Oleh :
NIM. 20201021009
Yogyakarta
2020
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Santo Augustinus merupakan tokoh terbesar di antara para pemuka
agama Kristen sepanjang era Patristik. Ia bahkan merupakan salah satu
tokoh terbesar dari seluruh sejarah gereja Kristen. Pemikirannya
memiliki pengaruh yang luas di kalangan filsafat maupun teologi di
Eropa pada masa itu. Bahkan, pemikirannya menguasai pemikiran
Kristiani hingga abad 13 (800 tahun).
Dalam perjalanannya Augustinus menemukan jalan kerohanian,
menentang konsep atau teori filsafat Yunani Kuno, memikirkan masa
depan tentang filsafat, teori gerak sejarah linier, dan juga menulis karya-
karya yang bersifat teologis. Pemikirannya yang berbeda pada zamannya
ini yang mengakibatkan menjadi seorang tokoh yang berpengaruh di
dunia Kristen, Gereja, Akademisi Eropa dan tokoh filsafat.
Bagi Agustinus, segala peristiwa yang terjadi bukan lah kebetulan.
Sebagaimana telah disinggung di atas, Tuhan melakukan pemeliharaan
terhadap sejarah manusia. Baginya, terdapat kesatuan dan arah bagi
berjalannya sejarah. Sejarah manusia adalah suatu drama yang
mengungkapkan akhir yang penuh makna, dan bukan sesuatu yang tidak
bermakna. Tidak ada sesuatu yang irasional. Jika manusia tidak dapat
mengerti peristiwa di dalam sejarah, maka sesungguhnya hal ini karena
manusia belum bisa memahami maksud dari kehendak Tuhan membuat
peristiwa tersebut. Ketika manusia telah memahami maksud Tuhan,
maka mereka akan memahami alasan terjadinya suatu peristiwa di dalam
sejarah yang hal ini berkaitan dengan tujuan akhir dari maksud Tuhan
B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah yang akan ditulis, maka beberapa rumusan
masalah yang menjadi inti sari dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana riwayat hidup dari A. Santo Augustinus ?
2. Bagaimana pemikiran sejarah menurut A. Santo Augustinus ?
II. PEMBAHASAN
1
Purnomo, Arif. Pemikiran Historis Augustinus Sebagai Jiwa Zaman Abad Pertengahan. Jurnal
Paramitha No. 2 Th X Juli 2000. hal. 169.
2
Mburak Perianta G, Negara dan Agama Menurut Oemikiran Santo Augustinus, Skripsi Prodi
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, 2009, hal 36.
terlebih dahulu hingga mereka mempunyai seorang anak yang diberi nama
Adeodatus.3
3
Ibid hal 37.
4
Ajid Thohir & Ahmad Sahidin, Filsafat Sejarah Profetik, Spekulatif dan Kritis (Jakarta:
Kencana, 2019), hal 68.
dan kerajaan duniawi atau sejarah dunia adalah sejarah dari dua kerajaan
yang bertentangan. Keduanya terpisah pada awalnya, kemudian bercampur
di waktu pertengahan, dan akhirnya dipisahkan kembali. Ketiga,
Cyprianus dan Tertullian mengenai gereja, bahwa tidak ada keselamatan di
luar gereja. Keempat, Platonisme mengenai jawaban atas pertanyaan yang
sebelumnya Augustinus belum memperolehnya ketika mempelajari
Manisme, sehingga merupakan jawaban pembebasan rohani bagi dia.
Kelima, Ambrosius, ia adalah teman Augustinus yang sama-sama belajar
mengenai retorika yang mampu memngaruhi Augustinus paling mendalam
terhadap hidupnya. Pengaruh ini ia dapat melalui khotbah-khotbah
Ambrosius, studi-studinya, dan salah satu pembicaraan antara Ambrosius
dengan tokoh Manisme yang mampu membuat Augustinus berfikir bahwa
terdapat alasan-alasan tidak logis di dalam Manisme. Selain itu, perjalanan
Augustinus dalam memperoleh jawaban atas pertanyaannya sangat
panjang, ia memikirkan apa yang ada disekitarnya hingga memperoleh
jalan krisis hingga pertaubatannya sendiri.
5
Ajid Thohir & Ahmad Sahidin, Filsafat Sejarah Profetik, Spekulatif dan Kritis (Jakarta:
Kencana, 2019), hal 69.
6
M Hasbullah dan Dedi Supriyadi, Filsafat Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hal 66.
No. Periode Artinya Simbol Zaman
(3500 SM)
(1850 SM)
(1250 SM)
(600 SM)
Dari uraian diatas, terlihat bahwa teori sejarah masa Yunani Kuno
didasarkan pada ketidakmampuan dalam memberikan makna atas gerak
dan alur sejarah manusia sehingga menyebutnya dengan fatum. Artinya
adalah gambaran mengenai kepasrahan atas keberadaan dan nasib hidup
sehingga tidak mampu mengetahui titik akhir sejarah. Pemahaman mereka
hanya terbatas pada perulangan, siklus yang tidak berakhir. Hal ini karena
melihat realitas yang mereka alami sehari-hari tanpa melakukan sebuah
penyelidikan yang bersifat filosofis.7
7
Ibid hal 67.
Pada perkembangan selanjutnya, pada masa Kristen, penjelasan
mengenai gerak dan alur sejarah umat manusia perlahan mulai diketahui
bahwa terdapat unsur causa prima di balik fatum, yaitu Tuhan. Hadirnya
Kristen sebagai agama yang memberikan kabar-kabar dari Tuhan sebagai
kebenaran mulai memberikan dampak atas pemahaman fatum. Masyarakat
pada awalnya ragu, hingga muncullah Augustinus yang mampu
memberikan pemahaman mengenai sejarah yang bergerak secara linier
pada satu tujuan, yaitu Kerajaan Tuhan.
III. PENUTUP
Ajid Thohir & Ahmad Sahidin, Filsafat Sejarah Profetik, Spekulatif dan
Kritis (Jakarta: Kencana, 2019)