanya penjualan surat indulgensia.


Penjualan surat indulgensia ini membuatnya sangat marah. Martin Luther belum
sampai pada kebenaran yang cukup untuk membuatnya menolak sama sekali gagasan
menjual surat penghapusan dosa, tetapi ia tidak menyetujui penyalahgunaan semacam
itu. Maka, karena kesetiaannya pada Ordo Augustinian dan pada keyakinan-
keyakinan serta pandangan-pandangannya yang asli, Martin Luther memeteraikan di
dalam hatinya bahwa dasar dari semua penebusan dosa, penghapusan dosa, dan
pengakuan dosa haruslah perasaan dukacita yang dalam.

Martin Luther di dalam tulisannya yang terdapat pada buku Luther’s Work
Volume 40: Church and Ministry mengatakan:
“ Penghapusan dosa tanpa tobat adalah kesalahan yang besar. Kebenaran iman
tidak akan ada, tanpa ada penyesalan dan rasa takut serta teror Tuhan. Pengajaran ini
penting bagi kita manusia, di mana ada duka cita dan penyesalan untuk dosa.
Penebusan dosa adalah penyesalan yang tulus dan berduka cita atas dosa-dosa dan
benar-benar mengakui atas penghakiman Tuhan dan kegusaran Tuhan.”11
Pernyataan resmi Paus Leo X yang memberi izin bagi Tetzel untuk menjual
surat indulgensia, tanpa penebusan dosa, membuat seseorang melupakan arti

10
Roberts liardon, Jendral Tuhan: Gebrakan Para Pahlawan Reformasi Iman, (Metanoia: Jakarta, 2006), hal.
160.
11
Martin Luther, Luther’s Work Volume 40: Church and Ministry, (Philadelphia: Muhlenberg Press,
1957), hal. 294.

9
pertobatan yang sesungguhnya. Martin Luther yang melihat bahwa kondisi semakin
memprihatikan, mulai menyusun sebuah daftar keprihatinan, pertanyaan- pertanyaan
dan keberatan-keberatan mengenai penggunaan surat indulgensia dan keserakahan
Gereja yang semakin mengarah keduniawian. Martin Luther tidak merasa ragu karena
belum meyakini beberapa dari pernyataannya, sebab membahas kebenarannya
merupakan motivasinya untuk memakukan tesisnya tersebut.12
Martin Luther ini menyusun sebuah tesis yang dimana isinya sebagian besar
mengutuk keserakahan dan keduniawian di dalam Gereja Katolik yang dianggap
sebagai bentuk penyelewengan. Sembilan puluh lima tesis ini diterjemahkan ke dalam
bahasa Jerman, dibuat salinannya, dan disebarluaskan. Hanya dalam waktu dua
minggu, sembilan puluh lima tesis ini telah menyebar ke seluruh Jerman dan dalam
waktu dua bulan telah menyebar ke seluruh Eropa.

2. Bidang sosial ekonomi

Pada saat Martin Luther melakukan perjalanan menuju kota Roma, ia melihat
keadaan sekitarnya sangat memprihatikan. Pemandangan kota Roma bagi
MartinLuther sudah tidak lagi seagung dan sesuci yang pernah ia bayangkan dalam
pikirannya. Kenyataan yang harus dihadapi oleh Martin Luther adalah kota Roma
sudah seperti neraka yang ada di bumi. Kejahatan, kepalsuan, dan kebohongan
terdapat di berbagai penjuru kota Roma.

Martin Luther memulai pekerjaannya sebagai reformator dengan berani


sebagai pejuang kebenaran. Martin Luther di atas mimbar memberikan kotbah,
dengan kesungguhan hatinya ia menunjukkan sifat-sifat dosa di hadapan banyak
orang yang sedang berkumpul dan mengajarkan kepada mereka bahwa sangat tidak
mungkin bagi manusia untuk mengurangi dosa atau menghapuskan dosa atas usaha
manusia sendiri, tetapi melalui rahmat Tuhan. Martin Luther juga menasehati kepada
orang-orang supaya jangan membeli surat indulgensia, tetapi bertobatlah kepada
Tuhan.

Penjualan surat indulgensia yang tetap dilaksanakan mesti Martin Luther telah
memberikan pengaruhnya di masyarakat untuk tidak membeli surat tersebut, membuat
Martin Luther berpikir kembali untuk memikirkan cara lain untuk menghentikan
penjualan surat indulgensia tersebut. Martin Luther menemukan cara lain yaitu pada
12
Roberts liardon, Jendral Tuhan: Gebrakan Para Pahlawan Reformasi Iman, (Metanoia: Jakarta, 2006), hal.
161.

10
hari sebelum festival “Semua Orang Kudus”, Martin Luther bersama-sama dengan
orang banyak yang pergi ke gereja, memakukan di pintu gereja selembar kertas kertas
yang berisi sembilan puluh lima tesis yang menentang ajaran pengampunan dosa.

3. Bidang politik

Penyalahgunaan terjadi di dalam Gereja Katolik Roma pada Abad


Pertengahan. Salah satu hal yang paling buruk adalah simonia yaitu penjualan jabatan
dan hak-hak khusus agama. Paus, uskup, dan para imam berperan terlalu berlebihan
dalam hidup Gereja. Para orang awam kurang paham, bahkan tidak mengetahui akan
ajaran pokok Kristiani dan sangat kecil hak suaranya dalam ungkapan iman mereka.13

Pada abad ke-16, Raja Roma secara perlahan-lahan memegang kekuatan


politik dan juga kekuatan spiritual mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh
keutuhan Kekaisaran Roma Barat. Kekuatan politik sering menimbulkan korupsi, dan
demikian juga halnya dengan Gereja, walaupun masih banyak orang-orang Gereja
yang saleh dan secara intelektual hebat muncul, pelecehan terjadi secara meluas,
bukan hal kecil misalnya menjual kebebasan berbuat dosa, ketika seorang awam yang
percaya dijanjikan bahwa pembayaran dengan uang terhadap Gereja akan
membebaskan orang tersebut dari kutukan penghakiman Tuhan di dunia setelah
kehidupan di alam baka.14

Pada masa pemerintahan Paus Leo X, umat diminta membeli surat


indulgensia. Paus Leo X memiliki kekuasaan yang absolut atas Gereja dan juga
negara sehingga mudah untuk melaksanakan keinginannya untuk pengadaan praktek
penjualan surat indulgensia.

Martin Luther tidak bisa menerima tindakan Paus Leo X yang sudah
menyelewengkan wewenangnya. Dalam hal ini, Martin Luther berusaha untuk
menerapkan ketiga ajaran pokoknya (sola fides, sola gratia, sola scriptura) dan
mengembangkannya, terlebih melihat adanya pelecehan dan penyelewengan di dalam
Gereja Katolik Roma yaitu adanya khotbah surat indulgensia yang berkaitan dengan

13
Thomas Michel, Pokok-pokoi Iman Kristiani, (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2001), hal. 92.
14
Nicko-Hosea-Layantara/“Kisah-Nyata-Martin-Luther-dalam/http://www.kamusti.web.id/?inc=itdict-
personage&op=view&id=56&type=3, di akses pada hari Kamis 10 November 2022. Pukul 20:18

11
pembiayaan pembangunan Basilika Santo Petrus. Kebutuhan akan biaya
pembangunan itu bercampur aduk dengan situasi sosio-politik dan Gereja di Jerman.

Martin Luther melakukan semua hal tersebut karena memiliki tujuan mulia.
Martin Luther ingin mereformasi Gereja Katolik selaras dengan ajaran asli Alkitab,
dan kembali pada iman asli komunitas Kristiani. Ia juga mendesak para pangeran
Jerman untuk menolak wewenang kuasa Paus dan melaksanakan reformasi injili
gerejani.15

C. Calvin
Yohanes Calvin atau John Calvin lahir di Noyon, Kerajaan Perancis, 10 Juli
1509 Swiss. Ia adalah teolog Kristen terkemuka pada masa Reformasi Protestan yang
berasal dari Perancis. Seorang pemimpin Reformasi Gerakan Gereja di Swiss.
Merupakan generasi kedua dalam jajaran pelopor dan pemimpin reformasi gereja
abad ke-16 peranannya sangat besar dalam gereja-gereja reformatoris. Gereja-gereja
yang mengikuti ajaran tata gereja yang digariskan Calvin tersebar. Dikenal dengan
gereja Calvinisme. Sebagai pelopor Reformasi Gereja, ia menyebarkan gagasan-
gagasannya tentang bagaimana Gereja Reformasi yang benar itu ke banyak bagian
Eropa. Calvinisme menjadi sistem teologi dari mayoritas Gereja Kristen di
Skotlandia, Belanda, dan bagian-bagian tertentu dari Jerman dan  berpengaruh di
Perancis, Hongaria khususnya di Transilvania dan Polandia.

Selain martin Luther Calvin dan Zwingli, juga merupakan tokoh reformasi
yang berpandangan bahwa Allah akan memberikan dengan cuma-cuma pengampunan
dosa, memberikan peranakan, dan memberikan pembenaran kepada manusia yang
berdosa.
Para reformer juga menekankan mengenai iman kepercayaan. Iman
kepercayaan bukan semacam pengakuan intelektual saja terhadap doktrin yang
dipaksakan. Juga bukan semacam pengertian ajaran yang hanya bersifat rasionil saja,
tetapi iman bagi Luther adalah suatu penerimaan-atas-penerimaan( the acceptance of
the acceptance). Yang dipertahankan oleh para reformer adalah konsep bahwa iman
adalah sesuatu penyerahan total dihadapan anugerah Allah yang menghentikan segala

15
Thomas Michel, Pokok-pokoi Iman Kristiani, (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2001), hal. 93.

12
pergumulan atau penyadaran kepada diri yang tidak layak, sebaliknya melihat Allah
yang melayakkan kita.
Para reformer mengingatkan kembali seperti ajaran mengenai system
pertobatan dan pengakuan dosa yang dijalankan oleh orang katolik atau dalam Gereja
katolik, suatu sistim mengenai pengakuan dosa yang dilaksanakan di hadapan pastor
kemudian menerima pengampunan. Para reformer juga menolak mengenai ajaran
intermediate state (suatu keadaan antara sesudah kematian dan sebelum kebangkitan
orang mati, dimana pada ajaran ini, Katolik mengajarkan adanya api penyucian
(purgatory) para reformer berpandangan ajaran ini tidak sesuai dengan alkitab.
Prinsip penting teologi reformasi ada empat prinsip yaitu Sola Gratia, hanya
berdasarkan anugrah saja. Prinsip ini menolak segala jasa manusia. Menolak
pandangan mengenai adanya kerjasama antara manusia dan Allah untuk
menyelamatkan manusia. Sola Fide, artinya hanya berdasarkan iman kepercayaan saja
manusia diterima oleh Allah, dan dapat datang pada Tuhan. Sola Scriptura, hanya
percaya kepada apa yang dikatakan oleh Alkitab itu adalah firman Allah. Sola Cristos,
berarti hanyalah bagi Kristus menjadi pusat seluruh Alkitab. Maka tidak ada
seorangpun di dalam duni ini yang boleh dibandingkan atau disetarakan dengan
kedudukan Kristus. Paus, orang suci, Maria atau siapapun tidak dapat disetarakan
dengan Kristus.
Sebab-sebab perpecahan agama Roma Katolik dan timbulnya apa yang
kemudian disebut sebagai agama Protestan sungguh sangat ruwet dan masih
diberdebatkan. Menurut Huston Smith, faktor ekonomi, politik, nasionalisme, paham
individualisme renaisans, dan keprihatinan yang sangat meningkat terhadap penyalah
gunaan wewenang Gereja, merupakan faktor penting yang mempunyai pranan dalam
reformasi Protestan. Namun hal-hal itu tidak menutup kenyataan bahwa penyebabnya
yang mendasar bersifat keagamaan, yaitu adanya perbedaan pendapat antara agama
Roma Katolik dan agama Protestan.
Reformasi Protestan juga disebabkan adanya peristiwa pada tahun 1517
Johann Tetzel menjual ablass briefe indulgence (surat pengampunan hukuman
temporal dari dosa) dari paus Leo X (1513-1521) guna untuk mengumpulkan uang
bagi perbaikan Greja st. Peter di Roma. Dalam hal ini orang-orang yang memberi
sumbangan uang, dan mengakui dosanya dijanjikan pengampunan dari hukuman di
dunia. Krisis kewibawaan adalah faktor penyebab adanya reformasi Protestan karena
pada saat itu kewibawaan dari Paus dipersoalkan skisma besar dan akibat-akibatnya.
13
Skisma besar (1378-1417) membawa pada perpecahan kekristenan di Barat, tepatnya
pada saat kematian Gregorius XI. Golongan Italia dipimpin oleh Urbanus VI, dan
Golongan Prancis dipimpin oleh Clement VII. Situasi tersebut berlanjut sampai 1417
ketika konsili Constance (1414-1417) memilih Martin V sebagai Paus. Untuk satu
priode yang singkat sekitar tahun 1409 terdapat pihak yang mengklaim kepausan.
Pembaruan yang dilakukan oleh Luther, Zwingli dan Calvin mencerminkan
perubahan-perubahan dengan meninggalkan ajaran Katolik Roma, mereka membuat
etos baru yang memuat otonomi baru dan kebebasan total yang membuat individu
harus dibebaskan dalam membaca dan menafsirkan alkitab tanpa control Gereja yang
bersifat menghukum. Terkadang mereka menengok nilai-nilai ekstrim dan bahkan
nilai kekerasan supaya agama mereka dapat menjawab kondisi dunia yang mengalami
perubahan radikal. Dalam usaha memuluskan tuntutannya para pembaharu bersikap
tanpa kompromi terhadap setiap orang yang menyanggah ajaran mereka, Luther
menyatakan bahwa buku-buku “kafir” harus dibakar, dan Calvin serta Zwingli tidak
segan-segan membunuh para pembangkang.
Reformasi merupakan peristiwa mengerikan, karena mampu membelah Eropa
menjadi kubu-kubu yang saling bermusuhan. Di Inggris, kaum Protestan dan Katolik
saling membantai satu sama lain. Kemudian di Prancis terjadi perang saudara antara
Protestan dan Katolik ( 1562-1598). Konflik tersebut dimulai dari pertengahan abad
16 dan diakhiri keluarnya maklumat Nantes tahun 1598. Peperangan ini meliputi
peperangan sipil dan juga operasi militer. Di samping unsur-unsur agama, peperangan
tersebut merupakan perjuangan terhadap kontrol yang berlebihan akan aturan-aturan
negara antara kekuasaan House of Guise (Lorraine) dan Liga Katolik di satu sisi
dengan House of Bourbon di sisi lain. Peperangan ini juga dianggap sebagai perang
antara Raja Philip II dari Spanyol dan Ratu Elizabeth I dari Inggris. Perang ini
diakhiri dengan dikeluarkannya maklumat Nantes oleh Henry IV, Raja Perancis yang
memberikan toleransi keagaamaan pada Protestan. Kemudian pembantaian kaum
Protestan secara besar-besaran pada tahun 1572. Perang tiga puluh tahun (1618-1648)
meluluh lantahkan bangsa-bangsa Eropa satu demi satu, suatu pertarungan politik
bernuansa religius yang memusnahkan impian satu Eropa.
Perang Tiga Puluh Tahun melibatkan segitiga kekuatan. Segi pertama, perang
tersebut merupakan perang saudara antara orang Jerman Protestan dan orang Jerman
Katolik. Segi kedua, perang ini merupakan perang saudara yang dilakukan oleh para
pangeran Jerman dari kedua aliran agama melawan Kaisar mereka. Dan segi ketiga,
14
perang ini merupakan perang internasional: Perancis menentang wangsa Habsburg,
orang Spanyol berusaha mendapatkan kembali kekuasaannya atas Belanda, dan orang
Skandinavia yang baru bangkit berusaha mendapatkan bagian di benua Eropa, dan
bangsa-bangsa yang berdiri di pinggir medan laga membantu salah satu pihak yang
berperang dengan uang, tentara dan perjanjian, terkadang membela satu pihak dan
terkadang membantu pihak lain. Dalam pertempuran yang bersegibanyak ini, pasukan
dari enam kebangsaan terlibat secara aktif: Jerman, Spanyol, Perancis, Denmark, dan
Swedia. Yang lain, yakni Inggris, Polandia, Skotlandia dan Transylvania,
menyediakan pasukan bayaran yang anggotanya terdiri dari orang-orang Yunani,
Turki, Italia, dan Belanda. Reformasi Protestan telah menghanguskan Eropa.16
Latar Belakang yang menjadikan masyarakat jerman feodal
Istilah Feodalisme berasal dari bahasa Frankis (Perancis kuno) yang
berbunyi fehu-ôd, feod, feud, dan yang berarti pinjaman, terutamalah tanah yang
dipinjamkan dan itupun untuk suatu maksud politik. Lawan kata itu adalah all-
ôd atau milik sendiri dalam peristilahan hukum adat feodum menyerupai tanah
gumantung, gaduh atau paratantra. Sedangkan allod  menyerupai tanah yasan,
yosobondo atau svatantra. Istilah Feodalisme sendiri dipakai sejak abad ke-17 dan
oleh pelakunya sendiri tidak pernah dipakai. Semenjak tahun 1960-an, para sejarawan
memperluas penggunaan istilah ini dengan memasukkan pula aspek kehidupan sosial
para pekerja lahan di lahan yang dikuasai oleh tuan tanah, sehingga muncul istilah
“Masyarakat Feodal”. Karena penggunaan istilah Feodalisme semakin lama
semakin berkonotasi negative, oleh para pengkritiknya istilah ini sekarang dianggap
tidak membantu memperjelas keadaan dan dianjurkan untuk tidak dipakai tanpa
kualifikasi yang jelas. Pada abad petengahan di Eropa yakni yang dimulai dengan
runtuhnya Romawi dan berakhir pada masa renaisanse abad ke-14 sekitar abad ke-3,
romawi pecah menjadi dua wilayah yakni romawi barat dan romawi timur, waktu-
waktu tersebut merupakan permulaan munculnya perekonomian yang biasanya kita
sebut sistem feodalisme.
Beberapa faktor yang memunculkan perekonomian tersebut antara lain:

1. Hancurnya organisasi politik secara besar-besaran


2. Pertempuran di Eropa yang menyebabkan jatuhnya romawi
3. Hukum dan tata tertib hilang digantikan dengan peraturan Negara-negara kecil.

16
Jurnal N.Nugroho, Reformasi Protestan Dan PerangAgama Prancis, uin raden fatah, 2019 hlm 69-76

15
Perbedaan kritikan 3 tokoh
1. Kritikan-kritikan yang dikeluarkan oleh Martin Luther terjadi ketika ia
mengetahui adanya praktik menjual surat pengakuan dosa oleh gereja. Surat
pengakuan dosa seharusnya sebuah hal yang sakral, karena merupakan bentuk
anugerah gereja terhadap dosa yang telah diperbuat. Martin Luther percaya
bahwa manusia begitu tercemar oleh dosa sampai-sampai kebaikan saja tidak
akan cukup untuk menghindarkan manusia dari api neraka. Keselamatan
manusia hanya akan didapat dari keimanan dan pertolongan Tuhan semata.
Pemikirannya itu memandang keliru praktik penjualan surat pengampunan,
yang selalu dianggap oleh masyarakat sebagai cara mendapatkan keselamatan
dari dosa yang telah diperbuat. Gereja sebagai perantara antara manusia
dengan Tuhan dianggap salah dalam membimbing manusia.
2. Ketika Jan Hus mempertanyakan tentang hak Gereja atas kuasa duniawi dan
kekayaan gereja. Paus telah menuntut bahwa hak milik gereja-gereja di Inggris
adalah milik Paus. Wycliffe sangat tidak menyetujui tuntutan seperti itu.
Menurutnya harta milik gereja adalah milik negara. Persoalan inilah yang
mendorong Wycliffe mulai menyelidiki prinsip dasar kepemilikan dalam
Alkitab. Ia menarik kesimpulan bahwa gereja seharusnya tidak memiliki harta
duniawi. Gereja harus menjadi miskin dan sederhana seperti gereja pada masa
Perjanjian Baru. Dalam hal ini Paus dikritik secara tajam oleh Wycliffe.
Menurutnya, Paus dan konsili seharusnya berada di bawah hukum Allah
karena Kristuslah Kepala Gereja. Oleh karena Kristus tidak pernah
menahbiskan Paus, maka Paus tidak mempunyai kekuasaan dari Kristus.
Bahkan sampai puncaknya, Wycliffe menyebut Paus sebagai Si Anti-Kristus.
Selain itu, Wycliffe juga mempertanyakan tentang penjualan kartu-kartu
pengampunan dosa dan jabatan-jabatan gerejawi, penyembahan kepada para
santo dan religi yang berbau takhayul. Ia mempertanyakan juga pandangan
resmi tentang Ekaristi (doktrin transubstansiasi) yang dikeluarkan oleh Konsili
Lateran Keempat. Untuk pandangan-pandangannya inilah Wycliffe sering
harus berhadapan dengan para uskup dan konsili-konsili untuk disidang.
Namun, Inggris pada dasarnya penuh sentimen terhadap Gereja Roma,
khususnya pada tahun- tahun 1300-an. Para pangeran -- dan banyak orang
awam yang memegang kepemimpinan yang sangat kuat di Inggris.--
menyesalkan cara Gereja merampas kekuasaan dan harta rakyat. Dalam hal
16
inilah Wycliffe mendapat dukungan dari John Gaunt (Pangeran Lancaster).
Dengan memanfaatkan kecerdasan Wycliffe, John Gaunt sering memakai ide-
ide dan kepopuleran Wycliffe untuk berargumentasi dengan Gereja. Sebagai
imbalannya, Pangeran John Gaunt memberi Wycliffe semacam perlindungan.
3. calvin telah meletakan dasar dasar teologis, filosofis dan intelektual.bedanya
adalah pemikiran calvin lebih radikal dibanding luther Luther di nilai agak
konserfatif. Calvinisme , sangat berpengaruh terhadap perjalanan sejarah
Eropa modern la merupakan salah satu Fondasi doktrinal terpenting kemajuan
peradaban kapitalis Eropa di ahad moder Pemikiran Calvin yang kemudian
menjadi basis teologi terpenting prostestantisme adalah gagasan tentang
takdir. Takdir manusia menurut Calvin telah di tentukan oleh tuhan Siapa pun
tidak bisa mengubahnya, bahkan pastor sekalipun. Manusia yang selamat atau
celaka di dunia manapun di akhirat kelak menang telah di tulis nasibnya
demikian. Nasib manusia sepenuhnya ditentukan oleh adat dan Tuhan la tidak
lebih hanya wayang dalam kehidupan di dunia ini. Tuhanlah yang menjadi
dalangnya.Manusia juga di tuntut untuk berjuang tanpa henti, melawan semua
nafsu hewaninya. Tetapi calvin mengingatkan, caranya bukanlah dengan
menjalani kehidupan monastik. Menurut Calvin sumber segala dosa adalah
perbuatan menyia nyiakan waktu Mengenai askestisme Calvinis itu, Weber
berkomentar, Pemborosan waktu adalah dosa terbesar. Pemborosan waktu
untuk hal hal yang sia sia pergaulan sosial, bicara tak tentu arah, foya foya,
tidur berlebihan kecuali untuk kesehatan dikutuk Tuhan dan merupakan dosa
moralitas tak terampuni Maka sementara manusia harus percaya takdir Tuhan,
ia juga harus bekerja keras meraih rahmat Tuhan itu. Menurut Nurcholish
doktrin imam al Asy'ari mengenai al fadl (kemurahan; inggris; grace) dalam
kaitannya dengan doktrin al kasb (usaha: inggris; acqusition).

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Jan Hus, juga dikenal sebagai Yohanes Hus atau Juan Hus adalah seorang


pemikir dan reformator agama Kristen yang berasal dari wilayah petuanan
negara Ceko (yang saat itu ia tinggal di wilayah itu dan dikenal sebagai
provinsi Bohemia). Ia memulai suatu gerakan keagamaan yang didasarkan pada
gagasan-gagasan John Wycliffe. Para pengikutnya dikenal sebagai
kaum Hussit. Gereja Katolik menganggap ajaran-ajarannya sesat dan perlu diberantas
karena akan menimbulkan dogma yang salah dalam tubuh kekristenan, dan
Hus dikucilkan pada 1411, dikutuk oleh Konsili Konstanz, dan dibakar di tiang salib
pada tanggal 6 Juli 1415, di kota Konstanz, Jerman.

Adapun peranan Martin Luther dalam reformasi Gereja pada tahun 1517-1546,
yaitu pertama dalam bidang agama ia memusatkan perhatiannya kepada kebenaran
yang terdapat dalam Kitab Perjanjian Baru, serta sembilan puluh lima tesis yang
disusun oleh Martin Luther yang isinya sebagian besar mengutuk keserakahan dan
keduniawian di dalam Gereja Katolik yang dianggap sebagai bentuk penyelewengan.
Kedua, dalam bidang sosial ekonomi iamemberikan pengaruhnya di masyarakat untuk
tidak membelisurat indulgensia. Ketiga, dalam bidang politik ia ingin mereformasi
Gereja Katolik selaras dengan ajaran asli Alkitab, dan kembali pada iman asli
komunitas Kristiani dengan mendesak para pangeran Jerman untuk menolak
wewenang kuasa Paus dan melaksanakan reformasi injili gerejani.

Peperangan yang terjadi di prancis antara katolik dan protestan yang


melibatkan 16 negara yang dimulai tahun 1562 dan berakhir pada tahun 1598. diakhiri
dengan adanya kesepakatan atau perjanjian yang isinya memberikan kebebasan
beragama bagi orang Protestan jaminan itu ditetapkan pada bulan 13 April 1598 dari
raja Hanry IV di Prancis. Dan semua konflik antara protestan dan katolik diakhiri
dengan perjanjian wesphalia, perjanjian ini merujuk dengan ditandatanganinya
perjanjian mulai 19 Mei sampai 24 Oktober 1928 dan perdamaian ini mengakhiri
peperangan baik 30 tahun maupun 80 tahun peperangan antara Katolik dan Protestan.
Inti dari perjanjian itu antaralain: semua kelompok menerima perjanjian Augsbrug

18
tahun 1555, bahwa setiap penguasa memiliki hak untuk menentukan agama
negaranya, untuk memilih luteran, calvin, yuwingli. Dan oarang yang hidup di negara
yang tempat hidupnya bukan sesuai dengan agamanya diberikan kebebasan untuk
beribadah pada waktu yang telah ditentukan sesusi dengan ajaran Gereja.

B. Saran
Sebagai seorang manusia tentunya mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Oleh sebab itu, dalam memandang segala sesuatu penulis sarankan agar dengan hati
yang jernih sehingga mudah bagi kita menerima kebenaran, karena segala sesuatu
mempunyai manfaat. Dan juga, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna seperti kata pepatah tak ada gading yang tak retak, oleh sebab itu
penulis masih memerlukan banyak masukan yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan makalah ini dan makalah-makalah yang akan datang.

19
DAFTAR PUSTAKA

Binsen Samuel Sidjabat, Strategi Pendidikan Kristen (Yogyakarta: Penerbit Andi, 1996)
David F. Wells, Losing Our Virtue: HIlangnya Kebajikan Kita (Surabaya: Momentum, 2005)
Grosshans, Hans Peter. 2001. Luther. Yogyakarta: Yayasan Kanisius.
Jurnal N.Nugroho, Reformasi Protestan Dan PerangAgama Prancis, uin raden fatah, 2019
Laarhoven, Kleopas. 1977. Gereja Abadi. Gunungsitoli: Offset.
Liardon, Roberts. 2006. Jendral Tuhan: Gebrakan Para Pahlawan Reformasi Iman. Jakarta:
Metanoia
Luther, Martin. 1957. Luther’s Work Volume 40: Church and Ministry. Philadelphia:
Muhlenberg Press.
Michel, Thomas. 2001. Pokok-pokoi Iman Kristiani. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Schaff-Herzog: Encyclopedia of Religion

Wellem,F.D.1994. Kamus Sejarah Gereja. Jakarta, BPK Gunung Mulia.


https://id.wikipedia.org/wiki/Jan_Hus, Diakses Pada Kamis, 16 September 2021, Pukul 14.18
Wib.
http://www.kamusti.web.id/?inc=itdict-personage&op=view&id=56&type=3, di akses pada
hari Kamis 10 November 2022. Pukul 20:18 Wib

20

Anda mungkin juga menyukai