Anda di halaman 1dari 10

Nama : Aldiman Ludo Fikus Manullang

Kelas : 1 (B)
Semester : Satu
Mata Kuliah : Sejarah Agama Kristiani I
Dosen : Husin F. Sembiring, Lic. Hit. Ecc

Santo Athanasius dari Alexandria


Pengantar
Bapa-bapa Gereja adalah tokoh-tokoh gereja yang telah menulis dalam abad-abad
pertama, sesudah zaman para Rasul dan sesudah Kitab Suci ditulis lengkap. Mereka menonjol
karena kesucian hidupnya dan kedalaman pengajarannya. Tulisan-tulisan para Bapa Gereja
menjelaskan alam pikiran umat Kristiani secara mendalam. Secara khusus, kami akan
menjelaskan secara ringkas, padat, dan jelas mengenai St. Athanasius.1

Tak disangsikan bahwa Athanasius adalah salah seorang yang paling penting dan
paling dihormati di antara Bapa-bapa Gereja awal. Ia adalah seorang bapa Gereja yang
mengungkapkan inkarnasi Logos, yang merujuk tentang Sabda Allah yang telah menjadi
manusia.2 Athanasius adalah seorang yang sangat gigih memperhahankan pokok-pokok
ajaran Konsili Nicea, sehingga dia diusir oleh kaisar maupun oleh gereja. 3 Dalam waktu yang
bersamaan, muncul bidaah Arianisme. Bidaah ini menyangkal ke Allah-an dari Yesus sendiri.
Bidaah ini dipelopori oleh Arius. Bagi Athanasius, bidaah Arianisme ini adalah sangat
mendesak, professional, dan masalah pribadi.4

Paper ini akan menjelaskan perjuangan St. Athanasius untuk mempertahankan ajaran Gereja,
tulisan-tulisan yang berpengaruh, cara hidup dan khususnya perjuangan melawan bidaah
Arianisme.

Isi

1. Hidup St. Athanasius

1
Paus Benediktus XVI, Bapa-bapa Gereja (judul asli: The Fathers), diterjemahkan oleh Waskito SJ
(Malang: Dioma, 2009), hlm. 8.
2
Paus Benediktus XVI, Bapa…, hlm. 84.
3
Dr. F. D. Wellem, M. Th, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2003), hlm. 21.
4
Mike Aquilina, The Fathers of the Church (United State of America: Our Sunday Visitor Publishing
Division, 1999), hlm. 120).
1.1 Riwayat Hidup

Athanasius adalah seorang Bapa Gereja terbesar dan tergagah sepanjang


masa.5 Ia disebut sebagai Pilar Gereja, bapa Gereja dan pembela iman kristiani yang
paling gigih yang pernah ada. Ia membaktikan seluruh hidupnya untuk membuktikan
bahwa Yesus adalah sungguh Allah. Pada masa itu Gereja sedang berada dalam
perpecahan alkibat munculnya ajaran Arianisme yang mengingkari ke-Allahan
Kristus. Arianisme bahkan telah merebak sampai kedalam istana kekaisaran Romawi
dan beberapa kaisar juga sempat menjadi pengikut Arian. Uskup Athanasius berjuang
sekuat tenaga untuk melawan ajaran sesat dari kaum arian ini. Bahkan Kaisar Romawi
yang juga pengikut Arian tidak dapat memaksanya berhenti menuliskan penjelasan-
penjelasannya yang terang dan jelas mengenai iman yang Kudus kepada Allah. Para
musuhnya menganiayanya dengan berbagai cara. Ia berkali-kali mengalami
pengusiran dari kedudukannya sebagai Uskup di Alexandria karena Ia gigih
mempertahankan ajaran-ajaran Konsili Nicea. Ia adalah seorang gerejawan dan mahir
dalam admistratif hierarkis Alexandria. Athanasius dilahirkan di Alexandria kira-kira
pada tahun 296. Mungkin Ia belajar pada sekolah kateketik di Alexandria. Pekerjaan
kegerejaannya dimulainya sebagai lektor (pembaca alkitab dalam ibadah) dan
kemudian diangkat menjadi Diakon oleh Uskup Aleksander. Athanasius mendapat
kepercayaan khusus dari Uskupnya sehingga dialah yang menjadi penasihat teologis
Uskupnya dalam Konsili Nicea tahun 325.6

Hal itu menunjukkan bahwa Athanasius adalah seorang yang mahir dalam
ilmu teologi dan sepandangan dengan Uskupnya. Pada tahun 328 Aleksander
meninggal dan ia telah menyatakan keinginanya agar Athanasius yang
menggantikannya. Pemilihan Athanasius sebagai Uskup Aleksandria berjalan tanpa
hambatan apa pun. Sekalipun demikian Athanasius mendapat tantangan yang keras
dari golongan Arianisme. Athanasius adalah seorang yang sangat gigih
mempertahankan pokok-pokok ajaran Konsili Nicea, sehingga dia diusir oleh Kaisar,
maupun oleh Gereja.7 Ketika menjadi uskup Athanasius dari Alexandria di 328 CE, di
sekitar usia 30, ia diasumsikan kepemimpinan komunitas Kristen di salah satu kota
yang paling menonjol dari kekaisaran Romawi. Dengan adanya dua besar

5
Dr. F. D. Wellem, M.Th, Tokoh…, hlm. 22.
6
Dr. F. D. Wellem, M.Th, Tokoh…, hlm. 26.
7

Dr. F. D. Wellem, M. Th, Tokoh…, hlm. 28.


harbors, Portus Magnus dan Eunostus, Alexandria adalah gerbang utama perdagangan
di Mediterania dunia, yang menghubungkan bersama-sama kekaisaran Romawi
dengan pasar India, China, dan Saudi.8 Selama masa jabatan keuskupannya di
Aleksandria ia mengalami pengusiran sebanyak lima kali. Pada tahun 335 diadakan
sinode di Tirus, yang di dalamnya Athanasius dipecat karena ia tidak mau menerima
Arius untuk kembali kedalam persekutuan gereja. Pada tahun 336 Kaisar Konstatinus
mengusirnya ke Treves. Pada tahun 337 Konstatinus meninggal dunia dan Athanasius
kembali menduduki keuskupannya di Aleksandria. Baru saja ia dua tahun menduduki
keuskupannya, kaisar mengusirnya lagi karena kaisar berpihak kepada golongan
Arianisme pada tahun 339. Sesuai dengan eputusan Sinode Antiokhia, Athanasius
dibuang ke Roma.

Dalam Sinode Sardea tahun 343, Athanasius dipulihkan kembali ke dalam


jabatannya karena pengaruh Kaisar Konstans yang tidak menyukai golongan
Arianisme. Namun, pada tahun 356 dia diusir lagi. Kali ini, Athanasius bersembunyi
di Aleksandria sampai dengan naiknya Julianus yang Murtad tahun 361. Julianus yang
Murtad mengusirnya pada tahun berikutnya dan barulah Athanasius kembali setelah
Julianus meninggal pada tahun 363. Pengusiran atas dirinya belumlah selesai. Pada
tahun 365 Athanasius di usir lagi. Athanasius meninggal di Aleksandria pada tanggal
2 Mei tahun 373, karena penderitaan-penderitaan yang dialaminya di dalam
pembuangan.9

1.2 Karya-karya
Perjuangan Athanasius dalam menjaga kemurnian iman kristiani akhirnya
berhasil dengan gemilang beberapa tahun setelah kematiannya yaitu pada tahun 381
saat diselenggarakannya Konsili Konstantinopel. 10 Hasil Konsili penting ini
menyatakan bahwa Arianisme adalah sesat dan terlarang. Athanasius adalah seorang
yang teguh pendiriannya. Kira-kira tahun 318 ia menulis da risalah pendek, yaitu
Contra Gentes (Melawan Perang Kafir), yang didalamnya ia menguraikan kesia-siaan
serta kebodohan yang terdapat dalam ibadah-ibadah kafir. Karya yang paling terkenal
adalah De Incarnations (Mengenai Inkarnasi), tentang Penjelmaan Sabda, yaitu
Logos yang telah menjadi manusia.11 Yang menjelaskan bagaimana Logos Ilahi

8
Khaled Anatolios, Athanasius The Early Church Fathers (New York: Roudledge, 2004), hlm. 1.
9
Maria Etty Sakrawarti, Sosok-sosok Kudus 3 (Yogyakarta: Kanisius, 2019), hlm. 55.
10
Maria Etty Sakrawarti, Sosok…, hlm. 57.
11
Paus Benediktus XVI, Bapa…, hlm. 87.
menjadi satu dengan kemanusiaan Yesus Kristus sungguh-sungguh manusia. Putra
Allah adalah sehakikat dengan Allah Bapa. Yesus Kristus sungguh-sungguh Allah dan
hanya dengan demikian ia dapat menyelamatkan manusia. Akhirnya St. Athanasius
juga menulis teks-teks renungan tentang mazmur, yang tersebar luas, dan khususnya
karya yang lain adalah Vita Sancti Antonii, Riwayat Hidup St. Antonius Abbas.12
Tulisannya ini telah memperkenalkan model kebiaraan ke dalam Gereja Barat.
Athanasius tetap dikenang oleh Gereja sepanjang abad dan pada segala tempat dengan
Pengakuan Iman Athanasius-nya.

2. Hubungan Athanasius dan Antonius Abbas

St Antonius, dengan kekuatan rohaninya, adalah tokoh pendukung terbesar bagi


iman St. Athanasius. Hal ini sungguh tampak ketika St. Athanasius menyebarkan juga
cita-cita hidup monastik, hidup bertapa, yang di Mesir telah dipeluk oleh pertapa agung,
Antonius, dengan memilih cara hidup yang sesuai. 13 Pada umumnya, Antony dianggap
sebagai bapa monastik, yang lahir sekitar tahun 250. Antonius di masa mudanya
membantu menyebarkan kehidupan monastik di Palestina. St. Athanasius yang
mengalami pengasingan pada saat itu, mulai belajar cara hidup monastik dari Antonius. 14
St. Athanasius mungkin telah menghabiskan beberapa waktu dengan Antonius di padang
pasir selama satu periode pengasingan. Dalam periode inilah, St. Athanasius dapat
memperdalam hidup monastik.15

St. Athanasius telah menjadi sahabat akrab pertapa agung ini. Maka, ia telah diberi
satu dari dua kulit domba yang telah ditinggalkan oleh Antonius sebagai warisannya dan
juga mantol yang pernah dihadiahkan kepadanya oleh uskup Alexandria sendiri.16 St.
Athanasius berbalik perhatian untuk menulis biografi Antony sedini 357, hanya setahun
setelah kematiannya. Tahun 357 umumnya diterima hari ini sebagai tanggal komposisi
Vita Antonii, yang ditulis oleh St. Athanasius.17 Biografi Athanasius tentang Santo
Antonius yang pertapa memiliki kemajuan sastra yang dielu-elukan sepanjang masa kuno
dan lebih dari buku lain yang membangunkan minat yang antusias pada biara.18

12
Paus Benediktus XVI, Bapa…, hlm. 88.
13
Paus Benediktus XVI, Bapa…, hlm. 87.
14
Robert T. Meyer, Ph. D (ed.), St. Athanasius The Life of Saint Antony (Washington, D. C: Paulist
Press, 1950), hlm. 3-6.
15
Robert T. Meyer, Ph. D (ed.), St. Athanasius…, hlm. 9-10.
16
Paus Benediktus XVI, Bapa…, hlm. 88.
17
Robert T. Meyer, Ph. D (ed.), St. Athanasius…, hlm. 8.
18
Ludwig Hurtling, A History of The Catholic Church (Westminister: Newman Press, 1957), hlm. 108.
3. Melawan Arianisme
Dengan sejarah bapa gereja kita mengetahui pemahaman tentang Allah dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan Allah. Bapa gereja adalah penetrasi rasional
kebenaran iman yang diwahyukan pengetahuan sistematis tentang hubungan mereka satu
sama lain. Pada abad kedua, yang pada masa itu ada masalah kompleks doktrin
Tritunggal dan insuasi Yesus yang membawa percobaan pertama pada penetrasi
spekulatif.19 Pada tahun 318, seorang imam yang bernama Arius mulai untuk
memberitakan doktrin palsu tentang Yesus Sang Mesias Anak Allah. Ia adalah seorang
ahli ilmu bahasa yang terampil, tetapi menjadi murid Lucian dari Antiokhia. Ia menulis
skripsi yang berjudul, “jika putra diperanakkan bapa, ada sesuatu masa ketika Putra tidak
dilahirkan. Maka ia bukan dari kekekalan dan karenanya Dia bukan Allah”. 20 Arius
memiliki ide sendiri mengenai Trinitas, yang ia lihat sebagai jauh lebih unggul untuk
uskup. Sejak 318, ia telah secara terbuka mengajarkan bahwa Yesus tidak ilahi, bahwa
Kristus dan Roh Kudus hanyalah makhluk. Ia melihat ini sebagai satu-satunya jalan
tersebut jelas kebodohan sebagai klaim bahwa Tuhan itu tiga tetapi satu, atau yang tak
terhingga dan keabadian-kepenuhan keilahian -bisa terkandung dalam seorang pria. 21 Dia
menyangkal bahwa Yesus atau Anak adalah Allah dalam keadaan yang sama. Baginya,
Bapa ialah Allah dan Anak hanyalah manusia biasa yang hanya mendapat keistimewaan
dari Bapa. Menurutnya, Yesus atau Putera Tunggal Bapa tidak kekal dan tidak sama
dengan Allah Bapa. Anak hanyalah makhluk atau manusia biasa. 22 Doktrin yang
dipopulerkan oleh Arius ini membuat kekacaun dan kebingungan Gereja. Dan karena
cukup pentingnya ajaran yang dipertanyakan, kaisar konstantin merasakan keprihatinan
akan kedamaian di dalam gereja dan memutuskan untuk memanggil pengumpulan semua
uskup ke Nicea, inilah yang kemudian disebut sebagai Konsili Nicea. Hosius uskup
Cordoba di Spanyol menjadi ketua dalam Konsili ini. Dan Paus Silvester mengirimkan
dua imam Romawi sebagai delegasinya. Konsili ini dihadiri oleh 300-an uskup.23 Konsili
ini membuat Arius terkucilkan, karena bagaimanapun juga ia telah memberikan doktrin
yang telah membingungkan Gereja. Dan hasil pertemuan atau konsili ini telah
menghasilkan kesan yang mendalam di seluruh Gereja. Terlebih masa sebelumnya
merupakan zaman penganiayaan yang sangat besar dan membuat gereja takut. Namun,

19
Ludwig Hurtling, A History…, hlm. 93
20
Ludwig Hurtling, A History…, hlm. 95
21
Mike Aquilina, The Fathers…, hlm. 120.
22
Johnson Hannan Dominica, The Story of the Church (New York: Benzinger Brothers, 1935), hlm. 87
23
Ludwig Hurtling, A History…, hlm. 96
setelah Konsili Nicea ini, secara rohani kemurnian iman gereja dapan dijamin. Tentu,
pertemuan para petinggi Gereja yang dilakukan di Nicea memiliki sumber atau pedoman
dalam melawan bidaah arianisme. Karenanya, Athanasius yang amat sering disambangi
oleh petugas keamanan yang kemudian diasingkan sebanyak empat kali telah
memberikan sumabangan besar terhadap Gereja.

Sesungguhnya Athanasius adalah seorang imam yang sangat mencintai Gereja.


Karena itu, ia sangat prihatin dengan ancaman kafirisme dan doktrin yang disuburkan
oleh arianisme. Keinginannnya terhadap Gereja sebenarnya tidak begitu berlebihan, ia
hanya ingin melindungi kesucian “tradisi, doktrin dan iman Gereja Katolik yang telah
Tuhan anugerahkan, para Rasul kotbahkan dan para Bapa Gereja lestarikan.” Athanasius
sangat mencintai Gereja dan itu dibuktikannya dengan kegigihannya membela eksistensi
Trinitas “dalam kebenaran dan kenyataan”. Ia menegaskan bahwa Sabda tidak pernah
diciptakan; Sabda berasal dan sehakikat dengan Allah Bapa. Anak memiliki kepenuhan
divinitas, sebuah refleksi yang berlandaskan tesis Santo Paulus dalam Korintus 2:9, dan
Allah sepenuh-penuhnya. Athanasius juga mengatakan bahwa Bapa dan anak memiliki
kodrat yang sama dan sifatnya kekal. Selain itu, Roh Kudus tidak mungkin menjadi
ciptaan yang merupakan bagian dari Trinitas. Keperkasaan Athanasius adalah melawan
ajaran sesat atau bida’ah arianisme.24 Hasil perjuangan Athanasius, yaitu Gereja Kristen
menyingkirkan ajaran roh Yunani yang memberikan keselamatan. Hal ini membuktikan
bahwa Kristus, anak Allah berbeda jauh dengan Logos filsafat Yunani yang hanya
setengah zat dengan ilahi di antara Allah dan dunia Athanasius begitu gigih
mempertahankan bahwa keselamatan hanya berasal dalam Yesus Kristus. Ia
diperhadapkan pada tuduhan-tuduhan dari pihak Yahudi dan kafir, bahwa inkarnasi dan
penyaliban Anak Allah tidak pantas dan mengurangi martabat-Nya. Namun, dengan
tegas ia mengatakan bahwa "dunia yang diciptakan melalui Dia hanya dapat dipulihkan
oleh Dia". Pemulihan ini tidak bisa terjadi, kecuali melalui salib.25

4. Dampak-dampak Karya St. Athanasius bagi Gereja Masa Kini

Hampir seluruh perjalanan hidupnya, Santo Athanasius Alexandria mengabdikan diri


untuk melawan kelompok Arianisme. Walaupun di Nicea Santo Athanasius telah dikutuk,
karena pengakuan Iman Nicea tidak dapat diterima oleh sebagian besar kelompok

24
Eddy Kristiyanto, Gagasan yang Menjadi Peristiwa Sketsa Sejarah Gereja Abad I-XV (Yogyakarta:
Kanisius, 2002), hlm. 75.
25
Khaled Anatolios, Athanasius…, hlm. 30.
Origenes, Santo Athanasius tetap tegar dalam pendirian, terutama dalam memberi
perlawanan terhadap kelompok-kelompok arianisme, terkhusus dalam pandangan dan
iman akan Yesus dan Ke-Allahan-Nya. Ada beberapa karya-karya Santo Athanasius yang
memberi dampak besar terhadap perkembangan iman gereja kristiani masa kini. Dalam
konteks ini yang akan menjadi ulasan adalah dua karya terbesar Santo Athanasius, yang
paling memberi dampak besar dalam gereja masa kini. Hingga saat ini kedua karya itu
masih tetap besar dan tetap diimani dan dihidupi oleh umat kristiani sendiri. Kedua karya
itu adalah Oratio Contra Arians, dan surat-surat Paskah.26

4.1 Oratio Contra Arians


Adalah salah satu karya terbesar Santo Athanasius yang berisi tentang
perlawanan terhadap kelompok arianisme dalam hal ontologis Yesus dan ke-Allahan-
Nya. Karya ini sangat memberi dampak yang cukup besar dalam perjalanan
kehidupan gereja kristiani. Hingga saat ini karya Santo Athanasius yang berbicara
tentang Yesus dan Ke-Allahan-Nya masih dipegang teguh oleh umat kristiani serta
tetap diimani bahwa Yesus Adalah Allah. Karena karya penciptaan merupakan
tindakan komunikasi kebaikan Allah maka sejak penciptaan Allah sudah
merencanakan kebaikan bagi ciptaan-Nya. Dalam rencana-Nya itu Allah
menghendaki supaya ciptaan-Nya mencapai punjak tujuan yang baik yakni “tinggal di
dalam kebahagiaan” dan “hidup dengan kebenaran” di “kehidupan Ilahi”. Allah
adalah satu-satunya pencipta di alam semesta ini.27 Hasil perjuangan Santo Athanasius
dalam melawan kaum arianisme yakni Gereja Kristen menyingkirkan roh Yunani dan
beriman kepada Allah yang menjelma dalam diri Yesus.

4.2 Surat-surat Paskah

Karya Santo Athanasius terbesar yang kedua dan juga yang memberi dampak
dan pengaruh besar dalam kehidupan gereja kristiani masa kini adalah surat-surat
Paskah. Berkat kegigihan Santo Athanasius dalam menulis dan mengirimkan surat-
surat Paskah ke setiap gereja di Mesir, ketika pengiriman yang ke-367, Santo
Athanasius memuat kanon (daftar kitab-kitab) perjanjian baru. Dan kanon Perjanjian
paru itu adalah kanon yang digunakan oleh gereja kristiani yang sampai saat masa

26
Tony Lane, Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), hlm. 26-
27.
27
Atanasio, Contra Gentes and De Incarnatione (London: Clarendon Press, 1971), hlm. 21-25.
kini.28 Hingga saat ini, Gereja Kristiani masih berpegang dan menerima kanon
Perjanjian Baru yang adalah hasil karya Santo Athanasius. Hal ini menunjukkan
bahwa Santo Athanasius adalah pribadi yang cemerlang dan bijaksana. Kedua karya
terbesar Santo Athanasius yang memberi dampak besar dalam gereja hingga masa
kini membuktikan bahwa Yesus adalah Allah dan Juruselamat, yang terlukis dalam
kanon Perjanjian Baru.

Penutup
St. Athanasius adalah seorang gerejawan dan mahir dalam admistratif hierarkis
Alexandria. St. Athanasius dilahirkan di Alexandria kira-kira pada tahun 296. Pada tahun
328, Aleksander meninggal dan ia telah menyatakan keinginannya agar Athanasius yang
menggantikannya. Pemilihan Athanasius sebagai Uskup Aleksandria berjalan tanpa
hambatan apa pun. St. Athanasius mendapat dukungan rohani dengan kesalehan, hidup

28
Tony Lane, Runtut…, hlm. 28-29.
rohani, dan hidup monastik yang sungguh dihidupi oleh St. Antonius. Hal ini sungguh
tampak ketika St. Athanasius menyebarkan juga cita-cita hidup monastik, hidup bertapa,
yang di Mesir telah dipeluk oleh pertapa agung, Antonius, dengan memilih cara hidup
yang selaras dan sesuai.

St. Athanasius memperlihatkan perjuangan yang gigih untuk melawan Arius yang
menyangkal bahwa Yesus atau Anak adalah Allah dalam keadaan yang sama. Arius
mengungkapkan bahwa Bapa ialah Allah dan Anak hanyalah manusia biasa yang hanya
mendapat keistimewaan dari Bapa. Menurutnya, Yesus atau Putera Tunggal Bapa tidak
kekal dan tidak sama dengan Allah Bapa. Anak hanyalah makhluk atau manusia biasa.
Santo Athanasius tetap tegar dalam pendirian, terutama dalam memberi perlawanan
terhadap kelompok-kelompok arianisme, terkhusus dalam pandangan dan iman akan
Yesus dan Ke-Allahan-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa Santo Athanasius adalah pribadi
yang cemerlang dan bijaksana. Kedua karya terbesar Santo Athanasius yang memberi
dampak besar dalam gereja hingga masa kini membuktikan bahwa Yesus adalah Allah dan
Juruselamat, yang terlukis dalam kanon perjanjian baru. Hampir seluruh perjalanan
hidupnya, Santo Athanasius Alexandria mengabdikan diri untuk melawan kelompok
Arianisme. St. Athanasius dengan gigih membela Tritunggal Mahakudus dan Penjelmaan
Sabda menjadi Manusia. Hingga saat ini, gereja kristiani masih berpegang pada Tritunggal
Mahakudus dan Penjelmaan Logos. Maka, St. Athanasius menjadi salah satu tokoh Bapak
Gereja yang telah menyumbangkan ajaran yang membantu Gereja untuk memahami
makna Trinitas dan Penjelmaan Logos.

Daftar Pustaka

Anatolios, Khaled. Athanasius The Early Church Fathers. New York: Roudledge, 2004.
Aquilina, Mike. The Fathers of the Church. United State of America: Our Sunday Visitor
Publishing Division, 1999.
Atanasio. Contra Gentes and De Incarnatione. London: Clarendon Press, 1971.
Benediktus. Bapa-bapa Gereja (Judul asli: The Fathers). Diterjemahkan oleh Waskito, SJ.
Malang: Dioma, 2009.
Dominica, Johnson Hannan. The Story of the Church. New York: Benzinger Brothers, 1935.
Hurtling, Ludwig. A History of The Catholic Church. Westminister: Newman Press, 1957.

Kristiyanto, Eddy. Gagasan yang Menjadi Peristiwa. Sketsa Sejarah Gereja Abad I-XV.
Yogyakarta: Kanisius, 2002.
Lane, Tony. Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007.
Meyer, Robert T (ed.). St. Athanasius The Life of Saint Antony. Washington, D.C:
Paulist Press, 1950.

Sakrawarti, Maria Etty. Sosok-sosok Kudus 3. Yogyakarta: Kanisius, 2019.

Wellem, F. D. Riwayat Hidup Singkat Tokoh-tokoh dalam Sejarah Gereja. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2003.

Anda mungkin juga menyukai