Anda di halaman 1dari 10

Makalah Filsafat Sejarah

Pemikiran A. Santo Augustinus (354-430 M)

Oleh :

Muhammad Fairus Kadomi

NIM. 20201021009

Program Studi Magister Sejarah Peradaban Islam (SPI)

Fakultas Adab dan Ilmu Budaya

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta

2020
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Santo Augustinus merupakan tokoh terbesar di antara para pemuka
agama Kristen sepanjang era Patristik. Ia bahkan merupakan salah satu
tokoh terbesar dari seluruh sejarah gereja Kristen. Pemikirannya
memiliki pengaruh yang luas di kalangan filsafat maupun teologi di
Eropa pada masa itu. Bahkan, pemikirannya menguasai pemikiran
Kristiani hingga abad 13 (800 tahun).
Dalam perjalanannya Augustinus menemukan jalan kerohanian,
menentang konsep atau teori filsafat Yunani Kuno, memikirkan masa
depan tentang filsafat, teori gerak sejarah linier, dan juga menulis karya-
karya yang bersifat teologis. Pemikirannya yang berbeda pada zamannya
ini yang mengakibatkan menjadi seorang tokoh yang berpengaruh di
dunia Kristen, Gereja, Akademisi Eropa dan tokoh filsafat.
Bagi Agustinus, segala peristiwa yang terjadi bukan lah kebetulan.
Sebagaimana telah disinggung di atas, Tuhan melakukan pemeliharaan
terhadap sejarah manusia. Baginya, terdapat kesatuan dan arah bagi
berjalannya sejarah. Sejarah manusia adalah suatu drama yang
mengungkapkan akhir yang penuh makna, dan bukan sesuatu yang tidak
bermakna. Tidak ada sesuatu yang irasional. Jika manusia tidak dapat
mengerti peristiwa di dalam sejarah, maka sesungguhnya hal ini karena
manusia belum bisa memahami maksud dari kehendak Tuhan membuat
peristiwa tersebut. Ketika manusia telah memahami maksud Tuhan,
maka mereka akan memahami alasan terjadinya suatu peristiwa di dalam
sejarah yang hal ini berkaitan dengan tujuan akhir dari maksud Tuhan
B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah yang akan ditulis, maka beberapa rumusan
masalah yang menjadi inti sari dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana riwayat hidup dari A. Santo Augustinus ?
2. Bagaimana pemikiran sejarah menurut A. Santo Augustinus ?
II. PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup A. Santo Augustinus

Augustinus lahir pada 13 November 354 Masehi di Tegaste,


Algeria, Afruka Utara. Ayahnya adalah Patristius, seorang tuan tanah kecil
dan anggota dewan kota yang kurang taat beragama hingga menjelang
akhir hayatnya.dan Ibunya seorang Santo Monika. Augustinus dididik oleh
Ibunya hingga menjadi Santo (tokoh yang dihormati dalam agama
Kristen). Augustinus memperoleh pendidikan dasar di Tagaste dan secara
khusus mempelajari bahasa latin dan ilmu hitung. Ketika berusia sekitar
sebelas tahun, Augustinus dikirim ayahnya ke Maduna untuk
menyelesaikan pendidikan dasarnya dan berhasil memperoleh pengetahuan
yang cukup mengagumkan dalam tata bahasa dan sastra latin. Selain itu, ia
pernah belajar teologi, filsafat, retorika dan seni.1 Dalam perjalannya
memperoleh ilmu, ia pernah pergi ke Roma. Augustinus merasa tidak puas
ketika belajar di Roma, ia kecewa karena tidak merasa terpuaskan dalam
pencariannya mengenai ilmu pengetahuan. Akan tetapi, ia tidak berhenti
dan tetap bertahan di Roma. Pada usia nya yang ke 30, Augustinus
mendapatkan kedudukan akademik dan mendapatkan kepercayaan dari
kerajaan sebagai penasihat.2

Augustinus merasakan gejolak didalam dirinya ketika menjadi


orang terpandang, hal itu pernah dirasakannya Ketika pernah melihat
seorang pemabuk yang merasa Bahagia dan tentram ketimbang dirinya
yang dirundung kegelisahan. Perasaan itu muncul dan mengantarkannya
kepada pemikirannya untuk tidak memedulikan aturan agama dalam
menjalin cinta. Pada saat di Kartago, Augustinus bertemu dengan seorang
guru wanita yang kemudian menjalin hubungan dengannya tanpa menikah

1
Purnomo, Arif. Pemikiran Historis Augustinus Sebagai Jiwa Zaman Abad Pertengahan. Jurnal
Paramitha No. 2 Th X Juli 2000. hal. 169.
2
Mburak Perianta G, Negara dan Agama Menurut Oemikiran Santo Augustinus, Skripsi Prodi
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, 2009, hal 36.
terlebih dahulu hingga mereka mempunyai seorang anak yang diberi nama
Adeodatus.3

Dalam perjalanan hidupnya, Augustinus pernah tertarik dengan


sebuah ideologi Manisme yang mengajarkan tentang dualism (kebaikan
dan keburukan) dalam memandang kehidupan alam semesta. Namun,
dalam proses belajarnya, temannya yaitu Ambrosius dapat memengaruhi
Augustinus hingga ia dapat Kembali ke ajaran agama Kristen. ia
berkenalan dengan ajaran filsafat Plato dan Ne Plantonis sebelum masuk
agama Kristen. Dalam hidupnya ia banyak dipengaruhi oleh Ambrosius,
seorang jagoan retorika seperti Augustinus sendiri, namun lebih tua dan
lebih berpengalaman. Akibat uskup Ambrosius, Augustinus bertobat
menjadi Kristen (386 M), mencari kesepian, mendirikan biara. Pada 25
April 387, Augustinus dan anaknya dibaptis untuk kemudian memutuskan
kembali ke Afrika Utara dan menentukan hidup di jalan Tuhan serta
menjadi Uskup di kota Hippo. Sebagai uskup, ia rajin memimpin
keuskupannya, berkhotbah, mengajar dan berdebat dengan penganut-
penganut bid’ah (Manisme, Donatisme, Pelagianisme). Bagi kaum bid’ah,
Augustinus merupakan momok, ia menjadi pujangga dan Bapak Gereja
Latin yang terbesar. Orang-orang Kristen percaya bahwa Santo Augustinus
meninggal meninggal dunia pada 28 Agustus 430 dengan anggapan
sebagai martir karena saat itu bangsa Vandal mengepung Hippo dan
melakukan perusakan. Jenazah Augustinus akhirnya dikuburkan di Basilik
Santo Petrus.4

Setidaknya, dalam perjalanan hidup Santo Augustinus, ada


beberapa hal yang memengaruhi pemikiran beliau. Pertama , adalah
Ibunya Santo Monika mengenai doktrinasi ajaran Kristen. Kedua, adalah
Manisme mengenai doktrin tentang dua kerajaan, yakni kerajaan surgawi

3
Ibid hal 37.
4
Ajid Thohir & Ahmad Sahidin, Filsafat Sejarah Profetik, Spekulatif dan Kritis (Jakarta:
Kencana, 2019), hal 68.
dan kerajaan duniawi atau sejarah dunia adalah sejarah dari dua kerajaan
yang bertentangan. Keduanya terpisah pada awalnya, kemudian bercampur
di waktu pertengahan, dan akhirnya dipisahkan kembali. Ketiga,
Cyprianus dan Tertullian mengenai gereja, bahwa tidak ada keselamatan di
luar gereja. Keempat, Platonisme mengenai jawaban atas pertanyaan yang
sebelumnya Augustinus belum memperolehnya ketika mempelajari
Manisme, sehingga merupakan jawaban pembebasan rohani bagi dia.
Kelima, Ambrosius, ia adalah teman Augustinus yang sama-sama belajar
mengenai retorika yang mampu memngaruhi Augustinus paling mendalam
terhadap hidupnya. Pengaruh ini ia dapat melalui khotbah-khotbah
Ambrosius, studi-studinya, dan salah satu pembicaraan antara Ambrosius
dengan tokoh Manisme yang mampu membuat Augustinus berfikir bahwa
terdapat alasan-alasan tidak logis di dalam Manisme. Selain itu, perjalanan
Augustinus dalam memperoleh jawaban atas pertanyaannya sangat
panjang, ia memikirkan apa yang ada disekitarnya hingga memperoleh
jalan krisis hingga pertaubatannya sendiri.

B. Pemikiran A. Santo Augustinus tentang Sejarah

G.W.F Hegel mengakui bahwa sesok Augustinus sebagai orang


Kristen yang mampu menyingkap eksistensi spiritual Kristen dalam tradisi
keilmuan karena telah berhasil menghidupkan ruh agama Kristen. Pada
abad ke-19, nama Augustinus dikenal sebagai pilar intelektual agama
Kristen yang memperkukuh bangunan teologi dari gempuran filsafat. Tak
hanya itu, pandangan filsafat yang dipengaruhi Kristen, bahkan pemikiran
kesejarahannya pun menjadi bernuansa teologis. Apabila masyarakat
Yunani Kuno yang diwakili para filsuf tidak menemukan dengan jelas
siapa dan apa dibalik kekuasaan tunggal sehingga cukup menyebut fatum,
lain halnya dengan dengan Augustinus yang menyebut kekuatan tunggal
dibalik kehidupan dan menggerakkan sejarah kehidupan manusia ialah
Tuhan. Augustinus menulis The City of God (Civitas Dei) sebanyak 22
jilid yang berusaha untuk menjawab keraguan orang-orang tentang
kebenaran Kristen. Menurutnya, hukum alam atau fatum lebih rendah
daripada hukum Tuhan. Dengan mukjizat-Nya segala sesuatu menjadi
bukti benarnya teologi Kristen.5

Terkait dengan teori sejarah, Augustinus tidak memercayai dengan


gerak siklus. Sejarah diatur oleh Tuhan sehingga memiliki permulaan dan
mempunyai akhir, menurut Augustinus. Jatuhnya manusia di muka bumi
merupakan permulaan, sedangkan kemenangan Kerajaan Tuhan adalah
akhir. Oleh karena itu, Augustinus yakin bahwa gerak sejarah bersifat
linier yang berujung pada kerajaan Tuhan atau Civitas Dei. Apabila
manusia mengikuti kerajaan Tuhan, maka akan berada dalam akhir sejarah
yang penuh akan kebahagiaan dan keselamatan karena aman dalam
kerajaan Tuhan. Sebaliknya, apabila tidak mengikuti Tuhan, maka akan
bermuara pada Kerajaan Setan atau Civitas Diaboli. Bangunan filsafat
sejarah Augustinus didasarkan pada teologi Kristen dan melihat segalanya
dari kebenaran dan kesalahan, pahala dan dosa, surga dan neraka.
Meskipun bersifat dialektis,, tetapi berujung pada kemenangan akhir, yang
dimenangkan kaum beriman yang akan menempati kerajaan Tuhan,
sehingga sejarah adalah kisah perjuangan antara kebaikan dan keburukan.
Unsur kebaikan berasal dari Tuhan dan keburukan dari setan. Kemenangan
akan berada pada kekuatan Tuhan sehingga kerajaan Tuhan sebagai akhir
sejarah akan menjadi muara dari keseluruhan kehidupan umat manusia.
Perjalanan yang demikian bukan ditentukan fatum, malainkan atas
kehendak Tuhan.6

Dalam menjelaskan gerak perjalanan sejarah dari awal sampai


akhir, Augustinus mengibaratkan dengan tingkatan-tingkatan riwayat atau
sejarah hidup manusia menurut dasar Ketuhanan, sebagai berikut :

5
Ajid Thohir & Ahmad Sahidin, Filsafat Sejarah Profetik, Spekulatif dan Kritis (Jakarta:
Kencana, 2019), hal 69.
6
M Hasbullah dan Dedi Supriyadi, Filsafat Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hal 66.
No. Periode Artinya Simbol Zaman

1. Intifa Bayi Adam – Nuh

(3500 SM)

2. Puerita Kanak-kanak Sem, Jafet

(1850 SM)

3. Adulescentia Pemuda Ibrahim – Daud

(1250 SM)

4. Inventus Kejantanan Daud

(600 SM)

5. Gravitas Dewasa, dewasa Babilonia


bikajsana
(sekira 4 M)

6. Kiamat Tua Pemilihan antara baik-jahat

(dari Kristus hingga akhir dunia)

Dari uraian diatas, terlihat bahwa teori sejarah masa Yunani Kuno
didasarkan pada ketidakmampuan dalam memberikan makna atas gerak
dan alur sejarah manusia sehingga menyebutnya dengan fatum. Artinya
adalah gambaran mengenai kepasrahan atas keberadaan dan nasib hidup
sehingga tidak mampu mengetahui titik akhir sejarah. Pemahaman mereka
hanya terbatas pada perulangan, siklus yang tidak berakhir. Hal ini karena
melihat realitas yang mereka alami sehari-hari tanpa melakukan sebuah
penyelidikan yang bersifat filosofis.7

7
Ibid hal 67.
Pada perkembangan selanjutnya, pada masa Kristen, penjelasan
mengenai gerak dan alur sejarah umat manusia perlahan mulai diketahui
bahwa terdapat unsur causa prima di balik fatum, yaitu Tuhan. Hadirnya
Kristen sebagai agama yang memberikan kabar-kabar dari Tuhan sebagai
kebenaran mulai memberikan dampak atas pemahaman fatum. Masyarakat
pada awalnya ragu, hingga muncullah Augustinus yang mampu
memberikan pemahaman mengenai sejarah yang bergerak secara linier
pada satu tujuan, yaitu Kerajaan Tuhan.

Gagasan teori sejarah yang menyebut fatum sebagai causa prima


diperjelas oleh gagasan Augustinus yang menyebut bahwa Tuhan adalah
kekuatan tunggal di balik sejarah. Ketentuan alam yang merujuk pada
fatum semesta yang cosmos berubah menjadi kehendak Tuhan. Terakhir
adalah gagasan sejarah yang memaknai manusia bergantung pada nasib
yang tidak bisa diubah, beralih pemahaman bahwa sejarah manusia
bergantung atas ketentuan Tuhan.

III. PENUTUP

Augustinus merupakan orang pertama di Eropa yang merefleksikan


hakikat sejarah dari sudut teologis. Titik pusat yang menguasai segala-
galanya di dalam sejarah adalah kedatangan messias yang dapat memberi
arti dan makna bagi setiap kejadian sejarah masa lampau dan akan
datang.

Sejarah menurut Augustinus merupakan suatu bagian rencana Illahi


dan mencerminkan kehadiran akal Ilahi. Yang terpenting dan terbesar
adalah sejarah manusia, dengan Tuhan sebagai pengarangnya. Sejarah
manusia dimulai dari penciptaan, ditandai dengan berbagai peristiwa
yang begitu menentukan seperti kejatuhan manusia dan inkarnasi Tuhan
dalam krsitus, momen historis yang sekarang ini terlibat dalam
ketegangan antara kata Illahi dan kata duniawi. Tak ada sesuatupun yang
terjadi tanpa acuan pada penyelenggaraan Ilahi. Dilain pihak, apapun
yang terjadi adalah suatu konsekuensi tindakan manusia, tertama dosa
dan kejahatan. Rahmat Tuhan membangkitkan harapan manusia dan
memungkinkannya mencapai kebahagiaan abadi di kota Ilahi setelah
penjarahannya di dunia.
DAFTAR PUSTAKA

Ajid Thohir & Ahmad Sahidin, Filsafat Sejarah Profetik, Spekulatif dan
Kritis (Jakarta: Kencana, 2019)

Arif, Purnomo. Pemikiran Historis Augustinus Sebagai Jiwa Zaman Abad


Pertengahan. Jurnal Paramitha No. 2 Th X Juli 2000.

M Hasbullah dan Dedi Supriyadi, Filsafat Sejarah, (Bandung: Pustaka


Setia, 2012)

Perianta G, Mburak. Negara dan Agama Menurut Oemikiran Santo


Augustinus. Skripsi Prodi Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara, 2009

Anda mungkin juga menyukai