Anda di halaman 1dari 8

7 Perbedaan Perjanjian Lama dan

Perjanjian Baru di Alkitab


Berdasarkan isinya dan gaya penulisan, Perjanjian Lama dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian
utama yaitu:

1. Kitab-kitab Taurat
2. Kitab-kitab sejarah
3. Kitab-kitab hikmat
4. Kitab-kitab kenabian
Sementara pengelompokan untuk Perjanjian Baru adalah

1. Kitab-kitab Injil (4 kitab)
2. Kitab sejarah apostolik (1 kitab)
3. Surat-surat (21 kitab) dan
4. Kitab apokalips (1 kitab).

Perjanjian Lama
Berdasarkan isi dan gaya penulisannya, kitab ini dibagi kembali dalam 5
bagian utama, yaitu:

5 Kitab Taurat

Kejadian Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan

1 Kitab Sejarah

Yosua, Hakim-hakim, Rut, 1 Samuel, 2 Samuel, 1 Raja-Raja, 2 Raja-Raja, 1


Tawarikh, 2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, Ester

5 Kitab Puisi

Ayub Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung

5 Kitab Nabi-Nabi Besar

Yesaya Yeremia, Ratapan, Yehezkiel, Daniel

1 Kitab Nabi-Nabi Kecil

Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai,
Zakharia, Maleakhi
Perjanjian Baru
Sementara itu, dalam Perjanjian Baru dibagi kembali menjadi 4 bagian
utama yaitu:

4 Kitab Injil

Matius Markus, Lukas, Yohanes

1 Kitab Sejarah

Kisah Para Rasul

2 Surat-Surat Rasuli

9 surat ditujukan kepada Jemaat sesuai dengan nama kotanya yaitu: Roma,


1 Korintus, 2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1 Tesalonika, 2
Tesalonika

4 surat kepada pribadi atau pastoral sesuai dengan namanya yaitu 1


Timotius, 2 Timotius, Titus dan Filemon

1 surat untuk Ibrani

7 surat rasuli yang diberi nama sesuai penulisnya yaitu Yakobus, 1 Petrus, 2
Petrus, 1,2,3 Yohanes, dan Yudas

1 kitab Wahyu

Penjelasan di atas tentu saja berkaitan dengan urutan penulisan dalam


Alkitab. Coba diperiksa, benarkah urutan penulisan Alkitab persis sama
dengan pembagian di atas.

1. Berdasarkan waktu penulisan

a. Perjanjian lama ditulis dari antara tahun 1400 SM – 400 SM, sementara
perjanjian baru ditulis dengan perkiraan tahun 45 – 95.
b. 39 kitab yang terdapat di perjanjian lama juga berbeda waktu penulisan,
seperti kitab Musa (kejadian – ulangan) ditulis sekitar tahun 1450 SM,
Kitab Yosua dan Rut ditulis sekitar tahun 1370 SM, kitab 1 Samuel – 2
Samuel ditulis sekitar akhir abad ke 10 SM, kitab 1 Tawarikh, 2
Tawarikh, Ezra, Nehemia ditulis sekitar 400 SM, dan sebagainya.
c. Perjanjian baru, berbeda waktu penulisannya diantara satu kitab dengan
kitab lainnya. Matius ditulis sekitar 60 M, Markus ditulis sekitar 55 –
65 M, Lukas ditulis sekitar tahun 60-63 M, Galatia dan Efesus ditulis
sekitar tahun 50 M, dan lain sebagainya. 

2. Berdasarkan gaya penulisan

a. Gaya penulisan di perjanjian lama lebih menekankan ke arah catatan


berdasarkan sejarah maupun kronologi sejarah, petunjuk, perpaduan
kisah dan catatan harian, kronologi dan kisah nyata, silsilah keturunan,
puisi ibrani kuno, tulisan perkataan hikmat dan lain sebagainya. Gaya
penulisan di perjanjian baru lebih menekankan ke arah narasi silsilah,
biografi, kumpulan kisah nyata dari Yesus (bisa dilihat dari 4 kitab
Injil), berisi pengajaran, suatu kronologis pelayanan para rasul,
pengucapan syukur, surat pribadi kepada sang murid, berupa peringatan
maupun penglihatan.

 b. Melihat penulis perjanjian lama kebanyakan adalah para nabi, baik itu
nabi besar maupun nabi kecil. Misalnya adalah Musa, Yosua, Samuel,
Gad, Natan, Yeremia, Ezra, Nehemia, Mordekhai, Salomo, Yesaya,
Yeremia, Yehezkiel, Daniel, Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus,
Mikha, Nahum, Hagai, Zakharia, sampai Maleakhi. Sementara
perjanjian baru ditulis oleh para Rasul, seperti Matius, Yohanes
saudara Yakobus,  Yohanes Markus yang merupakan murid Petrus,
Lukas, Paulus, Yakobus saudara Yesus, rasul Yohanes, Yudas saudara
Yesus.

4. Berdasarkan tempat penulisan

Tempat penulisan perjanjian lama lebih condong ke Israel (secara fisik) dan
sekitarnya seperti di padang gurun, dataran Moab, Kanaan,  Yehuda, Mesir,
Yerusalem, Elam, Babilon, dan Samaria. Pada perjanjian baru, tempat
penulisannya di luar Israel bahkan mungkin lebih jauh dari itu, seperti
Palestina, Roma, Kaisarea, Efesus, Korintus, Makedonia, Patmos.

5. Berdasarkan bangsa tujuannya


Kalau memperhatikan dengan cermat di perjanjian lama, bangsa Israellah
yang menjadi bangsa pilihan-Nya sehingga ke-39 kitab di perjanjian lama
semuanya bertujuan agar bangsa Israel tetap kembali kepada Tuhan,
meninggalkan kejahatan perzinahan rohani yang mereka lakukan. Oleh
karena itulah, Allah memakai tidak sedikit Nabi untuk menubuatkan
pertobatan kepada mereka. Kenapa bangsa Israel menjadi bangsa yang dipilih
oleh-Nya tetap masih merupakan suatu pertanyaan yang tak bisa dijawab oleh
siapapun sampai sekarang ini. Karena kalau dibandingkan dengan bangsa
lain, bangsa Israel sangat jauh dari kata baik, apalagi kalau kita membaca
perjalanan/sejarah mereka. Tapi yang jelas itu adalah maunya Allah dan tak
ada yang berhak untuk menanyakan lebih jauh lagi tentang alasan-Nya
memilih bangsa Israel. Kalau di perjanjian baru, kita bisa melihat bahwa tak
ada lagi yang namanya bangsa Israel (secara fisik). Israel yang dimaksudkan
di perjanjian baru adalah Israel baru yaitu bangsa apapun yang mau
meresponi rahmat dan kasihnya Tuhan karena semuanya sudah digenapi oleh
Kristus di Kalvari sehingga siapa saja boleh datang kepada Allah hanya
melalui Dia (Yesus).

6. Berdasarkan sejarah firdaus

Melihat bahwa di perbedaan perjanjian lama dan perjanjian baru


diperlihatkan tentang “firdaus yang hilang” yang disebabkan oleh karena
kejatuhan manusia ke dalam dosa. Di perjanjian baru firdaus tersebut
diperoleh kembali melalui Kristus yang merupakan keturunan perempuan
(penggenapan dari firman di kitab kejadian) dan pemulihan kembali akan
dikerjakan suatu hari nanti. 7.

7. Berdasarkan persembahan

Oleh karena kejatuhan manusia ke dalam dosa, maka dibuatlah suatu


ketetapan tentang sistem persembahan yang diberikan kepada Allah oleh
bangsa Israel untuk penghapusan dosa-dosa mereka dan persembahan ini
hanya dapat diberikan melalui imam yang berasal dari suku Lewi. Sementara
di perjanjian baru, tak perlu lagi orang-orang mempersembahkan hewan atau
ternaknya sebagai kurban kepada Allah karena ganti persembahan itu sudah
digenapi oleh Yesus sebagai Anak Domba Allah yang hidup sehingga barang
siapa yang percaya kepada-Nya akan memperoleh pengampunan kekal atas
dosa-dosanya.
Inti dari Alkitab (baik perjanjian lama dan perjanjian baru) adalah kasih
Kristus. Apa yang tertulis di perjanjian lama merupakan nubuatan tentang
Mesias yang sudah digenapi di perbedaan perjanjian lama dan perjanjian
baru. Sehingga adalah salah ketika seseorang menafsirkan bahwa Allah
hanya mengasihi bangsa Israel saja karena hanya melihat perjanjian lama
saja. Atau adalah salah pula jika mengira bahwa Allah sangat kejam dan tidak
pengasih di perjanjian lama karena melihat akan penghukuman demi
penghukuman yang diberikan-Nya kepada bangsa Israel maupaun bangsa
non-Israel oleh karena ketidakbenaran yang mereka kerjakan dan malah
mengira Allah berubah di perjanjian baru karena Ia mau mengorbankan
diriNya sendiri di Kayu salib. Itulah sebabnya perjanjian lama dan perjanjian
baru tak bisa dipisahkan karena memiliki keterikatan yang jelas sehingga jika
menekankan satu perjanjian saja akan kehilangan arah dan sulit melangkah
untuk mengenal Allah yang hidup lebih lagi. Allah yang pengasih itu tak
pernah berubah. Baik di perjanjian lama maupun di perjanjian baru, Dia
selalu sama. Layaklah sembah sujud nyatakan dengan kesadaran yang jelas
kepada-Nya.

Dalam ajaran Katolik, tujuh kitab ini dinamakan Kitab Deuterokanonika. Pada
Konsili Trente, Gereja Katolik kembali menetapkan Kitab Deuterokanonika
sebagai Kitab Suci. Kitab Deuterokanonika ini terdiri dari Kitab Yudith, Kitab
Tobit, Kitab Makabe I, Kitab Makabe II, Kitab Kebijaksanaan, Kitab Putera
Sirakh, Kitab Baruch. Kitab-kitab inilah yang akhirnya menjadi perbedaan
antara Alkitab Katolik dan Protestan. Karena umat Katolik menggunakannya
sebagai Kitab Suci, sedangkan agama Protestan tidak mengakui ketujuh kitab
tersebut. Dan ini juga alasan mengapa Alkitab umat Katolik lebih tebal dari
Alkitab Protestan.

Penyusunan kitab-kitab ini disebut kanonisasi, yaitu menentukan kanon/kitab


yang akan masuk ke dalam Alkitab. Namun tentu saja, penyusunan ini tidak
dilakukan dengan sembarangan. Ada pihak khusus yang diberi wewenang
untuk melakukannya yaitu Magisterium Gereja. Dengan dibantu oleh Roh
Kudus, mereka memilah-milah kitab mana yang akan menjadi Kitab Suci dan
mana yang hanya merupakan karangan palsu. Upaya ini dilakukan dari abad
pertama sampai abad keempat. Dan hasilnya, keluarlah 73 kitab yang menjadi
Kitab Suci. erdapat sumber yang mengatakan bahwa setelah reformasi gereja,
Martin Luther membuang tujuh kitab yang dianggap sebagai kitab aproika,
yaitu kitab yang tidak dikenal. Sehingga Alkitab Protestan  saat ini menjadi 66
kitab.

Alasan Katolik Menggunakan Kitab Deuterokanonika

Alasan mengapa agama Katolik mengakui Kitab Deuterokanonika sebagai


Kitab Suci karena mereka percaya bahwa kitab ini berasal dari ilham Roh
Kudus. Mereka tidak akan seenaknya untuk membuang kitab.

1. Istilah dari Deuterokanonika sendiri memiliki arti yaitu sebagai kanon


yang kedua, sedangkan kanon yang pertama disebut sebagai
Protokanonika yang terdiri dari kitab Kejadian sampai Maleakhli. Kata
Deuterokanonika mulai digunakan pada abad ke-16. Menurut agama
Katolik, sebenarnya kitab ini merupakan satu kesatuan dengan
Perjanjian Lama. Bahkan dalam cetakan versi bahasa Inggris, kitab
Deuterokanonika menjadi satu dengan Perjanjian Lama. Hanya saja
dalam versi bahasa Indonesia, Deuterokanonika dan Perjanjian Lama
dibuat terpisah. Pemisahan dilakukan untuk membedakan Perjanjian
Lama Katolik dan Perjanjian Lama Protestan, dimana sudah dijelaskan
sebelumnya bahwa Protestan tidak menggunakan Kitab
Deuterokanonika.
2. Argumentasi lain yang menguatkan keyakinan umat Katolik akan Kitab
Deuterokanonika yaitu fakta bahwa kitab ini tidak berdiri sendiri. Kitab
Deuterokanonika memiliki hubungan dengan Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru. Terdapat beberapa kitab yang saling mengacu satu
sama lain. Misalnya adalah hubungan Deuterokanonika dengan
Perjanjian Lama, ada beberapa bagian dalam Kitab Deuterokanonika
yang mengajarkan hal yang sama dengan apa yang diajarkan dalam
Perjanjian Lama. Selain itu banyak juga ayat-ayat dalam Perjanjian Baru
yang mengutip, mengambil referensi, dan menyempurnakan ayat-ayat
dari Kitab Deuterokanonika.
3. Umat Katolik juga memerhatikan sejarah dari penolakan kitab
Deuterokanonika itu sendiri. Dikatakan dalam suatu sumber bahwa
alasan mengapa jaman dulu umat Protestan tidak mengakui
Deuterokanonika dikarenakan orang-orang Yahudi sendiri yang bahkan
menolak kitab ini. Namun, tindakan ini dianggap tidak masuk akan bagi
penganut Katolik. Karena orang-orang Yahudi tersebut bahkan tidak
mempercayai Kristus. Kalau mereka tidak percaya Kristus, maka
mereka tidak memiliki Roh Kudus dalam dirinya. Bagaimana bisa orang
yang tidak dipenuhi Roh Kudus menentukan kitab mana yang akan
menjadi bagian dari Kitab Suci atau tidak.

Alasan Mengapa Protestan Tidak Mengakui Kitab Deuterokanonika

1. Alasan pertama mengapa Protestan tidak mengakui Kitab


Deuterokanonika adalah karena Yesus dan para Rasul tidak pernah
menggunakannya sebagai ajaran, dasar, dan iman bagi mereka, padahal
kitab tersebut sudah ada sejak jaman Yesus.
2. Kitab Suci adalah buku yang ditulis oleh seseorang yang dipenuhi Roh
Kudus, sehingga apa yang ditulisnya bukan berdasarkan kemauan dan
pikirannya sendiri, melainkan karena Roh Kudus yang berbicara melalui
orang tersebut. Namun, penulis kitab Deuterokanonika dianggap tidak
mencerminkan dirinya seperti penulis kitab yang diberikan ilham dari
Allah. Contoh dari keraguan penulis terdapat pada Kitab 2Makabe
15:37b-38, yang berbunyi, “….jika susunannya baik lagi tepat, maka
itulah yang kukehendaki…” Ayat ini dirasa tidak memiliki keyakinan, 
sehingga umat Protestan menganggap bahwa k
3. Kitab Deuterokanonika ini tidak bisa disetarakan dengan Kitab Suci.
Hal yang paling fatal adalah adanya beberapa kesalahan dalam Kitab
Deuterokanonika. Padahal, Alkitab adalah sumber kebenaran. Umat
Protestan merasa bahwa kitab ini tidak bisa mencapai standard Kitab
Suci. Contoh dari kesalahan yang ada dalam Kitab Deuterokanonika
terdapat pada Yudit 1:1,7,11. Disebutkan di situ bahwa Nebukadnezar
adalah Raja Asyur di Niniwe. Pernyataan tersebut jelas salah, karena
faktanya Nebukadnezar adalah Raja Babilonia. Kesalahan lain terjadi
pada Kitab Tobit 5:13, yang menceritakan tentang malaikat Rafael yang
memperkenalkan dirinya sebagai sebagai ‘Azarya bin Ananias’, atau
‘Azarya anak laki-laki dari Ananias.
4. dalam Kitab Deuterokanonika yang tidak sesuai dengan ajaran Alkitab.
Dalam Kitab Deuterokanonika terdapat doktrin bahwa keselamatan bisa
diperoleh dengan berbuat baik, padahal menurut Alkitab keselamatan
hanya didapat melalui iman terhadap Tuhan Yesus Kristus. Karena
alasan-alasan inilah sehingga Protestan tidak mengakui Kitab
Deuterokanonika sebagai Kitab Suci.

Anda mungkin juga menyukai