Anda di halaman 1dari 8

Nama : Andri Prasetyo Wibowo

Kelas : XII IPA 4


Pendahuluan
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
berkahnya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan tugas Pendidikan Agama
Katolik dengan baik.

Tugas ini saya buat dalam rangka memenuhi tugas Pendidikan Agama Katolik.
Dengan telah selesainya tugas yang saya buat ini diharapkan dapat menjadi contoh atau
panutan bagi semua orang. St. Antonius dari Padua merupakan salah satu tokoh umat
manusia yang patut dan layak untuk diteladani. Oleh sebab itu, saya menulis tokoh tersebut
agar para pembaca dapat meneladani sikap dan perilaku dari St. Antonius dari Padua.

Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam penyelesaian tugas ini. Semoga bermanfaat bagi para pembaca.

Atas berkenannya para pembaca menyampaikan kritik dan saran saya ucapkan terima
kasih.

Penulis

Isi
St. Antonius dari Padua
1195-1231

Riwayat Hidup

Antonius dilahirkan pada


tahun 1195 di Lisabon, ibu kota
Portugal. Ayahnya adalah kapten dari
angkatan bersenjata kerajaan di situ.
Ketika berumur lima belas tahun,
pemuda ini telah masuk Kongregasi
Regular Kanon dari St. Agustinus dan
sangat memusatkan diri sungguh-
sungguh dalam studi dan melakukan
kesalehan dalam biara di Coimbra.
Pada tahun 1220 terjadilah suatu
kejadian penting yang mengubah
kariernya seumur hidup.

Relikwi St. Berardus dan kawan-kawannya, para martir Ordo Fransiskan yang
pertama, dipindahkan dari Afrika ke Coimbra. Ketika menyaksikan hal itu, Antonius terasuki
dengan kerinduan yang sangat kuat untuk menderita kemartiran sebagai seorang misionaris
Fransiskan di Afrika. Sebagai jawaban atas permohonannya yang sederhana dan berulang-
ulang itu, akhirnya dengan berat hati atasannya memberikan ijin untuk berpindah ke Ordo
Fransiskan. Ketika dia berpamitan meninggalkan mereka, salah seorang Kanon berkata
kepadanya dengan sedikit mengejek, “Pergilah saja, mungkin engkau akan menjadi seorang
santo dalam Ordo yang baru itu.” Antonius menjawab: “Saudara, bila engkau mendengar
bahwa saya menjadi seorang santo, engkau akan memuji Tuhan karenanya.”

Dalam sebuah biara Fransiskan yang kecil dan sepi di Coimbra dia diterima dengan
ramah tamah dan dalam tahun yang sama itu kerinduannya yang besar untuk dapat diutus
sebagai misionaris ke Afrika terpenuhi. Tetapi Tuhan telah memutuskan sesuatu yang lain.
Begitu Antonius menginjakkan kakinya di Afrika, dia langsung tertimpa sakit berat. Bahkan
setelah sembuh, dia menjadi begitu lemah, sehingga dia menyerahkan dirinya kepada
kehendak Tuhan dan naik ke sebuah perahu dan kembali ke Portugal. Tetapi angin badai
menerpa perahu itu dan menghanyutkannya ke pantai Sisilia. Dari sana Antonius pergi ke
Asisi. Dan di sana tengah diadakan kapitel general Ordo, pada bulan Mei 1221.

Karena dia masih kelihatan lemah dan sakit-sakitan, dan tidak nampak tanda apa pun
bahwa dirinya terpelajar, maka tak seorang pun menaruh perhatian pada orang asing ini,
sampai Pater Gardian, Provinsial dari Romagna, menaruh belas kasihan kepadanya dan
mengirimnya ke sebuah biara kecil yang sepi dekat Forli. Di sana Antonius tinggal selama
sembilan bulan, menjalankan tugas-tugas rendahan di dapur dan biara dan yang memuaskan
hatinya ialah bahwa dia berkesempatan melakukan mati raga baik secara rohani maupun
jasmani.

Namun permata yang tersembunyi segera menampakkan kemilauannya. Antonius


dikirim ke Forli dengan beberapa saudara lain, untuk menghadiri upacara pentahbisan. Di
biara itu, atasan menghendaki seseorang memberikan sambutan. Setiap orang memberikan
dalih bahwa dirinya tidak siap dan akhirnya Antonius diminta untuk memberi sambutan.
Ketika dia juga dengan sangat rendah hati minta dimaafkan, atasan itu pun
memerintahkannya demi kaul ketaatan untuk memberikan kotbah. Antonius mulai berbicara
dalam nada yang sangat sederhana; tetapi segera semangat yang kudus menyergapnya, dan
dia pun berbicara dengan kefasihan, keilmuan dan keagungan yang sedemikian menakjubkan,
sehingga setiap orang menjadi tercengang-cengang.

Ketika Fransiskus diberitahu perihal peristiwa itu, dia memberi Antonius tugas
perutusan untuk berkhotbah di seluruh Italia. Atas permintaan para Saudara, Antonius
kemudian ditugaskan juga untuk mengajar teologi, “tetapi dengan cara yang sedemikian”, St.
Fransiskus dengan tegas menulis, “sehingga semangat berdoa tidak dipadamkan, baik dalam
dirimu sendiri, maupun dalam diri saudara-saudara lain.”

St. Antonius sendiri memberikan nilai yang lebih besar pada keselamatan jiwa-jiwa
daripada pada studi. Dengan alasan itulah dia tidak pernah berhenti melaksanakan tugasnya
sebagai pengkhotbah, di samping karyanya sebagai pengajar. Jumlah para pendengarnya
seringkali sedemikian besar sehingga tidak ada gereja yang cukup luas untuk
menampungnya; dan dia harus berkhotbah di tempat terbuka. Dia dihiasi dengan mukjizat-
mukjizat pentobatan yang sejati. Orang-orang yang sudah bermusuhan sampai mati dapat
dirujukkan kembali satu sama lain. Pencuri-pencuri dan pemeras-pemeras memberikan
kembali barang-barang yang telah diperolehnya dengan tidak halal. Orang-orang pemfitnah
dan pengumpat menjadi saling minta maaf. Dia sedemikian bersemangat mempertahankan
kebenaran Iman Katolik, sehingga banyak orang-orang tersesat kembali masuk ke naungan
Gereja, sehingga Paus Gregorius IX menggelarinya “tabut perjanjian.”

Sekali peristiwa, dia sedang berkhotbah di Rimini, di tepi pantai. Dia melihat bahwa
sekelompok orang sesat mulai memutar badan dan meninggalkan dia. Segera sang
pengkhotbah itu menghadap ke laut dan memanggil ikan-ikan: “Berhubung orang-orang sesat
itu tidak sudi mendengarkan saya, apakah engkau mau datang dan mendengarkan saya!” Dan
sungguh menakjubkan, segerombolan besar ikan-ikan berenang mendatanginya dan
mendongakkan kepala-kepala mereka di atas air, seolah-olah mereka mendengar seruan
pengkhotbah itu. Melihat kenyataan itu, orang-orang sesat itu pun merunduk pada kaki
Antonius dan memohon diajari kebenaran.

Berkat-berkat khotbah St. Antonius tidaklah terhalang oleh perbatasan Italia. St.
Fransiskus mengirim dia ke Perancis, di mana selama hampir tiga tahun (1225-1227) dia
berjerih payah dengan hasil-hasil yang melimpah baik di biara-biara maupun dari mimbar.
Dalam semua kerja kerasnya itu, dia tidak pernah melupakan nasehat dari Bapa rohanianya,
bahwa semangat doa tidak boleh dipadamkan. Bila dia menghabiskan hari itu dengan
pengajaran, dan dia mendengar pengakuan orang-orang berdosa sampai jauh malam, maka
kemudian dia menghabiskan berjam-jam malam itu dalam kesatuan yang mesra dengan
Tuhan.

Pada suatu ketika, seorang bapa tempat Antonius menginap, memergoki santo itu dan
mendapatkan dia sedang membopong seorang anak kecil yang tampan sekali, terselubungi
dengan cahaya surgawi. Dia adalah Kanak-kanak Yesus.

Pada 1227, Antonius dipilih menjadi Minister Provinsial dari Italia Utara. Sesudah itu
dia mulai lagi karya khotbahnya. Karena terhisap oleh kerja keras dan laku hidup
matiraganya yang keras, segeralah dia merasa bahwa kekuatannya sedemikian terkuras
sehingga dia mempersiapkan diri menghadapi ajalnya. Setelah menerima Sakramen Terakhir,
dia tetap melihat ke atas dengan senyum kebahagiaan. Ketika dia ditanya ada apa di atas
sana, dia menjawab, “Aku melihat Tuhanku.” Lalu dia pun menghembuskan nafasnya yang
terakhir pada 13 Juni 1231, dan baru berumur 36 tahun saja. Serta merta anak-anak di jalanan
kota Padua itu berteriak-teriak, “Sang Santo telah meninggal. Antonius telah wafat.”

Tahun berikutnya Paus Gregorius IX memasukkan Antonius di antara para Santo. Di


Padua sebuah basilika yang megah dibangun untuk menghormatinya. Relikwi kudusnya
dimakamkan di sana pada 1263. Sejak waktu kematiannya sampai hari ini, tak terbilang
jumlah mukjizat telah terjadi berkat pengantaraan St. Antonius, sehingga dia terkenal dengan
nama Pembuat Mukjizat. Pada 1946 dia juga dinyatakan sebagai Doktor Gereja.

Pengakuan

Dia pemegang rekor kanonisasi tercepat dalam sejarah; dia diumumkan seorang santo
hanya dalam waktu 352 hari setelah kematiannya (Pentakosta, 30 Mei 1232). Hari
perayaannya pada tanggal 13 Juni, hari kematiannya, sebuah hari perayaan yang populer dan
besar di Lisbon. Santo Anthony adalah santo pelindung Lisbon dan juga pelindung Padua, di
mana reliknya tetap setelah kematiannya.

Berbagai mujizat yang dihubungkan dengan namanya membuat nama Antonius


terkenal di seluruh dunia. Para penduduk kota Padua mendirikan sebuah basilika yang amat
indah untuk mengenang dia, dan ke sana reliknya dipindahkan pada 1263.

Perihal hormat pada St. Antonius

1. Renungkanlah betapa tinggi penghormatan yang diberikan Gereja kepada St.


Antonius. Pestanya dirayakan oleh seluruh Gereja Katolik, dan para imam merayakan
Ekaristi Kudus untuk menghormatinya. Di gereja-gereja Fransiskan, tidak hanya
pestanya yang dirayakan dengan kemeriahan besar, tetapi setiap hari Selasa devosi
untuk menghormatinya diselenggarakan dengan mentakhtakan Sakramen Yang
Mahakudus. Dan dalam devosi itu segenap umat yang hadir dapat memperoleh
indulgensi penuh. Di Padua, di mana berdiri sebuah basilika megah untuk
menghormatinya, dia dinamakan Sang Santo, seolah-olah tidak ada Santo lain
sebanding dengannya, sebagaimana bila kita menghormati Bunda Maria. Di antara
orang-orang Katolik, hampir tidak ada orang yang tidak mengenal Santo tersayang ini
bersama dengan Kanak-kanak Yesus. – Apakah engkau juga memberikan kepadanya
hormat yang semestinya? Apakah engkau juga mempergunakan kesempatan untuk
memperoleh indulgensi pada hari Selasa?
2. Pertimbangkanlah bahwa kekuasaannya di surga pastilah sangat besar, karena di
dunia ini pun Tuhan telah mengijinkan St. Antonius dihormati sedemikian besar.
Pengalaman seluruh Gereja Katolik memberi kesaksian adanya kenyataan itu. Sejak
hari wafatnya sampai hari ini, dia terus menerus diserukan dalam hubungannya
dengan berbagai macam kebutuhan dan keperluan orang; dan doa-doa itu pun
memperoleh jawaban dengan berbagai macam cara yang hampir menakjubkan. –
Apakah engkau belum pernah mengalaminya? Berserulah kepadanya dengan penuh
penyerahan diri dalam keperluan apa pun jua, dan bila ada masalah yang serius,
lakukanlah novena sembilan hari Selasa.
3. Renungkanlah bahwa dengan cara yang khusus St. Antonius diserukan sebagai
“penemu barang-barang yang hilang”. Tuhan biasanya memberikan kepada para
Santo suatu kemampuan pengantaraan selaras dengan peristiwa yang telah terjadi
dengan istimewa dalam hidupnya. Pada suatu ketika Antonius kehilangan sebuah
buku Mazmur yang baginya amat sangat berharga karena buku itu telah diberinya
bermacam ragam catatan. Dia berdoa dengan amat sungguh-sungguh kepada Yesus
yang disayanginya supaya buku itu dikembalikan. Dan lihatlah, segera sesudah itu
seorang pemuda yang telah mengambil buku itu datang kepadanya mengembalikan
buku itu, karena telah dirundung ketakutan yang amat sangat. Berdoalah kepada St.
Antonius dan kepada Kanak-kanak Yesus dengan keteguhan yang sama, maka engkau
akan mengalami kekutannya. Tetapi marilah kita tidak hanya berdoa demi barang-
barang duniawi yang fana, tetapi khususnya demi anugerah-anugerah yang lebih
berharga bagi jiwa. Misalnya, marilah kita berdoa demi kembali suatu devosi yang
pernah kita praktekkan tetapi kini sudah kita tinggalkan, berdoa demi kesabaran kita
yang telah hilang, demi semangat kita pada yang baik yang telah lama menghilang.
Semoga dia menggembirakan kita dengan memulihkannya, sehingga kita pada suatu
hari boleh bergembira bersamanya dalam kebahagiaan kekal.

Penutup
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
berkahnya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan tugas Pendidikan Agama
Katolik dengan baik.

Dengan telah selesainya menulis sikap dan perilaku dari St. Antonius dari Padua
diharapkan para pembaca dapat meneladani sikap dan perilaku dari tokoh tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.

Tentu saja masih terdapat kekurangan dalam menulis tokoh tersebut. Oleh sebab itu,
saran dan kritik sangat saya harapkan guna menyempurnakan tugas yang saya buat.
Atas berkenannya para pembaca menyampaikan kritik dan saran saya ucapkan terima kasih.

Penulis

Refleksi
 Saat berumur 15 tahun sudah masuk Kongregasi Reguler Kanon St. Agustinus.
 Begitu menginjakkan kaki di Afrika, dia langsung tertimpa sakit. Bahkan setelah
sembuh, dia menjadi begitu lemah, sehingga menyerahkan dirinya kepada Tuhan.
 Saat lemah & sakit, tidak ada seorang pun yang memerhatikannya, sampai Pater
Gardian, Provinsial dari Romagna, menaruh belas kasihan kepadanya.
 Fransiskus mengutus Antonius untuk berkothbah di seluruh Italia dgn tegas menulis
“sehingga semangat berdoa tidak dipadamkan, baik dalam dirimu sendiri, maupun
dalam diri saudara lain.
 St. Antonius memberikan nilai yang lebih besar pada keselamatan jiwa-jiwa daripada
studi & dihiasi dengan mukjizat-mukjizat pertobatan yang sejati.
 Dia bersemangat mempertahankan kebenaran iman Katolik.
 Dalam kerja keras, dia tidak pernah melupakan nasehat dari Bapa Rohani bahwa
semangat doa tidak boleh dipadamkan.
 Setelah menerima Sakramen Terakhir, dia melihat ke atas dengan senyum bahagia.
Ketika ditanya ada apa diatas sana, dia menjawab, “Aku melihat Tuhanku”
 Beliau wafat di umur 36 tahun karena terhisap oleh kerja keras & laku hidup
matiraganya yang keras.
 Gereja memberikan penghormatan yang sangat tinggi kepada St. Antonius. Di Gereja
Fransiskan, setiap hari Selasa, devosi untuk menghormatinya dengan mentahtakan
Sakramen Mahakudus. Dalam devosi, umat yang hadir memperoleh indulgensi penuh.
 Kekuasaannya di surga sangat besar, karena di dunia Tuhan telah mengijinkan St.
Antonius dihormati sedemikian besar.
 Bahwa dengan cara yang khusus, St. Antonius diserukan sebagai “penemu barang-
barang yang hilang. Disini kita diingatkan bahwa kita tidak hanya berdoa demi
barang-barang duniawi yang fana, tetapi khususnya demi anugerah-anugerah yang
lebih berharga bagi jiwa.

Anda mungkin juga menyukai