Anda di halaman 1dari 36

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT,zat penguasa seluruh jagat raya.Dan salawat
beserta salam kepada nabi Muhammad SAW,seterusnya terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dan memberikan saran dalam penyelesain makalah ini

Sebagai wujud syukur untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman kita


tentang kitab – kitab Allah,maka disusunlah makalah ini berdasarkan fakta-fakta
yang didapat dari berbagai sumber dan insya allah di jamin kebenarannya.

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat


kekurangan dan kesalahan.Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua dalam
bertingkah laku atau bersikap selanjutnya

Padang,14 september 2009

penyusun

1
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Al-quran adalah salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW. Orang-orang yang
menganggap bahwa Al-quran itu merupakan karangan Nabi Muhammad berarti ia telah
mengingkarinya sebagai “Nabi” dan mensifatinya sebagai “Ilahi”. Sebab Al-Quran tidak
mungkin dikarang oleh manusia.

Beriman kepada Al-Quran dan kitab-kitab terdahulu yang diturunkan Allah SWT yaitu
Shuhuf Ibrahim, Shuhuf Musa yaitu Taurat, Zabur yang diturunkan kepada nabi Daud
dan Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa.

Al-Quran adalah “hakim” atas semua kitab tersebut dan sebagai timbangan untuk
mengetahui kebenaran dan keabsahannya dari yang telah diselewengkan atau diubah.
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Maidah : 48 :”Kami telah menurunkan kitab Al-
quran kepadamu dengan membawa kebenaran, membenarkan kitab-kitab yang
diturunkan sebelumnyanserta menjadi “Penghukum” bagi kitab-kitab lain”.

Oleh karna itu, bersama makalah ini diharapkan kita mendapatkan pemahaman tentang
kitab- kitab yang telah diwahyukan kepada nabi rasul terdahulu.

2
KITAB-KITAB ALLAH SWT

Dalam agama Islam dikenal empat buah kitab yang wajib kita percaya serta kita imani.
Jumlah kitab suci sebenarnya tidak dijelaskan dalam Alquran dan juga dalam Hadis.
Selain dari kitab Allah yang diturunkan melalui rosul melalui malaikat jibril, kita juga
bisa berpedoman pada hadist nabi Muhammah SAW dan sahifah-sahifah / suhuf /
lembaran firman Allah SWT yang diturunkan pada nabi Adam, Ibrahim dan Musa AS.

Percaya pada kitab-kitab Allah SWT hukumnya adalah wajib 'ain atau wajib bagi seluruh
warga muslimin di seluruh dunia. Dilihat dari pengertian atau arti definisi, kitab Allah
SWT adalah kitab suci yang merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT melalui
rasul-rasulnya untuk dijadikan pedoman hidup umat manusia sepanjang masa. Orang
yang mengingkari serta tidak percaya kepada Alquran disebut orang-orang yang murtad.

Daftar kitab Allah SWT beserta Rasul penerima wahyunya :


1. Kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa AS berbahasa Ibrani
2. Kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud AS berbahasa Qibti
3. Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa AS berbahasa Suryani
4. Kitab Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW berbahasa Arab

Apa saja yang diberitakan oleh Allah kepada kita dalam Al-quran mengenai kitab-kitab
ini, maka kita harus mengimaninya. Dan menyatakan kekufuran orang yang
mengingkarinya. Berita-berita dari kitab-kitab tersebut yang sesuai dengan Al-quran,
maka kita dapat meyakini keabsahannya sepanjang belum diselewengkan. Sedangkan jika
ada berita-berita yang bertentangan dengan yang disebutkan oleh Al-quran maka kita
yakini bahwa hal itu telah diselewengkan dari aslinya.

3
1. Taurat
Taurat Dan Kitab-Kitab Perjanjian Lama.

Kata Taurat berasal dari verba Yurih yang berarti mengajar atau
mengarahkan. Pada mulanya tidak mempunyai arti tertentu hingga
digunakan untuk menyatakan pesan, hukum, ilmu, perintah atau ajaran.
Dengan demikian, umat Yahudi menggunakannya untuk menyatakan
Yudaisme secara keseluruhan. Dalam perkembangan selanjutnya, kata ini
dipakai untuk menyatakan Pentateukh atau kitab Musa yang lima, yaitu:
Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan. Hal ini untuk
membedakannya dengan kitab-kitab nabi-nabi, kitab-kitab kebijaksanaan
dan kidung. Maksud dari kata Taurat itu kemudian lebih meluas lagi hingga
mencakup seluruh Perjanjian Lama untuk membedakannya dengan tafsiran
para robi. Selain itu, kata Taurat juga dipakai untuk menyatakan maksud
hukum atau syariat. Suatu pemakaian yang sepertinya timbul karena
pengaruh naskah Septuaginta5 yang menerjemahkan kata Taurat dengan
kata Yunani Nomos yang berarti hukum atau undang-undang. Dan
sepertinya penggunaan ini juga sangat populer dalam terjemahan-
terjemahan Alkitab yang beredar hingga saat ini. Sedang yang dimaksud
dalam buku ini adalah Pentateukh atau kitab Musa yang lima.

Perjanjian Lama adalah nama yang digunakan untuk menyatakan


sejumlah kitab umat Yahudi yang disucikan oleh umat Kristen. Termasuk di
dalamnya Taurat Musa yang baru saja kita bicarakan. Nama ini digunakan
untuk pertama kali pada awal abad kelima belas Masehi. Pada waktu itu,
umat Kristen telah mengukuhkan dua puluh tujuh kitab suci yang kemudian
mereka sebut dengan Perjanjian Baru. Jadi penamaan Perjanjian Lama tadi
adalah untuk membedakan dua kumpulan kitab suci ini. Yang pertama
adalah perjanjian lama yang kembali ke zaman Musa sedang yang kedua
adalah perjanjian baru yang dimulai setelah munculnya Almasih.

Selanjutnya, terdapat perbedaan dalam Perjanjian Lama. Orang


Protestan dan orang Yahudi non-Sumerian mengakui Alkitab Perjanjian
Lama sebanyak 39 kitab; sementara Perjanjian Lama orang Katolik,
berjumlah 46 kitab. Secara sederhana, kita dapat mengatakan demikian:
ada tujuh kitab dan tambahan dua kitab dari Perjanjian Lama yang
terdapat dalam Kitab Suci Katolik, tetapi tidak ada dalam Kitab Suci
Protestan. Ketujuh kitab tersebut, yaitu Tobit, Yudit, I Makabe, II Makabe,
Yesus Sirakh, Kebijaksanaan Salomo dan Barukh. Sedang tambahan dari
kitab itu adalah beberapa bagian dari kitab Daniel dan Ester. Orang Katolik
menyebutnya kitab-kitab Deuterokanonika, sedang orang Protestan
menyebutnya Apokrip.

4
Adapun kitab-kitab Perjanjian Lama yang disepakati tiga semua kelompok
itu adalah:

Bagian pertama: Taurat, Pentateukh atau kitab Musa yang lima,


yaitu: Kejadian, Keluaran, Ulangan, Hakim-Hakim (dinamakan juga dengan
orang-orang Lewi) dan Bilangan.

Kitab-kitab ini diyakini telah ditulis sendiri oleh Musa.


Kitab Keluaran menceritakan sejarah dunia sejak penciptaan langit dan
bumi hingga menetapnya Yakub atau Israel di tanah Mesir. Di dalamnya,
cerita tentang Adam dan Hawa, Nuh, topan dan anak turun Sam, salah satu
putra Nuh yang menurunkan bangsa Israel, terutama Ibrahim, Ishak, Yakub
dan anak-anaknya diceritakan secara terperinci. Sedang cerita-cerita lain
dituturkan secara global saja.
Kitab Keluaran menuturkan sejarah Bani Israel di Mesir, kisah Musa,
misinya, keluarnya dari Mesir bersama Bani Israel dan sejarah mereka pada
masa tih di padanga gurun Sinai yang memakan waktu empat puluh tahun.
Selain itu, kitab Keluaran juga membahas beberapa hukum agama Yahudi
tentang ibadah, muamalah dan hukuman.
Adapun kitab Ulangan sebagian besarnya membahas syariat Yahudi yang
berkaitan dengan peperangan, politik, ekonomi, muamalah, hukuman dan
ibadah. Dinamakan Ulangan karena menyebut kembali ajaran-ajaran yang
diterima oleh Musa dari Tuhannya dan diperintahkan agar disampaikan
kepada Bani Israel.
Kitab Hakim-Hakim sebagian besarnya membahas masalah-masalah
ibadah, terutama yang berkaitan dengan korban, makanan-makanan yang
diharamkan dari jenis daging hewan dan burung. Orang-orang Lewi adalah
anak turun Lewi, salah seorang anak Yakub. Di antara mereka adalah Musa
dan Harun. Mereka ini adalah pengurus rumah suci dan penanggung jawab
atas urusan mezbah, korban dan undang-undang umat Yahudi. Kitab ini
disandangkan kepada mereka karena sebagian besarnya membahas ibadah-
ibadah dan muamalah-muamalah yang mereka urusi.
Kitab Bilangan sebagian besarnya, membahas sensus kabilah-kabilah
Bani Israel, tentara dan harta mereka serta urusan dan hukum peribadatan
dan muamalah mereka yang bisa disensus.
Bagian kedua: dinamakan dengan kitab-kitab sejarah. Jumlahnya dua belas
buah. Membahas sejarah Bani Israel sejak pendudukan mereka atas negeri
Kanaan dan mapan di Palestina, menceritakan sejarah hakim, raja dan
peristiwaperistiwa penting mereka. Yang termasuk dalam bagian ini adalah:
Yosua, Hakim-Hakim, Rut, Samuel I dan II, RajaRaja I dan II, Tawarikh I dan
II, Ezra, Nehemia dan Ester.

5
Bagian ketiga: dinamakan dengan kitab-kitab nyanyian atau syair. Sebagian
besarnya berupa nyanyian dan nasihatnasihat agama. Disusun dalam bentuk
syair dengan struktur yang indah. Jumlah ada lima, yaitu: Ayub, Mazmur
Daud, Amsal Salomo, Pengkhotbah dan Kidung Agung.
Bagian keempat: dinamakan dengan kitab nabi-nabi. Jumlahnya ada tujuh
belas. Yaitu: Yesaya, Yeremia, Ratapan Yeremia, Yehezkial, Daniel, Hosea,
Yoel, Amos, Obaja, Yunus atau Yunan, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya,
Hagai, Zakharia dan Maleakhi.
Semua nabi ini diutus kepada Bani Israel kecuali nabi Yunus yang terlihat
dari keterangan yang ada dalam kitabnya diutus kepada penduduk Niniveh.

Sedang tujuh kitab yang disucikan oleh umat Katolik dan tidak disucikan
oleh umat Yahudi dan Protestan adalah:

Tobit: menuturkan kehidupan seorang Yahudi bernama Tobit dan


anaknya. Mereka berdua jatuh dalam tawanan pada abad ketujuh
sebelum Masehi.
Yudit: Yudit adalah janda Yahudi kaya dan saleh. Kitab ini menuturkan
kemenangan Yahudi atas panglima Asyuria berkat bantuannya.
Kebijaksanaan Salomo: berisi amsal-amsal bijak dan nasihat-nasihat
Salomo. Ditulis untuk membendung arus paganisme.
Sirakh: kumpulan amsal-amsal bijak yang mirip dengan Amsal Salomo.
Barukh: Barukh adalah murid Yeremia. Yeremia mendiktekan kepadanya
nubuat-nubuatnya. Kitab ini berisi doa-doa agama Yahudi. Disusun
dengan struktur yang sangat indah. Muncul pertama kali pada sekitar
abad keenam sebelum Masehi.
Makabe I dan II: Makabe adalah penguasa nasionalis Palestina pada masa
Romawi pada abad kedua sebelum Masehi. Nama mereka ini diambil
dari semboyan yang selalu mereka bawa pada saat perang, yaitu: “Me
Kamukho Bijuyyim Yehova” yang artinya: “Siapa yang menyerupai Kamu
di antara bangsa-bangsa wahai Tuhanku?” Dari ungkapan ini diambil
huruf-huruf pertama dari setiap kata, hingga didapatkan kata: “M-Ka-B-
Y” yang kemudian digabungkan menjadi “Makabe’:

Selain itu masih ada perselisihan lagi di kalangan umat Yahudi


sendiri. Seperti umat Yahudi Sumerian yang mempunyai Taurat khusus.
Menolak Taurat dan kitab-kitab lain yang ada dalam Perjanjian Lama
sekarang. Beberapa bagian dari Taurat ini berbeda dengan Taurat versi
Masorti6 dan Septuaginta.

Selesai membahas metode penafsiran ini,kita mulai beranjak ke


analisa kritisnya terhadap Taurat dan kitab-kitab lain dari Perjanjian Lama.
Pertama-tama, dia mengkaji dengan sangat teliti situasi umum dan khusus
yang menyertai proses penyimpanan, penuturan dan transmisi kitab-kitab.
Adapun pertanyaan-pertanyaan terpenting yang dia ajukan dalam hal ini
bisa dihimpun dalam poin-poin berikut:

6
Apakah penyandangan Taurat (Pentateukh; lima kitab) kepada Musa
itu benar? Atau dengan kata lain: apakah Musa benar-benar menulis lima
kitab yang disandangkan kepada dirinya itu? Autentikkah kandungan
Perjanjian Lama? Ditulis oleh satu atau banyak orangkah kitab-kitab itu?
Apa sajakah dasar-dasar untuk memahami kitab suci? Apa pula kesulitan-
kesulitan yang dihadapi oleh pengkaji nya?
Tentang kritiknya terhadap Taurat (Pentateukh) bisa dibagi menjadi
dua, yaitu: pertama, penjelasan teka-teki imam Ibnu Ezra dan kedua,
catatan-catatan pribadinya.
Pertama: Penjelasan teka-teki Ibnu Ezra
Dalam tafsirannya atas kitab Ulangan, terdapat beberapa kata yang
sengaja dia sebutkan dengan sangat samar, sehingga lebih mendekati teka-
teki atau kata sandi daripada gaya kajian ilmiah.
Oleh Spinoza, kata-kata itu disebutkan kembali dalam buku ini,
dengan mengatakan:
“Inilah kata-kata Ibnu Ezra, “Di seberang sungai. Yordan.., kalau
saja kamu mengetahui rahasia dua belas…Hukum Taurat dituliskan oien
Musa….waktu iru orang Kanaan diam di neqeri itu… Di atas gunung TUHAN,
akan disediakan… ranjangnya adalah ranjang dari besi, saat itu kamu akan
mengetahui kebenaran. “
Kemudian komentarnya:
“Dengan kata-kata yang sedikit ini dia menjelaskan sekaligus
membuktikan bahwa Musa bukanlah penulis kitab yang lima, sebaliknya
penulisnya adalah orang lain yang hidup jauh setelahnya, sedangkan Nabi
Musa sendiri telah menulis kitab lain yang betul-betul berbeda.”
Inilah tiga kesimpulan yang dia ambil dari perkataan Ibnu Ezra yang
telah lalu. Kesimpulan ini telah merangkum pendapat Ibnu Ezra tentang
kitab-kitab ini sekaligus merangkum pendapatnya sendiri tentang kitab-
kitab itu juga. Selengkapnya,
tiga kesimpulan itu adalah:
1. Musa tidak pernah menulis kitab-kitab yang oleh orang Yahudi
dan Nasrani disandangkan kepada dirinya.
2. Penulis asli kitab-kitab ini adalah seseorang yang hidup jauh
setelah Musa.
3. Musa menulis kitab lain yang berbeda dengan lima kitab yang
sekarang beredar ini.

Adapun penjelasan Spinoza terhadap teka-teki itu adalah:

1. Musa tidak pernah menulis mukadimah kitab U langan karena


tidak pernah menyeberangi sungai Yordan.
2. Kitab Musa tertulis pada dinding mezbah yang tersusun dari
dua belas buah batu saja. Yakni kitab itu jauh lebih kecil daripada
yang ada pada kita saat ini.
3. Dalam kitab Ulangan disebutkan, “hukum Taurat dituliskan
oleh Musa” yang tidak mungkin ditulis oleh Musa.

7
4. Dalam kitab Kejadian, si penulis memberikan komentar
dengan mengatakan, “waktu itu oranq Kanaan diam di negeri itu…
“. Komentar ini menunjukkan bahwa kondisi pada waktu kitab itu
ditulis sudah berubah. Yakni setelah Musa meninggal dan orang
Kanaan diusir. Dengan demikian penulis kitab itu bukan Musa.
5. Dalam kitab Kejadian gunung Moria dinamakan gunung Tuhan,
padahal nama ini baru digunakan setelah pendirian kuil.
6. Dalam kitab Ulangan terdapat kisah Og, raja Basan dengan
gaya penuturan peristiwa yang terjadi pada masa yang sangat
lampau.

Kedua: catatan-catatan pribadi Spinoza:


1. Kitab-kitab itu ditulis dengan menggunakan kata ganti orang
ketiga
2. Terdapat kisah kematian dan pemakaman Musa, berkabung
selama tiga puluh hari dan membandingkannya dengan nabi-nabi
yang datang setelahnya.
3. Penamaan beberapa tempat dengan nama-nama yang
berbeda dengan nama-nama yang digunakan pada masa M usa.
4. Peristiwa yang terjadi kisah itu terus berlanjut hingga zaman
setelah Musa.

Selain itu, Musa juga pernah membacakan Kitab Perjanjian di depan


rakyat. Kitab ini telah diwahyukan oleh Allah dalam pertemuan yang sangat
singkat. Suatu hal yang menunjukkan bahwa kitab yang ditulis Musa jauh
lebih kecil daripada kitab yang ada pada kita saat ini. Kitab pertama ini
kemudian dia terangkan. Selanjutnya, keterangan ini pun dia catat dalam
Taurat Allah. Di kemudian hari, Yosua menambahkan penjelasan lain dan
mencatatnya di dalam Taurat Allah ini juga.
Yosua juga tidak pernah menulis kitab yang memakai namanya.
Sebaliknya, kitab ini ditulis oleh orang lain yang ingin menulis riwayat
hidupnya dan ingin memperlihatkan kelebihan dan kemasyhurannya.
Peristiwa yang dituturkan di dalamnya pun berlanjut hingga berabad-abad
setelah kematiannya. Sebagian dari kitab ini juga ada yang tersebut dalam
kitab Hakim-Hakim. Suatu hal yang menunjukkan bahwa dulu ada riwayat-
riwayat yang yang dihimpun dalam Perjanjian Lama sebagai sejarah atau
dokumen nasional Bani Israel.
Selanjutnya tidak akan ada orang normal yang mengatakan bahwa
para hakim sendirilah yang menulis kitab mereka. Mukadimah fasal dua
puluh satu menunjukkan bahwa kitab ini ditulis oleh satu orang saja.
Penulis ini menyatakan bahwa pada masanya tidak ada raja

8
Bani Israel. Hal ini berarti kitab ini ditulis sebelum masa raja-raja.
Samuel juga tidak pernah menulis kitabnya. Peristiwa yang
dituturkan di dalamnya terus berlanjut hingga berabad-abad setelah
kematianya.
Raja-raja juga tidak menulis sendiri kitab mereka. Sebaliknya,
berdasarkan kesaksian kitab itu sendiri, telah dinukil dari Kitab
Kebijaksanaan Salomo, Sejarah Rajaraja Yehuda dan Sejarah Raja-raja
Israel.
Setelah membuktikan bahwa semua kitab ini tidak ditulis oleh
orang-orang yang selama ini diyakini sebagai penulisnya, Spinoza
membuktikan bahwa kitab-kitab itu ditulis oleh satu orang saja. Orang ini
ingin menceritakan sejarah bangsa Ibrani sejak mula pertama hingga
penghancuran kota Yerusalem untuk yang pertama kalinya. Hal ini terlihat
jelas dari keberangkaian penuturan, pertalian satu sama lain dan adanya
tujuan tertentu. Spinoza menyangka bahwa satu orang yang menulis itu
adalah Ezra karena semua peristiwa yang dituturkan di dalam kitab-kitab
itu berakhir sebelumnya. Sementara itu, menurut kesaksian Alkitab, Ezra
telah memeras semua tenaganya untuk mengkaji Taurat dan
menyiarkannya. Sedang dalam kitab yang memakai namanya, Ezra juga
memberikan kesaksian bahwa dia telah mengabdikan dirl untuk memurnikan
Taurat dan menyampaikannya.
Tetapi, apakah Ezra ini adalah orang yang membuat rumusan
terakhir dari kitab-kitab itu? Bukan. Yang membuat rumusan terakhir itu
bukanlah Ezra. Pekerjaannya hanya sebatas pengumpulan riwayat dari
buku-buku lain, penulisan dan transmisi tanpa diurutkan atau diperiksa
kembali.
Selanjutnya, jika kita memeriksa satu per satu kitabkitab Perjanjian
Lama yang lain, kita akan mendapatkan bahwa kitab Tawarikh ditulis lama
setelah Ezra meninggal, bahkan bisa jadi setelah renovasi kuil. Kita tidak
tahu penulisnya, otoritasnya, manfaatnya dan kandungannya. Bahkan kita
heran, mengapa kitab seperti ini dimasukkan ke dalam kitab suci,
sementara kitab Kebijaksanaan Salomo, kitab Tobit dan beberapa kitab lain
tidak dimasukkan.
Kitab Mazmur disusun dan dibagi menjadi lima setelah pembangunan
kuil (kuil Salomo).
Amsal juga dibukukan dalam waktu yang sama. Oleh sebagian robi,
kitab ini ingin dikeluarkan dari daftar kitab suci bersama dengan kitab
Pengkhotbah. Sebagai gantinya akan dimasukkan kitab-kitab lain yang sama
sekali tidak kita kenal.
Adapun kitab nabi-nabi telah dinukil dari buku lain. Menggunakan
urutan waktu yang berbeda dengan urutan waktu kemunculan mereka atau
urutan keluarnya sabda dan tulisan-tulisan mereka. Di samping itu juga
tidak memuat seluruh nabi dan tidak memuat semua nubuat nabi yang
disebutkan itu.

9
Nubuat Yesaya terus berlanjut hingga kitab Yeyasa selesai. Jadi
kitab ini kurang.
Kitab Yeremia adalah kumpulan tulisan yang diambil dari berbagai
sumber. Maka dari itu tampak semrawut dan tidak memperhatikan urutan
waktu. Beberapa fasal bahkan ada yang diambil dari kitab Barukh. Hal ini
berarti tidal< adanya pemisah yang tegas antara kitab-kitab para nabi. Juga
menunjukkan adanya beberapa sumber lain yang diletakkan di kitab ini atau
itu. Selanjutnya juga diketahui mengapa ada pengulangan pembahasan
dalam berbagai kitab.
Adapun Kitab Barukh konan Yeremia sendiri yang mendiktekan
kepadanya. Kitab ini juga hanya menyebutkan sebagian nubuat Barukh saja.
Fasal-fasal terakhir dari kitab Yehezkial menunjukkan bahwa kitab
ini sekadar cuplikan-cuplikan sebagaimana terlihat dari banyak kata
penghubung pada bagian-bagian yang kurang. Bahkan pembukaan kitab ini
menunjukkan lanjutan nubuat dan bukan permulaannya. Dalam sejarahnya,
Yusuf juga pernah menyebutkan beberapa kejadian tentang Yehezkial yang
tidak disebutkan sama sekali dalam kitab ini. Kemudian karena
pertentangannya dengan Pentateukh, sebagian robi cenderung menolaknya
dan mengeluarkannya dari kitab kanonik.
Kitab Hosea ditulis lama setelah kematian Hosea sendiri. Selain itu
juga hanya menyebutkan sebagian kecil dari nubuatnya. Padahal nabi ini
hidup selama delapan puluh empat tahun.
Sedang kitab Yunan (Yunus) hanya menyebutkan nubuatnya untuk
orang Niniveh saja. Padahal dia juga bernubuat untuk orang Israel.
Kitab Ayub ada yang menyangka banwa Musa sendirilah yang
menulisnya dan semua kisah yang ada di dalamnya sekadar permisalan.
Yang berpendapat seperti ini adalah Musa bin Maimun dan beberapa orang
robi. Tetapi ada juga yang berbendapat bahwa kisah Ayub ini adalah kisah
nyata. Terlepas dari itu semua, Ibnu Ezra berpendapat bahwa kitab ini
diterjemahkan ke dalam bahasa lbrani dari bahasa lain. Namun demikian,
dia tidak menjelaskan lebih jauh lagi tentang masalah ini.
Nabi Daniel menulis kitabnya mulai fasal delapan. Sedang tujuh
fasal pertama tidak diketahui siapa penulisnya. Ada kemungkinan ditulis
dalam bahasa Kaldea. Di sini, Spinoza menyatakan bahwa ditulisnya tujuh
fasal ini dalam bahasa selain Ibrani tidak mengurangi derajat kesuciannya.
Kitab Ezra disebutkan langsung setelah kitab Daniel sebagai episode
lanjutannya. Menceritakan sejarah orang Ibrani sejak masa tawanan
pertama. Ada indikasi bahwa kitab ini ditulis oleh orang yang sama dengan
peulis kitab Daniel.
Kitab Ester bertalian dengan kitab Ezra. Cara mempertalikan
antarkeduanya menunjukkan hal itu. Kitab ini juga bukan kitab yang ditulis
oleh Mordekhai. Menurut Ibnu Ezra kitab yang terakhir ini telah hilang.
Sebaliknya kitab ini ditulis oleh penulis yang sama dengan kitab Daniel, Ezra
dan Nehemia yang dinamakan juga dengan kitab Ezra II. Jadi empat kitab
ini ditulis oleh satu orang saja. Penulis ini mengambil data-datanya dari
catatan para robi, hakim dan wali-wali negeri yang menyimpan riwayat

10
hidup mereka seperti yang dilakukan oleh para raja. Catatan-catatan ini
tersebut dalam dalam kitab Raja-Raja juga dalam kitab Nehemia dan kitab I
Makabe. Besar kemungkinan, kitab ini adalah karangan kelompok Saduki.
Dan inilah sebabnya kenapa orang Farisi menolaknya. Terlepas dari itu
semua, kitab ini berisi mitologi-mitologi, yang dikarang secara sengaja. Bisa
jadi tujuan kitab-kitab ini adalah untuk membuktikan terwujudnya nubuat
Daniel. Tetapi, kitab-kitab ini penuh dengan kesalahan-kesalahan yang
disebabkan oleh tergesa-gesanya juru tulis. Pada catatan-catatan
pinggirnya terdapat banyak dari kesalahan kesalahan ini. Naskah-naskah ini
juga diambil dari sumber sumber yang salah atau tidak bisa dipercaya,
sebagaimana dinyatakan oleh Imam Salomo. Dengan demikian semua usaha
untuk memadukan antar kitab-kitab itu akan menunjukkan lebih banyak
kesalahan lagi.
Terakhir, pengkanonan kitab-kitab Perjanjian Lama tidak dilakukan
sebelum masa orang Makabe. Kitab-kitab itu diseleksi dalam kuil kedua.
Imam-imam kuil ini juga menyusun bacaan-bacaan dalam salat. Orang Farisi
sendiri pernah menyinggung perkumpulan mereka untuk membahas
keputusan pengkanonan sesuai dengan doktrin mereka.

PERUBAHAN TAURAT

Beriman kepada kitab suci Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s. adalah
merupakan salah satu rukun keimanan. Allah Taala juga telah memberitahukan bahwa di
dalam kitab terdapat cahaya penerangan serta petunjuk yang baik, malah Dia puji pula
dengan firman-Nya, “Sungguh Kami (Allah) telah memberikan kitab pemisah (antara
yang baik dan yang buruk) kepada Musa dan Harun dan menjadi cahaya serta peringatan
bagi orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. Al-Anbiya:48)

Hanya saja kitab Taurat yang pernah diturunkan kepada Nabi Musa a.s. kini sudah tidak
ada sama sekali yang murni, sebagaimana diketengahkan oleh seluruh alim ulama dan
kaum cendekiawan. Adapun kitab Taurat yang beredar sekarang ini sebenarnya
merupakan karangan yang ditulis oleh lebih dari seorang penyusun dan ditulis dalam
masa yang berlain-lainan. Sudah jelas di dalamnya banyak terdapat perubahan.

Imam Farid Wajdi berkata, “Salah satu bukti bahwa kitab Taurat sudah berubah dari
kemurniannya ialah bahwa Taurat yang beredar di tangan kaum Nasrani berbeda jauh
dari Taurat yang beredar di tangan kaum Yahudi."

Alquran sendiri menetapkan adanya perubahan ini dan mengecam umat Yahudi yang
memasukkan perubahan pada kitab suci tersebut. Allah Taala menjelaskan hal itu dengan
firman-Nya, “Apakah kamu semua menaruh harapan yang besar bahwa mereka akan
beriman padamu, padahal sebagian dari mereka mendengar firman Allah kemudian
mereka mengubahnya sesudah mereka mengerti dan mereka pun mengetahui mana yang
sebenarnya?" (Q.S. Al-Baqarah:75)

11
Jadi nyata bahwa kaum durhaka sudah berani mengubah kitab suci yang diturunkan oleh
Allah Taala. Tujuan pengubahan itu ialah untuk menutupi yang hak dan melalaikan
bagian yang terpenting dari apa-apa yang disebutkan oleh Allah Taala dalam kitab
Taurat. Maka dari itu Taurat yang kini ada di tangan mereka tidak seluruhnya benar,
tetapi hanya sebagian saja.

Allah Taala berfirman, “Di antara umat Yahudi ada orang-orang yang mengubah kalimat-
kalimat Allah dari yang semestinya.” (Q.S. An-Nisa:46)

Bukti yang utama atas kecaman Alquran terhadap kitab Taurat yang beredar sekarang ini
dan yang bukan merupakan wahyu Allah Taala yang diturunkan kepada Nabi Musa yang
dijadikan sebagai cahaya dan petunjuk, ialah terdapatnya sifat-sifat Allah dalam Taurat
yang sama sekali tidak sesuai dengan kemuliaan serta keagungan-Nya.

Dalam bab Kejadian dari kitab Perjanjian Lama pasal 3 awal ayat 22 disebutkan sebagai
berikut: Maka firman Tuhan Allah, “Bahwa manusia telah menjadi bagaikan seorang
kita, sebab diketahuinya akan baik dan jahat.”

Terdapat pula dalam bab Kejadian, pasal 6, ayat 6 kata-kata yang berbunyi, “Maka
menyesallah Tuhan sebab telah Dia jadikan manusia di atas bumi, maka ia
mendukacitakan hatinya.”

Coba pikirkan baik-baik! Apakah patut menurut akal pikiran, bahwa dua kalimat di atas
benar-benar firman Allah swt.? Patutkah kiranya ada manusia yang derajatnya menyamai
derajat Tuhan? Patutkah Tuhan mempunyai sifat menyesal karena merasa salah
melakukan sesuatu, kemudian bersedih hati dan berdukacita?

Masih banyak lagi kekeliruan-kekeliruan yang terdapat dalam Taurat karena memang
sudah diubah dan diganti oleh tangan manusia yang sengaja ingin menyelewengkannya
dan sama sekali tidak bertanggung jawab. Bacalah kitab Taurat sekali lagi, di situ banyak
uraian yang berkenaan dengan kisah para nabi yang dilanggar dan dinodai, sifat maksum,
kemuliaan serta keluhuran budi pekerti mereka semua diingkari. Coba perhatikan isi
Taurat itu, kemudian selami uraian-uraian yang terkandung di dalamnya. Di situ terdapat
keterangan sebagai berikut:

a. Dikatakan bahwa Nabi Ibrahim a.s. adalah pendusta besar.

b. Nabi Luth a.s. berzina dengan kedua putrinya.

c. Nabi Harun a.s. mengajak kaum Israel (Yahudi) menyembah anak lembu.

d. Nabi Daud a.s. berzina dengan istri Auria.

e. Nabi Sulaiman a.s. menyembah beberapa berhala untuk menyenangkan hati istrinya.

12
Patutkah semua dilontarkan kepada para nabi? Adakah lagi bukti yang lebih kuat untuk
menunjukkan perubahan Taurat yang melebihi dari uraian-uraian sebagaimana yang
tercantum di atas itu? Kini bukan umat Islam lagi yang mengoreksi isi kitab Taurat itu,
bahkan di kalangan umat Yahudi sendiri sudah muncul beberapa pengeritik yang
memberikan kecaman pedas mengenai perubahan kitab Taurat yang tidak sewajarnya.
Para ahli kitab suci yang ingin mengadakan pembaharuan dalam agamanya, dengan
terpaksa mengakui adanya kenyataan yang pahit ini yakni bahwa kitab Taurat sudah
diubah dan banyak yang diganti dari yang sebenarnya. Seorang pemimpin mazhab dari
golongan pembaharuan ini yang bernama Hakam Paris Agulian Wyl banyak memberikan
pendapatnya dalam kitab yang berjudul Agama Yahudi.

Kitab Zabur

Orang Islam pasti pernah mendengar kata Zabur, kitab yang diberikan kepada Nabi Daud,
dan menjadi salah satu kitab yang wajib diimani bersama Taurat, Injil, dan Al-Quran.

“Dan Tuhan-mu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. Dan
sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain), dan
Kami berikan Zabur kepada Daud.” (QS Al-Israa 55)

Dalam Al-Qur'an, kitab Zabur disebut sebanyak 4 kali:

“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah


memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah
memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma’il, Ishak, Ya’qub dan anak cucunya,
Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.” (QS.
An Nisaa : 163)

“Jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya rasul-rasul sebelum kamupun


telah didustakan (pula), mereka membawa mukjizat-mukjizat yang nyata, Zabur dan
kitab yang memberi penjelasan yang sempurna” (QS. Al Baqarah : 184)

“Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh
Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh.” (QS. Al
Anbiyaa : 105)

13
“Dan Tuhan-mu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. Dan
sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain), dan
Kami berikan Zabur kepada Daud.” (QS. Al Israa’ : 55)

Dari ayat terakhir sangatlah menarik karena merupakan kutipan daripada Mazmur
37:29,"Orang-orang benar akan mewarisi bumi selama-lamanya." Banyak ahli-ahli Islam
berpikir bahwa ayat ini juga merujuk pada Injil Keluaran 32:13,"... Itu merupakan bagian
mereka selama-lamanya."

Pendeta, CG Pfander berkata secara lebih jauh lagi bahwa referensi Al-Qur'an yang
merujuk pada kitab Mazmur, pada dasarnya lebih merujuk pada bagian ketiga dari Kitab-
kitab Ibrani yang dikenal juga sebagai bagian Ketubim: "Hal ini dimulai pada Mazmur,
juga menjadi gaya penulisan dalam Injil (Lukas 24:44) dan Al-Qur'an." (The Balance of
Truth hal. 51).

Kitab Zabur, bersama Taurat, sebenarnya ada di dalam Kitab Perjanjian Lama, yang
bersama Kitab Perjanjian Baru menjadi kitab suci bagi ummat Nasrani atau Kristiani,
baik Kristen (Protestan) maupun Katholik, yang dikenal sebagai Alkitab atau Bible.
Sementara itu, Kitab Perjanjian Lama dipercaya sebagai kitab suci bagi umat Yahudi.

Kitab Zabur (Arab) atau Mazmur (Ibrani), dikenal sebagai sajak-sajak keagamaan dan
karenanya banyak digunakan sebagai buku nyanyian dan doa, baik oleh umat Yahudi
maupun Kristiani. Bagi kalangan Kristiani, sejumlah isi Zabur telah digubah menjadi
nyanyian gereja.

Sajak-sajak dalam Zabur bermacam ragam: ada nyanyian pujian dan ada nyanyian untuk
menyembah Tuhan; ada doa mohon pertolongan, perlindungan dan penyelamatan; doa
mohon ampun; nyanyian syukur atas berkat Tuhan, permohonan supaya musuh dihukum.

Doa-doa dalam Zabur ada yang bersifat pribadi, ada pula yang bersifat nasional.
Beberapa di antaranya menggambarkan perasaan seseorang yang paling dalam,
sedangkan lainnya menyatakan kebutuhan dan perasaan seluruh umat Allah.

Banyak orang Islam yang mungkin belum pernah membaca isi dari kitab itu. Meski
Zabur ada di dalam Alkitab yang mudah ditemui, jarang orang Islam mau membacanya.
Saya sendiri baru membaca kitab itu setelah melihat sebuah buku berjudul Zabur di
sebuah toko buku di Ambasador Mal pada 15 Mei 2007, yang kemudian saya beli untuk
menjadi koleksi perpustakaan pribadi.

Inilah beberapa petikan isi Kitab Zabur:

Syair ke-115

14
Kemuliaan hanya bagi Allah

Bukan kami, ya Allah, bukan kami,


melainkan nama-Mulah yang patut dimuliakan,
karena kasih abadi-Mu dan kesetiaan-Mu.
...

Syair ke-100
Pujilah Allah dalam Bait-Nya *)

...
Ketahuilah bahwa Allah adalah Tuhan.
Dialah yang menjadikan kita, dan kita adalah milik-Nya.
Kita adalah umat-Nya, kawanan domba yang digembalakan-Nya.

Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan ucapan syukur,


masuk ke pelataran-Nya dengan puji-pujian.
Mengucap syukur kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!
...

*) Bait (Arab) = Rumah

Syair ke-84
Rindu pada Bait Allah

...
Ya Allah, Tuhan semesta alam, dengarkanlah kiranya doaku.
Indahkanlah, ya Tuhan yang disembah bani Yakub!
Pandanglah perisai kami, ya Allah,
perhatikanlah wajah orang yang Kau lantik.

Karena satu hari di pelataran-Mu lebih baik


dari pada seribu hari di tempat lain.
Aku lebih suka menjadi penunggu pintu Bait Tuhanku
daripada tinggal di rumah-rumah kefasikan.

Karena Allah, Tuhanku, adalah matahari dan perisai.


Allah mengaruniakan anugerah dan kemuliaan.
...

Syair ke-8
Manusia hina sebagai makhluk mulia

Ya Allah, ya Rabbana,
betapa mulia nama-Mu di seluruh bumi!
Keagungan-Mu Kau tempatkan melebihi langit.

15
Dari mulut bayi dan kanak-kanak yang menyusu pun
Kau letakkan dasar kekuatan karena lawan-lawanmu,
untuk membungkam musuh dan pendendam.
...

Syair ke-128
Berkah atas rumah tangga

Berbahagialah setiap orang yang bertakwa kepada Allah,


dan yang hidup menurut jalan-jalan-Nya.

Engkau akan memakan hasil jerih lelah tanganmu,


engkau akan berbahagia, dan keadaanmu akan baik.

Istrimu akan menjadi seperti pohon anggur yang


berbuah lebat
di dalam rumahmu,
dan anak-anakmu seperti ranting zaitun
di sekeliling mejamu.

Sesungguhnya demikianlan berkah akan dilimpahkan


atas orang-orang yang bertakwa kepada Allah.

Injil
Injil merupakan kata dari bahasa Arab yang setara dengan kata Yunani
"euaggelion,"evangel atau "gospel" dalam bahasa Inggris. Kata ini muncul 12 kali dalam
Al-Qur'an

"Kemudian Kami iringkan dibelakang mereka rasul-rasul Kami dan Kami iringkan (pula)
Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-
orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka mengada-adakan
rahbaniyyah padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi untuk mencari
keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang
semestinya. Maka kami berikan kepada orang-orang yang beriman diantara mereka
pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang yang fasik." (Surah-Al Hadiid
57:27)

Referensi diatas sangatlah menarik untuk beberapa alasan berikut ini. Pertama,
menyatakan bahwa Hazata Isa adalah Injil yang diberikan Allah, yang diyakini saudara-
saudara Muslim benar-benar dikatakan dan ditulis oleh Nabi Isa sendiri. Kedua, Allah
telah menjadikan dan memerintahkan umat Kristen untuk penuh belas kasihan dan
pengampunan. Hal ini menjadi topik utama dari semua Surah dalam Al-Qur'an dan
menjadi rumusan untuk ucapan berkat dan semua pekerjaan yang baik "Bismiilah hir
Rahman nir Rohim" Atas nama Allah yang penyayang, yang penuh anugrah dan

16
pengampunan." Kelihatannya dikatakan bahwa untuk menjadi seorang Kristen dituntut
untuk mempunyai karakter Allah! Hal ini merupakan kesaksian yang diberikan Al-Qur'an
kepada para pengikut Hazrat Isa! Ketiga, ayat ini merupakan salah satu ayat dari 12 ayat
lainnya yang secara spesifik menyebutkan tentang Injil dalam Al-Qur'an, dan tidak
menyebutkan tentang Taurat (hukum). Injil selalu disebutkan secara berpasangan dengan
Taurat (lihat ayat 3:3, 48, 65; 9:111; 5:49, 50, 69, 71, 113):

"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah
keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka: kamu lihat
mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka
tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat
dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya
maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus
diatas pokoknya..." (Surah-Al-Fat-h 48:29)

Ayat di atas menunjukkan bahwa para Sahabat Nabi akan mendapat kekuatan dan belas
kasihan. Kuat dan melawan para musuh Allah. Dikatakan bahwa cara doa mereka yang
penuh kerendahan hati sesuai dengan Taurat (bandingkan dengan Bilangan 16:22 "Musa
dan Harun sujud menyembah). Dan dikatakan bahwa kekuatan dan kemenangan umat
Muslim seperti yang dinubuatkan dalam Injil yang berasal dari perumpamaan Nabi Isa:

Seumpama orang yang menabur benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada
siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas, dan tunas itu makin tinggi,
bagaimana terjadinya tidak diketahui orang. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah,
mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh dengan isinya ke
dalam bulir itu.-memang biji ini yang paling kecil daripada segala jenis benih yang ada di
bumi. Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar daripada segala
sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung
di udara dapat bersarang dalam naungannya. (Markus 4:26-28, 31b-32)

Kelompok Muslim mulai tumbuh kecil tetapi kemudian berkembang dengan pesat
menjadi suatu kekuatan dunia. Tapi bagaimanapun juga, hal utama yang harus dilihat
adalah hal ini merupakan salah satu referensi dari 10 yang ada dalam Al-Qur'an yang
memuat Taurat dan Injil bersama, dengan menyatukan keseluruhan kitab Yahudi dan
Kristen maka diringkas menjadi "Hukum dan Injil." Satu contoh lagi:

"(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka
dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada disisi mereka..." (Surah-Al A'raaf
7:157)

Merupakan suatu ayat yang menarik, yang menyatakan bahwa kedatangan Rasullullah
telah dinubuatkan oleh Kitab umat Yahudi (Taurat) dan umat Kristen (Injil). Dari Taurat
umat Muslim merujuk pada Ulangan 18:15, yang mengindikasikan sebagai Hazrat
Muhammad:

17
Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku,
akan dibangkitkan bagimu oleh Tuhan, Allahmu; dialah yang harus kamu dengar
(Ulangan 18:15)

Hal ini menjelaskan bahwa hanya Hazrat Muhammad-lah yang dapat memenuhi
nubuatan tersebut sesuai dengan kata, "di antara saudaramu" yang dapat diartikan, "dari
antara saudara-saudaramu juga hai orang Yahudi, misalnya Kaum Ismail." Mereka
melihat bahwa Nabi bukanlah orang Yahudi. Sebegitu jauh dianggap bahwa Hazrat
Muhammad telah dinubuatkan atau diramalkan dari Injil, ini sangatlah menolong jika kita
melihat dari apa yang dikatakan Al-Qur'an:

"Dan ketika Isa Putra Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan
Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat dan memberi khabar
gembira dengan seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad".
Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata,
mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata" (Surah-Ash Shaff 61:6)

Ayat ini sama sekali tidak menyebutkan kata Injil, tapi telah memberikan ide bahwa
kabar akan datangnya Hazrat Muhammad berasal dari Injil. Ayat ini juga mendukung
akan "Hukum (Taurat) dan Injil" yang biasanya selalu berpasangan di dalam Al-Qur'an.
Para ahli Muslim melihat versi ayat-ayat dalam Kitab Injil Yohanes yang diperbaharui
untuk mendukung pernyataan Al-Qur'an"

"Ahmad" atau "Muhammad" yang berarti dimuliakan, diterjemahkan dalam bahasa


Yunani dengan kata Periclytos. Kata ini digunakan dalam Injil Yohanes (Yahya)
14:16,15:26, kata "Penghibur"(bahasa Inggris=Comforter) merupakan kata yang setara
dengan kata Yunani untuk Paracletos yang berarti penasehat. Para ahli kami (dengan
gelar Doktor atau S-3) menganggap bahwa telah terjadi penyimpangan dalam
penerjemahan Periclytos yang menjadi Paracletos, bahkan dalam terjemahan yang asli
dikatakan bahwa Nabi Isa (Yesus) telah menubuatkan akan Nabi Muhammad dengan
menyebutkan namanya. Bahkan jika kita membaca, kata ini akan mengacu pada Nabi kita
yang berarti " Penghibur untuk semua makhluk" (21:107) dan :"kemurahan bagi yang
percaya"(9:28) (Ali Ibid., halaman 1540, catatan kaki)

Nabi Muhammad sering membicarakan tentang orang Kristen dalam Al-Qur'an, seperti:

"Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil memutuskan perkara menurut apa yang
diturunkan Allah di dalamnya. Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik." (Surah-Al Maa idah
5:47)

Pemimpin Kristen Michael Ali Nazir dalam salah satu penelitiannya mengomentari hal
ini:

"Fokus utama bukanlah pemikiran Muhammad tentang Injil, tetapi apa yang menjadi
fakta yang ada pada jamannya. Dalam ayat di atas dikatakan bahwa umat Kristen pada

18
jamannya melihat Injil sebagai panduan. Sekarang jika orang Kristen pada masa itu
hanya menanggapi Injil sebagai slogan dan mereka harus tetap melihat Injil mereka, apa
yang mereka cari? Jawabannya adalah sangat jelas: Mereka melihat ke dalam Perjanjian
Baru (yang juga kita kenal)..." (Nazer-Ali, Islam: A Christian Perspective, hal. 14)

Taurat, Zabur dan Injil


Tak ditemukan sama sekali di dalam Al-Qur'an ketiga kitab ini disebutkan bersama.
Ketiga kitab ini tak disebutkan dalam surat yang sama. Untuk menemukan ketiganya
bersama anda harus mencarinya di Hadits:

Abu Huraira menceritakan bahwa ketika Rasulullah ditanya oleh Ubay bin Ka'b
bagaimana Rasullullah dapat melaksanakan doa dan Umm Al-Quran (Surat pertama Al-
Quran), Rasulullah menjawab," Kepada Ialah yang memegang jiwaku, yang telah
menurunkan Taurat, Injil, Zabur atau Al-Quran, dan ada tujuh ayat yang telah diulang
dari Al-Quran yang telah diturunkan melaluiku." (Mishkat Al-Masabih, halaman 454)

Dari Hadis Nabi kita dapat melihat bahwa secara tradisi Umat Muslim mengenal akan
empat kitab suci. Al-Qur'an hanya menyebutkan keempat kitab ini saja yang diturunkan
dan tak ada kitab lainnya, tapi Al-Qur'an menyebutkan beberapa nama nabi yang tidak
ditulis dalam Kitab Musa (Pentateukh), Mazmur/Zabur dan Injil.

Nabi-Nabi lainnya
Nabi-nabi dalam Alkitab yang tidak disebutkan dalam ketiga kitab tersebut dan
disebutkan dalam Al-Qur'an adalah Ayub (4:163), Elia (6:86), Elisa (6:87), Sulaiman
(Solomo) (2:102), Yunus (4:163), Yehezkiel (tapi kemungkinan besar adalah Yesaya)
(21:85) dan Ezra (9:30). Sebagai tambahan ada juga karakter dalam Alkitab yang bukan
Nabi yang juga disebutkan yaitu Goliat (2:51), Korah (26:76), Raja Saul (Jaloud) (2:247)
dan Ratu Sheba (27:22). Semua ayat lainnya hanya merujuk pada Taurat, Zabur dan Injil,
dan semua ayat lainnya yang dipercaya diturunkan melalui Hazrat Musa, Daud dan Isa.
Pada kenyataannya, ada pendapat bahwa semua isi Alkitab hanya mengacu ke ketiga
kitab ini. Pendapat ini semakin kuat jika kita membaca ayat seperti ini:

"Katakan (hai orang-orang mu'min): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang
diturunkan kepada Kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub
dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan 'Isa serta apa yang diberikan
kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara
mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya" (Surah-Al Baqarah 2:136)

Ayat di atas membuka kemungkinan ke kitab-kitab dalam Alkitab yang tak termasuk
dalam Taurat dan Injil. Lebih jauh lagi bagaimana hubungan Zabur dengan Al-Qur'an?
Ada ayat-ayat yang mendukungnya juga yaitu:

"Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang


Nasrani, siapa saja yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal
saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak mereka bersedih hati."
(Surah-Al Maa idah 5:69)

19
Katakanlah: "Hai, Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu
menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan Al Qur'an yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu". (Surah-Al Maa idah 5:68)

Beberapa ahli Muslim huruf yang (huruf tebal) dengan mengacu pada Al-Qur'an.
Beberapa pendapat lagi tak mampu mendukung hal ini bahkan kurang dogmatis.
Kemungkinan besar Zabur termasuk dalam ayat ini. Ayat-ayat yang lain yang
membicarakan hal ini secara luas adalah 5 :113 dan 3:48. Pada dasarnya kedua ayat nin
membicarakan topik yang sama yaitu, bagaimana Allah mengajarkan tentang Hazrat Isa.
Surah 3:48:

Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil. (Surah-Ali
'Imran 3:48)

Taurat dan Injil yang dimaksud adalah jelas, tapi apa yang dimaksud dengan "Al kitab"
disini ? Maulana Abdul Madjid Daryabadi melihatnya secara umum dengan mengatakan
bahwa hal ini merujuk pada" semua kitab yang diwahyukan." (Tafsir Al-Quran, vol 1,
hal. 227). Kata "Kitab" dalam bahasa Arab adalah Alkitab, kata yang umum digunakan
untuk kitab suci termasuk Al-Quran. Namun karena kata ini terlalu umum, barangkali
kita dapat mengatakan Al kitab termasuk tulisan seperti Elia (Hazrat Ilyas), Elisa (Al-
Yassa), Yehezkiel (Zulkifli atau Hizkil), Yunus dan sebagainya, Bagaimanapun juga hal
ini akan merujuk bahwa pengertian Taurat sebenarnya adalah mengacu pada Kitab
Yahudi, termasuk Taurat, Mazmur dan kitab para Nabi.

Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Bani Israil Al Kitab, kekuasaan dan
kenabian dan Kami berikan kepada mereka rezki-rezki yang baik dan Kami lebihkan
mereka atas bangsa-bangsa. (Surah-Al Jaatsiyah 45:16)

Abdullah Yusuf Ali mengomentari ayat ini sebagai berikut:

Israel mempeoleh pewahyuan dari Musa, dan kekuatan yang adil melalui kerajaan Daud
dan Sulaiman, dan beberapa peringatan nabi, seperti Yesaya dan Yeremia (Ali, Ibid, hal.
1358)

Ia melihat bahwa perkataan Nabi Yesaya dan Yeremia merupakan nubuatan dari Tuhan.
Hal ini merupakan hal yang luar biasa karena kedua nabi ini tak pernah disebutkan dalam
Al-Qur'an dan Hadis.

Hadis menunjukkan bahwa Hazrat Muhammad merupakan pewahyuan dari Tuhan, yang
mirip seperti penulisan Rasul Paulus:

Abu Huraira mengatakan bahwa setelah Rasulullah menyatakan bahwa Ia mendapat


wahyu dari Allah Yang Maha Tinggi " Aku telah mempersiapkan pelayanku, yang belum
pernah dilihat, belum pernah didengar, dan yang belum pernah dipikirkan oleh manusia,"

20
Ia menambahkan '" Tak ada yang mengetahui bahwa sang Penghibur telah dating kepada
mereka." (Bukhari dan Muslim)

Kutipan diatas mendekati apa yang ditulis oleh Paulus dalam 1 Korintus 2:9:

Tetapi seperti ada tertulis : "Apa yang tak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah
didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul dalam hati manusia: semua yang
disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Kor. 2:9)

Kutipan dari Hadis tadi mendekati pada perkataan Paulus. Ada perkataan Bahwa Allah
yang Maha Tinggi mengatakannya! Dan tentulah Nabi Muhammad mempunyai
pemikiran bahwa surat Korintus merupakan bagian dari firman Tuhan dan merupakan
bagian dari Injil. Sekalipun banyak bagian dari Hadis Nabi tidak dipercaya, tapi bagian
ini sangatlah dipercaya. Ayat ini mendapat perhatian besar dan dapat ditemukan juga di
Sahih Al-Bukhari dan Sahih Muslim.

PERUBAHAN INJIL

Kitab Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa a.s. sama halnya dengan kitab Taurat yang
diturunkan kepada Nabi Musa a.s. Keduanya adalah firman Allah swt. yang juga
merupakan petunjuk dan cahaya penerangan bagi manusia. Hanya saja Injil pun
mengalami nasib yang sama dengan Taurat sudah dihinggapi berbagai perubahan dan
penggantian yang dilakukan oleh tangan manusia.

Allah Taala berfirman, “Di antara orang-orang yang mengatakan, ‘Sesungguhnya kita ini
orang-orang Nasrani (Kristen). Kami mengambil perjanjian dari mereka. Tetapi mereka
melupakan sebagian dari apa yang telah diperingatkan kepada mereka. Oleh sebab itu
Kami timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat.’ Nanti
Allah akan memberitahukan kepada mereka apa-apa yang telah mereka kerjakan. Hai
Ahli Kitab (Nasrani dan Yahudi)! Sesungguhnya telah datang utusan Kami kepadamu
semua untuk menjelaskan kepada kamu semua berbagai masalah dari isi Kitab yang
kamu semua sembunyikan dan banyak (pula yang) dibiarkannya.” (Q.S. Al-Maidah:14-
15)

Rasanya sudah cukup jelas bahwa untuk membuktikan kebenaran tuduhan tentang
diubahnya kitab Injil ialah kenyataan yang menunjukkan asal mulanya kitab Injil yang
beredar di tangan kaum Nasrani sekarang ini. Asal mulanya jumlah kitab-kitab Injil amat
banyak sekali yakni tujuh puluh buah naskah yang dibuat oleh umat Kristen, kemudian
dipilih empat buah saja yaitu Matius, Markus, Lukas dan Yahya (Yohanna).

Kita-kitab Injil sebagaimana disebutkan di atas memuat tulisan dan catatan kehidupan
atau sejarah hidup Nabi Isa a.s. Para pengarangnya dimaklumi dan nama-nama mereka
pun tercantum di situ. Para kritikus dari golongan umat Kristen sudah mengakui bahwa
apa yang kini menjadi akidah atau kepercayaan yang tertera dalam kitab Injil adalah

21
semata-mata pendapat Paulus saja dan bukan pendapat kaum hawari (pengikut setia)
Nabi Isa a.s. dan bukan pula pendapat orang-orang yang terdekat kepada beliau.

Di kota Paris terdapat sebuah perpustakaan milik salah seorang pangeran di mana
tersimpan sebuah naskah kitab Injil karangan Barnaba. Kitab ini telah dicetak kembali
oleh percetakan Al-Manar setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Isi dari Injil
Barnabas ini sangat berbeda dengan isi kitab Injil empat macam yang tersebut di atas.
Perbedaannya bukan sedikit, tetapi amat besar sekali.

Injil Barnabas Injil Yang asli ???

Hingga kini banyak sekali umat Muslim yang beranggapan bahwa Injil Barnabas adalah
Injil yang asli, sedemikian rupa keyakinan itu hingga mereka menafsirkan Qur’an Suci –
khususnya tentang penYaliban Yesus – dengan menjadikan Injil tersebut sebagai hakim
bagi Qur’an Suci. karena mereka beranggapan bahwa yang disalib itu bukan Yesus
melainkan Yudas Iskariot dan Yesus itu sendiri diselamatkan dengan diangkat kelangit
kedua dengan badan wadagnya. Kini yang menjadi pertanyaan benarkah Injil Barnabas
itu asli?, bukankah hanya kitab Al-Quran saja yang kemurniannya dijaga oleh Allah
Ta’ala?
Injil Barnabas menurut Qur’an Suci

“Dan sebagian mereka buta huruf; mereka tak tahu Kitab, selain (dari) desas-desus dan
mereka hanya mengira-ngira saja. Maka celaka sekali orang yang menulis Kitab dengan
tangan mereka, lalu berkata: Ini adalah dari Allah; agar mereka memperoleh harga yang
rendah sebagai pengganti ini. Maka celaka sekali mereka, karena apa yang mereka tulis
dengan tangan mereka, dan celaka sekali mereka, karena apa yang mereka usahakan”
(2:78-79)

Sangatlah tepat gambaran Qur’an Suci tentang kitab Suci yang sudah-sudah bahwa
pengetahuan mereka tentang Kitab (ajaran) tersebut adalah dari desas-desus dan
perkiraan saja hal ini diakui oleh Injil Lukas

“Teofilus yang mulia, banyak orang yang telah berusaha menyusun suatu berita tentang
peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita
oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu, setelah
aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil
keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, supaya engkau dapat
mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar” (Lukas 1:1-
4)

dari penuturan Lukas tersebut dapat disimpulkan:


1. sejak zaman permulaan kekristenan telah banyak disusun Injil: banyak orang yang
telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di
antara kita,…”

22
2. Injil itu disusun berdasarkan Cerita dari mulut ke mulut yang fokusnya adalah
pelajaran Al-Masih sang Firman: yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari
semula adalah saksi mata dan pelayan Firman”.
3. Injil Lukas disusun dengan cara ambil sana ambil sini yang dianggapnya benar:”

Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal
mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu,….”

Kitab Suci yang ditulis langsung, dibaca lalu diamalkan hanyalah Qur’an Suci (80:11-16;
75:17-19). Sebelum Qur’an Suci ajaran-ajaran kitab-Kitab suci sebelumnya tak pernah
langsung ditulis dibawah pengawasan sang Nabiyullahnya melainkan hanya berupa
cerita-cerita dari mulut-kemulut saja selang beberapa tahun dari wafat / hijrahnya Nabi
tersebut barulah ajaran-ajaran yang berdasarkan perkiraan dan yang berasal dari desas-
desus tersebut dibukukan. Hal ini termasuk pula Injil Barnabas. Bila Injil Barnabas itu
asli (Suci) maka tak mungkin Qur’an Suci menyama ratakan bahwa semua kitab-kitab
suci yang terdahulu itu telah rusak dan tak mungkin pula Qur’an Suci menobatkan
dirinya sebagai penjaga ajaran yang masih asli dan yang membetulkan dari kesalahan-
kesalahan Kitab Suci yang terdahulu:

“Kami menurunkan kepada engkau Kitab dengan kebenaran, yang membetulkan Kitab
yang ada sebelumnya, dan yang menjaganya” (5:48)

Jelaslah kiranya bahwa menurut Qur’an Suci tak ada Kitab Suci yang masih murni (suci)
selain Kitab Suci Al-Qur’an itu sendiri.

Siapa Penulis Injil Banabas ?

Tulisan Bishop Irenaeus (120-202 M), seorang berasal dari Smyma yang kemudian
menjabat bishop di kota Lyon pada tahun 177 M, ada menyebut-nyebut Injil Barnaba
(Gospel of Barnabs). Beberapa fragmen dari tulisan Bishop Irenaeus yang ditemukan itu
berjudul Adverse Haereses.

Sedangkan ensiklike tentang, Bacaan Terlarang yang diumumkan oleh Paus Glasius I
(492-496 M) pada tahun 492 M, mencantumkan nama Injil Barnaba. Jadi, Inijil Barnaba,
itu pada masa dulu memang ada, tapi belakangan lenyap dari peredaran dan tidak
ditemukan pada abad-abad berikutnya. Injil Barnaba itu pada masa dulu, jikalau tidak
menggunakan bahasa Ibrani ataupun bahasa Aramik, maka setidak-tidaknya
menggunakan bahasa Grik.

Pada abad ke-16 masehi ditemukan naskah Injil Barnabas menggunakan Ibahasa Itali.
Konon seorang Frather menemukannya dalam Vatican Library dan menyelundupkannya
keluar. Pada pinggir-pinggir halaman dijumpai catatan-catatan seseorang
mempergunakan bahasa Arab. Naskah berbahasa Itali itu disalin belakangan ke dalam
bahasa Sepanyol.

23
Pada tahun 1709 M, penasihat Raja Prussia bernama Craemer berkunjung ke Amsterdam
dan di dalam perpustakaan seorang bangsawan tua disitu menjumpai naskah Injil Barnaba
berbahasa Itali itu. Pada tahun 1713 M, naskah tersebut diserahkannya kepada Prins
Jugend Savoy; dan pada tahun 1738 M, perpustakaan milik Prins Jugend itu dipindahkan
kepada Perpustakaan Kerajaan di Wina. Disitulah naskah itu dijumpai kembali dan
disalin oleh seorang sarjana Inggris ke dalam bahasa Inggris.

Belakangan dijumpai lagi naskah Injil Barnaba berbahasa Sepanyol, dipinjam Dr. Holm
dari Hardley di Hampshire, seorang Orientalist, dan naskah itu kemudian pindah tangan
kepada Dr. Minkhauss, seorang anggota King’s College di Oxford, lalu menyalinnya ke
dalam bahasa Inggris.

Pada tahun 1784 M, naskah berbahasa Sepanyol dan salinannya ke dalam bahasa Inggeris
diserahkan kepada Dr. White, yang memperbandingkannya dengan salinannya ke dalam
bahasa Inggris dari naskah Itali, dan tidak menjumpai perbedaan isi antara kedua salinan
itu.
Injil itu menyatakan Jesus Keristus tidak disalibkan karena yang tertangkap dan yang
disalibkan itu adalah Judas Iskariot. Selanjutnya tidak ada menyebut-nyebut tentang
Ilahiah dari Jesus Keristus.

Tentang keaslian isi Injil Barnaba dalam naskah berbahasa Itali itu, yakni salinannya
kedalam bahasa Itali itu, merupakan tandatanya besar. Karena di dalam naskah berbahasa
Itali itu nama Nabi Muhammad s.a.w. berkian kali disebutkan secara jelas dan nyata.
Penelitian terhadap jenis kertas yang digunakan beserta cara penjilidannya membuktikan
bahwa naskah berbahasa Itali itu berasal dari masa sekitar Abad ke-16 masehi. Di dalam
kemungkinan :

1. Keseluruhan isi Injil Bamaba itu bikinan seorang penulis Kristen, yang guna memikat
hati seorang Penguasa pihak Islam pada masa itu, sengaja mempersembahkan karyanya
itu; dan karena sesuatu peristiwa yang tidak diketahui lantas naskah berbahasa Itali itu
jatuh pada akhirnya ke tangan pihak Vatikan.

2. Injil Bamabas yang asli itu ditemukan oleh seorang Kristen, yang kemudian memeluk
agama Islam, lalu menyalinnya ke dalam bahasa Itali dan menambahkan Ayat-Ayat
Sisipan mengenai Nabi Muhammad s.a.w.

Sampai kepada masa sekarang ini, permasalahan naskah Injil Barnaba berbahasa Italia itu
belum memperoleh jawaban yang pasti. Kecuali jikalau sempat ditemukan kelak
naskahnya yang berbahasa Grik hingga diperoleh suatu alat pembanding. Pihak dunia
Kristen sendiri menolak akan keaslian Injil Barnaba itu.

Jika demikian siapakah penulis/pengarangnya? Menurut kesimpulan Drs. J.Slomp,


pengarangnya adalah Fra Marino alias Mustafa de Aranda itu sendiri, karena kabar
burung itu diisyaratkan dalam fasal 192 Injil barnabas itu sendiri. Agaknya ia seorang
Yahudi berkebangsaan Spanyol yang dipaksa memeluk agama Roma Katolik, kemudian
ia memeluk agama Islam; sebagaimana banyak orang lainnya dia meninggalkan Spanyol

24
dan pergi ke Bologna (Italia), dan di kota itu dikarangnya Injil barnabas, baik dalam
bahasa Italia mapun bahasa Spanyol. Sebagai bukti bahwa ia seorang Islam catatan-
catatan pinggirnya berbahasa Arab dan kecaman-kecamannya terhadap Paulus dkk yang
mirip-mirip dengan ajaran Islam; sedangkan bukti yang menunjukkan ke-Yahudiannya
antaralain ia menolak Yesus sebagai Mesias yang di janjikan.

“Dari itu mereka telah mengutus orang-orang Lewi untuk menanyakan kepadanya, kata
mereka: “Siapakah gerangan engkau?” Maka Yesus telah mengakui dengan
menyatakan:”Sesungguhnya aku ini bukanlah Messias.” (Bar 42:1-7)

“Dan setelah sembahyang itu selesai, berkatalah imam dengan suara yang keras: ”
Berhentilah Ya Yesus, sebab harus kami mengetahui siapakah gerangan engkau ini, demi
untuk menenangkan Umat kita.” Yesus menjawab: “Aku Yesus anak Maryam dari
keturunan Daud, seorang manusia yang pasti akan mati, takut kepada Allah dan menuntut
agar kemuliaan dan penghormatan itu, tidak diberikan melainkan kepada Allah”. Imam
itu menjawab : “Bahwa telah disuratkan dalam kitab Musa bahwa Tuhan kita akan
mengutus untuk kita Messias yang akan datang buat memberitahukan kita tentang apa
yang dikehendaki oleh Allah dan dia akan membawa rahmat Allah bagi (penduduk)
bumi. Dari itu kuharap supaya engkau berkata benar kepada kami. Apakah engkau ini
Messias Allah yang kami nanti-nantikan itu ?” Yesus menjawab: “Benar Allah telah
menjanjikan demikian, akan tetapi aku ini bukanlah dia, karena dia itu tercipta sebelum
aku, dan akan tiba sesudahku.”

….”Demi Allah yang aku berdiri di hadapan-Nya, bahwa sebenarnya aku ini bukanlah
Messias yang sedang dinantikan oleh seluruh bangsa di muka bumi, seperti yang telah
dijanjikan oleh Allah kepada bapak kita Ibrahim, Firman-Nya:” Dengan anak
keturunanmu Aku akan memberkahi semua bangsa-bangsa di dunia”. (Bar 96:1-5,8).

Dari penuturan barnabas diatas kita dihadapkan oleh dua pilihan jikalau Injil Barnabas itu
asli maka kita akan mengatakan bahwa wahyu Ilahi itu salah atau bahkan dusta
(Na’uzubillah min dzalik) karena Qur’an Suci jelas-jelas menyatakan bahwa Yesus itu
adalah Al-Masih/Mesias. Mungkinkah Allah salah atau Yesus – Nabiyullah yang
maksum – telah mengeluarkan kata-kata yang menjijikan dengan berdusta kepada
umatnya ??

Ayat Injil Barnabas yang tak masuk akal.

1. “Yesus menjawab: Dikala Allah menciptakan gumpalan dari tanah, kemudian


meninggalkannya duapuluh lima ribu tahun tanpa mengerjakan sesuatu yang lain, tahulah
Setan yang berkedudukan sebagai imam dan kepala dari para Malaikat itu dengan
kecerdasan besar yang dimilikinya, bahwa Allah akan mengambil dari gumpalan itu
seratus empat puluh empat ribu orang yang bergelar dengan gelar nubuat beserta Rasul
Allah yang telah diciptakan rohnya sebelum segala sesuatu yang lain dengan enam puluh
ribu tahun. Dari itu dia (setan) marah, maka dihasutnya para Malaikat, katanya: “Lihatlah
pada suatu hari Allah akan menghendaki supaya kita sujud untuk tanah ini ” (Bar.35:6-9),

25
“karena itu Allah berfirman pada suatu hari di waktu para Malaikat telah berkumpul
semuanya: “Semua yang telah memilih aku sebagai Tuhannya, harus segera sujud kepada
segumpal tanah ini” (Bar 35:12)

“Adapun setan beserta mereka yang seperti dia, maka mereka berkata:” Ya Tuhan
sesungguhnya kami ini adalah roh, dari itu bukanlah dari keadilan kami bersujud untuk
tanah ini” (Bar 35:14)

“Ketika itu Allah berfirman:”Enyahlah kalian dari depanKu wahai kamu yang terkutuk,
tidak ada padaKu lagi rahmat untuk kalian, “Dan ketika pergi, meludahlah setan kepada
gumpalan tanah itu. Lalu Jibril membuang ludah itu beserta sedikit tanah, sehingga
karena itu manusia mempunyai pusat diperutnya” (Bar 35:25-27)

Benarkah manusia berpusat karena Jibril membuang ludah setan dan sedikit tanah, maka
ada lekukan di perut/pusat. Bukankah pusat manusia itu adalah bekas tali plasenta
manusia semasih dalam rahim ibu ?

Kambing, kuda, lembu, kerbau, gajah dan seluruh hewan yang berkaki empat juga
mempunyai pusat di perutnya, yang juga semula adalah tempat plasenta selama dalam
perut induknya. Apakah itu karena Jibril membuang ludah setan dari mereka juga ?

2. “Dan setelah Malaikat Jibril membersihkan segumpal tanah yang telah diludahi oleh
setan itu Allah telah menciptakan segala benda yang hidup dari segala jenis hewan yang
terbang yang melata dan berenang. Dan telah menghiasi bumi ini dengan segala yang ada
padanya. Pada suatu hari Setan itu mendekati pintu surga. Dan ketika itu ia melihat kuda
sedang makan rumput, ia memberitahukan kepadanya bahwa apabila segumpal tanah itu
mempunayi nyawa maka ia akan tertimpa kepayahan. Dari itu untuk kepentingannya
(kuda) itu ia harus menginjak segumpal tanah itu dengan satu cara yang dapat
menjadikan (gumpal tanah) itu tidak bisa digunakan untuk sesuatu. Maka bangkitlah kuda
itu dan berlari-lari deras di atas gumpal tanah yang terletak di antara pokok-pokok
cemara dan mawar itu. Kemudian Allah memberikan nyawa kepada bagian najis
daripada gumpalan tanah yang terkena ludah Setan dan yang telah diambil oleh Malaikat
Jibril dan dari pada gumpalan itu. Kemudian diciptakannlah anjing lalu ia menyalak dan
menakutkan kuda itu sehingga lari” (Bar 39:4-12)

Dalam Bar 39:4 dikatakan semua hewan telah diciptakan setelah Jibril membuang tanah
yang terkena ludah Setan. Tetapi koq anjing diciptakan sesudah kuda makan rumput,
artinya anjing tidak serempak dijadikannya. Dan benarkah anjing itu diciptakan dari
tanah unsur manusia ?, jika Injil Barnabas ini autentik, apakah hubungan biologis antara
manusia dengan anjing ?

3. Dalam Barnabas 53:34-35 dikatakan :

“Dan ketika Yesus mengatakan demikian maka ditamparnyalah wajahnya dengan kedua
tangannya. Kemudian ia memukul lantai dengan kepalanya, lalu ketika kepalanya

26
diangkat ia berkata:”Hendaklah terkutuklah barang siapa yang menyisipkan dalam
uraian-uraianku bahwa aku ini anak Allah”.

Mungkinkah orang yang berderajat Maksum akan berbuat hal yang demikian dihadapan
murid-muridnya?. Autentikkah ini?

4. Dalam Injil Barnaba dikatakan: Yesus diangkat kelangit oleh 4 Malaikat (215:4-6).
Dalam Barnaba 219:6-7 dikatakan Yesus dikembalikan kepada ibu dan murid-muridnya
atas permintaaan Yesus. Dalam Barnabas 221:7 Yesus berkata: “Pergilah bersama ibunda
kebukit zaitun. Karena aku akan naik ke langit dari sana juga (Bar 221:7-8). Kemudian
diangkatlah dia oleh keempat Malaikat itu kelangit di depan mata mereka (Bar 221:23).
Jadi Yesus naik kelangit 2 (dua) kali. Benarkah hal ini ??

Al-Qur’an
Etimologi
Ditinjau dari segi kebahasaan, Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang berarti "bacaan"
atau "sesuatu yang dibaca berulang-ulang". Kata Al-Qur’an adalah bentuk kata benda
(masdar) dari kata kerja qara'a yang artinya membaca. Konsep pemakaian kata ini dapat
juga dijumpai pada salah satu surat Al-Qur'an sendiri yakni pada ayat 17 dan 18 Surah
Al-Qiyamah yang artinya:

“Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an (di dalam dadamu) dan (menetapkan)


bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami
telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti {amalkan} bacaannya”.(75:17-
75:18)

Terminologi

Sebuah cover dari mushaf Al-Qur'an

27
Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:

“Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya termasuk
ibadah”.

Adapun Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:

"Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril a.s.
dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara
mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai
dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas"

Dengan definisi tersebut di atas sebagaimana dipercayai Muslim, firman Allah yang
diturunkan kepada Nabi selain Nabi Muhammad SAW, tidak dinamakan Al-Qur’an
seperti Kitab Taurat yang diturunkan kepada umat Nabi Musa AS atau Kitab Injil yang
diturunkan kepada umat Nabi Isa AS. Demikian pula firman Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang membacanya tidak dianggap sebagai ibadah, seperti
Hadits Qudsi, tidak termasuk Al-Qur’an.

Jaminan Tentang Kemurnian Al-Quran dan Bukti-


Buktinya
Kemurnian Kitab Al-Quran ini dijamin langsung oleh Allah, yaitu Dzat yang
menciptakan dan menurunkan Al-Quran itu sendiri. Dan pada kenyataannya kita bisa
melihat, satu-satu kitab yang mudah dipelajari bahkan sampai dihafal oleh beribu-ribu
umat Islam.

Nama-nama lain Al-Qur'an


Dalam Al-Qur'an sendiri terdapat beberapa ayat yang menyertakan nama lain yang
digunakan untuk merujuk kepada Al-Qur'an itu sendiri. Berikut adalah nama-nama
tersebut dan ayat yang mencantumkannya:

• Al-Kitab, QS(2:2),QS (44:2) • Ar-Rahmat (karunia): QS(27:77)


• Al-Furqan (pembeda benar salah): • Ar-Ruh (ruh): QS(42:52)
QS(25:1) • Al-Bayan (penerang): QS(3:138)
• Adz-Dzikr (pemberi peringatan): • Al-Kalam (ucapan/firman): QS(9:6)
QS(15:9) • Al-Busyra (kabar gembira):
• Al-Mau'idhah (pelajaran/nasehat): QS(16:102)
QS(10:57) • An-Nur (cahaya): QS(4:174)
• Al-Hukm (peraturan/hukum): • Al-Basha'ir (pedoman): QS(45:20)
QS(13:37) • Al-Balagh (penyampaian/kabar)
• Al-Hikmah (kebijaksanaan):

28
QS(17:39) QS(14:52)
• Asy-Syifa' (obat/penyembuh):
QS(10:57), QS(17:82) • Al-Qaul (perkataan/ucapan) QS(28:51)
• Al-Huda (petunjuk): QS(72:13),
QS(9:33)

• At-Tanzil (yang diturunkan):


QS(26:192)

Struktur dan pembagian Al-Qur'an


Surat, ayat dan ruku'

Al-Qur'an terdiri atas 114 bagian yang dikenal dengan nama surah (surat). Setiap surat
akan terdiri atas beberapa ayat, di mana surat terpanjang dengan 286 ayat adalah surat Al
Baqarah dan yang terpendek hanya memiliki 3 ayat yakni surat Al Kautsar, An-Nasr dan
Al-‘Așr. Surat-surat yang panjang terbagi lagi atas sub bagian lagi yang disebut ruku'
yang membahas tema atau topik tertentu.

Makkiyah dan Madaniyah

Sedangkan menurut tempat diturunkannya, setiap surat dapat dibagi atas surat-surat
Makkiyah (surat Mekkah) dan Madaniyah (surat Madinah). Pembagian ini berdasarkan
tempat dan waktu penurunan surat dan ayat tertentu di mana surat-surat yang turun
sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah digolongkan surat Makkiyah sedangkan
setelahnya tergolong surat Madaniyah. Pembagian berdasar fase sebelum dan sesudah
hijrah ini lebih tepat, sebab ada surat Madaniyah yang turun di Mekkah.

Juz dan manzil

Dalam skema pembagian lain, Al-Qur'an juga terbagi menjadi 30 bagian dengan panjang
sama yang dikenal dengan nama juz. Pembagian ini untuk memudahkan mereka yang
ingin menuntaskan bacaan Al-Qur'an dalam 30 hari (satu bulan). Pembagian lain yakni
manzil memecah Al-Qur'an menjadi 7 bagian dengan tujuan penyelesaian bacaan dalam 7
hari (satu minggu). Kedua jenis pembagian ini tidak memiliki hubungan dengan
pembagian subyek bahasan tertentu.

Menurut ukuran surat

Kemudian dari segi panjang-pendeknya, surat-surat yang ada didalam Al-Qur’an terbagi
menjadi empat bagian, yaitu:

• As Sab’uththiwaal (tujuh surat yang panjang). Yaitu Surat Al-Baqarah, Ali Imran,
An-Nisaa’, Al-A’raaf, Al-An’aam, Al Maa-idah dan Yunus
• Al Miuun (seratus ayat lebih), seperti Hud, Yusuf, Mu'min dan sebagainya

29
• Al Matsaani (kurang sedikit dari seratus ayat), seperti Al-Anfaal, Al-Hijr dan
sebagainya
• Al Mufashshal (surat-surat pendek), seperti Adh-Dhuha, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-
Nas dan sebagainya

Sejarah Al-Qur'an hingga berbentuk mushaf

Manuskrip dari Al-Andalus abad ke-12

Penurunan Al-Qur'an

Al-Qur'an tidak turun sekaligus. Al-Qur'an turun secara berangsur-angsur selama 22


tahun 2 bulan 22 hari. Oleh para ulama membagi masa turun ini dibagi menjadi 2
periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung
selama 12 tahun masa kenabian Rasulullah SAW dan surat-surat yang turun pada waktu
ini tergolong surat Makkiyyah. Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa
hijrah berlangsung selama 10 tahun dan surat yang turun pada kurun waktu ini disebut
surat Madaniyah.

Penulisan Al-Qur'an dan perkembangannya

Penulisan (pencatatan dalam bentuk teks) Al-Qur'an sudah dimulai sejak zaman Nabi
Muhammad SAW. Kemudian transformasinya menjadi teks yang dijumpai saat ini
selesai dilakukan pada zaman khalifah Utsman bin Affan.

Pengumpulan Al-Qur'an di masa Rasullulah SAW

Pada masa ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, terdapat beberapa orang yang
ditunjuk untuk menuliskan Al Qur'an yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah
bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab. Sahabat yang lain juga kerap menuliskan wahyu
tersebut walau tidak diperintahkan. Media penulisan yang digunakan saat itu berupa
pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan
tulang belulang binatang. Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung
menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an setelah wahyu diturunkan.

30
Pengumpulan Al-Qur'an di masa Khulafaur Rasyidin
Pada masa pemerintahan Abu Bakar

Pada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran (dalam perang yang
dikenal dengan nama perang Ridda) yang mengakibatkan tewasnya beberapa penghafal
Al-Qur'an dalam jumlah yang signifikan. Umar bin Khattab yang saat itu merasa sangat
khawatir akan keadaan tersebut lantas meminta kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan
seluruh tulisan Al-Qur'an yang saat itu tersebar di antara para sahabat. Abu Bakar lantas
memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator pelaksaan tugas tersebut. Setelah
pekerjaan tersebut selesai dan Al-Qur'an tersusun secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya
diserahkan kepada Abu Bakar. Abu Bakar menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya
kemudian mushaf tersebut berpindah kepada Umar sebagai khalifah penerusnya,
selanjutnya mushaf dipegang oleh anaknya yakni Hafsah yang juga istri Nabi
Muhammad SAW.

Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan

Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat keragaman
dalam cara pembacaan Al-Qur'an (qira'at) yang disebabkan oleh adanya perbedaan dialek
(lahjah) antar suku yang berasal dari daerah berbeda-beda. Hal ini menimbulkan
kekhawatiran Utsman sehingga ia mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf
standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis
penulisan yang baku. Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara
penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Bersamaan dengan
standarisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan standar yang dihasilkan
diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar). Dengan proses ini Utsman berhasil
mencegah bahaya laten terjadinya perselisihan di antara umat Islam di masa depan dalam
penulisan dan pembacaan Al-Qur'an.

Mengutip hadist riwayat Ibnu Abi Dawud dalam Al-Mashahif, dengan sanad yang shahih:

Suwaid bin Ghaflah berkata, "Ali mengatakan: Katakanlah segala yang baik
tentang Utsman. Demi Allah, apa yang telah dilakukannya mengenai mushaf-
mushaf Al Qur'an sudah atas persetujuan kami. Utsman berkata, 'Bagaimana
pendapatmu tentang isu qira'at ini? Saya mendapat berita bahwa sebagian
mereka mengatakan bahwa qira'atnya lebih baik dari qira'at orang lain. Ini
hampir menjadi suatu kekufuran'. Kami berkata, 'Bagaimana pendapatmu?' Ia
menjawab, 'Aku berpendapat agar umat bersatu pada satu mushaf, sehingga
tidak terjadi lagi perpecahan dan perselisihan.' Kami berkata, 'Pendapatmu
sangat baik'."

Menurut Syaikh Manna' Al-Qaththan dalam Mahabits fi 'Ulum Al Qur'an, keterangan ini
menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Utsman telah disepakati oleh para sahabat.
Demikianlah selanjutnya Utsman mengirim utusan kepada Hafsah untuk meminjam
mushaf Abu Bakar yang ada padanya. Lalu Utsman memanggil Zaid bin Tsabit Al-

31
Anshari dan tiga orang Quraish, yaitu Abdullah bin Az-Zubair, Said bin Al-Ash dan
Abdurrahman bin Al-Harits bin Hisyam. Ia memerintahkan mereka agar menyalin dan
memperbanyak mushaf, dan jika ada perbedaan antara Zaid dengan ketiga orang Quraish
tersebut, hendaklah ditulis dalam bahasa Quraish karena Al Qur'an turun dalam dialek
bahasa mereka. Setelah mengembalikan lembaran-lembaran asli kepada Hafsah, ia
mengirimkan tujuh buah mushaf, yaitu ke Mekkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah,
Kufah, dan sebuah ditahan di Madinah (mushaf al-Imam).

Upaya penerjemahan dan penafsiran Al Qur'an


Upaya-upaya untuk mengetahui isi dan maksud Al Qur'an telah menghasilkan proses
penerjemahan (literal) dan penafsiran (lebih dalam, mengupas makna) dalam berbagai
bahasa. Namun demikian hasil usaha tersebut dianggap sebatas usaha manusia dan bukan
usaha untuk menduplikasi atau menggantikan teks yang asli dalam bahasa Arab.
Kedudukan terjemahan dan tafsir yang dihasilkan tidak sama dengan Al-Qur'an itu
sendiri.

Terjemahan

Terjemahan Al-Qur'an adalah hasil usaha penerjemahan secara literal teks Al-Qur'an
yang tidak dibarengi dengan usaha interpretasi lebih jauh. Terjemahan secara literal tidak
boleh dianggap sebagai arti sesungguhnya dari Al-Qur'an. Sebab Al-Qur'an
menggunakan suatu lafazh dengan berbagai gaya dan untuk suatu maksud yang
bervariasi; terkadang untuk arti hakiki, terkadang pula untuk arti majazi (kiasan) atau arti
dan maksud lainnya.

Terjemahan dalam bahasa Indonesia di Terjemahan dalam bahasa daerah


antaranya dilaksanakan oleh: Indonesia di antaranya dilaksanakan
oleh:
1. Al-Qur'an dan Terjemahannya, oleh
Departemen Agama Republik Indonesia, 1. Qur'an Kejawen (bahasa Jawa),
ada dua edisi revisi, yaitu tahun 1989 dan oleh Kemajuan Islam Jogyakarta
2002 2. Qur'an Suadawiah (bahasa
2. Terjemah Al-Qur'an, oleh Prof. Mahmud Sunda)
Yunus 3. Qur'an bahasa Sunda oleh K.H.
3. An-Nur, oleh Prof. T.M. Hasbi Ash- Qomaruddien
Siddieqy 4. Al-Ibriz (bahasa Jawa), oleh K.
4. Al-Furqan, oleh A.Hassan guru PERSIS Bisyri Mustafa Rembang
5. Al-Qur'an Suci Basa Jawi
Terjemahan dalam bahasa Inggris (bahasa Jawa), oleh Prof. K.H.R.
Muhamad Adnan
1. The Holy Qur'an: Text, Translation and
Commentary, oleh Abdullah Yusuf Ali 6. Al-Amin (bahasa Sunda)

32
2. The Meaning of the Holy Qur'an, oleh
Marmaduke Pickthall

Tafsir

Upaya penafsiran Al-Qur'an telah berkembang sejak semasa hidupnya Nabi Muhammad,
saat itu para sahabat tinggal menanyakan kepada sang Nabi jika memerlukan penjelasan
atas ayat tertentu. Kemudian setelah wafatnya Nabi Muhammad hingga saat ini usaha
menggali lebih dalam ayat-ayat Al-Qur'an terus berlanjut. Pendekatan (metodologi) yang
digunakan juga beragam, mulai dari metode analitik, tematik, hingga perbandingan antar
ayat. Corak yang dihasilkan juga beragam, terdapat tafsir dengan corak sastra-bahasa,
sastra-budaya, filsafat dan teologis bahkan corak ilmiah.

Adab Terhadap Al-Qur'an


Sebelum menyentuh sebuah mushaf Al-Qur'an, seorang Muslim dianjurkan untuk
menyucikan dirinya terlebih dahulu dengan berwudhu. Hal ini berdasarkan tradisi dan
interpretasi secara literal dari surat Al Waaqi'ah ayat 77 hingga 79.

Terjemahannya antara lain:56-77. Sesungguhnya Al-Qur'an ini adalah bacaan


yang sangat mulia, 56-78. pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), 56-79.
tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. (56:77-56:79)

Penghormatan terhadap teks tertulis Al-Qur'an adalah salah satu unsur penting
kepercayaan bagi sebagian besar Muslim. Mereka memercayai bahwa penghinaan secara
sengaja terhadap Al Qur'an adalah sebuah bentuk penghinaan serius terhadap sesuatu
yang suci. Berdasarkan hukum pada beberapa negara berpenduduk mayoritas Muslim,
hukuman untuk hal ini dapat berupa penjara kurungan dalam waktu yang lama dan
bahkan ada yang menerapkan hukuman mati.

Hubungan dengan kitab-kitab lain


Berkaitan dengan adanya kitab-kitab yang dipercayai diturunkan kepada nabi-nabi
sebelum Muhammad SAW dalam agama Islam (Taurat, Zabur, Injil, lembaran Ibrahim),
Al-Qur'an dalam beberapa ayatnya menegaskan posisinya terhadap kitab-kitab tersebut.
Berikut adalah pernyataan Al-Qur'an yang tentunya menjadi doktrin bagi ummat Islam
mengenai hubungan Al-Qur'an dengan kitab-kitab tersebut:

• Bahwa Al-Qur'an menuntut kepercayaan ummat Islam terhadap eksistensi kitab-


kitab tersebut. QS(2:4)
• Bahwa Al-Qur'an diposisikan sebagai pembenar dan batu ujian (verifikator) bagi
kitab-kitab sebelumnya. QS(5:48)
• Bahwa Al-Qur'an menjadi referensi untuk menghilangkan perselisihan pendapat
antara ummat-ummat rasul yang berbeda. QS(16:63-64)

33
• Bahwa Al-Qur'an meluruskan sejarah. Dalam Al-Qur'an terdapat cerita-cerita
mengenai kaum dari rasul-rasul terdahulu, juga mengenai beberapa bagian
mengenai kehidupan para rasul tersebut. Cerita tersebut pada beberapa aspek
penting berbeda dengan versi yang terdapat pada teks-teks lain yang dimiliki baik
oleh Yahudi dan Kristen.

Hubungan Al Qur'an dengan kitab lain

Al-Qur'an dalam pandangan Islam memiliki posisi yang sangat jelas berkaitan dengan
keberadaan teks-teks keagamaan yang termasuk dalam kitab-kitab yang diturunkan
kepada kaum sebelum kaum Nabi Muhammad SAW (Taurat, Zabur, Injil, dan lembaran
Adam, Syits, Idris, Ibrahim dan Musa). Berkaitan dengan hal ini dalam doktrin Islam, al-
Qur'an dalam beberapa ayatnya menegaskan posisinya terhadap kitab-kitab tersebut.
Pernyataan

Berikut adalah pernyataan Al Qur'an yang tentunya menjadi doktrin bagi ummat Islam
mengenai hubungan al-Qur'an dengan kitab-kitab tersebut.
Menegaskan eksistensi kitab terdahulu

(1)Secara eksplisit dalam surah Al-Baqarah ayat ke 2-4 ditegaskan bahwa salah satu ciri
orang yang bertaqwa (muttaqin) adalah mereka yang percaya pada al-Qur'an dan wahyu
yang diturunkan sebelum al-Qur'an diturunkan kepada Rasulullah SAW. Berikut adalah
petikan terjemahan bagian tersebut.

(2)Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa,(3)(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat,
dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.(4)dan
mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan
Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya
(kehidupan) akhirat.
Pembenar & Ujian

Al Qur'an juga diposisikan sebagai pembenar (mushaddiq) dan batu ujian/verifikator


(muhaymin) terhadap kitab-kitab yang lain. Hal ini terdapat pada surah Al-Ma'idah ayat
48 yang artinya :
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan
batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut
apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara
kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya
kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap
pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada

34
Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah
kamu perselisihkan itu,

Sejarah yang benar

Maksudnya ialah bahwa Al Qur'an meluruskan sejarah. Dalam Al Qur'an terdapat cerita-
cerita mengenai kaum dari rasul-rasul terdahulu, juga mengenai beberapa bagian
mengenai kehidupan para rasul tersebut. Cerita tersebut pada beberapa aspek penting
berbeda dengan versi yang terdapat pada teks-teks lain yang dimiliki baik oleh kaum
Yahudi dan Kristen.

Hikmah Beriman Kepada Kitab-Kitab Allah

• Mengetahui hikmah Allah swt dalam syara’ atau hukumnya sehingga menetapkan
hukum sesuai dengan tabiat dan keadaan setiap umat

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,


membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan
batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka
menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka
dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat
diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji
kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.
Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa
yang telah kamu perselisihkan itu,” (QS. Al Maidah : 48)

• Menyadarkan kita akan kasih sayang Allah swt sehingga kita harus mensyukuri
segala bentuk nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada kita.
• Meyakinkan kita bahwa Islam adalah risalah seluruh nabi dan rasul
• Mengetahui perhatian Allah swt terhadap seluruh hamba-Nya sehingga
menurunkan kitab yang menjadi hidayah bagi setiap umat.

Daftar kepustakaan

35
• Departemen Agama Republik Indonesia -- Al-Qur'an dan Terjemahannya.
• Baidan, Nashruddin. 2003. Perkembangan Tafsir Al Qur'an di Indonesia. Solo.
Tiga Serangkai.
• Baltaji, Muhammad. 2005. Metodologi Ijtihad Umar bin Al Khatab. (terjemahan
H. Masturi Irham, Lc). Jakarta. Khalifa.
• Faridl, Miftah dan Syihabudin, Agus --Al-Qur'an, Sumber Hukum Islam yang
Pertama, Penerbit Pustaka, Bandung, 1989 M.
• Ichwan, Muhammad Nor. 2001. Memasuki Dunia Al-Qur’an. Semarang. Lubuk
Raya.
• ------------------------------. 2004.Tafsir 'Ilmy: Memahami Al Qur'an Melalui
Pendekatan Sains Modern. Yogyakarta. Menara Kudus.
• Ilyas, Yunahar. 1997. Feminisme dalam Kajian Tafsir Al-Qur'an Klasik dan
Kontemporer. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
• al Khuli, Amin dan Nasr Hamid Abu Zayd. 2004. Metode Tafsir Sastra.
(terjemahan Khairon Nahdiyyin). Yogyakarta. Adab Press.
• al Mahali, Imam Jalaluddin dan Imam Jalaluddin As Suyuthi,2001, Terjemahan
Tafsir Jalalain Berikut Azbabun Nuzul Jilid 4 (terj oleh Bahrun Abu Bakar, Lc),
Bandung, Sinar Algesindo.
• Qardawi, Yusuf. 2003. Bagaimana Berinteraksi dengan Al-Qur’an. (terjemahan:
Kathur Suhardi). Jakarta. Pustaka Al-Kautsar.
• al-Qattan, Manna Khalil. 2001. Studi Ilmu-ilmu Al-Qur'an. Jakarta. Lentera Antar
Nusa.
• al-Qaththan, Syaikh Manna' Khalil. 2006. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur'an
(Mahabits fi 'Ulum Al Qur'an). Terjemahan: H. Aunur Rafiq El-Mazni, Lc, MA.
Jakarta. Pustaka Al-Kautsar.
• ash-Shabuny, Muhammad Aly. 1996. Pengantar Studi Al-Qur'an (at-Tibyan)
(terjemahan: Moch. Chudlori Umar dan Moh. Matsna HS). Bandung. al-Ma’arif.
• ash Shiddieqy,Teungku Muhammad Hasbi. 2002, Ilmu-ilmu Al Qur'an: Ilmu-ilmu
Pokok dalam Menafsirkan Al Qur'an,Semarang, Pustaka Rizki Putra
• Shihab, Muhammad Quraish. 1993. Membumikan Al-Qur'an. Bandung. Mizan.
• -----------------------------------. 2002. Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan
Keserasian Al-Qur'an Jilid 1. Jakarta. Lentera hati.
• Wikipedia
• Google.com

36

Anda mungkin juga menyukai