TEOLOGI HISTORIKA
ZAMAN PATRISTIK
Disusun oleh:
AMOS WENDA
Nim .1916963033
Pendahuluan
Patristik diambil dari kata Peter yang berarti “bapak” maksud bapak disini adalah bapak
pemimpin gereja. Ketika peradaban Yunani mulai tersebar muncullah perbedaan pendapat di
antara para pemimpin gereja tentang perlu tidaknya filsafat dalam mewarnai peraturan-
peraturan dan kebijaksanaan yang mereka keluarkan. Perbedaan tersebut dibagi menjadi dua
kategori:
Pertama, segolongan orang yang menolak filsafat dikarenakan mereka sudah
mempunyai sumber kebenaran yaitu firman Tuhan dan tidak perlu menerima yang lain seperti
filsafat Yunani.
Kedua, segolongan orang yang menerima filsafat sebagai kebijaksanaan yang diambil.
Walaupun sudah mempunyai sumber kebenaran tidak ada jeleknya menggunakan filsafat
yunani sebagai metode (cara berpikir), selama tidak bertentangan dengan agama.
Perbedaan tersebut berkelanjutan sehingga menyebabkan pertikaian. Kemudian,
muncullah para pembela iman kristen dari serangan filsafat Yunani. Para pembela iman
kristen tersebut disebut Apologist, diantaranya Justinus Martir, Irenaeus, Klemens, Origenes,
Gregorius, Nissa, Tertullianus, Diosius Arepagos, Aurelius Agustinus.
SEJARAH PATRISTIK
c.
Manusia dan agama tidak boleh dipisahkan.
Tanpa kepercayaan dari agama, manusia akan sesat, dan tanpa akal, orang tak akan
memperoleh pengertian yang jelas tentang kepercayaan dan agama itu. (mirip
kata-kata Einstein)
d. Kehendak manusia berpangkal diatas akal, dan cinta kasih sayang mempunyai arti
kesucian diatas ilmu pengetahuan. Juga berlaku terhadap Tuhan, sedang Tuhan
terutama berarti cinta kasih sayang.
b.
c.
e. Roh/jiwa agak bebas terhadap raga dan jiwa mengenal dirinya secara langsung dan
intuistif, yang terdiri atas “kebendaan” dan “bentuk”.
f. Spiritualisme yang antropologis (jiwa itu tak lain dari manusia itu sendiri) berjalan
berdampingan dengan spiritualisme yang bersifat teori mengenal.
g. Kebendaan itu pada hakikatnya cahaya. Bahwa jiwa menghendaki tubuh dan tubuh
menghendaki jiwa merupakan pandangan yang dualistis.
Kesimpulan :
1. Melihat latar belakang Teologi Historika Zaman Patristik para Ahli memiliki suatu
kepercayaan yang mempertahankan Iman dan percaya Allah dan tidak di pengaruhi
oleh Filsafat Dunia
2. filsafat Yunani itu mengambil dari kitab Yahudi. Pandangan ini didasarkan bahwa
Kristus adalah logos. Dalam memahami logosnya orang-orang Yunani kurang paham
apa yang terkandung dan memancar dari logosnya, yaitu pencerahan. Mereka telah
menyimpang dari ajaran murni karena terpengaruh oleh demon atau setan.
3. Berbagai usaha dilakukan untuk membuat sebuah kesepakan mengenai "Trinitas" baik
itu melalui konsili Nicea dan konsili lainnya yang membahas hal serupa. Pada Konsili
Konstantinopel (381BC), akhirnya dicapai sebuah kesepakatan bersama mengenai
"Trinitas": Bapa, Anak, dan Roh Kudus Esa menurut'keAllahannya
4. Sampai saat ini di Indonesia juga harus pertahankan Tubuh, Jiwa , dan Roh yang
benar bersumber dari Ilahi Allah Sendiri atau Yesus dan Roh Kudus Berdasar Pada
Alkitab. Tidak dapat mengikuti penganut yang menyesatkan.
5. Bagi kita konflik boleh ada , namun teguh dalam kepercayaan Iman kita pada Firman
Tuhan.