Anda di halaman 1dari 5

St.

Fransiskus Borgia

Fransiskus lahir di Spanyol pada tanggal 28 Oktober 1510, Putera bangsawan tinggi Italia ini masih
mempunyai hubungan darah dengan keluarga Kerajaan Spanyol. Ayah neneknya adalah Paus
Alexander VI, yang sebelum dipilih menjadi Paus sudah mempunyai beberapa anak. Ia adalah putera
sulung dari pasangan Juan Borgia, pangeran dari Gandia dan Yohanna dari Aragon. Ia menikah dengan
Eleanor de Catro pada 1529 dan memiliki delapan orang anak. Setelah dididik di dalam istana Kaisar
Karel V, ia dinobatkan menjadi Raja Muda Katalonia. Sebagai penguasa yang beragama Kristen, ia
tampil bijaksana dan saleh. Ia menunjukkan teladan hidup yang baik kepada rakyatnya sesuai
keutamaan Kristiani. Ia bersikap tegas terhadap semua bangsawan yang korup. Oleh karena itu
banyak orang tidak menyukai dia.
Ketika Ratu Isabela meninggal dunia, jenazahnya harus dibawa ke Granada. Raja Muda Fransiskus
Borgia ditugaskan untuk mengawal jenazah itu. Sebelum dimasukkan ke pemakaman, peti jenazah
harus dibuka untuk membuktikan bahwa jenazah ratulah yang akan dimakamkan. Ketika peti jenazah
dibuka, Fransiskus hampir pingsan oleh bau busuk yang sangat menusuk hidung. Ia menyaksikan
kehancuran mayat ratu yang dulu begitu cantik, bahkan dipujanya. Sejak itu ia berjanji untuk tidak lagi
mengabdi seorang raja duniawi, yang dapat mati dan hancur tubuhnya. Ia bertekad menyerahkan
dirinya kepada Tuhan sambil berjanji akan merubah cara hidupnya sesuai dengan kehendak Tuhan.

Tatkala isterinya meninggal dunia pada tahun 1546, ia memutuskan masuk Serikat Yesus. Segala
hartanya diwariskan kepada anaknya yang sulung. Di dalam Serikat Yesus, Fransiskus ditahbiskan
menjadi imam pada usia 41 tahun. Cara hidupnya sederhana dan lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan
yang dianggap hina oleh banyak orang. Imam Fransiskus dikenal saleh. Kotbah-kotbahnya sangat
menyentuh hati umat sehingga dapat membawa kembali banyak orang kepada pertobatan.
Keberhasilannya menarik hati Ignasius Loyola, pendiri Serikat Yesus. Oleh karena itu ia ditunjuk
menjadi pembesar Yesuit di Spanyol. Empat tahun kemudian ia menggantikan Ignasius Loyola sebagai
pemimpin tertinggi Serikat Yesus. Ia sangat berjasa pada Universitas Gregoriana. Cita-citanya sebagai
pemimpin Serikat Yesus ialah menjiwai ordonya dengan semangat hidup Ignasius serta memperluas
wilayah apostolatnya ke seluruh dunia. Banyak imam Yesuit dikirimnya ke luar negeri seperti ke
Polandia, Mexico, Peru dan Brasilia. Jumlah kolese diperbanyak untuk mendidik kader-kader yang
dapat melanjutkan karya Gereja. Ketika berusia 61 tahun, ia mendapat tugas dari Paus Pius V untuk
mempersatukan para raja Kristen guna menghadapi ancaman bangsa Turki yang Islam atas wilayah-
wilayah Kristen. Bersama dengan Paus Pius V dan St. Karolus Borromeus, ia bekerja mereformasi
Gereja Katolik. Fransiskus Borgia akhirnya wafat karena sakit pada tanggal 30 September 1572.
Jenazahnya dimakamkan di Madrid, Spanyol. Pada 23 November 1624 ia dibeatifikasi oleh Paus
Gregorius XV dan pada 20 Juni 1670 ia dikanonisasi oleh Paus Clement X

Santo Eusebius

Eusebius dilahirkan di pulau Sardinia, Italia, sekitar tahun 283. Kedua orangtuanya adalah orang-orang
Kristen yang saleh dan menurut tradisi, ayahnya wafat sebagai martir. Eusebius senantiasa aktif dalam
komunitas Kristiani. Ia terpanggil untuk melayani umat di Roma dan kemudian pergi ke Italia utara, ke
Vercelli. Eusebius dipilih sebagai uskup pertama Vercelli.

Uskup Eusebius dan sebagian imamnya menjalani hidup biasa seturut gaya hidup para biarawan
dalam biara. Para imamnya mendapatkan persiapan matang untuk bertumbuh dalam kehidupan
rohani. Mereka juga berlajar bagaimana menghadapi orang-orang yang datang kepada mereka untuk
mohon bimbingan. Para imam dalam bimbingan St Eusebius menjadi pelayan-pelayan Kristus yang
tekun dan riang gembira. Banyak dari antara mereka yang di kemudian hari ditahbiskan sebagai
uskup.

Pada masa itu, bidaah Arian tersebar luas. Banyak orang menjadi bingung dan menganggap bidaah
tersebut sebagai benar. Kaisar Konstantius juga seorang penganut bidaah Arian, ia menghendaki agar
semua orang berpihak kepadanya. Para uskup yang tidak mau tunduk padanya dibuang dari
keuskupan mereka. St.Atanasius dibuang pada tahun 355. Eusebius hadir dalam Sidang Milan yang
mengutuk St.Atanasius. Tetapi, Eusebius tidak mau memberikan suaranya untuk menentang
Atanasius, jadi ia disingkirkan juga. Eusebius dibuang ke Palestina.

Pada mulanya, seorang yang baik hati memberinya tumpangan sebagai tamu terhormat di rumahnya.
Tetapi, orang yang baik ini meninggal dunia dan para penganut bidaah Arian menculik sang uskup.
Mereka menganiaya, menyeretnya di jalan-jalan, lalu mengurungnya dalam sebuah kamar sempit
empat hari lamanya. Ketika para utusan dari keuskupan Vercelli menuntut agar uskup dibebaskan
serta dikembalikan ke tempat asalnya, tuntutan dipenuhi. Tetapi, sebentar kemudian, bapa uskup
disiksa dan dianiaya kembali. Ketika Konstantius wafat pada tahun 361, kaisar berikutnya mengijinkan
para uskup yang diasingkan untuk kembali ke keuskupan mereka.

St Eusebius adalah seorang pembela kebenaran yang gagah berani, juga para uskup lainnya yang
mengagumkan pada masa itu, seperti St.Atanasius dan St.Meletius. St.Eusebius diyakini sebagai salah
seorang yang memberikan sumbangan dalam persiapan “Kredo Atanasius.” Kredo ini merupakan
salah satu kredo yang sangat berharga di mana dinyatakan segala apa yang kita yakini sebagai orang
Katolik. Uskup Eusebius menghabiskan tahun-tahun terakhir hidupnya di Vercelli, di tengah umat
keuskupannya. Ia wafat pada tanggal 1 Agustus 371.

Santo Thomas Aquinas


Pujangga besar Gereja ini sekitar tahun 1225. Ia adalah anak kesembilan dari sebuah keluarga
bangsawan di Italia. Thomas seorang yang amat cerdas, tetapi ia tidak pernah menyombongkan
kelebihannya itu. Ia sangat menyadari bahwa kecerdasan pikirannya itu adalah karunia dari Tuhan.

Kastil keluarganya berada di Roccasecca, sebelah utara Monte Cassino di mana para biarawan
Benediktin tinggal. Pada usia lima tahun, Thomas dikirim ke biara tersebut untuk memperoleh
pendidikan. Ketika usianya delapanbelas tahun, ia pergi ke Naples untuk melanjutkan pendidikannya.
Di sana ia bertemu dengan suatu kelompok religius baru yang disebut sebagai Ordo Para
Pengkhotbah. Pendiri mereka, St. Dominikus, masih hidup kala itu. Thomas tahu bahwa ia ingin
menjadi seorang imam. Ia merasa bahwa ia dipanggil untuk bergabung dengan kelompok tersebut
yang kelak lebih dikenal dengan sebutan “Dominikan”. Namun keinginan Thomas ini tidak berkenan di
hati kedua orang tuanya.

Ketika ia sedang dalam perjalanan ke Paris untuk belajar, saudara-saudaranya menculiknya. Mereka
mengurungnya di salah satu kastil keluarga mereka selama lebih dari satu tahun. Selama masa itu,
mereka melakukan segala daya upaya untuk membuat Thomas mengubah pendiriannya. Seorang
saudarinya juga datang untuk membujuknya agar melupakan panggilannya. Tetapi Thomas berbicara
demikian indahnya tentang sukacita melayani Tuhan, sehingga saudarinya itu mengubah
pendapatnya. Saudarinya itu bahkan memutuskan untuk mempersembahkan hidupnya kepada Tuhan
sebagai biarawati.

Setelah lima belas bulan lamanya, pada akhirnya Thomas diberi kebebasan untuk memenuhi
panggilannya. St. Thomas menulis demikian indah tentang Tuhan sehingga orang-orang dari seluruh
dunia telah mempergunakan tulisan-tulisannya selama beratus-ratus tahun. Penjelasannya tentang
Tuhan dan tentang iman berasal dari cintanya yang amat mendalam kepada Tuhan. Ia seorang yang
apa adanya sebab ia tidak sedang berusaha untuk membangkitkan kesan kepada siapa pun. Yang ia
inginkan dengan segenap hatinya adalah mempersembahkan karunia hidupnya kepada Yesus dan
kepada Gereja.

St. Thomas merupakan salah seorang dari Pujangga terbesar yang pernah dimiliki oleh Gereja. Ia
bagaikan mutiara dengan sinar yang cemerlang dalam terang Roh Kudus. Sekitar akhir tahun 1273,
Paus Gregorius X meminta Thomas untuk ambil bagian dalam suatu pertemuan penting Gereja yang
disebut Konsili Lyon. Ketika sedang dalam perjalanannya ke sana, Thomas jatuh sakit. Ia harus
menghentikan perjalanannya dan tinggal di sebuah biara di Fossanova, Italia, di mana akhirnya ia
wafat di tanggal 7 Maret 1274. Permata Gereja ini wafat dalam usianya yang baru empat puluh
sembilan tahun.

St. Thomas dinyatakan kudus pada tahun 1323 oleh Paus Paulus II; Paus Pius V memberinya gelar
Pujangga Gereja pada tahun 1567; Paus Leo XIII memberinya gelar mahaguru dari segala doktor
akademik pada tahun 1879 dan pelindung semua universitas, perguruan tinggi, dan sekolah pada
tahun 1880.

Anda mungkin juga menyukai